TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN KEPULAUAN ARU 2012 - 2032
dan
MEMUTUSKAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
Bagian Kesatu
Tujuan Penataan Ruang
Pasal 2
Mewujudkan penataan ruang Kabupaten Kepulauan Aru yang berbasis potensi dan
keunggulan komoditas lokal berupa perikanan tangkap dan budidaya sektor kelautan,
pariwisata bahari dan sektor unggulan perkebunan dengan memajukan wilayah pesisir
sebagai pusat pertumbuhan ekonomi wilayah kabupaten sekaligus mendukung upaya
pelestarian lingkungan.
Pasal 3
(1) Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ditetapkan kebijakan rencana tata ruang wilayah kabupaten;
(2) Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Aru meliputi:
a. Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah
yang merata dan berhierarki hingga ke pulau-pulau kecil terluar yang merupakan
wilayah-wilayah yang berbatasan dengan negara lain;
b. Peningkatan keterkaitan antara pusat-pusat kegiatan di wilayah pesisir dan pulau-
pulau di wilayah Kabupaten Kepulauan Aru dalam upaya peningkatan pertumbuhan
ekonomi;
c. Peningkatan fasilitas transportasi hingga ke pulau-pulau kecil terluar;
d. Peningkatan pelayanan prasarana lingkungan hingga ke wilayah pulau-pulau kecil
terluar;
e. Peningkatan upaya pelestarian lingkungan berupa kawasan lindung, kawasan resapan
air dan kawasan cagar alam yang memberikan perlindungan bagi habitat satwa asli
daerah;
f. Pengembangan kawasan budidaya di wilayah Kabupaten Kepulauan Aru, khususnya
kawasan budidaya perikanan, pertanian, dan permukiman; dan
g. Pengembangan kawasan strategis di bidang ekonomi, sosial budaya pendayagunaan
sumberdaya alam dan/ atau teknologi tinggi serta daya dukung lingkungan hidup.
h. Peningkatan fungsi kawasan untuk Pertahanan dan Keamanan
Bagian Ketiga
Strategi Penataan Ruang
Pasal 4
(1) Strategi untuk meningkatkan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi
wilayah yang merata dan berhierarki, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf
a, terdiri atas:
a. Menjaga keterkaitan antar kawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan dan
kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah di sekitarnya;
b. Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani oleh
pusat pertumbuhan; dan
c. Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan
lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya.
(2) Strategi untuk peningkatan keterkaitan antara pusat-pusat kegiatan di wilayah pesisir dan
pulau-pulau di wilayah Kabupaten Kepulauan Aru dalam upaya peningkatan pertumbuhan
ekonomi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf b, terdiri atas:
(3) Strategi untuk peningkatan fasilitas transportasi hingga ke pulau-pulau kecil terluar,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf c, terdiri atas:
a. Meningkatkan optimalisasi fungsi transportasi darat, laut dan udara;
b. Meningkatkan kapasitas pelayanan bandar udara
c. Mengembangkan sistem transportasi terpadu untuk mendukung akses transportasi
eksternal dan internal wilayah Kabupaten Kepulauan Aru; dan
d. Penyediaan sistem jaringan infrastruktur yang terintegrasi satu dengan yang lain
khususnya moda laut, moda darat dan moda udara dalam suatu sistem yang
sinergis dan memadai dengan tingkat kelayakan dan jaminan keselamatan
berdasarkan standar yang berlaku
e. Meningkatkan kapasitas pelayanan pelabuhan
(4) Strategi untuk peningkatan pelayanan prasarana lainnya hingga ke wilayah pulau-pulau
kecil terluar, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf d , terdiri atas:
a. Mengoptimalkan fungsi prasarana lainnya berupa sistem jaringan energi, sistem
jaringan telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air dan sistem prasarana
pengelolaan lingkungan hingga ke pulau-pulau kecil di wilayah Kabupaten;
b. Meningkatkan penyediaan fasilitas publik secara merata dan berkelanjutan guna
memenuhi kebutuhan air bersih, listrik, telematika, drainase dan sistem penanganan
sampah yang ramah lingkungan;
c. Meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana sosial dan ekonomi dalam rangka
penyebaran pusat-pusat aktivitas dan pertumbuhan ekonomi secara merata di
setiap wilayah pengembangan;
d. Mengembangkan sarana pembangkit listrik tenaga surya, tenaga diesel, tenaga
angin dan tenaga mikrohidro untuk memanfaatkan sumber energi terbarukan;
e. Mengembangkan sistem jaringan telekomunikasi berupa system jaringan terestrial,
seluler dan satelit hingga ke daerah-daerah terpencil di wilayah kabupaten;
f. Mengembangkan system jaringan air bersih sesuai dengan kebutuhan masyarakat
di wilayah Kabupaten Aru; dan
(5) Strategi untuk peningkatan upaya pelestarian lingkungan berupa kawasan lindung,
kawasan resapan air dan kawasan cagar alam yang memberikan perlindungan bagi
habitat satwa asli daerah, sebagaimana dimaksud dalam Pasal Pasal 3 ayat (2) huruf e,
terdiri atas:
a. Meningkatkan fungsi kawasan lindung dengan menambah luasan kawasan hutan
lindung dan daerah resapan air di Kabupaten Kepulauan Aru;
b. Membatasi kegiatan budidaya di kawasan lindung untuk mencegah dampak negatif
kerusakan lingkungan;
c. Meningkatkan upaya pengawasan pelestarian kawasan mangrove untuk menjaga
keseimbangan ekosistem; dan
d. Meningkatkan pelestarian habitat satwa asli daerah berupa cendrawasih, kakatua,
rusa, kanguru khususnya di daerah suaka margasatwa dan cagar alam.
