Anda di halaman 1dari 23

LANDASAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Medis


1. Definisi
Hernia adalah tonjolan keluar (organ/jaringan) melalui dinding rongga dimana
organ tersebut seharusnya berada. (Sharon Mantik Lewis, 2000).

Hernia inguinalis adalah tonjolan yang terbentuk dari peritoneum yang berisi
suatu bagian dari usus. Ada dua tipe yaitu inguinalis indirect dan direct. Hernia
inguinalis indirect terjadi melalui cincin inguinal dan mengikuti spermatic cord
sepanjang kanalis inguinalis. Hernia dapat membesar dan sering turun ke scrotum
pada laki-laki. Hernia inguinalis direct dimana hernia ini melalui dinding abdomen
dalam area yang ototnya mengalami kelemahan, bukan melalui kanalis, biasanya
terjadi pada lanjut usia.

Hernia merupakan protusi ( penonjolan ) ruas organ , isi organ ataupun jaringan
melalui bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan atau lubang abnormal.
Hernia akan sangat berbahaya jika tidak sesegera mungkin dioperasi. Gejala lebih
lanjutnya dapat mengakibatkan kematiaan pada penderita. Hernia lebih sering terjadi
di bagian – bagian tubuh tertentu, seperti perut , pangkal paha dan paha bagian atas ,
serta perut bagian bawah.

2. Anatomi Fisiologi
Otot-otot dinding perut dibagi empat yakni m. rectus abdominis, m. obliqus
abdominis internus, m. transversus abdominis. Kanalis inguinalis timbul akibat
descensus testiculorum, dimana testis tidak menembus dinding perut melainkan
mendorong dinding ventral perut ke depan. Saluran ini berjalan dari kranio-lateral
ke medio-kaudal, sejajar ligamentum inguinalis, panjangnya : + 4 cm.

Kanalis ini terbuka di lateral pada anulus inguinalis abdominalis (anulus


inguinalis profunda) berhubungan dengan peritoneum dan di mendial terbuka pada
anulus inguinalis superfisialis. Pada dinding dorsal terdapat lekukan peritoneum,
yang terletak sesuai dengan anulus inguinalis superfisialis yang disebut fovea
inguinalis medialis, sedangkan yang dibentuk oleh anulus inguinalis abdominalis
disebut fovea inguinalis lateralis. Di antara kedua fovea ini terdapat ligamentum
yang merupakan penebalan dari fascia transversa. Ini penting untuk membedakan
hernia inguinalis medialis dan lateralis. Isi kanalis inguinalis pada pria yaitu
funiculus spermaticus, dan pada wanita ligamentum teres uteri.

3. Klasifikasi
Hernia ada banyak jenisnya. Secara umum hernia terbagi atas dua jenis yaitu :
1. Hernia Internal : Hernia yang terjadi di dalam tubuh penderita sehingga tidak
dapat dilihat dengan mata. Contohnya hernia diaphragmatica.

2. Hernia Eksternal : Hernia yang dapat dilihat oleh mata dikarenakan benjolan
hernia menembus keluar sehingga dapat dilihat oleh mata.

Selain yang dijelaskan di atas hernia masih dapat dibagi lagi menurut terjadinya
letaknya ,sifatnya dan masih banyak lagi.

