Teori Belajar Dan Motivasi Belajar
Teori Belajar Dan Motivasi Belajar
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap
telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori
ini, dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa
respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pembelajar, sedangkan
respon berupa reaksi atau tanggapan pembelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh
guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk
diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah
stimulus dan respon. Oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang
diterima oleh pembelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan
pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau
.tidaknya perubahan tingkah laku tersebut
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor
penguatan(reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka
respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/ dihilangkan (negative
.reinforcement) maka respon juga semakin kuat
Memasuki abad ke-19 beberapa ahli mengadakan penelitian eksperimental tentang teori
belajar, walaupun pada waktu itu para ahli menggunakan binatang sebagai objek
penelitiannya. Penggunaan binatang sebagai objek penelitian didasarkan pada pemikiran
bahwa apabila binatang yang kecerdasannya dianggap rendah dapat melakukan
eksperimen teori belajar, maka sudah dapat dipastikan bahwa eksperimen itupun dapat
berlaku bahkan dapat lebih berhasil pada manusia, karena manusia lebih cerdas daripada
.binatang
Menurut Arden N. Frandsen mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang itu untuk
:belajar antara lain sebagai berikut
;Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas .1
;Adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju .2
;Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman .3
Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, .4
;baik dengan koperasi maupun dengan kompetensi
Dari berbagai tulisan yang membahas tentang perkembangan teori belajar seperti (Atkinson,
dkk. 1997; Gledler Margaret Bell, 1986) memaparkan tentang teori belajar yang secara
:umum dapat dikelompokkan dalam empat kelompok atau aliran meliputi
Pandangan tentang belajar menurut aliran tingkah laku (behavioristik), tidak lain adalah
perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Atau
dengan kata lain, belajar adalah perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya
untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan
respon. Para ahli yang banyak berkarya dalam aliran ini antara lain; Thorndike, (1911);
.Wathson, (1963); Hull, (1943); dan Skinner, (1968)
a). Thorndike
Menurut Thorndike (1911), salah seorang pendiri aliran tingkah laku, belajar adalah proses
interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan
respons ( yang juga bisa berupa pikiran, perasaan, atau gerakan). Jelasnya, menurut
Thorndike, perubahan tingkah laku boleh berwujud sesuatu yang konkret (dapat diamati),
atau yang nonkonkret (tidak bias diamati). Teori Thorndike disebut sebagai “aliran
.koneksionis” (connectionism)
Menurut teori trial and error (mencoba-coba dan gagal) ini, setiap organisme jika dihadapkan
dengan situasi baru akan melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya coba-coba secara
membabi buta. Jika dalam usaha mencoba itu kemudian secara kebetulan ada perbuatan
yang dianggap memenuhi tuntutan situasi, maka perbuatan yang cocok itu kemudian
“dipegangnya”. Karena latihan yang terus menerus maka waktu yang dipergunakan untuk
melakukan perbuatan yang cocok itu makin lama makin efisien. Jadi, proses belajar menurut
Thorndike melalui proses: 1). Trial and error (mencobva-coba dan mengalami kegagalan),
dan 2). Law of effect, yang berarti bahwa segala tingkah laku yang berakibatkan suatu
keadaan yang memuaskan (cocok dengan tuntutan situasi) akan diingat dan dipelajari
.dengan sebaik-baknya
b). Watson
Berbeda debgan Thorndike, menurut Watson pelopor yang datang sesudah Thorndike,
stimulus dan respons tersebut harus berbentuk tingkah laku yang “bisa diamati”(observable).
Dengan kata lain, Watson mengabaikan berbagai perubahan mental yang mungkin terjadi
dalam belajar dan menganggapnya sebagai factor yang tidak perlu diketahui. Bukan berarti
semua perubahan mental yang terjadi dalam benak siswa tidak penting. Semua itu penting,
akan tetapi factor-faktor tersebut tidak bisa menjelaskan apakah proses belajar sudah terjadi
atau belum.[8]
c). Clark Hull
Teori ini, terutama setelah Skinner memperkenalkan teorinya, ternyata tidak banyak dipakai
dalam dunia praktis, meskipun sering digunakan dalam berbagai eksperimen dalam
.laboratorium
Hal yang sangat penting dalam proses belajar menurut Hull ialah adanyaIncentive
motivation (motivasi insentif) dan Drive reduction (pengurangan stimulus pendorong).
.Kecepatan berespon berubah bila besarnya hadiah (revaro) berubah
Penggunaan praktis teori belajar dari Hull ini untuk kegiatan dalam kelas, adalah sebagai
:berikut
Ruangan kelas harus dimulai dari yang sedemikian rupa sehingga memudahkan .3
.terjadinya proses belajar
Pelajaran harus dimulai dari yang sederhana/ mudah menuju kepada yang lebih .4
.kompleks/ sulit
Latihan harus didistribusikan dengan hati-hati supaya tidak terjadi inhibisi. Dengan .6
.perkataan lain, kelelahan tidak boleh menggangu belajar
Urutan mata pelajaran diatur sedemikian rupa sehingga mata pelajaran yang terdahulu .7
tidak menghambat tetapi justru harus menjadi perangsang yang mendorong belajar pada
.mata pelajaran berikutnya
Guthrie juga mengemukakan bahwa “hukuman” memegang peran penting dalam belajar.