(6) Strategi untuk pengembangan kawasan budidaya di wilayah Kabupaten Kepulauan Aru,
khususnya kawasan budidaya perikanan, pertanian, dan permukiman, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal Pasal 3 ayat (2) huruf f, terdiri atas:
a. Peningkatan komoditas unggulan tiap-tiap kecamatan yang sesuai dengan potensi
sumber daya alam sekaligus mengusung kearifan budaya lokal masyarakat
setempat;
b. Peningkatan upaya pengawasan kegiatan pengelolaan sumber daya kelautan yang
dilengkapi dengan sistem regulasi yang mendukung iklim usaha di daerah;
c. Peningkatan kualitas kehidupan penduduk asli dengan melibatkan peran masyarakat
di dalam memanfaatkan dan mengolah hasil sumber daya alam yang berpotensi
sebagai komoditas unggulan; dan
d. Perwujudan produktivitas sektor unggulan yang dapat mendukung pertumbuhan
wilayah dengan pengembangan desa-desa penghasil komoditas unggulan di setiap
kecamatan penghasil sektor unggulan; dan
e. Peningkatan daya tarik sektor unggulan pariwisata daerah yang mengusung potensi
bahari, potensi tumbuh-tumbuhan dan satwa khas daerah serta potensi budaya
masyarakat lokal.
f. Peningkatan penyediaan lahan permukiman untuk memenuhi kebutuhan
permukiman di pusat-pusat pertumbuhan baru.
(7) Strategi untuk Pengembangan kawasan strategis di bidang ekonomi, sosial budaya,
pendayagunaan sumberdaya alam dan/ atau teknologi tinggi serta daya dukung
lingkungan hidup, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf g , terdiri atas:
a. Meningkatkan penyediaan infrastruktur untuk mendukung kegiatan di kawasan
strategis;
BAB III
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH
Bagian Pertama
Umum
Pasal 5
(1) Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Aru tersusun atas konstelasi pusat-
pusat kegiatan yang berhierarki satu sama lain yang dihubungkan oleh sistem jaringan
prasarana wilayah Kabupaten.
(2) Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Aru sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1 : 50.000 sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
Bagian Kedua
Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan
Pasal 6
Bagian Ketiga
Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Kabupaten
Pasal 7
Paragraf 1
Sistem Jaringan Transportasi
Pasal 8
Sistem jaringan transportasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a, terdiri atas:
a. Sistem jaringan transportasi darat;
b. Sistem jaringan transportasi laut;
c. Sistem jaringan transportasi udara.
Pasal 9
(1) Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a, terdiri
atas:
a. Jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, meliputi jaringan jalan,dan jaringan
prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, serta jaringan pelayanan lalu lintas dan
angkutan jalan.
b. Jaringan angkutan sungai, danau, dan penyebrangan.
(2) Jaringan jalan di Kabupaten Kepulauan Aru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, terdiri atas :
a. Rencana jaringan jalan arteri primer di Kabupaten Kepulauan Aru yang akan
dikembangkan, terdiri dari lingkar jalan pulau Kobror.
b. Rencana jaringan jalan kolektor primer K3 di Kabupaten Kepulauan Aru, terdiri atas:
1. Ruas jalan Trans Aru ( Wokam – Selibatabata, Lorang - Batugoyang )
2. Ruas jalan Sional - Sionidal
3. Ruas jalan wokam – lamerang – karangguli – jabulenga – tunguwatu
c. Rencana jaringan jalan kolektor K4, terdiri atas:
1. Ruas jalan Marlasi – Tasinwaha
2. Ruas jalan Marlasi – Kolamar – Masidang – Selmona – Mohongpulau –
Mohongsel – Leiting – Gomsei – Wafan – Waifual
3. Ruas jalan Langhalau – Bardefan – Kompane - Kobamar
4. Kobamar – Tunguwatu
5. Kaibolafin – Foket –Wahangulangula – Wahayum - Kolaha
6. Goda-Goda – Londe – Samang – Kotalama – Wokam
7. Tabarfane - Katanter – Hokmar – Lutur – Rebi
(3) Jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, terdiri atas:
a. Terminal Penumpang Tipe B terdapat di Dobo
b. Terminal Penumpang Tipe C terdapat di Benjina dan Serwatu
c. Terminal barang terdapat di Dobo, Benjina, Serwatu dan Marlasi
(4) Jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, terdiri atas trayek penghubung dalam kota Dobo.
(5) Jaringan sungai, danau dan penyebrangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b, terdiri atas:
a. Alur pelayaran sungai, terdiri atas:
1. Selat Manumbai menghubungkan Pulau Wokam dan Pulau Kobror, dengan
jangkauan ke arah perairan dan pesisir pantai Kobror, Lau-lau di Pulau Babi,
Pulau Karai serta Daerah Wakua
2. Selat Workai yang melayani Kawasan permukiman di Kobadangar, Pulau Baun,
Jambu Air, Pulau Barakan dan kawasan permukiman di sepanjang sungai
Workai ; dan
3. Selat Maekor penghubung Pulau Koba dan Trangan sebagai dermaga yang
berfungsi melayani masyarakat di pantai timur termasuk masyarakat Mesiang.
b. Lintas penyebrangan, terdiri atas:
1. Dobo – Wokam
2. Dobo – Timika
3. Dobo – Benjina – Tabarfane – Jerol
4. Benjina - Tual – Saumlaki ;
5. Benjina – Larat;
6. Basada – Merauke;
7. Basada – Timika ;
8. Marlasi – Kaimana – Timika.
c. Pelabuhan sungai, terdiri atas:
1. Pelabuhan di Desa Namara, Selilau, Gulili, Papakula Besar, Wokam, di
Kecamatan Aru Tengah dan Dosinamalau di Kecamatan Aru Tengah Timur;
Pasal 10
(1) Sistem jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b meliputi:
a. Tatanan kepelabuhanan; dan
b. Alur pelayaran.
