Anda di halaman 1dari 40

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia dari Sabang sampai Merauke
memiliki semua prakondisi untuk mewujudkan visi negara sebagaimana
tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, yang ditandai dengan kekayaan alam yang melimpah, potensi
sumber daya manusia, peluang pasar yang besar dan demokrasi yang relatif
stabil. Namun prakondisi yang sudah terpenuhi itu belum mampu dikelola
secara efektif dan efisien oleh para aktor pembangunan, sehingga Indonesia
masih tertinggal dari cepatnya laju pembangunan global dewasa ini. Pegawai
Negeri Sipil (PNS) memiliki peranan yang menentukan dalam mengelola
prakondisi tersebut. Sejumlah keputusan-keputusan strategis mulai dari
memformulasi kebijakan sampai pada penetapannya dalam berbagai sektor
pembangunan ditetapkan oleh PNS. Untuk memainkan peranan tersebut,
diperlukan sosok PNS yang profesional, yaitu PNS yang mampu memenuhi
standar kompetensi jabatannya sehingga mampu melaksanakan tugas
jabatannya secara efektif dan efisien. Untuk dapat membentuk sosok PNS
profesional seperti tersebut di atas perlu dilaksanakan pembinaan melalui jalur
Pendidikan dan Pelatihan (Diklat).
Untuk itulah, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017
tentang Managemen Pegawai Negeri Sipil, ditetapkan bahwa salah satu jenis
Diklat yang strategis untuk mewujudkan PNS yang professional adalah
Pendidikan dan Pelatihan Terintegrasi yang selanjutnya disebut Pelatihan
Prajabatan. Proses pelatihan ini bertujuan untuk membangun integritas moral,
kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter
kepribadian yang unggul dan bertanggung jawab, dan memperkuat
profesionalisme serta kompetensi bidang bagi calon PNS pada masa percobaan
untuk membentuk karakter PNS yang kuat, yaitu PNS yang mampu bersikap
dan bertindak profesional dalam melayani masyarakat.
2

Pelaksanaan Latsar diatur oleh Keputusan Kepala Lembaga


Administrasi Negara Nomor 15 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan
Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan III,
mengatur kurikulum baru terkait Diklat Prajabatan CPNS Golongan III melalui
3 (tiga) tahap yaitu on-campus, off-campus, on-campus. Pada tahap on-campus
pertama, maka para peserta mengikuti tahap Internalisasi Nilai-nilai Dasar
PNS. Tahap Internalisasi yang dimaksud yaitu membekali peserta dengan nilai-
nilai dasar yang dibutuhkan dalam menjalankan tugas jabatan PNS secara
profesional sebagai pelayan masyarakat yang harus mampu menganalisis
Pelayanan Publik, Manajemen ASN dan Whole of Government dengan
memberikan solusi atau penyelesain kerja.
Tahap Internalisasi (on-class) yang dimaksud yaitu membekali peserta
dengan nilai-nilai dasar yang dibutuhkan dalam menjalankan tugas jabatan
PNS secara profesional sebagai pelayan masyarakat yang meliputi :
akuntabilitas PNS, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, Anti Korupsi,
Whole Of Government, Pelayanan Publik, serta Manajemen Aparatur Sipil
negara. Pada tahap off-class para peserta Latsar mengikuti tahap aktualisasi.
Dalam tahap ini semua peserta melaksanakan Aktualisasi di tempat kerja.
Kemudian, pada tahap on-class peserta mempertanggung jawabkan atas
Aktualisasi yang telah dilakukan di tempat kerja.
Sekolah Menengah Atas Merupakan institusi pendidikan yang menjadi
salah satu wadah untuk meningkatkan sumber daya manusia khususnye
generasi muda penerus bangsa, dalam hal peningkatan suber daya manusia
tidaklah hanya ditinjau dari sudut penilaian intelektual saja namun juga lebih
dari pada itu peningkatan moral dan etika yang terbingkai dalam kecerdasan
emosional peserta didik merupaka aspek yang tidak bisa untuk
dikesampingkan. Sebagai cerminan bagaimana bangsa Indonesia Kedepan
dapat terlihat dari kondisi generasi mudanya hari ini, karena yang akan mengisi
posisi sebagai pelaku dunia usaha maupun dunia birokrasi kedepan adalah
generasi muda yang duduk dibangku sekolah hari ini. Namun menurunnya
moralitas serta etika generasi muda merupakan cerminan buruk yang harus
3

segera dibenahi untuk menciptakan generasi muda yang unggul dan siap untuk
berkompetisi pada zamannya kelak.
Kedisiplinan siswa sangat penting untuk kemajuan sekolah itu sendiri.
Sekolah yang tertib akan menciptakan proses pembelajaran yang baik. Namun
sebaliknya, di sekolah yang kurang tertib kondisinya akan jauh berbeda dan
proses pembelajaran menjadi kurang efektif. Meningkatkan kedisiplinan
terhadap siswa sangat penting dilakukan oleh sekolah, mengingat sekolah
merupakan tempat generasi penerus bangsa. Salah satu faktor yang membantu
para siswa meraih sukses dimasa depan yaitu dengan kedisiplinan. Para siswa
dalam melakukan kegiatan belajar disekolah tidak terlepas dari berbagi
peraturan dan tata tertib yang telah diberlakukan disekolahnya, dan setiap
siswa harus berprilaku sesuai dengan tata tertib yang telah ada disekolahnya.
Disiplin merupakan suatu kondisi yang terbentuk dari proses dan
serangkaian perilaku yang menunjukan nilai ketaatan, kepatuhan, dan
ketertiban. Dengan adanya kedisiplinan di sekolah diharapkan mampu
menciptakan suasana lingkungan belajar yang nyaman dan tentram di dalam
kelas. Siswa yang disiplin yaitu siswa yang biasanya hadir tepat waktu, taat
terhadap semua perturan yang diterapkan disekolah, serta berprilaku sesuai
dengan norma-norma yang berlaku. Mengenai disiplin siswa, tidak bisa
terlepas dari persoalan perilaku negatif pada siswa tersebut, yang pada saat ini
semakin memprihatinkan. Banyak tindakan negatif yang dilakukan oleh para
siswa di sekolah dari bolos, tawuran atau berkelahi, mencuri, merokok, dan
pelangaran-pelangaran yang membahayakan diri sendiri dan orang lain.\
Terkait dengan landasan diatas, maka dianggap perlu adanya sebuah
inovasi dalam penerapan proses pendisiplinan peserta didik sebagai bentuk
regulasi aturan yang bersifat mengikat. Dimana diketahui bahwa pelaksanaan
proses pendisiplinan siswa tanpa adanya regulasi aturan yang jelas maka akan
menimbukan benih-benih kebingungan baik guru dan orang tua peserta didik
yang akan berujung pada protes yang akan dilakukan oleh peserta didik
maupun orang tua peserta didik itu sendiri.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penuis termotivasi untuk
melakukan sebuah langkah untuk membuat sebuah regulasi yang jelas terkait
4

aturan penegakan tata tertib peserta didik, adapun langkah yang diambil yaitu
“Penerapan Sistem Point Dalam Penegakan Disiplin Siswa (Yellow Card)”

