DAFTAR ISI................................................................................................................................... 1
A. Dasar Teori.............................................................................................................................. 2
1. Tanah.................................................................................................................................... 2
C. Pemodelan ............................................................................................................................. 17
D. Kesimpulan ........................................................................................................................... 24
1
A. Dasar Teori
Tanah
Tanah merupakan bagian dari kerak bumi yang terbentuk dari mineral dan bahan organik.
Tanah memegang peranan yang vital bagi seluruh kehidupan di bumi ini karena tanah tanah
mendukung kehidupan tumbuhan sebagai penyokong unsur hara dan air serta menjadi
penopang bagi akar. Struktur tanah yang berongga (void) merupakan tempat yang baik bagi
akar untuk bernapas dan bertumbuh. Tanah juga sering digunakan sebagai habitat hidup
berbagai mikroorganisme. Bagi sebagian besar hewan, tanah menjadi lahan untuk hidup dan
bergerak.
Proses pembentukan tanah dimulai dari pelapukan sebuah batuan, baik pelapukan secara fisik
maupun pelapukan secara kimia. Karena proses ini, batuan akan menjadi lunak dan mengalami
perubahan komposisinya. Batuan yang lapuk ini belum dapat dikatakan sebagai tanah,
melainkan sebagai bahan tanah (regolith) karena masih menunjukkan struktur batuan induk.
Proses pelapukan ini terus berlangsung hingga bahan induk tanah berubah menjadi tanah
sebenarnya. Proses pelapukan inilah yang menjadi titik awal terbentuknya tanah. Sehingga
faktor yang mendorong pelapukan juga turut berperan dalam pembentukan tanah. Faktor-
faktor tersebut antara lain adalah iklim, organisme, bahan induk dan topografi.
Akibat dinamika faktor-faktor tersebut maka terbentuklah berbagai jenis tanah yang beragam
dan dapat dilakukan klasifikasi tanah. Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem
penggolongan yang sistematis dari jenis-jenis tanah yang mempunyai sifat-sifat yang sama ke
dalam kelompok-kelompok dan sub kelompok berdasarkan pemakaiannya (Das,1995)
a. Klasifikasi tanah
Sistem klasifikasi tanah dibuat dengan tujuan untuk memberikan informasi karakteristik dan
sifat-sifat fisis tanah. Karena sifat dan perilaku tanah yang begitu beragam, sistem klasifikasi
mengelompokan tanah ke dalam kategori yang umum dimana tanah memiliki kesamaan sifat
fisik. Klasifikasi tanah juga berguna untuk studi yang terperinci mengenai keadaan tanah
tersebut serta kebutuhan penguji untuk menentukan sifat teknis tanah seperti karakteristik
pemadatan, kekuatan tanah, berat isi dan sebagainya (Bowles, 1989).
Banyak sistem klasifikasi tanah yang telah disusun antara lain sistem klasifikasi Dudal-
Soepraptohardjo, Sistem Soil Taxonomy (USDA), Sistem World Reference Base for Soil
Resources, Sistem Unified Soil Clasification System (USCS) dan SistemAmerican Association
Of State Highway and Transporting Official (AASHTO). Namun yang paling umum
digunakan adalah sistem USCS dan AASHTO. Berikut kami akan menjelaskan secara singkat
kedua sistem klasifikasi ini.
2
a) Ukuran butir tanah
Kerikil : fraksi melewati saringan 75-mm (3-inch ) dan tertahan pada saringan no 10 (2 mm)
Pasir : fraksi melewati saringan no 10 (2 mm) dan tertahan pada saringan no 200 (0,075 mm)
Lumpur dan lanau : fraksi melewati saringan no 200
b) Plastisitas
Tanah disebut tanah berlumpur (silty) ketika fraksi halus tanah memiliki indeks plastisitas 10
atau kurang. Sedangkan tanah liat (clay) adalah ketika fraksi halus tanah memiliki indeks
plastisitas 11 atau lebih. Jika berbatu dan bongkah (ukuran lebih besar dari 75 mm) yang diuji,
mereka dipisahkan dari bagian dari sampel tanah dari mana klasifikasi tersebut dibuat.
Namun, persentase material tersebut dicatat.
Untuk mengklasifikasikan tanah yang sesuai dengan tabel dibawah, kita harus menerapkan
data uji mulai dari kiri ke kanan. Dengan proses eliminasi, tanah dikelompokan pertama dari
kiri lalu menuju ke kriteria yang sesuai.