(2) Tatanan kepelabuhanan di Kabupaten Kepulauan Aru sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a, terdiri atas :
a. Pelabuhan pengumpul, terdiri atas :
1. Pelabuhan Dobo di Kecamatan Pulau-pulau Aru
2. Pelabuhan Batugoyang di Kecamatan Aru selatan Timur
3. Pelabuhan Kalar-Kalar di Kecamatan Aru Selatan
b. Pelabuhan pengumpan, terdiri atas :
1. Pelabuhan Serwatu di Kecamatan Aru Selatan
2. Pelabuhan Benjina di Kecamatan Aru Tengah
3. Pelabuhan Tabarfane di Kecamatan Aru Selatan Utara
4. Pelabuhan Meror di Kecamatan Aru Selatan Timur
5. Pelabuhan Basada di Kecamatan Aru Tengan Timur
6. Pelabuhan Marlasi di Kecamatan Aru Utara
7. Pelabuhan Mesiang di Kecamatan Aru Tengah Selatan
8. Pelabuhan Pulau Karawai di Kecamatan Aru Tengah Timur
9. Pelabuhan Pulau Barakan di Kecamatan Aru Tengah Selatan
10. Pelabuhan Koijabi di Kecamatan Aru Tengah Timur
11. Pelabuhan Pulau Ujir di Kecamatan Pulau-Pulau Aru
12. Pelabuhan Wokam di Kecamatan PP Aru
13. Pelabuhan Wakua di Kecamatan Aru Tengah
14. Pelabuhan Longgar di Kecamatan Aru Tengah Selatan
15. Pelabuhan Kabalsiang di Kecamatan Aru Utara
16. Pelabuhan Batuley di Kecamatan Batuley
17. Pelabuhan Kobamar di Kecamatan Sir-Sir
(3) Alur pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas :
a. Alur pelayaran nasional dengan trayek Tual - Dobo;
Pasal 11
(1) Sistem jaringan transportasi udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf c, meliputi
:
a. Tatanan kebandarudaraan ; dan
b. Ruang udara untuk penerbangan.
(2) Tatanan kebandarudaraan di Kabupaten Kepulauan Aru sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, terdiri atas :
a. Bandar udara pengumpan terdiri atas :
1. Bandar Udara Dobo di Kecamatan Pulau-Pulau Aru
2. Bandar Udara Benjina di Kecamatan Kecamatan Aru Tengah
3. Bandar Udara Dokabarat di Kecamatan Aru Selatan
4. Bandar Udara TNI Angkatan Laut Korpuy di Aru Selatan
b. Bandar udara khusus yaitu Bandar Udara milik swasta di Benjina di Kecamatan Aru
Tengah.
(3) Bandar udara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a angka 1 dan angka 2
merupakan bandara yang akan dipelihara.
(4) Bandar udara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a angka 3 merupakan bandara
baru yang akan dikembangkan.
(5) Ruang udara untuk penerbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diatur
lebih lanjut dalam rencana induk bandar udara.
Paragraf 2
Sistem Jaringan Energi
Pasal 12
(1) Sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b, terdiri atas :
a. Jaringan pipa minyak dan gas bumi;
b. Pembangkit tenaga listrik; dan
c. Jaringan transmisi tenaga listrik.
(3) Rencana pengembangan Pembangkit tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, terdiri atas :
(4) Rencana pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c diprioritaskan pada Ibukota Kabupaten dan kota-kota kecamatan yang
belum terjangkau listrik dengan pola mengikuti jaringan jalan dan dengan sistem jaringan
hantaran udara.
Paragraf 3
Sistem Jaringan Telekomunikasi
Pasal 13
(2) Jaringan terestrial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a akan dikembangkan
terutama di Kecamatan Pulau-Pulau Aru dan Kecamatan Aru Tengah.
(3) Jaringan seluler sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b akan dikembangkan di
seluruh kecamatan terutama Kecamatan Pulau-Pulau Aru dan Kecamatan Aru Tengah
Timur, yaitu melalui perluasan jaringan telepon seluler pada wilayah-wilayah yang telah
berkembang dan pengembangan BTS di setiap ibukota kecamatan.
(4) Jaringan satelit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c di Kabupaten Kepulauan
Aru terdiri atas pulau-pulau terpencil, dan akan dikembangkan di seluruh kecamatan.
(5) Selain rencana pengembangan jaringan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), (3) dan
(4), akan dikembangkan pula sistem telekomunikasi berbasis gelombang radio untuk
komunikasi antar pusat-pusat pemerintahan (Kabupaten dan Kecamatan).
Paragraf 4
Sistem Jaringan Sumberdaya Air
Pasal 14
Sistem jaringan sumberdaya air berupa Jaringan air minum di Kabupaten Kepulauan Aru,
sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 huruf d terdiri atas :
a. Wilayah 1 merupakan wilayah-wilayah yang air bakunya berasal dari PDAM Kota
Dobo, yaitu meliputi desa-desa yang berada di sekitar Ibukota Kecamatan;
b. Wilayah 2 merupakan wilayah-wilayah yang air bakunya berasal dari danau/mata air di
Kawasan Popjetur, yaitu meliputi wilayah kecamatan-kecamatan di bagian Pulau
Trangan; dan
c. Wilayah 3 merupakan wilayah-wilayah yang air bakunya berasal dari air hujan, yaitu
meliputi kecamatan-kecamatan lain dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Kepulauan
Aru.
Paragraf 5
Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan
Pasal 15
(1) Rencana sistem prasarana pengelolaan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7 huruf e, terdiri atas :
(2) Rencana pengembangan sistem pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a terdiri atas :
a. Pengembangan sarana pengangkutan sampah dengan menggunakan container
terutama untuk melayani lingkungan-lingkungan permukiman, areal komersial
seperti perdagangan dan pasar ;
b. Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) di Kota Dobo dengan pola
Sanitary Land-fill; dan
c. Pengembangan TPS di setiap ibukota kecamatan.
(3) Rencana pengembangan sistem pengelolaan limbah sebagaimana dimaksud ayat (1)
huruf b terdiri atas :
a. Pengembangan septik tank dengan sistem terpadu untuk kawasan perkotaan;
b. Pengembangan sistem sewerage untuk kawasan industri dan kawasan padat dengan
memakai sistem IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah) yang dibuat dengan system
PIT;dan
c. Pengembangan jaringan tertutup untuk kawasan lainnya.
