KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, saya panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya sehingga dapat
menyelesaikan tugas laporan resmi mata kuliah Fisika Laboraturium. Laporan ini
telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan laporan ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, kami menerima segala saran dan krtitik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki laporan ini. Akhir kata saya berharap semoga laporan praktikum
Fisika Laboraturium tentang sistem radiasi termal, muai panjang benda padat, dan
kisi difraksi ini dapat berguna dikemudian hari.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
3.2.4 Kesimpulan .................................................................................................... 22
3.3 Hukum Stefan Boltzmann (Suhu Tinggi) ........................................................... 23
3.3.1 Deskripsi Percobaan ...................................................................................... 23
3.3.2 Metode Percobaan ....................................................................................... 23
3.3.3 Hasil Percobaan............................................................................................. 24
3.3.4 Kesimpulan .................................................................................................... 25
3.4 Hukum Stefan Boltzmann (Suhu Rendah)......................................................... 26
3.4.1 Deskripsi Percobaan ...................................................................................... 26
3.4.2 Metode Percobaan ....................................................................................... 26
3.4.3 Hasil Percobaan............................................................................................. 27
3.4.4 Kesimpulan .................................................................................................... 29
3.5 Muai Panjang Benda Padat ............................................................................... 30
3.5.1 Deskripsi Percobaan ...................................................................................... 30
3.5.2 Metode Percobaan ....................................................................................... 30
3.5.3 Hasil Percobaan............................................................................................. 31
3.5.4 Kesimpulan .................................................................................................... 31
3.6 Kisi Difraksi ........................................................................................................ 31
3.6.1 Deskripsi Percobaan ...................................................................................... 31
3.6.2 Metode percobaan ....................................................................................... 32
3.6.3 Hasil Percobaan............................................................................................. 32
3.6.4 Kesimpulan .................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 34
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Alat Sensor Radiasi . ...................................................................................... 8
Gambar 2. 2 Kubus Leslie . ................................................................................................ 9
Gambar 2. 3 Lampu Stefan Boltzmann . ........................................................................... 10
Gambar 3. 1 Skema Alat dan Bahan Percobaan Pengantar radiasi Termal . .................... 15
Gambar 3. 2 Skema Alat dan Bahan Percobaan Hukum Kuadrat Terbalik. ...................... 19
Gambar 3. 3 Grafik Hubungan antara Rad-ambient dengan 1/X2 .................................... 22
Gambar 3. 4 Grafik Hubungan Rad-Ambient Dengan X .................................................... 22
Gambar 3. 5 Skema Alat dan Bahan Percobaan Hukum Stefan Boltzman Suhu Tinggi. ... 23
Gambar 3. 6 Grafik Hubungan Besar Energi radiasi Dengan Perubahan Suhu ................. 25
Gambar 3. 7 Grafik Hubungan antara Energi Radiasi Dengan T4 ...................................... 25
Gambar 3. 8 Skema Alat dan Bahan Percobaan Hukum Stefan Boltzman Suhu Rendah. 26
Gambar 3. 9 Grafik Hubungan antara besarnya energi radiasi dengan Tk4 –Trm4 dengan
reflektor. ....................................................................................................... 29
Gambar 3. 10 Grafik Hubungan antara besarnya energi radiasi dengan Tk4 –Trm4 tanpa
reflektor ..................................................................................................... 29
Gambar 3. 11 Skema Alat dan Bahan Percobaan Muai Panjang Benda Padat ................. 30
Gambar 3. 12 Skema Alat dan Bahan Percobaan Kisi Difraksi .......................................... 32
v
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Hubungan Resistansi dan Suhu Kubus Leslie . .................................................. 10
Tabel 3. 1 Hasil Percobaan Pengantar Radiasi Termal Tanpa Penghalang ....................... 16
Tabel 3. 2 Hasil data Percobaan pengantar radiasi Termal Dengan Penghalang kaca ..... 17
Tabel 3. 3 Tingkat Radiasi Ambient ................................................................................... 20
Tabel 3. 4 Hasil Data Percobaan Hukum Kuadrat Terbalik ............................................... 20
Tabel 3. 5 Hasil Data Percobaan lampu Stefan Boltzmann suhu tinggi. ........................... 24
Tabel 3. 6 Hasil Data Percobaan Hukum Stefan Boltzmann Suhu Rendah Dengan
reflektor. ......................................................................................................... 27
Tabel 3. 7 Hasil Data Percoban hukum stefann boltzmann Suhu Rendah Tanpa Reflektor
.......................................................................................................................................... 28
Tabel 3. 8 Hasil Data Percobaan Muai panjang Benda Padat ........................................... 31
Tabel 3. 9 Hasil Data Percobaan Kisi Difraksi .................................................................... 33
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
gejala ini dengan mudah pada cahaya yang melewati sela jari-jari yang kita
rapatkan kemudian kita arahkan pada sumber cahaya yang jauh, misalnya lampu
neon. Atau dengan melihat melalui kisi tenun kain yang terkena sinar lampu yang
cukup jauh. Pada umumnya difraksi terjadi jika gelombang yang lewat bukan
kecil (small opening) di sekitar rintangan atau melewati sisi yang tajam. Contoh
difraksi, apabila diantara sumber titik cahaya dan layar ditempatkan suatu objek
gelap, perbatasan didaerah bayangan dan pencahayaan pada layar tidak tajam.