3
2) Sistem Unified Soil Clasification System (USCS)
Sistem ini mengklasifikasikan tanah menjadi dua kategori besar :
a) Tanah kasar dengan syarat kurang dari 50% tanah lolos melalui saringan no 200. Kelompok
ini dimulai dengan simbol awal G atau S. G singkatan gravell /kerikil, dan S(sand) untuk
pasir atau tanah berpasir.
b) Tanah Halus adalah tanah dengan 50% atau lebih dapat melalui saringan no 20. Simbol
kelompok ini dimulai dengan prefiks dari M, yang merupakan singkatan dari lumpur
anorganik, C untuk lanau anorganik, atau O untuk lumpurdan lanau organik. Simbol Pt
digunakan untuk gambut, tanah kotoran dan tanah lain yang kadar organiknya tinggi.
4
Simbol lainnya yang digunakan untuk klasifikasi adalah
W-well graded (bergradasi baik)
P – poorly graded
L – plastisitas rendah (batas cair kurang dari 50)
H – plastisitas tinggi (batas cair lebih dari 50)
Untuk menentukan klasifikasi tanah pada sistem USCS digunakan tabel dibawah ini dengan
cara eliminasi dari kiri ke kanan seperti pada klasifikasi AASHTO. Untuk informasi tambahan
dalam sistem ini juga dapat digunakan plasticity chart yang kami cantumkan dibawah.
5
Namun dalam menggunakan klasifikasi ini perlu diketahui beberapa informasi penting yang
dapat dicari dengan berbagai pengujian terdahulu pada tanah, yakni :
Persentase kerikil, yaitu fraksi melewati saringan dengan ukuran 76,2 mm saringan dan
tertahan di saringan no. 4 (4,75-mm)
Persentase pasir, yaitu fraksi yang melewati saringan no. 4 (4,75 mm pembukaan)
dan tertahan pada saringan no. 200 (0,075 mm)
Persen lumpur dan tanah liat, yaitu tanah yang lolos dari saringan no. 200 (0.075 mm)
Koefisien keseragaman (Cu) dan koefisien gradasi (Cc)
Batas cair dan indeks plastisitas tanah yang melewati saringan no. 40
b. Parameter Kekuatan Geser Tanah
Kuat geser tanah adalah kemampuan tanah melawan tegangan geser yang terjadi pada saat
terbebani. Keruntuhan geser (Shear failur) tanah terjadi bukan disebabkan karena hancumya
butir-butir tanah tersebut tetapi karena adanya gerak relatif antara butir-butir tanah tersebut.
Pada peristiwa kelongsoran suatu lereng berarti telah terjadi pergeseran dalam butir-butir
tanah tersebut. Kekuatan geser yang dimiliki oleh suatu tanah disebabkan oleh :
Pada tanah berbutir halus (kohesif) misalnya lempung kekuatan geser yang dimiliki
tanah disebabkan karena adanya kohesi atau lekatan antara butir-butir tanah (c soil).
Pada tanah berbutir kasar (non kohesif), kekuatan geser disebabkan karena adanya
gesekan antara butir-butir tanah sehingga sering disebut sudut gesek dalam (Ø soil).
6
Pada tanah yang merupakan campuran antara tanah halus dan tanah kasar (c dan Ø soil),
kekuatan geser disebabkan karena adanya lekatan(karena kohesi) dan gesekan antara
butir-butir tanah (karena Ø)
Kuat geser dinyatakan dalam rumus :
7
c. Tanah Timbunan
Spesifikasi teknis untuk tanah timbunan sesuai dengan PM No 60 tahun 2012 adalah sebagai
berikut:
8
Bagian bawah lapis dasar harus terletak minimum 0,75 m di atas elevasi muka air
tanah tertinggi.
Sebagai gambaran adalah tegangan kontak antara rel dan roda adalah sekitar 6000 kg/cm2, dan
harus ditranfer ke tanah dasar yang berkekuatan hanya sekitar 2 kg/cm2.
Struktur jalan rel, secara garis besar dapat dibagi dua yaitu:
1) Struktur bangunan atas dengan komponen-komponen, rel (rail), penambat (fastening) dan
bantalan (sleeper, tie)
2) Struktur bangunan bawah, dengan komponen-komponen, balas (ballast), subbalas
(subballast), tanah dasar (improve. subgrade) dan tanah asli (natural ground).
