Hernia inguinalis adalah tonjolan yang terbentuk dari peritoneum yang berisi
suatu bagian dari usus. Ada dua tipe yaitu inguinalis indirect dan direct. Hernia
inguinalis indirect terjadi melalui cincin inguinal dan mengikuti spermatic cord
sepanjang kanalis inguinalis. Hernia dapat membesar dan sering turun ke scrotum
pada laki-laki. Hernia inguinalis direct dimana hernia ini melalui dinding abdomen
dalam area yang ototnya mengalami kelemahan, bukan melalui kanalis, biasanya
terjadi pada lanjut usia.
Hernia merupakan protusi ( penonjolan ) ruas organ , isi organ ataupun jaringan
melalui bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan atau lubang abnormal.
Hernia akan sangat berbahaya jika tidak sesegera mungkin dioperasi. Gejala lebih
lanjutnya dapat mengakibatkan kematiaan pada penderita. Hernia lebih sering terjadi
di bagian – bagian tubuh tertentu, seperti perut , pangkal paha dan paha bagian atas ,
serta perut bagian bawah.
2. Anatomi Fisiologi
Otot-otot dinding perut dibagi empat yakni m. rectus abdominis, m. obliqus
abdominis internus, m. transversus abdominis. Kanalis inguinalis timbul akibat
descensus testiculorum, dimana testis tidak menembus dinding perut melainkan
mendorong dinding ventral perut ke depan. Saluran ini berjalan dari kranio-lateral
ke medio-kaudal, sejajar ligamentum inguinalis, panjangnya : + 4 cm.
3. Klasifikasi
Hernia ada banyak jenisnya. Secara umum hernia terbagi atas dua jenis yaitu :
1. Hernia Internal : Hernia yang terjadi di dalam tubuh penderita sehingga tidak
dapat dilihat dengan mata. Contohnya hernia diaphragmatica.
2. Hernia Eksternal : Hernia yang dapat dilihat oleh mata dikarenakan benjolan
hernia menembus keluar sehingga dapat dilihat oleh mata.
Selain yang dijelaskan di atas hernia masih dapat dibagi lagi menurut terjadinya
letaknya ,sifatnya dan masih banyak lagi.
4. Etiologi
Hernia kebanyakan di derita oleh orang – orang yang berusia lanjut, karena
pada usia – usia rentan tersebut dinding otot yang telah melemah dan mengendur
untuk menjaga agar organ tubuh tetap pada tempatnya sehingga mempercepat
proses terjadinya hernia. Kegiatan fisik yang berlebihan juga diduga dapat
menyebabkan hernia cepat berkembang seperti mengangkat barang – barang yang
terlalu berat. Hal – hal lain yang dapat menyebabkan Hernia yaitu:
1. Kelemahan otot dinding abdomen, karena :
Trauma
Obesitas
Kehamilan
2. Peningkatan intra abdomen, terjadi karena :
Batuk kronis
Bersin-bersin
Mengangkat benda besar
Mengejan (konstipasi)
hipertropi prostat.
3. Factor resiko
Kelainan Kongenital
5. Patofisiologi
Hernia dapat disebabkan karena faktor kongenital dimana kanalis inguinalis
belum menutup tekanan intra abdomen meningkat. Hernia juga dapat terjadi karena
kerusakan pada keutuhan dinding otot dan peningkatan tekanan intra abdomen.
Kerusakan dinding otot hasil dari lemahnya kolagen atau adanya rongga pada
inguinal. Kelemahan otot ini dapat diperoleh karena proses menua. Peningkatan
tekanan intra abdomen berhubungan dengan kondisi kehamilan dan obesitas, atau
dapat juga terjadi karena mengangkat beban berat atau batuk. Dengan kondisi
tersebutlah maka akan timbullah hernia. Hernia dapat dikembalikan secara manual
atau tidak dapat dikembalikan dikarenakan sudah ada perlengketan. Sehingga akan
terjadi obstruksi yang dinamakan hernia inkeserata. Dengan adanya obstruksi ini
maka akan terjadi gangguan penyerapan cairan dan elektrolit dan aliran darah pun
akan terganggu. Dengan aliran darah terganggu maka akan timbul edema sehingga
akan terjadi iskemik dan perforasi yang pada akhirnya nekrosis jaringan pun terjadi.
Distensi abdomen, mual, muntah, nyeri, demam, takikardi, adalah tanda dari
strangulata.
7. Test Diagnosis
a. Foto Abdomen
b. Serum elektrolit : Na, K, Cl, ureum, kreatinin
c. Foto sinar X di daerah hernia.
d. Darah rutin
e. MPP Untuk persiapan operasi
f. Thorax foto
8. Penatalaksanaan Medik
a. Konservatif
1) Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara perlahan
menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong.