Untuk dapat mempelajari dan memahami fenomena difraksi cahaya dan
interferensi serta pola yang dihasilkan yang terjadi pada saat difraksi cahaya,
diperlukan suatu cara yang dapat mengilustrasikan difraksi cahaya dan interferensi
tersebut. Salah satu cara mengilustrasikan difraksi cahaya dan interferensi yang
terjadi pada saat difraksi cahaya adalah dengan melakukan praktikum yang
berjudul kisi difraksi ini.
1.3 Tujuan
Berikut ini merupakan tujuan dilakukannya percobaan yaitu:
1. Untuk menentukan permukaan benda yang dapat memancarkan
radiasi paling baik.
2
2. Untuk menentukan hubungan antara energi radiasi yang dipancarkan
oleh sumber radiasi terhadap jarak sumber radiasi dengan detector.
3. Untuk menentukan hubungan antara radiasi oleh suhu tinggi terhadap
pancaran radiasi.
4. Untuk menentukan hubungan antara radiasi oleh suhu rendah terhadap
pancaran radiasi.
5. Untuk menentukan pengaruh perubahan temperatur setiap bahan.
6. Untuk mengetahui cara menentukan jarak kisi ke layar terhadap pola
gelap terang yang dihasilkan.
3
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Kalor
Ada suatu perbedaan antara kalor (heat) dan energi dalam dari suatu
bahan. Kalor hanya digunakan bila menjelaskan perpindahan energi dari satu
tempat ke yang lain. Kalor adalah energi yang dipindahkan akibat adanya
perbedaan temperatur. Sedangkan energi dalam (termis) adalah energi karena
temperaturnya (Krane, 1992).
Para ilmuwan berpandangan bahwa kalor adalah sejenis zat cair (kalorik)
yang terkandung dalam tiap benda dan tidak terlihat oleh mata manusia. Kalor
dapat diartikan sebagai bentuk energi yang berpindah dari benda yang suhunya
lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah ketika benda itu
bersentuhan(Halliday, 1984).
4
Radiasi atau sinaran merupakan perpindahan kalor melalui fenomena
gelombang elektromagnetik yang digunakan untuk berbagai proses. Radiasi
termal didefinisikan sebagai bagian spectrum yang mempunyai panjang
gelombang antara 1x10-7m dan 1x10-4m Atau sering kita dengar sebagai energi
yang dipancarkan oleh sebuah benda atau permukaan karena temperature yang
dimilikinya. Radiasi termal ini akan dipancarkan oleh benda panas dalam bentuk
gelombang elektromagnetik Benda-benda yang mudah menyerap panas maka juga
mudah memancarkan panas (Krane, 1992).
Radiasi yang dipancarkan oleh suatu benda biasanya tidak hanya
bergantung pada suhu, tetapi juga pada sifat-sifat lainnya, seperti karakteristik
suatu benda,panjang gelombang radiasi yang mengenainya, rupa benda, sifat
permukaannya dan bahan pembuatnya. Tetapi untuk kali ini, kita tidak akan
meninjau benda biasa, tetapi benda yang permukaannya hitam (bendahitam /
Black Body). Jika sebuah benda semuanya berwarna hitam, maka cahaya
yang jatuh pada benda tersebut tidak ada yang dia pantulkan (semuanya terserap).
Pada radiasi termal ini, permukaan ideal dalam pengkajian perpindahan kalor
radiasi benda hitam memiliki nilai emisivitas (e = 0 dan 1).
Radiasi merupakan salah satu mekanisme perpindahan kalor dalam bentuk
gelombang elektromagnetik tanpa melalui suatu zat perantara. Sebagai contoh,
panas matahari dapat mencapai ke bumi dengan mekanisme radiasi, sehingga
mampu melewati ruang hampa (Jaeger,1975).
5
yang mungkin supaya energi dari benda tersebut dapat diukur. Temperatur benda
hitam itu sendiri berpengaruh terhadap jumlah dan jenis radiasi elektromagnetik
yang dipancarkannya. Benda hitam bersuhu di bawah 700 Kelvin dapat
memancarkan hampir semua energi termal dalam bentuk gelombang inframerah,
sehingga sangat sedikit panjang gelombang cahaya tampak. Jadi, semakin tinggi
suhu benda hitam, semakin banyak energi yang dapat dipancarkan dengan
pancaran radiasi dimulai dari panjang gelombang merah, jingga, kuning hingga
putih (Halliday, 1984).
