Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OTITIS EKSTERNA
Disusun oleh:
Andreas Anindito Hermawan
11 2017 158
Pembimbing
dr. Erna Marbun, Sp. THT-KL
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROK
PERIODE 20 MEI – 22 JUNI 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
RS. HUSADA
1
PENDAHULUAN
Teliga merupakan organ pendengaran ditubuh. Oleh karena itu telinga dapat
terinfeksi oleh penyakit, salah satunya otitis eksterna. Otitis eksterna merupakan
radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan disebabkan oleh infeksi
bakteri, jamur dan virus. Faktor yang mempermudah radang telinga luar ialah pH
di liang telinga yang biasanya normal atau asam. Bila pH menjadi basa, proteksi
terhadap infeksi menurun. Pada keadaan udara yang hangat dan lembab, kuman dan
jamur mudah tumbuh.1 Faktor lain penyebab otitis eksterna adalah trauma lokal dan
alergi. Faktor ini menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan
edema dari epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang
mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit, inflasi dan menimbulkan eksudat.
Bakteri patogen pada otitis eksterna akut adalah pseudomonas (41%), strepokokus
(22%), stafilokokus aureus (15%) dan bakteroides (11%).2 Istilah otitis eksterna
akut meliputi adanya kondisi inflasi kulit dari liang telinga bagian luar. 3,4
Otitis eksterna ini merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar yang
dapat menyebar ke pinna, periaurikular, atau ke tulang temporal. Biasanya seluruh
liang telinga terlibat, tetapi pada furunkel liang telinga luar dapat dianggap
pembentukan lokal otitis eksterna. Otitis eksterna difusa merupakan tipe infeksi
bakteri patogen yang paling umum disebabkan oleh pseudomonas, stafilokokus dan
proteus, atau jamur.5
Penyakit ini sering diumpai pada daerah-daerah yang panas dan lembab dan
jarang pada iklim-iklim sejuk dan kering. Patogenesis dari otitis eksterna sangat
komplek dan sejak tahun 1844 banyak peneliti mengemukakan faktor pencetus dari
penyakit ini seperti Branca (1953) mengatakan bahwa berenang merupakan
penyebab dan menimbulkan kekambuhan. Senturia dkk (1984) menganggap bahwa
keadaan panas, lembab dan trauma terhadap epitel dari liang telinga luar merupakan
faktor penting untuk terjadinya otitis eksterna. Howke dkk (1984) mengemukakan
pemaparan terhadap air dan penggunaan lidi kapas dapat menyebabkan terjadi otitis
eksterna baik yang akut maupun kronik.3,4
Umumnya penderita datang ke Rumah Sakit dengan keluhan rasa sakit pada
telinga, terutama bila daun telinga disentuh dan waktu mengunyah. Bila peradangan
2
ini tidak diobati secara adekuat, maka keluhan-keluhan seperti rasa sakit, gatal dan
mungkin sekret yang berbau akan menetap.3
Pembersihan yg terbaik adalah dengan sunction dan menggunakan otoskop.
Alternative lain untuk membersihkan telinga adalah dgn menggunakan kapas untuk
mengeluarkan secara perlahan-lahan secret tebal dari saluran telinga luar. Jika
secret tipis, keras atau lengket maka pemberian antibiotic atau hydrogen peroksida
dapat menolong untuk melembutkan secret tsb agar mudah dikeluarkan. Dapat juga
diberikan alcohol sesudahnya untuk membersihkan saluran, tetapi hal ini mungkin
menyebabkan iritasi jika saluran telah mengalami peradangan. Pasien harus
dievaluasi kembali apabila sekret susah untuk dikeluarkan akibat adanya
pembengkakan atau nyeri.1-4
3
TINJAUAN PUSTAKA
4
sehingga menjadi media yang bagus buat pertumbuhan bakteri. Otitis eksterna
sering disebut sebagai swimmer's ear.
e. Benda asing yang menyebabkan sumbatan liang telinga, misalnya manik-
manik, biji-bijian, serangga, dan tertinggal kapas.