1. Hernia berdasar terjadinya


a) Hernia Kongenital ( bawaan )
Hernia ini merupakan hernia bawaan sejak lahir atau sudah ada semenjak pertama
kali lahir.
b) Hernia yang didapat Hernia ini merupakan hernia bukan bawaan sejak lahir ,
tetapi hernia yang didapat setelah tumbuh dan berkembang setelah lahir.
2. Hernia berdasar letaknya :
a) Hernia Inguinalis
Merupakan penonjolan yang diakibatkan sebagian usus masuk melalui lubang pada
dinding perut ke dalam kanalis inguinalis.
b) Hernia Diaphragmatika
Hernia yang terjadi karena adanya celah pada otot diafragma yang diakibatkan
pembentukan diafragma yang kurang sempurna.
c) Hernia Umbilicalis
Merupakan penonjolan yang diakibatkan peninggian tekanan intra abdomen yang
mengandung isi rongga perut yang masuk melalui cincin umbilicus ( pusar ).
d) Hernia Femoralis
Merupakan penonjolan yang terjadi pada lipatan paha melalui annulus femoralis.
e) Hernia Obturatorial
Merupakan penonjolan yan terjadi pada foramen obturator pada tulang coxae.
f) Hernia Ventralis
Merupakan penojolan yang terjadi pada perut bagian antrerolateral
g) Hernia Lumbalis
Merupakan penonjolan yang timbul dalam daerah lumbalis melalui dinding
abdomen posterior.
3. Hernia berdasar sifatnya :
a) Hernia Reponibel
Isi hernia dapat muncul dan hilang lagi ( masuk kembali ) seperti keadaan normal
tidak terdapat benjolan karena hernia. Akan muncul jika berdiri atau mengejan ( ada
tekanan ) dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk kembali.
b) Hernia Irreponibel
Isi hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Hal ini dikarenakan isi hernia
melekat pada perineum kantong hernia.
4. Hernia Lain :
a) Hernia Epigastrika
Penonjolan jaringan lemak preperitoneal dengan atau tanpa kantung perioneum
yang keluar melalui defek di linea alba antara umbilicus dan prosesus xifoideus.
b) Hernia Littre
Merupakan hernia dengan adanya devertikulum Meckel dalam dan sebagian besar
hernia Littre merupakan hernia inguinalis atau femoralis dan juga sering inkaserata.
c) Hernia Spieghel
Merupakan penonjolan interstisial dengan atau tanpa isinya melalui fasia Speighel.

4. Etiologi
Hernia kebanyakan di derita oleh orang – orang yang berusia lanjut, karena
pada usia – usia rentan tersebut dinding otot yang telah melemah dan mengendur
untuk menjaga agar organ tubuh tetap pada tempatnya sehingga mempercepat
proses terjadinya hernia. Kegiatan fisik yang berlebihan juga diduga dapat
menyebabkan hernia cepat berkembang seperti mengangkat barang – barang yang
terlalu berat. Hal – hal lain yang dapat menyebabkan Hernia yaitu:
1. Kelemahan otot dinding abdomen, karena :
 Trauma
 Obesitas
 Kehamilan
2. Peningkatan intra abdomen, terjadi karena :
 Batuk kronis
 Bersin-bersin
 Mengangkat benda besar
 Mengejan (konstipasi)
 hipertropi prostat.
3. Factor resiko
 Kelainan Kongenital
5. Patofisiologi
Hernia dapat disebabkan karena faktor kongenital dimana kanalis inguinalis
belum menutup tekanan intra abdomen meningkat. Hernia juga dapat terjadi karena
kerusakan pada keutuhan dinding otot dan peningkatan tekanan intra abdomen.
Kerusakan dinding otot hasil dari lemahnya kolagen atau adanya rongga pada
inguinal. Kelemahan otot ini dapat diperoleh karena proses menua. Peningkatan
tekanan intra abdomen berhubungan dengan kondisi kehamilan dan obesitas, atau
dapat juga terjadi karena mengangkat beban berat atau batuk. Dengan kondisi
tersebutlah maka akan timbullah hernia. Hernia dapat dikembalikan secara manual
atau tidak dapat dikembalikan dikarenakan sudah ada perlengketan. Sehingga akan
terjadi obstruksi yang dinamakan hernia inkeserata. Dengan adanya obstruksi ini
maka akan terjadi gangguan penyerapan cairan dan elektrolit dan aliran darah pun
akan terganggu. Dengan aliran darah terganggu maka akan timbul edema sehingga
akan terjadi iskemik dan perforasi yang pada akhirnya nekrosis jaringan pun terjadi.
Distensi abdomen, mual, muntah, nyeri, demam, takikardi, adalah tanda dari
strangulata.

