Anda di halaman 1dari 5

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Percobaan


Pada praktikum fraksionasi biomassa ini digunakan ampas tebu sebagai
bahan baku biomassa. Komposisi kimia ampas tebu terdiri dari selulosa 32 – 44%
berat, hemiselulosa 27 – 32% berat dan lignin 19 – 24 % berat (Tim Penyusun
Labtek 1, 2015). Prosedur awal praktikum kadar air dari sampel berupa ampas
tebu sebanyak 3 gram dihitung. Ampas tebu diberikan perlakuan pemanasan
selama 20 menit dan dilakukan hingga berat ampas tebu konstan, berat ampas tebu
ditimbang dan didapat berat ampas tebu kering yang konstan saat pengovenan ke-
5. Dari berat awal sampel 3 gram diperoleh berat kering sampel yaitu 2 gram,
sehingga diperoleh kadar air dalam bahan baku yaitu 30%.
Jumlah biomassa (ampas tebu) yang digunakan sebanyak 21 gram dengan
kandungan air 30%, variabel bebas pada fraksionasi biomassa ampas tebu ini
merupakan komposisi pelarut (asam asetat) 98%, dan katalis HCl 0,5%. Dimana
perbandingan (asam asetat) 98%, dan katalis HCl 0,5% yang digunakan 1:10, 1:8
dan 1:12. Sehingga di dapatkan berdasarkan hasil perhitungan volume asam asetat
yang digunakan untuk perbandingan 1:10 sebanyak 170,16 ml; volume HCl 8,9
ml; dan volume air 21 ml. Untuk perbandingan 1:8 volume asam asetat sebanyak
136 ml ; volume HCl 7 ml dan volume air 16,8 ml. Serta untuk perbandingan 1:12
volume asam asetat sebanyak 204,2 ml ; volume HCl 10,6 ml dan volume air 25,2
ml.
Pada proses pemasakan, biomassa dengan berat 21 gram dimasukkan ke
dalam erlenmeyer yang telah berisi larutan asam asetat yang telah kita dapat
volumenya. Erlenmeyer yang telah berisi biomassa dan larutan asam asetat
dirangkai dengan kondensor dan diletakkan di atas pemanas hingga mendidih.
Saat mendidih, masukkan katalis HCl secara perlahan. Variabel tetap adalah
waktu yang digunakan pada proses ini adalah 60 menit. Tujuan pemasakan
dengan asam asetat adalah untuk memisahkan lignin pada sampel ampas tebu
sehingga dihasilkan selulosa atau pulp yang terpisah dari lignin dan selulosa.
Proses pemasakan dihentikan setelah waktu pemasakan tercapai. Padatan
yang diperoleh dipisahkan dari cairannya dengan saringan. Kemudian padatan
dicuci kembali dengan asam organik dan aquades hingga filtrat yang dihasilkan
berwarna jernih. Padatan yang sudah disaring, di panaskan dengan oven sampai
beratnya konstan. Padatan yang kering tersebut ditimbang sebagai berat pulp.
Berat pulp yang diperoleh dari masing-masing sampel antara lain untuk
sampel dengan perbandingan 1:10 sebesar 42,3% berat biomassa, untuk sampel
dengan perbandingan 1:8 sebesar 45,7% berat biomassa dan untuk sampel dengan
perbandingan 1:12 sebesar 38,6% berat biomassa.
jadi semakin banyak pelarut yang digunakan semakin sedikit pulp yang
didapat, serta semakin banyak aquades yang ditambahkan pada black liquor
semakin sedikit lignin yang dapat direcovery.

3.2 Pembahasan
3.2.1 Pemrosesan bahan baku
Komponen yang dipisahkan pada fraksionasi ampas tebu adalah selulosa,
hemiselulosa, dan lignin. Dari kedua percobaan yang dilakukan, variabel yang
dibedakan pada prosesnya adalah konsentrasi pelarut. Setelah pelarut yang sudah
dipanaskan dengan bahan mendidih, maka larutan pemasak ditambah dengan
katalis HCl. Fungsi katalis dalam hal ini selain berfungsi untuk mempercepat
proses delignifikasi, juga berfungsi untuk mengembangkan struktur bahan
sehingga memudahkan penetrasi larutan pemasak ke dalam bahan (Heradewi,
2007).
Larutan pemasak berubah warna menjadi hitam kecokelatan setelah
ditambahkan larutan HCl. Perubahan warna pelarut ini berasal dari lignin yang
keluar dari ampas tebu yang bereaksi dengan HCl sehingga berubah menjadi
berwarna hitam.
Jumlah Pulp (%)
48

