Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat, sehingga peralatan sudah menjadi kebutuhan

pokok pada lapangan pekerjaan.Artinya peralatan dan teknologi merupakan salah satu

penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis

pekerjaan. Disamping itu,akan terjadi dampak negatifnya bila kita kurang waspada

menghadapi bahaya potensial yang mungkin akan timbul. Hal ini tentunya dapat di cegah

dengan adanya antisipasi berbagai resiko. Antara lain kemungkinan terjadinya penyakit akibat

kerja, penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan kecelakaan akibat kerja yang dapat

menyebkan kecacataan dan kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan

cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal

sebagai pendekatan ergonomic.

Dalam dunia kerja terdapat Undang-Undang yang mengatur tentang ketenagakerjaan yaitu

Undang-Undang No. 14 tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan pokok tenaga kerja

merupakan subyek dan obyek pembangunan. Ergonomic yang bersasaran akhir efisiensi dan

keserasian kerja memiliki arti penting bagi tenaga kerja, baik sebagai subyek maupun

obyek. Akan tetapi sering kali suatu tempat kerja mengesampingkan aspek ergonomic bagi

para pekerjanya, hal ini tentunya sangat merugikan para pekerja itu sendiri.

Pada umumnya ergonomic belum diterapkan secara merata pada sector kegiatan ekonomi.

Gagasannya telah lama disebarluaskan sebagai unsure hygiene perusahaan dan kesehatan kerja

(hiperkes), tetapi sampai saat ini kegiatan-kegiatan baru sampai pada taraf pengenalan oleh

khususnya pada pihak yang bersangkutan, sedangkan penerapannya baru pada tingkat

perintisan. Fungsi pembinaan ergonomic secara teknis merupakan tugas pemerintah. Pusat

Bina Hiperkes dan Keselamatan Kerja memiliki fungsi pembinaan ini melalui pembinaan
keahlian dan pengembangan penerapannya. Namun begitu, sampai saat ini pengembangan

kegiatan-kegiatannya baru diselenggarakan dan masih menunggu kesiapan masyarakat untuk

menerima Ergonomic dan penerapannya.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang kiranya dapat di susun dalam topic kali ini antara lain:

1. Apakah yang dimaksud dengan Ergonomi?

2. Apakah tujuan, metode, manfaat dan ruang lingkup dari Ergonomi di tempat kerja?

3. Bagaimana proses implementasi Ergonomi ?

4. Bagaimana cara pengembangan Ergonomi ditempat kerja?

5. Apa saja masalah yang ditimbulkan di tempat kerja?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari Ergonomi

2. Untuk mengetahui tujuan, metode, manfaat dan ruang lingkup Ergonomi/*

3. Untuk mengetahui proses implementasi Ergonomi

4. Untuk mengetahui cara pengembangan Ergonomi

5. Untuk mengetahui masalah ditempat kerja.

1.4 Manfaat

1. Menambah pengetahuan bagi pembaca mengenai masalah ergonomi ditempat kerja yang

berhubungan dengan produktivitas dan sumber daya manusia .

2. Sebagai sarana informasi bagi pekerja dan perusahaan untuk lebih memperhatikan tentang

masalah ergonomi ditempat kerja.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ergonomi

Ergonomi berasal dari bahasa Yunani, Ergon yang berarti kerja dan Nomos yang berarti

aturan/hukum. Jadi ergonomi secara singkat juga dapat diartikan aturan/hukum dalam bekerja.

Secara umum ergonomi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang kesesuaian

pekerjaan, alat kerja dan atau tempat/lingkungan kerja dengan pekerjanya. Semboyan yang

digunakan adalah “Sesuaikan pekerjaan dengan pekerjanya dan sesuaikan pekerja dengan

pekerjaannya” (Fitting the Task to the Person and Fitting The Person To The Task). Kohar

Sulistiadi dan Sri Lisa Susanti (2003) menyatakan bahawa fokus ilmu ergonomi adalah

manusia itu sendiri dalam arti dengan kaca mata ergonomi, sistem kerja yang terdiri atas mesin,

peralatan, lingkungan dan bahan harus disesuaikan dengan sifat, kemampuan dan keterbatasan

manusia tetapi bukan manusia yang harus menyesuaikan dengan mesin, alat dan lingkungan

dan bahan. Ilmu ergonomi mempelajari beberapa hal yang meliputi:

1. Lingkungan kerja meliputi kebersihan, tata letak, suhu, pencahayaan, sirkulasi udara , desain

peralatan dan lainnya.