B. Tujuan
1. Tujuan umum
secara umum adalah untuk mendeskripsikan manajemen sistem poin
dalam membina kedisiplinan siswa.
2. Tujuan khusus
1) Mendeskripsikan perencanaan sistem poin dalam membina
kedisiplinan siswa;
2) Mendeskripsikan pengorganisasian sistem poin dalam membina
kedisiplinan siswa;
3) Mendeskripsikan penerapan sistem poin dalam membina
kedisiplinan siswa;
4) Mendeskripsikan monitoring dan evaluasi manajemen sistem poin
dalam membina kedisiplinan siswa;

C. Lokus Aktualisasi
Lokasi Fokus Aktualisasi adalah SMA Negeri 16 Malinau yang terletak
di Jalan Ussat Lassen Desa Tanjung Nanga RT.II Kecamatan Malinau Selatan
Hulu Kabupaten Malinau Provinsi Kalimantan Utara.

D. Identifikasi Isu
Adapun beberapa Permasalahan yang penulis temukan pada SMA Negeri
16 Malinau yang telah dimuat dan kemudian dianalisis untuk kemudian
diangkat salah satu isu yang menjadi core isu. Dalam identifikasi isu ini penulis
menggunakan teknik USG dalam menentukan core isu, teknik USG merupakan
teknik yang menggunakan tiga pendekatan yaitu Urgensi, Seriously dan
Growth yang akan penulis jabarkan dalam table 1.1 Sebagai Berikut :
5

Tabel 1.1
Identifikasi Isu

NO. ISU U S G TOTAL


1. Kurangnya pemahaman karir setelah SMA
pada siswa kelas XII IPS SMAN 16 4 5 2 11
Malinau
2. Manfaat dan arti penting pendidikan yang
belum menjangkau pemahaman siswa 4 3 3 10
SMAN 16 Malinau
3. Kurangnya partisipasi orang tua sebagai
lingkungan pertama dalam kemajuan 5 3 4 12
proses belajar mengajar siswa SMAN 16
Malinau
4. Tidak adanya aturan yang jelas terkait
pelanggaran disiplin siswa, sehingga
5 4 5 14
menyulitkan dalam penanganan siswa
bermasalah

Dari beberapa permasalahan yang telah diuraikan diatas berdasarkan skor


tertinggi dengan menggunakan analisis USG, maka isu yang diangkat adalah
Tidak adanya aturan yang jelas terkait pelanggaran disiplin siswa, sehingga
menyulitkan dalam penanganan siswa bermasalah
Adapun Gagasan Pemecahan Isu dari permasalahan tersebut adalah
dengan Penerapan Sistem Point (Yellow Card) untuk meningkatkan
Kedisiplinan siswa pada SMA Negeri 16 Malinau.

D. Rencana Kegiatan, Tahapan Kegiatan dan Output Yang Diharapkan


Serta Waktu Pelaksanaan
Adapun Rencana, Tahapan Kegiatan dan output yang diharapkan dalam
Aktualisasi Penerapan Sistem Point (Yellow Card) Untuk Meningkatkan Displin
Siswa pada SMA Negeri 16 Malinau Pada Tabel 1.2 dan Rancangan Waktu
Pelaksanaan pada Tabel 1.3 Sebagai Berikut:
6

Tabel 1.2 Rencana Kegiatan, Tahapan Kegiatan dan Output Yang Diharapkan

Kontribusi Penguatan
Tahapan Keterkaitan Substansi
No Kegiatan Output Hasil Terhadap Visi- Nilai
Kegiatan Mata Pelatihan
Misi Organisasi Organisasi

1. Penyusunan instrumen Melaksanakan Catatan Pelayanan Publik : Guna mencapai Adanya aturan
rancangan observasi jenis pelanggaran dalam proses misi organisasi yang jelas
pelaggaran rutin masif penyusunan instrument yang pertama terkait tata
mengedepankan fungsi yaitu tertib sekolah
Menyusun Kategorisasi ASN sebagai pelayanan Mewujudkan melalui peran
kategorisasi pelanggaran publik, dimana proses bimbingan secara bimbingan dan
pelanggaran pemberian layanan efektif dalam konseling.
haruslah sesuai dengan bidang akademis
Menyusun form Adanya apa yang dibutuhkan dan non akademis
kartu kuning format dilapangan.
pengisian
kartu kuning Akuntabilitas:
Penyusunan Adanya pelaksanaan
point serta kebijakan penyusunan instrumen
sanksi yang jelas yang berisi tentang
terkait kategorisasi
pelanggaran pelanggaran serta
dan sanksi sanksi pelanggarannya
siswa merupakan pertanggung
jawaban terhadap tugas
dan fungsi guru BK
dalam melaksanakan
7

kegiatan

Nasionalis :
Dalam penyusunan
instrumen terkait
pelanggaran serta
sanksi maka harus
mempertimbangkan
aspek budaya yang ada
didaerah

Etika Publik :
Penyusunan point
mempertimbangkan
nilai-nilai yang berlaku
dilingkungan
masyaratkat

Komitmen Mutu :
Penerapan Sistem point
dalam menekan
pelanggaran disiplin
siswa merupakan
inovasi baru di Lokus
aktualisasi
Anti Korupsi :
8

