Anda di halaman 1dari 44

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ARU

NOMOR : 3 TAHUN 2012

TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN KEPULAUAN ARU 2012 - 2032

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KEPULAUAN ARU,

Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan di wilayah Kabupaten


Kepulauan Aru, pemanfaatan ruang wilayah yang meliputi daratan,
lautan dan udara serta sumberdaya alam yang terkandung didalamnya
yang merupakan satu kesatuan perlu dikelola secara terpadu antara
sektor, daerah dan masyarakat, untuk mewujudkan ruang wilayah yang
aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan, secara serasi, selaras,
seimbang, berdaya guna, berhasil guna, dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan, perlu disusun
Rencana Tata Ruang Wilayah;
b. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan antara
sektor, daerah dan masyarakat maka rencana tata ruang wilayah
merupakan arahan lokasi investasi pembangunan yang dilaksanakan
pemerintah, masyarakat dan/atau dunia usaha;
c. bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun
2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, maka strategi
dan arahan kebijakan pemanfaatan ruang wilayah nasional perlu
dijabarkan ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Peraturan Daerah tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Aru 2012-2032.

Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2002 tentang


Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4169);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2003 tentang
Pembentukan Kabupaten Seram Bagian Timur, Kabupaten Seram
Bagian Barat dan Kabupaten Kepulauan Aru di Provinsi Maluku

Perda RTRW Kab. Kepulauan Aru


41 rRT/
RW
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 155,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4350);
3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4421);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437),
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4754);
6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan
Hak dan Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peranserta
Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 1996
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3660);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 96,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3721);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4592);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten / Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4833);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5103);

Perda RTRW Kab. Kepulauan Aru


41 rRT/
RW
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang Tata
Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata
Ruang Daerah;
14. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 147 Tahun 2004 tentang
Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah;
15. Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Aru Nomor 55 Tahun 2008
tentang Pembentukan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kepulauan Aru.

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH


KABUPATEN KEPULAUAN ARU

dan

BUPATI KEPULAUAN ARU

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG


WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ARU TAHUN 2012 - 2032

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


1. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat yaitu Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan Pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Kepulauan Aru.
3. Kepala Daerah adalah Bupati Kepulauan Aru.
4. Kabupaten adalah Kabupaten Kepulauan Aru.
5. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Kepulauan Aru yaitu Bupati Kepulauan
Aru dan Perangkat Daerah Kepulauan Aru.
6. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kepulauan Aru.
7. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang selanjutnya disebut BKPRD adalah
badan bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di Provinsi dan di Kabupaten/Kota dan

Perda RTRW Kab. Kepulauan Aru


41 rRT/
RW
mempunyai fungsi membantu pelaksanaan tugas Gubernur dan Bupati/Walikota dalam
koordinasi penataan ruang di daerah.
8. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara termasuk
ruang didalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makluk lain
hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan kehidupannya.
9. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
10. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana
dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang
secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.
11. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.
12. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang
dan pengendalian pemanfaatan ruang.
13. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola
ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.
14. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang
sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta
pembiayaannya.
15. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang.
16. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
17. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Aru yang selanjutnya disingkat
RTRW Kabupaten Kepulauan Aru adalah arahan kebijakan strategi pemanfaatan ruang
wilayah kabupaten.
18. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait
yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan / atau aspek
fungsional.
19. Sistem wilayah adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai jangkauan
pelayanan pada tingkat wilayah.
20. Pusat Kegiatan Strategis Nasional adalah Kawasan Perkotaan yang ditetapkan untuk
mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara;
21. Pusat Kegiatan Lokal adalah pusat permukiman kota sebagai pusat jasa, pusat
pengolahan dan simpul transportasi yang mempunyai jangkauan pelayanan pada tingkat
wilayah.
22. Pusat Pelayanan Kawasan adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala kabupaten atau beberapa kecamatan.
23. Pusat Pelayanan Lingkungan adalah pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala antar desa.
24. Wilayah Pengembangan yang selanjutnya disingkat WP adalah suatu wilayah dengan satu
dan atau semua kabupaten/ kota-perkotaan didalamnya mempunyai hubungan hirarki
yang terikat oleh sistem jaringan jalan sebagai prasarana perhubungan darat dan atau
yang terkait oleh system jaringan sungai atau perairan sebagai prasarana perhubungan
air.
25. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi daya.
26. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.

Perda RTRW Kab. Kepulauan Aru


41 rRT/
RW
27. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia,
dan sumber daya buatan.
28. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk
pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan
ekonomi.
29. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan
distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
30. Kawasan strategis kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan
karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten/kota terhadap
ekonomi, sosial, budaya,dan/atau lingkungan.
31. Kawasan pertahanan negara adalah wilayah yang ditetapkan secara nasional yang
digunakan untuk kepentingan pertahanan.
32. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat RTH adalah area memanjang/jalur
dan/atau mengelompok, yang penggunannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
33. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan
ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
34. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk masyarakat hukum
adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan nonpemerintah lain dalam
penyelenggaraan penataan ruang.
35. Partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfatan ruang adalah berbagai kegiatan masyarakat, yang timbul atas
kehendak dan keinginan sendiri di tengah masyarakat, untuk berminat dan bergerak.
36. Orang adalah orang perseorangan dan/ atau korporasi.

BAB II

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG

Bagian Kesatu
Tujuan Penataan Ruang

Pasal 2

Mewujudkan penataan ruang Kabupaten Kepulauan Aru yang berbasis potensi dan
keunggulan komoditas lokal berupa perikanan tangkap dan budidaya sektor kelautan,
pariwisata bahari dan sektor unggulan perkebunan dengan memajukan wilayah pesisir
sebagai pusat pertumbuhan ekonomi wilayah kabupaten sekaligus mendukung upaya
pelestarian lingkungan.

Perda RTRW Kab. Kepulauan Aru


41 rRT/
RW
Bagian kedua
Kebijakan Penataan Ruang Wilayah

Pasal 3

(1) Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ditetapkan kebijakan rencana tata ruang wilayah kabupaten;
(2) Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Aru meliputi:
a. Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah
yang merata dan berhierarki hingga ke pulau-pulau kecil terluar yang merupakan
wilayah-wilayah yang berbatasan dengan negara lain;
b. Peningkatan keterkaitan antara pusat-pusat kegiatan di wilayah pesisir dan pulau-
pulau di wilayah Kabupaten Kepulauan Aru dalam upaya peningkatan pertumbuhan
ekonomi;
c. Peningkatan fasilitas transportasi hingga ke pulau-pulau kecil terluar;
d. Peningkatan pelayanan prasarana lingkungan hingga ke wilayah pulau-pulau kecil
terluar;
e. Peningkatan upaya pelestarian lingkungan berupa kawasan lindung, kawasan resapan
air dan kawasan cagar alam yang memberikan perlindungan bagi habitat satwa asli
daerah;
f. Pengembangan kawasan budidaya di wilayah Kabupaten Kepulauan Aru, khususnya
kawasan budidaya perikanan, pertanian, dan permukiman; dan
g. Pengembangan kawasan strategis di bidang ekonomi, sosial budaya pendayagunaan
sumberdaya alam dan/ atau teknologi tinggi serta daya dukung lingkungan hidup.
h. Peningkatan fungsi kawasan untuk Pertahanan dan Keamanan

Bagian Ketiga
Strategi Penataan Ruang

Pasal 4

(1) Strategi untuk meningkatkan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi
wilayah yang merata dan berhierarki, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf
a, terdiri atas:
a. Menjaga keterkaitan antar kawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan dan
kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah di sekitarnya;
b. Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani oleh
pusat pertumbuhan; dan
c. Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan
lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya.

(2) Strategi untuk peningkatan keterkaitan antara pusat-pusat kegiatan di wilayah pesisir dan
pulau-pulau di wilayah Kabupaten Kepulauan Aru dalam upaya peningkatan pertumbuhan
ekonomi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf b, terdiri atas:

Perda RTRW Kab. Kepulauan Aru


41 rRT/
RW
a. Mendorong perkembangan kawasan agar lebih mampu mempercepat pertumbuhan
ekonomi wilayah terutama dalam membuka daerah yang terisolir dan mencukupi
kebutuhan wilayah yang bertetangga;
b. Meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana pendukung dalam kegiatan ekonomi
di wilayah pesisir;
c. Meningkatkan fungsi kawasan sebagai penyedia pelayanan jasa dan pusat kegiatan
ekonomi, khususnya terkait dengan pelayanan dalam sektor kelautan dan perikanan
dan kegiatan masyarakat di sepanjang pantai;
d. Meningkatkan penyediaan akses transportasi dari pulau-pulau tetangga dan dari
pulau-pulau kecil terluar menuju pusat-pusat kegiatan;
e. Meningkatkan daya tarik pusat kegiatan di sepanjang pesisir pantai dengan keunikan
kaadaan geografis alam tropis, kondisi sosial budaya masyarakat nelayan dan kondisi
khas lingkungan sekitar di kawasan pesisir pantai sehingga menarik wisatawan dan
menjadikan kawasan sebagai daerah tujuan yang menarik dikunjungi wisatawan; dan
f. Meningkatkan keterkaitan antar pulau-pulau di wilayah Kabupaten Kepulauan Aru
sebagai penghasil komoditas unggulan dalam rangka pertumbuhan ekonomi.