f. Bahan iritan (misalnya hair spray dan cat rambut).
g. Alergi misalnya alergi obat (antibiotik topikal dan antihistamin) dan metal
(nikel).
h. Penyakit psoriasis
i. Penyakit eksim atau dermatitis pada kulit kepala.
j. Penyakit diabetes. Otitis eksterna sirkumskripta sering timbul pada pasien
diabetes.
k. Penyumbat telinga dan alat bantu dengar. Terutama jika alat tersebut tidak
dibersihkan dengan baik. 7,4
Otitis eksterna kronik dapat disebabkan :
Pengobatan infeksi bakteri dan jamur yang tidak adekuat.
Trauma berulang.
Benda asing.
Alat bantu dengar (hearing aid), penggunaan cetakan (mould) pada hearing aid.4
Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan dibersihkan dan
dikeluarkan dari gendang telinga melalui liang telinga. Cotton bud (pembersih
kapas telinga) dapat mengganggu mekanisme pembersihan tersebut sehingga sel-
sel kulit mati dan serumen akan menumpuk di sekitar gendang telinga. Masalah ini
juga diperberat oleh adanya susunan anatomis berupa lekukan pada liang telinga.
Keadaan diatas dapat menimbulkan timbunan air yang masuk ke dalam liang telinga
ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat, dan gelap pada liang
telinga merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri dan jamur.1,7,8
Adanya faktor predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan berkurangnya
lapisan protektif yang menimbulkan edema epitel skuamosa. Keadaan ini
menimbulkan trauma lokal yang memudahkan bakteri masuk melalui kulit, terjadi
inflamasi dan cairan eksudat. Rasa gatal memicu terjadinya iritasi, berikutnya
5
infeksi lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya menimbulkan rasa nyeri. Proses
infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan perubahan rasa nyaman
dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan mengeluarkan cairan/nanah yang bisa
menumpuk dalam liang telinga (meatus akustikus eksterna) sehingga hantaran suara
akan terhalang dan terjadilah penurunan pendengaran. Infeksi pada liang telinga
luar dapat menyebar ke pinna, periaurikuler dan tulang temporal.4
Otalgia pada otitis eksterna disebabkan oleh:
a. Kulit liang telinga luar beralaskan periostium & perikondrium bukan bantalan
jaringan lemak sehingga memudahkan cedera atau trauma. Selain itu, edema
dermis akan menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang
hebat.
b. Kulit dan tulang rawan pada 1/3 luar liang telinga luar bersambung dengan
kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan sedikit saja pada daun
telinga akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan liang telinga luar sehingga
mengakibatkan rasa sakit yang hebat pada penderita otitis eksterna.1,7,8
6
peradangan diawali oleh rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak pada
telinga.3
Pendengaran berkurang atau hilang. Tuli konduktif ini dapat terjadi pada otitis
eksterna akut akibat sumbatan lumen kanalis telinga luar oleh edema kulit liang
telinga, sekret serous atau purulen, atau penebalan kulit progresif pada otitis
eksterna lama. Selain itu, peredaman hantaran suara dapat pula disebabkan
tertutupnya lumen liang telinga oleh deskuamasi keratin, rambut, serumen, debris,
dan obat-obatan yang dimasukkan ke dalam telinga. Gangguan pendengaran pada
otitis eksterna sirkumskripta akibat bisul yang sudah besar dan menyumbat liang
telinga.3
Selain gejala-gejala diatas otitis eksterna juga dapat memberikan gejala-gejala
klinis berikut:
1. Deskuamasi.
2. Tinnitus.
3. Discharge dan otore. Cairan (discharge) yang mengalir dari liang telinga
(otore). Kadangkadang pada otitis eksterna difus ditemukan sekret / cairan
berwarna putih atau kuning, atau nanah. Cairan tersebut berbau yang tidak
menyenangkan. Tidak bercampur dengan lendir (musin).