Menurutnya suatu hukuman yang diberikan pada saat yang tepat, akan mampu mengubah
kebiasaan seseorang. Sebagai contoh, seorang anak perempuan yang setiap kali pulang
sekolah, selalu mencampakkan baju dan topinya di lantai. Kemudian ibunya menyuruh agar
baju dan topi dipakai kembali oleh anaknya, lalu kembali keluar, dan masuk rumah kembali
sambil menggantungkan topi dan bajunya di tempat gantungan. Setelah beberapa kali
melakukan hal itu, respons menggantung topi dan baju menjadi terisolasi dengan stimulus
memasuki rumah. Meskipun demikian, nantinya faktor hukuman ini tidak lagi dominan dalam
teori-teori tingkah laku. Terutama Skinner makin mempopulerkan ide tentang “penguatan”
.(reinforcement)
e). Skinner
Dari semua pendukung teori tingkah laku, mungkn teori Skinner lah yang paling besar
pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar. Beberapa program pembelajaran
seperti Teaching machine, Mathetics, atau program-program lain yang memakai konsep
stimulus, respons, dan factor penguat (reinforcement),adalah contoh-contoh program yang
.memanfaatkan teori skinner
Hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa jika salah dibetulkan, jika benar .1
.diberi penguat
Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran digunakan .2
.sebagai sistem modul
Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan sebaiknya hadiah diberikan .4
.dengan digunakannya jadwal variable ratio reinforcer
ALIRAN KOGNITIF .2
a). Piaget
Menurut Jean Piaget (1975) salah seorang penganut aliran kognitif yang kuat,
bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan,
yakni 1). Asimilasi, 2).Akomodasi, dan 3). Equilibrasi (penyeimbangan). Proses asimilasi
adalah proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah
ada dalam benak siswa. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi
yang baru. Equilibrasi adalah penyesuain berkesinambungan antara asimilasi dan
.akomodasi
b). Ausubel
Dapat menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi belajar yang akan .1
.dipelajari oleh siswa
Dapat berfungsi sebagai jembatan antara apa yang sedang dipelajari siswa saat ini .2
;dengan apa yang akan dipelajari siswa, sedemikian rupa sehingga
.Mampu membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah .3
c). Bruner
Menurut pandangan Brunner (1964) bahwa teori belajar itu bersifat deskriptif, sedangkan
teori pembelajaran itu bersifat preskriptif. Misalnya, teori penjumlahan, sedangkan teori
pembelajaran menguraikan bagaimana cara mengajarkan penjumlahan.[16]
ALIRAN HUMANISTIK .3
Dalam hal ini, Bloom dan Krathowl menunjukkan apa yang mungkin dikuasai (dipelajari)
;oleh siswa, yang tercakup dalam tiga kawasan berikut
Kognitif .(1
Pemahaman(menginterprestasikan) .3
Psikomotor .(2
Afektif .(3
b). Kolb
Sementara itu, seorang ahli yang bernama Kolb membagi tahapan belajar menjadi empat
;tahap, yaitu
Pengalaman konkret .1
Konseptualisasi .3
Ekperimen aktif .4
Pada tahap paling pertama dalam proses belajar, seorang siswa hanya mampu sekedar ikut
mengalami suatu kejadian. Dia belum mempunyai kesadaran tentang hakikat kejadian
.tersebut
Pada tahap kedua, siswa tersebut lambat laun mampu mengadakan observasi aktif
.terhadap kejadian itu, serta mulai berusaha memikirkan dan memahaminya
Pada tahap ketiga, siswa mulai belajar untuk membuat abstraksi atau “teori” tentang suatu
hal yang diamatinya. Pada tahap akhir (eksperimentasi aktif), siswa sudah mampu
.mengaplikasikan suatu aturan umum kesituasi yang baru
Berdasarkan teori Kolb ini, Honey dan Mumford membuat penggolongan siswa. Menurut
;mereka ada empat macam atau tipe siswa, yaitu
Aktivis .(1
Reflector .(2
Pragmatis[19] .(4
d). Habermas
Ahli psikologi lain adalah Habermas yang dalam pandangannya bahwa belajar sangat
dipengaruhi oleh interaksi, baik dengan lingkungan maupun dengan sesama manusia.
;Dengan asumsi ini, Habermas mengelompokkan tipe belajar menjadi tiga bagian, yaitu
a). Landa
Landa merupakan salah seorang ahli psikologi yang beraliran sibernetik. Menurut
Landa, ada dua macam proses berfikir. Pertama, disebut proses berfikiralgoritmik, yaitu
berpikir linier, konvergen, lurus menuju ke suatu target tertentu. Jenis kedua, adalah cara
berpikir heuristic, yakni cara berpikir divergen, menuju kebeberapa target sekaligus.[21]
Ahli lain adalah pemikirannya beraliran sibernetik adalah pask dan Scott.Pendekatan serialis
yang diusulkan oleh Pask dan Scott sama dengan pendekatanalgoritmik. Namun, cara
berpikir menyeluruh (wholoist) tidak sama dengan heuristik. Cara berpikir menyeluruh
adalah berpikir yang cenderung melompat ke depan, langsung ke gambaran lengkap
sebuah sistem informasi. Ibarat melihat lukisan, bukan detail-detail yang kita amati lebih
dahulu, tetapi seluruh lukisan itu sekaligus, baru sesudah itu ke bagian-bagian yang lebih
kecil.[22]
b. Aliran Kognitif
c. Aliran Humanistik
d. Aliran Sibernetik
Menurut Santrock, motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan
perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku yang penuh energi,
terarah, dan bertahan lama (Santrock, 2007). Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat
dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah
pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat
.tercapai (Sardiman, 2000)
Sejalan dengan pernyataan Santrock di atas, Brophy (2004) menyatakan bahwa motivasi
belajar lebih mengutamakan respon kognitif, yaitu kecenderungan
siswa untuk mencapai aktivitas akademis yang bermakna dan bermanfaat mencoba untuk
mendapatkan keuntungan dari aktivitas tersebut. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan
memperhatikan pelajaran yang disampaikan, membaca materi sehingga bisa
memahaminya, dan menggunakan strategi-strategi belajar tertentu yang mendukung. Selain
itu, siswa juga memiliki keterlibatan yang intens dalam aktivitas belajar tersebut, rasa ingin
tahu yang tinggi, mencari bahan-bahan yang berkaitan untuk memahami suatu topik, dan
.menyelesaikan tugas yang diberikan
Siswa yang memiliki motivasi belajar akan bergantung pada apakah aktivitas tersebut
memiliki isi yang menarik atau proses yang menyenangkan. Intinya, motivasi belajar
melibatkan tujuan-tujuan belajar dan strategi yang berkaitan dalam mencapai tujuan belajar
.tersebut (Brophy, 2004)
Terdapat dua aspek dalam teori motivasi belajar yang dikemukakan oleh
a. Motivasi ekstrinsik, yaitu melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain
(cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal
seperti imbalan dan hukuman. Misalnya, murid belajar keras dalam menghadapi ujian untuk
mendapatkan nilai yang baik. Terdapat dua kegunaan dari hadiah, yaitu sebagai insentif
agar mau mengerjakan tugas, dimana tujuannya adalah mengontrol perilaku siswa, dan
.mengandung informasi tentang penguasaan keahlian
b. Motivasi intrinsik, yaitu motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu
sendiri (tujuan itu sendiri). Misalnya, murid belajar menghadapi ujian karena dia senang
pada mata pelajaran yang diujikan itu. Murid termotivasi untuk belajar saat mereka diberi
pilihan, senang menghadapi tantangan yang sesuai dengan kemampuan mereka, dan
mendapat imbalan yang mengandung nilai informasional tetapi bukan dipakai untuk kontrol,