Meskipun namanya benda hitam, objek tersebut tidak harus selalu
berwarna hitam. Sebuah benda hitam dapat mempunyai cahayanya sendiri
sehingga warnanya bisa lebih terang, walaupun benda itu menyerap semua cahaya
yang datang padanya. Sedangkan temperatur dari benda hitam itu sendiri
berpengaruh terhadap jumlah dan jenis radiasi elektromagnetik yang
dipancarkannya. Dalam percobaan Fisika sederhana, benda atau objek yang paling
mirip radiasi benda hitam adalah radiasi dari sebuah lubang kecil pada sebuah
rongga. Dengan mengabaikan bahan pembuat dinding dan panjang gelombang
radiasi yang masuk, maka selama panjang gelombang datang lebih kecil
dibandingkan dengan diameter lubang, cahaya yang masuk ke lubang itu akan
dipantulkan oleh dinding rongga berulang kali serta semua energinya diserap,
yang selanjutnya akan dipancarkan kembali sebagai radiasi gelombang
elektromagnetik melalui lubang itu juga. Lubang pada rongga inilah yang
merupakan contoh dari sebuah benda hitam. Temperatur dari benda itu akan terus
naik apabila laju penyerapan energinya lebih besar dari laju pancarannya,
sehingga pada akhirnya benda hitam itu mencapai temperatur kesetimbangan.
Keadaan ini dinamakam dengan setimbang termal (Krane, 1992).
Pada suhu ruang, radiasi termal banyak terdapat dalam daerah inframerah
karena pada daerah tersebut mata kita tidak lagi peka. Fisika baru memberikan
tafsiran benar terhadap radiasi termal, ini dikemukakan oleh max planck. Planck
mengemukakan bahwa sebuah atom yang bergetar hanya dapat menyerap atau
memancarkan energi kembali dalam bentuk bungkusan kecil yang disebut kuanta.
Apabila energi kuanta berbanding lurus dengan frekuensi radiasi, maka apabila
frekuensi meningkat, energinya akan ikut meningkat (Halliday, 1984).
6
Dalam radiasi termal dikenal radiasi benda hitam. Benda hitam memiliki
emisivitas sama dengan satu. Benda hitam merupakan benda dengan kemampuan
menyerap dan memancarkan panas terbaik. Dalam fisika benda hitam (black
body) merupakan obyek yang menyerap seluruh radiasi elektromagnetik yang
jatuh padanya. Secara teori dalam fisika klasik benda hitam haruslah juga
memancarkan seluruh panjang gelombang energi yang mungkin (Bueche, 1997).
Tujuan memperkenalkan benda hitam ideal pembahasan radiasi termal
ialah bahwa sekarang kita dapat mengabaikan bagaimana perilaku yang tepat dari
benda yang meradiasi, karena setiap benda hitam perilakunya identik. Dalam
percobaan sebuah benda hitam dapat diaproksimasi dengan benda berongga
berlubang sangat kecil yang menembus ke dalam. Setiap radiasi yang jatuh pada
lubang itu, masuk ke dalam rongga dimana radiasi itu tertangkap oleh pemantulan
bolak-balik sehingga terabsorbsi (Bieser,1990).
7
tubuh manusia dan kerusakan pada alat ukur radiasi. Prinsip penahanan radiasi
adalah mengurangi intensitas radiasi yang didasarkan pada interaksi radiasi
dengan materi, yaitu dengan mengubah energi radiasi menjadi energi panas
sehingga paparan radiasinya menjadi berkurang. Karena interaksi radiasi dengan
materi berbeda menurut jenis materi dan energi radiasi, maka cara penahanan
yang digunakan juga berbeda. Umumnya intensitas radiasi dapat dikurangi dengan
menambah tebal materi yang digunakan sebagai penahan. Selanjutnya akan
diuraikan tentang penahanan radiasi yang banyak dikenal, yaitu alpha, beta,
gamma, sinar-X, dan neutron. Namun yang utama adalah uraian tentang
penahanan radiasi gamma, sinar-X, dan neutron, yang mempunyai daya tembus
besar terhadap materi (Krane, 1992).
8
ditutup ketika pengukuran tidak dilakukan secara aktif. Ini membantu mengurangi
perubahan suhu di persimpangan referensi thermopile yang dapat menyebabkan
respon sensor melayang. Saat membuka dan menutup rana, ada kemungkinan
secara tidak disengaja mengubah posisi sensor. Oleh karena itu, untuk percobaan
dimana posisi sensor sangat penting. Sensor kedua pos yang memanjang dari
ujung depan sensor melindungi thermopile dan juga menyediakan referensi untuk
memposisikan sensor jarak yang dapat diulang dari sumber radiasi.
(PASCO Scientific, 1988).
9
Berikut ini adalah yang menjelaskan hubungan antara resistansi dengan
suhu untuk kubus radiasi termal (kubus leslie):
Tabel 2. 1 Hubungan Resistansi dan Suhu Kubus Leslie (PASCO Scientific, 1988).
Therm Res (Ω) Temp (˚C) Therm Res. (Ω) Temp (˚C)
207.850 10 66.356 33
197.560 11 63.480 34
187.840 12 60.734 35
10
Lampu Stefan-Boltzmann bersuhu tinggi sebagai sumber radiasi termal.
