Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perkerasan Jalan

Pada umumnya perkerasan jalan dalam pekerjaan jalan harus sanagat di

perhatikan karena, pada lapis dasar (subgrade) pada pada jalan sangat

berperan penting untuk memikul beban lapisan-lapisan jalan yang berada

diatasnya anatara lain lapis pondasi bawah (subbase course), lapisan sub base

(Base B) AC-BC, lapisan base (Base A) AC-WC, lapisan permukaan

(surface) dan yang terdapat pula bagian sisi kiri dan sisi kanan bagian jalan

(Sukirman,1999).

Gambar 2.1 Struktur Perkerasan Jalan campuran Asbuton tipe A

2.2. Pengertian Cold Paving Hot Mix Asbuton (CPHMA)

Cold Paving Hot Mix Asbuton (CPHMA) adalah campuran yang terdiri

dari agregat, asbuton butir, bahan peremaja dan bahan tambah lain yang

dicampur panas dipadatkan dingin (pada temperatur ruang 30°C).

14
15

Karakteristik campuran dipengaruhi temperatur pemadatan. Tujuan penelitian

ini adalah untuk memperoleh: kadar aspal residu optimum, temperatur

pemadatan ideal dan perbandingan karakteristik CPHMA yang dipadatkan

secara dingin dan panas. Pemadatan dilakukan pada suhu 30°C, 60°C, 90°C,

120°C, dan 150°C. Diperoleh hasil, kadar aspal residu optimum 7 %; suhu

pemadatan ideal 90°C. Pemadatan dibawah suhu 90°C memberikan porositas

lebih tinggi berkisar antara (4,86-5,53)% namun masih memenuhi spesifikasi

(4-10%). Pemadatan diatas suhu 90°C memberikan porositas antara (2,04-

3.0)%, yang lebih rendah dari spesifikasi. CPHMA yang dipadatkan pada

suhu ideal 90°C memberikan karakteristik Marshall, cantabro, kekakuan

(stiffness), rangkak (creep), dan kelelahan (fatigue) lebih baik dibandingkan

dengan CPHMA yang dipadatkan dingin.

Penyebaran Asphalt Mixing Plant belum merata di Indonesia sehingga

menyulitkan proses pengadaan dan pengembangan jalan di daerah-daerah

yang tidak memiliki AMP. Saat ini telah beredar di pasaran produk asbuton

campuran panas hampar dingin (cold paving hot mix asbuton), yang terdiri

dari agregat, asbuton butir, bahan peremaja dan bahan tambah lain bila

diperlukan sesuai dengan ketentuan spesifikasi, yang dihampar dan

dipadatkan pada temperatur udara. Pencampuran panas dilakukan secara

fabrikasi kemudian dipasarkan dalam bentuk kemasan. Sedangkan

penghamparan dan pemadatan dilakukan secara dingin (temperatur udara).


16

Sehingga produk ini juga bisa menjadi alternatif pilihan terutama untuk

pembangunan jalan di daerah yang memiliki keterbatasan Unit Pencampur

Aspal seperti di daerah-daerah terpencil dan pulau-pulau kecil. Oleh sebab

itu, dilakukan penelitian terhadap karakteristik mekanis dari pengujian kuat

tarik belah asbuton campuran panas hampar dingin (CPHMA) dengan LGA

sebagai bahan pengikat dan tambahan bahan peremaja dingin. Hasil dari

penelitan ini menunjukkan bahwa CPHMA memiliki rata-rata nilai kuat tekan

yang cendrung stabil pada umur penyimpanan 4 jam, 3 hari, dan 7 hari, yakni

sebesar 1.686 Mpa, 1.513 Mpa, 1.663 Mpa. Sedangkan nilai kuat tarik untuk

umur penyimpanan 4 jam, 3 hari, dan 7 hari sebesar 0.845 MPa, 0.815 MPa,

dan 0.322 Mpa. Selain itu, penelitian ini juga membandingkan capaian

modulus Toughness campuran pada umur penyimpanan 4 jam, 3 hari, dan 7

hari, yakni sebesar 20446,67 J/m3, 20308,44 J/m3, 7620,67 J/m3.

Berdasarkan hasil pengujian kuat tarik dan perhitungan Toughness, asbuton

campur panas hampar dingin (CPHMA) memiliki masa penyimpanan efektif

hingga umur 3 hari sebelum dipadatkan.