(3) Strategi untuk peningkatan fasilitas transportasi hingga ke pulau-pulau kecil terluar,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf c, terdiri atas:
a. Meningkatkan optimalisasi fungsi transportasi darat, laut dan udara;
b. Meningkatkan kapasitas pelayanan bandar udara
c. Mengembangkan sistem transportasi terpadu untuk mendukung akses transportasi
eksternal dan internal wilayah Kabupaten Kepulauan Aru; dan
d. Penyediaan sistem jaringan infrastruktur yang terintegrasi satu dengan yang lain
khususnya moda laut, moda darat dan moda udara dalam suatu sistem yang
sinergis dan memadai dengan tingkat kelayakan dan jaminan keselamatan
berdasarkan standar yang berlaku
e. Meningkatkan kapasitas pelayanan pelabuhan
(4) Strategi untuk peningkatan pelayanan prasarana lainnya hingga ke wilayah pulau-pulau
kecil terluar, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf d , terdiri atas:
a. Mengoptimalkan fungsi prasarana lainnya berupa sistem jaringan energi, sistem
jaringan telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air dan sistem prasarana
pengelolaan lingkungan hingga ke pulau-pulau kecil di wilayah Kabupaten;
b. Meningkatkan penyediaan fasilitas publik secara merata dan berkelanjutan guna
memenuhi kebutuhan air bersih, listrik, telematika, drainase dan sistem penanganan
sampah yang ramah lingkungan;
c. Meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana sosial dan ekonomi dalam rangka
penyebaran pusat-pusat aktivitas dan pertumbuhan ekonomi secara merata di
setiap wilayah pengembangan;
d. Mengembangkan sarana pembangkit listrik tenaga surya, tenaga diesel, tenaga
angin dan tenaga mikrohidro untuk memanfaatkan sumber energi terbarukan;
e. Mengembangkan sistem jaringan telekomunikasi berupa system jaringan terestrial,
seluler dan satelit hingga ke daerah-daerah terpencil di wilayah kabupaten;
f. Mengembangkan system jaringan air bersih sesuai dengan kebutuhan masyarakat
di wilayah Kabupaten Aru; dan

Perda RTRW Kab. Kepulauan Aru


41 rRT/
RW
g. Mengembangkan pelayanan prasarana lingkungan berupa system pengolahan
limbah, pengelolaan sampah dan drainase untuk melayani permukiman di wilayah
kecamatan-kecamatan di Kabupaten Kepulauan Aru.
h. Meningkatkan pelayanan air minum agar dapat melayani kebutuhan kecamatan-
kecamatan di Kabupaten Kepulauan Aru.

(5) Strategi untuk peningkatan upaya pelestarian lingkungan berupa kawasan lindung,
kawasan resapan air dan kawasan cagar alam yang memberikan perlindungan bagi
habitat satwa asli daerah, sebagaimana dimaksud dalam Pasal Pasal 3 ayat (2) huruf e,
terdiri atas:
a. Meningkatkan fungsi kawasan lindung dengan menambah luasan kawasan hutan
lindung dan daerah resapan air di Kabupaten Kepulauan Aru;
b. Membatasi kegiatan budidaya di kawasan lindung untuk mencegah dampak negatif
kerusakan lingkungan;
c. Meningkatkan upaya pengawasan pelestarian kawasan mangrove untuk menjaga
keseimbangan ekosistem; dan
d. Meningkatkan pelestarian habitat satwa asli daerah berupa cendrawasih, kakatua,
rusa, kanguru khususnya di daerah suaka margasatwa dan cagar alam.

(6) Strategi untuk pengembangan kawasan budidaya di wilayah Kabupaten Kepulauan Aru,
khususnya kawasan budidaya perikanan, pertanian, dan permukiman, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal Pasal 3 ayat (2) huruf f, terdiri atas:
a. Peningkatan komoditas unggulan tiap-tiap kecamatan yang sesuai dengan potensi
sumber daya alam sekaligus mengusung kearifan budaya lokal masyarakat
setempat;
b. Peningkatan upaya pengawasan kegiatan pengelolaan sumber daya kelautan yang
dilengkapi dengan sistem regulasi yang mendukung iklim usaha di daerah;
c. Peningkatan kualitas kehidupan penduduk asli dengan melibatkan peran masyarakat
di dalam memanfaatkan dan mengolah hasil sumber daya alam yang berpotensi
sebagai komoditas unggulan; dan
d. Perwujudan produktivitas sektor unggulan yang dapat mendukung pertumbuhan
wilayah dengan pengembangan desa-desa penghasil komoditas unggulan di setiap
kecamatan penghasil sektor unggulan; dan
e. Peningkatan daya tarik sektor unggulan pariwisata daerah yang mengusung potensi
bahari, potensi tumbuh-tumbuhan dan satwa khas daerah serta potensi budaya
masyarakat lokal.
f. Peningkatan penyediaan lahan permukiman untuk memenuhi kebutuhan
permukiman di pusat-pusat pertumbuhan baru.

(7) Strategi untuk Pengembangan kawasan strategis di bidang ekonomi, sosial budaya,
pendayagunaan sumberdaya alam dan/ atau teknologi tinggi serta daya dukung
lingkungan hidup, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf g , terdiri atas:
a. Meningkatkan penyediaan infrastruktur untuk mendukung kegiatan di kawasan
strategis;

Perda RTRW Kab. Kepulauan Aru


41 rRT/
RW
b. Mengoptimalkan fungsi kawasan yang memiliki potensi di sektor perikanan dan
pariwisata;
c. Meningkatkan upaya pelestarian kawasan lindung untuk menjaga keseimbangan
ekosistem dan habitat asli kawasan; dan
d. Mengembangkan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi bahan galian dengan
berwawasan lingkungan.

(8). Strategi pengembangan kawasan strategis:


a. Mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di
sekitar kawasan khusus pertahanan untuk menjaga fungsi pertahanan dan
keamanan;
b. Mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan
khusus pertahanan untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan;
c. Turut serta menjaga dan memelihara aset-aset Pertahanan/TNI.

BAB III
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH

Bagian Pertama
Umum

Pasal 5

(1) Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Aru tersusun atas konstelasi pusat-
pusat kegiatan yang berhierarki satu sama lain yang dihubungkan oleh sistem jaringan
prasarana wilayah Kabupaten.
(2) Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Aru sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1 : 50.000 sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua
Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan

Pasal 6

(1) Sistem perkotaan Kabupaten, terdiri atas:


a. pembagian wilayah pengembangan; dan
b. hirarki perkotaan.

(2) Pembagian Wilayah Pengembangan (WP) di Kabupaten sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf a, terdiri atas :
a. Wilayah Pengembangan/Gugus Pulau I yang meliputi Kecamatan Pulau-Pulau Aru
dan Aru Utara dengan pusat pelayanan di Kota Dobo, dan dengan fungsi utama
sebagai berikut :

Perda RTRW Kab. Kepulauan Aru


41 rRT/
RW
1. Sentra produksi perkebunan;
2. Pusat pelayanan jasa;
3. Pusat transportasi regional;
4. Sentra tanaman pangan;
5. Sentra hutan produksi;
6. Sentra budidaya mutiara dan perikanan (rumput laut, ikan, udang);
7. Sentra perdagangan; dan
8. Pariwisata.
b. Wilayah Pengembangan/Gugus Pulau II yang meliputi Kecamatan Aru Tengah, Aru
Tengah Timur, dan Aru Tengah Selatan dengan pusat pelayanan di Kota Benjina,
dan dengan fungsi utama sebagai berikut :
1. Sentra produksi kehutanan;
2. Sentra produksi pertanian;
3. Sentra budidaya mutiara dan perikanan;
4. Perlindungan hutan (cagar alam);
5. Pusat pelayanan jasa;
6. Sentra perdagangan mutiara dan perikanan
7. Sentra industri pengolahan perikanan dan pertanian dan pariwisata.
c. Wilayah Pengembangan/Gugus Pulau III yang meliputi Kecamatan Aru Selatan, dan
Aru Selatan Timur dengan pusat pelayanan di Kota Korpuy, dan dengan fungsi
utama sebagai berikut :
1. Pusat pertahanan dan keamanan;
2. Sentra produksi pertanian;
3. Sentra produksi perkebunan;
4. Pusat pelayanan jasa;
5. Wisata konservasi laut;
6. Sentra industri pengolahan pertanian, perkebunan dan perikanan; dan
7. Pariwisata.
(3) Hirarki perkotaan di Kabupaten Kepulauan Aru sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b terdiri atas :
a. Kota Korpuy sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL);
b. Kota Marlasi, Kota Benjina, Kota Koijabi, Kota Longgar, Kota Korpuy, dan Kota
Meror sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (PPK);
c. Kobamar, Batuley, Wokam, Kolaha, Kobraur, Basada, Koba Seltimur, Fatlabata,
Mesiang, Warabal, Lorang, Tabarfane, Ngaibor, Batugoyang sebagai Pusat
Pelayanan Lingkungan (PPL); dan
d. Kota Dobo sebagai Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN).

Bagian Ketiga
Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Kabupaten

Pasal 7

Perda RTRW Kab. Kepulauan Aru


41 rRT/
RW
Sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1),
meliputi :
a. Sistem Jaringan Transportasi ;
b. Sistem Jaringan Energi ;
c. Sistem Jaringan Telekomunikasi;
d. Sistem Jaringan Sumberdaya Air;dan
e. Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan.

Paragraf 1
Sistem Jaringan Transportasi

Pasal 8

Sistem jaringan transportasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a, terdiri atas:
a. Sistem jaringan transportasi darat;
b. Sistem jaringan transportasi laut;
c. Sistem jaringan transportasi udara.

Pasal 9

(1) Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a, terdiri
atas:
a. Jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, meliputi jaringan jalan,dan jaringan
prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, serta jaringan pelayanan lalu lintas dan
angkutan jalan.
b. Jaringan angkutan sungai, danau, dan penyebrangan.