46

44

42

40 kadar pulp

38

36

34
konsentrasi 1:10 konsentrasi 1:8 konsentrasi 1:12

Gambar 3.1 Grafik Konsentrasi Pelarut dengan Perolehan Pulp(%)

Dari grafik diatas terlihat bahwa nilai persentase perolehan pulp ampas tebu
dengan pemasakan perbandingan konsentrasi pelarut 1:8 lebih besar dari nilai
persentase pulp dengan perbandingan konsentrasi pelarut 1:10 dan 1:12.
Perbedaan variasi waktu pemasakan merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan perbedaan perolehan pulp. Hasil percobaan sesuai dengan
pernyataan teoritis yang menyatakan bahwa semakin lama waktu pemasakan
maka pulp yang dihasilkan akan semakin sedikit. Namun, waktu reaksi yang lama
dapat menghambat reaksi delignifikasi. Waktu pemasakan yang lebih lama akan
menyebabkan terjadinya kembali proses polimerisasi lignin (Zulfansyah,.et al
2011).

3.2.2 Recovery Lignin


Black liquor yang dihasilkan dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
ditambahkan air dengan perbandingan black liquor dan aquadest 1:9, 2:8 dan 3:7.
Campuran cairan disentrifugasi dengan kecepatan 4500 rpm selama 15 menit.
Cairan disentrifugasi untuk memisahkan lignin dengan cara mengendapkannya
berdasarkan gaya gravitasi. Kemudian lignin dipisahkan dari cairan dengan kertas
saring. Lignin yang diperoleh dioven sampai beratnya konstan.
1:10
5.2

5
Perolehan Lignin (%)

4.8

4.6

4.4 1:10

4.2

4
60 90 120
Waktu Pemasakan (menit)

Gambar 3.2 Grafik Perolehan Lignin dengan Perbandingan Waktu Pemasakan

Dari grafik diatas terlihat bahwa perolehan lignin pada sampel dengan
waktu pemasakan 120 menit lebih kecil dari sampel dengan waktu pemasakan 90
menit dan 60 menit. Hasil percobaan kurang sesuai dengan pernyataan teoritis
yang menyatakan bahwa semakin lama waktu pemasakan maka kadar lignin yang
dihasilkan akan semakin besar. Hal ini terjadi karena jumlah pelarut yang
digunakan tidak sebanding dengan banyaknya bahan baku ampas tebu, dimana
tidak semua ampas tebu dapat terendam oleh pelarut, sehingga pemasakan tidak
sempurna dan merata sehingga mengakibatkan kadar lignin yang diperoleh sangat
kecil.
Dari hasil sentrifus dengan perbandingan antara black liquor dan aquades
(1:10) yaitu pada waktu pemanasan sampel 60 menit dengan berat lignin yang
diperoleh adalah 5,132% pada waktu pemasakan 90 menit berat lignin yang
diperoleh adalah 4,81% sedangkan berat lignin pada waktu pemasakan 120 menit
adalah 4,44%. Hal ini terjadi karena pengaruh perbandingan black liquor dan
aquades terhadap perolehan lignin pada saat sentrifugasi adalah semakin besar
kadar aquades yang ditambahkan saat proses sentrifugasi maka semakin sedikit
lignin yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan kadar aquades yang lebih besar akan
menyebabkan proses pengendapan lignin semakin susah terjadi.
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
1. Perbedaan variasi konsentrasi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
perbedaan perolehan pulp. Hasil percobaan sesuai dengan pernyataan teoritis yang
menyatakan bahwa semakin lama waktu pemasakan maka pulp yang dihasilkan
akan semakin sedikit.
2. Berat pulp yang diperoleh dari masing-masing sampel antara lain 78,33% berat
biomassa untuk sampel dengan waktu pemasakan 60 menit, 73,2% berat biomassa
untuk sampel dengan waktu pemasakan 90 menit dan 67,07% berat biomassa
untuk sampel dengan waktu pemasakan 120 menit.
3. Setelah dilakukan sentrifius, kadar lignin yang diperoleh pada waktu
pemasakan 60 menit adalah 5,132% , pada waktu pemasakan 90 menit adalah
4,81% sedangkan pada waktu pemasakan 120 menit diperoleh kadar lignin
sebesar 4,44%.

Anda mungkin juga menyukai