Anda di halaman 1dari 31

BAGIAN ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU

LAPORAN KASUS
Januari 2017

MOLA HIDATIDOSA

Disusun Oleh :

Dhiya Asfarina (10 777 029)

Pembimbing : dr. John A. Kaput, Sp.OG

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT PALU
2017
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa mahasiswa yang

bersangkutan sebagai berikut:

Nama : Dhiya Asfarina (10 777 029)

Fakultas : Kedokteran

Program Studi : Pendidikan Dokter

Universitas : Al Khairaat

Judul Laporan Kasus : Mola Hidatidosa

Bagian : Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian

Ilmu Obstetri dan Ginekologi RSU Anutapura Palu, Fakultas Kedokteran

Universitas Al-Khairaat.

Palu, Januari 2017

Mengetahui,

Pembimbing Dokter Muda

dr. John Abbas Kaput, Sp. OG Dhiya Asfarina, S.Ked


BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar


dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami
perubahan berupa degenerasi hidropik. Secara makroskopik, mola hidatidosa
mudah dikenal yaitu berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi
cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari beberapa milimeter sampai 1atau 2
cm. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan
edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai
segugus buah anggur.Jaringan trofoblast pada vilus berproliferasi dan
mengeluarkan hormon human chononic gonadotrophin (HCG) dalam jumlah yang
lebih besar daripada kehamilan biasa.1,2,3

2.2 Epidemiologi

Frekuensi mola hidatidosa umumnya di wanita Asia lebih tinggi (1 per 120
kehamilan) daripada wanita di negara Barat (1 per 2.000 kehamilanlklibk ). Di
Indonesia, mola hidatidosa dianggap sebagai penyakit yang penting dengan
insiden yang tinggi (data RS di Indonesia, 1 per 40 persalinan), faktor risiko
banyak, penyebaran merata serta sebagian besar data masih berupa hospital based.
Faktor risiko mola hidatidosa terdapat pada usia kurang dari 20 tahun dan di atas
35 tahun, gizi buruk, riwayat obstetri, etnis dan genetik.2

2.3 Etiologi dan Faktor Resiko

Mola hidatidosa disebabkan oleh adanya over-production jaringan yang


membentuk plasenta. Dalam keadaan kehamilan normal, plasenta berfungsi
memberikan nutrisi untuk janin. Namun pada kasus mola hidatidosa, jaringan
berkembang menjadi suatu masa yang abnormal sehingga tidak dapat berfungsi
secara normal.4
Penyakit trofoblastik gestasional disebabkan oleh gangguan genetik
dimana sebuah spermatozoon memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya
atau dua sperma memasuki ovum tersebut. Pada lebih dari 90 persen mola komplit
hanya ditemukan gen dari ayah dan 10 persen mola bersifat heterozigot.
Sebaliknya, mola parsial biasanya terdiri dari kromosom triploid yang memberi
kesan gangguan sperma sebagai penyebab.5

Pembuluh darah primitif di dalam vilus tidak terbentuk dengan baik


sehingga embrio 'kelaparan', mati, dan diabsorpsi, sedangkan trofoblas terus
tumbuh dan pada keadaan tertentu mengadakan invasi ke jaringan ibu.
Peningkatan aktivitas sinsitiotrofoblas menyebabkan peningkatan produksi hCG,
tirotrofin korionik dan progestron. Sekresi estrodiol menurun, karena sintesis
hormone ini memerlukan enzim dari janin, yang tidak ada. Peningkatan kadar
hCG dapat menginduksi perkembangan kista teka-lutein di dalam ovarium.6

Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor


penyebabnya yang kinitelahdiakuiadalah : 7
1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati,
tetapiterlambatdikeluarkan.
2. Usia ibu yang terlalu muda atau tua (36-40 tahun) beresiko 50% terkena
penyakit ini.
3. Imunoselektif dari sel trofoblast
4. Keadaan sosioekonomi yang rendah
5. Paritas tinggi
6. Defisiensi vitamin A
7. Kekurangan protein
8. Infeksi virus dan factor kromosom yang belum jelas.

2.4 Patofisiologi

Patofisiologi dari kehamilan mola hidatidosayaitu karena tidak


sempurnanya peredaran darah fetus, yang terjadi pada seltelur patologik yaitu :
hasil pembuahan dimana embrionya mati pada umurkehamilan 3 – 5 minggu dan
karenapembuluh darah villi tidak berfungsimaka terjadi penimbunan cairan di
dalam jaringan mesenkim villi.1,2

Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari


penyakit trofoblas : 1

1. Teori missed abortion.


Teori ini menyatakan bahwa mudigah mati pada usia kehamilan 3-5
minggu (missed abortion). Hal inilah yang menyebabkan gangguan peredaran
darah sehingga terjadi penimbunan cairan dalam jaringan mesenkim dari villi dan
akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung. Menurut Reynolds, kematian
mudigah itu disebabkan karena kekurangan gizi berupa asam folik dan histidine
pada kehamilan hari ke 13 dan 21. Hal ini menyebabkan terjadinya gangguan
angiogenesis.