(2) Jaringan jalan di Kabupaten Kepulauan Aru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, terdiri atas :
a. Rencana jaringan jalan arteri primer di Kabupaten Kepulauan Aru yang akan
dikembangkan, terdiri dari lingkar jalan pulau Kobror.
b. Rencana jaringan jalan kolektor primer K3 di Kabupaten Kepulauan Aru, terdiri atas:
1. Ruas jalan Trans Aru ( Wokam – Selibatabata, Lorang - Batugoyang )
2. Ruas jalan Sional - Sionidal
3. Ruas jalan wokam – lamerang – karangguli – jabulenga – tunguwatu
c. Rencana jaringan jalan kolektor K4, terdiri atas:
1. Ruas jalan Marlasi – Tasinwaha
2. Ruas jalan Marlasi – Kolamar – Masidang – Selmona – Mohongpulau –
Mohongsel – Leiting – Gomsei – Wafan – Waifual
3. Ruas jalan Langhalau – Bardefan – Kompane - Kobamar
4. Kobamar – Tunguwatu
5. Kaibolafin – Foket –Wahangulangula – Wahayum - Kolaha
6. Goda-Goda – Londe – Samang – Kotalama – Wokam
7. Tabarfane - Katanter – Hokmar – Lutur – Rebi

Perda RTRW Kab. Kepulauan Aru


41 rRT/
RW
8. Maekor – Gardakau
9. Kabalukin – Korpuy – Marafenfen
10. Kabalukin – Kalar-Kalar – Feruni – Ngaiguli – Fatural – Ngaibor
11. Laininir – Dokabarat – Dokatimur – Jelia – Gaimar – Popjetur
12. Popjetur – Dosimar – Batugoyang – Salarem – Meror – Siya
13. Siya – Beltubur – Karey – Jorang – Gomarmeti – Gomar Sungai
14. Longgar – Bemun – Mesiang – Gomo-Gomo
15. Juring - Erersin
d. Rencana jaringan jalan kolektor sekunder yang menghubungkan internal Kota Dobo,
yakni ruas jalan, terdiri atas:
1. Ruas jalan Dobo – Durjela
2. Ruas jalan Dobo – BBM

(3) Jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, terdiri atas:
a. Terminal Penumpang Tipe B terdapat di Dobo
b. Terminal Penumpang Tipe C terdapat di Benjina dan Serwatu
c. Terminal barang terdapat di Dobo, Benjina, Serwatu dan Marlasi

(4) Jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, terdiri atas trayek penghubung dalam kota Dobo.

(5) Jaringan sungai, danau dan penyebrangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b, terdiri atas:
a. Alur pelayaran sungai, terdiri atas:
1. Selat Manumbai menghubungkan Pulau Wokam dan Pulau Kobror, dengan
jangkauan ke arah perairan dan pesisir pantai Kobror, Lau-lau di Pulau Babi,
Pulau Karai serta Daerah Wakua
2. Selat Workai yang melayani Kawasan permukiman di Kobadangar, Pulau Baun,
Jambu Air, Pulau Barakan dan kawasan permukiman di sepanjang sungai
Workai ; dan
3. Selat Maekor penghubung Pulau Koba dan Trangan sebagai dermaga yang
berfungsi melayani masyarakat di pantai timur termasuk masyarakat Mesiang.
b. Lintas penyebrangan, terdiri atas:
1. Dobo – Wokam
2. Dobo – Timika
3. Dobo – Benjina – Tabarfane – Jerol
4. Benjina - Tual – Saumlaki ;
5. Benjina – Larat;
6. Basada – Merauke;
7. Basada – Timika ;
8. Marlasi – Kaimana – Timika.
c. Pelabuhan sungai, terdiri atas:
1. Pelabuhan di Desa Namara, Selilau, Gulili, Papakula Besar, Wokam, di
Kecamatan Aru Tengah dan Dosinamalau di Kecamatan Aru Tengah Timur;

Perda RTRW Kab. Kepulauan Aru


41 rRT/
RW
2. Pelabuhan di Desa Benjina, Papakula Kecil, Gardakau, Irloy, Lorang, Manjau,
Kwarbola, di Kecamatan Aru Tengah dan Ponom di Kecamatan Aru Tengah
Timur; dan
3. Pelabuhan di Desa Tabarfane di Kecamatan Aru Selatan Utara dan Desa Juring,
Erersin, Gomar Sungai, Fatlabata di Kecamatan Aru Selatan Timur.
d. Pelabuhan penyebrangan terdiri dari Pelabuhan Benjina di Kecamatan Aru Tengah,
Pelabuhan Dusun Lamerang (Desa Wokam) di Kecamatan PP. Aru, dan Pelabuhan
Basada di Kecamatan Aru Tengah Timur;

Pasal 10

(1) Sistem jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b meliputi:
a. Tatanan kepelabuhanan; dan
b. Alur pelayaran.

(2) Tatanan kepelabuhanan di Kabupaten Kepulauan Aru sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a, terdiri atas :
a. Pelabuhan pengumpul, terdiri atas :
1. Pelabuhan Dobo di Kecamatan Pulau-pulau Aru
2. Pelabuhan Batugoyang di Kecamatan Aru selatan Timur
3. Pelabuhan Kalar-Kalar di Kecamatan Aru Selatan
b. Pelabuhan pengumpan, terdiri atas :
1. Pelabuhan Serwatu di Kecamatan Aru Selatan
2. Pelabuhan Benjina di Kecamatan Aru Tengah
3. Pelabuhan Tabarfane di Kecamatan Aru Selatan Utara
4. Pelabuhan Meror di Kecamatan Aru Selatan Timur
5. Pelabuhan Basada di Kecamatan Aru Tengan Timur
6. Pelabuhan Marlasi di Kecamatan Aru Utara
7. Pelabuhan Mesiang di Kecamatan Aru Tengah Selatan
8. Pelabuhan Pulau Karawai di Kecamatan Aru Tengah Timur
9. Pelabuhan Pulau Barakan di Kecamatan Aru Tengah Selatan
10. Pelabuhan Koijabi di Kecamatan Aru Tengah Timur
11. Pelabuhan Pulau Ujir di Kecamatan Pulau-Pulau Aru
12. Pelabuhan Wokam di Kecamatan PP Aru
13. Pelabuhan Wakua di Kecamatan Aru Tengah
14. Pelabuhan Longgar di Kecamatan Aru Tengah Selatan
15. Pelabuhan Kabalsiang di Kecamatan Aru Utara
16. Pelabuhan Batuley di Kecamatan Batuley
17. Pelabuhan Kobamar di Kecamatan Sir-Sir

(3) Alur pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas :
a. Alur pelayaran nasional dengan trayek Tual - Dobo;

Perda RTRW Kab. Kepulauan Aru


41 rRT/
RW
b. Alur pelayaran regional dengan trayek Dobo - Benjina – Tabarfane - Serwatu - Meror -
Longgar - Koijabi - Marlasi – Dobo.
(4) Rencana pengembangan Pelabuhan Benjina yang berfungsi sebagai pelabuhan
pengumpan menjadi pelabuhan pengumpul agar mengoptimalkan fungsinya sesuai
dengan lokasinya yang strategis pada pusat wilayah pengembangan yang dapat
memajukan pertumbuhan ekonomi.

Pasal 11

(1) Sistem jaringan transportasi udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf c, meliputi
:
a. Tatanan kebandarudaraan ; dan
b. Ruang udara untuk penerbangan.
(2) Tatanan kebandarudaraan di Kabupaten Kepulauan Aru sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, terdiri atas :
a. Bandar udara pengumpan terdiri atas :
1. Bandar Udara Dobo di Kecamatan Pulau-Pulau Aru
2. Bandar Udara Benjina di Kecamatan Kecamatan Aru Tengah
3. Bandar Udara Dokabarat di Kecamatan Aru Selatan
4. Bandar Udara TNI Angkatan Laut Korpuy di Aru Selatan
b. Bandar udara khusus yaitu Bandar Udara milik swasta di Benjina di Kecamatan Aru
Tengah.

(3) Bandar udara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a angka 1 dan angka 2
merupakan bandara yang akan dipelihara.

(4) Bandar udara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a angka 3 merupakan bandara
baru yang akan dikembangkan.

(5) Ruang udara untuk penerbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diatur
lebih lanjut dalam rencana induk bandar udara.

Paragraf 2
Sistem Jaringan Energi

Pasal 12

(1) Sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b, terdiri atas :
a. Jaringan pipa minyak dan gas bumi;
b. Pembangkit tenaga listrik; dan
c. Jaringan transmisi tenaga listrik.

Perda RTRW Kab. Kepulauan Aru


41 rRT/
RW
(2) Rencana pengembangan jaringan pipa minyak dan gas bumi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, terdiri atas :
a. Pembangunan depo BBM untuk menjamin ketersediaan BBM dalam jangka waktu
tertentu di ibukota Kecamatan Aru Selatan Timur, Aru Tengah Selatan dan
Kecamatan Aru Utara.
b. Pengembangan depo BBM di Benjina, Jerol, Meror, Koijabi, Marlasi. Depo BBM saat
ini terdapat di Dobo; dan
c. Pembangunan tempat distribusi BBM (Pompa Bensin) di sentra-sentra nelayan yang
telah menggunakan perahu bermesin berbahan bakar minyak dan Kota Dobo.

(3) Rencana pengembangan Pembangkit tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, terdiri atas :

a. Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terdiri atas :


1. Kecamatan Aru Utara di Marlasi, Wahayum, Warialau, Jursiang, Karawai,
Dosinamalau, Sewer, Waria, Batuley, Kumul, Kabalsiang, Benjuring, Foket,
Tasingwaha, Kaibolafin, Kabufin, Kompane, Bardafan, Gomsey, Wafan, Waifual,
Leting, Kolaha dan Jerwatu.
2. Kecamatan Pulau-Pulau Aru di Tunguwatu, Jabulenga, Londe, Ujir, Kobamar,
Goda-goda, dan Wahangulangula.
3. Kecamatan Aru Tengah di Kobaselfara, Kobaseltimur, Wakua, Selibatabata,
Algadang, Irloy, dan Jirlai.
4. Kecamatan Aru Tengah Timur di Lola, Mariri, Warloy, Warjukur, dan Koijabi.
5. Kecamatan Aru Tengah Selatan di Longgar, Apara, Mesiang, Gomogomo, dan
Jambu Air.
6. Kecamatan Aru Selatan di Gaimar, Lor-lor, Jelia, dan Dokatimur.
7. Kecamatan Aru Selatan Timur di Batugoyang, Juring, Erersin, dan Langhalau.
b. Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), di setiap kota kecamatan
yang cukup padat atau jarak antar desanya berdekatan;
c. Pengembangan genset komunal, sebagai upaya pengadaan energi listrik secara
swadaya dari sekelompok penduduk yang jarak antar rumahnya berdekatan;

(4) Rencana pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c diprioritaskan pada Ibukota Kabupaten dan kota-kota kecamatan yang
belum terjangkau listrik dengan pola mengikuti jaringan jalan dan dengan sistem jaringan
hantaran udara.
Paragraf 3
Sistem Jaringan Telekomunikasi

Pasal 13

Perda RTRW Kab. Kepulauan Aru


41 rRT/
RW
(1) Sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf c, terdiri
atas :
a. Jaringan terestrial;
b. Jaringan seluler; dan
c. Jaringan satelit;

(2) Jaringan terestrial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a akan dikembangkan
terutama di Kecamatan Pulau-Pulau Aru dan Kecamatan Aru Tengah.