Penyusunan skoring
harus prosporsional
tanpa merenggut hak-
hak siswa
2. Perencanaan Melakukan Mendapat Akuntabilitas : Guna mencapai Pembinaan pola
Rancangan Sistem konsultasi persetujuan Melakukan konsultasi tujuan jangka kedisiplinan
Point dengan terkait dan koordinasi pendek sekolah siswa dengan
pimpinan terkait rancangan merupakan bentuk yaitu aturan yang jelas
rancangan yang pertanggung jawaban Meningkatkan
akan di atas tugas guru BK kedisiplinan dan
aktualisasikan kemandirian
Mencatat Mendapat Nasionalisme: siswa melalui
tanggapan dan arahan Penyusunan rancangan pengembangan
Masukan dari penerapan sistem point pola pembinaan,
mentor maupun dengan atasan maupun pembinaan
pihak yang rekan sejawat kesamaptaan dan
terkait merupakan bentuk pembinaan
Melakukan Instrument musyawarah mufakat berorganisasi di
penyempurnaan rancangan demi tercapainya tujuan sekolah.
terhadap revisi bersama
yang dilakukan
atasan Adanya Etika Publik:
Melakukaan komitmen Saat Memberikan
koordinasi dan Pendapat kepada
dengan wali kerjasama Atasan harus
kelas terkait antar guru mempunyai etika dan
rancangan yang BK dan Wali sopan santun serta
akan Kelas berkomunikasi yang
9

diaktualisasikan efektif dan efisien

Komitmen Mutu :
Kolaborasi dalam
penyusunan rancangan
merupakan inovasi baru
dilokus rancangan .

Anti Korupsi:
Konsultasi dan
koordinasi dengan
pihak terkait sebagai
bentuk transparansi
kegiatan.
3. Sosialisasi rancangan Persiapan waktu Kesiapan Akuntabilitas: Guna Sosialisasi ini
dan tempat ruangan pelaksanaan penerapan mewujudkan visi merupakan
sosialisasi kegaiatan sistem point harus sekolah yaitu langkah awal
Mengundang Partisipasi diketahui oleh seluruh “menumbuhkan mewujudkan
seluruh dewan dewan guru pihak agar kesadaran kolaborasi antar
guru pelaksanaannya masyarakat dan pihak sekolah,
Mengundang Partisipasi menjadi tanggung orang tua untuk komite dan
komite sekolah komite jawab semua pihak merespon orang tua demi
dan orang tua sekolah dan yang terkait tantangan masa terwujudkan
peserta didik orang tua depan peserta didik
siswa Nasionalisme: yang memahami
Sosialisasi Pemahaman Proses sosialisasi arti penting
rancangan seluruh warga rancangan penerapan kedisiplinan
dengan seluruh sekolah mengundang semua
10

dewan guru dan terkait unsur pendidikan di


staff rencana sekitar lokus rancangan
administrasi penerapan
serta komite tindakan Etika publik:
sekolah disiplin siswa Ketika aturan akan
Sosialisasi Terciptanya diterapkan, maka
rancangan kerjasama seluruh pihak yang
aktualisasi antara pihak terkait harus
kepada siswa sekolah dan mengetahui akan
dan orang tua orang tua adanya penerapan
tua/wali siswa dalam rancangan tersebut
mewujudkan untuk menghindari
peserta didik konflik dikemudian hari
yang
memiliki jiwa Komitmen mutu :
patuh Proses sosialisasi harus
terhadap mempertimbangkan
aturan efektifitas dan efisiensi
sehingga proses
sosialisasi dapat
dipahami dengan baik

Anti Korupsi :
Keterbukaan rancangan
kepada semua pihak
untuk menghindari
kemungkinan adanya
kecurigaan peserta
11

didik maupun
masyarakat terhadap
penerapan rancangan.
4. Penerapan Sistem Mengoptimalka Adanya Akuntabilitas : Untuk memenuhi Penerapan
Point n peran guru catatan Setiap unsur sekolah indikator visi sistem ini
piket harian pelanggaran memiliki tanggung sekolah yaitu diharapkan
untuk mencatat siswa jawab masing-masing Unggul dalam mampu
segala jenis dalam pelaksanaan budi pekerti dan menumbuhkan
pelanggaran penerapan sistem point berakhlak mulia. budi pekerti
siswa perhari dan akhlak
Rekapitulasi Mengetahui Nasionalisme : yang mulia
pelanggaran intensitas Melakukan peserta didik
siswa perhari pelanggaran pengurangan point
siswa kepada setiap siswa
yang melakukan
Penginputan Adanya data pelanggaran tanpa
pelanggaran dan penilaian deskriminasi
kedalam kartu (efektif) yang
kuning siswa jelas persiswa Etika Publik :
untuk kemudian Dalam pelaksanaan
proses skoring sistem ini, agar berjalan
opltimal maka
dibutuhkan sikap saling
menghargai antar
dewan guru.

Komitmen Mutu :
Pelaksanaan sistem
12

point untuk kedisiplinan


siswa merupakan hal
yang baru di lokus
rancangan

Anti Korupsi :
Proses penginputa data
skoring harus
transparan dan
diketahui oleh semua
pihak
5. Evaluasi Proses Melakukan Mengetahui Akuntabilitas: Guna tercapainya Proses belajar
pelaksanaan program rekapitulasi efektifitas Setiap unsur yang misi organisasi yang efektif dan
menyeluruh pelaksanaan terkait dalam yaitu efisien dengan
terhadap sistem point pelaksanaan sistem ini Mewujudkan dengan
pelanggaran tata dapat melihat kegiatan belajar teratasinya
tertib pertanggung jawaban mengajar yang pelanggaran tata
Mengevaluasi dari tanggung jawab efektif dan efisien tertib sekolah
proses masing-masing unsur
pelaksanaan
penerapan Nasionalisme :
sistem point Musyawarah antar
Memberikan dewan guru untuk
masukan kepada meninjau proses
guru piket pelaksanaan sistem.
dalam proses
pencatatan awal
pelanggaran Etika publik :
13

siswa Penyampaian masukan


saat evaluasi harus
menjunjung tinggi etika
berkomunikasi

Komitmen mutu :
Kegiatan evaluasi
terhadap guru piket
merupakan inovasi
dalam lokus rancangan
karena selama ini guru
piket dalam
pelaksanaannya tidak
dievaluasi.