2. Teori neoplasma
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Park. Pada penyakit trofoblas,
yang abnormal adalah sel-sel trofoblas dimana fungsinya juga menjadi abnormal.
Hal ini menyebabkan terjadinya reabsorpsi cairan yang berlebihan kedalam villi
sehingga menimbulkan gelembung. Sehingga menyebabkan gangguan peredaran
darah dan kematian mudigah.
Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa
gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, sehingga
menyerupai buah anggur, atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur
atau mata ikan. Ukuran gelembung-gelembung ini bervariasi dari beberapa
milimeter sampai 1-2 cm. Secara mikroskopik terlihat trias: (1) Proliferasi dari
trofoblas; (2) Degenerasi hidropik dari stroma villi dan kesembaban; (3)
Hilangnya pembuluh darah dan stroma. Sel-sel Langhans tampak seperti sel
polidral dengan inti terang dan adanya sel sinsitial giantik (syncytial giant cells).
Pada kasus mola banyak dijumpai ovarium dengan kista lutein ganda berdiameter
10 cm atau lebih (25-60%). Kista lutein akan berangsur-angsur mengecil dan
kemudian hilang setelah mola hidatidosa sembuh1,8
2.5 Klasifikasi

Mola hidatidosa dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu bila tidak disertai


janin maka disebut mola hidatidosa atau Complete mole, sedangkan bila disertai
janin atau bagian dari janin disebut mola parsialis atau Parsials mole. 1,3,8
Analisis sitogenetik pada jaringan yang diperoleh dari kehamilan mola
memberikan beberapa petunjuk mengenai asal mula dari lesi ini. Kebanyakan
mola hidatidosa adalah mola “lengkap” dan mempunyai 46 kariotipe XX.
Penelitian khusus menunjukkan bahwa kedua kromosom X itu diturunkan dari
ayah. Secara genetik, sebagian besar mola hidatidosa komplit berasal dari
pembuahan pada suatu “telur kosong” (yakni, telur tanpa kromosom) oleh satu
sperma haploid (23 X), yang kemudian berduplikasi untuk memulihkan
komplemen kromosom diploid (46 XX). Hanya sejumlah kecil lesi adalah 46 XY.
5,6,9
Pada mola yang “tidak lengkap” atau sebagian, kariotipe biasanya suatu
triploid, sering 69 XXY (80%). Kebanyakan lesi yang tersisa adalah 69 XXX atau
69 XYY. Kadang-kadang terjadi pola mozaik. Lesi ini, berbeda dengan mola
lengkap, sering disertai dengan janin yang ada secara bersamaan. Janin itu
biasanya triploid dan cacat.5,9
Tabel 1.2. Perbandingan bentuk mola hidatidosa9

Gambaran MolaKomplit MolaParsial

Kariotipe 46,XX atau 46,XY Umumnya 69,XXX


atau 69,XXY (tripoid)

Patologi

Edema villus Difus Bervariasi,fokal

Proliferasitrofoblastik Bervariasi, ringan s/d berat Bervariasi, fokal,


ringan s/d sedang

Janin Tidakada Seringdijumpai

Amnion, sel darah Tidak ada Sering dijumpai


merah janin

Gambaran klinis

Diagnosis Gestasi mola Missed abortion

Ukuran uterus 50% besar untuk masa Kecil untuk masa


kehamilan kehamilan

Kista teka-lutein 25-30% Jarang

Penyulit medis Sering jarang

Penyakitpascamola 20% <5-10%

Kadar Hcg Tinggi Rendah – tinggi


2.6 Gejala Klinis

Kecurigaaan biasanya terjadi padaminggu ke 14 - 16 dimana ukuran uterus


lebih besar dari kehamilan biasa, pembesaran rahim yangterkadang diikuti
perdarahan, dan bercak berwarna merah darah beserta keluarnya materi
sepertianggur pada pakaian dalam.9