2.3. Komponen Pembentuk CPHMA

2.3.1. Agregat

Menurut ASTM agregat merupakan suatu bahan yang terdiri dari

mineral padat berupa masa berukuran besar ataupun berukuran kecil


17

yang digunakan untuk bahan penggunaan aspal jalan raya. Adapun

gradasi agregat untuk campuran CPHMA yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.1 Gradasi CPHMA


Ukuran Saringan Persyaratan Gradasi CPHMA
1" (25 mm); % lolos ˗
3/4" (19 mm); % lolos 100
1/2" (12,5 mm); % lolos 90 - 100
3/8" (9,5 mm); % lolos ˗
No. 4 (4,76 mm); % lolos 45 - 70
No. 8 (2,36 mm); % lolos 25 - 55
No. 50 (0,300 mm); % lolos 5 ˗ 20
No. 200 (0,075 mm); % lolos 2 ˗9
Sumber : Direktorat Jenderal Bina Marga 2016

Sementara menurut The Aspalt Institute (MS-2) dan

Dekimpraswil dalam spesifikasi Baru Campuran Panas 2002,

agregat dibedakan menjadi :

1) Agregat kasar dalam campuran Beraspal dan Asbuton

Fungsi agregat kasar dalam campuran panas aspal adalah

memberikan stabilitas dalam campuran.


18

Tabel 2.2 Spesifikasi Agregat Kasar

Pengujian Standar Nilai


Abrasi dengan mesin Los Angeles SNI 2417 : 2008 Maks. 40 %
Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 03-2439-1991 Min. 95 %
Angunlaritas:
95/90
Angunlaritas (kedalaman dari permukaan < 10 cm) ASTM D 5821-01
80/75
Angunlaritas (Kedalaman dari permukaan ≥ 10 cm)
Partikel pipih dan lonjong RSNI T-01-2005 Maks. 10 %
Material lolos Ayakan No. 200 SNI 03-4142-1996 Maks. 1 %

Sumber : Direktorat Jenderal Bina Marga 2016

2) Agregat halus dalam campuran Beraspal dan Asbuton

Agregat halus merupakan bahan yang bersih, kering, kuat,

awet dan bebas dari gumpalan-gumpalan lempung dan bahan-

bahan yang mengganggu serta terdiri dari butir-butir yang

bersudut tajam dan mempunyai permukaan yang kasar.

Tabel 2.3 Spesifikasi Agregat Halus

Pengujian Standar Nilai


Nilai Serata Pasir SNI 03-4428-1997 Min 60 %
Gumpalan lempung SNI 03-4141-1996 Maks 1 %
Angularitas
Angularitas (kedalaman dari permukaan < 10 cm) SNI 03-6877-2002 Min 45 %
Angularitas (kedalaman dari permukaan ≥ 10 cm) Min 40 %

Sumber : Direktorat Jenderal Bina Marga 2016

Dalam campuran aspal, gradasi agregat menentukan

rongga campuran. Rongga dalam campuran yang tidak ditempati


19

oleh agregat dinamakan VMA (Void in mineral agregat) (The

Aspalt Institute, 1983). Rongga ini sebagian akan diisi oleh aspal

pada campuran aspal, sehingga jumlah rongga udara yang akan

tersisa secara tidak langsung ditentukan oleh VMA.

Berdasarkan kemampuan tersebut, agregat dapat dibagi

kedalam 4 kondisi kelembaban :

a) Over-dry (OD), partikel tidak lagi memiliki kelembaban

karena proses pemanasan oven pada suhu 1050C sampai berat

tetap. Seluruh pori tidak berisi.

b) Air-dry (AD), seluruh partikel air telah dihilangkan dari

permukaan agregat, akan tetapi bagian dalam butiran berisi air

sebagian.

c) Saturated-surface-dry (SSD), seluruh pori partikel telah berisi

air, dengan permukaan yang kering.

d) Basah, seluruh pori agregat dan permukaannya dilapisi oleh air.

2.3.2. Asbuton

Asbuton ini berupa lapisan yang terdiri dari aspal dan butiran

mineral yang sudah menyatu. Asapal buton terletak dalam rongga

antar mineral yang sulit dikeluarkan (Affandi, 2008).