:misalnya guru memberikan pujian kepada siswa. Terdapat dua jenis motivasi intrinsik, yaitu
Motivasi intrinsik berdasarkan determinasi diri dan pilihan personal. Dalam pandangan .1
ini, murid ingin percaya bahwa mereka melakukan sesuatu karena kemauan sendiri, bukan
karena kesuksesan atau imbalan eksternal. Minat intrinsik siswa akan meningkat jika
mereka mempunyai pilihan dan peluang untuk mengambil tanggung jawab personal atas
.pembelajaran mereka
a. Harapan guru
b. Instruksi langsung
e. Hukuman
Sebagai pendukung kelima faktor di atas, Sardiman (2000) menyatakan bahwa bentuk dan
:cara yang dapat digunakan untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar adalah
a. Pemberian angka, hal ini disebabkan karena banyak siswa belajar dengan tujuan
.utama yaitu untuk mencapai angka/nilai yang baik
b. Persaingan/kompetisi
d. Memberi ulangan, hal ini disebabkan karena para siswa akan menjadi giat belajar kalau
.mengetahui akan ada ulangan
e. Memberitahukan hasil, hal ini akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar
g. Pujian, jika ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, hal ini
.merupakan bentuk penguatan positif
Motivasi Belajar pada Anak Berbakat .4
Keterampilan guru mengajar merupakan salah satu jenis keterampilan yang harus dikuasai
guru. Dengan memiliki keterampilan mengajar, guru dapat mengelola proses pembelajaran
dengan baik yang berimplikasi pada motivasi belajar dan peningkatan kualitas lulusan
sekolah (Uno, 2006). Sejalan dengan pernyataan Uno di atas, Boyer (dalam Elliot dkk,
1999) menyatakan bahwa keterampilan guru mengajar berkaitan dengan kemampuan
berkomunikasi dengan siswa, pengetahuan yang dimiliki serta bagaimana
menginformasikan pengetahuan tersebut kepada siswa sehingga siswa menjadi sadar
terhadap pengetahuan tersebut. Pintrich & Schunk (2002) menambahkan bahwa guru yang
memiliki keterampilan mengajar akan menerapkan praktekpraktek pengajaran yang
.bervariasi dalam kelas mereka
Terdapat enam aspek yang menggambarkan keterampilan guru mengajar (Pintrich &
:Schunk, 2002). Keenam aspek tersebut yaitu
c. Memberikan latihan. Latihan yang diberikan harus disertai dengan bimbingan guru
sehingga guru dapat memeriksa pemahaman siswa. Latihan merupakan suatu bentuk dari
pengulangan, yang akan membantu untuk mengorganisasikan dan menyimpan informasi
dalam memori. Dengan latihan yang berulang, materi dan keahlian yang dipelajari dapat
.dipahami dengan sedikit perhatian
d. Memberikan umpan balik (feedback). Umpan balik merupakan sumber lain dari
pembelajaran yang efektif. Guru yang memberitahukan kepada siswa bahwa penampilan
mereka baik, memberikan informasi yang benar saat terjadi kesalahpahaman pada siswa,
dan jika dibutuhkan mengajarkan kembali materi yang belum dipahami siswa akan
membantu memperkuat kesadaran awal siswa mengenai kemampuan mereka dalam
.belajar
f. Mengulas kembali materi yang telah diajarkan dengan interval berjarak (mingguan
atau bulanan). Pengulangan secara periodik dimana siswa memiliki penampilan yang baik
menunjukkan bahwa siswa telah belajar dan mempertahankan informasi, yang akan
meningkatkan motivasi untuk pembelajaran selanjutnya karena hal tersebut memastikan
.kepercayaan siswa mengenai kemampuan mereka
Borich (1996) menyatakan terdapat empat hal yang mempengaruhi keterampilan guru dalam
mengajar, yaitu karakteristik kepribadian (seperti motivasi berprestasi, ketepatan
(directness), dan fleksibilitas), sikap (seperti motivasi untuk mengajar, empati terhadap
siswa, dan komitmen), pengalaman (seperti lama mengajar, pengalaman dalam mengajar
suatu materi, dan pengalaman pada level kelas tertentu), dan bakat atau prestasi (seperti
skor pada tes kemampuan, indeks prestasi, dan hasil evaluasi mengajar).Mengenai Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Guru Mengajar, Kepribadian Sikap
Pengalaman dan Bakat/Prestasi Untuk lebih jelasnya, keempat faktor tersebut dapat
: dilihat sebagaiberikut
Dogmatisme Sikap terhadap siswa Pengalaman dalam mengajar suatu materi Ujian .2
kelulusan
Otoritarian Sikap terhadap proses mengajar Pengalaman pada level kelas tertentu Tes .3
Bakat Skolastik (Scholastic Aptitude Test), terdiri dari verbal dan kuantitatif
F. KELAS AKSELERASI
Akselerasi adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjalani kurikulum yang
:ada dengan lebih cepat (Heward, 1996). Terdapat beberapa jenis dari akselerasi, yaitu
b. Loncat kelas
Bagaimanapun akselerasi ini dilakukan, pada akhirnya peserta didik tetap menyelesaikan
pendidikan sekolah, namun dalam waktu yang lebih singkat. Menurut Silverman (dalam
Heward, 1996) akselerasi adalah suatu respon dalam menjawab kebutuhan belajar dengan
lebih cepat yang dimiliki oleh anak-anak berbakat. Penelitian menunjukkan bahwa ketika
akselerasi dijalankan dengan tepat, maka ketertarikan siswa terhadap sekolah akan
meningkat, mencapai level prestasi akademis yang lebih tinggi, memiliki perhatian terhadap
prestasi, dan menyelsaikan level pendidikan yang lebih tinggi dalam waktu singkat, yang
akan meningkatkan waktu untuk berkarir di akhir sekolah. Widyastono (dalam Tarmidi &
Hadiati, 2005) menyatakan ada delapan hal yang harus diperhatikan dalam
:penyelenggaraan program akselerasi, yaitu
Masukan (input, intake) siswa diseleksi secara ketat dengan menggunakan kriteria .1
tertentu dan prosedur yang dapat dipertanggungjawabkan. Kriteria yang digunakan adalah:
(1) prestasi belajar, dengan indikator angka raport, Nilai Ebtanas Murni (NEM), dan/atau
hasil tes prestasi akademik, berada 2 standar deviasi (SD) di atas Mean populasi siswa; (2)
skor psikotes, yang meliputi: intelligency quotient (IQ) minimal 125, kreativitas, tanggung
jawab terhadap tugas (task commitment), dan emotional quotient (EQ) berada 2 SD di atas
.Mean populasi siswa; (3) kesehatan dan kesemaptaan jasmani, jika diperlukan
Dana. Untuk menunjang tercapainya tujuan yang telah ditetapkan perlu adanya .5
dukungan dana yang memadai, termasuk perlunya disediakan insentif ambahan bagi tenaga
.kependidikan yang terlibat, berupa uang maupun fasilitas lainnya
Sumber daya yang ada dalam sistem sekolah untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Oleh sebab itu, bentuk manajemen pada sekolah dengan sistem
kelas percepatan, harus memiliki tingkat fleksibilitas yang tinggi, realitas, dan
menjadi keunggulan yang nyata, baik lingkungan dalam arti fisik maupun sosial psikologis di
.sekolah, di masyarakat, dan di rumah
Guru merupakan faktor yang memiliki peran penting dalam memberhasilkan kelas
akselerasi. Dalam kelas akselerasi peran guru mengelola pembelajaran lebih tepat disebut
sebagai fasilitator, yang menunjukkan bahwa tanggungjawab akhir belajar ada pada anak
untuk mengaktualisasikan potensi dirinya. Namun begitu ada beberapa hal yang dapat
disebut sebagai kelemahan dalam penerapan program akselerasi ini. Salah satunya adalah
materi ajar yang padat membuat guru kurang mampu mengembangkan teknik mengajar
.yang kreatif sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa berbakat
G. PERSEPSI
stimulus dalam lingkungan (Atkinson, 1997). Pengertian kita akan lingkungan atau dunia di
sekitar kita melibatkan unsur interpretasi terhadap rangsangrangsang yang diterima.