4. Demam.
5. Nyeri tekan pada tragus dan nyeri saat membuka mulut.
6. Infiltrat dan abses (bisul). Keduanya tampak pada otitis eksterna sirkumskripta.
Bisul menyebabkan rasa sakit berat. Ketika pecah, darah dan nanah dalam
jumlah kecil bisa bocor dari telinga.
7. Hiperemis dan udem (bengkak) pada liang telinga. Kulit liang telinga pada otitis
eksterna difus tampak hiperemis dan udem dengan batas yang tidak jelas. Bisa
tidak terjadi pembengkakan, pembengkakan ringan, atau pada kasus yang berat
menjadi bengkak yang benar-benar menutup liang telinga.3,7
7
2) Otitis eksterna kronik
8
ini harus dibedakan dari mastoiditis akuta, pembengkakan dan tenderness dapat
menyebar ke daerah post aurikula.4,7
Terapinya tergantung pada keadaan furunkel. Bila sudah menjadi abses,
diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanahnya. Lokal diberikan antibiotic
dalam bentuk salep, seperti polymyxin B atau bacitracin, atau antiseptik (asam
asetat 2-5% dalam alkohol. Kalau dinding furunkelnya tebal, dilakukan insisi,
kemudian dipasang salir (drain) untuk mengalirkan nanahnya. Biasanya tidak
diperlukan pemberian antibiotik secara sistemik, hanya diberikan obat simtomatik
seperti analgetik dan obat penenang.1
9
melibatkan 239 pasien yang dilakukan oleh Cassisi dkk, rasa sakit yang hebat 20%,
sedang 27%, ringan 36% dan tidak ada rasa sakit 17%. Meskipun rasa sakit sering
merupakan gejala yang dominan, keluhan ini juga sering merupakan gejala sering
mengelirukan. Kehebatan rasa sakit bisa agaknya tidak sebanding dengan derajat
peradangan yang ada. Ini diterangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang
telinga luar langsung berhubungan dengan periosteum dan perikondrium, sehingga
edema dermis menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat.8
Lagi pula, kulit dan tulang rawan sepertiga luar liang telinga bersambung
dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja dari
daun telinga akan dihantarkan kekulit dan tulang rawan dari liang telinga luar dan
mengkibatkan rasa sakit yang hebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna.1
Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal dari
otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan
daun telinga. Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan
pendahulu rasa sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Rasa gatal yang
hebat 9%, sedang 23%, ringan 35%, tidak didapat rasa gatal 33%. Pada kebanyakan
penderita rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda
permulaan peradangan suatu etitis eksterna akuta. Pada otitis eksterna kronik
merupakan keluhan utama.8
Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis eksterna
akut. Edema kulit liang telinga, sekret yang serousa atau purulen, penebalan kulit
yang progresif pada otitis eksterna yang lama, sering menyumbat lumen kanalis dan
menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin yang deskuamasi, rambut,
serumen, debris, dan obat-obatan yang digunakan kedalam telinga bisa menutup
lumen yang mengakibatkan peredaman hantaran suara.8
Diagnosis otitis eksterna difusa ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan keluhan
telinga terasa nyeri, terasa penuh, pendengaran berkurang, dan gatal. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan kulit liang telinga hiperemis, dan edema dengan batas
yang tidak jelas, adanya sekret yang berbau dan tidak mengandung musin.6
Pada pemeriksaaan histopatologi otitis eksterna difusa akut tampak adanya
gambaran hiperkeratosis epidermis, parakeratosis, akanthosis, erosi, spingiosis,
10
hiperplasia stratum korneum dan stratum germinativum, edema, hiperemis,
infiltrasi leukosit, nekrosis, nekrosis fokal diikuti penyembuhan fibroblastik pada
dermis dan aparatus kelenjar berkurang, aktifitas sekretoris kelenjar berkurang.8
Langkah pertama yang terpenting untuk terapi otitis eksterna difusa berupa
pembersihan secara cermat semua debris dan nanah di dalam liang telinga, yang
mudah dilakukan dengan menggunakan ujung penghisap yang kecil. Kemudian
liang telinga dimasukkan tampon yang mengandung antibiotik. Kadang-kadang
diperlukan antibiotik sistemik.1
Ingat bahwa antibiotik harus berkontak seluruhnya dengan kulit liang telinga
secara efektif. Bila terdapat saluran yang baik dengan membrana timpani, pasien
disuruh berbaring pada satu sisi tubuhnya, kemudian diteteskan antibiotika dan
dipasang sumbat kapas dalam telinga. Harus diberikan 4 atau 5 tetes ke dalam
telinga setiap 4 jam untuk 48 jam pertama, setelah itu liang diperiksa kembali.