6. Tanda dan Gejala


Ada beberapa tanda dan gejala yang perlu diketahui untuk mengenali apakah itu hernia
atau bukan.
a. Gejala
1) Rasa nyeri pada tulang belakang yang disebabkan hernia pada discus
intervertebral
2) Benjolan hernia dapat menetap dan juga menghilang lagi. Benjolan pada hernia
dapat menetap karena termasuk pada hernia irreponibel ( karena isi hernia
melekat pada perineum kantong hernia ) , sedangkan hernia yang dapat muncul
dan hilang lagi karena termasuk hernia reponibel.
3) Incracerata , benjolan hernia hampir menetap karena telah menjadi sumbatan
pada saluran pencernaan
4) Strangulate, merupakan tingkat paling parah dari hernia di mana telah terjadi
penyumbatan pembuluh darah yang akhirnya dapat membahayakan dan dapat
menyebabkan kematian.
b. Tanda
1) Munculnya benjolan pada titik – titik yang berpeluang besar mengalami hernia
2) Benjolan tidak berwarna merah
3) Benjolan tidak terasa nyeri tetapi cukup mengganggu. Benjolan hernia
mengganggu tergantung seberapa besar benjolannya
4) Mual , muntah

7. Test Diagnosis
a. Foto Abdomen
b. Serum elektrolit : Na, K, Cl, ureum, kreatinin
c. Foto sinar X di daerah hernia.
d. Darah rutin
e. MPP Untuk persiapan operasi
f. Thorax foto

8. Penatalaksanaan Medik
a. Konservatif
1) Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara perlahan
menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong.
2) Pasien dipuasakan.
b. Pembedahan
1) Herniotomy
2) Hernioplasty.
9. Komplikasi
1. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi
hernia tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis ireponibilis). Pada
keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus.
2. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus
yang masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan gangguan
penyaluran isi usus. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis incarcerata.
3. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi
penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis
lateralis strangulata.
4. Hernia scrotalis.
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
Pre-Operasi
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
- Kadang ada keluhan nyeri pada daerah benjolan.
- Klien mengeluh adanya benjolan (pada lokasi hernia)
PF : teraba massa pada saluran inguinal. Cara memeriksa : pasien disuruh berdiri
dibandingkan antara kiri dan kanan.
b. Pola nutrisi metabolik
- Pola makan rendah serat
- Keluhan mual, muntah, dan distensi abdomen (hernia incerata)
- Infeksi saluran pernapasan, batuk kronik, bersin-bersin.
c. Pola eliminasi
- Kebiasaan BAB/BAK
- Konstipasi
- BAB mengejan
d. Pola aktivitas dan latihan
- Pekerjaan klien
- Sering mengangkat benda berat
- Kegiatan sehari-hari klien.
e. Pola seksualitas dan reproduksi
- Riwayat seksualitas – citus.
Post-Operasi
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
- Keluhan nyeri pada insisi luka
- Keadaan balutan : ada rembesan.
b. Pola nutrisi metabolik
- Keluhan mual, muntah dan distensi abdomen/kembung.
- Keadaan bising usus
- Pemberian diit lunak/sering.
c. Pola eliminasi
- Keluhan BAK dengan pemasangan kateter.
- Konstipasi, retensi.
d. Pola aktivitas dan latihan
- Tirah baring
- Penggunaan suppensoar (celana penyokong)
2. Diagnosa keperawatan
Pre Operasi
a. Nyeri pada daerah benjolan berhubungan dengan proses penyakit
b. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan kurangnya
informasi yang jelas dan tepat.
c. Kecemasan berhubungan dengan tindakan medik yang akan dilakukan operasi.
d. Potensial perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah.

