Anda di halaman 1dari 10

TELAAH KASUS

PERAWATAN SALURAN AKAR PADA GIGI 36


DENGAN DIAGNOSIS PULPITIS IRREVERSIBEL DISERTAI
PERIODONTITIS APIKALIS KRONIS

Oleh :
Atika
1311412030

Pembimbing :
Drg. Reni Nofika, Sp. KG

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2018

1
Nama : Atika
BP : 1311412030

Preseptor : drg. Reni Nofika, Sp.KG

Tanda tangan :

A. Data Pasien
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 20 tahun
Alamat : Jl. Moh. Hatta No. 5 RT 2 Pauh Pasar Baru
No. RM : 12071
Elemen Gigi : 36

Gambar 1. Odontogram
Keterangan :
Gigi 11 dan 46 : Gigi yang sudah dilakukan perawatan saluran akar
Gigi 36 (keluhan utama) : Karies Oklusal profunda
Gigi 21 : Restorasi Komposit kelas III
Gigi 12 13 14 15 16 : sou ( tidak ada kelainan)
17 22 23 24 25 26 27
31 32 33 34 35 37
41 42 43 44 45 47
2
B. Pemeriksaan Subjektif

Chief Complain ` :
Pasien datang dengan keluhan gigi geraham bawah kiri sakit saat digigit dan
sakit saat malam hari secara tiba-tiba.
Present Illness :
Gigi geligi geraham kiri rahang bawah pasien berlubang semenjak tiga tahun yang lalu.
Gigi tersebut sakit terasa berdenyut denyut, saat mengunyah makanan sakit dan selalu
tersisa makanan pada gigi itu. Sejak 3 minggu yang lalu, Gigi tersebut berdenyut secara
spontan, seringnya di malam hari. Ketika sakit pasien mengobatinya mengkonsumsi
obat asam mefenamat.
Past Dental History :
Pasien pernah datang ke dokter gigi 4 bulan yang lalu untuk melakukan pembersihan
karang gigi, penumpatan dan perawatan saluran akar gigi 1.1 dan gigi 4.6
Past Medical History :
Tidak dicurigai menderita penyakit sistemik.
Family History :
Ayah dan ibu pasien tidak dicurigai menderita penyakit sistemik
Social History :
Pasien merupakan seorang mahasiswa UNAND, sibuk berorganisasi dan kuliah, tidak
merokok , tidak minum kopi, teh dan alkohol , makan 3x sehari, suka makan coklat dan
biscuit dan jarang diet sayuran dan buah-buahan.

C. Pemeriksaan Objektif
Gigi 36 terdapat lubang dengan kedalaman profunda di oklusal (site 1 size 3)
Palpasi (-)
Tes vitalitas (+)
Mobility (-)
Perkusi (+)

3
Gambar 2. Foto klinis gigi 36 sebelum perawatan
D. Pemeriksaan Radiografis

Gambar 3. Radiografi periapikal gigi 36 sebelum perawatan


Interpretasi radiografi :
1) Terdapat gambaran radiolusen pada bagian oklusal mahkota gigi yang telah terlihat
sampai kamar pulpa.
2) Terdapat penebalan ligament periodontal yang ditandai radiolusen pada ujung akar dan
terputusnya kontinuitas lamina dura.

E. Temuan Masalah
Pada kasus ini kelainan pulpa dan periapikal terjadi dimulai karena karies akibat
mengonsumsi makanan kariogenik yang tidak diimbangi dengan kebersihan gigi. Gigi
molar merupakan gigi yang paling sering mengalami karies karena gigi ini terletak di
bagian belakang yang susah untuk dibersihkan sendiri dan memiliki banyak pit dan
fisur sehingga plak dan bakteri mudah menumpuk pada gigi ini dan dapat menyebabkan
karies.