Biasanya terjadi perbaikan dramatis. Kemudian tetesan antibiotika harus diberikan
3 kali sehari selama 1 minggu. Kadang-kadang terdapat pembengkakkan
sedemikian rupa sehingga tetesan tersebut tidak dapat masuk ke liang telinga. Pada
keadaan ini, masukkan dengan hati-hati gumpalan kapas tipis 5-7,5cm dan ditekan
hati-hati ke dalam liang telinga deengan forsep bayonet atau forsep buaya. Ujung
dalam gumpalan ini harus sedikit mungkin ke membran timapani dan ujung luarnya
harus menonjol ke luar dari liang telinga. Dengan pasien pada salah satu sisinya,
gumpalan tersebut harus dibasahi dengan larutan antibiotika setiap 3-4 jam. Setelah
kapas tersebut dibasahi, pasang sumbatan kapas ke dalam telinga. Dua puluh empat
jam setelah itu kapas harus diangkat dan telinga dibersihkan, serta kemudian
dimasukkan gumpalan kapas yang lebih besar. Biasanya dalam waktu 48 jam,
edema akan mengurai sedemikian rupa sehingga tetesan antibiotika dapat langsung
masuk ke dalam telinga.1,8
Suatu antibiotika yang mengandung neomisin bersama polimiksin B sulfat
(cortisporin) atau kolistin (colymiysin) akan efektif untuk sekitar 99 % pasien. Bila
infeksi disebabkan oleh jamur, salep Nystatin (mycostatin) dapat dioleskan
semuanya ke kulit liang telinga dan dapat digunakan tetesan m-kresil asetat
(creysylate) atau mertiolat dalam air (1:1000). Harus dihindarkan masuknya air
selama 2 minggu setelah infeksi teratasi untuk mencegah rekurensi.8
11
Biasanya terapi yang tepat menyebabkan penurunan dramatis bagi nyeri
dalam 34-48 jam. Untuk nyeri hebat yang biasanya menyertai otitis ekterna difusa
dapat diberikan kodein atau aspirin. Kadang-kada ada individu yang sangat rentan
terhadap otitis eksterna, pasien-pasien ini harus diinstruksikan untuk menghindari
masuknya air, busa sabun dan smprotan rambut ke dalam telinga. Mereka dapat
membersihkan telinganya dengan alkohol.8
Terapi topikal biasanya cukup efektif, tetapi bila dijumpai adenopathy dan
gejala toksisitas, antibiotika sistemik dibutuhkan. Penggunaan kortikosteroid
diharapkan dapat mengurangi proses inflamasi.7
Gejalanya dapat dimulai dengan rasa gatal pada liang telinga yang dengan
cepat diikuti oleh nyeri yang hebat dan sekret yang banyak dan pembengkakan liang
telinga. Rasa nyeri tersebut semakin meningkat menghebat, liang telinga tertutup
oleh tumbuhnya jaringan granulasi yang tumbuh secara cepat. Saraf fasial dapat
terkena, sehingga menimbulkan paresis dan paralisis fasial.1 Penebalan endotel
yang mengiringi diabetes melitus berat bersama-sama dengan kadar gula darah yan
12
tinggi yang diakibatkan oleh infeksi yang sedang aktif menimbulkan kesulitan
pengobatan yang adekuat.8
Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
a. Jumlah leukosit
- Jumlah leukosit biasanya normal atau sedikit meninggi
13
- Adanya pergeseran ke kiri
b. Laju endap darah
- Laju endap darah meningkat bervariasi dengan rata-rata 87 mm/jam
- Laju endap darah dapat digunakan untuk mendukung diagnosis klinik
dari otitis eksternal akut atau keganasan pada telinga yang tidak
menyebabkan peningkatan tes ini.
c. Kimia darah
- Pasien yang diketahui dengan diabetik perlu pemeriksaan kimia darah
untuk menentukan intoleransi glukosa basal.