Pada kondisi tertentu balas dapat dibagi 2 lapisan yaitu balas atas (top ballast) dan ballast
bawah (bottom ballast).
9
No Beban Berat Volume Satuan Nilai Beban (KN/3m/m)
1 Kereta 8.75 Ton/m 29.17
2 Rel 54 kg/m 0.36
3 Penambat 2.75 kg/buah 0.02
4 Bantalan 200 kg/buah 1.11
5 Lapis Ballast 1,800 kg/m3 16.20
6 Lapis Sub ballast 1,400 kg/m3 12.60
Total 59.45
B. Data Lapangan
Hasil Penyelidikan Lapangan
Hasil penyelidikan lapangan yang digunakan adalah hasil CPT (Sondir) dan Data
Laboraturium untuk sampel pada kedalaman 1,5 m dan 3,5 m pada lokasi Km. 68+100 . Hal
ini di dasarkan pada hasil sondir pada lokasi tersebut memiliki nilai yang paling rendah.
Hasil uji sesuai dengan grafik dan tabel dibawah.
MH – Silt Clay
Qc rata-rata = 1500 kN/m2
Pasir
Qc rata-rata = 4000 kN/m2
Pasir Berlanau
Qc rata-rata = 2500 kN/m2
10
Dalam penentuan parameter tanah yang tidak termuat dalam hasil penyelidikan, digunakan
pendekatan (korelasi) sesuai sumber yang termuat dalam gambar berikut,
11
12
Sumber : Mekanika Tanah - Braja M- Das jilid I
Berdasarkan hassil analisa pendekatan parameter material tanah sesuai dengan sumber yang
telah dicantumkan didapatkan hasil sesuai tabel berikut :
13
Rekap Poperti timbunan existing
PARAMETER NAMA SATUAN NILAI
existing Ex 1 Ex2
Model Material Model - MC MC MC
Jenis Perilaku Material Jenis - Drained Drained Drained
Berat Isi Tanah kering ϒunsat kN/m3 17 18 16
Berat isi tanah jenuh ϒsat kN/m3 18 19 17
Permeabilitas Horizontal kx m/hari 0,864 0,864 0,864
Permeabilitas Vertikal ky m/hari 0,864 0,864 0,864
2
Modulus Young (konstan) Eref kN/m 40000 40000 6000
Angka Poison v - 0,3 0,3 0,33
Kohesi (konstan) cref kN/m2 5 20 5
o
Sudut Geser ø 45 45 15
Sudut Dilatansi Ѱ o
- - -
14
Properti timbunan new track
Untuk properti data timbunan new track diambil dari laporan justifikasi konstruksi timbunan
daerah rawa pada proyek JGJM-07, sebagai berikut:
Catatan:
Besarnya Pult sangat bergantung kuat geser tanah di selimut dan ujung cerucuk
bambu, misal nilai pada tanah lempung lunak adalah nilai cu nya.
15
Sirtu, limestone, dan rockfill
Untuk properti data sirtu, limestone, dan rockfill diambil dari laporan justifikasi konstruksi
timbunan daerah rawa pada proyek JGJM-07, sebagai berikut:
cu E
Lapisan 2
(kN/m )3
(kN/m ) () (kN/m2/m)
Sirtu 18.5 10 35 24000 0.33
Rockfill 22 7 43 26000 0.33
Limestone 21 40 32 50000 0.25
16
C. Pemodelan
Timbunan Normal tanpa Perkuatan
Geometri timbunan disesuikan dengan gambar cross section pada Km. 68+100, sebagai
berikut:
Tinggi timbunan adalah 3m dengan tebal tiap lapis tanah pada timbunan new track adalah 0,3
m. Tahapan analisa yang dipakai meliputi:
17
Ganbar akhir proses timbunan dengan penurunan 7,18 cm
18
Gambar bidang kelongsoran dengan nilai angka keamanan 1,56
19
Gambar Akhir proses timbunan dengan penurunan 6,9 cm
21
Gambar setelah masa Konsolidasi dengan penurunan 6,98 cm
22
23
D. Kesimpulan
Angka keamanan hasil analisa menunjukkan, Model Perkuatan dengan limestone dan sirtu
dibungkus geotex menghasilkan nilai terbesar yaitu 1,65. Diikuti oleh Model Perkuatan
dengan matras dan cerucuk bambu menghasilkan nilai sebesar 1,58. Terkecil yaitu model
tanpa perkuatan dengan angka keamanan sebesar 1,56.
SF
1,5
1,0
0,5
24