4
Karies gigi bisa terjadi apabila terdapat empat faktor utama yaitu gigi, substrat,
mikroorganisme, dan waktu. Beberapa jenis karbohidrat makanan misalnya sukrosa
dan glukosa dapat diragikan oleh bakteri tertentu dan akan membentuk asam, sehingga
pH plak akan menurun sampai dibawah 5 dalam waktu 3-5 menit. Penurunan pH yang
berulang-ulang dalam waktu tertentu mengakibatkan demineralisasi jaringan keras gigi
dan rusaknya bahan organik sehingga terganggunya keseimbangan email dan
sekelilingnya, hal itu menyebabkan terjadinya invasi bakteri. Apabila karies tidak di
rawat pada email dan dentin gigi maka bakteri dapat berlanjut ke pulpa dan
menyebabkan inflamasi pada pulpa.
Inflamasi merupakan mekanisme penting yang diperlukan tubuh untuk
mempertahankan diri dari bahaya seperti kerusakan jaringan. Iritasi terhadap jaringan
pulpa dapat disebabkan oleh berbagai hal antara lain mikroorganisme yang dapat
memicu respon tubuh, pada jaringan pulpa dikenal sebagai pulpitis atau inflamasi
jaringan pulpa.
Pulpitis merupakan respon positif yang sangat diperlukan untuk kembali pada
keadaan sebelum untuk memperbaiki diri. Respon inflamasi pulpa sangat tergantung
pada pembuluh darah dan cairan yang beredar dalam pembuluh darah. Apabila tubuh
berhasil mempertahankan kondisi homeostasis dan pengaruh yang merugikan, akan
terjadi perbaikan jaringan yang rusak. Keadaan ini dikenal sebagai pulpitis reversibel.
Jika iritan atau bakteri berjalan terus dan intensitasnya meningkat, maka akan terjadi
inflamasi pulpa yang parah atau dikenal sebagai pulpitis ireversibel yang kemudian
dapat menyebabkan kematian jaringan pulpa dan dapat berlanjut pada inflamasi di
daerah periapikal

F. Diagnosis
Gigi 36 pulpitis irreversibel disertai periodontitis apikalis kronis

G. Rencana Perawatan
1. Dental Health Education (DHE)
2. Perawatan saluran akar gigi 36
3. Restorasi indirect

5
H. Prognosis
Dari pemeriksaan subjektif, objektif dan radiografis yang dilakukan, disimpulkan
bahwa prognosa baik karena :
1. Akar lurus.
2. Tidak ada penyempitan saluran akar dan tidak ada kegoyangan.
3. Sisa struktur jaringan keras gigi masih memungkinkan untuk dilakukan
restorasi.
4. Pasien kooperatif.

I. Alat dan Bahan


Alat Bahan
 Diagnostic set  Cotton roll
 Bur set:  Cotton pellet
a. Round metal bur  Kapas
b. Safe-end bur/ bur  Alkohol
diamendo  NaOCl 1,05 %
 Jarum Miller (smooth broach)  Aquadest
 Jarum Ekstirpasi (barbed broach)  Paper point
 K-File  Caviton
 Spuit untuk irigasi  Gutta perca
 Lentulo  Endomethasone (sealer)
 Root canal spreader  Eugenol
 Root canal plugger  Semen Fosfat
 Lampu Spiritus  ChKM
 Glass Lab
 Plastis Instrumen
 Penggaris endo/ Endometer
 Sonde lurus

6
J. Tahap Pekerjaan
Kunjungan I
1. Pemeriksaan subyektif, obyektif, foto intra oral, radiografi, diagnosis,
penentuan rencana perawatan.
2. Penandatanganan informed consent.
3. Rontgen foto
Foto rontgen digunakan untuk melihat kondisi gigi dan menghitung panjang
kerja.
Panjang gigi sebenarnya = a x b
c
keterangan : a= panjang gigi pada rontgen foto = m: 21,5 mm, d : 21 mm
b= panjang mahkota klinis = 9 mm
c= panjang mahkota pada rontgen foto= 10 mm
Panjang gigi sebenarnya =
Panjang gigi : mesial : 19,3 mm
Distal : 19 mm
Panjang kerja = panjang gigi – 1mm = mm
Panjang kerja = mesial : 18,3 mm
distal : 18 mm

