Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Ilmu gigi tiruan cekat merupakan cabang ilmu gigi tiruan yang mempelajari

perawatan untuk merestorasi gigi yang telah mengalami kerusakan/kelainan dan

menggantikan kehilangan gigi dengan suatu restorasi yang direkatkan secara

permanen pada gigi asli yang telah dipersiapkan. Gigi tiruan cekat terdiri dari

mahkota tiruan dan gigi tiruan jembatan (GTJ). Kerusakan atau kelainan mahkota

gigi yang diakibatkan oleh berbagai sebab dapat diperbaiki dengan mahkota tiruan.

Sedangkan, kehilangan satu atau beberapa gigi dapat digantikan dengan GTJ.

Terdapat beberapa kondisi yang memerlukan perawatan dengan mahkota tiruan,

antara lain kerusakan gigi yang meluas akibat karies, kegagalan restorasi, fraktur

yang tidak dapat diperbaiki dengan restorasi biasa. Gigi yang mengalami perubahan

warna, kelainan bentuk dan posisi serta kelainan enamel atau dentin juga dapat

diperbaiki dengan mahkota tiruan. Demikian pula gigi non vital atau gigi yang telah

dirawat saluran akarnya merupakan kondisi gigiyang membutuhkan mahkota tiruan

pasak.

Oleh karena itu, untuk mendapatkan perawatan yang baik perlu diagnosa yang tepat
sesuai dengan prosedur diagnosis yaitu pemeriksaan subjektif dan objektif serta
ramalan rencana perawatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang menyebabkan tambalan gigi anterior sering terlepas?
2. Apa rencana perawatan yang akan dilakukan pada ibu wati?
3. Apa tindakan yang dilakukan dokter gigi pada ibu wati sebelum
pemasangan gigi tiruan ?
4. Apa rencana perawatan yang akan dilakukan untuk anak ibu wati?

1
5. Apa saja indikasi dan kontraindikasi pada kasus diatas?
6. Apa bahan untuk gigi tiruan yang digunakan pada kasus ibu wati dan
anaknya ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui apa yang menyebabkan tambalan gigi anterior sering
terlepas
2. Mengetahui rencana perawatan yang akan dilakukan pada ibu wati
3. Mengetahui tindakan yang dilakukan dokter gigi pada ibu wati sebelum
pemasangan gigi tiruan
4. Mengetahui rencana perawatan yang akan dilakukan untuk anak ibu wati
5. Mengetahui saja indikasi dan kontraindikasi pada kasus
6. Mengetahui bahan untuk gigi tiruan yang digunakan pada kasus ibu wati
dan anaknya

1.4 Manfaat Penulisan

Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada

semua pihak, khususnya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan

wawasan dalam mata kuliah Prosthodonti I. Manfaat lain dari penulisan

makalah ini adalah dengan penulisan makalah ini diharapkan dapat dijadikan

acuan didalam menulis atau merangkum data berupa proposal, makalah,

maupun skripsi dan semacamnya di bangku perkuliahan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perawatan Prostodontik

2
2.1.1 Pengertian

Prosthodontics atau Prosthetic Dentistry dan disebut juga dengan ilmu Prostodonsia
adalah salah satu cabang ilmu kedokteran gigi, yang berhubungan dengan
diagnosis, rencana perawatan, rehabilitasi dan pemeliharaan kesehatan mulut,
kenyamanan, penampilan dan kesehatan pasien dengan cara mengganti gigi dan
jaringan maksilofasial yang hilang atau tidak sempurna terbentuk dengan alat tiruan
biokompatibel untuk pemulihan sistem stomatognasi. Hal ini sesuai dengan filosofi
perawatan prostodontik yaitu "restore what is missing but also preserve what is
remains", sehingga perawatan prostodontik yang dilakukan oleh dokter gigi tidak
hanya untuk menggantikan struktur yang hilang tetapi memelihara struktur rongga
mulut yang masih ada.