Interpretasi ini menyebabkan kita menjadi subjek dari pengalaman kita sendiri. Rangsang-
rangsang yang diterima dan inilah yang menyebabkan kita mempunyai suatu pengertian
terhadap lingkungan. Proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antargejala,
maupun peristiwa) sampai rangsang itu disadari dan dapat dimengerti disebut persepsi
(Irwanto, 2002). Dalam kegiatan belajar, McCombs, et al (dalam Santrock, 2007)
menemukan bahwa siswa yang merasa didukung dan diperhatikan oleh guru lebih
termotivasi untuk melakukan kegiatan akademik daripada siswa yang tidak didukung dan
diperhatikan oleh guru. Hal ini menunjukkan bahwa jika siswa memiliki persepsi yang positif
mengenai keterampilan guru dalam mengajar, maka motivasi siswa dalam belajar akan
meningkat. Menurut Ittelson (dalam Bell dkk, 1996), persepsi terdiri dari empat komponen,
:yaitu
Kognitif (Berpikir) .1
pengalaman kita sebelumnya atau sesuatu yang pernah kita baca. Hal ini berarti
.bahwa persepsi bergantung pada pengalaman dan memori yang kita miliki
Afektif (Emosional) .2
mengenai suatu situasi. Perasaan yang kita miliki ini akan mempengaruhi persepsi kita
.tentang situasi tersebut
Interpretasi .3
Interpretasi merupakan penilaian yang kita lakukan mengenai apa-apa saja yang ada dalam
suatu situasi. Menurut Hawkins dkk (2007), interpretasi berhubungan dengan bagaimana
.kita memahami dan membuat pengertian tentang informasi yang kita terima
Evaluatif .4
Dalam proses evaluatif, kita akan menentukan apakah situasi tersebut merupakan situasi
yang baik atau buruk. Kita melakukan evaluasi terhadap suatu
situasi dan menentukan apakah elemen-elemen yang ada di dalamnya merupakan suatu hal
.yang baik atau buruk
Layanan pendidikan yang bermutu akan menentukan tinggi atau rendahnya perolehan hasil
belajar siswa. Hasil belajar siswa tersebut berkaitan dengan seberapa besar siswa memiliki
keinginan yang kuat untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar. Keinginan yang kuat
serta keterlibatan aktif dalam proses belajar menunjukkan kadar atau kondisi motivasi
.belajar yang dimiliki siswa
Motivasi belajar siswa adalah kecenderungan siswa untuk mencapai aktivitas akademis
yang bermakna dan bermanfaat serta mencoba untuk mendapatkan keuntungan dari
aktivitas tersebut. Menurut Santrock, terdapat dua aspek motivasi belajar yang dimiliki
siswa, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik yaitu melakukan
sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi
ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman. Misalnya,
murid belajar keras dalam menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang baik. Sedangkan
motivasi intrinsik yaitu motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri
(tujuan itu sendiri). Misalnya, murid belajar menghadapi ujian karena dia senang pada mata
.pelajaran yang diujikan itu
Karakteristik motivasi belajar yang dimiliki oleh siswa berbakat di kelas akselerasi berkaitan
erat dengan konsistensi dalam menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi minatnya, senang
mengerjakan tugas secara independen dengan sedikit pengarahan siswa ingin belajar,
menyelidiki, dan mencari lebih banyak informasi. Siswa kelas akselerasi memiliki
kemampuan di atas rata-rata dalam hal pembelajaran, seperti mudah menangkap pelajaran,
memiliki ketajaman daya nalar, dan daya konsentrasi baik. Karakteristik tersebut
menunjukkan bahwa siswa kelas akselerasi memang sudah memiliki motivasi belajar yang
.tinggi
Motivasi belajar yang dimiliki oleh siswa kelas akselerasi, terutama pada mata pelajaran IPS
khususnya sosiologi, dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu faktor pelajaran, faktor
guru, keterampilan guru mengajar, suasana kelas, dan lain sebagainya. Sedangkan pada
siswa kelas akselerasi di SMA Swasta AlAzhar Medan, motivasi belajar yang mereka miliki
pada mata pelajaran sosiologi dipengaruhi oleh bagaimana interpretasi mereka terhadap
keterampilan mengajar yang dimiliki oleh guru sosiologi. Hal ini terlihat dari hasil studi
lapangan yang telah dilakukan dengan menggunakan metode wawancara. Hasilnya
menunjukkan bahwa motivasi mereka dalam belajar sosiologi rendah, dimana siswa-siswa
yang berada di kelas akselerasi tersebut menyatakan bahwa sistem pengajaran yang
dilakukan oleh guru sosiologi membuat mereka tidak memiliki motivasi untuk belajar. Mereka
merasa bosan dan mengantuk ketika mengikuti pelajaran tersebut. Walaupun karakteristik
motivasi belajar siswa kelas akselerasi terbilang sudah sangat baik, motivasi belajar mereka
terutama dalam pelajaran sosiologi tetap dipengaruhi oleh
Menurut Pintrich & Schunk, terdapat enam aspek yang menggambarkan keterampilan guru
mengajar. Keenam aspek tersebut yaitu mengulas pembelajaran sebelumnya, memberikan
materi baru, memberikan latihan dengan bimbingan guru, memberikan umpan balik
(feedback), memberikan latihan mandiri kepada siswa, dan mengulas kembali materi yang
telah diajarkan dengan interval berjarak (mingguan atau bulanan). Dengan adanya keenam
aspek tersebut, guru diharapkan dapat menciptakan kondisi yang mendorong atau
menumbuhkan semangat siswa untuk melakukan aktivitas belajar dengan baik. Misalnya,
guru sosiologi di SMA memberikan materi baru dengan kurang terstruktur dan tidak
melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, seperti tidak memberikan pertanyaan atau
umpan balik kepada siswa sehingga siswa merasa bosan dan mengantuk ketika mengikuti
pelajaran tersebut. Selain dari fenomena tersebut, ketika guru memberitahukan kepada
siswa bahwa penampilan mereka baik, motivasi belajar siswa khususnya motivasi intrinsik
akan meningkat. Siswa yang diberikan latihan mandiri oleh guru diharapkan akan
memandang tugas tersebut sebagai suatu tantangan dan pengulangan secara periodik
dimana siswa yang memiliki penampilan baik menunjukkan bahwa ia telah belajar dan
mempertahankan informasi, akan meningkatkan motivasi untuk pembelajaran selanjutnya
karena hal tersebut memastikan kepercayaan siswa mengenai kemampuan mereka.