Lampu ini digunakan untuk investigasi temperatur tinggi terhadap Hukum Stefan-
Boltzmann. Temperatur tinggi menyederhanakan analisis karena kekuatan
keempat suhu sekitar sangat kecil dibandingkan dengan kekuatan keempat dari
suhu tinggi filamen lampu. Ketika berorientasi dengan benar, filamen juga
memberikan perkiraan yang baik untuk sumber titik radiasi termal. Oleh karena
itu ia bekerja dengan baik untuk penyelidikan hukum kuadrat terbalik. Dengan
menyesuaikan daya kedalam lampu (maksimal 13 volt), suhu filamen hingga
sekitar 3000 ˚C dapat diperoleh. Suhu filamen ditentukan dengan hati-hati
mengukur tegangan dan arus ke lampu. Tegangan dibagi dengan arus memberikan
ketahanan filament (PASCO Scientific, 1988).
ܶߪ = ܫସ .....................................................(2.1)
Dengan I adalah intensitas radiasi pada permukaan benda hitam pada semua
frekuensi. T adalah suhu mutlak benda (K) serta σ = tetapan Stefan-Boltzman,
yang bernilai 5,67 × 10-8 Wm-2 K-4 (Halliday, 1984).
Untuk kasus benda panas yang bukan benda hitam, akan memenuhi
hukum yang sama, hanya diberi tambahan koefisien emisivitas yang lebih kecil
daripada 1, sehingga :
Dengan P adalah daya radiasi (W) dan A adalah luas permukaan benda (m2), e
adalah koefisien emisivitas serta T yaitu suhu mutlak (K) (Halliday, 1984).
11
Beberapa tahun kemudian, berdasarkan teori gelombang elektromagnetik
cahaya, Ludwig Boltzmann (1844–1906) secara teoritis menurunkan hukum yang
diungkapkan oleh Joseph Stefan (1853– 1893) dari gabungan termodinamika dan
persamaan-persamaan Maxwell. Oleh karena itu, persamaan diatas dikenal juga
sebagai Hukum Stefan-Boltzmann, yang berbunyi:
“Jumlah energi yang dipancarkan per satuan permukaan sebuah benda hitam
dalam satuan waktu akan berbanding lurus dengan pangkat empat temperatur
termodinamikanya” (Halliday, 1984).
12
maka perubahan panjang akan sebanding dengan perubahan suhu dan panjang
mula-mula. Pernyataan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
∆ܮߙ = ܮ ∆ܶ………………………………(2.4)
dengan ΔL adalah perubahan panjang, Lo adalah panjang mula-mula, ᾳ adalah
koefisien pemuaian panjang, dan ΔT adalah perubahan pada suhunya (Tippler,
1998).
Koefisien pemuaian panjang biasanya dihitung berdasarkan persamaan
empiris antara rapat massa dan suhu pada tekanan konstan. Jika metode ini tidak
memungkinkan digunakan metode optik yang melibatkan faktor intenferensi
cahaya koefisien muai panjang tidak bebas dari pengaruh perubahan dari tekanan.
Suatu zat padatatau zat cair mengalami perubahan volume apabila suhunya
berubah sebesar dt, karena skala derajat kelvin dan skala derajat celcius
merupakan selang suhu yang sama harganya. Lambang koefisien
pemuaianpanjang adalah ᾳ koefisien pemuaian panjang (linear) besarnya diukur
dengan memakai Iner Vero Meter( Zemansky, 1999 ).
Seberkas sinar tegak lurus kisi dan sebuah lensa konvergen digunakan untuk
mengumpulkan sinar-sinar tersebut ke titik P yang dikehendaki pada layar.
Distribusi intensitas yang diamati pada layar merupakan gabungan dari efek
interferensi dan difraksi. Setiap celah menghasilkan difraksi seperti yang telah
13
diuraikan sebelumnya, dan sinar-sinar yang terdifraksi sebelumnya tersebut
berinterferensi pada layar yang menghasilkan pola akhir (Halliday,1984).
14
BAB III
METODOLOGI DAN HASIL PERCOBAAN
Gambar 3. 1 Skema Alat dan Bahan Percobaan Pengantar radiasi Termal (PASCO
Scientific, 1988).
Percobaan pengantar radiasi termal ini menggunakan alat dan bhan yaitu
kubus leslie sebagai sumber radiasi dan benda yang diuji permukaan nya dan
dilihat mana yang paling baik memancarkan radiasi. Sensor radiasi yang
digunakan untuk mendeteksi radiasi yang dipancarkan oleh sumber. Milivoltmeter
yang dihubungkan dengan sensor radiasi digunakan untuk membaca nilai atau
besarnya intensitas radiasi yang dipancarkan dalam mV. Statif digunakan sebagai
15
dudukan sensor radiasi agar sensor berada pada posisi yang tepat pas ditengah
permukaan kubus leslie. Ohmmeter sebagai pengukur resistansi kubus leslie. Kaca
yang digunakan sebagai penghalang radiasi yang dipancarkan kubus leslie
Cara kerja percobaan pengantar radiasi Termal ini yaitu yang pertama
susun alat dan bahan sesuai dengan skema alat yang telah digambarkan.
Hubungkan ohmmeter dengan kubus leslie dan milivoltmeter dengan sensor
radiasi. Nyalakan kubus leslie dan set pada kekuatan “HIGH”. Amati pembacaan
pada ohmmeter, ketika resistansi berada pada nilai 40KΩ turunkan kekuatan ke
5.0. ketika kubus mencapai titik equilibrium ohmmeter akan menampilkan nilai
yang besarnya relatif sama disekitar range yang tak jauh berbeda. Sensor radiasi
kemudian ditempatkan tepat di tengah permukaan kubus leslie dan ujung sensor
harus menyentuh permukaan kubus leslie. Hasil pengukuran kemudian dicatat.