1. Terdapat tanda-tanda kehamilan. Mual dan muntah yang parah yang


menyebabkan 10% pasien masuk RS
2. Pembesaran rahim yang tidak sesuai dengan usia kehamilan (lebih besar)
3. Gejala – gejala hipertitoidisme seperti intoleransi panas, gugup, penurunan
BB yang tidakdapatdijelaskan, tangan gemetar dan berkeringat, kulit lembab.
4. Gejala – gejala pre-eklampsi seperti pembengkakan pada kaki dan tungkai,
peningkatan tekanandarah, proteinuria (terdapat protein pada air seni).
Dalam stadium pertumbuhan mola yang dini terdapat beberapa ciri khas yang
membedakan dengan kehamilan normal, namun pada stadium lanjut trimester
pertama dan selama trimester kedua sering terlihat perubahan sebagai berikut : 9
1. Perdarahan
Perdarahan uterus merupakan gejala yang mencolok dan bervariasi mulai dari
spoting sampai perdarahan yang banyak. Perdarahan ini dapat dimulai sesaat
sebelum abortus atau yang lebih sering lagi timbul secara intermiten
selamaberminggu-mingguatausetiapbulan. Sebagaiakibatperdarahantersebut gejala
anemia ringan sering dijumpai. Anemia defisiensi besimerupakan gejala yang
sering dijumpai.
2. Ukuran uterus
Uterus tumbuh lebih besar dari usia kehamilan yangsebenarnya dan teraba
lunak. Saat palpasi tidak didapatkan balotement dan tidak teraba bagian janin.
3. Aktivitas janin
Meskipun uterus cukup membesar mencapai bagian atas sympisis, secarakhas
tidak akan ditemukan aktivitas janin, sekalipun dilakukan test denganalat yang
sensitive sekalipun. Kadang-kadang terdapat plasenta yangkembar pada
kehamilan mola hidatidosa komplit. Pada salah satuplasentanya sementara
plasenta yang lainnya dan janinnya sendiri terlihatnormal. Demikian pula sangat
jarang ditemukan perubahan molainkomplit yang luas pada plasenta dengan
disertai dengan janin yanghidup.
4. Embolisasi
Trofoblas dengan jumlah yang bervariasi dengan atau tanpa stroma villus
dapat keluar dari dalam uterus dan masuk aliran darah vena. Jumlah tersebut dapat
sedemikian banyak sehingga menimbulkan gejala serta tanda emboli pulmoner
akut bahkan kematian. Keadaan fatal ini jarang terjadi. Meskipun jumlah trofoblas
dengan atau tanpa stroma villus yangmenimbulkan embolisasi ke dalam paru-paru
terlalu kecil untukmenghasilkan penyumbatan pembuluh darah pulmoner namun
lebih lanjuttrofoblas ini dapat menginfasi parenkin paru. Sehingga terjadi
metastaseyang terbukti lewat pemeriksaan radiografi. Lesi tersebut dapat terdiri
daritrofoblas saja (koriokarsinoma metastasik) atau trofoblas dengan stromavillus
(mola hidatidosa metastasik). Perjalanan selanjutnya lesi tersebutbisa diramalkan
dan sebagian terlihat menghilang spontan yang dapatterjadi segera setelah
evakuasi atau bahkan beberapa minggu atau bulankemudian. Sementara sebagian
lainnya mengalami proliferasi danmenimbulkan kematian wanita tersebut tidak
mendapatkan pengobatanyang efektif.
5. Ekspulsi Spontan
Kadang-kadang gelembung-gelembung hidatidosa sudah keluar sebelummola
tersebut keluar spontan atau dikosongkan dari dalam uterus lewattindakan.
Ekspulsi spontan paling besar kemungkinannya pada kehamilansekitar 16
minggu. Dan jarang lebih dari 28 minggu.5,9

2.7 Diagnosis
1. Anamnesis
Ada kehamilan disertai gejala dan tanda kehamilan muda yang berlebihan,
perdarahan pervaginam berulang cenderung berwarna coklat dan kadang
bergelembung seperti busa.

(1) Perdarahan vaginal. Gejala klasik yang paling sering pada mola komplet
adalah perdarahan vaginal. Jaringan mola terpisah dari desidua, menyebabkan
perdarahan. Uterus membesar (distensi) oleh karena jumlah darah yang
banyak, dan cairan gelap bisa mengalir melalui vagina. Gejala ini terdapat
dalam 97% kasus.
(2) Hiperemesis. Penderita juga mengeluhkan mual dan muntah yang berat. Hal
ini merupakan akibat dari peningkatan secara tajam hormon β-HCG.
(3) Hipertiroid. Setidaknya 7% penderita memiliki gejala seperti takikardi,
tremor dan kulit yang hangat.Didapatkan pula adanya gejala preeklamsia
yang terjadi pada 27% kasus dengan karakteristik hipertensi ( TD > 140/90
mmHg), protenuria (>300 mg.dl), dan edema dengan hiperefleksia

2. Pemeriksaan Fisik

 Inspeksi
 Palpasi :
 Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba lembek
 Tidak teraba bagian-bagian janin dan ballotement dan gerakan janin.
 Auskultasi : tidak terdengar bunyi denyut jantung janin
 Pemeriksaan dalam :
 Memastikan besarnya uterus
 Uterus terasa lembek
 Terdapat perdarahan dalam kanalis servikalis

3. Pemeriksaan Laboratorium

 Pemeriksaan kadar B-Hcg


BetaHCG urin > 100.000 mlU/ml
Beta HCG serum > 40.000 IU/ml

Berikut adalah gambarkurva regresi hCG normal yang menjadi parameter


dalam penatalaksanaan lanjutan mola hidatidosa.
Gambar : Nilai rata-rata dari 95 % confidence limit yang menggambarkan
kurva regresi normal gonadotropin korionik subunit β pasca mola. 9

 Pemeriksaan kadar T3 /T4


B-hCG > 300.000 mIU/ml mempengaruhi reseptor thyrotropin,
mengakibatkan aktifitas hormon-hormon tiroid (T3/T4) meningkat. Terjadi
gejala-gejala hipertiroidisme berupa hipertensi, takikardia, tremor,
hiperhidrosis, gelisah, emosi labil, diare, muntah, nafsu makan meningkat
tetapi berat badan menurun dan sebagainya. Dapat terjadi krisis hipertiroid
tidak terkontrol yang disertai hipertermia, kejang, kolaps kardiovaskular,
toksemia, penurunan kesadaran sampai delirium-koma. 9