2.1.2 Tujuan Perawatan Prostodontik

Perawatan prostodontik bertujuan untuk memperbaiki dan memelihara kesehatan


umum pasien, memperbaiki fungsi, meliputi fungsi pengunyahan dan fungsi bicara,
memperbaiki estetik sehingga menambah kepercayaan diri pasien dalam
penampilan, merestorasi dan memelihara kesehatan gigi dan jaringan yang masih
ada serta mencegah terjadinya kerusakan lebih lanjut dari struktur rongga mulut.
Hasil penelitian Roessler (2003) menyebutkan terdapat dua alasan utama pasien
melakukan perawatan prostodontik yaitu untuk memperbaiki estetik terutama pada
kasus pembuatan gigitiruan sebagian lepasan maupun gigitiruan cekat dan untuk
meningkatkan fungsi pengunyahan.

2.1.3 Jenis Perawatan Prostodontik

2.1.3.1 Devenisi Gigi Tiruan

Menurut Glossary of Prosthodontics (dalam Rahmawan, 2008)) gigi tiruan adalah


bagian prostodonsia yang menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang atau
seluruh gigi asli yang hilang dengan gigi tiruan dan didukung oleh gigi ,mukosa

3
atau kombinasi gigi-mukosa ada yang dapat dan ada yang tidak dapat dipasang dan
dilepas oleh pasien.

Gigi tiruan secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu gigi tiruan
penuh ( Full Crown) dan gigi tiruan sebagian (Partial Crown). Gigi tiruan sebagian
dapat dibagi lagi menjadi gigi tiruan lepasan /Removable (yang dapat dilepas
pasang sendiri oleh pasien) dan gigi tiruan cekat/ Fixed/ GTC (yang disemenkan
ke gigi pasien secara permanen). Gigi tiruan cekat atau disingkat dengan GTC
diklasifikasikan menjadi dua yaitu crown dan bridge. Crown Prosthetic adalah
cabang ilmu prothesa yang mempelajari tentang penggantian gigi asli sebagian atau
seluruhnya dengan satu crown pengganti. Crown adalah suatu restorasi berupa
crown penuh atau sebagian dari satu gigi yang terbuat dari logam, porselen, akrilik
atau kombinasi.

Bridge / Jembatan adalah disebut juga fixed partial denture yaitu suatu prothesa
(geligi tiruan) yang menggantikan kehilangan satu atau lebih gigi asli yang terbatas
dan tertentu, dilekatkan secara permanen dengan semen didukung sepenuhnya oleh
1 atau lebih gigi atau akar gigi yang telah dipersiapkan.

1. Gigi tiruan Lepasan

Gigi tiruan lepasan merupakan jenis perawatan prostodontik yang menggantikan


gigi serta jaringan pendukung pada kehilangan sebagian maupun seluruh gigi
dengan gigi tiruan yang dapat dipasang dan dilepas sendiri oleh pasien dari rongga
mulut. Berdasarkan jumlah gigi yang digantikannya, gigitiruan lepasan terdiri atas
gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) dan gigitiruan penuh (GTP).

2. Gigi tiruan Penuh

Gigi tiruan penuh (GTP) adalah gigi tiruan yang menggantikan seluruh gigi geligi
yang hilang dan jaringan pendukungnya baik di rahang atas dan rahang
bawah.Tujuan pembuatan GTP adalah untuk memenuhi kebutuhan estetik, fonetik,
dukungan oklusal, pengunyahan, kenyamanan dan kesehatan jaringan pendukung.