6. Analisis hasil Menganalisa Catatan Akuntabilitas: Guna mencapai Penilaian sikap


pelaksanaan program catatan anecdota pertanggung jawaban misi sekolah yaitu merupakan
pelanggaran (kartu atas pelaksanaan sistem Mewujudkan standar nilai
yang tertuang kuning) point yang kemudian di sistem penilaian wajib dalam
dalam kartu converter menjadi nilai pendidikan yang penilaian
kuning siswa, sikap standar. kurikulum 2013
yang kemudian
melakukan Nasionalisme :
pertimbangan Proses pencatatan
untuk skoring tidak
menentukan memandang suku
tindak lanjut agama dan RAS, untuk
Menyerahkan Nilai afektif menghindari
siswa subjektifitas penialaian
14

kartu kuning Etika Publik:


persiswa kepada Proses follow up
wali kelas terhadap hasil skoring
masing-masing harus menjunjung
tinggi nilai-nilai
kemanusiaan
Komitmen mutu :
Pemberian pembinaan
terhadap hasil skoring
harus berasas pada
efektifitas pembinaan
terhadap pelanggaran
Anti Korupsi :
Menentukan follow up
atas hasil point
pelanggaran siswa
tanpa ada pengurangan
ataupun penambahan
point secara sepihak
(penilaian objektif)
15

Tabel 1.3
WAKTU PELAKSANAAN
JADWAL
N
KEGIATAN TAHAP KEGIATAN OKTOBER NOVEMBER DESEMBER
O
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Melaksanakan observasi jenis pelaggaran rutin
Penyusunan
Menyusun kategorisasi pelanggaran
1 instrumen
Menyusun form kartu kuning
rancangan
Penyusunan point serta sanksi
Melakukan konsultasi dengan pimpinan terkait
rancangan yang akan di aktualisasikan
Mencatat tanggapan dan Masukan dari mentor
Konsultasi dan
maupun pihak yang terkait
2. koordinasi
Melakukan penyempurnaan terhadap revisi yang
rancangan
dilakukan atasan
Melakukaan koordinasi dengan wali kelas terkait
rancangan yang akan diaktualisasikan
Sosialisasi Sosialisasi rancangan dengan seluruh dewan guru dan
3 rancangan staff administrasi serta komite sekolah
Sosialisasi rancangan aktualisasi kepada siswa dan
16

orang tua tua/wali siswa


Mengoptimalkan peran guru piket harian untuk
Penerapan mencatat segala jenis pelanggaran siswa perhari
4. Sistem Point Rekapitulasi pelanggaran siswa perhari
Penginputan pelanggaran kedalam kartu kuning siswa
untuk kemudian proses skoring
Melakukan rekapitulasi menyeluruh terhadap
Evaluasi Proses
pelanggaran tata tertib
5. pelaksanaan
Mengevaluasi proses pelaksanaan penerapan sistem
program
poin
Analisis hasil Menganalisa catatan pelanggaran yang tertuang dalam
6. pelaksanaan kartu kuning siswa, yang kemudian melakukan
program pertimbangan untuk menentukan tindak lanjut
17

BAB II
GAMBARAN LEMBAGA

A. GAMBARAN UMUM
1. Visi SMAN 16 Malinau
Perkembangan dan tantangan masa depan seperti perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni, globalisasi yang sangat cepat, era informasi
dan berubahnya kesadaran masyarakat dan orang tua terhadap pendidikan
memicu sekolah untuk merespon tantangan sekaligus peluang itu. SMAN 16
Malinau memiliki citra moral yang menggambarkan profil sekolah yang
diinginkan di masa kini maupun di masa datang yang diwujudkan dalam Visi
Sekolah sebagai berikut:

Sekolah Berprestasi, Berdaya Saing dan Berbudaya


Berlandaskan Iman dan Taqwa ”.

Indikator Visi
a. Meningkatnya keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa sesuai dengan ajaran agama masing-masing
b. Unggul dalam budi pekerti dan berakhlak mulia.
c. Unggul dalam prestasi di bidang akademik maupun non-akademik
d. Membekali siswa dengan IPTEK dan IMTAQ untuk mampu bersaing
dalam melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
e. Mempunyai alumni yang tersebar diberbagai perguruan tinggi negeri
dan favorit baik didalam maupun diluar negeri serta diberbagai
perusahaan besar dan ternama
f. Memiliki jiwa dan semangat kemandirian, kedisiplinan, nasionalis
serta patriotik yang tinggi
g. Memiliki kecakapan dan ketrampilan berkomunikasi dengan banyak
bahasa.
18

2. Misi SMAN 16 Malinau


1) Mewujudkan bimbingan secara efektif dalam bidang akademis dan
non akademis
2) Mewujudkan kelengkapan perangkat kurikulum
3) Mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien
4) Mewujudkan tenaga pendidik dan tenaga kepedidikan yang
profesional.
5) Mewujudkan sarana dan prasarana yang memadai dan sesuai dengan
Standar Nasional Pendidikan.
6) Mewujudkan anggaran biaya yang mencukupi semua kegiatan.
7) Mewujudkan pengelolaan pendidikan sesuai dengan unsur
manajemen
8) Mewujudkan sistem penilaian pendidikan.yang standar.
9) Mewujudkan penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama
yang dianut.
10) Mewujudkan sikap santun dan memiliki rasa kepedulian lingkungan
dan sosial
3. Sumber Daya
a. Jumlah dan Komposisi Pegawai
Sumber daya perangkat SMA N 16 Malinau pada tahun 2018
sebanyak 21 (Dua puluh satu) orang terdiri :
- PNS : Sebanyak 1 (Satu) Orang
- CPNS : Sebanyak 3 (Tiga) Orang
- GTT : Sebanyak 9 (Sembilan) Orang
- PTT : Sebanyak 8 (Delapan) Orang
b. Sarana dan Prasarana Utama
Lingkungan SMA N 16 Malinau Provinsi Kalimantan Utara
beralamatkan di Jalan Usat Lassen RT. 02 Ds. Tanjung Nanga
Kecamatan Malinau Selatan Hulu, Kabupaten Malinau. Sarana dan
prasarana merupakan penunjang dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsi Sekolah Menengah Atas pada umumnya berasal dari BOP dan
BOSNAS
c. Sarana dan Prasarana Penunjang
Sarana dan prasarana merupakan penunjang dalam melaksanakan
tugas Sekolah Mengengah Atas pada umumnya di Provinsi Kalimantan
19

Utara. Sarana dan prasarana penunjang pada Lingkungan SMA N 16


Malinau terdiri dari Meja, Kursi, Laptop, Printer, dan lain sebagainya.

