Anda di halaman 1dari 4

TUGAS PAI

Nama : Muhammad Fathanul Akbar


Kelas : IX-A
Absen : 25

A. TRADISI MENYAMBUT MALAM IDHUL FITRI DENGAN


TAKBIR KELILING

Menjadi kebahagiaan tersendiri bagi umat Islam bisa menyambut Idul Fitri. Terdapat banyak
sunah dalam menyambut Hari Raya ini. Salah satunya mengisi malam Idul Fitri

dengan takbir.Takbir di malam Idul Fitri merupakan perwujudan rasa syukur setiap Muslim.
Mereka mengagungkan nama Tuhannya usai melaksanakan ibadah Ramadan yang penuh
hikmat.Syeikh As Sa'di dalam kitab Tafsir Al Karim Ar Rahman menjelaskan setiap Muslim
hendaknya bersyukur kepada Allah SWT ketika bulan telah sempurna. Syukur diwujudkan
dengan takbir mulai hilal Syawal terlihat hingga khutbah Idul Fitri berakhir.

Di Indonesia, masyarakat mengenal tradisi takbir keliling. Ada yang menggelar pawai takbiran,
ada juga yang menggunakan mobil untuk berkeliling kota.
takbir keliling dijalankan untuk membangkitkan semangat dalam mengerjakan kebaikan. Apalagi
di Hari Raya yang penuh keberkahan.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah menganjurkan umatnya untuk menghiasi malam Idul Fitri
dengan memperbanyak takbir sebagai bukti cinta kepada Sang Pencipta.

" Hiasilah hari raya kalian dengan memperbanyak membaca takbir."

Dalam riwayat lain disebutkan demikian,

" Nabi SAW biasa keluar hendak sholat pada hari raya Idul Fitri, lantas beliau bertakbir sampai
di lapangan dan sampai sholat hendak dilaksanakan. Ketika sholat hendak dilaksanakan, beliau
berhenti dari bertakbir."

Dalam hadis ini, Rasulullah mengajarkan umat Islam untuk menggaungkan takbir guna
mengagungkan nama Allah. Sehingga, bertakbir keliling merupakan wujud pelaksanaan sunah
menghidupkan malam Hari Raya Idul Fitri.
B.KESENIAN REBANA

Penyebaran Islam di Nusantara mulai semarak pada abad ke-12 dan 13. Syiar Islam yang dibawa
para dai Timur Tengah ternyata bisa diterima baik oleh warga pribumi.Alasannya, syiar Islam
tersebut mampu bertransformasi dengan budaya setempat. Nilai-nilai Islam yang disampaikan
dikemas sedemikian rupa sehingga mampu menyesuaikan dengan kondisi sosio-kultural
setempat.

Misalnya, dalam pergelaran wayang kulit dikemas dengan kisah dan ajaran bernapaskan Islam.
Syiar Islam disampaikan dalam bentuk hiburan yang saat itu digandrungi masyarakat nusantara.

Demikian juga dengan alat musik rebana yang didalam syair-syairnya sarat dengan nilai-nilai
Islam. Masyarakat yang ketika itu menyukai nyanyian ternyata menyukai kesenian rebana.
Akhirnya, mereka pun ikut melantunkan syair-syair yang bernapaskan ajaran Islam itu.

Hingga sekarang, hiburan sejenis rebana masih menghiasi kegiatan peringatan hari besar

islam, tasyakuran, walimatul urusy, walimatul khitan, walimatul hamli, hari raya, hingga acara
penyambutan tamu penting.
Seperti dikenal dalam masyarakat Betawi, kesenian marawis adalah salah satu bukti nyata bentuk
kesenian Islam dengan menggunakan rebana.

Marawis merupakan kolaborasi kesenian Timur Tengah dan Betawi yang sangat kental dengan
warna keagamaan. Itu tecermin dari berbagai lirik lagu yang dibawakan, seperti ungkapan
shalawat sebagai bentuk kecintaan kepada Nabi SAW, dan pujian serta ungkapan rasa syukur
kepada Sang Pencipta.

Kesenian yang asal-muasalnya dari Yaman ini mempunyai irama-irama tertentu untuk tujuan

tertentu pula. Seperti irama jenis sarah dipakai untuk mengarak pengantin, dan irama jenis
zahefah untuk mengiringi lagu di majelis. Kedua nada ini lebih banyak digunakan untuk irama
yang menghentak dan membangkitkan semangat.

Dalam marawis juga dikenal istilah ngepang yang artinya berbalasan memukul dan mengangkat.
Selain mengiringi acara hajatan seperti sunatan dan pesta perkawinan, marawis juga kerap
dipentaskan dalam acara-acara seni-budaya Islam.

Dalam Islam, rebana dan gendang tidak hanya sebatas hiburan atau alat permainan semata. Alat
musik pukul ini bahkan sering diselaraskan dengan kebudayaan Islam. Keberadaannya rebana
dahulunya juga menjadi salah satu media dalam dakwah dalam menyampaikan syiar Islam.

Anda mungkin juga menyukai