OLEH
KELOMPOK 3
Devina Danayanti 1607532120
Gede Paramartha Daisuke Matsuzawa 1607532121
Made Kumara Dewi 1607532122
PROGRAM EKSTENSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “SUPRASTRUKTUR DAN INFRASTRUKTUR”.
Kami berharap tugas ini dapat diterima dengan baik oleh bapak dosen dan para pembacanya karena
kami sudah berusaha untuk menyelesaikan tugas ini semaksimal mungkin
Kami menyadari bahwa tugas ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu, bila terdapat
kesalahan dan kekurangan pada tugas ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya, seperti kata
pepatah tak ada gading yang tak retak. Kritik dan saran yang bersifat membangun terbuka untuk
pengembangan lebih lanjut. Akhir kata, kami mengucapkan terimakasih.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
2
1
BAB I
PENDAHULUAN
Suprastruktur politik merupakan suatu lembaga formal yang menjadi suatu keharusan untuk
kelengkapan sistem bernegara. Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks dan
terorganisasi. Suprastruktur dibagi menjadi 3 kelompok seiring adanya perubahan sosial dan politik
pada masa revolusi perancis 1789-1799 kala itu, sehingga pada dasarnya negara tidak boleh dikuasai
oleh satu tangan saja. Hal itulah yang mengidikasikan dalam menjalankan suatu pemerintahan perlu
adanya pembagian tugas. Selain suprastruktur politik ada juga yang dinamakan dengan infrastruktur
politik, yaitu suatu lembaga yang lahir, tumbuh berkembang pada masyarakat. Contohnya LSM,
parpol, media massa,dan tokoh masyarakat.
Sistem politik adalah kelembagaan dari hubungan antara supra struktur dan infra struktur politik,
supra struktur sering disebut juga bangunan. Suasana kehidupan politik pemerintah ini merupakan
kompleks hal-hal yang bersangkut paut dengan kehidupan lembaga-lembaga negara yang ada, fungsi
dan wewenang antara lembaga yang satu dengan yang lainya. Suasana ini pada umumnya di ketahui
dalam konstitusi atau UUD nya serta peraturan perundangan lainnya.
Indonesia dalam hal ini tidak menganut sistem pemisahan kekuasaan, tetapi menganut sistem
pembagian kekuasaan artinya antara lembaga negara yang satu dengan lembaga negara yang lain
masih ada hubungan tata kerja. Suprastruktur politik di Indonesia sebelum di adakanya amandemen
UUD 1945 terdiri atas : Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Presiden, Dewan Pertimbangan
Agung (DPA), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Mahkamah Agung (MA), dan Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK).
MPR yang merupakan perwujudan aspirasi rakyat, merupakan badan konstitutif dan pemegang
kedaulatan rakyat, karena itu menjadi lembaga tertinggi negara. Presiden adalah pemegang kekuasaan
eksekutif, kepala negara dan sekaligus mandataris MPR. Presiden dapat bekerja sama dengan DPR
sebagai badan legislatif dalam pembuatan Undang-Undang. BPK sebagai badan inspektif bertugas
memeriksa serta mengawasi penggunaan keuangan negara. DPA dan MA adalah pemegang
kekuasaan Yudikatif.
Infrastruktur di Indonesia di buktikan dengan suasana kehidupan politik rakyat yang kompleks,
hal-hal yang bersangkut paut dengan pengelompokan warganegara atau anggota masyarakat dalam
berbagai macam golongan yang biasa di sebut dengan kekuatan sosial politik dalam masyarakat.
Kelompok-kelompok masyarakat yang merupakan kekuatan politik di sebut sebagai infrastruktur
politik. Yang termasuk dalam infrastruktur politik ada lima komponen yang terdiri atas : partai
politik, kelompok kepentingan, kelompok penekan, media komunikasi politik dan tokoh politik.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Infrastruktur politik menempatkan diri berada di luar kekuasaan. Kita dapat mendefinisikan
infrastruktur politik sebagai suasana kehidupan politik rakyat yang berhubungan dengan kehidupan
lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam kegiatannya dapat memengaruhi baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap kebijakan lembaga-lembaga kenegaraan dalam menjalankan fungsi
serta kekuasaannya masing-masing. Untuk menyalurkan aspirasi dan kepentingan rakyat dalam
penyelenggaraan pemerintahan negara. . Infrastruktur politik sering disebut sebagai bangunan bawah,
atau mesin politik informal atau mesin politik masyarakat yang terdiri dari berbagai kelompok yang
dibentuk atas dasar kesamaan social, ekonomi, kesamaan tujuan, serta kesamaan lainnya.
4
Fungsi sosialisasi Politik merupakan suatu cara untuk memperkenalkan nilai-nilai
politik, sikap-sikap dan etika politik yang berlaku atau dianut oleh suatu Negara.