Berdasarkan hal itu, maka dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara persepsi tentang
keterampilan guru mengajar dengan motivasi belajar siswa kelas akselerasi untuk mata
.pelajaran sosiologi
Motivasi Belajar dan Teori Kepribadian Kata motivasi digunakan untuk mendeskripsikan
suatu dorongan, kebutuhan atau keinginan untuk melakukan sesuatu. Orang dapat
termotivasi makan apabila sedang lapar, pergi ke mall hari ini, mendapatkan nilai IPS yang
lebih baik semester ini, atau memperbaiki kondisi lingkungan hidup di sekitar rumah tinggal
.mereka
Konsep Penting Motivasi Belajar Pertama Motivasi belajar adalah proses internal yang
mengaktifkan, memandu dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu. Individu
termotivasi karena berbagai alasan yang berbeda, dengan intensitas yang berbeda. Sebagai
misal, seorang siswa dapat tinggi motivasinya untuk menghadapi tes ilmu sosial
dengan tujuan mendapatkan nilai tinggi (motivasi ekstrinsik) dan tinggi motivasinya
menghadapi
Motivasi Belajar dan Teori Disonan Kognitif serta Implikasinya dalam Pendidikan
Kebutuhan untuk mempertahankan gambaran diri positif merupakan suatu motivator yang
kuat, Covington: 1984. Banyak dari perilaku kita yang diarahkan menuju pemenuhan standar
pribadi diri kita sendiri. Sebagai misal, apabila kita yakin bahwa kita adalah orang baik dan
.jujur, maka kita cenderung berbuat baik
Jika seorang guru ingin melaksanakan model pembelajaran kooperatif di dalam kelasnya
atau mata pelajaran yang diampunya, maka guru harus memperhatikan dan merencanakan
dengan matang agar pada pembelajarannya tersebut terdapat empat tahapan keterampilan
.kooperatif, yang akan dikuasi siswa
Pengertian Belajar .1
Setiap orang menjadi dewasa karena belajar dan pengalaman selama hidupnya. Belajar
pada umumnya dilakukan seseorang sejak mereka ada di dunia ini. Ada beberapa ahli yang
mendefinisikan istilah belajar dengan beberapa uraian yang tidak sama. Untuk dapat
memahami dan mempunyai gambaran yang luas, berikut ini diberikan beberapa pengertian
: belajar menurut beberapa ahli
Whittaker, belajar adalah proses tingkah laku yang ditimbulkan atau diubah melalui .1
.latihan atau pengalaman
Kimble, belajar adalah perubahan relatif permanen dalam potensi bertindak, yang .2
.berlangsung sebagai akibat adanya latihan yang diperkuat
Winkel, belajar adalah aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi .3
aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
.pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap
Sdaffer, belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatif menetap, sebagai hasil .4
.pengalaman-pengalaman atau praktik
Berdasarkan definisi di atas dapat dikatakan bahwa, belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru sebagai
.pengalaman individu itu sendiri
Perubahan yang terjadi setelah seseorang melakukan kegiatan belajar dapat berupa
ketrampilan, sikap, pengertian ataupun pengetahuan. Belajar merupakan peristiwa yang
terjadi secara sadar dan disengaja, artinya seseorang yang terlibat dalam peristiwa belajar
pada akhirnya menyadari bahwa ia mempelajari sesuatu, sehingga terjadi perubahan pada
.dirinya sebagai akibat dari kegiatan yang disadari dan sengaja dilakukannya tersebut
Belajar merupakan hal yang kompleks. Apabila ini dikaitkan dengan hasil belajar siswa, ada
beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Menurut Suryabrata (1989:142), faktor-
faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi 3, yaitu: faktor dari dalam,
.faktor dari luar dan faktor instrumen
Faktor dari dalam yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar yang berasal dari
: siswa yang sedang belajar. Faktor-faktor ini meliputi
a. Fisiologi, meliputi kondisi jasmaniah secara umum dan kondisi panca indra. Anak yang
segar jasmaninya akan lebih mudah proses belajarnya. Anak-anak yang kekurangan gizi
ternyata kemampuan belajarnya di bawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi, kondisi
.panca indra yang baik akan memudahkan anak dalam proses belajar
a. Kondisi psikologis, yaitu beberapa faktor psikologis utama yang dapat mempengaruhi
proses dan hasil belajar adalah kecerdasan, bakat, minat, motivasi, emosi dan kemampuan
.kognitif
Faktor kecerdasan yang dibawa individu mempengaruhi belajar siswa. Semakin individu .(1
itu mempunyai tingkat kecerdasan tinggi, maka belajar yang dilakukannya akan semakin
mudah dan cepat. Sebaliknya semakin individu itu memiliki tingkat kecerdasan rendah,
.maka belajarnya akan lambat dan mengalami kesulitan belajar
Bakat individu satu dengan lainnya tidak sama, sehingga menimbulkan belajarnya pun .(2
.berbeda. Bakat merupakan kemampuan awal anak yang dibawa sejak lahir
Minat individu merupakan ketertarikan individu terhadap sesuatu. Minat belajar siswa .(3
.yang tinggi menyebabkan belajar siswa lebih mudah dan cepat
Motivasi belajar antara siswa yang satu dengan siswa lainnya tidaklah sama. Adapun .(4
pengertian motivasi belajar adalah ”Sesuatu yang menyebabkan kegiatan belajar terwujud”.
Motivasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: cita-cita siswa, kemampuan
belajar siswa, kondisi siswa, kondisi lingkungan, unsur-unsur dinamis dalam belajar dan
.upaya guru membelajarkan siswa
Emosi merupakan kondisi psikologi (ilmu jiwa) individu untuk melakukan kegiatan, dalam .(5
hal ini adalah untuk belajar. Kondisi psikologis siswa yang mempengaruhi belajar antara lain:
.perasaan senang, kemarahan, kejengkelan, kecemasan dan lain-lain
Kemampuan kognitif siswa yang mempengaruhi belajar mulai dari aspek pengamatan, .(6
.perhatian, ingatan, dan daya pikir siswa
Faktor dari luar yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar siswa yang mempengaruhi proses
: dan hasil belajar. Faktor-faktor ini meliputi
a. Lingkungan alami
Lingkungan alami yaitu faktor yang mempengaruhi dalam proses belajar misalnya keadaan
udara, cuaca, waktu, tempat atau gedungnya, alat-alat yang dipakai untuk belajar seperti
.alat-alat pelajaran
Keadaan udara mempengaruhi proses belajar siswa. Apabila udara terlalu lembab atau .(1
kering kurang membantu siswa dalam belajar. Keadaan udara yang cukup nyaman di
.lingkungan belajar siswa akan membantu siswa untuk belajar dengan lebih baik
Waktu belajar mempengaruhi proses belajar siswa misalnya: pembagian waktu siswa .(2
.untuk belajar dalam satu hari
Cuaca yang terang benderang dengan cuaca yang mendung akan berbeda bagi siswa .(3
untuk belajar. Cuaca yang nyaman bagi siswa membantu siswa untuk lebih nyaman dalam
.belajar
Tempat atau gedung sekolah mempengaruhi belajar siswa. Gedung sekolah yang efektif .(4
untuk belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut: letaknya jauh dari tempat-tempat keramaian
(pasar, gedung bioskop, bar, pabrik dan lain-lain), tidak menghadap ke jalan raya, tidak
.dekat dengan sungai, dan sebagainya yang membahayakan keselamatan siswa
Alat-alat pelajaran yang digunakan baik itu perangkat lunak (misalnya, program .(5
.presentasi) ataupun perangkat keras (misalnya Laptop, LCD)
b. Lingkungan sosial
Lingkungan sosial di sini adalah manusia atau sesama manusia, baik manusia itu ada
(kehadirannya) ataupun tidak langsung hadir. Kehadiran orang lain pada waktu sedang
belajar, sering kali mengganggu aktivitas belajar. Dalam lingkungan sosial yang
mempengaruhi belajar siswa ini dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: (1) lingkungan sosial
siswa di rumah yang meliputi seluruh anggota keluarga yang terdiri atas: ayah, ibu, kakak
atau adik serta anggota keluarga lainnya, (2) lingkungan sosial siswa di sekolah yaitu: teman
sebaya, teman lain kelas, guru, kepala sekolah serta karyawan lainnya, dan (3) lingkungan
.sosial dalam masyarakat yang terdiri atas seluruh anggota masyarakat
Faktor instrumental adalah faktor yang adanya dan penggunaannya dirancang sesuai
dengan hasil yang diharapkan. Faktor instrumen ini antara lain: kurikulum, struktur program,
sarana dan prasarana, serta guru. Faktor instrumen yang berkaitan dengan sarana dan
prasarana pembelajaran adalah media pembelajaran. Dalam hal ini adalah media komputer
dengan memanfaatkan program animasi SWiSH yang digunakan dalam pembelajaran
.Bahasa Jawa
Motivasi Belajar .3
Wlodkowski (dalam Suciati, 2001:52) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang
menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, serta yang memberi arah dan ketahanan
(persistence) pada tingkah laku tersebut. Sementara Ames dan Ames (Suciati, 2001)
menjelaskan motivasi sebagai perspektif yang dimiliki seseorang mengenai dirinya sendiri
dan lingkungannya. Menurut definisi ini, konsep diri yang positif akan menjadi motor
.penggerak bagi kemauan seseorang
Dalam proses belajar, motivasi seseorang tercermin melalui ketekunan yang tidak mudah
patah untuk mencapai sukses, meskipun dihadang banyak kesulitan. Motivasi juga
ditunjukkan melalui intensitas unjuk kerja dalam melakukan suatu tugas. McClelland
menunjukkan bahwa motivasi berprestasi (achievement motivation) mempunyai kontribusi
.sampai 64 persen terhadap prestasi belajar
Dari berbagai teori motivasi yang berkembang, Keller (1983) telah menyusun seperangkat
prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, yang disebut
:sebagai model ARCS, yaitu
a. Attention (Perhatian)
Perhatian peserta didik muncul karena didorong rasa ingin tahu. Oleh sebab itu, rasa ingin
tahu ini perlu mendapat rangsangan, sehingga peserta didik akan memberikan perhatian
selama proses pembelajaran. Rasa ingin tahu tersebut dapat dirangsang melalui elemen-
.elemen yang baru, aneh, lain dengan yang sudah ada, kontradiktif atau kompleks
Apabila elemen-elemen tersebut dimasukkan dalam rencana pembelajaran, hal ini dapat
menstimulus rasa ingin tahu peserta didik. Namun, perlu diperhatikan agar tidak
.memberikan stimulus yang berlebihan, untuk menjaga efektifitasnya
b. Relevance (Relevansi)
Kebutuhan pribadi (basic need) dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu motif pribadi, motif
instrumental dan motif kultural. Motif nilai pribadi (personal motif value), menurut McClelland
mencakup tiga hal, yaitu (1) kebutuhan untuk berprestasi (needs for achievement), (2)
kebutuhan untuk berkuasa (needs for power), dan (3) kebutuhan untuk berafiliasi (needs for
.affiliation)
Sementara nilai yang bersifat instrumental, yaitu keberhasilan dalam mengerjakan suatu
tugas dianggapm sebagai langkah untuk mnecapai keberhasilan lebih lanjut.
Sedangkan niali kultural yaitu apabila tujuan yang ingin dicapai konsisten atau sesuai
dengan nilai yang dipegang oleh kelpmpok yang diacu peserta didik, seperti orang tua,
.teman, dan sebagainya
Merasa diri kompeten atau mampu, merupakan potensi untuk dapat berinteraksi secara
positif dengan lingkungan. Prinsip yang berlaku dalam hal ini adalah bahwa motivasi akan
meningkat sejalan dengan meningkatnya harapan untuk berhasil. Harapan ini seringkali
dipengaruhi oleh pengalaman sukses di masa lampau. Motivasi dapat memberikan
ketekunan untuk membawa keberhasilan (prestasi), dan selanjutnya pengalaman sukses
.tersebut akan memotivasi untuk mengerjakan tugas berikutnya
d. Satisfaction (Kepuasan)
Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan
sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin
kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat
tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak
mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Motivasi
ada dua, yaitu motivasi Intrinsik dan motivasi ektrinsik. • Motivasi Intrinsik. Jenis motivasi ini
timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas
.dasar kemauan sendiri
Motivasi Ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar .1
individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga
.dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar
Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah
bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa
yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa
ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan
yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan
perhatiannya. Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka
motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini
tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan
belajar. Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi
:belajar siswa, sebagai berikut
Hadiah. Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat .2
mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan
.termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi
Pujian. Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau .4
.pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun
Hukuman. Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses .5
belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah
.diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya
Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran .10
Sementara para ahli teori perilaku (Bandura, 1986 ; Skinner, 1953 ) berbicara
perihal motivasi belajar untuk mendapatkan penguatan (reinforcement) dan
menghindari hukuman (punishment), para ahli teori motivasi yang lain seperti Maslow,
1954, lebih menyukai konsep motivasi belajar untuk memenuhi kebutuhan.