2) Pasien dipuasakan.
b. Pembedahan
1) Herniotomy
2) Hernioplasty.
9. Komplikasi
1. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi
hernia tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis ireponibilis). Pada
keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus.
2. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus
yang masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan gangguan
penyaluran isi usus. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis incarcerata.
3. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi
penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis
lateralis strangulata.
4. Hernia scrotalis.
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
Pre-Operasi
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
- Kadang ada keluhan nyeri pada daerah benjolan.
- Klien mengeluh adanya benjolan (pada lokasi hernia)
PF : teraba massa pada saluran inguinal. Cara memeriksa : pasien disuruh berdiri
dibandingkan antara kiri dan kanan.
b. Pola nutrisi metabolik
- Pola makan rendah serat
- Keluhan mual, muntah, dan distensi abdomen (hernia incerata)
- Infeksi saluran pernapasan, batuk kronik, bersin-bersin.
c. Pola eliminasi
- Kebiasaan BAB/BAK
- Konstipasi
- BAB mengejan
d. Pola aktivitas dan latihan
- Pekerjaan klien
- Sering mengangkat benda berat
- Kegiatan sehari-hari klien.
e. Pola seksualitas dan reproduksi
- Riwayat seksualitas – citus.
Post-Operasi
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
- Keluhan nyeri pada insisi luka
- Keadaan balutan : ada rembesan.
b. Pola nutrisi metabolik
- Keluhan mual, muntah dan distensi abdomen/kembung.
- Keadaan bising usus
- Pemberian diit lunak/sering.
c. Pola eliminasi
- Keluhan BAK dengan pemasangan kateter.
- Konstipasi, retensi.
d. Pola aktivitas dan latihan
- Tirah baring
- Penggunaan suppensoar (celana penyokong)
2. Diagnosa keperawatan
Pre Operasi
a. Nyeri pada daerah benjolan berhubungan dengan proses penyakit
b. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan kurangnya
informasi yang jelas dan tepat.
c. Kecemasan berhubungan dengan tindakan medik yang akan dilakukan operasi.
d. Potensial perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah.
Post Operasi
a. Nyeri berhubungan dengan insisi luka operasi.
b. Potensial injuri pada insisi luka operasi berhubungan dengan masih lemahnya area
operasi.
c. Kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah dan follow-up.
3. Rencana Keperawatan
Pre Operasi
a. Nyeri pada daerah benjolan berhubungan dengan proses penyakit.
Hasil yang diharapkan :
- Nyeri hilang setelah dilakukan tindakan medik.
Rencana tindakan :
1) Kaji intensitas nyeri.
R/ Mempermudah pengelolaan, daya tahan tubuh dan pengurangan nyeri.
2) Observasi tanda-tanda vital : S, N, TD
R/ Mengkaji tanda-tanda syok.
3) Beri posisi tidur yang nyaman : semi fowler.
R/ Mengurangi ketegangan abdomen.
4) Anjurkan pasien untuk melakukan tehnik relaksasi : nafas dalam.
R/ Tehnik relaksasi dapat mengurangi ketegangan abdomen.
5) Kolaborasi dengan tenaga medik.
R/ Menentukan pemberian therapi selanjutnya.
b. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan kurangnya
informasi yang jelas dan tepat.
Hasil yang diharapkan :
- Pasien mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit dan pengobatan.
- Berpartisipasi dalam pengobatan.
Rencana tindakan :
1) Kaji tingkat pengetahuan tentang proses penyakit.
R/ Mempermudah dalam pemberian informasi sesuai dengan tingkat
pengetahuan.
2) Jelaskan proses penyakit
R/ Pasien perlu mengerti tentang kondisi dan cara untuk mengontrol timbulnya
serangan nyeri.
3) Motivasi pasien untuk menghindari faktor/situasi yang dapat menyebabkan
timbulnya nyeri.
R/ Dapat menurunkan insiden/beratnya serangan.
4) Kaji pasien untuk mengidentifikasi sumber nyeri dan benjolan, serta diskusikan
jalan keluar untuk menghindarinya.
R/ Merupakan langkah untuk membatasi/mencegah terjadinya nyeri.
5) Anjurkan pasien untuk mengontrol berat badan, menggunakan teknik yang benar
dalam mengangkat beban dan menggunakan celana penyokong.
R/ Mengurangi faktor resiko terjadinya komplikasi.
c. Kecemasan berhubungan dengan tindakan medik yang akan dilakukan operasi.
Hasil yang diharapkan :
- Kecemasan berkurang
- Klien tampak rileks
- Klien dapat bekerja sama dalam tindakan medik yang diberikan.