(3) Jaringan seluler sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b akan dikembangkan di
seluruh kecamatan terutama Kecamatan Pulau-Pulau Aru dan Kecamatan Aru Tengah
Timur, yaitu melalui perluasan jaringan telepon seluler pada wilayah-wilayah yang telah
berkembang dan pengembangan BTS di setiap ibukota kecamatan.

(4) Jaringan satelit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c di Kabupaten Kepulauan
Aru terdiri atas pulau-pulau terpencil, dan akan dikembangkan di seluruh kecamatan.

(5) Selain rencana pengembangan jaringan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), (3) dan
(4), akan dikembangkan pula sistem telekomunikasi berbasis gelombang radio untuk
komunikasi antar pusat-pusat pemerintahan (Kabupaten dan Kecamatan).
Paragraf 4
Sistem Jaringan Sumberdaya Air

Pasal 14

Sistem jaringan sumberdaya air berupa Jaringan air minum di Kabupaten Kepulauan Aru,
sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 huruf d terdiri atas :
a. Wilayah 1 merupakan wilayah-wilayah yang air bakunya berasal dari PDAM Kota
Dobo, yaitu meliputi desa-desa yang berada di sekitar Ibukota Kecamatan;
b. Wilayah 2 merupakan wilayah-wilayah yang air bakunya berasal dari danau/mata air di
Kawasan Popjetur, yaitu meliputi wilayah kecamatan-kecamatan di bagian Pulau
Trangan; dan
c. Wilayah 3 merupakan wilayah-wilayah yang air bakunya berasal dari air hujan, yaitu
meliputi kecamatan-kecamatan lain dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Kepulauan
Aru.

Paragraf 5
Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan

Pasal 15

(1) Rencana sistem prasarana pengelolaan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7 huruf e, terdiri atas :

Perda RTRW Kab. Kepulauan Aru


41 rRT/
RW
a. Sistem pengelolaan sampah;
b. Sistem pengelolaan limbah; dan
c. Sistem drainase.

(2) Rencana pengembangan sistem pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a terdiri atas :
a. Pengembangan sarana pengangkutan sampah dengan menggunakan container
terutama untuk melayani lingkungan-lingkungan permukiman, areal komersial
seperti perdagangan dan pasar ;
b. Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) di Kota Dobo dengan pola
Sanitary Land-fill; dan
c. Pengembangan TPS di setiap ibukota kecamatan.

(3) Rencana pengembangan sistem pengelolaan limbah sebagaimana dimaksud ayat (1)
huruf b terdiri atas :
a. Pengembangan septik tank dengan sistem terpadu untuk kawasan perkotaan;
b. Pengembangan sistem sewerage untuk kawasan industri dan kawasan padat dengan
memakai sistem IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah) yang dibuat dengan system
PIT;dan
c. Pengembangan jaringan tertutup untuk kawasan lainnya.

(4) Rencana pengembangan sistem drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
dilakukan melalui peningkatan kapasitas sistem drainase di pusat-pusat kegiatan terutama
di Kota Dobo.
BAB IV

RENCANA POLA RUANG WILAYAH

Bagian pertama
Umum

Pasal 16

(1) Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Aru, meliputi:


a. Kawasan lindung; dan
b. Kawasan budidaya.
(2) Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Aru digambarkan dalam peta dengan
tingkat ketelitian 1 : 50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua
Kawasan Lindung Kabupaten

Pasal 17

Perda RTRW Kab. Kepulauan Aru


41 rRT/
RW
Kawasan lindung Kabupaten Kepulauan Aru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1)
huruf a terdiri atas :
a. Kawasan hutan lindung;
b. Kawasan perlindungan setempat;
c. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya;
d. Kawasan rawan bencana alam;
e. Kawasan lindung geologi; dan
f. Kawasan lindung lainnya.

Pasal 18

Kawasan hutan lindung di Kabupaten Kepulauan Aru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
huruf a terdapat di Pulau Aduar, Pulau Kumul, Pulau Binaar, Kepulauan Karaweira, Kepulauan
Mariri, Pulau Mocan, Pulau Tabar dan Pulau Babi dengan luas seluruhnya kurang lebih 6.475
Ha.

Pasal 19

(1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf b, terdiri
atas :
a. Kawasan sempadan pantai; dan
b. Kawasan sempadan sungai;

(2) Kawasan sempadan pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdapat di
sepanjang pantai Kabupaten Kepulauan Aru, dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit 100 (seratus) meter dari titik
pasang air laut tertinggi ke arah darat; atau
b. Daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam atau
terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai.

(3) Kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b terdapat di sepanjang
sungai yaitu Sungai Tafermaar, Sungai Serwatu, Sungai Warloy, Sungai Torsiran, Sungai
Marajina, Sungai Mangemaal, Sungai Dosi, Sungai Duawatu, Sungai Feraun, Sungai
Maririmar, Sungai Tunguwatu, Sungai Waliramai, dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar paling sedikit 5 (lima)
meter dari kaki tanggul sebelah luar;
b. Daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan permukiman
dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi sungai; atau
c. Daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul di luar kawasan permukiman
dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai.

Pasal 20

(1) Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya di Kabupaten Kepulauan Aru
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf c, terdiri atas :

Perda RTRW Kab. Kepulauan Aru


41 rRT/
RW
a. Kawasan suaka margasatwa;
b. Kawasan cagar alam;
c. Kawasan suaka alam perairan ; dan
d. Kawasan pantai berhutan bakau.

(2) Kawasan suaka margasatwa yang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdapat
di Pulau Baun Kecamatan Aru Tengah seluas 13.000 Ha dan Pulau Kobror seluas kurang
lebih 66.288 Ha; dan

(3) Kawasan cagar alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdapat di Kecamatan
Aru Tengah yaitu Cagar Alam Bekau Huhun di Pulau Kobror seluas 61.675,75 Ha yang
merupakan kawasan lindung nasional;

(4) Kawasan Suaka Alam Perairan laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdapat
di Kecamatan Aru Selatan Timur yaitu Cagar Alam Laut Kepulauan Aru Tenggara yang
meliputi Pulau Enu, Pulau Karang, Pulau Jeh, Pulau Mar, dan Pulau Marjinjin seluas
114.000 Ha, dan merupakan kawasan lindung nasional.

(5) Kawasan pantai berhutan bakau sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d terdapat
hampir di sepanjang pantai di Kabupaten Kepulauan Aru.

Perda RTRW Kab. Kepulauan Aru


41 rRT/
RW
Pasal 21

Kawasan rawan bencana alam yang terdapat di Kabupaten Kepulauan Aru sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 huruf d yaitu berupa kawasan yang memiliki risiko multi bencana
yaitu bencana banjir, terdiri atas :
a. Kawasan yang memiliki risiko paling tinggi terdapat di Kecamatan Pulau-Pulau Aru,
Kecamatan Aru Utara, Kecamatan Aru Tengah, dan Kecamatan Aru Selatan; dan
b. Kawasan yang relatif memiliki tingkat risiko sedang adalah wilayah kecamatan Aru Tengah
Timur, Kecamatan Aru Tengah Selatan dan Kecamatan Aru Selatan Timur.

Pasal 22

(1) Kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf e:


a. Kawasan rawan bencana geologi terdiri atas: kawasan rawan gempa bumi, kawasan
kawasan rawan tsunami, kawasan rawan gerakan tanah, kawasan rawan abrasi.
b. Kawasan yang memberi perlindungan terhadap air tanah terdiri atas: kawasan
imbuhan air tanah dan kawasan sekitar mata air.

(2) Kawasan rawan gempa bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdapat di
wilayah barat Kabupaten Kepulauan Aru.

(3) Kawasan rawan tsunami sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdapat di wilayah
pantai dan pesisir terutama di Kecamatan Pulau-Pulau Aru dan Kecamatan Aru Selatan,
yang terbagi menjadi:
a. Daerah resiko tinggi, yaitu daerah yang memiliki jarak 500 meter dari tepi pantai;
b. Daerah resiko sedang yaitu daerah yang berjarak 500 – 1000 m dari tepi pantai;
dan
c. Daerah evakuasi, yaitu daerah yang berjarak di atas 1000 m dari tepi pantai.

(4) Kawasan rawan gerakan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdapat di
sebelah selatan Kepulauan Aru Kecamatan Aru Selatan dan Kecamatan Aru Tengah
Selatan.

(5) Kawasan rawan abrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdapat di kawasan
pesisir Kabupaten Kepulauan Aru.

(6) Kawasan imbuhan air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdapat di
Pulau Wamar, Pulau Wokam, Pulau Maekor.

(7) Kawasan sekitar mata air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdapat di Pulau
Trangan, Pulau Maekor, Pulau Kobror.