(4) Rencana pengembangan sistem drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
dilakukan melalui peningkatan kapasitas sistem drainase di pusat-pusat kegiatan terutama
di Kota Dobo.
BAB IV
Bagian pertama
Umum
Pasal 16
Bagian Kedua
Kawasan Lindung Kabupaten
Pasal 17
Pasal 18
Kawasan hutan lindung di Kabupaten Kepulauan Aru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
huruf a terdapat di Pulau Aduar, Pulau Kumul, Pulau Binaar, Kepulauan Karaweira, Kepulauan
Mariri, Pulau Mocan, Pulau Tabar dan Pulau Babi dengan luas seluruhnya kurang lebih 6.475
Ha.
Pasal 19
(1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf b, terdiri
atas :
a. Kawasan sempadan pantai; dan
b. Kawasan sempadan sungai;
(2) Kawasan sempadan pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdapat di
sepanjang pantai Kabupaten Kepulauan Aru, dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit 100 (seratus) meter dari titik
pasang air laut tertinggi ke arah darat; atau
b. Daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam atau
terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai.
(3) Kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b terdapat di sepanjang
sungai yaitu Sungai Tafermaar, Sungai Serwatu, Sungai Warloy, Sungai Torsiran, Sungai
Marajina, Sungai Mangemaal, Sungai Dosi, Sungai Duawatu, Sungai Feraun, Sungai
Maririmar, Sungai Tunguwatu, Sungai Waliramai, dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar paling sedikit 5 (lima)
meter dari kaki tanggul sebelah luar;
b. Daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan permukiman
dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi sungai; atau
c. Daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul di luar kawasan permukiman
dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai.
Pasal 20
(1) Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya di Kabupaten Kepulauan Aru
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf c, terdiri atas :
(2) Kawasan suaka margasatwa yang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdapat
di Pulau Baun Kecamatan Aru Tengah seluas 13.000 Ha dan Pulau Kobror seluas kurang
lebih 66.288 Ha; dan
(3) Kawasan cagar alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdapat di Kecamatan
Aru Tengah yaitu Cagar Alam Bekau Huhun di Pulau Kobror seluas 61.675,75 Ha yang
merupakan kawasan lindung nasional;
(4) Kawasan Suaka Alam Perairan laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdapat
di Kecamatan Aru Selatan Timur yaitu Cagar Alam Laut Kepulauan Aru Tenggara yang
meliputi Pulau Enu, Pulau Karang, Pulau Jeh, Pulau Mar, dan Pulau Marjinjin seluas
114.000 Ha, dan merupakan kawasan lindung nasional.
(5) Kawasan pantai berhutan bakau sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d terdapat
hampir di sepanjang pantai di Kabupaten Kepulauan Aru.
Kawasan rawan bencana alam yang terdapat di Kabupaten Kepulauan Aru sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 huruf d yaitu berupa kawasan yang memiliki risiko multi bencana
yaitu bencana banjir, terdiri atas :
a. Kawasan yang memiliki risiko paling tinggi terdapat di Kecamatan Pulau-Pulau Aru,
Kecamatan Aru Utara, Kecamatan Aru Tengah, dan Kecamatan Aru Selatan; dan
b. Kawasan yang relatif memiliki tingkat risiko sedang adalah wilayah kecamatan Aru Tengah
Timur, Kecamatan Aru Tengah Selatan dan Kecamatan Aru Selatan Timur.
Pasal 22
(2) Kawasan rawan gempa bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdapat di
wilayah barat Kabupaten Kepulauan Aru.
(3) Kawasan rawan tsunami sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdapat di wilayah
pantai dan pesisir terutama di Kecamatan Pulau-Pulau Aru dan Kecamatan Aru Selatan,
yang terbagi menjadi:
a. Daerah resiko tinggi, yaitu daerah yang memiliki jarak 500 meter dari tepi pantai;
b. Daerah resiko sedang yaitu daerah yang berjarak 500 – 1000 m dari tepi pantai;
dan
c. Daerah evakuasi, yaitu daerah yang berjarak di atas 1000 m dari tepi pantai.
(4) Kawasan rawan gerakan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdapat di
sebelah selatan Kepulauan Aru Kecamatan Aru Selatan dan Kecamatan Aru Tengah
Selatan.
(5) Kawasan rawan abrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdapat di kawasan
pesisir Kabupaten Kepulauan Aru.
(6) Kawasan imbuhan air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdapat di
Pulau Wamar, Pulau Wokam, Pulau Maekor.
(7) Kawasan sekitar mata air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdapat di Pulau
Trangan, Pulau Maekor, Pulau Kobror.
Pasal 23
Kawasan lindung lainnya sebagaimana dimaksud pada Pasal 17 huruf f, terdiri atas :
Bagian Ketiga
Kawasan Budidaya Kabupaten
Pasal 24
Kawasan budidaya Kabupaten Kepulauan Aru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat
(1) huruf b, terdiri atas :
a. Kawasan peruntukan hutan produksi;
b. Kawasan peruntukan pertanian;
c. Kawasan peruntukan perikanan;
d. Kawasan peruntukan pertambangan;
e. Kawasan peruntukan industri;
f. Kawasan peruntukan pariwisata;
g. Kawasan peruntukan permukiman; dan
h. Kawasan peruntukan pertahanan keamanan.
Paragraf 1
Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Pasal 25
(1) Kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf a,
terdiri atas :
a. Kawasan hutan produksi tetap ; dan
b. Kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi.
(2) Kawasan hutan produksi tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdapat di
Kecamatan Aru Utara, Kecamatan Aru Tengah, Kecamatan Aru Tengah Selatan,
Kecamatan Aru Selatan, Kecamatan Selatan Timur dengan luas keseluruhan kurang lebih
174.469 Ha;
(3) Kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b terdapat di Kecamatan Aru Utara, Kecamatan Aru Tengah, Kecamatan Aru
Tengah Selatan, Kecamatan Aru Selatan Timur dengan dengan luas keseluruhan kurang
lebih 557.492 Ha.