Rencana tindakan :
1) Kaji tingkat kecemasan pasien.
R/ Mengetahui sejauh mana kecemasannya.
2) Dorong klien untuk mengungkapkan kecemasannya.
R/ Mengurangi kecemasan dan menimbulkan kepercayaan diri pasien.
3) Libatkan keluarga yang dekat dengan pasien.
R/ Mengurangi kecemasan dan menimbulkan kepercayaan diri.
4) Berikan informasi yang jelas setiap proses tindakan yang akan diberikan.
R/ Mengurangi kecemasan dan menimbulkan kepercayaan diri pasien.
5) Bantu klien untuk mengidentifikasi penggunaan koping yang positif.
R/ Membantu mengurangi kecemasan.
6) Beri penyuluhan tentang prosedur pre operasi dan post operasi.
R/ Mengurangi kecemasan klien.
d. Potensial perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah.
Hasil yang diharapkan :
- Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Rencana tindakan :
1) Kaji intake-output
R/ Sebagai dasar dalam merencanakan asuhan keperawatan.
2) Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering.
R/ Merangsang nafsu makan dalam mencegah mual dan muntah.
3) Beri makanan yang hangat.
R/ Merangsang nafsu makan dan mencegah mual dan muntah.
4) Timbang berat badan.
R/ Menentukan kegunaan nutrisi pasien terpenuhi/tidak.
5) K/p kolaborasi dengan ahli gizi.
R/ Menentukan rencana pemberian nutrisi agar kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Post Operasi
a. Nyeri berhubungan dengan insisi luka operasi.
b. Potensial injuri pada insisi luka operasi berhubungan dengan masih lemahnya area
operasi.
Hasil yang diharapkan :
- Penyembuhan luka tanpa komplikasi.
Rencana tindakan :
1) Anjurkan menekan insisi luka operasi bila batuk/bersin.
R/ Batuk atau bersin meningkatkan tekanan intra abdomen dan stressing pada
insisi.
2) Gunakan tehnik yang tepat untuk membantu BAK-berdiri di sisi tempat tidur bila
tolerate.
R/ Dampak operasi kadang-kadang menimbulkan kesulitan BAK.
3) Observasi tanda-tanda vital.
R/ Dampak anestesi memberikan dampak pada V.U.
4) Berikan hidrasi adekuat 2-3 liter/hari dan makanan yang cukup serat.
R/ Supaya tidak terjadi konstipasi.
5) Periksa scrotum tiap shift, catat edema dan hematoma.
R/ Edema dan perdarahan dapat terjadi 2-3 hari post op.
6) Gunakan celana penyokong (suppensoar)
R/ Membantu menyokong scrotum dan mengurangi edema.
c. Kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah dan follow up.
Rencana tindakan :
1) Hindari kerja yang berat, aktivitas secara bertahap.
R/ Mencegah komplikasi setelah post operasi.
2) Beri diit tinggi serat dan minum 2-3 liter.
R/ Mencegah konstipasi.
3) Jelaskan bahwa kemampuan seksual akan kembali normal.
R/ Menambah rasa nyeri.
4) Lakukan follow up secara teratur.
R/ Memperkuat daerah yang baru dioperasi.
5) Anjurkan menggunakan celana penyokong.
R/ Menyokong daerah yang telah dioperasi yang memungkinkan akan kembali
lagi bila tidak ada sokongan dikarenakan masih lemahnya daerah operasi.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Biodata :
a. Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 58 Tahun
Agama : IAam
Pendidikan : -
Pekerjaan : Swasta
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : tongowai
Tanggal Masuk RS : 10-03-2017
Jam MRS : 13.00 WIT
Diagnosa Medis : Post Operasi HIL Sinekstara
b. Penanggung Jawab
Nama : Tn. A
Umur : 27 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Honorer
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Tongowai
Hubungan dengan : Anak Kandung
klien
2. Keluhan utama :
Klien mengatakan Nyeri Luka Post Operasi
3. Riwayat Kesehatan :
1) Riwayat Penyakit Sekarang :
Klien mengatakan terdapat benjolan pada lipat paha kiri dialami kurang lebih 5 tahun,
benjolan sampai ke scrotum. Riwayat benjolan dapat masuk kembali jika pasien dalam
posisi tidur tapi sekarang sudah di operasi
Genogram
8. Eliminasi urin
a. Sebelum Sakit
DS : klien mengatakan sebelum sakit klien tidak mengalami
gangguan BAK, frekuensi BAK klien 4 x sehari. Urin
berwarna kuning dan tidak ada darah, klien tidak memiliki
keluhan BAK seperti nyeri saat BAK atau anyang-anyangan.
b. Selama Sakit
DS : klien mengatakan selama dirawat di rumah sakit frekuensi
BAK klien sama seperti sebelum sakit, frekuensi BAK klien 4
x sehari. Urin berwarna kuning dan tidak ada darah, klien
tidak memiliki keluhan BAK seperti nyeri saat BAK atau
anyang-anyangan.