- Pasien tanpa riwayat diabetes perlu diperiksa toleransi glukosanya
d. Kultur dan tes sensivitas dari liang telinga
- Kultur dari drainase telinga perlu dilakukan sebelum pemberian
antibiotik
- Organisme penyebab utama otitis eksterna maligna adalah P.
Aeruginosa (95 %). Organisme ini anaerobik, gram negatif. Spesies
pseudomonas mempunyai lapisan mukoid untuk fagositosis. Eksotoksin
(yaitu eksotoksin A, kolagenase, elastase) dapat menyebabkan nekrosis
jaringan, dan beberapa strain menghasilkan neurotoksin yang
menyebabkan neuropati cranial.5
2) Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan ini penting untuk menentukan adanya osteomielitis, perluasan
penyakit, dan respon terapi, antara lain : CT scan dan MRI keduanya berguna
untuk memeriksa perluasan inflamasi terhadap anatomi jaringan lunak,
pembentukan abses, komplikasi intracranial.5
Staging
Stage I : Otitis eksterna nekrotikan (otalgi yang menetap, terbatas pada liang telinga
luar, tidak ada kelumpuhan n. fasialis)
Stage II : Osteomielitis pada basis tengkorak yang terbatas (kelumpuhan nevus
fasialis pada foramen jugualar bagian lateral)
Stage III : Osteomielitis pada basis tengkorak yang ekstensif (Ekstensi sampai
foramen jugular dan lebih medial bawah dari kepala).5
14
Diagnosa Banding
Otitis eksterna malignan didiagnosis banding dengan herpes zoster otikus,
mastoiditis, otitis media kronik dan tumor ganas tulang temporal.5
Penatalaksanaan
Pengobatan otitis eksterna maligna termasuk memperbaiki imunosupresi,
pengobatan lokal pada liang telinga, terapi sistemik antibiotik jangka panjang, pada
pasien tertentu dilakukan pembedahan.5
Pengobatan tidak boleh ditunda-tunda sesuai dengan hasil kultur dan
resistensi. Mengingat kuman tersering penyebabnya adalah Pseudomonas
aerigenosa, diberikan antibiotik dosis tinggi yang sesuai dengan Pseudomonas
aerigenosa. Sementara menunggu hasil kultur dan resistensi, diberikan golongan
fluorokuinolon (ciprofloxasin) dosis tinggi peroral. Pada keadaan yang lebih berat
dapat diberikan antibiotic parenteral kombinasi dengan antibiotic golongan
aminoglikosida yang diberikan selama 6-8 minggu. Antibiotik yang sering
digunakan adalah ciprofloxasin, ticarcilin-clavulanat, piperacilin (dikombinasi
dengan aminoglikosida), ceftriaxone, ceftazidin, cefepime (maxipime), tobramicin
(kombinasi dengan aminoglikosida) gentamicin (kombinasi dengan golongan
penicillin), sebab penyakit akan segera menyerang bagian-bagian penting di
sekitarnya.1 Karena gentamisin dan tobramisin bersifat nefrotoksik dan ototoksik,
maka kadar kreatinin dan urin harus diawasi ketat dan pendengaran diperiksa secara
periodik.5
Disamping obat-obatan, seringkali diperlukan juga tindakan membersihkan
luka (debridement) secara radikal. Tindakan membersihkan luka yang kurang
bersih akan dapat menyebabkan semakin cepatnya perjalanan penyakit. Telinga
harus dibersihkan dengan teliti setiap hari dan diolesi salep gentamisin. Diantara
waktu membersihkan, harus diberikan obat tetes gentamisin setiap 4-6 jam. Setelah
terapi diberikan dan infeksi terkontrol, maka pengangkatan jaringan granulasi
manapun yang menetap di liang telinga dan biasanya dilakukan dengan obat
anastesi lokal, akan mempercepat penyembuhan. Kecuali kadang-kadang