Post Operasi
a. Nyeri berhubungan dengan insisi luka operasi.
b. Potensial injuri pada insisi luka operasi berhubungan dengan masih lemahnya area
operasi.
c. Kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah dan follow-up.
3. Rencana Keperawatan
Pre Operasi
a. Nyeri pada daerah benjolan berhubungan dengan proses penyakit.
Hasil yang diharapkan :
- Nyeri hilang setelah dilakukan tindakan medik.
Rencana tindakan :
1) Kaji intensitas nyeri.
R/ Mempermudah pengelolaan, daya tahan tubuh dan pengurangan nyeri.
2) Observasi tanda-tanda vital : S, N, TD
R/ Mengkaji tanda-tanda syok.
3) Beri posisi tidur yang nyaman : semi fowler.
R/ Mengurangi ketegangan abdomen.
4) Anjurkan pasien untuk melakukan tehnik relaksasi : nafas dalam.
R/ Tehnik relaksasi dapat mengurangi ketegangan abdomen.
5) Kolaborasi dengan tenaga medik.
R/ Menentukan pemberian therapi selanjutnya.
b. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan kurangnya
informasi yang jelas dan tepat.
Hasil yang diharapkan :
- Pasien mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit dan pengobatan.
- Berpartisipasi dalam pengobatan.
Rencana tindakan :
1) Kaji tingkat pengetahuan tentang proses penyakit.
R/ Mempermudah dalam pemberian informasi sesuai dengan tingkat
pengetahuan.
2) Jelaskan proses penyakit
R/ Pasien perlu mengerti tentang kondisi dan cara untuk mengontrol timbulnya
serangan nyeri.
3) Motivasi pasien untuk menghindari faktor/situasi yang dapat menyebabkan
timbulnya nyeri.
R/ Dapat menurunkan insiden/beratnya serangan.
4) Kaji pasien untuk mengidentifikasi sumber nyeri dan benjolan, serta diskusikan
jalan keluar untuk menghindarinya.
R/ Merupakan langkah untuk membatasi/mencegah terjadinya nyeri.
5) Anjurkan pasien untuk mengontrol berat badan, menggunakan teknik yang benar
dalam mengangkat beban dan menggunakan celana penyokong.
R/ Mengurangi faktor resiko terjadinya komplikasi.
c. Kecemasan berhubungan dengan tindakan medik yang akan dilakukan operasi.
Hasil yang diharapkan :
- Kecemasan berkurang
- Klien tampak rileks
- Klien dapat bekerja sama dalam tindakan medik yang diberikan.
Rencana tindakan :
1) Kaji tingkat kecemasan pasien.
R/ Mengetahui sejauh mana kecemasannya.
2) Dorong klien untuk mengungkapkan kecemasannya.
R/ Mengurangi kecemasan dan menimbulkan kepercayaan diri pasien.
3) Libatkan keluarga yang dekat dengan pasien.
R/ Mengurangi kecemasan dan menimbulkan kepercayaan diri.
4) Berikan informasi yang jelas setiap proses tindakan yang akan diberikan.
R/ Mengurangi kecemasan dan menimbulkan kepercayaan diri pasien.
5) Bantu klien untuk mengidentifikasi penggunaan koping yang positif.
R/ Membantu mengurangi kecemasan.
6) Beri penyuluhan tentang prosedur pre operasi dan post operasi.
R/ Mengurangi kecemasan klien.
d. Potensial perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah.
Hasil yang diharapkan :
- Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Rencana tindakan :
1) Kaji intake-output
R/ Sebagai dasar dalam merencanakan asuhan keperawatan.
2) Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering.
R/ Merangsang nafsu makan dalam mencegah mual dan muntah.
3) Beri makanan yang hangat.
R/ Merangsang nafsu makan dan mencegah mual dan muntah.
4) Timbang berat badan.
R/ Menentukan kegunaan nutrisi pasien terpenuhi/tidak.
5) K/p kolaborasi dengan ahli gizi.
R/ Menentukan rencana pemberian nutrisi agar kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Post Operasi
a. Nyeri berhubungan dengan insisi luka operasi.
b. Potensial injuri pada insisi luka operasi berhubungan dengan masih lemahnya area
operasi.
Hasil yang diharapkan :
- Penyembuhan luka tanpa komplikasi.
Rencana tindakan :
1) Anjurkan menekan insisi luka operasi bila batuk/bersin.
R/ Batuk atau bersin meningkatkan tekanan intra abdomen dan stressing pada
insisi.
2) Gunakan tehnik yang tepat untuk membantu BAK-berdiri di sisi tempat tidur bila
tolerate.
R/ Dampak operasi kadang-kadang menimbulkan kesulitan BAK.
3) Observasi tanda-tanda vital.
R/ Dampak anestesi memberikan dampak pada V.U.
4) Berikan hidrasi adekuat 2-3 liter/hari dan makanan yang cukup serat.
R/ Supaya tidak terjadi konstipasi.
5) Periksa scrotum tiap shift, catat edema dan hematoma.
R/ Edema dan perdarahan dapat terjadi 2-3 hari post op.
6) Gunakan celana penyokong (suppensoar)
R/ Membantu menyokong scrotum dan mengurangi edema.
c. Kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah dan follow up.
Rencana tindakan :
1) Hindari kerja yang berat, aktivitas secara bertahap.
R/ Mencegah komplikasi setelah post operasi.
2) Beri diit tinggi serat dan minum 2-3 liter.
R/ Mencegah konstipasi.
3) Jelaskan bahwa kemampuan seksual akan kembali normal.
R/ Menambah rasa nyeri.
4) Lakukan follow up secara teratur.
R/ Memperkuat daerah yang baru dioperasi.
5) Anjurkan menggunakan celana penyokong.
R/ Menyokong daerah yang telah dioperasi yang memungkinkan akan kembali
lagi bila tidak ada sokongan dikarenakan masih lemahnya daerah operasi.