Variasi kekuatan yang digunakan yaitu 5.0, 6.6, 8.0, dan 10.0 atau high.
Dilakukan pada masing-masing permukaan kubus yaitu permukaan hitam, putih,
mengkilap, dan kusam. Kemudian ditambah vasiasi yaitu dengan menggunakan
penghalang berupa kaca. Dilakukan dengan varisi kekuatan yang sama pada setiap
permukaan kubus leslie.
3.1.3 Hasil Percobaan
Setelah dilakukan percobaan pengantar radiasi termal didapatkan hasil
data sebagai berikut:
16
Pembacaa
Hambatan Panas Temperatur Daya
NO Permukaan n sensor
(Ω) (˚C) Kubus
(mV)
6 Putih 5.5
7 23.3 59 6.5 Mengkilap 0.3
8 Kusam 2.4
9 Hitam 7.4
10 Putih 8.4
12.2 76 8.0
11 Mengkilap 0.6
12 Kusam 3.2
13 Hitam 10.6
14 Putih 12.0
6.9 93 10.0
15 Mengkilap 0.8
16 Kusam 4.3
17
Pembacaa
Hambatan Temperatur Daya
NO Permukaan n sensor
Panas (Ω) (˚C) Kubus
(mV)
13 Hitam 0
14 Putih 0
6.9 93 10.0
15 Mengkilap 0
16 Kusam 0
Berdasarkan hasil data yang diperoleh ini, jika dilihat diantara keempat
permukaan kubus leslie yaitu hitam, putih, mengkilap dan kusam, di berbagai
variasi kekuatan daya kubus yang diberikan dapat terlihat nilai pembacaan mV
yang terbesar adalah permukaan berwarna putih. Sehingga dapat ditentukan dan
dapat dilihat bahawa permukaan putih adalah permukaan yang paling baik
memancarkan radiasi. Dan hasil data ini juga menunjukan bahwa hasil percobaan
tidak sesuai dengan teori bahwa benda hitam adalah yang terbaik memancarkan
radiasi, ini dapat dilihat dari nilai permukaan putih selalu memiliki nilai terbesar
di antara permukaan lain. Karena di dunia ini sendiri tidak ada benda hitam yang
benar-benar hitam.
3.1.4 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan dan pengolahan hasil data yang telah dilakukan
dapat diambil kesimpulan bahwa permukaan kubus leslie yang sangat baik dalam
memancarkan radiasi adalah permukaan berwarna putih.
18
3.2.2 Metode percobaan
Gambar 3. 2 Skema Alat dan Bahan Percobaan Hukum Kuadrat Terbalik (PASCO
Scientific, 1988).
Dalam percobaan hukum kuadrat terbalik ini alat dan bahan yang
digunakan yaitu lampu Stefan Boltzmann sebagai sumber radiasi. Sensor radiasi
sebagai detektor atau pendeteksi radiasi. Milivoltmeter sebagai pembaca nilai atau
besarnya intensitas radiasi yang dipancarkan dalam mV. Statif sebagai tempat
dudukan sensor agar posisi sensor pas pada sumber radiasi. Power suppy sebagai
daya untuk menyalakan lampu Stefan Boltzmann. Meteran digunakan untuk
menenjukan atau mengukur jarak sensor terhadap sumber radiasi agar sesuai
dengan variasi jarak yang diinginkan. Reflektor sebagai pelindung sensor radiasi
ketika akan menggeser atau memindahkan sensor pada jarak selanjutnya agar
sensor tidak terpapar terus menerus dengan sumber radiasi.
