EPIDURAL HEMATOMA
1
Pada hematom epidural, perdarahan terjadi di antara tulang tengkorak dan
dura meter. Perdarahan ini lebih sering terjadi di daerah temporal bila salah satu
cabang arteri meningea media robek. Robekan ini sering terjadi bila fraktur tulang
tengkorak di daerah bersangkutan. Hematom dapat pula terjadi di daerah frontal
atau oksipital.2,3
Arteri meningea media yang masuk di dalam tengkorak melalui foramen
spinosum dan jalan antara durameter dan tulang di permukaan dan os temporale.
Perdarahan yang terjadi menimbulkan hematom epidural, desakan oleh hematoma
akan melepaskan durameter lebih lanjut dari tulang kepala sehingga hematom
bertambah besar.3
Karena perdarahan ini berasal dari arteri, maka darah akan terpompa terus
keluar hingga makin lama makin besar. Ketika kepala terbanting atau terbentur
mungkin penderita pingsan sebentar dan segera sadar kembali. Dalam waktu
beberapa jam, penderita akan merasakan nyeri kepala yang progersif memberat,
kemudian kesadaran berangsur menurun. Masa antara dua penurunan kesadaran ini
selama penderita sadar setelah terjadi kecelakaan di sebut interval lucid. Fenomena
lucid interval terjadi karena cedera primer yang ringan pada Epidural hematom.
Kalau pada subdural hematoma cedera primernya hampir selalu berat atau epidural
hematoma dengan trauma primer berat tidak terjadi lucid interval karena pasien
langsung tidak sadarkan diri dan tidak pernah mengalami fase sadar.2,4
2
Tampilannya berupa lesi hiperdens dan dikelilingi oleh zona yang hipodens
(edema).2,4
3
Gambar 1.1 CT axial menununjukkan epidural hematom dengan lesi hiperdens bentuk
biconvex di regio parietal kanan disertai penekanan parenkim cerebri dan midline shift 4
Gambaran CT Scan:4
- Tampak lesi hiperdens biconveks berbatas tegas pada regio parietal kanan disertai
penekanan parenkim cerebri
- Sulci dan Gyrus dalam batas Normal
- Tampak midline shift ke kiri
- Sistem Ventrikel dan subarachnoid dalam
batas normal
- Tulang-tulang yang terscan intak
Kesan : Epidural hematoma pada regio parietal kanan disertai midline shift
4
vena – vena parasagital ( bridging vein) yang membawa drainase dari permukaan
otak dan sinus venosus duramater. Bila vena – vena yang melintas ruang subdural
ini cukup meregang maka akan terjadi ruptur pada vena – vena dan darah masuk ke
ruang subdural.2,4
Gambaran klinis ditentukan oleh dua factor yaitu beratnya cedera otak yang
terjadi pada saat benturan trauma dan kecepatan pertambahan volume PSD. Pada
penderita – penderita dengan benturan trauma yang ringan tidak akan kehilangan
kesadaran pada waktu terjadinya trauma. PSD dan lesi massa intrakranial lainnya
yang dapat membesar hendaklah dicurigai bila ditemukan penurunan kesadaran
setelah kejadian trauma.4
Gejala – gejala klinis terjadi akibat cedera otak primer dan tekanan oleh
massa hematoma. Pupil yang anisokor dan defisit motorik adalah gejala – gejala
klinik yang paling sering ditemukan. Lesi paska trauma baik hematoma atau lesi
parenkhim otak biasanya terletak ipsilateral terhadap pupil yang melebar dan
kontralateral terhadap defisit motorik. Tetapi gambaran pupil dan motorik tidak
merupakan indikator yang mutlak untuk menentukan letak hematoma. Perubahan
diameter pupil lebih dipercaya sebagai indikator letak PSD.2,4
5
hebat harus dicurigai adanya edema serebral yang mendasarinya. Perdarahan
subdural jarang berada di fossa posterior karena serebelum relatif tidak bergerak
sehingga merupakan proteksi terhadap ’bridgingveins’ yang terdapat disana.4,5
Di dalam fase subakut perdarahan subdural menjadi isodens terhadap
jaringan otak sehingga lebih sulit dilihat pada gambaran CT. Oleh karena itu
pemeriksaan CT dengan kontras atau MRI sering dipergunakan pada kasus
perdarahan subdural dalam waktu 48 – 72 jam setelah trauma kapitis. Pada
gambaran T1-weighted MRI lesi subakut akan tampak hiperdens. Pada
pemeriksaan CT dengan kontras, vena-vena kortikal akan tampak jelas
dipermukaan otak dan membatasi subdural hematoma dan jaringan otak.