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Nama Perawat : Perawat Ruangan PERBED


Tanggal Pengkajian : 12-03-2017
Jam pengkajian : 14.00 WIT

1. Biodata :
a. Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 58 Tahun
Agama : IAam
Pendidikan : -
Pekerjaan : Swasta
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : tongowai
Tanggal Masuk RS : 10-03-2017
Jam MRS : 13.00 WIT
Diagnosa Medis : Post Operasi HIL Sinekstara

b. Penanggung Jawab
Nama : Tn. A
Umur : 27 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Honorer
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Tongowai
Hubungan dengan : Anak Kandung
klien

2. Keluhan utama :
Klien mengatakan Nyeri Luka Post Operasi
3. Riwayat Kesehatan :
1) Riwayat Penyakit Sekarang :
Klien mengatakan terdapat benjolan pada lipat paha kiri dialami kurang lebih 5 tahun,
benjolan sampai ke scrotum. Riwayat benjolan dapat masuk kembali jika pasien dalam
posisi tidur tapi sekarang sudah di operasi

2) Riwayat Penyakit Dahulu :


1) Penyakit yang pernah dialami
Klien mengatakan bahwa ia tidak memiliki penyakit kronis maupun
menular. Klien juga mengatakan bahwa ia tidak pernah mengalami kecelakaan.
Klien juga mengatakan bahwa ia sebelumnya belum pernah dirawat di RS. Klien
juga mengatakan bahwa ia belum pernah di operasi. Klien mengatakan tidak
memiliki alergi makanan ataupun alergi obat-obatan. Klien mengatakan bahwa ia
tidak memiliki kebiasaan merokok ataupun meminum minuman beralkohol.
2) Riwayat Penyakit Keluarga :
Anak klien (Tn.A) mengatakan bahwa dalam keluarga mereka tidak
memiliki penyakit genetic seperti hipertensi, DM maupun Stroke.

Genogram

: laki-laki sudah meninggal : Garis keturunan

: perempuan sudah meninggal : Garis hubungan

: laki-laki masih hidup : Garis tinggal serumah

: perempuan masih hidup

Narasi : Klien Tn. S (umur 58 tahun) anak ke 3 dari 4 bersaudara, Tn.S


menikah dengan Ny.A dan mempunyai anak 3 orang putri dan 1
orang putra, Tn.S tinggal serumah bersama istrinya Ny.A,
sedangkan ke 4 anaknya sudah tinggal lagi serumah dengan Tn.S
dan Ny. A karena semua sudah menikah.
Basic Promoting physiology of Health
1. Aktivitas dan latihan
a. Sebelum Sakit
DS : klien mengatakan sebelum sakit klien aktivitas seperti biasa,
bantu istri membersihkan rumah, klien juga mengatakan tidak
pernah menggunakan alat bantu untuk berjalan, serpeti tongkat
atau kursi roda.
b. Selama Sakit
DS : - Klien mengataka tidak bisa melakukan aktifitas
- Klien mengatakan selama di rumah sakit aktivitas klien terbatas
hanya ditempat tidur
DO : klien tampak lemas dan berbaring ditempat tidur, Aktivitas
dan latihan klien dibantu oleh keluarganya. Tingkat
kemampuan aktivitas klien bernilai 2