20

Proporsi bitumen dan mineral pada aspal buton berkisar 15%-

30% aspal dan mineral sekitar 85%-70%. Adapun Asbuton yang

digunakan yaitu asbuton B5/20 dengan kadar bitumen 25% dan kadar

mineral 75%. Dengan ketentuan sebagai berikut

Tabel 2.4 Sifat Asbuton Butir yang telah diPabrikasi

S ifat-sifat Asbuton Butir Metode Pengujian Tipe B5/20


Sifat Bentuk Asli
˗ Ukuran butir asbuton butir
Lolos Ayakan 3/8 inci (9,5 mm); % SNI 03-4142-1996
Lolos Ayakan No.4 (4,75 mm); % SNI 03-4142-1996
Lolos Ayakan No.8 (2,36 mm); % SNI 03-4142-1996 100
˗ Kadar air; % SNI 2490;2008 M ak 2
˗ Kadar bitumen asbuton; % SNI 03-3640-1994 18-22
Sifat hasil ekstraksi
˗ Kelarutan dalam TCE; % berat RSNI M 04-2004 M in 99
SNI 2456:2011 ≤ 15
˗ Penetrasi aspal asbuton pada 250C, 100 g, 5 detik; 0,1 mm

0
˗ Titik Lembek; C SNI 2434:2011 ˗
˗ Daktalitas pada 250C SNI 2434:2011 ˗
˗ Berat Jenis SNI 2441:2011 ˗
0
˗ Titik Nyala; C SNI 2433:2011 ˗
˗ Penurunan Berat (dengan TFOT): LOH (%) SNI 06-2440-1991 ˗
˗ Penetrasi aspal asbuton setelah LOH pada 250C 100g, 5 SNI 2456:2011 ˗
detik: % terhadap penetrasi awal ˗

Sumber : Direktorat Jenderal Bina Marga 2016


21

Beberapa jenis asbuton yang di produksi secara fabrikasi yaitu :

1) Asbuton Murni

Asbuton murni hasil ekstraksi dapat digunakan langsung

sebagai pengganti aspal keras sebagai bahan aditif yang akan

memperbaiki karakterestik aspal keras.

2) Asbuton Butir

Jenis asbuton butir dan kadar aspal yang di kandungnya dapat

dilihat sebagai berikut :

Sumber : ASBUTON, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian

Pekerjaan Umum 2009

Secara umu asbuton memiliki kelebihan dan kekurangan adalah

sebagai berikut :

a) Keunggulan Asbuton

Titik lembeknya lebih tinggi dari aspal minyak dan ketahanan

asbuton yang cukup tinggi membuatnya tahan terhadap panas dan


22

menjadi tidak mudah meleleh, sehingga dapat meningkatkan daya

tahan infrastruktur jalan raya. Dari pengujian yang telah di lakukan

didapatkan hasil campuran aspal yang bermutu baik dengan

kecendrungan berikut:

1) Stabilitas Marshall campuran yang lebih baik

2) Stabilitas dinamis aspal lebih tinggi

3) Meningkatkan umur konstruksi

4) Nilai modulus yang meningkat

b) Kelemahan Asbuton

Meskipun telah melewati proses fabrikasi, Asbuton masih

memiliki beberapa titik kelemahan yaitu :

1) Inkonsistensi dari kualitas produksi Asbuton yaitu kandungan

bitumen, penetrasi bitumen, kadar air Asbuton.

2) Belum terjaminnya ketersediaan asbuton pada saat pelaksanaan

dilapangan

3) Ketidaksesuaian kemampuan supply oleh pabrik pengolah

Asbuton dengan demand proyek ke pengguna yang relative

mahal.

4) Pola kerjasama antara produsen dan konsumen yang belum

menemukan titik harmonis

5) Pembagian wilayah kerja sama pemasaran dari produsen.


23

2.3.3. Sifat Campuran CPHMA

Sifat campuran CPHMA dipadatkan dengan alat Marshall

sebanyak 2×75 tumbukan yang dipadatkan pada suhu kamar (300C)

dan mengacu pada pedoman pelaksanaan CPHMA (2015).

Tabel 2.5 Sifat Campuran Asbuton

2.3.4. Jenis Modifier

Jenis modifier yang biasa digunakan pada campuran asapal

dan asbuton adalah modifier PH-1000 dengan ketentuan sebagai

berikut:
24

Tabel 2.6 Modifier PH-1000

2.3.5. Persyaratan aspal dimodifikasi dengan Asbuton

Adapun persyaratan untuk campuran modifier pada

campuran aspal yang akan di modifikasi dengan asbuton yaitu:

Tabel 2.7 Persyaratan Aspal dimodifikasi dengan Asbuton


25

2.4. Aspal

Aspal didefinisikan sebagai material berwarna hitam atau coklat tua, dengan

unsure utama bitumen. ASTM D8 mendefinisikan aspal sebagai material perekat

(cementitious) berwarna hitam atau coklat tua dalam bentuk solid, semisolid, atau

kental, alami atau buatan, yang terdiri dari molekul-molekul hydrocarbon dalam

kadar yang tinggi (Materials for Roads and Pavement).