Kunjungan II
a. Preparasi akses
a. Anastesi infiltrasi gigi 36
b. Outline form, akses preparasi dari oklusal dengan menggunakan round bur.
c. Buang semua jaringan karies dan email yang tidak didukung oleh dentin
dengan round metal bur.
d. Membuang atap kamar pulpa dengan safe-end bur (diamendo)
e. Menghaluskan dinding kamar pulpa dengan diamendo
f. Membuang isi kamar pulpa dengan ekskavator
g. Irigasi dengan NaOCl 1,05 % dan aquadest steril secara bergantian. Irigasi
dengan menggunakan spuit untuk irigasi secara perlahan
h. Mencari orifis dengan sonde lurus
i. Preparasi kamar pulpa selesai

7
b. Preparasi saluran akar

• Buang isi pulpa pada saluran akar dengan jarum ekstirpasi. Jarum ekstirpasi
dimasukan sepanjang 2/3 panjang kerja estimasi dan diputar 360 derajat, kemudian
ditarik keluar.

• Preparasi saluran akar dengan teknik step back.

Tahap 1: Preparasi apikal

• Tentukan Initial Apical File (IAF), yaitu nomor file yang pertama kali bisa
masuk sepanjang panjang kerja di saluran akar
• Perbesar bagian apikal dengan gerakan memutar searah jarum jam, kemudian
dengan arah berlawanan ditarik keluar
• Preparasi apikal dilakukan minimal 3 nomor lebih besar dari IAF (misal : IAF
nomor 15, perbesar dengan file nomor 20, 25 dan 30) atau hinga didapatkan
white dentin dengan dilakukan rekapitulasi awal secara bertahap dengan no file
sebelumnya sesuai panjang kerja
• Ukuran file yang terakhir digunakan pada preparasi apikal disebut MAF
(Master Apical File). Ukuran MAF akan sama dengan MAC (Master Apical
Cone = cone gutta perca utama).
• Haluskan dinding saluran akar dengan file MAF dengan gerakan
Circumferensial fillling sepanjang panjang kerja. Pada saat file ditarik keluar
akan ada terasa tuck back yaitu retensi di 1/3 apikal
• Lakukan irigasi setiap penggantian ukuran file. Jangan menyemprotkan larutan
irigasi melewati apeks. Jangan menyemprotkan udara ke dalam kavitas karena
dapat mendorong debris ke apeks.

Tahap 2: Preparasi badan saluran akar

• Preparasi saluran akar dimulai dengan file satu ukuran lebih besar dari MAF
dan dikurangi 1mm dari panjang kerja
• Lakukan preparasi dengan gerakan yang sama sampai file terasa longgar
• Ganti file dengan ukuran 1 nomor lebih besar dan panjang kerja dikurangi 1mm
• Setiap pergantian file dilakukan irigasi dan rekapitulasi dengan file MAF
sepanjang kerja
• Preparasi badan saluran akar minimal hingga 3 nomor lebih besar dari MAF
c. Sterilisasi saluran akar dan aplikasi bahan medikamen