4
3. Gigitiruan Sebagian Lepasan

Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah gigi tiruan yang menggantikan satu
atau beberapa gigi yang hilang dan jaringan pendukungnya pada rahang atas atau
rahang bawah serta dapat dibuka pasang oleh pasien, terdiri atas GTSL akrilik dan
GTSL kerangka logam. Indikasi pemakaian GTSL, yaitu:

1. Panjang daerah tidak bergigi tidak memungkinkan pembuatan GTC

2. Tidak terdapat gigi penyangga di sebelah distal ruang tidak bergigi 3. Resorpsi
tulang alveolar berlebih

4. Bila dukungan sisa gigi asli kurang sehat atau belum erupsi sempurna.

4. Gigi tiruan Cekat

Gigitiruan cekat (GTC) didefinisikan sebagai gigitiruan yang memperbaiki


mahkota gigi yang rusak atau menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang
dengan bahan tiruan dan dipasangkan ke pasien secara permanen serta tidak dapat
dibuka-buka oleh pasien, terdiri dari gigitiruan cekat mahkota (crown) dan
jembatan (bridge).Perawatan gigitiruan cekat berfokus untuk mengembalikan
fungsi, estetik dan kenyamanan. Indikasi pemakaian GTC yaitu:

1. Menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang

2. Daerah tidak bergigi masih dibatasi oleh gigi asli pada kedua sisinya

3. Gigi yang dijadikan sebagai penyangga harus sehat dan jaringan periodontal baik

4. Pasien berumur 20-55 tahun.

Gigi tiruan cekat adalah restorasi yang direkatkan secara permanen pada gigi
yang telah dipersiapkan untuk memperbaiki sebagian atau seluruh permukaan
gigi yang mengalami kerusakan/ kelainan dan untuk menggantikan kehilangan
gigi.Gigi tiruan cekat meliputi restorasi mahkota tiruan (MT) dan GTJ

5
Kehilangan gigi dapat digantikan oleh salah satu dari tiga tipe gigi tiruan
berikut, yaitu gigi tiruan sebagian lepas, gigi tiruan sebagian cekat yang
didukung gigi, atau gigi tiruan sebagian cekat yang didukung implant.Gigi tiruan
sebagian cekat diimplikasikan sebagai GTJ dan didefinisikan sebagai protesa
sebagian yang secara permanen direkatkan dengan semen pada satu atau
beberapa gigi yang telah dipersiapkan dan menggantikan kehilangan satu atau
beberapa gigi.GTJ dapat meningkatkan kenyamanan pasien, kemampuan
mastikasi, menjaga kesehatan dan integritas lengkung gigi, serta meningkatkan
penampilan pasien. GTJ lebih disukai daripada bentuk penggantian gigi lainnya
karena stabilitasnya yang sangat baik dan gaya oklusi yang diaplikasikan ke
jaringan periodonsium dan tulang alveolar mendekati normal sehingga
memberikan kenyamanan pada pasien.

Kebutuhan penggantian gigi yang hilang pada regio anterior atau posterior
adalah sama pentingnya karena lengkung gigi berada pada keseimbangan
yang dinamis, dan gigi saling mendukung antara satu gigi dengan yang lain.
Apabila gigi hilang dan tidak segera digantikan, maka gigi tetangga atau gigi
antagonisnya akan bergeser ke ruang kosong tersebut sehingga akan terjadi
susunan baru yang disebabkan oleh diterimanya kedudukan keseimbangan
baru,kondisi tersebut tentu saja dapat mengganggu sistem mastikasi.
Untuk menghindari gangguan maka harus dilakukan pembuatan gigi tiruan
sedini mungkin, misalnya dengan GTJ.

Gigi Tiruan Jembatan

Gigi tiruan jembatan (GTJ) adalah gigi tiruan sebagian yang direkatkan dengan
semen secara permanen pada satu atau beberapa gigi penyangga telah
dipersiapkan untuk menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang.

5. Gigitiruan Implan

Merupakan gigitiruan yang mempunyai dukungan dari bahan yang ditanamkan ke


dalam tulang alveolar untuk mendapatkan retensi dan dukungan yang cukup
terhadap gigitiruan cekat maupun gigitiruan lepasan.