Pembentukan sikap-sikap politik atau untuk membentuk suatu sikap keyakinan politik
dibutuhkan waktu yang panjang melalui proses yang berlangsung tanpa henti.
d. Fungsi Rekrutmen Politik
Fungsi Rekrutmen Politik adalah suatu proses seleksi atau rekrutmen anggota-anggota
kelompok untuk mewakili kelompoknya dalam jabatan-jabatan administrative maupun
politik. Setiap sistem politik memiliki sistem atau prosedur-prosedur rekrutmen yang
berbeda. Pola rekrutmen anggota partai disesuaikan dengan sistem politik yang dianut.
e. Fungsi Komunikasi Politik
Fungsi komunikasi politik merupakan salah satu fungsi yang dijalankan oleh partai
politik dengan segala struktur yang tersedia, mengadakan komunikasi informasi, isu dan
gagasan politik. Media-media massa banyak berperan sebagai alat komunikasi politik dan
membentuk kebudayaan politik.
5
Pressure groups adalah kelompok yang melontarkan kritikan-kritikan untuk para pelaku
politik lain. Dengan tujuan membuat dunia perpolitikan menjadi maju. Karena perbaikan dari
kekurangan-kekurangan yang disampaikan oleh para kritikus.
Kelompok ini melontarkan kritikan-kritikan untuk para pelaku politik lain. Dengan tujuan
membuat perpolitikan maju. Kelompok penekan juga dapat memengaruhi atau bahkan
membentuk kebijaksanaan pemerintah melalui cara-cara persuasi, propaganda, atau cara lain
yang lebih efektif. Mereka antara lain : industriawan dan asosiasi-asosiasi lainnya. Salah satu
institusi politik yang dapat dipergunakan oleh rakyat untuk menyalurkan aspirasi dan
kebutuhannya dengan sasaran akhir adalah untuk mempengaruhi atau bahkan membentuk
kebijakan pemerintah. Kelompok penekan dapat terhimpun dalam beberapa asosiasi yaitu :
a. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
b. Organisasi-organisasi sosial keagamaan
c. Organisasi kepemudaan
d. Organisasi lingkungan hidup
e. Organisasi pembela hukum dan HAM,
f. Organisasi pembela hokum Allah Subhanahu wata’ala
g. Yayasan atau badan hukum lainnya.
6
Kekuasaan legeslatif terletak pada, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Yang
anggota-anggotanya terdiri dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan
Daerah (DPD).
a. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Anggota MPR terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih melalui pemilihan
umum untuk masa jabatan selama lima tahun dan berakhir bersamaan pada saat anggota MPR
yang baru mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung dalam
sidang paripurna MPR. Sebelum UUD 1945 diamandemen, MPR berkedudukan sebagai
lembaga tertinggi negara. Namun, setelah UUD 1945 istilah lembaga tertinggi negara tidak ada
yang ada hanya lembaga negara. Dengan demikian, sesuai dengan UUD 1945 yang telah
diamandemen maka MPR termasuk lembaga negara. MPR bersidang sedikitnya sekali dalam
lima tahun di ibu kota negara.
MPR terdiri dari anggota DPR dan angota DPD yang dipilih secara langsung. Pasal 3 UUD
1945 menyebutkan kewenangan MPR sebagai berikut:
Mengubah dan menetapkan UUD
Melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden
Hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatanya
menurut UUD pPemegang dan pelaksana sepenuhnya kedaulatan rakyat. ( pasal 1 ayat 2 )
b. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
DPR merupakan lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan sebagai lembaga negara.
Anggota DPR berasal dari anggota partai politik peserta pemilu yang dipilih berdasarkan hasil
pemilu. DPR berkedudukan di tingkat pusat, sedangkan yang berada di tingkat provinsi disebut
DPRD provinsi dan yang berada di kabupaten/kota disebut DPRD kabupaten/kota.
Keanggotaan DPR diresmikan dengan keputusan presiden. Anggota DPR berdomisili di
ibu kota negara. Masa jabatan anggota DPR adalah lima tahun dan berakhir pada saat anggota
DPR yang baru mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung dalam
sidang paripurna DPR.
7
Anggota DPD dari setiap provinsi adalah 4 orang. Dengan demikian jumlah anggota DPD
saat ini adalah 128 orang. Masa jabatan anggota DPD adalah 5 tahun, dan berakhir bersamaan
pada saat anggota DPD yang baru mengucapkan sumpah/janji.
3. Yudikatif
Kekuasaan Kehakiman Pasal 24 UUD 1945 menyebutkan bahwa kekuasaan kehakiman
merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggrakan peradilan guna menegakkan
hokum dan keadilan. Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh:
a. Mahkamah Agung (MA)
Tugas MA adalah mengawasi jalannya undang-undang dan member sanksi terhadap
segala pelanggaran terhadap undang-undang.
b. Mahkamah Konstitusi (MK)
Mahkamah konstitusi adalah lembaga tertingi negara dalam system ketatanegaraan
Indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan
Mahkamah Agung.
Kewenangan MK adalah sebagai berikut:
o Berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir
o Menguji undang-undang terhadap UUD
o Memutuskan sengketa lembaga Negara
o Memutuskan pembubaran partai politik
o Memutuskan perselisihan tentang hasil pemilu
o Wajib memberi putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan
pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut UUD 1945.
c. Komisi Yudisial (KY)
Lembaga ini berfungsi mengawasi perilaku hakim dan mengusulkan nama calon hakim
agung. Lembaga ini berwenang mengusulkan pengangkatan hakim.