Perdarahan subdural subakut sering juga berbentuk lensa (bikonveks) sehingga
membingungkan dalam membedakannya dengan epidural hematoma. Pada alat CT
generasi terakhir tidaklah terlalu sulit melihat lesi subdural subakut tanpa kontras.4
Pada fase kronik lesi subdural menjadi hipodens dan sangat mudah dilihat
pada gambaran CT tanpa kontras. Bila pada CT-Scan Kepala telah ditemukan
perdarahan subdural, sangat penting untuk memeriksa kemungkinan adanya lesi
lain yang berhubungan, misalnya fraktur tengkorak, kontusio jaringan otak dan
perdarahan subarakhnoid.4
6
Gambar 2.1 CT axial akut subdural hematom
Gambaran CT Scan:
- Tampak lesi hiperdens pada hemisfer kiri disertai penekanan ventrikel
- Sulci dan Gyrus dalam batas Normal
- Tampak midline shift ke kanan
- Sistem Ventrikel dan subarachnoid dalam
batas normal
- Tulang-tulang yang terscan intak
Kesan : Subdural hematoma pada hemisfer cerebri sinistra disertai penekanan
ventrikel dan midline shift ke kanan
7
III. HEMORRHAGIC STROKE
8
Mayoritas pasien mengalami nyeri kepala akut dan penurunan kesadaran
yang berkembang cepat sampai keadaan koma. Pada pemeriksaaan biasanya
didapati hipertensi kronik. Gejala dan tanda tergantung lokasi perdarahan. Herniasi
uncal dengan hiiangnya fungsi batang otak dapat terjadi. Pasien yang selamat secara
bertahap mengalami pemulihan kesadaran dlam beberapa hari. Pasien dengan
perdarahan pada lobus temporal atau lobus frontal dapat mengalami seizure tiba-
tiba yang dapat diikuti kelumpuhan kontralateral.2,6
3.2 Gambaran Computer Tomografi Scan (CT Scan) PIS
Computed Tomography (CT- scan) merupakan pemeriksaan paling sensitif
untuk PIS dalam beberapa jam pertama setelah perdarahan. CT-scan dapat diulang
dalam 24 jam untuk menilai stabilitas. Bedah emergensi dengan mengeluarkan
massa darah diindikasikan pada pasien sadar yang mengalami peningkatan volume
perdarahan.6
9
Gambaran CT Scan:
- Tampak lesi hiperdens berbatas tegas disertai perifocal edema minimal di putamen
kiri
- Sulci dan Gyrus dalam batas Normal
- Tidak tampak midline shift
- Sistem Ventrikel dan subarachnoid dalam
batas normal
- Tulang-tulang yang terscan intak
Kesan : Intracerebral Hemorrhage di putamen kiri
10
normal. MAV dikelompokkan menjadi dua, yaitu kongenital dan didapat. MAV
yang didapat terjadi akibat trombosis sinus, trauma, atau kraniotomi.3,7
Gambaran CT Scan:6
- Tampak lesi hiperdens perimesencephalic dan supracellaris cisterna
- Sulci dan Gyrus dalam batas Normal
11
- Tidak tampak midline shift
- Ventrikel III blocking, ventrikel lateral kiri dan kanan baik, ventrikel IV baik
- Tulang-tulang yang terscan intak
Kesan : Perdarahan subarachnoid dengan widespread hemorrhagic ekstravasation
di perimesencephalic dan suprastellaris cisterna
Gambaran CT Scan:6
- Tampak lesi hipodens pada hemisfer kiri
12
- Sulci dan Gyrus dalam batas Normal
- Tidak tampak midline shift
- Ventrikel dan Subarachnoid dalam batas normal
- Tulang-tulang yang terscan intak
Kesan : Infark Cerebri Sinistra
V. EDEMA SEREBRI
13
iskemia. Adakalanya edema sitotoksik tidak menimbulkan peningkatan cairan
jaringan otak atau pembengkakan dan peningkatan TIK, tetapi kerusakan dan
kematian sel yang terjadi berhubungan dengan kerusakan jaringan otak.5,10
Gambaran CT Scan:6
- Tampak lesi hipodens pada putamen dan globus pallidus kanan
- Sulci dan Gyrus dalam batas Normal
- Tidak tampak midline shift
- Ventrikel dan Subarachnoid normal
- Tulang-tulang yang terscan intak
Kesan : Edema cerebri pada nucleus lentiformis dextra
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Eugene C Lin MD. Imaging in Epidural Hematoma. [online]. 2015 November
20 [cited 2015 Desember 5]; Availabe from: URL: http://emedicine.
medscape.com/article/340527-overview
2. Kaye H. Andrew. Essential Neurosurgery. Third Edition. Massachussets:
Blackwell Publishing inc. 2005. P. 56-62, 125-129
3. Satyanegara. Ilmu Bedah Saraf. Edisi IV. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama: 2010. Hal. 211-217, 233-239
4. Giannatempo, Scarabino, Simeone A. CT in Head Injuries. In: Scarabino T,
Salvolini U, Jinkins R. Editors. Emergency Neuroradiology. Newyork:
Springer Berlin Heidelberg: 2006. P.146, 150-154
5. Sutton D, Stevens MJ, Mizkiel K. Intracranial Lession. In: Sutton D. Editor.
Textbook of Radiology and Imaging. Vol 2. Seventh Edition. London: Elsevier
Science ltd: 2003. P. 723-726, 767-770
6. Zarelli N, Perfetto F, Maggi P. CT in Intraparenchimal Hemorrhage. In:
Scarabino T, Salvolini U, Jinkins R. Editors. Emergency Neuroradiology.
Newyork: Springer Berlin Heidelberg: 2006. P.27,28
7. Joan P, Grieve, Kitchen D. Nail. Aneurysma Subarachnoid Hemorrhage. In:
Moore J, Newell W. Editors. Neurosurgery Principle and Practice. London:
Springer Berlin Heidelberg: 2005. P. 315-321
8. Pazienza, Mariano M, Maggialetti N. CT use in Subarachnoid Haemorrhage.
In: Scarabino T, Salvolini U, Jinkins R. Editors. Emergency Neuroradiology.
Newyork: Springer Berlin Heidelberg: 2006. P.49-52
9. T. Scarabino, Zarelli N, Bonetti N. CT in Ischemia. In: Scarabino T, Salvolini
U, Jinkins R. Editors. Emergency Neuroradiology. Newyork: Springer Berlin
Heidelberg: 2006. P.7,10
10. Lan Ho Mai, Rojas R, Eisenberg L. Cerebral Edema. Boston: American
Roentgen Ray Society: 2012. P. 258-263
15