Beberapa kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh kita semua adalah makanan, rasa
aman, cinta, dan pemeliharaan harga diri positif. Manusia berbeda dalam tingkat pentingnya
mereka menaruh perhatian terhadap tiap-tiap kebutuhan itu. Sebagian orang terus-
menerus membutuhkan kepastian bahwa dirinya dicintai dan dihargai; sementara itu yang
lain memiliki kebutuhan lebih besar untuk kenyamanan fisik dan rasa aman. Di samping itu,
orang yang sama memiliki kebutuhan berbeda pada waktu yang berbeda; segelas air akan
jauh lebih disukai saat ditawarkan setelah lari 5000 meter daripada saat ditawarkan setelah
.selesai makan makanan ringan
kebutuhan dasar, berada pada hierarki paling bawah, berturut-turut terdiri dari .1
a) kebutuhan fisiologis; (b) kebutuhan akan rasa aman; ( lebih banyak dapat menjadi
besar.c) kebutuhan untuk dicintai; (d) kebutuhan untuk dihargai ; dan
kebutuhan tumbuh, yang berada di atas kebutuhan dasar, berturut-turut dari bawah .2
terdiri dari: (a) kebutuhan untuk mengetahui dan memahami; (b) kebutuhan keindahan; (c)
.kebutuhan aktualisasi diri
Menurut teori kebutuhan Maslow, kebutuhan yang berada pada hierarki lebih paling
bawah tidak harus dipenuhi sebagian sebelum seseorang akan mencoba untuk
memiliki kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya. Sebagai misal seorang yang lapar atau
seorang yang secara fisik dalam bahaya tidak begitu menghiraukan ntuk mempertahankan
konsep diri positip (gambaran terhadap diri sendiri sebagai orang baik) dibandingkan untuk
mendapatkan makanan atau keamanan; namun begitu, orang yang tidak lagi lapar atau
.tidak lagi dicekam rasa takut, kebutuhan akan harga diri menjadi penting
b. Motivasi belajar bergantung pada teori yang menjelaskannya, dapat merupakan suatu
konsekuensi dari penguatan (reinforcement), suatu ukuran kebutuhan manusia, suatu hasil
dari disonan atau ketidakcocokan, suatu atribusi dari keberhasilan atau kegagalan, atau
.suatu harapan dari peluang keberhasilan
Kebutuhan untuk mempertahankan gambaran diri positif merupakan suatu motivator yang
kuat, (Covington: 1984). Banyak dari perilaku kita yang diarahkan menuju pemenuhan
standar pribadi diri kita sendiri. Sebagai misal, apabila kita yakin bahwa kita adalah orang
baik dan jujur, maka kita cenderung berbuat baik dan jujur meskipun apabila tidak ada orang
yang memperhatikan, karena kita ingin mempertahankan gambaran diri positif. Apabila kita
yakin mampu dan cerdas kita akan mencoba untuk memuaskan diri kita sendiri bahwa kita
.telah berperilaku cerdas dalam situasi pencapaian hasil kerja
Tetapi bagaimanapun juga, kenyataan hidup kadang-kadang memaksa kita berada di dalam
situasi di mana perilaku atau keyakinan kita bertentangan dengan gambaran diri
positif kita atau konflik dengan perilaku atau keyakinan orang lain. Sebagai misal,
seorang siswa yang ketahuan menyontek dalam suatu tes dapat membenarkan perilakunya
dengan menyatakan (dan malah yakin) bahwa “setiap siswa lain melakukan” atau
“guru memberikan tes yang tidak adil, sehingga saya merasa tidak bersalah kalau
menyontek” atau menyangkal bahwa ia menyontek (dan benar-benar meyakini
.kebohongannya)., meskipun banyak sekali bukti yang menyatakan sebaliknya
Teori psikologi yang menjelaskan tentang perilaku, penjelasan dan alasan yang digunakan
untuk mempertahankan gambaran diri positif disebut teori disonan
kognitif atau cognitive dissonance theory (Festinger, 1957). Teori ini mengatakan bahwa
orang akan mengalami ketegangan atau ketidaknyamanan apbila nilai atau keyakinan yang
dipegang secara kuat tidak cocok dengan atau tertantang oleh keyakinan atau perilaku yang
tidak konsisten secara psikologis. Untuk mengatasi ketidaknyamanan ini mereka dapat
mengubah perilaku atau keyakinan mereka, atau mereka dapat mengembangkan
.pembenaran atau alasan yang mengatasi ketidakkonsistenan ini
Motivasi Belajar .1
Teori Kebutuhan Maslow, termasuk konsep aktualisasi diri yang ia definisikan sebagai
keinginan untuk mewujudkan kemampuan diri atau “keinginan untuk menjadi apapun yang
seseorang mampu untuk mencapainya.”. Aktualisasi diri ditandai dengan penerimaan diri
dan orang lain, spontanitas, keterbukaan, hubungan dengan orang lain yang relatif dekat
dan demokratis, kreativitas, humoris, dan mandiri—pada dasarnya, memiliki kesehatan
mental yang bagus atau sehat secara psikologis. Maslow menempatkan perjuangan untuk
aktualisasi diri pada puncak hierarki kebutuhannya, hal ini berarti bahwa pencapaian
dari kebutuhan paling penting ini bergantung pada pemenuhan seluruh kebutuhan lainnya.