4. STRUKTUR ORGANISASI
Struktur Organisasi SMA Negeri 16 Malinau akan di gambarkan pada gambar
2.1 berikut :
Gambar 2.1

Komite Sekolah Kepala Stake


R. Paris Djalung Sekolah Holder
Jhonson

Ka. Tata Usaha Bendahara


Arpin, A.Md Tri Saputro, S.Pd

Wk. Kurikulum Wk. Humas Wk. Kesiswaan Wk. Sapras


Yosef Raharjo, S.Pd Julfrenky, S.Pd Tri Saputro, S.Pd Desem Sony, S.Pd

Pemb. Osis (Tri Saputro, S.Pd)

Koor. BP/BK (Tri Saputro, S.Pd)

Pemb Pramuka (Duwi Santo, S.Pd)


Wali Kelas

Siswa
20

B. Gambaran Khusus
1. Program dan Kegiatan Saat Ini
Dunia pendidikan merupakan sebuah dunia yang memiliki cakupan
ataupun jangkauan yang sangat luas wilayahnya. Hal ini didasari oleh
banyaknya disiplin-disiplin ilmu yang terdapat dalam dunia pendidikan.
Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah pembudayaan buah budi
manusia yang beradab dan buah perjuangan manusia terhadap dua kekuatan
yang selalu mengelilingi hidup manusia yaitu kodrat alam dan zaman atau
masyarakat. Pelaksanaan pendidikan di negara kita mengacu pada tujuan
pendidikan nasional yang dalam perkembangannya diarahkan untuk
megembangkan manusia serta masyarakat yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan, keahlian ketrampilan, kesehatan jasmani rohani, kepribadian
yang mandiri serta meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa.
Pendidikan memiliki peran penting dalam perjalanan kehidupan manusia
dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Melalui sektor
pendidikan dapat diciptakan manusia berkualitas yang nantinya akan mampu
berkompetisi dalam berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Maka
jalur yang tepat untuk menyiapkan sumber daya manusia adalah melalui jalur
pendidikan. Indonesia mempunyai tokoh pendidikan yang telah mendunia yaitu
Ki Hajar Dewantara, dimana karya-karya serta konsep-konsepnya dalam
pendidikan digunakan di beberapa negara maju di luar sana. Tetapi umumnya
pendidikan di Indonesia memiliki proses pembelajaran dengan cara yang klasik
karena berupaya untuk memelihara dan menyampaikan nilai-nilai lama dari
generasi terdahulu ke generasi berikutnya.
Adapun peranan penulis dalam aktualisasi ini yaitu membuat aturan yang
benar-benar mengatur pola dan tingkah laku peserta didik yang termuat dalam
sebuah sistem point (yellow card). Penerapan sistem ini tujuannya adalah
memberikan kepastian peraturan dan pembinaan apa yang akan diperoleh jika
melanggar sanksi tersebut. Kejadian yang kebanyakan terjadi di bereberapa
21

satuan pendidikan adalah adanya tata tertib namun tidak adanya pembinaan
yang jelas sehingga memicu timbulnya konflik antar guru dan siswa.
Pada dasarnya SMA Negeri 16 Malinau telah memiliki Tata Tertib
namun pelaksanaannya tidak efektif dikarenakan sanksi yang diberikan tidak
memberikan ruang kepada siswa untuk berbenah dan memperbaiki diri dengan
sendirinya karena sanksi tidak diiringi dengan penghargaan (reward).
Oleh karena itu penulis membuat sebuah regulasi aturan yang
memperjelas aturan yang ada di satuan pendidikan SMA Negeri 16 Malinau
sehingga dapat meminimalisir gesekan yang terjadi baik antar guru dan peserta
didik maupun guru dan orang tua.
2. Role Model
Role Model atau tokoh yang ada pada lokus yang dapat dijadikan
contoh dan panutan selama pelaksanaan habituasi yaitu:
Nama : Jhonson
NIP : 19660228 200212 1 005
Pangkat : : Penata Tk. 1
Golongan : III/D
Jabatan : Kepala Sekolah SMA N 16
Malinau

Beliau menjabat Kepala Sekolah SMA N 16 Malinau. Alasan penulis


menetapkan Bapak Jhonson sebagai role model dikarenakan penulis melihat
dan memperhatikan cara kerja sehari - hari Beliau yang mengemban jabatan
sebagai Kepala Sekolah SMA N 16 Malinau, Beliau sangat mementingkan
kepentingan kepentingan masyarakat dan sekolah serta amanah dalam
mengemban tugas dan selalu tepat waktu dan disiplin diri dalam segala
pekerjaan. Beliau adalah seorang pekerja keras, optimis, berprestasi dan
mampu beradapatasi pada lingkungan kerja yang baru dan mempunyai sikap
toleran dan rendah hati kepada bawahannya serta koordinasi yang kuat selalu
diterapkan beliau. Beliau memberikan masukan dan saran serta motivasi dan
ilmu yang berharga bagi Penulis penulis dalam menyusun laporan aktualisasi
22

dan melaksanakan tugas Sebagai Guru BK maupun sebagai Bendahara Sekolah


sebagai tugas tambahan
23

BAB III
REALISASI AKTUALISASI
A. Realisasi Kegiatan dan Output
Adapun realisasi dan output dari kegiatan aktualisasi “Penerapan Sistem
Point (yellow Card) dalam meningkatkan Kedisiplinan Siswa Pada SMA
Negeri 16 Malinau Provinsi Kalimantan Utara” yaitu melalui 6 Kegiatan yaitu:
1. Penyusunan Instrumen Rancangan
Kegiatan ini merupakan langkah awal dari serangkaian kegiatan yang
akan dilakukan dalam proses penerapan sistem point dalam meningkatkan
kedisiplinan siswa. Pada tahap ini penulis melakukan observasi terhadap
perilaku pelanggaran yang dilakukan siswa sehingga menghasilkan output
berupa catatan pelanggaran masif, kemudian penulis menganalisa hasil
observasi lalu penulis menyusun form kartu kuning siswa.
Setelah hasil observasi di analisis, penulis menyusun Tata Tertib dari
hasil observasi pelanggaran yang terjadi, Tata Tertib yang disusun oleh
penulis merupakan Tata tertib yang agak berbeda dengan dengan tata tertib
pada umumnya, dimana tata tertib dengan sistem point ini akan ada sanksi
yang jelas disetiap point pelanggaran yang ada, dimana setiap siswa
diberikan point awal yang berlaku selama satu tahun pelajaran yang harus
di jaga agar posisi siswa tersebut aman secara afektif.
Penyusunan instrumen ini dengan tujuan agar setiap pelanggaran yang
dilakukan oleh siswa itu di atur secara jelas sebab dan akibatnya agar tidak
timbul multi persepsi dan multi tindakan pada kasus pelangaran tata tertib
yang sama, beberapa kasus terjadi di salah satu sekolah karena penerapan
tata tertib yang tidak diiringi dengan penerapan pembinaan atau tindak
lanjut yang tetap dan jelas.
24