2. Persyaratan fisik dan psikologis (mental) pekerja untuk melakukan sebuah pekerjaan:

pendidikan,postur badan, pengalaman kerja, umur dan lainnya.

3. Bahan-bahan/peralatan kerja yang berisiko menimbulkan kecelakaan kerja: pisau, palu,

barang pecah belah, zat kimia dan lainny

4. Interaksi antara pekerja dengan peralatan kerja: kenyamanan kerja, kesehatan dan

keselamatan kerja, kesesuaian ukuran alat kerja dengan pekerja, standar operasional

prosedur dan lainnya.


Sasaran dari ilmu ergonomi adalah meningkatkan prestasi kerja yang tinggi dalam kondisi

aman, sehat, yaman dan tenteram. Aplikasi ilmu ergonomi digunakan untuk perancangan

produk, meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja serta meningkatkan produktivitas

kerja. Dengan mempelajari tentang ergonomi maka kita dapat mengurangi resiko penyakit,

meminimalkan biaya kesehatan, nyaman saat bekerja dan meningkatkan produktivitas dan

kinerja serta memperoleh banyak keuntungan. Oleh karena itu penerapan prinsip ergonomi di

tempat kerja diharapkan dapat menghasilkan beberapa manfaat sebagai berikut:

1. Mengerti tentang pengaruh dari suatu jenis pekerjaan pada diri pekerja dan kinerja pekerja

2. Memprediksi potensi pengaruh pekerjaan pada tubuh pekerja

3. Mengevaluasi kesesuaian tempat kerja, peralatan kerja dengan pekerja saat bekerja

4. Meningkatkan produktivitas dan upaya untuk menciptakan kesesuaian antara kemampuan

pekerja dan persyaratan kerja.

5. Membangun pengetahuan dasar guna mendorong pekerja untuk meningkatkan produktivitas.

6. Mencegah dan mengurangi resiko timbulnya penyakit akibat kerja

7. Meningkatkan faktor keselamatan kerja

8. Meningkatkan keuntungan, pendapatan, kesehatan dan kesejahteraan untuk individu dan

institusi.

Dengan melakukan penilaian ergonomi di tempat kerja dapat diperoleh 3 keuntungan yaitu:

Mengurangi potensi timbulnya kecelakaan kerja Mengurangi potensi gangguan kesehatan pada

pekerja Meningkatkan produktivitas dan penampilan kerja Peran ergonomi sangat besar dalam

menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat. Selain mendapatkan keuntungan,

ergonomi juga mempunyai beberapa resiko yang timbul karena bebrapa kesalahan. Contohnya

sering dijumpai pada sebuah industri terjadi kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja tersebut

disebabkan oleh faktor dari pekerja sendiri atau dari pihak menajemen perusahaan. Kecelakaan

yang disebabkan oleh pihak pekerja sendiri, karena pekerja tidak hati-hati atau mereka tidak
mengindahkan peraturan kerja yang telah dibuat oleh pihak manajemen. Sedangkan faktor

penyebab yang ditimbulkan dari pihak manajemen, biasanya tidak adanya alat-alat

keselamatan kerja atau bahkan cara kerja yang dibuat oleh pihak manajemen masih belum

mempertimbangkan segi ergonominya. Untuk menghindari resiko tersebut, pertama-tama yang

dapat dilakukan adalah mengidentifikasi resiko yang bisa terjadi akibat cara kerja yang salah.

Setelah jenis pekerjaan tersebut diidentifikasi, maka langkah selanjutnya adalah

menghilangkan cara kerja yang bisa mengakibatkan cidera.

2.2 Tujuan, ruang lingkup, metode dan manfaat dari Ergonomi

Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja di mulai dari yang sederhana dan

pada tingkat individual terlebih dahulu. Rancangan ergonomi akan dapat meningkatkan

efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja, serta dapat menciptakan system serta lingkungan

yang cocok, aman, nyaman dan sehat.

A. Adapun tujuan penerapan ergonomic adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental dengan meniadakan beban kerja

tambahan(fisik dan mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan meningkatkan kepuasan

kerja,

2. Meningkatkan kesejahteraan social dengan jalan meningkatkan kualitas kontak sesame

pekerja, pengorganisasian yang lebih baik dan menghidupkan system kebersamaan,

3. Berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik, ekonomi,

antropologi dan budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan meningkatkan efisiensi

sistem manusia-mesin.

B. Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi:

1. Tehnik

2. Fisik
3. Pengalaman psikis

4. Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan persendian

5. Sosiologi

6. Fisiologi, kaitanya dengan temperature tubuh, oxygen up take, dan aktifitas otot

7. Desain, dll

C. Manfaat Ergonomi

1. Menurunnya angka kesakitan akibat kerja.

2. Menurunnya kecelakaan kerja.

3. Biaya pengobatan dan kompensasi berkurang.

4. Stress akibat kerja berkurang.

5. Produktivitas membaik.

6. Alur kerja bertambah baik.

7. Rasa aman karena bebas dari gangguan cedera.

8. Kepuasan kerja meningkat

D. Metode-metode Ergonomi

1. Diagnosis

Dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja, penilaian fisik

pekerja, uji pencahayaan, ergonomi checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya.

variasi akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks.

2. Treathment

Dapat dilakukan dengan cara perubahan posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela

yang sesuai, Membeli furniture sesuai dengan dimensi fisik pekerja

3. Follow up

Bisa dilakukan dengan cara menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri

bahu dan siku, keletihan, sakit kepala dan lain-lain.


2.3 Proses Implentasi Ergonomi

Penerapan ergonomi di indonesia terus terang masih tertinggal jauh,dibandingkan di luar

negeri. Ada beberapa prinsip dasar dalam melakukan program ergonomi yaitu :

1. Sebagai upaya proaktif untuk pencegahan terjadinya kecelakaan dan gangguan kesehatan.

2. Pelaksanaannya didasarkan pada hasil ilmu pengetahuan dan hasil penelitian yang terbaik

3. Bekerjasama dengan pekerja dan departemen terkait

4. Fleksibel dan hindari satu ukuran untuk semua

5. Program yang dilaksanakan harus terjangkau dan sesuai kekuatan sumberdaya yang dimiliki

6. Program yang dilaksanakan harus jelas, singkat dan sederhana. (OSHA, 2004)

Langkah Awal Untuk Membangun Program Ergonomi di Tempat Kerja:

1. Membangun komitmen dari manajemen ( ini sangat diperlukan dalam setiap penerapan

program, karena sistem yang baik harus ditunjang oleh dukungan dari top management).

2. Mengadakan pelatihan ergonomi untuk mendorong adanya partisipasi dari seluruh

karyawan.( memeberikan pengetahuan kepada pekerja akan pentingnya penerapan

ergonomi demi meningkatkan produktivitas di tempat kerja).

3. Membentuk working group yang bertanggung jawab untuk penerapan program ini ( team

P2K3/ Health and Safety Executive).

Perancangan Program Ergonomi Dapat Dilakukan Dengan 2 Pendekatan :

1. Pendekatan Reaktif Yaitu perancangan program dilakukan untuk memperbaiki kondisi

lingkungan kerja yang sudah ada agar lebih ergonomis, sehat dan aman.

2. Pendekatan Pro Aktif yaitu perancangan program dilakukan untuk membuat kondisi

lingkungan kerja yang baru agar lebih ergonomis, sehat dan aman.
2.4 Pengembangan Penerapan Ergonomi

1. Pengorganisasian kerja

- Semua sikap tubuh membungkuk atau sikap tubuh yang tidak alamiah harus dihindari.

Fleksi tubuh atau kepala ke arah samping lebih melelahkan dari sedikit membungkuk

ke depan. Sikap tubuh yang disertai paling sedikit kontraksi otot statis dirasakan paling

nyaman.

- Posisi ekstensi lengan yang terus-menerus baik ke depan, maupun ke samping harus

dihindari. Selain menimbulkan kelelahan, posisi lengan seperti itu sangat mengurangi

ketepatan kerjadan ketrampilan aktivitas tangan.

- Selalu diusahakan agar bekerja dilakukan sambil duduk. Sikap kerja denagn

kemungkinan duduk dan berdiri silih berganti juga dianjurkan.

- Kedua lengan harus bergerak bersama-sama atau dalam arah yang berlawanan. Bila

hanya satu lengan saja yang bergerak terus-menerus, maka otot-otot tubuh yang lainnya

akan berkontraksi statis. Gerakan berlawanan memungkinkan pula pengendalian saraf

yang lebih cermat terhadap kegiatan pekerjaan tangan.

2. Bangku atau meja kerja

Pembuatan bangku dan meja kerja yang buruk atau mesin sering-sering adalah penyebab kerja

otot statis dan posisi tubuh yang tidak alamiah. Maka syarat-syarat bangku kerja yang benar

adalah sebagai berikut :

- Tinggi area kerja harus sesuai sehingga pekerjaan dapat dilihat dengan mudah dengan

jarak optimal dan sikap duduk yang enak. Makin kecil ukuran benda, makin dekat jarak

lihat optimal dan makin tinggi area kerja.