Kesukaran untuk memenuhi kebutuhan ini di akui oleh Maslow, yang memperkirakan
.bahwa lebih sedikit dari 1 persen orang dewasa yang mencapai aktualisasi diri
Di sekolah, kebutuhan dasar paling penting adalah kebutuhan akan kasih sayang dan
harga diri. Siswa yang tidak memiliki perasaan bahwa mereka dicintai dan mereka mampu,
kecil kemungkinannya memiliki motivasi belajaryang kuat untuk mencapai perkembangan
ke tingkatnya yang lebih tinggi. Sebagai misal, pencarian pengetahuan dan pemahaman
atas upaya mereka sendiri atau kreativitas dan keterbukaan untuk ide-ide baru yang
.merupakan karakteristik orang-orang yang mencapai aktualisasi diri
Siswa yang tidak yakin bahwa mereka dapat dicintai atau tidak yakin dengan
kemampuannya sendiri akan cenderung untuk membuat pilihan yang aman: BERGABUNG
DENGAN KELOMPOKNYA, BELAJAR HANYA UNTUK TES TANPA ADA MINAT UNTUK
MENGEMBANGKAN IDE-IDE, MENULIS KARANGAN YANG TIDAK KREATIF, DAN
SEBAGAINYA. Guru yang berhasil membuat siswa merasa senang dan membuat mereka
merasa diterima dan dihormati sebagai individu, lebih besar peluangnya untuk membantu
mereka menjadi bersemangat untuk belajar demi pembelajaran dan kesediaan berkorban
untuk menjadi kreatif dan terbuka terhadap ide-ide baru. Apabila siswa dikehendaki menjadi
pelajar yang mandiri, mereka harus yakin bahwa guru akan merespon secara adil dan
konsisten kepada mereka dan bahwa mereka tidak akan ditertawakan atau dihukum karena
.murni berbuat kekeliruan
Konsep motivasi belajar berkaitan erat dengan prinsip bahwa perilaku yang
memperoleh penguatan (reinforcement) di masa lalu lebih memiliki kemungkinan
diulang dibandingkan dengan perilaku yang tidak memperolehpenguatan atau perilaku
yang terkena hukuman (punishment). Dalam kenyataannya, daripada membahas
konsep motivasi belajar, penganut teori perilaku lebih memfokuskan pada seberapa
jauh siswa telah belajar untuk mengerjakan pekerjaan sekolah dalam rangka mendapatkan
.hasil yang diinginkan (Bandura, 1986 dan Wielkeiwicks, 1995)
Mengapa sejumlah siswa tetap bertahan dalam menghadapi kegagalan sedang yang lain
menyerah? Mengapa ada sejumlah siswa yang bekerja untuk menyenangkan guru, yang
lain berupaya mendapatkan nilai yang baik, dan sementara itu ada yang tidak berminat
terhadap bahan pelajaran yang seharusnya mereka pelajari? Mengapa ada
sejumlah siswa mencapai hasil belajar jauh lebih baik dari yang diperkirakan berdasarkan
kemampuan mereka dan sementara itu ada sejumlah siswa mencapai hasil belajar jauh
lebih jelek jika dilihat potensi kemampuan mereka? Mengkaji penguatan yang telah diterima
dan kapan penguatan itu diperoleh dapat memberikan jawaban atas pertanyaan di atas,
namun pada umumnya akan lebih mudah meninjaunya dari sudut motivasi untuk memenuhi
.berbagai kebutuhan
Suatu alasan mengapa penguatan yang pernah diterima merupakan penjelasan yang tidak
memadai untuk motivasi karena motivasi belajar manusia itu sangat kompleks dan tidak
bebas dari konteks (situasi yang berhubungan). Terhadap binatang yang sangat lapar kita
dapat meramalkan bahwa makanan akan merupakan penguat yang sangat efektif. Terhadap
manusia, meskipun ia lapar, kita tidak dapat sepenuhnya yakin apa yang merupakan
penguat dan apa yang bukan penguat, karena nilai penguatan dari penguat yang paling
.potensial sebagian besar ditentukan oleh faktor-faktor pribadi dan situsional
Penentuan Nilai dari Suatu Insentif .5
Ilustrasi berikut menunjukkan poin penting: nilai motivasi belajar dari suatu insentif tidak
dapat diasumsikan, karena nilai itu dapat bergantung pada banyak faktor (Chance, 1992).
Pada saat guru mengatakan “Saya ingin kamu semua mengumpulkan laporan buku pada
waktunya karena laporan itu akan diperhitungkan dalam menentukan nilaimu,” guru itu
mungkin mengasumsikan bahwa nilai merupakan insentif yang efektif untuk siswa pada
umumnya. Tetapi bagaimanapun juga sejumlah siswa dapat tidak menghiraukan nilai
karena orang tua mereka tidak menghiraukannya atau mereka memiliki catatan kegagalan
.di sekolah dan telah mengambil sikap bahwa nilai itu tidak penting
Apabila guru mengatakan kepada seorang siswa, “Pekerjaan yang bagus! Saya tahu kamu
dapat mengerjakan tugas itu apabila kamu mencobanya!” Ucapan ini dapat memotivasi
seorang siswa yang baru saja menyelesaikan suatu tugas yang ia anggap sulit namun
dapat berarti hukuman (punishment)bagi siswa yang berfikir bahwa tugas itu mudah
(karena pujian guru itu memiliki implikasi bahwa ia harus bekerja keras untuk
menyelesaikan tugas itu). Seringkali sukar menentukan motivasi belajar
siswa dari perilaku mereka karena banyak motivasi yang berbeda dapat
mempengaruhi perilaku. Kadang-kadang suatu jenis motivasi jelas-jelas
menentukan perilaku, tetapi pada saat yang lain, ada motivasi lain yang berpengaruh
.(mempengaruhi) terhadapperilaku belajar siswa
Motivasi Belajar, Teori Kebutuhan Maslow dan Aktualisasi Diri serta Implikasinya .6
pada Pendidikan
Sementara para ahli teori perilaku (Bandura, 1986 ; Skinner, 1953 ) berbicara
perihal motivasi belajar untuk mendapatkan penguatan (reinforcement) dan
menghindari hukuman (punishment), para ahli teori motivasi yang lain seperti Maslow,
1954, lebih menyukai konsep motivasi belajar untuk memenuhi kebutuhan.
Beberapa kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh kita semua adalah makanan, rasa
aman, cinta, dan pemeliharaan harga diri positif. Manusia berbeda dalam tingkat pentingnya
mereka menaruh perhatian terhadap tiap-tiap kebutuhan itu. Sebagian orang terus-
menerus membutuhkan kepastian bahwa dirinya dicintai dan dihargai; sementara itu yang
lain memiliki kebutuhan lebih besar untuk kenyamanan fisik dan rasa aman. Di samping itu,
orang yang sama memiliki kebutuhan berbeda pada waktu yang berbeda; segelas air akan
jauh lebih disukai saat ditawarkan setelah lari 5000 meter daripada saat ditawarkan setelah
.selesai makan makanan ringan
Menurut teori kebutuhan Maslow, kebutuhan yang berada pada hierarki lebih paling
bawah tidak harus dipenuhi sebagian sebelum seseorang akan mencoba untuk
memiliki kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya. Sebagai misal seorang yang lapar atau
seorang yang secara fisik dalam bahaya tidak begitu menghiraukan ntuk mempertahankan
konsep diri positip (gambaran terhadap diri sendiri sebagai orang baik) dibandingkan untuk
mendapatkan makanan atau keamanan; namun begitu, orang yang tidak lagi lapar atau
.tidak lagi dicekam rasa takut, kebutuhan akan harga diri menjadi penting
Dengan mengetahui macam-macam teori belajar dan motivai belajar serta pandangan
terhadap tingkahlaku manusia diharapkan agar guru, dosen dan mahasiswa dapat
menerapkan teori tersebut sesuai dengan kemampuan, situasi dan kondisi lingkungan
.belajar, sehingga tercipta kenyamanan dan keberhasilan dalam proses pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
Hamid Darmadi (2010) Kemampuan Dasar Mengajar; Konsep dasar dan Praktek : Penerbit
Bandung Alfabeta
R.E, Slavin,.. Educational Psychology: Theory and Practice. Sixth Edition. Boston: Allyn and
.Bacon. 2000
Uno, B. Hamzah, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: PT. Bumi Aksara.
.2005