diperlukan debrideman meatus akustikus eksternus. Biasanya tidak diperlukan
15
pembedahan. Tetapi bila keadaan pasien konstan atau memburuk walaupun telah
diberikan terapi medis, mungkin diperlukan mastoidektomi radikal.1,4,7
Meskipun mastoidektomi yang diperluas merupakan bentuk terapi yang
banyak dipilih, namun dengan temuan antibiotik spesifik pseudomonas, maka kini
intervensi dengan antibiotik sistemik merupakan bentuk utama terapi. Ada dugaan
bahwa pembedahan invasif tanpa perlindungan antibiotik akan mendukung
penyebaran infeksi pada pasien-pasien yang telah mengalami kemunduran ini. Oleh
sebab itu pembedahan sebaiknya dibatasi pada pengangkatan sekuestra, drainase
abses, debridemant lokal jaringan granulasi.8
Komplikasi
Komplikasi OEM yang dapat terjadi meliputi lower cranial neuropathies,
paresis atau paralisis nervus fasial, meningitis, abses otak dan kematian. Pada otitis
eksterna maligna peradangan meluas secara progresif ke lapisan subkutis, tulang
rawan, dan ke tulang disekitarnya, sehingga timbul kondritis, osteitis, osteomielitis,
yang menghancurkan tulang temporal. 5
Prognosis
Rekurensi penyakit dilaporkan sekitar 9-27% dari pasien. Hal ini
berhubungan dengan lamanya pemberian terapi yang tidak cukup dan
manifestasinya biasanya berupa sakit kepala dan otalgi. Laju endap darah mulai
meningkat. Otitis eksterna maligna kambuh sekitar satu tahun pengobatan komplit.
Chandler melaporkan rata-rata kematian 50% tanpa pengobatan. Kematian
berkurang sampai 20% dengan ditemukannya antibiotik yang cocok dan perbaikan
modalitas imaging. Penelitian sekarang melaporkan kematian turun sampai 10%,
tetapi kematian tetap tinggi pada pasien dengan neuropati atau adanya komplikasi
intrakranial.5
16
KESIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Sosialisman, Alfian F. Hafil, & Helmi. Kelainan Telinga Luar dalam Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-6. dr. H.
Efiaty Arsyad Soepardi, Sp.THT, dkk (editor). Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. 2013. Hal : 58-59.
2. Rowlands S, Devalia H, Smith C, Hubbard R, Dean A. Otitis externa in UK
general practice: a survey using the UK General Practice Research
Database. Br J Gen Pract. 2013 Jul. 51(468):533-8.
3. Rosenfeld RM, Schwartz SR, Cannon CR, Roland PS, Simon GR, Kumar KA,
et al. Clinical practice guideline: acute otitis externa. Otolaryngol Head Neck
Surg. 2014 Feb. 150 (1 Suppl):S1-S24
4. Holten KB, Gick J. Management of the patient with otitis externa. J Fam Pract.
2013 Apr. 50(4):353-60.
5. Karaman E, Yilmaz M, Ibrahimov M, Haciyev Y, Enver O. Malignant otitis
externa. J Craniofac Surg. 2012 Nov. 23(6):1748-51.
6. Suardana, W. dkk. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Telinga,
Hidung dan Tenggorok RSUP Denpasar. Lab/UPF Telinga Hidung dan
Tenggorok FK Unud. Denpasar. 2013
7. Adam GL, Boies LR, Higler PA; Wijaya C: alih bahasa; Effendi H, Santoso K:
editor. Penyakit telinga luar dalam Buku Ajar Ilmu Panyakit THT. Edisi 6.
Jakarta: EGC. 2014.78-84.
8. Susana. 2013. Nyeri Telinga. Di unduh dari: http://www.ssmedika.com/
index.php?option=com_content&view=article&id=53:nyeritelinga&catid=38:t
elinga&Itemid=61. Di Akses pada tanggal : 31 Mei 2019.
18