Pasal 26
(1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf b terdiri
atas :
a. Kawasan Pertanian Tanaman Pangan;
b. Kawasan Hortikultura;
c. Kawasan Perkebunan; dan
d. Kawasan Peternakan.
(2) Kawasan Pertanian Tanaman Pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
terdapat di setiap kecamatan berupa padi ladang, jagung, ketela pohon, ketela rambat,
dan kacang-kacangan;
(3) Kawasan Hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdapat di setiap
kecamatan berupa sawi, terong, ketimun, buncis, kangkung dan bayam, sedangkan jambu
mete terdapat di Kecamatan Aru Tengah, Kecamatan Aru Tengah Timur, Kecamatan Aru
Selatan dan Kecamatan Aru Selatan Timur;
(4) Kawasan Perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdiri atas: kawasan
Perkebunan kelapa dalam, tebu, kakao, kopi, vanili, dan sagu terdapat di Kecamatan
Pulau-Pulau Aru, Kecamatan Aru Utara, Kecamatan Aru Tengah, Kecamatan Aru Tengah
Timur, Kecamatan Aru Selatan, Aru Tengah Selatan, dan Kecamatan Aru Selatan Timur;
(5) Kawasan Peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, terdapat di semua
kecamatan berupa peternakan ayam, sapi, babi dan kambing.
(6) Kawasan pertanian pangan di Kecamatan Aru Tengah, Kecamatan Aru Tengah Timur,
Kecamatan Aru Selatan, Kecamatan Aru Selatan Timur sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) ditetapkan sebagai kawasan pertanian pangan berkelanjutan, dengan luasan kurang
lebih 1189 Ha.
Paragraf 3
Kawasan Peruntukan Perikanan
Pasal 27
(1) Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf c, terdiri
atas :
a. Kawasan peruntukan perikanan tangkap;
b. Kawasan peruntukan budidaya perikanan; dan
c. Kawasan peruntukan pengolahan ikan.
(3) Kawasan peruntukan budidaya perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
terdapat di Warialau, Marlasi, Pulau Kola, Pulau Arakula, Pulau Aduar, Pulau Barakan,
Warjukur, Pulau Mariri, Pulau Lola, Batugoyang, Sungai Serwatu, Lutur, Tabarfane, Pulau
Maerang, Durjela, Laulau, Tunguwatu, Wasir, Ujir, Kenari, dan Goda-Goda, dengan
komoditi utama udang, teripang, kerapu, kepiting, rumput laut, lobster, ikan baronang, dan
mutiara.
(4) Kawasan peruntukan pengolahan ikan berada di Benjina Kecamatan Aru Tengah dan
Warabal (Pulau Penambulai) Kecamatan Aru Tengah Selatan.
(5) Kawasan industri pengolahan ikan berada di Benjina Kecamatan Aru Tengah, Warabal
(Pulau Penambulai) Kecamatan Aru Tengah Selatan, Kecamatan Aru Selatan, dan
Kecamatan Aru Utara.
(6) Rencana pengembangan kawasan industri perikanan Benjina dalam kegiatan ekspor hasil
perikanan.
Paragraf 4
Kawasan Peruntukan Pertambangan
Pasal 28
(2) Kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a terdapat di Pulau Warialau di Kecamatan Aru Utara, lepas pantai Kecamatan
Aru Selatan Timur, dan Kecamatan Aru Selatan.
(3) Kawasan peruntukan pertambangan mineral sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, terdiri atas :
a. Kawasan peruntukan pertambangan batu gamping napalan yang terdapat di Pulau
Warialau, bagian tenggara Kepulauan Aru yaitu di Pulau Koba, bagian timur Pulau
Kobror di Kecamatan Aru Tengah Timur dan Pulau Trangan di Kecamatan Aru
Selatan dan Kecamatan Aru Selatan Timur, sebagian Pulau Workai, Pulau Baun,
Pulau Penambulai dan pulau-pulau kecil di sekitarnya;
Pasal 29
(1) Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf e, terdiri atas
:
a. Kawasan peruntukan industri sedang; dan
b. Kawasan peruntukan industri rumah tangga.
(2) Kawasan peruntukan industri sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri
atas :
a. Kawasan peruntukan industri pengolahan pertanian dan perkebunan, terdapat di
Kecamatan Pulau-Pulau Aru dan Kecamatan Aru Selatan;
b. Kawasan peruntukan industri pengolahan perikanan, terdapat di Kecamatan Aru
Tengah, Kecamatan Aru Utara, Kecamatan Aru Tengah Selatan dan Kecamatan Aru
Selatan.
(3) Kawasan peruntukan industri rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
tersebar di Kabupaten Kepulauan Aru.
Paragraf 6
Kawasan Peruntukan Pariwisata
Pasal 30
(2) Kawasan peruntukan pariwisata alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri
atas :
a. Kawasan wisata memancing, terdapat di sekitar perairan pantai Penambulai, Pulau
Enu, Pulau Baun, Pulau Penjuring, Pulau Babi, Pulau Wasir, Ujir, Wamar, Trangan,
Pulau Batugoyang, Pulau Aduar, Pulau Mamien dan Pulau Arakula;
b. Kawasan wisata mangrove terdapat di hutan lindung mangrove yang terletak di Pulau
Mamien, Pulau Lelamtuti, Pulau Wolfat, Pulau Enu dan Pulau Karang;
c. Kawasan surfing terdapat di sebelah timur dan barat Pulau Penambulai, Pulau Wamar,
sebelah barat Pulau Trangan, Pulau Meirang;
d. Kawasan diving dan snorkeling sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d terdapat
di sekitar cagar alam Laut Pulau Enu, sekitar Pulau Baun dan di sekitar pantai utara
Pulau Penambulai, Pulau Enu, Pulau Karang, Pulau Baun, Pulau Penjuring, Pulau
Babi, Pulau Wasir, Ujir, Durjela, Wangel, Pulau. Arakula, dan Pulau Kola;
(3) Kawasan peruntukan pariwisata budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
terdiri atas :
a. Kawasan wisata bersejarah terdapat di Kotalama (Kecamatan Pp. Aru) dan Desa
Maekor (Kecamatan Aru Tengah);
b. Kawasan wisata kampung adat terdapat di Pulau Koba, Desa Samang, Ujir, Longgar,
Apara, Bemun, Popjetur, Karey.