6
6. Protesa Maksilofasial

Protesa maksilofasial merupakan jenis perawatan protodontik yang berhubungan


dengan restorasi dan atau penggantian sistem stomatognatik dan struktur wajah
yang disebabkan oleh adanya penyakit, tindakan bedah dan kelainan bawaan
dengan alat tiruan yang dapat atau tidak dapat dilepas oleh pasien. Jenis protesa
maksilofasial terdiri atas protesa ekstra oral dan intra oral. Protesa ekstra oral adalah
protesa yang merestorasi dan atau menggantikan bagian dari wajah atau struktur
kepala yang hilang seperti protesa mata, protesa hidung dan protesa telinga. Protesa
intra oral adalah protesa yang merestorasi dan atau menggantikan kelainan struktur
di dalam rongga mulut seperti obturator pada celah palatum, speech aids, palatal
lifts dan feeding plate pada bayi.

2.2 Keberhasilan Perawatan Prostodontik

2.2.1 Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Perawatan Prostodontik

Keberhasilan dalam perawatan prostodontik tergantung pada upaya tiga pihak,


yaitu dokter gigi yang membuat diagnosa, persiapan rencana perawatan dan
melaksanakan prosedur klinis, tekniker gigi yang melakukan prosedur laboratorium
dan pasien dalam hal menyesuaikan diri terhadap gigitiruan dan menerima
keterbatasan gigitiruan.

Prosedur klinis dan prosedur laboratoris merupakan faktor yang paling


menentukan untuk keberhasilan perawatan prostodontik, hal ini disebabkan
perawatan prostodontik bagi pasien melibatkan banyak prosedur terpisah yang
saling berkaitan antara satu prosedur dengan prosedur lainnya sehingga harus ada
komunikasi, kerjasama yang baik serta saling menghargai antara dokter gigi dan
tekniker gigi selama melakukan pembuatan gigitiruan.

2.2.1 Syarat Keberhasilan Perawatan Prostodontik

7
Suatu perawatan prostodontik dikatakan berhasil apabila memenuhi beberapa
persyaratan, antara lain retensi dan stabilisasi gigitiruan yang baik, dukungan yang
cukup, oklusi harmonis, estetik serta nyaman dan tidak menimbulkan rasa sakit
pada jaringan rongga mulut. Retensi merupakan daya tahan terhadap gaya yang
melepaskan gigitiruan dalam arah yang berlawanan dengan arah pemasangan.
Retensi disebut juga sebagai usaha mempertahankan posisi gigitiruan didalam
rongga mulut yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adhesi, kohesi,
tegangan permukaan antar fasial, daya tarik-menarik kapiler, tekanan atmosfer dan
otot-otot rongga mulut dan wajah. Stabilitas merupakan kemampuan gigitiruan
untuk dapat bergerak secara horizontal dengan baik dan konstan posisinya bila
tekanan jatuh padanya. Kestabilan gigitiruan didapat dari kontak rapat antara basis
gigitiruan dengan mukosa, besar dan bentuk daerah pendukung, kualitas cetakan
fisiologis, bentuk permukaan yang dipoles serta lokasi dan susunan anasir
gigitiruan.

Sedangkan dukungan merupakan daya tahan gigitiruan terhadap komponen


vertikal dari pengunyahan atau tekanan-tekanan lain yang dijatuhkan ke arah daerah
pendukung. Dukungan terhadap gigitiruan didapat dari tulang rahang atas dan
rahang bawah serta jaringan mukosa yang menutupinya. Dukungan akan bertambah
dengan pemberian tekanan selektif yang serasi dengan kekenyalan jaringan yang
tersedia untuk dukungan.