Pasal 23

Kawasan lindung lainnya sebagaimana dimaksud pada Pasal 17 huruf f, terdiri atas :

Perda RTRW Kab. Kepulauan Aru


41 rRT/
RW
a. Kawasan terumbu karang yang terdapat di Pulau Babi, Pulau-Pulau Watuley, Pulau
Karaweira, Pulau Mariri.
b. Kawasan batu, pasir, dan karang yang terdapat di Pulau Arakula.
c. Kawasan vegetasi pantai yang terdapat di sepanjang pantai.
d. Kawasan vegetasi pasir, batu karang dan biota yang terdapat di Pulau Enu, Pulau Karang,
Pulau Maar, Pulau Jeh, Pulau Kultubai Selatan, dan Kepulauan Jen
e. Kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi berupa cendrawasih,
kanguru, rusa, terdapat di cagar alam Pulau Kobror dan Suaka Margasatwa Pulau Baun,
serta penyu di Taman Laut Pulau Enu

Bagian Ketiga
Kawasan Budidaya Kabupaten

Pasal 24

Kawasan budidaya Kabupaten Kepulauan Aru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat
(1) huruf b, terdiri atas :
a. Kawasan peruntukan hutan produksi;
b. Kawasan peruntukan pertanian;
c. Kawasan peruntukan perikanan;
d. Kawasan peruntukan pertambangan;
e. Kawasan peruntukan industri;
f. Kawasan peruntukan pariwisata;
g. Kawasan peruntukan permukiman; dan
h. Kawasan peruntukan pertahanan keamanan.

Paragraf 1
Kawasan Peruntukan Hutan Produksi

Pasal 25

(1) Kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf a,
terdiri atas :
a. Kawasan hutan produksi tetap ; dan
b. Kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi.

(2) Kawasan hutan produksi tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdapat di
Kecamatan Aru Utara, Kecamatan Aru Tengah, Kecamatan Aru Tengah Selatan,
Kecamatan Aru Selatan, Kecamatan Selatan Timur dengan luas keseluruhan kurang lebih
174.469 Ha;

(3) Kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b terdapat di Kecamatan Aru Utara, Kecamatan Aru Tengah, Kecamatan Aru
Tengah Selatan, Kecamatan Aru Selatan Timur dengan dengan luas keseluruhan kurang
lebih 557.492 Ha.

Perda RTRW Kab. Kepulauan Aru


41 rRT/
RW
Paragraf 2
Kawasan Peruntukan Pertanian

Pasal 26

(1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf b terdiri
atas :
a. Kawasan Pertanian Tanaman Pangan;
b. Kawasan Hortikultura;
c. Kawasan Perkebunan; dan
d. Kawasan Peternakan.
(2) Kawasan Pertanian Tanaman Pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
terdapat di setiap kecamatan berupa padi ladang, jagung, ketela pohon, ketela rambat,
dan kacang-kacangan;

(3) Kawasan Hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdapat di setiap
kecamatan berupa sawi, terong, ketimun, buncis, kangkung dan bayam, sedangkan jambu
mete terdapat di Kecamatan Aru Tengah, Kecamatan Aru Tengah Timur, Kecamatan Aru
Selatan dan Kecamatan Aru Selatan Timur;

(4) Kawasan Perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdiri atas: kawasan
Perkebunan kelapa dalam, tebu, kakao, kopi, vanili, dan sagu terdapat di Kecamatan
Pulau-Pulau Aru, Kecamatan Aru Utara, Kecamatan Aru Tengah, Kecamatan Aru Tengah
Timur, Kecamatan Aru Selatan, Aru Tengah Selatan, dan Kecamatan Aru Selatan Timur;

(5) Kawasan Peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, terdapat di semua
kecamatan berupa peternakan ayam, sapi, babi dan kambing.

(6) Kawasan pertanian pangan di Kecamatan Aru Tengah, Kecamatan Aru Tengah Timur,
Kecamatan Aru Selatan, Kecamatan Aru Selatan Timur sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) ditetapkan sebagai kawasan pertanian pangan berkelanjutan, dengan luasan kurang
lebih 1189 Ha.

Paragraf 3
Kawasan Peruntukan Perikanan

Pasal 27

(1) Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf c, terdiri
atas :
a. Kawasan peruntukan perikanan tangkap;
b. Kawasan peruntukan budidaya perikanan; dan
c. Kawasan peruntukan pengolahan ikan.

Perda RTRW Kab. Kepulauan Aru


41 rRT/
RW
(2) Kawasan peruntukan perikanan tangkap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dikembangkan di seluruh wilayah pesisir perairan Kabupaten Kepulauan Aru yang menjadi
pusat kegiatan ekonomi terutama di Kecamatan Pulau-Pulau Aru, Kecamatan Aru Tengah
dan Kecamatan Aru Selatan, dengan komoditi utama ikan pelagis besar, ikan pelagis kecil,
dan ikan demersal.

(3) Kawasan peruntukan budidaya perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
terdapat di Warialau, Marlasi, Pulau Kola, Pulau Arakula, Pulau Aduar, Pulau Barakan,
Warjukur, Pulau Mariri, Pulau Lola, Batugoyang, Sungai Serwatu, Lutur, Tabarfane, Pulau
Maerang, Durjela, Laulau, Tunguwatu, Wasir, Ujir, Kenari, dan Goda-Goda, dengan
komoditi utama udang, teripang, kerapu, kepiting, rumput laut, lobster, ikan baronang, dan
mutiara.
(4) Kawasan peruntukan pengolahan ikan berada di Benjina Kecamatan Aru Tengah dan
Warabal (Pulau Penambulai) Kecamatan Aru Tengah Selatan.

(5) Kawasan industri pengolahan ikan berada di Benjina Kecamatan Aru Tengah, Warabal
(Pulau Penambulai) Kecamatan Aru Tengah Selatan, Kecamatan Aru Selatan, dan
Kecamatan Aru Utara.

(6) Rencana pengembangan kawasan industri perikanan Benjina dalam kegiatan ekspor hasil
perikanan.

Paragraf 4
Kawasan Peruntukan Pertambangan

Pasal 28

(1) Kawasan peruntukan pertambangan di Kabupaten Kepulauan Aru sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 24 huruf d, terdiri atas :
a. Kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas; dan
b. Kawasan peruntukan pertambangan mineral.

(2) Kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a terdapat di Pulau Warialau di Kecamatan Aru Utara, lepas pantai Kecamatan
Aru Selatan Timur, dan Kecamatan Aru Selatan.

(3) Kawasan peruntukan pertambangan mineral sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, terdiri atas :
a. Kawasan peruntukan pertambangan batu gamping napalan yang terdapat di Pulau
Warialau, bagian tenggara Kepulauan Aru yaitu di Pulau Koba, bagian timur Pulau
Kobror di Kecamatan Aru Tengah Timur dan Pulau Trangan di Kecamatan Aru
Selatan dan Kecamatan Aru Selatan Timur, sebagian Pulau Workai, Pulau Baun,
Pulau Penambulai dan pulau-pulau kecil di sekitarnya;

Perda RTRW Kab. Kepulauan Aru


41 rRT/
RW
b. Kawasan peruntukan pertambangan batu pasir kuarsa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b terdapat di Desa Salarem, bagian selatan Kepulauan Aru di
Kecamatan Aru Selatan Timur, Pulau Workai dan Pulau Penambulai.

Perda RTRW Kab. Kepulauan Aru


41 rRT/
RW
Paragraf 5
Kawasan Peruntukan Industri

Pasal 29

(1) Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf e, terdiri atas
:
a. Kawasan peruntukan industri sedang; dan
b. Kawasan peruntukan industri rumah tangga.

(2) Kawasan peruntukan industri sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri
atas :
a. Kawasan peruntukan industri pengolahan pertanian dan perkebunan, terdapat di
Kecamatan Pulau-Pulau Aru dan Kecamatan Aru Selatan;
b. Kawasan peruntukan industri pengolahan perikanan, terdapat di Kecamatan Aru
Tengah, Kecamatan Aru Utara, Kecamatan Aru Tengah Selatan dan Kecamatan Aru
Selatan.

(3) Kawasan peruntukan industri rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
tersebar di Kabupaten Kepulauan Aru.

Paragraf 6
Kawasan Peruntukan Pariwisata

Pasal 30

(1) Kawasan peruntukan pariwisata di Kabupaten Kepulauan Aru sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 24 ayat 1 huruf f, terdiri atas:
a. Kawasan peruntukan pariwisata alam; dan
b. Kawasan peruntukan pariwisata budaya.

(2) Kawasan peruntukan pariwisata alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri
atas :
a. Kawasan wisata memancing, terdapat di sekitar perairan pantai Penambulai, Pulau
Enu, Pulau Baun, Pulau Penjuring, Pulau Babi, Pulau Wasir, Ujir, Wamar, Trangan,
Pulau Batugoyang, Pulau Aduar, Pulau Mamien dan Pulau Arakula;
b. Kawasan wisata mangrove terdapat di hutan lindung mangrove yang terletak di Pulau
Mamien, Pulau Lelamtuti, Pulau Wolfat, Pulau Enu dan Pulau Karang;
c. Kawasan surfing terdapat di sebelah timur dan barat Pulau Penambulai, Pulau Wamar,
sebelah barat Pulau Trangan, Pulau Meirang;
d. Kawasan diving dan snorkeling sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d terdapat
di sekitar cagar alam Laut Pulau Enu, sekitar Pulau Baun dan di sekitar pantai utara
Pulau Penambulai, Pulau Enu, Pulau Karang, Pulau Baun, Pulau Penjuring, Pulau
Babi, Pulau Wasir, Ujir, Durjela, Wangel, Pulau. Arakula, dan Pulau Kola;

Perda RTRW Kab. Kepulauan Aru


41 rRT/
RW
e. Kawasan wisata pantai terdapat di Pulau Mamien, Pulau Aduar, Pulau Mariri, Leer,
Lola, Penambulai, Tabarfane, Pulau babi, pesisir barat Pulau Trangan, Wokam, Pulau
Wamar, Pulau Wasir, Pulau Ujir, Pulau Meirang. Pulau Enu dan Pulau Karang; dan
f. Kawasan wisata panorama alam terdapat di Pulau Ujir, Pulau Wasir, Pulau Babi, Pulau
Aduar, Pulau Mamien, Pulau Mariri, Pulau Leer, Pulau Lola, Pulau Penambulai, Pulau
Jeh, Pulau Maar, Pulau Jeudin, Pulau Kultubai selatan, Pulau Enu, Pulau Karang,
Pulau Batugoyang, dan Pesisir sebelah barat Pulau Trangan.