4. Pemeriksaan Imaging

a. Ultrasonografi
 Gambaran seperti sarang tawon/honey comb tanpa disertai adanya janin
 Ditemukan gambaran snow storm atau gambaran seperti badai salju.

b. Plain foto abdomen-pelvis: tidak ditemukan tulang janin


2.8 Penatalaksanaan
1. Evakuasi
 Perbaiki keadaan umum.

 Bila mola sudah keluar spontan dilakukan kuret atau kuret isap
 Bila Kanalis servikalis belum terbuka dipasang laminaria dan 12
jamkemudian dilakukan kuret.

a. Memberikan obat-obatan Antibiotik, uterotonika dan perbaiki keadaanumum


penderita.
b. 7-10 hari setelah kerokan pertama, dilakukan kerokan ke dua
untukmembersihkan sisa-sisa jaringan.
c. Histeriktomi total dilakukan pada mola resiko tinggi usia lebih dari 30tahun,
Paritas 4 atau lebih, dan uterus yang sangat besar yaitu setinggipusat atau
lebih.

2. Pengawasan Lanjutan
 Ibu dianjurkan untuk tidak hamil dan dianjurkan memakai kontrasepsi oralpil.
 Mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun :
o Setiap minggu pada Triwulan pertama
o Setiap 2 minggu pada Triwulan kedua
o Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya
o Setiap 2 bulan pada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 3 bulan.
 Setiap pemeriksaan ulang perlu diperhatikan :
a. Gejala Klinis : Keadaan umum, perdarahan
b. Pemeriksaan dalam :
o Keadaan Serviks
o Uterus bertambah kecil atau tidak
c. Laboratorium
 Reaksi biologis dan imunologis :
o 1x seminggu sampai hasil negatif
o 1x2 minggu selama Triwulan selanjutnya
o 1x sebulan dalam 6 bulan selanjutnya
o 1x3 bulan selama tahun berikutnya
o Kalau hasil reaksi titer masih (+) maka harus dicurigai adanya keganasan
3. Sitostatika Profilaksis
Metoreksat 3x 5mg selama 5 hari

Gambar 1. Skema tatalaksana mola hidatidosa


2.9 Komplikasi

 Perdarahan yang hebat sampai syok


 Perdarahan berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia
 Infeksi sekunder
 Perforasi karena tindakan atau keganasan

2.10 Prognosis

Dinegara maju, kematian karena mola hidatidosa hampir tidak ada, mortalitas
akibat mola hidatidosa ini mulai berkurang oleh karena diagnosis yang lebih dini
dan terapi yang tepat. Akan tetapi di negara berkembang kematian akibat mola
masih cukup tinggi yaitu berkisar antara 2,2% dan 5,7%. Kematian pada mola
hodatidosa biasanya disebabkan oleh karena perdarahan, infeksi, eklamsia, payah
jantung dan tirotoksikosis.1,9
Lebih dari 80% kasus mola hidatidosa tidak berlanjut menjadi keganasan
trofoblastik gestasional, akan tetapi walaupun demikian tetap dilakukan
pengawasan lanjut yang ketat, karena hampir 20% dari pasien mola hidatidosa
berkembang menjadi tumor trofoblastik gestasional. 1,9
Pada 10-15% kasus mola akan berkembang menjadi mola invasive, dimana
akan masuk kedalam dinding uterus lebih dalam lagi dan menimbulkan
perdarahan dan komplikasi yang lain yang mana pada akhirnya akan
memperburuk prognosisnya. Pada 2-3% kasus mola dapat berkembang menjadi
korio karsinoma, suatu bentuk keganasan yang cepat menyebar dan membesar. 9
BAB III
LAPORAN KASUS

Tanggal Pemeriksaan : 27 November 2016


Ruangan : IGD Kebidanan
Jam : 17.55 WITA

I. IDENTITAS
Nama : Ny. L
Umur : 22 tahun
Alamat : Jl. Kelor
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Pendidikan : SMK

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Perdarahan dari jalan lahir
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke IGD kebidanan Rumah Sakit Anutapura Palu dengan
keluhan perdarahan dari jalan lahir, dialami sejak kurang lebih 2 minggu sebelum
masuk rumah sakit. Pasien mengaku darah yang keluar banyak dan sesekali
bergumpal. Pasien juga mengeluh nyeri perut terutama bagian bawah. Pasien
sudah 4 bulan tidak menstruasi kemudian pasien periksa ke bidan dan dinyatakan
positif hamil namun gerakan janin belum dirasakan oleh pasien. Keluhan disertai
dengan adanya mual dan muntah. Pasien mengatakan bulan lalu pasien pernah
muntah darah. Pusing (+), sakit kepala (-), BAK biasa dan BAB lancar. Pasien
sudah diperiksa dengan USG di salah satu dokter ahli kandungan dan dinyatakan
sebagai kehamilan anggur.
Riwayat Penyakit Terdahulu:
Riwayat yang serupa :
Pasien mengaku tidak pernah memiliki riwayat keluhan yang serupa. Pasien
juga menyangkal adanya riwayat penyakit jantung, ginjal, hipertensi, diabetes
mellitus, dan asma.
Riwayat alergi :
Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan dan
makanan
Riwayat Penyakit Keluarga :
Menurut pasien di keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan seperti
pasien. Riwayat penyakit jantung, ginjal, hipertensi, diabetes mellitus, dan asma
disangkal dalam keluarga disangkal.