BAB III

PEMBAHASAN

Ibu Wati usia 45 tahun datang bersama anaknya usia 14 tahun ke praktek dokter
gigi untuk dibuatkan gigi palsu. Dari anamnesis ibu Wati, gigi depan atas sudah
ditambal tapi sering lepas dan memperbaiki fungsi pengunyahan pada gigi belakang
yang ompong,sedangkan pada anaknya mengalami kecelakaan sejak 1 bulan yang
lalu sehingga gigi depan atas patah dan ompong dibuatkan gigi tiruan yang tidak
bisa dilepas dengan bahan yang bagus . Pemeriksaan intra oral anaknya, gigi 11
8
fraktur 2/3 mahkota,gigi 21 missing, pemeriksaan radiografi gigi 11 terlihat
foramen apikal belum tertutup dan bentuk akar normal . Pemeriksaan ekstra oral
pada ibu Wati , dokter gigi melakukan pemeriksan pada TMJ dan kelenjar
submandibularis . Pemeriksaan intra oral ibu Wati , gigi 11 karies bagian mesial
dan distal , tes vitalitas (-),perkusi (+), gigi 14,15,38,48 missing,sisa akar gigi 47,
kalkulus pada gigi sisa. Pemeriksaan radiografi gigi 11 terlihat radiolusen pada
periapikal.

Pertanyaan :
Bagaimana cara dokter gigi menjelaskan ke pasien rencana perawatan pada kasus

Terminologi:

 Pemeriksaan intra oral : pemeriksaan yang dilakukan dirongga mulut meliputi


palatum,lidah struktur gigi dan jaringan yang lainnya yang ada di rongga mulut.

 Foramen apical : lubang kecil pada apeks akar gigi yg merupakan tempat lewatnya
saraf dan pembuluh darah

 Test vitalitas : suatu pengaplikasian test thermal pada gigi untuk menentukan gigi
tersebut vital atau non vital.
Caranya bisa dengan meletakkan kain kassa di gigi tersebut.

 Test perkusi : test yang dilakukan pada gig dengan mengetukkan secara lembut
mahkota dengan instrumen ringan.
Uji ini digunakan untuk mengevaluasi status periodontium sekitar gigi dan apikal
gigi.terdapat dua metode perkusi yaitu test vertikal dan horizontal.
 Pemeriksaan ektra oral
Contohnya yaitu pemeriksaan TMJ dengan cara palpasi sisi kanan dan kiri pada
sendi dan otot pada wajah dan daerah kepala,sehingga di ditemukan bunyi kliking
yang menandakan adanya masalah pada TMJ.

 Missing : hilangnya satu atau beberapa gigi pada lengkung rahang.

9
 Pemeriksaan radiografi : pemeriksaan yang dilakukan sebagai pemeriksaan
penunjang untuk menentukan diagnosa.
Intra oral:periapikal
Ekstra oral : panoramik

 Fraktur gigi : hilangnya atau lepasnya fragmen dari suatu gigi utuh yang biasanya
disebabkan oleh trauma atau benturan.
Pemeriksaan fraktur gig ini bisa digunakan untuk menentukan apakah gigi tiruan
yang akan digunakan,apakah crown atau bridge.
Dari kasus didapatkan bahwa pasien mengalami fraktur kelas II karena dari hasil
radiografi foramen apikal belum tertutup dan bentuk akar masih normal.

3.1 Identifikasi pasien

Umur :

- Ibu Wati : 45 tahun

- anak ibu Wati : 14 tahun

10
- Jenis kelamin : perempuan

3.2 Diagnosa

3.2.1 Pemeriksaan subjektif

Anamnesa:

 Keluhan utama pasien :


Pasien ingin dibuatkan gigi palsu
 Keluhan tambahan :
gigi depan atas sudah ditambal tapi sering lepas dan memperbaiki fungsi
pengunyahan pada gigi belakang yang ompong,sedangkan pada anaknya
mengalami kecelakaan sejak 1 bulan yang lalu sehingga gigi depan atas patah dan
ompong dibuatkan gigi tiruan yang tidak bisa dilepas dengan bahan yang bagus.