(3) Kawasan peruntukan pariwisata budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
terdiri atas :
a. Kawasan wisata bersejarah terdapat di Kotalama (Kecamatan Pp. Aru) dan Desa
Maekor (Kecamatan Aru Tengah);
b. Kawasan wisata kampung adat terdapat di Pulau Koba, Desa Samang, Ujir, Longgar,
Apara, Bemun, Popjetur, Karey.
c. Kawasan desa wisata penghasil kerajinan dan makanan khas daerah terdapat di
Longgar, Apara, Durjela, Wangel, Wokam, Ujir, Kompane, Maekor, Ngaibor, Dosimar,
Feruni, Popjetur, Erersin, Kumul, Warialau, Kotalama, Batugoyang, Pulau Enu, Pulau
Karang, Dokatimur, Benjina, Mohongsel, Waifual, Foket Tasinwaha, Kolamar, Ponom,
Wakua, Kalar-Kalar, Lorang, Wailay, Batuley, Tabarfane Salarem dan Meror;
d. Kawasan wisata berada di Desa Mariri di Kecamatan Aru Tengah Timur dengan
kegiatan Pesta Panen Mutiara.

Paragraf 7
Kawasan Peruntukan Permukiman

Pasal 31

(1) Kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf g, terdiri
atas :
a. Kawasan peruntukan permukiman perkotaan; dan
b. Kawasan peruntukan permukiman perdesaan.

(2) Kawasan peruntukan permukiman perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a terdapat di Kota Dobo dan setiap ibukota kecamatan;

(3) Kawasan peruntukan permukiman perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b terdapat di seluruh desa di Kabupaten Kepulauan Aru.

Perda RTRW Kab. Kepulauan Aru


41 rRT/
RW
Paragraf 8
Kawasan Peruntukan Pertahanan Keamanan

Pasal 32

Kawasan peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf h yaitu kawasan
peruntukan pertahanan keamanan berupa pangkalan Angkatan Laut (LANUDAL) di Pulau
Trangan, Pos Angkatan Laut dan Pos Polisi Perairan di Benjina dan Warabal.

Pasal 33

(1) Di kawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 sampai dengan Pasal 32 dapat
dilaksanakan kegiatan lain dengan ketentuan tidak mengganggu dominasi fungsi kawasan
yang bersangkutan dan tidak melanggar ketentuan umum peraturan zonasi pola ruang
sebagaimana diatur dalam peraturan daerah ini.

(2) Pemanfaatan kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan setelah
adanya kajian komprehensif dan setelah mendapat rekomendasi dari badan atau pejabat
yang tugasnya mengkoordinasikan penataan ruang Provinsi.

BAB V

PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN

Bagian pertama
Kawasan Strategis di Kabupaten Kepulauan Aru

Pasal 34

(1) Kawasan strategis yang ada di Kabupaten, terdiri atas :


a. Kawasan Strategis Nasional;
b. Kawasan Strategis Provinsi; dan
c. Kawasan Strategis Kabupaten.

(2) Kawasan Strategis Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a yaitu Kawasan
Perbatasan Laut RI termasuk 8 pulau kecil terluar dengan negara Australia dan Papua
New Guinea yaitu Pulau Arakula, Pulau Karaweira, Pulau Penambulai, Pulau Kultubai
Utara, Pulau Kultubai Selatan, Pulau Karang, Pulau Enu, dan Pulau Batugoyang.

(3) Kawasan Strategis Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b yaitu Kawasan
Strategis Kepulauan Aru yang merupakan kawasan perbatasan provinsi dan negara,
sekaligus kawasan pengembangan potensi pariwisata.

(4) Kawasan Strategis Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdiri atas :
a. Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi;
b. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya;

Perda RTRW Kab. Kepulauan Aru


41 rRT/
RW
c. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumberdaya alam
dan/ atau teknologi tinggi; dan
d. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan
hidup.
e. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan.

(5) Penetapan kawasan strategis Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
ditindaklanjuti dengan penyusunan rencana rinci kawasan strategis.

(6) Kawasan strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam Peta
Kawasan Strategis yang tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 35

Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan ekonomi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 34 ayat (4) huruf a, terdiri atas :
a. Kawasan potensial tumbuh cepat terdapat di Kota Dobo dan Kota Benjina;
b. Kawasan pengembangan minapolitan terdiri atas Kawasan Benjina di Kecamatan Aru
Tengah, Kawasan Leiting di Kecamatan Aru Utara dan Kawasan Serwatu di Kecamatan
Aru Selatan; dan
c. Kawasan pengembangan ekowisata yaitu Suaka Alam Perairan Laut Kepulauan Aru
Tenggara.

Pasal 36

Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan sosial budaya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 34 ayat (4) huruf b yaitu Kawasan Pelestarian Budaya Desa Apara, Longgar,
Bemun, di Kecamatan Aru Tengah Selatan; Kobaseltimur, Kobadangar, Kobaselfara di
Kecamatan Aru Tengah; Desa Samang, Ujir di Kecamatan PP. Aru ; Popjetur di Kecamatan
Aru Selatan; Karey di Kecamatan Aru Selatan Timur

Pasal 37

Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan pendayagunaan sumberdaya alam dan/
atau teknologi tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (4) huruf c yaitu berupa
kawasan pertambangan minyak di Pulau Warialau di Kecamatan Aru Utara dan lepas pantai
Kecamatan Aru Selatan Timur serta lepas pantai Kecamatan Aru Tengah Selatan.

Pasal 38

Kawasan strategis untuk kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 34 ayat (4) huruf d, terdiri atas :
a. Kawasan Suaka Margasatwa Pulau Baun ;
b. Kawasan Cagar Alam Kobror (Cagar Alam Bekau Huhun); dan

Perda RTRW Kab. Kepulauan Aru


41 rRT/
RW
c. Kawasan Suaka Alam Perairan Laut Kepulauan Aru Tenggara.

BAB VI

ARAHAN PEMANFAATAN RUANG

Pasal 39

(1) Pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten berpedoman pada rencana struktur ruang dan
pola ruang.

(2) Pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten dilaksanakan melalui penyusunan dan


pelaksanaan program pemanfaatan ruang beserta perkiraan pendanaannya.

(3) Perkiraan pendanaan program pemanfaatan ruang disusun sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 40

(1) Program pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (2) disusun
berdasarkan indikasi program utama lima tahunan yang ditetapkan dalam Lampiran IV
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

(2) Pendanaan program pemanfaatan ruang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, investasi swasta dan
kerjasama pendanaan.

(3) Kerjasama pendanaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan

BAB VII

KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 41

(1) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten digunakan sebagai acuan
dalam pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten.

(2) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang terdiri atas :


a. Ketentuan umum peraturan zonasi;
b. Ketentuan perizinan;

Perda RTRW Kab. Kepulauan Aru


41 rRT/
RW
c. Ketentuan insentif dan disinsentif; dan
d. Arahan sanksi.
Bagian Kedua
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi

Pasal 42

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 41 ayat (2) huruf a digunakan sebagai pedoman bagi pemerintah daerah dalam
menyusun peraturan zonasi.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi terdiri atas :


a. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung;
b. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budidaya; dan
c. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sekitar sistem prasarana nasional
dan wilayah, terdiri atas :
1. kawasan sekitar prasarana transportasi;
2. kawasan sekitar prasarana energi;
3. kawasan sekitar prasarana telekomunikasi; dan
4. kawasan sekitar prasarana sumber daya air;

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi dijabarkan lebih lanjut di dalam Lampiran V yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Ketiga
Ketentuan Perizinan

Pasal 43

(1) Ketentuan perizinan merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam pemberian
izin pemanfaatan ruang berdasarkan rencana struktur dan pola ruang yang ditetapkan
dalam Peraturan Daerah ini.

(2) Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan
kewenangannya.

(3) Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut prosedur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 44

(1) Jenis perizinan terkait pemanfaatan ruang yang ada di Kabupaten Kepulauan Aru
sebagaimana dimaksud dalam pasal 43 ayat (2), terdiri atas :
a. Izin prinsip;
b. Izin lokasi;
c. Izin penggunaan pemanfaatan tanah; dan

Perda RTRW Kab. Kepulauan Aru


41 rRT/
RW
d. Izin mendirikan bangunan;

(2) Mekanisme perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a – d diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Bupati.

Bagian Keempat
Ketentuan Insentif dan Disinsentif

Pasal 45

(1) Ketentuan insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2) huruf c
merupakan acuan bagi pemerintah daerah dalam pemberian insentif dan pengenaan
disinsentif.
(2) Insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana struktur ruang,
rencana pola ruang, dan ketentuan umum peraturan zonasi yang diatur dalam Peraturan
Daerah ini.

(3) Disinsentif dikenakan terhadap pemanfaatan ruang yang perlu dicegah, dibatasi, atau
dikurangi keberadaannya berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.

Pasal 46

(1) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dalam pemanfaatan ruang wilayah
kabupaten dilakukan oleh pemerintah daerah atau pengusaha kepada masyarakat,
maupun oleh pemerintah daerah kepada pengusaha.

(2) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan oleh instansi berwenang sesuai
dengan kewenangannya.