2. Tidur dan istirahat


a. Sebelum Sakit
DS : klien mengatakan sebelum sakit klien biasa tidur mulai dari
jam 22.00 WIB kemudian bangun pagi jam 06.00 WIT. Klien
juga sering tidur siang kurang lebih 2 jam dalam sehari.
b. Selama Sakit
DS : klien mengatakan selama dirawat di rumah sakit, klien
mengalami kesulitan tidur karena nyeri luka setelah operasi
yang dirasakan
DO : klien tampak lemah dan tampak menahan sakit saat dilakukan
pengkajian dan konjungtivanya tampak anemis.
3. Kenyamanan dan nyeri
a. Sebelum Sakit
DS : klien mengatakan tidak merasakan nyeri apapun pada bagian
anggota tubuhnya.
b. Selama Sakit
Data Subyektif
P : klien mengatakan nyeri luka post operasi
Q : klien mengatakan nyeri lukanya seperti ditusuk-tusuk.
R : luka post operasi pada bagian bawah perut
S : Skala nyeri 6
T : klien mengatakan nyeri pada saat klien bangun atau sedang
duduk.
Data Obyektif : klien tampak meringis menahan sakit (nyeri luka post
operasi) saat dilakukan pengkajian.
4. Nutrisi
a. Sebelum Sakit
DS : klien mengatakan sebelum sakit frekuensi makan 3 x sehari,
nafsu makan klien baik. Klien mempu menghabiskan 1 porsi
makan klien.
b. Selama Sakit
DS : klien mengatakan selama dirawat di rumah sakit, frekuensi
makan klien sama 3 x sehari tetapi makanan hanya bisa
dihabiskan ½ porsi yang diberikan dari rumah sakit.
DO : klien tampak lemah dan porsi makanan dari rumah sakit tidak
dihabiskan oleh klien.
5. Cairan, Elektrolit dan Asam Basa
a. Sebelum Sakit
DS : klien mengatakan sebelum sakit frekuensi minumnya banyak
7-8 gelas sehari.
b. Selama Sakit
DS : klien mengatakan selama dirawat di rumah sakit frekuensi
minum klien juga sama 7-8 gelas dalam sehari.
DO : Turgor kulit klien tampak elastis, klien mendapatkan terapi IV
jenis RL dengan 20 tpm.
6. Oksigenasi
a. Sebelum Sakit
DS : klien mengatakan sebelum sakit tidak mengalami sesak nafas
atau kesulitan bernafas.
b. Selama Sakit
DS : klien mengatakan selama sakit sama tidak mengalami sesak
nafas atau kesulitan bernafas.
DO : klien tidak terpasang O2.
7. Eliminasi Fekal/Bowel
a. Sebelum Sakit
DS : klien mengatakan sebelum sakit, klien BAB nya 1 x sehari
dan klien tidak pernah menggunakan obat pencahar BAB.
Biasanya klien BAB pada waktu pagi hari, warna feses kuning
dan tidak terdapat darah.
b. Selama Sakit
DS : klien mengatakan selama dirawat dirumah sakit BAB nya
sama sepertin sebelum sakit, BAB nya 1 x sehari dan klien
tidak pernah menggunakan obat pencahar BAB. Biasanya
klien BAB pada waktu pagi hari, warna feses kuning dan tidak
terdapat darah.
DO : kebutuhn pemenuhan ADL bowel klien dibantu oleh
keluarganya.