3.2.2 Pemeriksaan objektif

Pemeriksaan Intra Oral

Diagnosa Gigi Anak Kasus

Gigi 11 Fraktur 2/3 mahkota

11
Gigi 21 Missing

Diagnosa Gigi Ibu Kasus

Gigi 11 Karies (mesial dan distal) dan non

vital

Gigi 14 Missing

Gigi 15 Missing

Gigi 38 Missing

Gigi 48 Missing

Gigi 47 Sisa Akar

Gigi sisa Terdapat kalkulus

Ektra Oral

ibu Wati : dokter gigi melakukan pemeriksan pada TMJ dan kelenjar
submandibularis

3.2.3 pemeriksaan penunjang

 Anak ibu wati : pemeriksaan radiografi gigi 11 terlihat foramen apikal belum
tertutup dan bentuk akar normal.
 Ibu wati : Pemeriksaan radiografi gigi 11 terlihat radiolusen pada periapikal .

3.3 Rencana Perawatan

3.3.1 Rencana perawatan Ibu Wati

Tahap 1

12
I.Rencana awal

kunjungan 1 : melakukan scalling dan premedikasi / pemberian obat

pada kunjungan pertama dapat dilakukan pencabutan gigi 47

kunjungan 2: melakukan perawatan endodontik untuk gigi 11 kemudian dibuatkan


mahkota dengan pasak

kunjungan 3: rencana pemasangan gigi tiruan

Tambalan anterior sering lepas disebabkan oleh beberapa faktor:

a. Bahan tambalan yg kurang baik

Karena bahan tambalan yg baik akan menentukan kekuatan dari tambalan.

b. Kurangnya kunjungan pasien terhadap dokter gigi.

Melihat bagaimana perkembangan dari tambalan.

II.Rencana Akhir

Untuk gigi anterior 11 jenis gigi tiruannya adalah Deattached Dowel Crown

(mahkota tiruan dengan pasak) karena giginya non vital.

Untuk Gigi Posterior

 Gigi 14, gigi 15 dan gigi 47

Rencana perawatannya adalah pembuatan gigi tiruan

dengan removable partial denture.


13
 Gigi 38 dan 48 : dibiarkan saja

Tahap II

Untuk gigi 11

dapat dibuat dengan berbagai macam bahan, yaitu : porselen


1. Langkah pertama yang dilakukan yaitu preparasi sisa mahkota.

2. Lalu kemudian yaitu membuang bahan pengisi saluran akar dengan

instrumen kondensor yang dipanaskan atau juga dapat digunakan bor non-

end-cut sehingga tidak mengurangi dentin yang tersisa.

3. Preparasi saluran akar

a. Diameter saluran akar dibuat kurang lebih ½ dari ukuran

penampang akar

b. Dalamnya saluran adalah 2/3 dari panjang akar atau sedikitnya

sama dengan panjang mahkota asli yang diganti, diukur dari

proksimal ke incisal.

c. Tidak ada undercut

4. Mengecek kembali panjang preparasi saluran akar melalui gambaran

radiografis.

5. Pasak buatan pabrik yang sesuai ukuran dimasukkan ke dalam kavitas

saluran akar. Pasak ini terbuat dari bahan alloy atau carbon-fiber.

6. Membuat inti dari bahan resin. Pola inti ini dibuat sesuai dengan bentuk

preparasi mahkota jaket, hanya dalam ukuran yang sedikit lebih kecil.

14
7. Preparasi inti dengan menggunakan diamond bur untuk preparasi crown

8. Pasak dan inti dikeluarkan dari kavitas dan dikirim ke lab untuk proses

casting

9. Proses try-in dilakukan dengan memasukkan casting dengan tekanan yang

ringan. Memeriksa kembali ada tidaknya undercut.

10. Setelah melakukan try-in, pasak inti di adaptasikan dengan margin struktur

gigi dengan bor diamond.

11. Setelah adaptasi yang baik, dilakukan penyemenan dengan Zinc PO4

pemasangan GTSL( Gigi Tiruan sebagian Lepasan) untuk gigi 47

Bahan yang digunakan adalah Porcelain Fused To Metal

1. Tahap Persiapan

Hal – hal yang harus diperhatikan pada tahap pemasangan GTSL adalah :

A. Arah pasang gigitiruan Yang telah diketahui sewaktu melakukan survei

B. Pengamatan terhadap gigitiruan

B. Pengamatan terhadap gigitiruan

Permukaan poles / Mekanis  Retensi ( Otot menahan gigitiruan )

- Pemakaian terasa nyaman

- Menghindari penumpukan plak

- Otot – otot terhindar dari iritasi

Permukaan yang menghadap jaringan

mulut / Anatomis

( Permukaan yang kasar / tonjolan

15
akrilik  rasa sakit )

C.Ujung cangkolan
Ujung yang tajam  melukai
jaringan mulut, maka harus dipoles.