• Irigasi saluran akar dengan NaOCl 2,5 % dan aquades steril

8
• Keringkan saluran akar dengan paper point.
• Aplikasikan Ca(OH)2 kedalam saluran akar
• Letakkan cotton pellet tersebut pada kamar pulpa, tutup dengan kapas kering
di atas nya.
• Tutup dengan tambalan sementara.
Kunjungan ke III
• Tanyakan apakah ada keluhan pasien dan lakukan tes perkusi, palpasi dan tes
tekan.
• Bongkar tambalan sementara.
• Keluarkan kapas kering.
• Irigasi saluran akar dengan NaOCl 1,05 % dan Aquadest
• Keringkan saluran akar dengan paper point.
• Jika tes dan keluhan tidak lagi dirasakan maka sudah bisa dilakukan trial
• Lakukan trial pengisian bahan pengisi saluran akar / gutta percha ukuran
terakhir masuk. Masukkan 1 gutta perca dan masukkan ke dalam saluran akar
sampai panjang kerja kemudian dipotong hingga batas orifis
• Hitung panjang cone gutta perca sebagai panduan kemudian masukkan
kedalam saluran akar dan ditutup dengan kapas dan tambalan sementara
• Lakukan foto rontgen trial

Kunjungan IV
• Bongkar tambalan sementara
• Keluarkan cotton pellet
• Keluarkan cone dari saluran akar
• Irigasi saluran akar dengan NaOCl dan Aquadest
• Keringkan saluran akar dengan paper point. Ukuran paper point harus sama dengan
alat yang terakhir digunakan. Lakukan berulang kali sampai saluran akar kering.
Terakhir gunakan paper point yang lebih kecil supaya bisa mencapai apek untuk
memastikan saluran akar kering.
• Jika hasil foto trial menunjukkan panjang cone sesuai dengan panjang saluran akar
tanpa over filling dan under filling, maka lakukan obturasi saluran akar.

9
• Sebelum obturasi, pilih spreader yang akan digunakan yaitu dengan menggunakan
ukuran yang lebih kecil dari MAF. Jika MAF no 40, bisa digunakan spreader no 30
yang dikurangi 2 mm dari panjang kerja.

• Aduk semen/pasta kemudian masukkan ke dalam saluran akar dengan lentulo yang
panjangnya dikurangi 2 mm dari panjang kerja. Aplikasikan dengan menggunakan
lowspeed / tangan ke dinding saluran akar dengan berlawanan arah jarum jam.

• Gunakan gutta perca yang telah disterilkan dengan menggunakan NaOCl selama 1
menit, bilas dengan alkohol dan keringkan

• Aplikasikan sealer pada 1/3 apikal gutta perca MAC lalu masukan ke dalam saluran
akar.

• Gunakan spreader untuk memadatkan gutta perca kesamping. Ruang yang tersisa diisi
dengan gutta perca assesoris, pilih gutta perca assesoris yang agak besar contohnya
gutta perca no 25, lalu turunkan satu nomor selanjutnya. Pada saat memasukan gutta
perca assesoris bisa jadi spreader yang digunakan diganti jadi nomor yang lebih kecil
supaya lebih padat saat pengisian saluran akar. Lakukan sampai saluran akar terisi
penuh. Lakukan pengisian di satu sisi untuk memudahkan pengerjaan. Teknik pengisian
saluran akar ini disebut dengan Lateral Condensation Technique.

• Panaskan plugger dengan spritus lalu potong gutta perca sampai batas orifis. Setelah
spreader dingin, padatkan gutta perca, sehingga nanti gutta perca akan berada 2 mm di
bawah orifis. Kamar pulpa harus bersih dari gutta perca supaya tidak terjadi perubahan
warna.

• Tutup dengan semen fosfat sampai batas orrifis, dan tutup dengan kapas steril,
kemudian tutup dengan kaviton

• Lakukan rontgen foto untuk melihat kehermetisan hasil obturasi

Kunjungan V
• Kontrol pasca obturasi setelah 2 minggu
• Foto rontgen kontrol obturasi
• Jika dari hasil obturasi sudah hermetis, lalu tanyakan apakah ada keluhan pasien dan
lakukan tes perkusi dan palpasi.
• Jika semua pemerikasaan tidak menunjukkan keadaan patologis, dapat dilakukan
restorasi pasca endo.

10

Anda mungkin juga menyukai