Pasal 47

(1) Insentif yang diberikan kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat
(1), terdiri atas :
a. Insentif yang diberikan untuk kegiatan pemanfaatan ruang yang mendukung
pengembangan kawasan lindung, yaitu dalam bentuk :
1. Pemberian kompensasi berupa penyediaan lahan pengganti;
2. Imbalan;
3. Penyediaan infrastruktur; dan
4. Pemberian penghargaan.
b. Insentif yang diberikan untuk kegiatan pemanfaatan ruang yang mendukung
pengembangan kawasan budidaya, yaitu dalam bentuk :
1. Pemberian kompensasi;
2. Imbalan;
3. Sewa ruang;
4. Penyediaan infrastruktur

Perda RTRW Kab. Kepulauan Aru


41 rRT/
RW
5. Pemberian penghargaan

(2) Insentif yang diberikan kepada pengusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat
(1) pada kegiatan pemanfaatan ruang yang mendukung pengembangan kawasan
budidaya, yaitu dalam bentuk :
1. Keringanan pajak kepada pengusaha/swasta yang menjalankan kegiatan sejalan
dengan rencana tata ruang;
2. Pemberian kompensasi;
3. Imbalan;
4. Sewa ruang;
5. Penyediaan infrastruktur
6. Kemudahan prosedur perizinan; dan
7. Penghargaan
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian insentif diatur dengan Peraturan
Bupati.

Pasal 48

(1) Disinsentif yang dikenakan kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45
ayat (1), terdiri atas :
a. Disinsentif yang dikenakan terhadap kegiatan pemanfaatan ruang yang
menghambat pengembangan kawasan lindung, yaitu dalam bentuk :
1. Pengenaan pajak yang tinggi;
2. Pembatasan penyediaan infrastruktur; dan
3. Pengenaan kompensasi.
b. Disinsentif yang dikenakan terhadap kegiatan pemanfaatan ruang yang
menghambat pengembangan kawasan budidaya, yaitu dalam bentuk :
1. Pengenaan pajak yang tinggi;
2. Pencabutan izin;
3. Pembatasan penyediaan infrastruktur; dan
4. Pengenaan kompensasi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan disinsentif diatur dengan Peraturan
Bupati.

Bagian Kelima
Arahan Sanksi

Pasal 49

(1) Arahan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2) huruf d merupakan acuan
bagi pemerintah daerah dalam pengenaan sanksi administratif kepada pelanggar
pemanfaatan ruang.

(2) Pengenaan sanksi dilakukan terhadap :

Perda RTRW Kab. Kepulauan Aru


41 rRT/
RW
a. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur ruang dan pola
ruang;
b. Pelanggaran ketentuan umum peraturan zonasi;
c. Pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan
RTRW Kabupaten;
d. Pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan
berdasarkan RTRW Kabupaten;
e. Pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang
yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten;
f. Pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh
peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan/atau
g. Pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak benar.

Pasal 50

(1) Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 huruf a, huruf b, huruf d,
huruf e, huruf f, dan huruf g dikenakan sanksi administratif berupa :
a. Peringatan tertulis
b. Penghentian sementara kegiatan;
c. Penghentian sementara pelayanan umum;
d. Penutupan lokasi;
e. Pencabutan izin;
f. Pembatalan izin;
g. Pembongkaran bangunan;
h. Pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. Denda administratif.

(2) Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 huruf c dikenakan sanksi
administratif berupa :
a. Peringatan tertulis
b. Penghentian sementara kegiatan;
c. Penghentian sementara pelayanan umum;
d. Penutupan lokasi;
e. Pembongkaran bangunan;
f. Pemulihan fungsi ruang; dan/atau
g. Denda administratif.

Pasal 51

Setiap orang yang melakukan pelanggaran terhadap rencana tata ruang yang telah ditetapkan
dapat dikenakan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Perda RTRW Kab. Kepulauan Aru


41 rRT/
RW
BAB VIII
KELEMBAGAAN

Pasal 52

(1) Dalam rangka koordinasi penataan ruang dan kerjasama antar wilayah, dibentuk Badan
Koordinasi Penataan Ruang Daerah.

(2) Tugas, susunan organisasi, dan tata kerja badan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB IX
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT

Bagian Kesatu
Hak Masyarakat

Pasal 53

Dalam kegiatan mewujudkan pemanfaatan ruang wilayah, masyarakat berhak:


a. Berperan dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang;
b. Mengetahui secara terbuka rencana tata ruang wilayah,
c. Menikmati manfaat ruang dan/atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat dari penataan
ruang;
d. Memperoleh pergantian yang layak atas kondisi yang dialaminya sebagai akibat
pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang;
e. Mendapat perlindungan dari kegiatan-kegiatan yang merugikan; dan
f. Mengawasi pihak-pihak yang melakukan penyelenggaraan tata ruang.

Bagian Kedua
Kewajiban Masyarakat

Pasal 54

Kewajiban masyarakat dalam penataan ruang wilayah terdiri atas :


a. Mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
b. Memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang diberikan; dan
c. Memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan perundang-
undangan dinyatakan sebagai milik umum.

Pasal 55

(1) Pelaksanaan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang sebagaimana dimaksud pada
Pasal 54 dilaksanakan dengan mematuhi dan menerapkan kriteria, kaidah, baku mutu,

Perda RTRW Kab. Kepulauan Aru


41 rRT/
RW
dan aturan-aturan penataan ruang yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

(2) Kaidah dan aturan pemanfaatan ruang yang dilakukan masyarakat secara turun temurun
dapat diterapkan sepanjang memperhatikan faktor-faktor daya dukung lingkungan,
estetika lingkungan, lokasi, dan struktur pemanfaatan ruang serta dapat menjamin
pemanfaatan ruang yang serasi, selaras, dan seimbang.

Bagian Ketiga
Peran masyarakat

Pasal 56

Peran masyarakat dalam penataan ruang di Daerah dilakukan antara lain melalui:
a. Partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang;
b. Partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan
c. Partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang.

Pasal 57

Bentuk peran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 pada tahap perencanaan
tata ruang dapat berupa :
a. Memberikan masukan mengenai :
1. Penentuan arah pengembangan wilayah;
2. Potensi dan masalah pembangunan;
3. Perumusan rencana tata ruang; dan
4. Penyusunan rencana struktur dan pola ruang.
b. Menyampaikan keberatan terhadap rancangan rencana tata ruang; dan
c. Melakukan kerja sama dengan pemerintah, pemerintah daerah dan/atau sesama unsur
masyarakat.

Pasal 58

Bentuk peran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 dalam pemanfaatan ruang
dapat berupa:
a. Melakukan kegiatan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan kearifan lokal dan rencana
tata ruang yang telah ditetapkan;
b. Menyampaikan masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;
c. Memberikan dukungan bantuan teknik, keahlian, dan/atau dana dalam pengelolaan
pemanfaatan ruang;
d. Meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam pemanfaatan ruang darat, ruang
laut, ruang udara, dan ruang di dalam bumi dengan memperhatikan kearifan lokal serta
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

Perda RTRW Kab. Kepulauan Aru


41 rRT/
RW
e. Melakukan kerjasama pengelolaan ruang dengan Pemerintah, pemerintah daerah,
dan/atau dan pihak lainnya secara bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan penataan
ruang;
f. Menjaga, memelihara, dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan dan SDA;
g. Melakukan usaha investasi dan/atau jasa keahlian; dan
h. Mengajukan gugatan ganti rugi kepada pemerintah atau pihak lain apabila kegiatan
pembangunan yang dilaksanakan merugikan.

Pasal 59

Bentuk peran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 dalam pengendalian


pemanfaatan ruang dapat berupa:
a. Memberikan masukan mengenai arahan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan
disinsentif serta pengenaan sanksi;
b. Turut serta memantau dan mengawasi pelaksanaan kegiatan pemanfaatan ruang,
rencana tata ruang yang telah ditetapkan, dan pemenuhan standar pelayanan minimal di
bidang penataan ruang;
c. Melaporkan kepada instansi/pejabat yang berwenang dalam hal menemukan kegiatan
pemanfaatan ruang yang melanggar rencana tata ruang yang telah ditetapkan dan adanya
indikasi kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan, tidak memenuhi standar pelayanan
minimal dan/atau masalah yang terjadi di masyarakat dalam penyelenggaraan penataan
ruang;
d. Mengajukan keberatan terhadap keputusan pejabat publik yang dipandang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang; dan
e. Mengajukan gugatan pembatalan izin dan/atau penghentian pembangunan yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang kepada instansi/pejabat yang berwenang.

Pasal 60

(1) Peran masyarakat di bidang penataan ruang dapat disampaikan secara langsung dan/atau
tertulis.

(2) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat disampaikan kepada
Bupati.

(3) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga dapat disampaikan melalui
unit kerja terkait yang ditunjuk oleh Bupati.

Pasal 61

Dalam rangka meningkatkan peran masyarakat, pemerintah daerah membangun sistem


informasi dan dokumentasi penataan ruang yang dapat diakses dengan mudah oleh
masyarakat.

Pasal 62

Perda RTRW Kab. Kepulauan Aru


41 rRT/
RW
Tata cara pelaksanaan hak, kewajiban dan peran masyarakat dalam penataan ruang
dilaksanakan sesuai ketentuan perundang-undangan.

Perda RTRW Kab. Kepulauan Aru


41 rRT/
RW
BAB X
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 63

(1) Jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Aru adalah 20 (dua
puluh) tahun sejak tanggal diundangkan dan dilakukan peninjauan kembali 1 (satu) kali
dalam 5 (lima) tahun.
(2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala
besar, perubahan batas wilayah atau batas teritorial negara yang ditetapkan dengan
peraturan perundang-undangan, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan
Aru dapat ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(3) Peninjauan kembali dilakukan apabila terjadi perubahan kebijakan nasional dan strategi
yang mempengaruhi pemanfaatan ruang kabupaten dan/atau dinamika internal wilayah.

Pasal 64

Rencana tata ruang wilayah Kabupaten menjadi pedoman untuk:


a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah;
b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah;
c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah kabupaten;
d. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan antar sektor;
e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; dan
f. Penataan ruang kawasan strategis Kabupaten.

BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 65

(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua peraturan pelaksanaan yang
berkaitan dengan penataan ruang Daerah, sepanjang tidak bertentangan dengan
Peraturan Daerah ini, dinyatakan berlaku.