2. Tahap Pemasangan

Hambatan pada permukaan gigi dan jaringan pada saat pemasangan


dihilangkan dengan mengasah gigitiruan tetapi “ Kontak antara permukaan
gigi/jaringan dengan gigitiruan jangan sampai hilang “  Food impaksi 
Gingivitis & berkurangnya stabilitas.

Setelah GTSL dipasangkan dilakukan pemeriksaan :

1.Retensi

- Adaptasi basis terhadap mukosa

- Lengan retention telah berada dibawah garis

survei

- Verkeilung telah masuk ke interdental

2.Oklusi & Artikulasi

Oklusi pada posisi sentrik, lateral, antero posterior

3. Stabilisasi

caranya dengan menekan gigitiruan pada bagian depan dan belakang serta
kanan dan kiri secara bergantian, jika gigitiruan tidak bergerak  stabilitas baik.

3.3.2 Rencana perawatan Anak Ibu Wati

Tahap 1

I.Rencana awal

Kunjungan 1: preparasi gigi 11


16
kunjungan 2: melakukan rencana pemasangan gigi tiruan

Bahan yang paling baik digunakan untuk anak adalah akrilik karena, indikasinya

memberbaiki fraktur pada gigi anterior pada pasien usia muda.

II.Rencana Akhir

Untuk gigi 21 yang missing dilakukan pemasangan gigi tiruan lepasan

untuk gigi 11 dipakaikan crown

tahap 2

Bahan yang digunakan untuk jembatan antara lain, emas, porselen fused to metal,
atau pada keadaan tertentu porselen saja. Jumlah dan tipe pengurangan yang
dilakukan pada gigi penyangga sedikit bervariasi pada tiap bahan yang digunakan.
Pasien yang menggunakan gigi tiruan ini harus dapat membersihkan giginya
dengan baik.

Rencana perawatan untuk anak adalah

1. gigi 11 dan gigi 22 di preparasi terlebih dahulu

2. setelah di preparasi, dilanjutkan dengan pemasangan gigi tiruan cekat

jembatan (bridge)

BAB 1V

PENUTUP

17
4.1 Kesimpulan

Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa rencana perawatan yang


dapat dilakukan adalah :

rencana perawatan untuk ibu wati

Untuk gigi 11 jenis gigi tiruannya adalah dowel crown

Untuk gigi 47 jenis gigi tiruannya adalah GTSL

Untuk gigi 14,15 dibuatkan Rigid Fixed Bridge

Untuk gigi 38,48 di biarkan saja

rencana perawatan untuk ibu wati

Untuk gigi 21 yang missing dilakukan pemasangan gigi tiruan jenis bridge

Untuk gigi 11 yang fraktur di preparasi sebagai pegangan .

4.2 Saran

Untuk mendapatkan rencana perawatan yang baik maka dibutuhkan pemeriksaan


subjektif dan objektif yang tepat, dignosa yang tepat, bahan yang tepat sesuai
dengan indikasi

DAFTAR PUSTAKA

Shillingburg, Herbert T. Shillingburg. Fundamentals of Fixed Prosthodontics, 3rd

Edition.Quintessence,1997.7.5

WorkNC Dental machining video, “Dental Bridge implant CNC Machining 5


18
axis”

Wikipedia, the free encyclopedia

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47996/4/Chapter%20II.pdf.

Puspita, widiya dan Okmes fadriyati. bahan ajar Kuliah Kedokteran gigi

19

Anda mungkin juga menyukai