DO : pemenuhan kebutuhan ADL bladder dibantu oleh keluarga
dan klien terpasang kateter.
9. Sensori, persepsi dan kognitif
a. Sebelum Sakit
DS : klien mengaatakan sebelum sakit tidak mengalami gangguan
penglihatan, klien tidak men galami gangguan pendengaran,
klien tidak mengalami gangguan penciuman, kliena tidak
mengalami gangguan sensori taktil dan kliena tidak
mengalami gangguan pengecapan.
b. Selama Sakit
DS : klien mengatakan selama dirawat dirumah sakit sama seperti
sebelum sakit klien tidak mengalami gangguan penglihatan,
klien tidak mengalami gangguan pendengaran, klien tidak
mengalami gangguan penciuman, kliena tidak mengalami
gangguan sensori taktil dan kliena tidak mengalami gangguan
pengecapan.
DO : saat pengkajian tidak tampak adanya gangguan penglihatan,
klien tidak men galami gangguan pendengaran, klien tidak
mengalami gangguan penciuman, kliena tidak mengalami
gangguan sensori taktil dan kliena tidak mengalami gangguan
pengecapan.
Pemeriksaan Fisik :
c. Keadaan Umum :
Kesadaran : compos mentis
GCS : 15. V.6 E.4 M.5
Vital Sign : TD : 120/70 mmHg
Nadi : Frekuensi : 120x/mnt
Irama : reguler
Kekuatan/isi : kuat
Respirasi : Frekuensi : 20x/mnt
Irama : reguler
Suhu : 36’7oC
d. Kepala :
Kulit Kepala : bersih
Rambut : beruban karena faktor usia
Muka : wajah normal tidak terdapat hematom atau lesih
Mata : kelopak mata normal tidak ada edema, skelera tidak ikterik, pulpil
isokor, lensa norma tidak keruh.
Hidung : hidung klien normal tidak terdapat polip atau epistaksis
Mulut : gigi normal tidak terdapat caries dentis dan tidak menggunakan gigi
palsu.
Telinga : simetris tampak bersih dan tidak terdapat sekret telingah.
e. Leher : normal, tidak terdapat pembesaran thyroid, tidak ada kaku kuduk,
lesi dan hematom.
f. Dada : Bentuk : normal, simetris kiri dan kanan.
a) Pulmo : Inspeksi : pengembangan paru kanan dan kiri sama. Tidak ada memar
pada dada, tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan.
Palpasi : fermitus taktil kanan dan kiri klien sama
Perkusi : saat diperkusi terdengar suara sonor.
Auskultasi : terdengar vesikuler
b) Cor : Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis klien teraba pada ICS ke 5
Perkusi : bunyi jantug klien saat diperkusi terdengar pekak
Auskultasi : bunyi jantung reguler.
g. Abdomen
Inspeksi : normal, bentuk simetris tidak ada lesi, hematom atau asites,
tampakadanya luka post operasidibagian bawah perut
Palpasi : normal, tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada hepatomegali, tumor
atau splenomegali.
Perkusi : terdengar suara timpani.
h. Genetalia :
DS : klien mengatakan sudah tidak ada benjolan lagi di lipatan paha
kiri
DO : tidak terkaji, karena menjaga privasi klien.
i. Rectum :
DS : klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit hemoroid.
DO : tidak terkaji, karena menjaga privasi klien.
j. Ektremitas :
DS : klien mengatakan anggota gerak tubuhnya bagian kanan dan kiri
bisa digerakkan.
DO : klien berbaring ditempat tidur. Kekuatan otot kanan dan kiri
sama.
5 5
5 5
capilari refile < 2 detik.
5) Terapi Medis :
Jenis Terapi Nama Obat Dosis Rute Implikasi Keperawatan
Cairan IV Infus RL 20 tpm IV Memenuhi kebutuhan
cairan dan pemberian
obat
Obat parenteral Ceftriaxon 1 gr/12 Injeksi IV Anti biotik
jam
Ketorolac 1 amp/12 Injeksi IV Anti nyeri
jam
Drip 24 jam Injeksi IV
cernevit
Obat peroral Albumin 3x2 caps Injeksi IV
ANALISA DATA
TIKEP
TGL/JAM DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM
12-03-2017 DS :
14.00 WIT P : klien mengatakan nyeri luka post Terputusnya Diskontuinitas
S : skala nyeri 6
kuman patogen
Resiko infeksi
PRIORITAS DIAGNOSA