c. Kawasan desa wisata penghasil kerajinan dan makanan khas daerah terdapat di
Longgar, Apara, Durjela, Wangel, Wokam, Ujir, Kompane, Maekor, Ngaibor, Dosimar,
Feruni, Popjetur, Erersin, Kumul, Warialau, Kotalama, Batugoyang, Pulau Enu, Pulau
Karang, Dokatimur, Benjina, Mohongsel, Waifual, Foket Tasinwaha, Kolamar, Ponom,
Wakua, Kalar-Kalar, Lorang, Wailay, Batuley, Tabarfane Salarem dan Meror;
d. Kawasan wisata berada di Desa Mariri di Kecamatan Aru Tengah Timur dengan
kegiatan Pesta Panen Mutiara.
Paragraf 7
Kawasan Peruntukan Permukiman
Pasal 31
(1) Kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf g, terdiri
atas :
a. Kawasan peruntukan permukiman perkotaan; dan
b. Kawasan peruntukan permukiman perdesaan.
(2) Kawasan peruntukan permukiman perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a terdapat di Kota Dobo dan setiap ibukota kecamatan;
(3) Kawasan peruntukan permukiman perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b terdapat di seluruh desa di Kabupaten Kepulauan Aru.
Pasal 32
Kawasan peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf h yaitu kawasan
peruntukan pertahanan keamanan berupa pangkalan Angkatan Laut (LANUDAL) di Pulau
Trangan, Pos Angkatan Laut dan Pos Polisi Perairan di Benjina dan Warabal.
Pasal 33
(1) Di kawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 sampai dengan Pasal 32 dapat
dilaksanakan kegiatan lain dengan ketentuan tidak mengganggu dominasi fungsi kawasan
yang bersangkutan dan tidak melanggar ketentuan umum peraturan zonasi pola ruang
sebagaimana diatur dalam peraturan daerah ini.
(2) Pemanfaatan kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan setelah
adanya kajian komprehensif dan setelah mendapat rekomendasi dari badan atau pejabat
yang tugasnya mengkoordinasikan penataan ruang Provinsi.
BAB V
Bagian pertama
Kawasan Strategis di Kabupaten Kepulauan Aru
Pasal 34
(2) Kawasan Strategis Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a yaitu Kawasan
Perbatasan Laut RI termasuk 8 pulau kecil terluar dengan negara Australia dan Papua
New Guinea yaitu Pulau Arakula, Pulau Karaweira, Pulau Penambulai, Pulau Kultubai
Utara, Pulau Kultubai Selatan, Pulau Karang, Pulau Enu, dan Pulau Batugoyang.
(3) Kawasan Strategis Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b yaitu Kawasan
Strategis Kepulauan Aru yang merupakan kawasan perbatasan provinsi dan negara,
sekaligus kawasan pengembangan potensi pariwisata.
(4) Kawasan Strategis Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdiri atas :
a. Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi;
b. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya;
(5) Penetapan kawasan strategis Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
ditindaklanjuti dengan penyusunan rencana rinci kawasan strategis.
(6) Kawasan strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam Peta
Kawasan Strategis yang tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 35
Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan ekonomi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 34 ayat (4) huruf a, terdiri atas :
a. Kawasan potensial tumbuh cepat terdapat di Kota Dobo dan Kota Benjina;
b. Kawasan pengembangan minapolitan terdiri atas Kawasan Benjina di Kecamatan Aru
Tengah, Kawasan Leiting di Kecamatan Aru Utara dan Kawasan Serwatu di Kecamatan
Aru Selatan; dan
c. Kawasan pengembangan ekowisata yaitu Suaka Alam Perairan Laut Kepulauan Aru
Tenggara.
Pasal 36
Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan sosial budaya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 34 ayat (4) huruf b yaitu Kawasan Pelestarian Budaya Desa Apara, Longgar,
Bemun, di Kecamatan Aru Tengah Selatan; Kobaseltimur, Kobadangar, Kobaselfara di
Kecamatan Aru Tengah; Desa Samang, Ujir di Kecamatan PP. Aru ; Popjetur di Kecamatan
Aru Selatan; Karey di Kecamatan Aru Selatan Timur
Pasal 37
Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan pendayagunaan sumberdaya alam dan/
atau teknologi tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (4) huruf c yaitu berupa
kawasan pertambangan minyak di Pulau Warialau di Kecamatan Aru Utara dan lepas pantai
Kecamatan Aru Selatan Timur serta lepas pantai Kecamatan Aru Tengah Selatan.
Pasal 38
Kawasan strategis untuk kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 34 ayat (4) huruf d, terdiri atas :
a. Kawasan Suaka Margasatwa Pulau Baun ;
b. Kawasan Cagar Alam Kobror (Cagar Alam Bekau Huhun); dan
BAB VI
Pasal 39
(1) Pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten berpedoman pada rencana struktur ruang dan
pola ruang.
(3) Perkiraan pendanaan program pemanfaatan ruang disusun sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 40
(1) Program pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (2) disusun
berdasarkan indikasi program utama lima tahunan yang ditetapkan dalam Lampiran IV
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(2) Pendanaan program pemanfaatan ruang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, investasi swasta dan
kerjasama pendanaan.
BAB VII
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 41
(1) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten digunakan sebagai acuan
dalam pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten.
Pasal 42
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 41 ayat (2) huruf a digunakan sebagai pedoman bagi pemerintah daerah dalam
menyusun peraturan zonasi.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi dijabarkan lebih lanjut di dalam Lampiran V yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Ketiga
Ketentuan Perizinan
Pasal 43
(1) Ketentuan perizinan merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam pemberian
izin pemanfaatan ruang berdasarkan rencana struktur dan pola ruang yang ditetapkan
dalam Peraturan Daerah ini.
(2) Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan
kewenangannya.