Gambar 3.1
Dokumentasi Tata Tertib

2. Perencanaan Rancangan Sistem Point


Pada kegiatan Ini, setelah semua instrument selesai dibuat maka
penulis akan melakukan konsultasi dengan Kepala Sekolah terkait rencana
penerapan sistem point untuk meningkatkan kedisiplinan siswa untuk
mendapat persetujuan akan diterapkannya sistem ini, setelah disetujui
maka langkah selanjutnya adalah meminta saran dan perbaikan terkait
instrument yang telah penulis buat dan kemudian penulis melakukan
perbaikan dan penyempurnaan terhadap instrumen yang telah di revisi.
25

Gambar 3.2
Proses Konsultasi rancangan dan instrument

Setelah instrumen yang disusun telah melalui tahap perizinan dan


tahap penyempurnaan maka langkah selanjutnya adalah melakukan
koordinasi dengan para wali kelas, yang outputnya adanya adanya
komitment dan kerjasama antar wali kelas dengan guru bimbingan
konseling.
3. Sosialisasi Rancangan
Tahap ini merupakan tahap pengenalan rancangan aktualisasi kepada
seluruh dewan guru yang outputnya adalah adanya pasrtisipasi dewan guru
terhadap rancangan ini sehingga terbentuk komitmen bersama dewan guru
untuk bersama-sama berusaha mendukung program penerapan sistem
point dalam meningkatkan kedisiplinan peserta didik di SMA Negeri 16
Malinau. Selama ini keberadaan tata terti belum terasa manfaatnya baik itu
untuk proses belajar mengajar maupun tertibnya kegiatan sekolah lainnya.
26

Gambar 3.3
Sosialisasi Penerapan Sistem Point kepada Dewan Guru

Setelah proses sosialisasi kepada dewan guru menemukan kesepakatan


untuk menerapkan sistem point tata tertib ini maka kemudian penulis menemui
ketua komite sekolah untuk memberitahukan akan diterapkannya sistem ini,
penulis menjelaskan pentingnya penerapan sistem point dalam menegakkan
tata tertib siswa yang kemudian mendapat persetujuan dari ketua komite
sekolah.

Gambar 3.4
Pemberitahuan Sistem Point kepada Ketua Komite Sekolah
27

Setelah proses sosialisasi ke dewan guru dan mendapat persetujuan dari


ketua komite sekolah maka selanjutnya penulis melakukan sosialisasi
penerapan sistem point kepada orang tua/wali siswa, yang output dari
serangkaian proses sosialisasi ini adalah adanya kesepakan dari seluruh dewan
guru, komite sekolah dan orang tua siswa tentang adanya penerpan sistem point
dalam penegakkan disiplin siswa SMA Negeri 16 Malinau.

Gambar 3.5
Sosialisasi Penerapan Sistem Point Kepada Orang Tua Siswa

4. Penerapan Sistem Point


Serangkaian proses mulai dari tahap penyusunan instrumen hingga
pada tahap sosilaisasi telah tercapai maka masuklah pada tahap inti dari
pelaksanaan sistem ini yaitu tahap penerapan sistem point, pada tahap ini
peran guru piket lebih dioptimalkan untuk mencatat semua jenis
pelanggaran yang dilakukan siswa, pencatatan pelanggaran ini dilakukan
tiap hari secara bergantian oleh guru piket harian yang akan dibukukan
kedalam buku piket.
28

Gambar 3.6
Buku piket

5. Evaluasi Proses Pelaksanaan Program


Pada tahap ini, penulis melakukan evaluasi terhadap proses
pelaksanaan penerapan sistem point yang telah dilaksanakan beberapa
minggu belakang, pada tahap evaluasi, penulis bersama-sama dengan
dewan guru saling memberi masukan terhadap guru yang mendapat giliran
piket kedepannya untuk memberikan kode atau keterangan didalam buku
piket terhadap pelanggaran yang baru di lakukan satu kali oleh siswa,
karena pelanggaran pertama (pelanggaran ringan) harsu diberikan teguran
lisan terlebih dahulu sebelum dilakukan proses skoring. Karena tugas guru
dalam hal ini juga merupakan fungsi pembinaan bukanlah mengedepankan
sanksi.
Output dari kegiatan evaluasi ini adalah untuk mengetahui sejauh
mana efektifitas pelaksanaan penerepan sistem point yang telah dijalankan
dan untuk memberikan masukan sebagai bahan perbaikan penerapan
sistem point kedepannya.
29

Gambar 3.7
Evaluasi Proses Pelaksanaan Sistem Point

6. Analisis Hasil pelaksanaan Program


Pada tahap Analisis hasil ini penulis menganalisa catatan pelanggaran
yang dilakukan oleh peserta didik yang telah tertuang kedapalam buku
piket yang dicatat oleh guru piket harian, penulis melakukan rekapitulasi
catatan kedalam kartu kuning (yellow card) yang kemudian di analisis dan
proses skoring
Gambar 3.8
Kartu Kuning (yellow card)
30

Setelah proses rekapitulasi dan analisis selesai dilaksanakan maka


selanjutnya penulis menentukan follow up/ tindak lanjut apa yang harus
dilakukan, proses tindak lanjut ini dilakukan berdasakan jumlah point yang
berkurang oleh setiap siswa, setelah melakukan proses skoring terdapat
siswa yang pointnya telah berkurang sangat banyak dan harus dilakukan
tindak lanjut kunjungan rumah (home visite).

Gambar 3.9
Home visite
31

B. Faktor Pendukung Realisasi Aktualisasi


Adapun faktor-faktor pendukung realisasi Aktualisasi Penerapan Sistem
Point (yellow Card) dalam Peningkatan Kedisplinan Siswa Pada SMA Negeri
16 Malinau Provinsi Kalimantan Utara sebagai berikut:
1. Mendapat dukungan dari mentor dan bimbingan dari coach dalam
melaksanakan aktualisasi.
2. Adanya Tanggapan yang sangat positif dan dukungan penuh dari Ketua
Komite Sekolah terkait Aktualisasi Penulis.
3. Respon Positif orang tua murid saat proses sosialisasi Rancangan
Aktualisasi terhadap orang tua murid.
4. Memudahkan peran dan fungsi guru piket.