Riwayat Haid :
• Haid pertama kali usia 13 tahun
• Menstruasi teratur
• Lama menstruasi 7 hari
• Haid terakhir tanggal : 13/08/2016
• Jumlah darah haid 3 kali mengganti pembalut setiap hari

Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali, usia pernikahan ± 2 tahun

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


Anak Tahun J Umur Jenis Hidup
NNo. Penolong
ke Persalinan K Kehamilan Persalinan / Mati
1. I Abortus - 16 minggu Abortus Dokter Kuret

2. II Hamil - 14-15
Sekarang minggu
Riwayat Kontrasepsi (Keluarga Berencana)
( -) Pil KB ( - ) Suntik KB
( - ) IUD

III. STATUS GENERALISATA


Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Composmentis
Vital Sign : TD : 120/80 mmHg
Nadi : 87x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,6oC
Pemeriksaan Fisik Umum
1. Pemeriksaan Kepala
Bentuk normochepal dan simetris, rambut warna hitam, tidak mudah dicabut,
tidak mudah rontok, tidak ada nyeri tekan.
2. Pemeriksaan Mata
Konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, edema palpebra -/-
3. Pemeriksaan Telinga
Deformitas (-), nyeri tekan (-), otore (-), discharge (-).
4. Pemeriksaan Hidung
Deformitas (-), nafas cuping hidung (-), epistasis (-), discharge (-).
5. Pemeriksaan Mulut dan Faring
Sianosis (-), bibir pecah-pecah (-), stomatitis (-), hiperemis pada faring (-).
6. Pemeriksaan Thorak
 Inspeksi : Bentuk dada simetris,pergerakan simetris
 Palpasi : Pergerakan simetris,nyeri (-)
 Perkusi : Sonor
 Auskultasi : Paru : bunyi pernapasan vesikuler +/+, rhonki (-/-
),wheezing(-/-) jantung : S1/S2 tunggal
Pemeriksaan Abdomen
 Inspeksi : Abdomen tampak mengalami pembesaran, tidak
ada tanda-tanda peradangan, bekas operasi (-).
 Perkusi : Redup abdomen kuadran bawah,lainnya timpani

 Palpasi :Teraba tinggi fundus uteri berada setinggi


umbilikus, balotement (-), tidak teraba bagian janin, nyeri tekan (+)
 Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal, Aorta abdominalis (+)
DJJ (-)
Pemeriksaan Ekstremitas
 Superior : deformitas (-), akral dingin (-/-)
 Inferior : deformitas (-), akral dingin (-/-)

IV. PEMERIKSAAN GENITALIA

 Inspekulo
Tidak dilakukan
VT :
Dinding vagina normal, massa (-), portio tebal (+) Lunak (+), Ø(-)

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Darah Lengkap :


Leukosit 9,4x103/μL
Eritrosit 3,72 x106/μL
Hemoglobin 11,1 g/dL
Platelet 243 x103/μL
HbSAg : (-)
Test kehamilan : (+)
Ultrasonografi (USG) :

Gambaran snow storm atau badai salju

Kesan : Molahidatidosa

VI. RESUME
Pasien wanita usia 20 tahun datang ke IGD kebidanan Rumah Sakit
Anutapura Palu dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir, dialami sejak ±2
minggu SMRS. Pasien mengaku darah yang keluar banyak dan sesekali
bergumpal. Pasien juga mengeluh nyeri perut terutama bagian bawah. Pasien
sudah 4 bulan tidak menstruasi kemudian pasien periksa ke bidan dan dinyatakan
positif hamil. Gerakan janin belum dirasakan oleh pasien. Keluhan disertai dengan
adanya nausea, vomitus, dan vertigo.
Pemeriksaan fisik menunjukkan keadaan umum baik, composmentis. Tanda
vital; TD 120/80 mmHg, N 87 x/menit, R 19x/menit, S 36,6oC. Konjungtiva;
anemis -/-.
Pada pemeriksaan abdomen, abdomen tampak mengalami pembesaran,
perkusi redup pada abdomen kuadran bawah, teraba tinggi fundus uteri berada
setinggi umbilikus, balottment (-), tidak teraba bagian janin, nyeri tekan (+). Pada
pemeriksaan vaginal toucher didapatkan dinding vagina normal, massa (-), portio
tebal (+) lunak (+) Ø (-).
Pemeriksaan laboratorium; leukosit 9,4 x103/μL, eritrosit 3,72 x106/μL,
hemoglobin 11,1 g/dL, platelet 243 x103/μL. Pemeriksaan USG menunjukkan
gambaran snow storm atau badai salju yang memberikan kesan mola hidatidosa.