2.4.1. Jenis Aspal

Berdasarkan tempat diperolehnya aspal terbagi menjadi dua aspal alam

dan aspal minyak. Klasifikasi aspal berdasarkan asalnya adalah sebagia

berikut :

a) Aspal Padat

Aspal padat adalah berbentuk padat atau semi padat pada

suhu ruang dan menjadi cair bil dipanaskan. Aspal padat dikenal

dengan nama semen aspal (aspalt cement).

b) Aspal alam

Aspal alam adalah aspal yang didapat di suatu tempat di

alam dan dapat digunakan sebagaimana diperolehnya atau

dengan sedikit pengolahan. Salah satu contoh aspal alam adalah

aspal dari pulau Buton, yang dikenal dengan asbuton (Aspal Batu

Buton).
26

c) Aspal Minyak

Aspal minyak merupakan residu pengilangan minyak bumi.

Setiap minyak bumidapat menghasilkan residu jenis asphaltic

base crusade oil yang banyakmengandung paraffin, atau mixed

base crude oil yang banyak mengandung paraffin, atau mixed base

crude oil yamng mengandung paraffin dan aspal. Untuk

perkerasan jalan umumnya digunakan aspal minyak jenis asphltic

base crude oil.

d) Aspal Cair

Aspal cair (cutback asphalt) adalah aspal yang berbentuk

cair pada suhu ruang. Aspal cair merupakan semen aspal yang

dicairkan dengan bahan pencair dari hasil penyulingan minyak

bumi seperti minyak tanah, bensin, atau solar.

e) Aspal Emulasi

Aspal emulsi (emulsified asphalt) adalah campuran aspal

dengan air dan bahan pengemulsi yang dilakukan di pabrik

pencampur. Aspal emulsi sifatnya lebih cair dari aspal cair, dan

didalam aspal emulsi butiran aspal larut dalam air.


27

2.4.2. Fungsi Aspal Sebagai Material Pengikat

Fungsi aspal sebagai material perkerasan adalah :


a) Bahan pengikat material agregat.

b) Bahan pengisi rongga butiran antar agregat dan pori-pori

yang ada di dalam butiran agregat tersebut.

Untuk dapat memenuhi kedua fungsi tersebut, agregat

haruslah memiliki sifat adhesi dan kohesi yang baik sehingga

aspal tersebut memiliki durabilitas yang tinggi. Daya tahan atau

durabilitas pada aspal merupakan kemampuan aspal

mempertahankan sifat dan bentuk asalnya dari pengaruh cuaca,

beban dan pengaruh eksternal lainnya. Fungsi utamanya adalah

menghasilkan lapisan bagian atas yang kedap air dan tidak

mengikat agregat sampai ke bawah.

Kadar aspal yang terlalu rendah dapat menyebabkan

pelepasan butiran agregat (Wadah 1998). Rongga udara berperan

penting dalam performa campuran perkerasan. Sehingga

penentuan campuran agar tidak ada karakteristik yang tidak

bernilai optimum (Mix, 1993).


28

Rongga dalam campuran dikenal dengan VIM (vold in

mix). VIM dalah rongga dalam campuran yang tidak di tempati

oleh agregat maupun aspal (The Aspahalt Institute).

Dalam campuran perkerasan, konten aspal dan agregat

menentukan besar rongga udara yang berperan penting dalam

durabilitas lapis perkerasan sehubung dengan udara dan air.

Permeabilitas yang tinggi terhadap udara dapat memici terjadinya

pemggetasan pada aspal akibat oksida dan retak/crack.

Gambar 2.2 Skema proporsi rongga dalam campuran aspal

Sumber : Beton Aspal Campuran Panas, Sukirman, 2007


29

2.5.Pengujian Campuran Beraspal dengan Alat Uji Marshall

Rancangan camapuran berdasarkan metode Marshall ditemukan oleh

Bruce Marshall, dan telah di standarisasi oleh ASTM ataupun AASTHO

melalui beberapa modifikasi, yaitu ASTM D 1559-76 atau AASTHO T-245-

90. Prinsip dasar metode Marshall adalah pemeriksaan stabilitas dan kelelehan

(flow) dan analisis volumetrik. Prosedur pengujian Marshall mengikuti

metode pengujian campuran beraspal panas dengan alat Marshall (RSNI M-

01-2003).