8. Eliminasi urin
a. Sebelum Sakit
DS : klien mengatakan sebelum sakit klien tidak mengalami
gangguan BAK, frekuensi BAK klien 4 x sehari. Urin
berwarna kuning dan tidak ada darah, klien tidak memiliki
keluhan BAK seperti nyeri saat BAK atau anyang-anyangan.
b. Selama Sakit
DS : klien mengatakan selama dirawat di rumah sakit frekuensi
BAK klien sama seperti sebelum sakit, frekuensi BAK klien 4
x sehari. Urin berwarna kuning dan tidak ada darah, klien
tidak memiliki keluhan BAK seperti nyeri saat BAK atau
anyang-anyangan.
DO : pemenuhan kebutuhan ADL bladder dibantu oleh keluarga
dan klien terpasang kateter.
9. Sensori, persepsi dan kognitif
a. Sebelum Sakit
DS : klien mengaatakan sebelum sakit tidak mengalami gangguan
penglihatan, klien tidak men galami gangguan pendengaran,
klien tidak mengalami gangguan penciuman, kliena tidak
mengalami gangguan sensori taktil dan kliena tidak
mengalami gangguan pengecapan.
b. Selama Sakit
DS : klien mengatakan selama dirawat dirumah sakit sama seperti
sebelum sakit klien tidak mengalami gangguan penglihatan,
klien tidak mengalami gangguan pendengaran, klien tidak
mengalami gangguan penciuman, kliena tidak mengalami
gangguan sensori taktil dan kliena tidak mengalami gangguan
pengecapan.
DO : saat pengkajian tidak tampak adanya gangguan penglihatan,
klien tidak men galami gangguan pendengaran, klien tidak
mengalami gangguan penciuman, kliena tidak mengalami
gangguan sensori taktil dan kliena tidak mengalami gangguan
pengecapan.
Pemeriksaan Fisik :
c. Keadaan Umum :
Kesadaran : compos mentis
GCS : 15. V.6 E.4 M.5
Vital Sign : TD : 120/70 mmHg
Nadi : Frekuensi : 120x/mnt
Irama : reguler
Kekuatan/isi : kuat
Respirasi : Frekuensi : 20x/mnt
Irama : reguler
Suhu : 36’7oC
d. Kepala :
Kulit Kepala : bersih
Rambut : beruban karena faktor usia
Muka : wajah normal tidak terdapat hematom atau lesih
Mata : kelopak mata normal tidak ada edema, skelera tidak ikterik, pulpil
isokor, lensa norma tidak keruh.
Hidung : hidung klien normal tidak terdapat polip atau epistaksis
Mulut : gigi normal tidak terdapat caries dentis dan tidak menggunakan gigi
palsu.
Telinga : simetris tampak bersih dan tidak terdapat sekret telingah.
e. Leher : normal, tidak terdapat pembesaran thyroid, tidak ada kaku kuduk,
lesi dan hematom.
f. Dada : Bentuk : normal, simetris kiri dan kanan.
a) Pulmo : Inspeksi : pengembangan paru kanan dan kiri sama. Tidak ada memar
pada dada, tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan.
Palpasi : fermitus taktil kanan dan kiri klien sama
Perkusi : saat diperkusi terdengar suara sonor.
Auskultasi : terdengar vesikuler
b) Cor : Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis klien teraba pada ICS ke 5
Perkusi : bunyi jantug klien saat diperkusi terdengar pekak
Auskultasi : bunyi jantung reguler.

g. Abdomen
Inspeksi : normal, bentuk simetris tidak ada lesi, hematom atau asites,
tampakadanya luka post operasidibagian bawah perut

Palpasi : normal, tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada hepatomegali, tumor
atau splenomegali.
Perkusi : terdengar suara timpani.

Auskultasi : terdengar pristaltik usus 15 x.

h. Genetalia :
DS : klien mengatakan sudah tidak ada benjolan lagi di lipatan paha
kiri
DO : tidak terkaji, karena menjaga privasi klien.

i. Rectum :
DS : klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit hemoroid.
DO : tidak terkaji, karena menjaga privasi klien.

j. Ektremitas :
DS : klien mengatakan anggota gerak tubuhnya bagian kanan dan kiri
bisa digerakkan.
DO : klien berbaring ditempat tidur. Kekuatan otot kanan dan kiri
sama.
5 5
5 5
capilari refile < 2 detik.

3) Psiko sosio budaya Dan Spiritual :