VII. DIAGNOSIS
G2P0A1 + Gravid 14-15 minggu + Mola Hidatidosa

VIII. PENATALAKSANAAN
a. Rencana Diagnosis
 Foto Thorax
 Pemeriksaan β-HCG
b. Rencana Terapi
 Infus RL 20 tpm
 Inj Transamin 1 ampul/8 jam
 Meloxicam 2x7,5 mg
 Pro Kuretase
c. Rencana Monitoring
 Observasi keadaan umum dan vital sign
 Observasi perdarahan
d. KIE pasien dan keluarga
FOLLOW UP

28-11-2016
S : Nyeri perut (+), mual (-) muntah (-), pusing (-), sakit kepala (-) perdarahan
pervaginam (+) sedikit, BAK biasa, dan BAB lancar
O :Ku : sedang
Kesadaran : komposmentis
TD: 120/70 mmHg P: 20 x/m
N: 80 x/m S : 36,5 °C
 Konjungtiva anemis -/-
A : Mola hidatidosa
P : IVFD RL 20 tpm
Inj Transamin 1 ampul/8 jam
Drips oxytocin 1 ampul dalam RL 500 cc 28 tpm
Meloxicam 2x7,5 mg
Foto thorax
Siapkan 2 kantong darah WB
Rencana kuret besok

29-11-2016
S : Nyeri perut (+), mual (-) muntah (-), pusing (+), sakit kepala (-)
perdarahan pervaginam (+) sedikit-sedikit , BAK biasa, dan BAB lancar
O :Ku : sedang
Kesadaran : komposmentis
TD: 120/80 mmHg P: 20 x/m
N: 84 x/m S : 36,7 °C
 Konjungtiva anemis -/-
 Hasil Foto Thorax : Bronchitis disertai lymphadeonopathy hiler +
Cardiomegaly + Elongatio Aorta
A : G2P0A1 + Gravid 14-15 minggu + Mola Hidatidosa
P : IVFD RL 20 tpm
Inj Transamin 1 ampul/8 jam
Drips oxytocin 1 ampul dalam RL 500 cc 28 tpm
Meloxicam 2x7,5 mg
Konsul penyakit dalam
Kuret dilakukan jika sudah di acc dari penyakit dalam

30-11-2016
S: Nyeri perut (+), mual (+) muntah (+), nafsu makan menurun,
pusing (-), sakit kepala (-), batuk (+) perdarahan pervaginam (+) , BAK
biasa, dan BAB lancar
O :KU : sedang
Kesadaran : komposmentis
TD: 110/70 mmHg P: 20 x/m
N: 80 x/m S : 36,7 °C
 Konjungtiva anemis -/-

A : G2P0A1 + Gravid 14-15 minggu + Mola Hidatidosa

P : IVFD RL 20 tpm
Inj Transamin 1 ampul/8 jam
Meloxicam 2x7,5 mg
Konsul penyakit dalam  Menunggu jawaban konsul dari dokter spesialis
penyakit dalam
1-12-2016
S : Nyeri perut (+), mual (-) muntah (-), nafsu makan baik, susah tidur (-)
pusing (-), sakit kepala (-) perdarahan pervaginam (-) , BAK biasa, dan
BAB lancar
O :KU : sedang
Kesadaran : komposmentis
TD: 90/60 mmHg P: 20 x/m
N: 76 x/m S : 36,5 °C
 Konjungtiva anemis -/-
 Jawaban konsul dokter spesialis penyakit dalam : pasien boleh dikuret

A : G2P0A1 + Gravid 14-15 minggu + Mola Hidatidosa

P : IVFD RL 20 tpm
Inj Transamine 1 ampul/8 jam
Meloxicam 2x7,5 mg
Persiapan kuret besok :
- Infus Ringer Laktat
- Inj. Dexamethasone
- Inj. Keterolac 1 amp/8 jam
- Inj. Ranitidin
- Drips oxytocin 1 ampul dalam RL 500 cc
- Methergin
- Pethidine
Siapkan darah wb 1 kantong
Rawat bersama interna
Pro kuretase (besok)

Dilakukan kuretase dan dikeluarkan jaringan seperti anggur dengan


jumlah yang banyak, berat mola ±1000 gram, perdarahan bergumpal ± 500 cc
Dokumentasi mola :

Gambar 1. Molahidatidosa. Terdapat jaringan bulat yang menyerupai


gelembung-gelembung putih, berisi cairan jernih dengan ukuran bervariasi.