Metode Marshall merupakan metode perancangan campuran beraspal

panas yang paling banyak digunakan dalam mendesain maupun mengevaluasi

sifat-sifat campuran aspal panas. Kriterian pengujian Marshall terdiri atas

pengujian stabilitas, kelelehan dan pengujian volumetric seperti rongga dalam

campuran (VIM), rongga di antra mineral agregat (VMA) dan rongga yang

terisi aspal (VFB). Penelitian dimulai dengan mengumpulkan data-data dan

bahan yang terkait dengan kriteria Marshall berdasarkan Spesifikasi Teknik

Bina Marga tahun 2010 revisi 3. Adapun untuk menghitung hasil pengujian

berdasarkan RSNI M- 01 2003 menggunakan persamaan sebagi berikut :


30

a) Rongga di antara mineral

𝐺𝑚𝑏− 𝑃𝑠
VMA = 100 - …………………………………..(2.1)
𝐺𝑠𝑏

Dengan :

VMA = rongga diantara mineral agregat, persen terhadap volume total

campuran

Gsb = berat jenis curah agregat

Gmb = berat jenis curah campuran padat (AASTHO T- 166)

Ps = persen agregat terhadap berat total campuran

Pb = kadar aspal total, persen terhadap berat total campuran

b) Rongga di dalam campuran

𝐺𝑚𝑚− 𝐺𝑚𝑏
VIM = 100 - …………………………………. (2.2)
𝐺𝑚𝑚

Dengan :

VIM = rongga di dalam campuran, persen terhadap volume total

campuran
31

Gmb = berat jenis curah campuran padat (AASTHO T- 166)

Gmm = berat jenis maksimum campuran

c) Rongga terisi aspal

100 (𝑉𝑀𝐴−𝑉𝐼𝑀)
VFB = …………………………………. (2.3)
𝑉𝑀𝐴

Dimana :

VFB = rongga terisi aspal, persen terhadap VMA

VMA = rongga di antara mineral, persen terhadap volume total

campuran

VIM = rongga dalam campuran, persen terhadap volume total

campuran.

2.6. Spesifikasi Bahan Bakar Premium, Pertalite, dan Pertamax

2.6.1. Bahan bakar

Bahan bakar pada umumnya digunakan sebagai bahan

penggerak untuk kendaraan bermotor dan merupakan suatu campuran

dari hasil pengilangan yang mengandung parafin,naphthene dan

aromatic dengan perbandingan yang bervariasi. Dewasa ini tersedia


32

tiga jenis bensin, yaitu premium, pertamax, dan pertamax plus.

Ketiganya mempunyai mutu atau prilaku (perfomance) yang berbeda.

Mutu bensin dipergunakan dengan istilah bilangan oktana (Octane

Number).

2.6.2. Oktan Number ( RON )

Angka oktan merupakan acuan untuk mengukur kualitas dari

bensin yang digunakan sebagai bahan bakar motor bensin. Makin

tinggi angka oktan maka makin rendah kecenderungan bensin untuk

terjadi knocking.Knocking adalah Ketukan yang menyebabkan mesin

mengelitik, mengurangi efisiensi bahan bakar dan dapat pula merusak

mesin.

Naphtalene merupakan suatu larutan kimia yang memberikan

pengaruh positif untuk meningkatkan angka oktan dari bensin. Untuk

menentukan nilai oktan, ditetapkan dua jenis senyawa sebagai

pembanding yaitu “isooktana” dan n-haptana. Kedua senyawa ini

adalah dua diantara macam banyak senyawa yang terdapat dalam

bensin. Isooktana menghasilkan ketukan paling sedikit, diberi nilai

oktan 100, sedangakan n-heptana menghasilkan ketukan paling

banyak, diberi nilai oktan 0 (nol). Suatu campuran yang terdiri


33

80 %isooktana dan 20% n-heptana mempunyai nilai oktan sebesar

(80/100 x 100) + (20/100 x 0) = 80 ( Tirtoatmojo, R. 2004 ).

