Anda di halaman 1dari 4

JOURNAL REVIEW

A. Judul Jurnal

Essentials of Physiotherapy after Thoracic Surgery: What Physiotherapists Need

to Know. A Narrative Review

B. Penulis

Ahmad Mahdi Ahmad, Ph.D

C. Tahun Jurnal

2018

D. Penerbit

Department of Physical Therapy for Cardiovascular and Respiratory Disorders,

Faculty of Physical Therapy, Cairo University

E. Resume

Bedah thorax telah menjadi intervensi utama yang digunakan apabila ada kelainan

paru, pleura dan dinding dada. Problem yang muncul setelah operasi bedah thorax antara lain:

a. nyeri dada atau nyeri pada luka incisi

b. batuk tidak efektif,

c. penurunan volume paru,

d. komplikasi post operasi pulmonal, baik infeksi (pneumonia) maupun tidak

(atelektasis dan gagal nafas),

e. ganguan pembersihan jalan nafas,

f. Frozen shoulder pada kasus thoracotomy satu sisi,

g. abnormal postur, dan kekakuan dinding dada.

1
2

Komplikasi post operasi merupakan hal utama yang menyebabkan pasien lama dalam

pemulihan dan lama dirawat, serta meningkatkan kematian. Sehingga, fisioterapi perlu

sesegera mungkin membuat dan melakukan program terapi dengan memperhatikan beberapa

variable :

a. Medical record : pre op : x ray, fungsi paru atau tes jalan 6 menit, Prosedur operasi,

riwayat penyakit pasien

b. Subjektif : riwayat kesehatan dan penyakit terdahulu, keluhan pasien, asesmen

batuk dan sputum

c. Objektif : pemeriksaan klinis : inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi, jenis pain

control, tipe sangkar thorax, kardiorespirasi status, ROM, data penunjang

Fisioterapi dapat dimulai 4-`12 jam setelah recovery dari general anastesi, estimasi

waktu latihan adalah 30 menit dengan frekuensi latihan 2-3sesi per hari. List masalah yang

diperhatikan antara lain: nyeri, pola nafas buruk, penurunan volume paru, batuk tidak efektif,

peningkatan sekresi dahak, penurunan ROM.

Berikut adalah teknik fisioterapi untuk mengatasai beberapa list masalah pada kondisi

post op WSD :

1. Menejemen nyeri

Nyeri membuat kemampuan pasien untuk melakukan nafas dalam dan batuk efektif

menjadi teraganggu yang kemudian menyebabkan penurunan kapasitas volume paru. Nyeri

juga menyebabkan peningkatan RR, HR, BP – meningkatkan kecemasan dan gangguan tidur.

Modalitas yang dapat digunakan antara lain : such as muscle-sparing techniques, cryotherapy.

2. Posisioning

Metode termudah untuk meningkatakan kapaasits residu untuk mencegah ateletaksis

dengan posisi duduk tegak/ tidur miring (highside lying)


3

3. Early mobilisasi dan ambulasi

Mobilisasi dimulai apabila kondisi kardiopulmonal dan kardivaskuler pasien sudah

stabil. Kondisi klinis pasien dinilai unstabil bila :

a. HR< 40x/menit atau HR>140x/menit,

b. RR< 8x/menit atau > 36x/menit,

c. Saturai oksigen < 85%,

d. Tekanan darah sistol <80 , atau leih dari 200mmHg, tekanan sistol >110mmHg

˂65 mm Hg

4. Deep Breathing exercise

5. Thorac expansion

Latihan berupa lateral costal breathing exc, batuk efektif serta nafas dalam.

6. Deep diaphragmatic

a. Deep diaphragmatic :

b. Deep breathing exercise dengan disertai menggerakkan lengan atau trunk

c. Sustained maximal inspiration

Tarik nafas dalam dan tahan 3 detik

7. Inspiratory muscle training

8. Teknik pembersihan jalan nafas

Dengan melakukan latihan batuk, huffing, FER

9. Manual chest physiotherapy

Menggetarkan dinding dada

10. Postural correction

Postural correction Post-thoracotomy patients tend to side-flex their trunk towards

the thoracotomy side; that is, to drop the shoulder and raise the hip on the operated side,

because this is less painfu


4

7) Shoulder ROM exercises and gentle scapula mobilization exercises

8) Leg, trunk, and thoracic mobilization exercises

Setelah operasi dan kondisi umum pasien baik, maka pasien sudah harus belajar jalan,

dengan frekuensi latihan 3x/ hari, selama 5 menit.

Anda mungkin juga menyukai