Laporan Operasi :
1. Pasien diposisikan secara litotomi dibawah pengaruh anestesi
2. Desinfeksi daerah kerja menggunakan kasa steril dan betadine
3. Memasang duk steril untuk batasi area kerja
4. Memasang speculum anterior dan posterior pada mulut Rahim
5. Menjepit serviks dengan tenaculum pada arah jam 11
6. Melepaskan speculum anterior
7. Mengukur panjang uterus dengan sonde
8. Melakukan kuretase mola hingga dipastikan tidak ada mola yang tersisa,
dikeluarkan sisa mola sedikit
9. Melepas tenaculum dan speculum posterior
10. Membersihkan area kerja dengan kasa steril dan betadine
11. Memasang tampon vagina 1 buah
12. Membersihkan area luar vagina
13. Operasi selesai
Pemeriksaan post kuret
TD : 140/100 mmHg R : 25x/mnt
N : 88 x/mnt S :36,7oC
TFU : 4 jari dibawah umbilikus
A : P0A2 + Post kuret 3 jam yang lalu atas indikasi molahidatidosa
P : Instruksi post kuretase :
IVFD RL + oksitosin 1 amp 28 tpm
Inj. Asam transamin 1 amp/8jam
Inj. Ranitidin 1amp/8jam
Inj. Ketorolac 1 amp/8 jam
Inj. Ondansentron 1 ampul/8 jam
Inj. Dexamethasone 1 ampul/8 jam
Transfusi WB 1 labu 20 tpm
Pronalgest supp
Observasi TTV dan perdarahan
Bed rest total
3-1-2016
S : Nyeri perut post kuretase (+),perdarahan pervaginam (+) sedikit-sedikit, mual
(-) muntah (-), pusing (-), sakit kepala (-), BAK biasa, dan BAB lancar
O :Ku : sedang
Kesadaran : komposmentis
TD: 130/70 mmHg
N: 84 x/m
P: 20 x/m
S : 36,5 °C
 Konjungtiva anemis -/-
 TFU : 4 jari dibawah umbilikus
 Nyeri tekan suprapubik (+)
 Lab : Hb : 10,4 g/dl
HCT : 28,5 %
PLT : 141 ribu/uL WBC : 7,3 ribu/uL
A : P0A2 + Post Kuret hari I atas indikasi molahidatidosa
P : IVFD RL 20 tpm
Inj. Ranitidin 1 ampul/8 jam
Inj. Ketorolac 1 amp/8jam
Inj. Ondansentron 1 ampul/8 jam
Cefadroxil 500 mg 2x1
Metronidazole 500 mg 3x1
Metilergotamin 3x1
4-12-2016
S : Nyeri perut (-),perdarahan pervaginam (-) , mual (-) muntah (-), pusing (-),
sakit kepala (-), BAK biasa, dan BAB lancar
O :Ku : Baik
Kesadaran : komposmentis
TD: 120/90 mmHg
N: 80 x/m
P: 20 x/m
 Konjungtiva anemis -/-
 TFU : 4 jari dibawah umbilikus
 Nyeri tekan suprapubik (-)
A : P0A2 + Post kuretase hari ke II a/i molahidatidosa
P : Cefadroxil 500mg 2x1
Vit C 3x1
Metilergotamin 3x1 tab
Pasien boleh pulang
Kontrol poli
BAB III
PEMBAHASAN

Pasien wanita usia 20 tahun datang ke IGD kebidanan Rumah Sakit


Anutapura Palu dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir, dialami sejak ± 2
minggu SMRS. Pasien mengaku darah yang keluar banyak dan sesekali bergumpal.
Pasien juga mengeluh nyeri perut terutama bagian bawah. Pasien sudah 4 bulan tidak
menstruasi kemudian pasien periksa ke bidan dan dinyatakan positif hamil. Gerakan
janin belum dirasakan oleh pasien. Keluhan disertai dengan adanya nausea, vomitus,
dan vertigo. Pasiensudah di-USG di salah satu ahli kandungan dan didiagnosis mola
hidatidosa.
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus
korialis langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi
villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran
yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk,
2002 : 339).Mola dapat mengandung janin (mola parsial) atau tidak terdapat janin di
dalamnya (mola komplit). Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui, faktor – faktor
yang dapat menyebabkan antara lain, faktor ovum, imunoselektif dari tropoblast,
keadaan sosioekonomi yang rendah, paritas tinggi, kekurangan protein, infeksi virus
dan factor kromosom yang belum jelas.
Pada kasus ini, faktor resiko terjadinya kehamilan mola
kemungkinandikarenakan keadaan sosioekonomi yang rendah, sehingga kekurangan
asupan protein dan asam folat.
Pada pasien ini, ciri-ciri mola yang dapat dilihat antara lain perdarahan uterus
yang merupakan gejala utama pada kasus, gejala ini bervariasi mulai dari spoting
sampai perdarahan yang banyak.Pasien juga mengeluh merasa mual dan muntah, hal
ini merupakan salah satu manifestasi klinis yang ditimbulkan mola akibat
peningkatan kadar beta HCG. Gerakan janin juga tidak pernah dirasakan pasien
selama hamil, dimana pada kehamilan normal gerakan janin sudah mulai bisa
dirasakan pada minggu ke 18-20.
Hasil pemeriksaan didapatkan pemeriksaan abdomen didapatkan TFUsetinggi
umbilikus, djj tidak dinilai, balotement (-), dan tidak teraba bagian janin, uterus
membesar tidak sesuai dengan usia kehamilan, tidak teraba bagian janin dan
ballotemen juga gerakan janin. Pada kasus mola hidatidosa temuan klinis yang dapat
ditemukan untuk menentukan diagnosis pasti antara lain adalah uterus yang
membesar tidak sesuai dengan usia kehamilan serta tidak teraba bagian janin dan
ballotemen juga gerakan janin. Berdasarkan taksiran hari pertama haid terakhir pasien
usia kehamilan pasien adalah sekitar 14-15 minggu, sedangkan TFU pasien setara
dengan usia kehamilan 20-22 minggu.
Pada pemeriksaan USG ditemukan adanya gambaran snow storm atau badai
salju, menurut teori diagnosis pasti dari mola hidatidosa biasanya dapat dibuat
dengan ultrasonografi dengan menunjukkan gambaran yang khas berupa “vesikel-
vesikel” (gelembung mola) dalam kavum uteri atau “badai salju” (snow flake
pattern/snow storm).
Pada pasien ini dilakukan kuretase dan didapatkan darah keluar bersama
cairan putih dan coklat dan banyak jaringan mola. Ada tidaknya janin tidak dapat
diketahui dari temuan intra kuretase karena sebagian besar jaringan mola sudah
sudah dikeluarkan melalui tindakan kuretase. Tindakan curetase pada pasien ini
sudah tepat dilakukan dan perlu tindakan kuret ke-2 (7-10 hari berikutnya) untuk
memastikan tidak ada jaringan mola yang tersisa. Pasien dianjurkan untuk melakukan
kontrol kembali pada hari ke 10 untuk menilai titer β-hCG, jika titer β-hCG masih
terlampau tinggi maka dapat direncanakan untuk melakukan tindakan kuretase
kembali. Sebagai penatalaksanaan lanjutan pasien sebaiknya menunda kehamilan
selama 12 bulan dengan menggunakan kontrasepsi. Tindakan histerektomi total
bukan dapat menjadi pilihan pada pasien ini dikarenakan pasien dalam kasus ini
pasien tergolong beresiko tinggi yang memiliki kriteria usia 20 tahun, belum pernah
memiliki anak.
KESIMPULAN