(3) Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut prosedur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 44
(1) Jenis perizinan terkait pemanfaatan ruang yang ada di Kabupaten Kepulauan Aru
sebagaimana dimaksud dalam pasal 43 ayat (2), terdiri atas :
a. Izin prinsip;
b. Izin lokasi;
c. Izin penggunaan pemanfaatan tanah; dan
(2) Mekanisme perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a – d diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Bupati.
Bagian Keempat
Ketentuan Insentif dan Disinsentif
Pasal 45
(1) Ketentuan insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2) huruf c
merupakan acuan bagi pemerintah daerah dalam pemberian insentif dan pengenaan
disinsentif.
(2) Insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana struktur ruang,
rencana pola ruang, dan ketentuan umum peraturan zonasi yang diatur dalam Peraturan
Daerah ini.
(3) Disinsentif dikenakan terhadap pemanfaatan ruang yang perlu dicegah, dibatasi, atau
dikurangi keberadaannya berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.
Pasal 46
(1) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dalam pemanfaatan ruang wilayah
kabupaten dilakukan oleh pemerintah daerah atau pengusaha kepada masyarakat,
maupun oleh pemerintah daerah kepada pengusaha.
(2) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan oleh instansi berwenang sesuai
dengan kewenangannya.
Pasal 47
(1) Insentif yang diberikan kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat
(1), terdiri atas :
a. Insentif yang diberikan untuk kegiatan pemanfaatan ruang yang mendukung
pengembangan kawasan lindung, yaitu dalam bentuk :
1. Pemberian kompensasi berupa penyediaan lahan pengganti;
2. Imbalan;
3. Penyediaan infrastruktur; dan
4. Pemberian penghargaan.
b. Insentif yang diberikan untuk kegiatan pemanfaatan ruang yang mendukung
pengembangan kawasan budidaya, yaitu dalam bentuk :
1. Pemberian kompensasi;
2. Imbalan;
3. Sewa ruang;
4. Penyediaan infrastruktur
(2) Insentif yang diberikan kepada pengusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat
(1) pada kegiatan pemanfaatan ruang yang mendukung pengembangan kawasan
budidaya, yaitu dalam bentuk :
1. Keringanan pajak kepada pengusaha/swasta yang menjalankan kegiatan sejalan
dengan rencana tata ruang;
2. Pemberian kompensasi;
3. Imbalan;
4. Sewa ruang;
5. Penyediaan infrastruktur
6. Kemudahan prosedur perizinan; dan
7. Penghargaan
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian insentif diatur dengan Peraturan
Bupati.
Pasal 48
(1) Disinsentif yang dikenakan kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45
ayat (1), terdiri atas :
a. Disinsentif yang dikenakan terhadap kegiatan pemanfaatan ruang yang
menghambat pengembangan kawasan lindung, yaitu dalam bentuk :
1. Pengenaan pajak yang tinggi;
2. Pembatasan penyediaan infrastruktur; dan
3. Pengenaan kompensasi.
b. Disinsentif yang dikenakan terhadap kegiatan pemanfaatan ruang yang
menghambat pengembangan kawasan budidaya, yaitu dalam bentuk :
1. Pengenaan pajak yang tinggi;
2. Pencabutan izin;
3. Pembatasan penyediaan infrastruktur; dan
4. Pengenaan kompensasi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan disinsentif diatur dengan Peraturan
Bupati.
Bagian Kelima
Arahan Sanksi
Pasal 49
(1) Arahan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2) huruf d merupakan acuan
bagi pemerintah daerah dalam pengenaan sanksi administratif kepada pelanggar
pemanfaatan ruang.
Pasal 50
(1) Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 huruf a, huruf b, huruf d,
huruf e, huruf f, dan huruf g dikenakan sanksi administratif berupa :
a. Peringatan tertulis
b. Penghentian sementara kegiatan;
c. Penghentian sementara pelayanan umum;
d. Penutupan lokasi;
e. Pencabutan izin;
f. Pembatalan izin;
g. Pembongkaran bangunan;
h. Pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. Denda administratif.
(2) Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 huruf c dikenakan sanksi
administratif berupa :
a. Peringatan tertulis
b. Penghentian sementara kegiatan;
c. Penghentian sementara pelayanan umum;
d. Penutupan lokasi;
e. Pembongkaran bangunan;
f. Pemulihan fungsi ruang; dan/atau
g. Denda administratif.
Pasal 51
Setiap orang yang melakukan pelanggaran terhadap rencana tata ruang yang telah ditetapkan
dapat dikenakan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 52
(1) Dalam rangka koordinasi penataan ruang dan kerjasama antar wilayah, dibentuk Badan
Koordinasi Penataan Ruang Daerah.
(2) Tugas, susunan organisasi, dan tata kerja badan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB IX
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT
Bagian Kesatu
Hak Masyarakat
Pasal 53
Bagian Kedua
Kewajiban Masyarakat
Pasal 54
Pasal 55
(1) Pelaksanaan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang sebagaimana dimaksud pada
Pasal 54 dilaksanakan dengan mematuhi dan menerapkan kriteria, kaidah, baku mutu,
(2) Kaidah dan aturan pemanfaatan ruang yang dilakukan masyarakat secara turun temurun
dapat diterapkan sepanjang memperhatikan faktor-faktor daya dukung lingkungan,
estetika lingkungan, lokasi, dan struktur pemanfaatan ruang serta dapat menjamin
pemanfaatan ruang yang serasi, selaras, dan seimbang.
Bagian Ketiga
Peran masyarakat
Pasal 56
Peran masyarakat dalam penataan ruang di Daerah dilakukan antara lain melalui:
a. Partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang;
b. Partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan
c. Partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang.
Pasal 57
Bentuk peran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 pada tahap perencanaan
tata ruang dapat berupa :
a. Memberikan masukan mengenai :
1. Penentuan arah pengembangan wilayah;
2. Potensi dan masalah pembangunan;
3. Perumusan rencana tata ruang; dan
4. Penyusunan rencana struktur dan pola ruang.
b. Menyampaikan keberatan terhadap rancangan rencana tata ruang; dan
c. Melakukan kerja sama dengan pemerintah, pemerintah daerah dan/atau sesama unsur
masyarakat.