2.6.3. Premium

Premium (RON 88) asal mulanya adalah naphalt (salah satu

produk destilasi minyak bumi) + TEL (sejenis adiktif penaik oktan)

agar didapat RON 88, namun isu lingkungan sejak era tahun 2006,

mengharuskan TEL (adiktif penaik oktan yang mengandung lead alias

timbal hitam yang tidak sehat) dihentikan penggunaannya. Oleh

karena itu TEL diganti dengan HOMC (High Oktane Mogas

Component) untuk menaikan nilai oktan menjadi 88. HOMC

merupakan produk Naphta (komponen minyak bumi) yang memiliki

struktur kimia bercabang dan berangka oktan tinggi, sehingga daya

bakar lebih sempurna dan lebih cepat, nilai oktan diatas 92, 95,

bahkan mencapai 98 lebih. Sehingga pada premium digunakan

HOMC untuk menyesuaikan nilai oktan premium yang sesuai dengan

acuan yaitu bernail oktan 88.


34

Tabel 2.8 Spesifikasi Premium

( Sumber : PT, Pertamina 2007 )


35

2.6.4. Pertamax

Pertamax (RON 92), Pertamax ditujukan untuk kendaraan

yang mensyaratkan penggunaan bahan bakar beroktan tinggi tanpa

timbel (unleaded). Pertamax juga direkomendasikan untuk kendaraan

yang diproduksi diatas tahun 1990, terutama yang telah menggunakan

teknologi setara dengan electronic fuel injection dan xatalytic

converters. Pertamax, seperti halnya Premium, adalah produk BBM

dari pengolahan minyak bumi. Pertamax dihasilkan dengan

penambahan zat aditif dalam proses pengolahannya di kilang minyak.

Pertamax pertama kali diluncurkan pada tahun 1999 sebagai

pengganti Premix 98 karena unsur MTBE yang berbahaya bagi

lingkungan. Selain itu, Pertamax memiliki beberapa keunggulan

dibandingkan dengan Premium. Pertamax direkomendasikan untuk

kendaraan yang diproduksi setelah tahun 1990, terutama yang telah

menggunakan teknologi setara dengan Electronic Fuel Injection

(EFI) dan catalytic converters (pengubah katalitik).

Pertamax Plus (RON 95), jenis BBM ini mempunyai nilai

oktan tinggi (95). Pertamax dan Pertamax Plus dipasarkan sejak 10

Desember 2002. Pertamax Plus ditujukan untuk kendaraan

berteknologi mutakhir yang mensyaratkan penggunaan bahan bakar

beroktan tinggi dan ramah lingkungan.


36

Tabel 2.9 Spesifikasi Pertamax

( Sumber : PT Pertamina 2007


37

2.6.5. Pertalite

Pertalite (RON 90) adalah merupakan Bahan bakar minyak

(BBM) jenis baru yang diproduksi Pertamina, Jika dibandingkan

dengan premium Pertalite memiliki kualitas bahan bakar lebih sebab

memiliki kadar Research Oktan Number (RON) 90, di atas Premium,

yang hanya RON 88. Menururt Menteri Energi dan Sumber Daya

Mineral (ESDM), Sudirman Said, , Pertalite merupakan produk yang

lebih bersih dan ramah terhadap lingkungan. kualitas dari Pertalite

yang lebih bagus. serta diproduksi untuk cocok dengan segala jenis

kendaraan.

Pertalite adalah bahan bakar minyak dari Pertamina dengan

RON 90. Pertalite dihasilkan dengan penambahan zat aditif dalam

proses pengolahannya di kilang minyak, diluncurkan tanggal 24 Juli

2015 sebagai varian baru bagi konsumen yang ingin BBM dengan

kualitas diatas Premium tetapi lebih murah dari pada Pertamax.

Pertalite dijual perdana dengan harga promo Rp 8.400/liter per

21 Juli 2015, sehingga berselisih lebih tinggi sebesar Rp 1.100/liter

dengan Premium (pada waktu itu). Pertalite diuji coba di 101 SPBU

yanng tersebar pada sekitar kota Jakarta, Bandung, dan Surabaya.


38

Tabel 2.10 Spesifikasi Pertalite

( Sumber : PT Pertamina 2007 )


39

Bahan bakar diluncurkan oleh pertamina untuk memenuhi syarat

Keputusan Dirjen Migas No.313.K/10/DJM.T/2013 tentang

spesifikasi BBM dengan nilai RON yang bervariasi.

Tabel 2.9 Nilai Oktan dan Rasio Kompresi dari jenis Bahan Bakar

Jenis BBM Nilai Oktan Rasio Komprehesi


Premium 88 7:1 - 9:1
Pertalite 90 9:1 - 10:1
Pertamax 92 10:1 - 11:1
Pertamax Plus 95 11:1 - 12:1
Sumber : Keputusan Dirjen Migas No.313.K/10/DJM.T/2013

Anda mungkin juga menyukai