C. Faktor Penghambat Realisasi Aktualisasi


Adapun faktor-faktor Penghambat realisasi Aktualisasi Penerapan Sistem
Point (yellow Card) dalam Peningkatan Kedisplinan Siswa Pada SMA Negeri
16 Malinau Provinsi Kalimantan Utara sebagai berikut :
1. Saat proses sosialisasi dengan orang tua murid, masih banyak orang tua
murid yang tidak menghadiri proses sosialisasi tersebut
2. Kurangnya sarana dan prasarana sehingga penulis tidak mampu mencetak
buku tata tertib yang idealnya harus dipegang masing-masing siswa sebagai
buku saku tata tertib siswa.
32

BAB IV
ANALISA

A. Realisasi Aktualisasi Dan Keterkaitan Dengan Substansi Mata Pelatih

Adapun realisasi aktualisasi “Penerapan Sistem Point (yellow Card)

dalam Peningkatan Kedisplinan Siswa Pada SMA Negeri 16 Malinau Provinsi

Kalimantan Utara” dan keterkaitan dengan substansi mata pelatihan sebagai

berikut:

1. Kegiatan 1 yaitu : Penyusunan Rancangan Instrumen

Keterkaitan Mata Pelatihan

Pelayanan Publik

Dalam proses penyusunan instrument mengedepankan fungsi ASN

sebagai pelayanan publik, dimana proses pemberian layanan haruslah

sesuai dengan apa yang dibutuhkan dilapangan.

Akuntabilitas

Pelaksanaan penyusunan instrumen yang berisi tentang kategorisasi

pelanggaran serta sanksi pelanggarannya merupakan pertanggung jawaban

terhadap tugas dan fungsi guru BK dalam melaksanakan kegiatan

Nasionalisme

Dalam penyusunan instrumen terkait pelanggaran serta sanksi maka harus

mempertimbangkan aspek budaya yang ada didaerah

Etika Publik

Penyusunan point mempertimbangkan nilai-nilai yang berlaku


33

dilingkungan masyaratkat

Komitmen Mutu

Penerapan Sistem point dalam menekan pelanggaran disiplin siswa

merupakan inovasi baru di Lokus aktualisasi

Anti Korupsi

Penyusunan skoring harus prosporsional tanpa merenggut hak-hak siswa

2. Kegiatan 2 yaitu : Perencanaan Rancangan Sistem Point

Keterkaitan Mata Pelatihan

Akuntabilitas :

Melakukan konsultasi dan koordinasi merupakan bentuk pertanggung

jawaban atas tugas guru BK

Nasionalisme:

Penyusunan rancangan penerapan sistem point dengan atasan maupun

rekan sejawat merupakan bentuk musyawarah mufakat demi tercapainya

tujuan bersama

Etika Publik:

Saat Memberikan Pendapat kepada Atasan harus mempunyai etika dan

sopan santun serta berkomunikasi yang efektif dan efisien

Komitmen Mutu :

Kolaborasi dalam penyusunan rancangan merupakan inovasi baru dilokus

rancangan .

Anti Korupsi:

Konsultasi dan koordinasi dengan pihak terkait sebagai bentuk


34

transparansi kegiatan.

3. Kegiatan 3 yaitu : Sosialisasi Rancangan

Keterkaitan Mata Pelatihan

Akuntabilitas:

Pelaksanaan penerapan sistem point harus diketahui oleh seluruh pihak

agar pelaksanaannya menjadi tanggung jawab semua pihak yang terkait

Nasionalisme:

Proses sosialisasi rancangan penerapan mengundang semua unsur

pendidikan di sekitar lokus rancangan

Etika publik:

Ketika aturan akan diterapkan, maka seluruh pihak yang terkait harus

mengetahui akan adanya penerapan rancangan tersebut untuk menghindari

konflik dikemudian hari

Komitmen mutu :

Proses sosialisasi harus mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi

sehingga proses sosialisasi dapat dipahami dengan baik

Anti Korupsi :

Keterbukaan rancangan kepada semua pihak untuk menghindari

kemungkinan adanya kecurigaan peserta didik maupun masyarakat

terhadap penerapan rancangan

4. Kegiatan 4 yaitu : Penerapan Sistem Point

Keterkaitan Mata Pelatihan


35

Akuntabilitas :

Setiap unsur sekolah memiliki tanggung jawab masing-masing dalam

pelaksanaan penerapan sistem point

Nasionalisme :

Melakukan pengurangan point kepada setiap siswa yang melakukan

pelanggaran tanpa deskriminasi

Etika Publik :

Dalam pelaksanaan sistem ini, agar berjalan opltimal maka dibutuhkan

sikap saling menghargai antar dewan guru.

Komitmen Mutu :

Pelaksanaan sistem point untuk kedisiplinan siswa merupakan hal yang

baru di lokus rancangan

Anti Korupsi :

Proses penginputan data skoring harus transparan dan diketahui oleh

semua pihak

5. Kegiatan 5 yaitu : Evaluasi Proses Pelaksanaan Sistem Point

Keterkaitan Mata Pelatihan

Akuntabilitas:

Setiap unsur yang terkait dalam pelaksanaan sistem ini dapat melihat

pertanggung jawaban dari tanggung jawab masing-masing unsur

Nasionalisme :

Musyawarah antar dewan guru untuk meninjau proses pelaksanaan sistem.


36

Etika publik :

Penyampaian masukan saat evaluasi harus menjunjung tinggi etika

berkomunikasi

Komitmen mutu :

Kegiatan evaluasi terhadap guru piket merupakan inovasi dalam lokus

rancangan karena selama ini guru piket dalam pelaksanaannya tidak

dievaluasi.

Anti Korupsi :

Kegiatan evaluasi proses pelaksanaan kegiatan bersifat demoratis, semua

pihak bisa memberikan masukan secara bebas sehingga tidak ada pihak

yang merasa diambil hak berpendapatnya didaam proses evaluasi.

6. Kegiatan 6 yaitu : Analisis Hasil Pelaksanaan Aktualisasi

Keterkaitan Mata Pelatihan

Akuntabilitas:

Setiap unsur yang terkait dalam pelaksanaan sistem ini dapat melihat

pertanggung jawaban dari tanggung jawab masing-masing unsur

Nasionalisme :

Musyawarah antar dewan guru untuk meninjau proses pelaksanaan sistem.