Adapun cara kerja dalam percobaan ini yaitu memasang alat persis seperti
gambar 3.2. ketika meletakan lampu Stefan boltzman pada meteran yang telah
melekat di meja. Pastikan titik nol nya diukur dari filamen lampu bukan dari kaca
paling luar lampu. Pastikan juga ujung sensor radiasi tepat mengarah ke filamen
lampu Stefan Boltzmann. Setelah alat terangkai seperti gambar 3.2, dalam
keadaan power supply mati catat pembacaan sensor di setiap interval 10 cm untuk
menentukan tingkat radiasi ambient sampai dengan jarak 100 cm. setelah itu
19
barulah nyalakan power suppy pada tegangan 10 V. lalu lakukan pembacaan nilai
radiasi pada variasi jarak yang telah ditentukan
10 0.2
20 0.1
30 0.1
40 0.1
50 0.1
60 0.1
70 0.1
80 0.1
90 0.1
100 0.1
Tingkat radiasi ambient rata-rata = 0.11
20
X
Rad (mV) 1/X2 (cm-2) Rad – Ambient (mV)
(cm)
6.0 37.8 0.027 37.69
7.0 26.6 0.0204 26.49
8.0 20.4 0.0156 20.29
9.0 17.2 0.012 17.09
10.0 14.5 0.01 14.39
12.0 10.2 0.006 10.09
14.0 7.1 0.005 6.99
16.0 5.3 0.004 5.19
18.0 4.3 0.003 4.19
20.0 3.4 0.0025 3.29
25.0 2.3 1.6 × 10-3 2.19
30.0 1.6 1.1 × 10-3 1.49
35.0 1.1 8.1 × 10-4 0.99
40.0 0.8 6.25 × 10-4 0.69
45.0 0.7 4.9 × 10-4 0.59
50.0 0.5 4 × 10-4 0.39
-4
60.0 0.4 2.7 × 10 0.29
70.0 0.2 2 × 10-4 0.09
80.0 0.1 1.5 × 10-4 - 0.01
90.0 0.1 1.2 × 10-4 - 0.01
21
ambient dengan 1/X2
Gambar 3. 3 Grafik Hubungan antara Rad-ambient
3.2.4 Kesimpulan
Berdasarkan hasil data percobaan yang didapatkan serta hasil data yang
telah diolah menjadi grafik dapat diambil kesimpulan bahwa hubungan antara
besarnya energi radiasi dengan jarak sensor dengan sumber adalah semakin besar
jarak antara sensor dengan sumber radiasi maka energy radiasi semakin kecil atau
energy radiasi berbanding terbalik dengan jarak antara sensor dengan sumber
radiasi.
22
3.3 Hukum Stefan Boltzmann (Suhu Tinggi)
3.3.1 Deskripsi Percobaan
Percobaan hukum Stefan Boltzmann (suhu tinggi) ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara radiasi oleh suhu tinggi terhadap pancaran radiasi.
Prinsip pada percobaan ini adalah menentukan hubungan antara radiasi suhu
tinggi dengan pancaran radiasi dengan menggunakan lampu Stefan Boltzmann
sebagai sumber radiasi lalu setel power suppy mulai dari tegangan terendah yaiti 1
V sampai 12 V tentunya pada setiap perubahan tegangan, suhu filament pun
meningkat. Lihat pembacaan sensor radiasi di milivoltmeter dan amati bagaimana
pengaruh suhunya terhadap nilai intensitas radiasi yang terpancar.
3.3.2 Metode Percobaan
Gambar 3. 5 Skema Alat dan Bahan Percobaan Hukum Stefan Boltzmann (Suhu
Tinggi) (PASCO Scientific, 1988).
Percobaan hukum Stefan Boltzmann suhu tinggi ini menggunakan alat dan
bahan yaitu lampu Stefan Boltzmann sebagai sumber radiasi. Sensor radiasi
sebagai pendeteksi radiasi. Ohmmeter untuk mengukur resistansi sebelum power
suppy dinyalakan dan arus dari lampu Stefan Boltzmann. Milivoltmeter sebagai
pembaca nilai besarnya radiasi yang dipancarkan sumber dalam mV. Power
supply sebagi sumber daya lampu, reflektor sebagai pelindung sensor dari sumber
radiasi agar tidak terpapat terus menerus sehingga sensor tidak cepat rusak.
Adapun cara kerja dari percobaan ini yaitu pertama ukur dahulu suhu
ruang dengan menggunakan ohmmeter, lalu konversikan ke satuan Kelvin. Lalu
23
ukut resistansi atau Tref lampu Stefan boltzman pada suhu ruang dan catat
hasilnya. Setelah itususun alat dan bahan seperti gambar 3.5 pastikan tinggi sensor
dan filament lampu sejajar, beri jarak 6 cm antara lampu dengan sensor. Lalu
nyalakan power supply. Atur tegangan sesuai dengan tegangan yang telah
ditentukan yaitu 1 sampai 12 V. perlu diingat tegangan tidak boleh melebihi 13 V
agar tidak merusak lampu. Pada setiap variasi tegangan catat nilai arus dan radiasi
nya. Untuk menhitung resistansi lampu dalam keadaan power supply nyala,
menggunakan rumus hukum ohm dan untuk nilai T dicari dengan persamaan 2.1
3.3.3 Hasil Percobaan
Adapun hasil percobaan yang didapatkan dari Percobaan ini adalah
sebagai berikut:
Tabel 3. 5 Hasil Data Percobaan lampu Stefan Boltzmann suhu tinggi.
Data Perhitungan
V I Rad R
T (K) T4 (K)
(Volt) (Amp) (mV) (ohm)
1.0 0.84 0.1 1.189 332.397 1.2 × 1010
2.0 1.1 0.7 1.818 349.654 1.4 × 1010
3.0 1.34 2.4 2.238 361.175 1.7 × 1010
4.0 1.54 4.9 2.597 371.024 1.8 × 1010
5.0 1.74 7.8 2.873 378.589 2.0 × 1010
6.0 1.9 11 3.157 386.387 2.2 × 1010
7.0 2.09 15.2 3.349 392.340 2.3 × 1010
8.0 2.22 19.4 3.603 399.360 2.5 × 1010
9.0 2.38 24.2 3.781 403.508 2.6 × 1010
10.0 2.52 29.3 3.986 408.637 2.7 × 1010
11.0 2.65 34.5 4.150 413.632 2.9 × 1010
12.0 2.78 40.3 4.316 418.185 3.0 × 1010
Kemudian dari hasil data pada tabel 3.5 diolah lagi dan di dapatkan grafik sebagai
berikut:
24
Gambar 3. 6 Grafik Hubungan Besar Energi radiasi Dengan Perubahan Suhu
25
3.4 Hukum Stefan Boltzmann (Suhu Rendah)
3.4.1 Deskripsi Percobaan
Percobaan hukum Stefan Boltzmann (suhu rendah) ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara energi radiasi suhu rendah terhadap pancaran radiasi.
