TINJAUAN PUSTAKA
2.1.4 Hal-hal yang dilakukan pada korban henti jantung dan henti nafas.
2.1.4.1 Periksa respon dan layanan kedaruratan medis
Pertama-tama pastikan bahwa penolong dan korban telah berada
pada tempat yang aman. Setelah aman selanjutnya periksa respon korban
dengan memanggil, menepuk wajah atau bahu korban. Pemeriksaan
dilakukan untuk mengetahui apakah korban sadar atau tidak. Apabila
korban sadar, biarkan korban dengan posisi nyaman, bila perlu ulangi
penilaian kesadaran. Jika korban tidak sadar, segera memanggil bantuan
dengan cara meminta bantuan kepada orang disekitar yang juga berada
di tempat kejadian ataupun minta bantuan dengan menggunakan telpon
dan beritahu posisi penolong dimana (Koster et.al,2010). Memanggil
bantuan ini penting dilakukan agar petugas yang lebih profesional dengan
segera memberikan informasi yang harus dilakukan dan tidak dapat
dilakukan (AHA, 2015).
2.1.4.2 Periksa denyut nadi
Sama seperti yang disarankan pedoman di 2015, penyedia
kesehatan akan memeriksa denyut nadi, membatasi waktu tidak lebih
dari 10 detik untuk menghindari keterlambatan dalam inisiasi kompresi
dada. Idealnya, pemerikasaan nadi dilakukan bersamaan dengan
pemeriksaan nafas yang terengah-engah ataupun nafas yang berhenti,
untuk meminimalkan keterlabatan dalam mendeteksi henti jantung dan
inisiasi RJP. Pada penyelamat yang awam, hal ini tanpa disadari tidak
dilakukan ( Kleinman et al.2015).
2.1.4.3 Lakukan RJP dini
Apabila menemukan pasien dengan henti jantung dan henti
nafas maka lakukan kompresi dada secepat mungkin. Hal ini dikarenakan
pasien berpacu terhadap waktu, semakin lama pasien mendapat
pertolongan maka prognosis pasien akan semakin buruk. Rentan waktu
saat terjadinya kejadian sampai dengan dilakukannya pertolongan
pertama adalah 1-5 menit, ini bisa meningkatkan survival rate dari pasien
(>50%) (Botha et al.2012). perubahan besar pedoman 2015 bagi tim
penolong terlatih, yang diperintahkan untuk melakukan urutan RJP
dengan kompresi dada terlebih dahulu dari pada nafas (C-A-B vs A-B-
C). Ini dilakukan untuk meminimalkan waktu inisiasi dari kompresi dada.
Ketika kompresi dada dimulai, selanjutnya lakukan pemberian nafas
melalui mulut ke masker atau perangkat Bag-mask untuk memberikan
oksigenasi dan ventilasi (Kleinman et al.2015).
Sistem resusitasi itu harus melakukan penilaian dan
peningkatan sistem perawatan secara berkelanjutan. Hal ini dilakukan
untuk memungkinkan peluang untuk memperbaiki tingkat kelangsungan
hidup pasien diluar rumah sakit. Peningkatan kualitas berkelanjutan
meliputi evaluasi yang sistematis, penentuan tolak ukur dan analisis.
Upaya ini diperlukan untuk mengoptimalkan perawatan resusitasi,
sehingga kesenjangan antara performa resusitasi ideal dan sebenarnya
dapat dipersempit (AHA,2015)
2.1.4.4 Defibrilasi dini dengan AED
Setelah melakukan sistem layanan kedaruratan, penyelamat
tunggal mengambil AED (ketika dekat dan mudah diakseS ) lalu
kemudian kembali ke korban untuk memasang AED dan berikan RJP
kepada korban. Ketika tim penyelamat yang hadir 2 orang atau lebih, 1
penyelamat memulai RJP, sementara kedua penyelamat yang lain
mengaktifkan sistem layanan kedaruratann dan mendapatkan AED juga
peralatan darurat lainnya. Petunjuk AED digunakan secepat mungkin dan
kedua tim penyelamat diharapkan dapat memberikan RJP dengan
kompresi dada dan ventilasi. Dalam hal ini, ururtan intervensi RJP harus
dilakukan oleh tiga penyelamat terlatih setelah mengaktifkan sistem
layanan kedaruratan. Langkah-langkah khusus untuk penyelamat dan
penyedia layanan kesehatan harus melakukan RJP konvensional dengan
nafas buatan, dan RJP dengan penggunaan AED ditentukan oleh tingkat
pengetahuan pada penyelamat. Pelaksanaan pertolongan pada henti
jantung di bagi menjadi tiga tingkatan (Kleinman et al.2015).