Etika publik :

Penyampaian masukan saat evaluasi harus menjunjung tinggi etika

berkomunikasi

Komitmen mutu :

Kegiatan evaluasi terhadap guru piket merupakan inovasi dalam lokus


37

rancangan karena selama ini guru piket dalam pelaksanaannya tidak

dievaluasi.

Anti Korupsi :

Dalam proses analisis pelaksanaan program ini, semua pelanggaran dicatat

secara objektif oleh penulis, sehingga tidak ada penambahan ataupun

pengurangan point secara sepihak oleh penulis

B. Realisasi Aktualisasi Dan Kontribusi terhadap Visi Misi Organisasi

Adapun realisasi aktualisasi “Penerapan Sistem Point (yellow Card)

dalam Peningkatan Kedisplinan Siswa Pada SMA Negeri 16 Malinau Provinsi

Kalimantan Utara” dan konstribusi terhadap visi misi organisasi sebagai

berikut:

1. Kegiatan 1 yaitu : Penyusunan Rancangan Instrumen

Kontribusi visi misi : Terwujudnya rancangan instrumen yang dapat

menciptakan peserta didik yang unggul dalam budi pekerti dan berakhlak

mulia.

2. Kegiatan 2 yaitu : Perencanaan Rancangan Sistem Point

Kontribusi visi misi : Terwujudnya penilaian pendidikan yang terstandar

khususnya nilai afektif siswa.

3. Kegiatan 3 yaitu : Sosialisasi Rancangan

Kontribusi visi misi:

Terwujudnya komunikasi yang baik antar guru maupun orang tua siswa

4. Kegiatan 4 yaitu : Penerapan Sistem Point


38

Kontribusi visi misi :

1. Terwujudnya peserta didik yang memiliki penghayatan dan

pengamalan terhadap ajaran agama yang dianut

2. Terwujudnya peserta didik yang unggul berbudi pekerti dan berakhlak

mulia

3. Terwujudnya peserta didik yang memiliki jiwa kedisiplinan

4. Terwujudnya peserta didik yang berprestasi, berdaya saing dan

berbudaya

5. Kegiatan 5 yaitu : Evaluasi Proses Pelaksanaan Sistem Point

Kontribusi visi misi : Terwujudnya pengolaan pendidikan yang sesuai

dengan unsur manajemen, terjalinnya komunikasi yang baik antar guru

untuk bersama memperbaiki kondisi yang ada.

6. Kegiatan 6 yaitu : Analisis Hasil Pelaksanaan Aktualisasi

Kontribusi visi misi : Terwujudnya sistem penilaian yang terstandar.

C. Realisasi Aktualisasi dan Penguatan Nilai-nilai Organisasi


Adapun realisasi Aktualisasi dan Penguatan Nilai-nilai Organisasi dari
kegiatan aktualisasi “Penerapan Sistem Point (yellow Card) dalam Peningkatan
Kedisplinan Siswa Pada SMA Negeri 16 Malinau Provinsi Kalimantan Utara”
yaitu:

1. Kegiatan 1 yaitu : Penyusunan Rancangan Instrumen

Penguatan Nilai : Terwujudnya sistem yang jelas terkait tata tertib

sekolah melaui peran bimbingan dan konseling


39

2. Kegiatan 2 yaitu : Perencanaan Rancangan Sistem Point

Penguatan Nilai : Terwujudnya pembinaan pola kedisiplinan siswa

dengan aturan yang jelas

3. Kegiatan 3 yaitu : Sosialisasi Rancangan

Penguatan Nilai : Terwujudnya kolabirasi antar pihak sekolah, komite

sekolah dan orang tua demi peserta didik yang memahami arti penting

kedisiplinan

4. Kegiatan 4 yaitu : Penerapan Sistem Point

Penguatan Nilai : Terwujudnya peserta didik yang menumbuhkan budi

pekerti dan akhlak mulia

5. Kegiatan 5 yaitu : Evaluasi Proses Pelaksanaan Sistem Point

Penguatan Nilai : Terwujudnya proses belajar mengajar yang efektif

dan efisien dengan teratasinya pelanggaran tata tertib sekolah

6. Kegiatan 6 yaitu : Analisis Hasil Pelaksanaan Aktualisasi

Penguatan Nilai : Terwujudnya standar nilai sikap peserta didik dan

berkurangnya unsur subjektifitas guru dalam memberikan penilaian


40

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam proses aktualisasi nilai-nilai dasar profesi Aparatur Sipil Negara
telah terlaksana 8 kegiatan sesuai dengan rancangan aktualisasi yang dibuat
sebelumnya. Nilai-nilai ANEKA meliputi akuntabilitas, nasionalisme, etika
publik, komitmen mutu dan anti korupsi telah dapat teraktualisasi dengan 8
kegiatan yang dilaksanakan tersebut. Pengaktualisasian nilai-nilai ANEKA
mampu memberikan dampak positif kepada peserta diklat untuk lebih
professional dan berdedikasi dalam proses melaksanakan setiap tugas dan
kewajiban sebagai abdi negara di bidang tugas pada SMA Negeri 16 Malinau.
Dampak tersebut secara tidak langsung memberikan manfaat positif bagi lokus
kegiatan, dimana terjadi perubahan yang sigbifikan terhadap pelanggaran yang
biasanya terjadi secara masif di lokus kegiatan. Meningkatnya pemahaman
peserta didik tentang arti penting sebuah kedisiplinan sebagai kunci keberhasilan,
serta memudahkan pendidik dalam melakukan penilaian sikap karena dapat
dilihat dai seberapa jauh pelanggaran yang dilakukan siswa melakui catatan
anecdota siswa

B. SARAN
Setelah melaksanakan semua kegiatan aktualisasi pada SMA Negeri 16
Malinau Provinsi Kalimantan Utara, dan melihat keberhasilan dalam mengelola
sistem aturan sehingga meningkatkan kedisiplinan siswa, penulis merasa bahwa
penerapan sistem point dalam meningkatkan kedisiplinan siswa dapat menjadi
inovasi bagi satuan pendidikan lainnya untuk mencoba menerapkan sistem ini
terutama bagi sekolah yang memiliki siswa dengan tingkat kedisiplinan yang
rendah.

Anda mungkin juga menyukai