Psikologis :
Perasaan klien setelah mengalami masalah ini adalah :
Klien mengatakan bahwa klien merasa cemas karena baru pertama dilalukan operasi
dan takut jika penyakitnya tidak sembuh.
Cara mengatasi perasaan tersebut :
Klien mengatakan cara mengatasi rasa cemasnya klien berdoa dan bercerita dengan
perawat dan keluarganya tentang penyakit yang dialami.
Rencana klien setelah masalah terselesaikan adalah :
Klien mengatakan ingin pulang berkumpul dengan keluarganya dan melakukan aktivitas
seperti biasa.
pengetahuan klien tentang masalah/penyakit yang ada :
klien mengatakan bisa memahami tentang penyakit yang dialami.
Sosial :
Aktivitas atau peran di masyarakat adalah :
Klien mengatakan didalam lingkungan masyarakatnya, klien hanya sebagai warga
masyarakat biasa.
kebiasaan lingkungan yang tidak disukai adalah : klien mengaatakan tidak suka
dengan lingkungan yang kotor.
cara mengatasinya : klien mengatakan tiap sore hari klien sering membersihkan
dilingkungan sekitar rumahnya.
pandangan klien tentang aktifitas sosial dilingkungannya : klien mengatakan setiap
hari jumat pagi klien dan warga sekiitar selalu bekerja bakti bersama.
Budaya :
Budaya yang diikuti klien adalah budaya: budaya Tidore
Kebudayaan yang dianut merugikan kesehatannya: tidak ada.
Spiritual :
Aktivitas ibadah sehari-hari : klien mengatakan selalu menjalankan sholat 5 waktu.
Kegiatan keagamaan yang biasa di lakukan : klien mengatakan selalu mengikuti
kegiatan pengajian dengan warga.
Keyakinan klien tentang peristiwa/masalah kesehatan yang sekarang sedang dialami:
Klien mengatakan bahwa, sakit yang dialaminya saat ini sebuah peringatan dari Tuhan
kepadanya karena kurang memperthatikan kesehatannya.
4) Pemeriksaan Penunjang :
(Hasil pemeriksaan laboratorium )
Pemeriksaan Laboratorium :
Tanggal : 10-03-2017 Jam : 12.00
Jenis Pemeriksaan Hasil Harga Normal Satuan Interpretasi hasil
Wbc 5,4
Hemoglobin 12,6 12,00-16,00 g/dl Normal
Hct 37,4 %
Plt 252
Rbc 4,39
Ct 3’20 menit
Bt 1’40 menit
Gds 147 Mg/dl

5) Terapi Medis :
Jenis Terapi Nama Obat Dosis Rute Implikasi Keperawatan
Cairan IV Infus RL 20 tpm IV Memenuhi kebutuhan
cairan dan pemberian
obat
Obat parenteral Ceftriaxon 1 gr/12 Injeksi IV Anti biotik
jam
Ketorolac 1 amp/12 Injeksi IV Anti nyeri
jam
Drip 24 jam Injeksi IV
cernevit
Obat peroral Albumin 3x2 caps Injeksi IV

ANALISA DATA

Nama klien : Tn. S No. Register :07XX98

Umur : 58 Tahun Diagnosa Medis :Post Operasi HIL

Ruang Rawat : Perawatan Bedah RSD Alamat : Tongowai

TIKEP
TGL/JAM DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM
12-03-2017 DS :
14.00 WIT P : klien mengatakan nyeri luka post Terputusnya Diskontuinitas

operasi kontinutasJaringan jarinagn akibat

Q : nyeri luka seperti ditusuk-tusuk tindakan operasi

R : luka post operasi pada bagian Merangsang

bawah perut bradikinin Histamin

S : skala nyeri 6

T : nyeri dirasakan saat bangun Hipotalamus

ataupun sedang duduk

DO : klien tampak meringis menahan Korteks Cerebri

sakit, lemas, kesadaran CM, TTV: Nyeri dipresepsikan

TD : 120/80 mmhg, nadi :120x/menit,

RR: 20x/menit, dan suhu 36.7 0C Nyeri Akut

12-03-2017 DS : klien mengatakan selama di Nyeri Nyeri


rumah sakit aktivitas klien terbatas
14.00 WIT Tidak dapat
hanya ditempat tidur dan istrihat.
melakukan aktifitas
DO : klien tampak lemas dan
berbaring ditempat tidur, Aktivitas dan
latihan klien dibantu oleh keluarganya.
Gangguan Aktifitas
Tingkat kemampuan aktivitas klien
fisik
bernilai 2
Klien terpasang IVFD RL 20 Tpm
tangan kanan, dan klien juga terpasang
DC.
Luka insisi bedah/

12-03-2017 Sistim pertahanan tindakan inpasif


DS : klien mengatakan sudah di
14.00 WIB Terganggu
operasi
DO : klien tampak meringis menahan
sakit,Tampak adanya luka operasi
Tempat masuknya

kuman patogen

Resiko infeksi

PRIORITAS DIAGNOSA

1. Nyeri akut b.d Diskontuinitas jarinagn akibat tindakan operasi


2. Gangguan Mobilitas Fisik b.d Nyeri
3. Resiko infeksi b.d luka insisi bedah / tindakan inpasif

Anda mungkin juga menyukai