Pasal 58
Bentuk peran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 dalam pemanfaatan ruang
dapat berupa:
a. Melakukan kegiatan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan kearifan lokal dan rencana
tata ruang yang telah ditetapkan;
b. Menyampaikan masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;
c. Memberikan dukungan bantuan teknik, keahlian, dan/atau dana dalam pengelolaan
pemanfaatan ruang;
d. Meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam pemanfaatan ruang darat, ruang
laut, ruang udara, dan ruang di dalam bumi dengan memperhatikan kearifan lokal serta
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
Pasal 59
Pasal 60
(1) Peran masyarakat di bidang penataan ruang dapat disampaikan secara langsung dan/atau
tertulis.
(2) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat disampaikan kepada
Bupati.
(3) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga dapat disampaikan melalui
unit kerja terkait yang ditunjuk oleh Bupati.
Pasal 61
Pasal 62
Pasal 63
(1) Jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Aru adalah 20 (dua
puluh) tahun sejak tanggal diundangkan dan dilakukan peninjauan kembali 1 (satu) kali
dalam 5 (lima) tahun.
(2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala
besar, perubahan batas wilayah atau batas teritorial negara yang ditetapkan dengan
peraturan perundang-undangan, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan
Aru dapat ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(3) Peninjauan kembali dilakukan apabila terjadi perubahan kebijakan nasional dan strategi
yang mempengaruhi pemanfaatan ruang kabupaten dan/atau dinamika internal wilayah.
Pasal 64
BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 65
(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua peraturan pelaksanaan yang
berkaitan dengan penataan ruang Daerah, sepanjang tidak bertentangan dengan
Peraturan Daerah ini, dinyatakan berlaku.
BAB XII
PENUTUP
Pasal 66
(1) Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis
pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Ditetapkan di Dobo,
pada tanggal 7 April 2012
UMAR DJABUMONA
Diundangkan di Dobo
pada tanggal 7 April 2012
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN KEPULAUAN ARU
ATAS
TENTANG
I. UMUM
Seluruh kajian analisa teknis pemanfaatan lahan yang meliputi kawasan lindung
dan budidaya harus dituangkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Aru, yang
harus dipatuhi oleh semua elemen stakeholder mulai pemerintah, swasta dan masyarakat
sebagai suatu ketentuan hukum yang dijadikan pedoman untuk pemanfaatan lahan.
Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten ini memberi
kewenangan kepada Bupati untuk mengendalikan pemanfaatan lahan yang bersifat lintas
batas dan regional seperti apa yang termuat dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang pemerintahan daerah. Secara umum peraturan daerah tentang rencana tata
ruang wilayah kota ini berisikan tentang arahan pemanfaatan dan pengendalian
penggunaan lahan sesuai substansi yang telah diatur dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang.
Kabupaten Kepulauan Aru yang lahir dan dimekarkan dari kabupaten Maluku
Tenggara berdasarkan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2003 tentang Pembentukan
Kabupaten Seram Bagian Timur Kabupaten, Seram Bagian Barat dan Kabupaten
Kabupaten Kepulauan Aru sejak terbentuk baru memiliki 3 (tiga) Kecamatan dari
hasil kajian dan analisa sangat perlu dilakukan pemekaran kecamatan sebagaimana yang
diamanatkan dalam undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemekaran Daerah
pada Pasal 5 ayat 5 menjelaskan bahwa paling sedikit 7 (tujuh) kecamatan untuk
pembentukan Kabupaten, dengan demikian Dusun/Petuanan diwilayah Kabupaten
Kepulauan Aru dalam perencanaan dapat juga berubah status untuk dimekarkan menjadi/
Negeri atau dengan sebutan lain, dan dari Desa/Negeri dimaksud dapat dimekarkan
menjadi kecamatan disesuaikan dengan proses keterkaitan perkembangan wilayah serta
pertumbuhan.
Dengan baru pertama kali mendesain rencana tata ruang wilayah Kabupaten
Kepulauan Aru, Kota Dobo sampai dengan saat ini masih menjadi tempat
penyelenggaraan pemerintahan dan atas pertimbangan serta hasil analisa yang
didasarkan pada rentang kendali, kelengkapan sarana, prasarana yang dimiliki serta
faktor-faktor lainnya, Kota Dobo dianggap kota dengan hierarki I yaitu sebagai ibu kota
kabupaten dan sekaligus sebagai pusat pemerintahan disamping itu juga Kota Dobo
sebagai Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di dalam RTRWN.
Huruf b
Izin lokasi : persetujuan lokasi bagi pengembangan aktivitas/sarana/
prasarana yang menyatakan kawasan yang dimohon sesuai untuk
dimanfaatkan bagi aktivitas dominanyang telah memperoleh izin prinsip. Izin
lokasi akan dipakai sebagai dasar dalam dalam melaksanakan perolehan
tanah melalui pengadaan tertentu dan dasar bagi pengurusan hak atas
tanah:
Huruf c
Izin penggunaan pemanfaatan tanah : izin perencanaan dan atau
rekomendasi perencanaan bagi penggunaan pemanfaatan tanah yang
didasarkan pada RTRW, RDTR, dan atau RTRK.
Huruf d
Izin Mendirikan Bangunan (IMB) : setiap aktivitas budidaya rinci yang bersifat
binaan (bangunan) perlu memperoleh IMB jika akan dibangun. Perhatian
utama diarahkan pada kelayakan struktur bangunan melalui penelaahan
rancangan rekayasa bangunan. Rencana tapak disetiap blok peruntukan
(terutama bangunan berskala besar) atau rancangan arsitektur disetiap
persil. Persyaratan teknis lainnya seperti lingkungan sekitar misalnya garis
sempadan (jalan dan bangunan) KDB, KLB, KDH.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 51
ketentuan peraturan perundang-undangan yang digunakan adalah peraturan
perundang-undangan bidang penataan ruang