Pada pasien yang ingin merencanakan kehamilan, sebaiknya menunda selama 1


tahun untuk mencegah kembali terjadinya mola hidatidosa. Selama 1 tahun, pasien
dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi baik berupa pil maupun suntikan. Dan
pasien sebaiknya memantau perkembangan beta HCG selama 2-3 tahun. Yaitu tiap
minggu pada triwulan pertama, tiap 2 minggu pada triwulan kedua, tiap bulan pada 6
bulan berikutnya, tiap 2 bulan pada tahun berikutnya dan selanjutnya tiap 3 bulan.
Karena pemeriksaan beta HCG cukup mahal, maka biasanya dilakukan pemeriksaan
beta HCG bulan 1, ke-3 dan ke-6. Jika hasil beta HCG negatif, pasien dapat
merencanakan kehamilannya. Namun jika hasil beta HCG tetap meningkat, maka
perlu kita curigai sebagai keganasan.
Jika kadar beta HCG masih postif berarti mola hidatidosa masih ada. Maka
tindakan yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan dalam dan pemeriksaan USG
untuk melihat sisa jaringan mola. Jika ditemukan jaringan, maka perlu dilakukan
kuretase kembali untuk membersihkan sisa-sisa jaringan. Namun jika tidak
ditemukan jaringan, maka tindakan yang dilakukan perlu pemeriksaan foto thorax
untuk melihat apakah mola hidatidosa telah bermetastasis ke paru-paru atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sumapraja S, Martaadisoebrata D. Penyakit Serta Kelainan Plasenta dan Selaput


Janin, dalam: Ilmu Kebidanan, Edisi ketiga. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo ; 2005.

2. Prawirohadjo S, Wiknjosastro H. 2009. “MolaHidatidosa”. IlmuKandungan.


Jakarta :YayasanBinaPustakaSarwonoPrawirohadjo ; 2009.

3. Manuaba I.B.G.F, Manuaba, I.D.C. Penyakit Trofoblas, dalam: Pengantar Kuliah


Obstetri. Jakarta : EGC ; 2007.

4. Pereira G.D.C.M. Molahidatidosa. Probolinggo : SMF obstetri dan ginekologi


RSUD dr. Muhammad Saleh Probolinggo ; 2011.

5. John T. 2006. Gestational Throphoblastic Disease. The American College of


Obstetricians and Gynecologists. Lippincott Williams & Wilkins.
Diaksesdarihttp://www.utilis.net/Morning%20Topics/Gynecology/GTN.PDF ,
pada09 September 2016.

6. Mochtar, R. Penyakit Trofoblast, dalam Sinopsis Obstetri, Jilid I, Edisi kedua.


Jakarta: EGC ; 1998.

7. Silfiah. N. Tesis : Penilaian ekspresi protein p57Kip2 dengan pengecatan


imunohistokimia valid dalam membedakan mola hidatidosa tipe komplit dan
parsial. Denpasar : Program magister Program studi ilmu biomedik Program
pascasarjana Universitas udayana Denpasar ; 2014.

8. Hacker, N.F., Moore, J.G. Neoplasia Trofoblast Gestasi, dalam: Esensial Obstetri
dan Ginekologi, Edisi 2. Jakarta : Hipokrates ; 2001.

9. Cunninngham. F.G. dkk. “MolaHidatidosa” Penyakit Trofoblastik


GestasionalObstetri Williams. Edisi 21. Vol 2.Jakarta : EGC ; 2006.

Anda mungkin juga menyukai