2.3 Hubungan infrastruktur dan suprastruktur politik
Suprastruktur adalah struktur pemerintahan yang memiliki kewenangan untuk mengambil
kebijakan. Yang termasuk pada suprastruktur politik adalah lembaga-lembaga negara (legislatif,
eksekutif, dan yudikatif) yang menjadi alat kelengkapan negara dan menyelanggarakan negara.
Secara harfiah, infrastruktur politik merupakan prasarana atau prasyarat agar sarana yang
dimaksud dapat berjalan. Contoh yang disebut sebagai infrastruktur politik adalah partai politik,
golongan kepentingan, golongan penekan, public opinion, orang-perorangan, tokoh politik, pers,
LSM-LSM, advokat-advokat, dan lain sebagainya. Mereka disebut sebagai infrastruktur politik
karena mereka termasuk pranata sosial dan yang menjaid konsen masing-masing kelompok adalah
kepentingan kelompok mereka masing-masing. Antara kelompok kepentingan dengan kelompok
penekan mempunyai perbedaan yaitu kelompok penekan biasanya tidak duduk di pemerintahan,
melainkan mereka hanya berupaya untuk memperjuangkan agar apa yang menjadi aspirasi mereka
dijalankan oleh pemerintah.
Dalam perkembangannya, infrastruktur politik dan suprastrukturu politik mempunyai
hubungan timbal balik satu sama lain. Menurut Prof. Sri Soemantri, suprastruktur politik berada
pada bagian atas dari suatu sistem politik sedangkan infrastruktur politik berada pada bagian
bawah.
Supra dengan infra tidak bisa dipisahkan apalagi di Negara demokrasi. Di Indonesia
kedaulatan tertinggi ada pada rakyat (Infra). Ini sebagai buktti bahwa suprastruktur politik di
Indonesia dipilih oleh, dari dan untuk rakyat. Rakyat dan pemerintahan harus memiliki hubungan
yang serasi, selaras dan seimbang untuk mewujudkan keadaan yang aman dan kondusif.
Misalnya hakim MK yang berasal dari hakim MA, calon yang ditunjuk oleh presiden, dan
calon yang ditunjuk oleh DPR. Kembali ke awal, bahwa anggota DPR maupun presiden sendiri
8
adalah wakil-wakil parati politik sehingga untuk hakim MK pun tidak terlepas dari dukungan
parttai politik tertentu. Selain dari sisi pemilihan hakim, kekuasaan kehakiman juga tidak dapat
terlepas dari partai politik karena dalam menjalankan fungsi kehakiman, para hakim bekerja
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh pada legislator yang merupakan
perwakilan partai politik.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Suprastukur dan infrastruktur politik sangat diperlukan bagi berkembangnya suatu negara
dalam menjalankan suatu pemerintahannya khususnya suprastruktur dan infrastuktur politik yang
ada di indonesia. Dalam hal ini yang dimaksud suprastruktur politik adalah Lembaga-Lembaga
Negara. Yang dimana suprastruktur sebagai penggerak politik formal yang bersangkut paut dengan
kehidupan lembaga-lembaga negara yang ada, fungsi, dan wewenang antar lembaga negara yang
satu dengan yang lainnya.
Lembaga-lembaga tersebut di Indonesia diatur dalam UUD 1945 yakni MPR, DPR, DPD,
Presiden dan Wakil Presiden, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Komisi Yudisial.
Lembaga-lembaga ini yang akan membuat keputusan-keputusan yang berkaitan dengan
kepentingan umum. Sedangkan infrastruktur yang bersangkutpaut dengan pengelompokan warga
negara atau anggota masyarakat ke dalam berbagai macam golongan yang biasa disebut dengan
kekuatan sosial politik dalam masyarakat. Yaitu badan yang ada di masyarakat seperti Parpol,
Ormas, media massa, Kelompok kepentingan (Interest Group), Kelompok Penekan (Presure
Group), Alat/Media Komunikasi Politik, Tokoh Politik (Political Figure), dan pranata politik
lainnya adalah merupakan infrastruktur politik, melalui badan-badan inilah masyarakat dapat
menyalurkan aspirasinya. Tuntutan dan dukungan sebagai input dalam proses pembuatan
keputusan. Dengan adanya partisipasi masyarakt diharapkan keputusan yang dibuat pemerintah
sesuai dengan aspirasi dan kehendak rakyat.
Pada dasarnya negara tidak boleh dikuasai oleh satu tangan saja oleh karena itu dalam
menjalankan suatu pemerintahan perlu adanya pembagian tugas. Lembaga-lembaga negara
merupakan lembaga kenegaraan yang berdiri sendiri yang satu tidak merupakan bagian dari yang
lain. Akan tetapi, dalam menjalankan kekuasaan atau wewenangnya, lembaga Negara tidak terlepas
atau terpisah secara mutlak dengan lembaga negara lain.
10