e. Bila tidak bernafas, buka dan bebaskan jalan nafas dengan cara head-
tilt, chin-lift, atau jaw thrust
f. Periksa kembali apakah pasien bernafas setelah pembebasan jalan nafas
g. Bila tidak bernafas atau nafas tersengal-sengal beri nafas bantuan
h. Beri nafas buatan sebanyak dua kali, pelan dan penuh sambil melihat
pengambangan dada
i. Periksa nadi karotis, jika nafas tidak ada dan nadi karotis tidak teraba,
bersiap melakukan RJP 5 siklus dengan 30x kompresi dan diakhiri
dengan 2 ventilasi, selama 2 menit (30:2).
j. Lakukan pijatan jantung luar pada titik tumpu yaitu 2 jari diatas
processus xyphoideus sebanyak 30x kemudian dilanjutkan dengan
nafas buatan 2x tiupan
k. Letakkan tumit tangan anda yang lain lebih dekat dengan jari telunjuk.
l. Kedua lengan lurus dan tegak lurus pada sternum. Kedua lutut
penolong penolong merapat, lutut menempel bahu korban.
a. b.
c. d.
2.3 Pengetahuan
2.3.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil “tahu” yang terjadi setelah seseorang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek. Pengindraan terjadi pada
manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba.
Sebagian besar dari pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting agar
terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo,2012)
2.3.2 Tingkat pengetahuan
Menurut Notoatmodjo,2012 tingkat pengetahuan terdiri dari 6 tingkatan :
2.3.2.1 Tahu
Tahu merupakan tingkatan yang paling rendah, hal ini dikarenakan
seseorang hanya mampu mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Mengingat sesuatu kembali yang spesifik dari keseluruhan
bahan yng dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
2.3.2.2 Memahami
Memahami artinya sebagai kemampuan menjelaskan secara benar
tentang suatu objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara kasar.
2.3.2.3 Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (Real).
2.3.2.4 Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu
struktur organisasi dan masih ada kaitannya dengan satu sama lain.
2.3.2.5 Sintesis
Sintesis yaitu menunjuk kepada suatu untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru, misalnya dapat menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi
yang ada.
2.3.2.6 Evaluasi
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau objek, penilaian didasarkan pada
kriteria tertentu.
2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dalam diri sendiri
2.3.3.1 Pendidikan
Pendidika merupakan suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,
makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk
menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan
cenderung untuk untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain
maupun media massa.
Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula
pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula
pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang
berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengatahuan rendah pula.
Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh pada pendidikan
formal, tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.
Pengetahuan seseorang tentang sesutau objek juga mengandung
dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek tersebut yang
akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu.
Semakin banyak aspek positif dari objek yang diketahui, akan
membutuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut.
2.3.3.2 Informasi/Media massa
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun
non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (Immediate
impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan
pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media
massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang
inovasi baru.
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti
televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain. Mempunyai pengaruh
besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam
penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa
pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini
seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan
landasan kognitif baru lagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal
tersebut.
2.2.3.4 Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian
seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.
Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu
fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial
ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang,
2.2.3.5 Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada
dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal
balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap
individu.
2.2.3.6 Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya
tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya
semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif
dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak menggunakan
banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan
masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan
usia ini.