(2) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka:


a. Izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan telah sesuai dengan ketentuan
Peraturan Daerah ini tetap berlaku sesuai dengan masa berlakunya;
b. Izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai dengan ketentuan
Peraturan Daerah ini berlaku ketentuan:
1. untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin tersebut disesuaikan
dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini;

Perda RTRW Kab. Kepulauan Aru


41 rRT/
RW
2. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya, pemanfaatan ruang dilakukan
sampai izin terkait habis masa berlakunya dan dilakukan penyesuaian dengan
fungsi kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini; dan
3. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak memungkinkan
untuk dilakukan penyesuaian dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan
Daerah ini, izin yang telah diterbitkan dapat dibatalkan dan terhadap kerugian
yang timbul sebagai akibat pembatalan izin tersebut dapat diberikan penggantian
yang layak;
c. Pemanfaatan ruang yang izinnya sudah habis dan tidak sesuai dengan Peraturan
Daerah ini dilakukan penyesuaian berdasarkan Peraturan Daerah ini;
d. Pemanfaatan ruang di Daerah yang diselenggarakan tanpa izin ditentukan sebagai
berikut:
1. Yang bertentangan dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, pemanfaatan ruang
yang bersangkutan ditertibkan dan disesuaikan dengan Peraturan Daerah ini;
2. Yang sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, dipercepat untuk
mendapatkan izin yang diperlukan.

BAB XII
PENUTUP

Pasal 66

(1) Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis
pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Perda RTRW Kab. Kepulauan Aru


41 rRT/
RW
(2) Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan


Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Daerah Kabupaten Kepulauan Aru

Ditetapkan di Dobo,
pada tanggal 7 April 2012

PLT. BUPATI KEPULAUAN ARU

UMAR DJABUMONA

Diundangkan di Dobo
pada tanggal 7 April 2012

SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN KEPULAUAN ARU

GODLIEF AMBROSIUS A. GAINAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ARU


TAHUN 2012 NOMOR 3

Perda RTRW Kab. Kepulauan Aru


41 rRT/
RW
PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ARU


NOMOR : 3 TAHUN 2012

TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ARU

I. UMUM

Pembangunan wilayah sangat erat kaitannya dengan pengembangan wilayah yang


berdampak pada pemanfaatan lahan. Namun apabila pengembangan wilayah tanpa
memperhatikan daya dukung lahan, dipastikan akan menimbulkan kegagalan dalam
pembangunan. Dengan demikian, maka dalam pelaksanaan pembangunan yang
berwawasan tata ruang harus mengedepankan aspek keberlanjutan pembangunan. Hal-
hal berkait dengan pelestarian alam, upaya mempertahankan keanekaragaman hayati,
keseimbangan ekosistem harus menjadi pertimbangan utama.

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) pada dasarnya merupakan kebijakan


perencanaan pembangunan daerah untuk digunakan sebagai pedoman dalam
pemanfaatan dan pengendalian ruang. Berbagai program pembangunan yang
dilaksanakan oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat harus mengacu pada arahan
perencanaan tata ruang, sehingga ruang yang terbatas dapat dimanfaatkan secara
optimum, dengan tetap mempertahankan prinsip-prinsip: daya dukung lingkungan,
keseimbangan alam dan keberlanjutan dalam jangka panjang.

Rencana Tata Ruang Wilayah mempunyai fungsi sebagai pengendali


pemanfaatan ruang wilayah kota dan menyelaraskan keseimbangan perkembangan antar
wilayah, sehingga pertumbuhan wilayah di Kabupaten Kepulauan Aru bisa tumbuh
bersama-sama antar wilayah sesuai dengan potensi sumberdaya alam yang dimilikinya.

Seluruh kajian analisa teknis pemanfaatan lahan yang meliputi kawasan lindung
dan budidaya harus dituangkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Aru, yang
harus dipatuhi oleh semua elemen stakeholder mulai pemerintah, swasta dan masyarakat
sebagai suatu ketentuan hukum yang dijadikan pedoman untuk pemanfaatan lahan.

Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten ini memberi
kewenangan kepada Bupati untuk mengendalikan pemanfaatan lahan yang bersifat lintas
batas dan regional seperti apa yang termuat dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang pemerintahan daerah. Secara umum peraturan daerah tentang rencana tata
ruang wilayah kota ini berisikan tentang arahan pemanfaatan dan pengendalian
penggunaan lahan sesuai substansi yang telah diatur dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang.

Kabupaten Kepulauan Aru yang lahir dan dimekarkan dari kabupaten Maluku
Tenggara berdasarkan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2003 tentang Pembentukan
Kabupaten Seram Bagian Timur Kabupaten, Seram Bagian Barat dan Kabupaten

Perda RTRW Kab. Kepulauan Aru


41 rRT/
RW
Kepulauan Aru di Provinsi Maluku adalah merupakan manivestasi dari pelaksanaan
otonomi daerah dan perkembangan dinamika kehidupan demokrasi sebagi perwujudan
dari keinginan masyarakat untuk memperbaiki harkat dan derajat hidup untuk berdiri
sendiri dalam suatu wilayah Kabupaten dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kabupaten Kepulauan Aru sejak terbentuk baru memiliki 3 (tiga) Kecamatan dari
hasil kajian dan analisa sangat perlu dilakukan pemekaran kecamatan sebagaimana yang
diamanatkan dalam undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemekaran Daerah
pada Pasal 5 ayat 5 menjelaskan bahwa paling sedikit 7 (tujuh) kecamatan untuk
pembentukan Kabupaten, dengan demikian Dusun/Petuanan diwilayah Kabupaten
Kepulauan Aru dalam perencanaan dapat juga berubah status untuk dimekarkan menjadi/
Negeri atau dengan sebutan lain, dan dari Desa/Negeri dimaksud dapat dimekarkan
menjadi kecamatan disesuaikan dengan proses keterkaitan perkembangan wilayah serta
pertumbuhan.

Kabupaten Kepulauan Aru dengan karakteristik geografis dan kedudukan yang


sangat strategis memiliki keanekaragaman ekosistim dan potensi sumber daya alam yang
tersebar luas dimanfaatkan secara terkoordinasi perpadu dan selektif dengan tetap
memperhatikan faktor politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan serta
kelestarian lingkungan hidup untuk menopang pembangunan dan pengembangan wilayah
sebagai integral dari pembangunan nasional melalui penataan ruang wilayah dan
pemanfaatan ruang wilayah yang bersifat akomodatif dan komperhensif untuk mendorong
proses pembangunan daerah secara berkelanjutan berdaya guna serta berhasil guna.

Dengan baru pertama kali mendesain rencana tata ruang wilayah Kabupaten
Kepulauan Aru, Kota Dobo sampai dengan saat ini masih menjadi tempat
penyelenggaraan pemerintahan dan atas pertimbangan serta hasil analisa yang
didasarkan pada rentang kendali, kelengkapan sarana, prasarana yang dimiliki serta
faktor-faktor lainnya, Kota Dobo dianggap kota dengan hierarki I yaitu sebagai ibu kota
kabupaten dan sekaligus sebagai pusat pemerintahan disamping itu juga Kota Dobo
sebagai Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di dalam RTRWN.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 s/d Pasal 14


Cukup Jelas
Pasal 15 ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Yang dimaksud dengan Sanitary Land-fill adalah Pengembangan dari
controlled Land-fill, dimana tidak ada sampah tersisa karena setiap hari
tanah ditutup lapisan tanah, penanganan leachete sudah memenuhi syarat,
volume tanah penutup diperkirakan 25% dari volume sampah yang ditimbun
dalam keadaan padat.

Perda RTRW Kab. Kepulauan Aru


41 rRT/
RW
Dasar perencanaan : Untuk mencegah pengotoran lindi pada lapisan
bawah diberi tanah lempung sehingga rembesan air dapat dihindarkan.
Huruf c
Cukup jelas
Ayat (3) dan (4)
Cukup jelas
Pasal 16 s/d pasal 43
Cukup jelas

Pasal 44 ayat (1)


Huruf a
Izin Prinsip :persetujuan pendahuluan yang dipakai sebagai kelengkapan
persyaratan teknis permohonan izin lokasi. Bagi perusahaan PMDN/PMA,
surat persetujuan penanaman modal (SPPM) untuk PMDN dari Kepala
BKPM atau surat pemberian persetujuan Presiden untuk PMA, digunakan
sebagai Izin Prinsip.

Huruf b
Izin lokasi : persetujuan lokasi bagi pengembangan aktivitas/sarana/
prasarana yang menyatakan kawasan yang dimohon sesuai untuk
dimanfaatkan bagi aktivitas dominanyang telah memperoleh izin prinsip. Izin
lokasi akan dipakai sebagai dasar dalam dalam melaksanakan perolehan
tanah melalui pengadaan tertentu dan dasar bagi pengurusan hak atas
tanah:

Huruf c
Izin penggunaan pemanfaatan tanah : izin perencanaan dan atau
rekomendasi perencanaan bagi penggunaan pemanfaatan tanah yang
didasarkan pada RTRW, RDTR, dan atau RTRK.

Huruf d
Izin Mendirikan Bangunan (IMB) : setiap aktivitas budidaya rinci yang bersifat
binaan (bangunan) perlu memperoleh IMB jika akan dibangun. Perhatian
utama diarahkan pada kelayakan struktur bangunan melalui penelaahan
rancangan rekayasa bangunan. Rencana tapak disetiap blok peruntukan
(terutama bangunan berskala besar) atau rancangan arsitektur disetiap
persil. Persyaratan teknis lainnya seperti lingkungan sekitar misalnya garis
sempadan (jalan dan bangunan) KDB, KLB, KDH.

Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 45 s/d Pasal 49

Perda RTRW Kab. Kepulauan Aru


41 rRT/
RW
Cukup jelas

Pasal 51
ketentuan peraturan perundang-undangan yang digunakan adalah peraturan
perundang-undangan bidang penataan ruang

Pasal 52 s/d Pasal 66


cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ARU


NOMOR 3 TAHUN 2012

Perda RTRW Kab. Kepulauan Aru


41 rRT/
RW

Anda mungkin juga menyukai