Prinsip percobaan ini adalah menggunakan kubus leslie sebagai sumber radiasi
dan dipilih bagian permukaan yang dianggap memancarkan radiasi paling baik.
Kemudian dilakukan pengukuran dari daya kubus tertinggi sampai ke paling
rendah, untuk setiap daya kubud harus dipastikan suhu kubus leslie berada di
sekitar 12 – 15 ˚C. dari situ dapat dilihat bagaimana pengaruh penurunan suhu
terhadap besarnya intensitas radiasi yang dipancarkan.
3.4.2 Metode Percobaan
Gambar 3. 8 Skema Alat dan Bahan Percobaan Hukum Stefan Boltzmann Suhu
Rendah (PASCO Scientific, 1988).
Alat dan Bahan yang digunakan pada percobaan hukum Stefan Boltzmann
suhu rendah ini antara lain milivoltmeter sebagai pembaca nilai radiasi dalam mV.
Sensor radiasi sebagai pendeteksi radiasi. Statif sebagai tempat dudukan sensor
agar posisi nya tidak berubag-ubah. Reflektor untuk melindungi nsensor agar
tidak rusak bila terkena sinar radiais terus menerus. Kubus leslie sebagai sumber
radiasi. Ohmmeter untuk menghitung Rref.
Adapun cara kerja dari percobaan ini yaitu yang pertama adalah menyusun
alat dan bahan seperti gambar 3.7. harus dipastikan posisi ujung sensor radiasi
tepat sejajar ditengah permukaan kubus leslie, dan diberikan jarak antara ujung
26
sensor dengan permukaan kubus sebesar 3 cm. setelah itu, dalam keadaan kubus
leslie mati ukur Rref dengan ohmmeter, besar resistansi itu kemudian dijadikan
suhu dengan melihat grafik hubungan nya, catat sebagai suhu kubus pada suhu
ruang.gunakan reflektor untuk melindungi sensor radiasi dari pancaran radiasi.
Nyalakan kubus leslie set pada daya 10. Ketika tahanan termistor berada pada
range 12 ˚C ukur besar radiasi dan resistansi nya lalu catat hasilnya. Setelah itu
tutupi dahulu sensor dengan reflektor ketika menurunkan daya kubus, buka lagi
redflektor dan lakukan lagi pengulangan pengukuran begitu seterusnya sampai
daya kubus ke tingkat paling rendah yaitu low. Apabila resistansi termistor
melebihi range 12 – 15 ˚C maka suhu kubus leslie harus didinginkan hingga
mencapai range suhu yang di inginkan.
27
Daya
Data Percobaan
Kubus
R Rad Tk
T (˚C) Tk4 (K4) Tk4 – Trm4 (K4)
(Ohm) (mV) (K)
3 41.7 1.7 45 318 10.2 × 109 2.1 × 109
2 39.9 1.7 46 319 10.3 × 109 2.2 × 109
1 38.5 1.7 47 320 10.4 × 109 2.3 × 109
low 38.1 1.7 47 320 10.4 × 109 2.3 × 109
Tabel 3. 7 Hasil Data Percoban hukum stefann boltzmann Suhu Rendah Tanpa
Reflektor
Daya
Data Percobaan
Kubus
R Rad Tk
T (˚C) Tk4 (K4) Tk4 – Trm4 (K4)
(Ohm) (mV) (K)
High 53.2 1.2 39 312 9.4 × 109 1.3 × 109
8 49.3 1.3 41 314 9.7 × 109 1.6 × 109
7 48.2 1.3 41 314 9.7 × 109 1.6 × 109
6 47.5 1.4 42 315 9.8 × 109 1.7 × 109
5 46.8 1.5 42 315 9.8 × 109 1.7 × 109
4 46.4 1.5 42 315 9.8 × 109 1.7 × 109
3 46.0 1.5 42 315 9.8 × 109 1.7 × 109
2 45.8 1.5 43 316 9.9 × 109 1.8 × 109
1 45.5 1.6 43 316 9.9 × 109 1.8 × 109
low 45.3 1.6 43 316 9.9 × 109 1.8 × 109
28
Gambar 3. 9 Grafik Hubungan antara besarnya energi radiasi dengan Tk4 –Trm4
dengan reflektor.
Gambar 3. 10 Grafik Hubungan antara besarnya energi radiasi dengan Tk4 –Trm4
tanpa reflektor
29
3.5 Muai Panjang Benda Padat
3.5.1 Deskripsi Percobaan
Percobaan muai panjang benda padat bertujuan untuk menentukan
pengaruh perubahan temperatur terhadap setiap bahan. Prinsip percobaan ini
adalah dengan memanaskan logam berbeda sampai suhu tertentu kemudian dilihat
perubahan atau pertambahan banyak dari tiap-tiap bahan untuk mengetahui
pengaruh perubahan suhu dari masing-masing bahan yang berbeda.