- Pegangan, handel, peralatan dan alat-alat pembantu kerja lainnya harus ditempatkan

sedemikian pada meja atau bangku kerja, agar gerakan-gerakan yang paling sering

dilakukan dalam keadaan fleksi.


- Kerja otot statis dapat dihilangkan atau sangat berkurang dengan pemberian penunjang

siku, lengan bagian bawah, atau tangan. Topangan-topangan tersebut harus diberi

bahan lembut dan dapat di stel, sehingga sesuai bagi pemakainya.

3. Sikap kerja

- Tempat dudukTempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga orang yang

bekerja dengan sikap duduk mendapatkan kenyamanan dan tidak mengalami

penekanan-penekanan pada bagian tubuh yang dapat mengganggu sirkulasi darah.

- Meja kerja

Tinggi permukaan atas meja dibuat setinggi siku dan disesuaikan dengan sikap tubuh

pada saat bekerja.

- Luas pandangan

Daerah pandangan yang jelas bila pekerja berdiri tegak dan diukur dari tinggi mata

adalah 0-30° vertical kebawah, dan 0-50° horizontal ke kanan dan ke kiri

4. Proses kerja

Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai

dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.

5. Tata letak tempat kerja

Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang

berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.

6. Mengangkat beban

Bermacam cara dalam mengangkat beban yakni dengan kepala, bahu, tangan, punggung , dll.

Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan

persendian akibat gerakan yang berlebihan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan mengangkat dan mengangkut adalah

sebagai berikkut :
1. Beban yang diperkenakan, jarak angkut dan intensitas pembebanan.

2. Kondisi lingkungan kerja yaitu keadaan medan yang licin, kasar, naik turun dll.

3. Keterampilan bekerja

4. Peralatan kerja beserta keamanannya

Cara-cara mengangkut dan mengangkat yang baik harus memenuhi 2 prinsip kinetis yaitu:

1. Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang keluar dan sebanyak mungkin otot

tulang belakang yang lebih lemah dibebaskan dari pembebanan

2. Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan.

Penerapan :

1. Pegangan harus tepat

2. Lengan harus berada sedekatnya pada badan dan dalam posisi lurus

3. Punggung harus diluruskan

4. Dagu ditarik segera setelah kepala bisa di tegakkan lagi seperti pada permulaan gerakan

5. Posisi kaki di buat sedemikian rupa sehingga mampu untuk mengimbangi momentum

yang terjadi dalam posisi mengangkat

6. Beban diusahakan berada sedekat mungkin terhadap garis vertical yang melalui pusat

grafitas tubuh.

2.5 Masalah-masalah di tempat kerja yang berkaitan dengan Ergonomi

1. Ketidaktepatan kursi kerja, menyebabkan keluhan kepala, leher, bahu, pinggang, bokong,

lengan, tangan, lutut, kaki, dan paha

2. Kelelahan fisik

Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat dikompensasi dan

diperbaiki performansnya seperti semula. Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa

hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup.


3. Kelelahan yang sumber utamanya adalah mata (kelelahan visual)

4. Mata merupakan indera yang mempunyai peranan penting dalam penyelesaian pekerjaan.

5. Kebisingan

Pengaruh kebisingan secara keseluruhan adalah:

- Kerusakan pada indera pendengaran

- Gangguan komunikasi dan timbulnya salah pengertian

- Pengaruh faal seperti gangguan psikomotor, gangguan tidur dan efek-efek saraf otonom

- Efek psikologis

6. Kelelahan yang patologis

Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tiba-tiba dan

berat gejalanya.

7. Psikologis dan emotional fatique

Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan sejenis “mekanisme

melarikan diri dari kenyataan” pada penderita psikosomatik. Semangat yang baik dan

motivasi kerja akan mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja.

Sebab –sebab kelelahan:


1. Monotomi
2. Beban dan lama kerja
3. Lingkungan
4. Faktor kejiwaan
5. Sakit , rasa sakit , gizi

Penerapan Ergonomi akan dapat berjalan dengan baik apabila semua berpartisipasi aktif dari

karyawan pada semua level di tempat kerjanya untuk meningkatkan kondisi lingkungan

kerjanya. (Norman dan Wells, 1998). Sukapto (2008) menyatakan partisispatori ergonomi

memiliki 4 elemen pokok yang saling berinteraksi yang terdiri dari karyawan, pengelola

perusahaan, pengetahuan dan metode ergonomi dan konsep disain pekerjaan. Pentingnya
melibatkan karyawan pada semua level untuk mencapai kesuksesan dalam intervensi ergonomi

adalah 1.Karyawan adalah orang yang paling tahu terhadap pekerjaannya 2.Karyawan akan

tahu solusi ergonomi yang paling tepat untuk dirinya agar semakin nyaman dalam bekerja

3.Menjadikan karyawan terlibat dalam proses perubahan 4.Untuk membangun budaya

ergonomi yang aman, sehat dan nyaman.


BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Penerapan Ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu dalam

keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan

tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak

pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggungjawab

terhadap kesehatan masyarakat, membuat berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3

di Tempat Kerja serta menjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektor terkait dalam

pembinaannya. Ergonomi secara tehnis merupakan bagian dari hygiene kesehatan dan

keselamatan kerja, namun sampai saat ini pengembangannya baru diselenggarakan dan masih

menunggu kesiapan masyarakat untuk menerima ergonomi dan penerapannya. Untuk

mendapat manfaat dari ergonomi perlu dibuat suatu program untuk menggerakkan baik

masyarakat industry maupun tradisional agar ergonomic diterapkan secara luas. Program

demikian meliputi kegiatan-kegiatan pokok sebagai berikut :

1. Kegiatan penyuluhan yang ditujukan kepada kelompok yang penerapan ergonominya

adalah khusus

2. Evaluasi dan koreksi keadaan ergonomi di tempat-tempat kerja melalui kunjungan-

kunjungan perusahaan oleh tim-tim teknis.

3. Standarisasi dalam ergonomi atas dasar data-data yang diperoleh dari evalusi dan

perbaikan

Kegiatan-kegitan tersebut ditingkatkan dari tahun ketahun secara bertahap dalam program

jangka pendek dan jangka menengah.Dengan terciptanya program ini bagian terpenting

program jangka pendek telah terselesaikan. Setelah program jangka menengah dilalui,

pembudayaan ergonomic lebih lanjut dapat diselenggarakan antara lain melalui pendidikan
masyarakat dan pendidikan formal. Bagi pengembangan ergonomic, penelitian memegang

peranan penting. Untu pelaksanaannya, perlu kerja sama interdisipliner antar lembaga-lembaga

seperti perguruan tinggi, lembaga-lembaga penelitian dan badan-badan lainnya. Hasil-hasil

penelitian tersebut perlu disebarluaskan dan dituangkan dalam standar-standar bagi

penyelenggaran praktik selanjutnya.

5.2 Saran

1. Pendekatan disiplin ergonomi diarahkan pada upaya memperbaiki performansi kerja

manusia seperti menambah kecepatan kerja, accuracy, keselamatan kerja disamping untuk

mengurangi energi kerja yang berlebihan serta mengurangi datangnya kelelahan yang

terlalu cepat. Disamping itu disiplin ergonomi diharapkan mampu memperbaiki

pendayagunaan sumber daya manusia serta meminimalkan kerusakan peralatan yang

disebabkan kesalahan manusia (human errors). Manusia adalah manusia, bukannya mesin.

Mesin tidak seharusnya mengatur manusia, untuk itu bebanilah manusia (operator/pekerja)

dengan tugas-tugas yang manusiawi.

2. Pendekatan khusus yang ada dalam disiplin Ergonomi ialah aplikasi yang sistematis dari

segala informasi yang relevan yang berkaitan dengan karakteristik dan perilaku manusia

didalam perancangan peralatan, fasilitas dan lingkungan kerja yang dipakai.


DAFTAR PUSTAKA
Suhardi, Bambang. (2008). Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Industri Jilid 1 untuk
SMK- Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.

ref: wells dkk, (2003). Participative Ergonomic Blueprint, http://www.iwh.on.ca

Fitrihana, Noor, (2008), “Evaluasi dan Analisi Resiko Ergonomi”.

Fitrihana, Noor, (2008), “Partisipatori Ergonomi”.

Fitrihana, Noor, (2008), “Tentang Ergonomi”.

http://www.ergoweb.com/news/SubscribeNewsletter.cfm

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/02/tugas-ergonomi-3/

http://ariagusti.wordpress.com/2010/10/17/tugas-kelompok-ergonomi di-tempat-kerja/

http://atin-kuliahku.blogspot.com/2012/05/makalah-masalah-ergonomi-di-tempat.html

http://www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/index.php/menuutama/mesin-cnc/1129-sonnym

https://hakiiem.wordpress.com/2009/04/24/penerapan-ergonomi-untuk-meningkatkan-
kualitas-sumber-daya-manusia-dan-produktivitas/

Anda mungkin juga menyukai