3.5.2 Metode Percobaan
Gambar 3. 11 Skema Alat dan Bahan Percobaan Muai Panjang Benda Padat
Percobaan muai panjang benda padat ini bertujuan untuk menentukan
pengaruh perubahan temperature terhadap setiap bahan. Alat dan bahan yang
digunakan dalam percobaan ini adalah alat moechen broek sebagai alat yang
mendeteksi pertambahan panjang. Tisu untuk mengeringkan logam yang
didinginkan dengan disiram air. Batang logam sebagai bahan yang diuji. Tang
sebagai penjepit untuk mengambil batang logam yang telah dipanaskan. Spiritus
sebagai alat untuk memanaskan batang logam.
Cara kerja percobaan ini adalah yang pertama menyiapkan alat dan bahan
dalam keadaan kering dan bersih. Ukur panjang masing-masing logam (Lo) yang
ingin dipanaskan dan meletekan logam pada alat moeschen broek, catat bdan ukur
suhu logam awal (t1). Nyalakan lampu spiritus, dimna pada masing-masing logam
telah ditempelkan termokopel untuk mengontrol suhu sebagai pertambhan
30
panjang (ΔL) logam. Mengamati skala 80 dan 120˚C. membuat hasil pengamatan
pada tabel. Lakukan pengulangan berdasarkan variasi suhu dan variasi jenis
logam.
3.5.3 Hasil Percobaan
Adapun hasil percobaan yang didapatkan pada percobaan muai panjang
benda padat yaitu sebagai berikut:
Tabel 3. 8 Hasil Data Percobaan Muai panjang Benda Padat
Jenis Pembacaan
Lo (cm) ΔL (cm) T1 (˚C) T2 (˚C) ΔT (˚C)
Logam Skala
20.5 0.2 27 80 53 4
Alumunium
20.5 0.25 30.2 120 89.8 6
20.5 0.1 31.5 80 48.5 2
Besi
20.5 0.3 31 120 89 4
20.5 0.3 29.5 80 50.5 12
Tembaga
20.5 0.4 33 120 87 14
Dapat dilihat pada hasil percobaan setiap bahan memiliki pertambahan panjang
yang berbeda pada suhu yang sama, hal ini terjadi karena koefesien muai panjang
ketiga logam tersebut berbeda.dan dari tabel hasil data yang memiliki
pertambahan panjang paling besar adalah tembaga. Maka dapat dilihat koefesien
muai panjang yang besar adalah tembaga.
3.5.4 Kesimpulan
Berdasarkan hasil data yang telah didapat dan percobaan yang dilakukan.
Maka dapat diambil kesimpulan bahwa temperatur berpengaruh pada tiap-tiap
bahan berbeda. Apabila koefesien muai panjang benda besar dan suhu nya juga
tinggi maka pertambahan panjang benda akan lebih terlihat pertambahannya.
31
hasil cahaya yang keluar ditampilkan pada dinding dan di ukur jarak pola gelap
terang nya.
3.6.2 Metode percobaan
32
Tabel 3. 9 Hasil Data Percobaan Kisi Difraksi
1 1 1 2
2 2 15 1 2
3 3 1 2
100
4 1 2 4
5 2 30 2 4
6 3 2 4
7 1 3 6
8 2 15 3 6
9 3 3 6
300
10 1 6 13
11 2 30 6 13
12 3 6 13
13 1 7 19
14 2 15 7 19
15 3 7 19
600
16 1 13 43
17 2 30 13 43
18 3 13 43
Berdasarkan hasil data yang diperoleh dapat dilihat semakin besar kisi dan
semakin jauh jarak ke layar maka semakin besar nilai y1 dan y2. Dan cara
menentukan jarak kisi ke layar adalah dengan mengukur jarak hasil difraksi yang
tertampil di layar antara pola gelap dan pola terang.
3.6.4 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan dan hasil data yang di dapatkan, maka dapat
diambil kesimpulan cara menentukan jarak kisi ke layar adalah dengan mengukur
jarak hasil difraksi yang tertampil di layar antarab pola gelap dan terang.
33
DAFTAR PUSTAKA
Bieser, A . 1990. Konsep Fisika Modern. Jakarta: Erlangga.
Bueche, F.J. 1997. Seri Buku Schaum Fisika. Jakarta: Erlangga.
Giancoli, Doughlas C. 2001. Fisika Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Halliday, Resnick. 1984. Fisika Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Jaeger, R.M. Fisika Dasar. Jakarta..
Joseph, W Kone. 1978. Fisika Dasar. Jakarta: Erlangga.
Krane, Kenneth. 1992. Fisika Modern. Jakarta: Universitas Indonesia.
PASCO Scientific. 1988, Instruction maunual and Experiment Guide. California.
Tippler, A Paul. 1998. Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid I. Jakarta:Erlangga.
Zemansky, Zears. 1999, Fisika Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
34