Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN

PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN

“PENYEGARAN KADER POSYANDU”

Oleh :

Mahasiswa D-III GIZI

Semester VI

KEMENTRIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

JURUSAN GIZI

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga penyusunan Laporan Praktek Belajar Lapangan Mata Kuliah
Penyuluhan dan Konsultasi Gizi Semester IV Mahasiswa Prodi D-III Jurusan Gizi Polteknik
Kesehatan Kemenkes Pontianak ini dapat diselesaikan pada waktunya.

Praktek Belajar Lapangan ini merupakan salah satu program pendidikan di tingkat Ahli
Madya Gizi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Pontianak. Laporan Praktek
Belajar Lapangan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
Praktek Belajar Lapangan (PBL) bagi para Mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Pontianak.
Selain itu disusun berdasarkan materi yang disampaikan oleh Mahasiswa jurusan gizi
mengenai Penyegaran Kader Posyandu.

Terimakasih kami sampaikan kepada para penyusun dan pihak-pihak yang terlibat dalam
penyusunan laporan ini. Semoga dengan Laporan Praktek Belajar Lapangan Mata Kuliah
Penyuluhan dan Konsultasi Gizi ini dapat memberikan manfaat bagi para Mahasiswa maupun
pembaca. Laporan ini tidak terlepas dari kekurangan-kekurangan, oleh karena itu saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi perbaikan di masa mendatang.

Pontianak, Mei 2019

Mahasiswa/mahasiswi

Jurusan Gizi Poltekkes Pontianak


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kegiatan Posyandu merupakan salah satu upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat yang melibatkan partisipasi masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan
dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat, yang dilaksanakan oleh
kader kesehatan yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari puskesmas
mengenai pelayanan kesehatan dasar. Selain itu, program Posyandu merupakan salah
satu upaya pemerintah untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak serta angka
kelahiran.
Posyandu memiliki fungsi sebagai pelayanan informasi kesehatan ibu dan
anak, dinilai sangat efektif dalam menurunkan Angka Kematian Bayi. Posyandu
bukan sekedar tempat menimbang berat badan balita, namun juga pelayanan gizi dan
pemeriksaan ibu hamil (Bappenas, 2010). Pelaksanaan kegiatan posyandu
memerlukan peran serta masyarakat, khususnya kader posyandu. Kader posyandu
berasal dari anggota masyarakat yang mau bekerjasama secara ikhlas, mau dan
sanggup melaksanakan kegiatan posyandu, serta sanggup menggerakkan masyarakat
untuk melaksanakan kegiatan posyandu, sehingga keaktifan kader sangat diperlukan
dalam kegiatan ini. Kinerja posyandu sangat tergantung dari peran, motivasi, dan
kemampuan para kader dalam melaksanakan kegiatan posyandu. Hal inilah yang
perlu disadari mengingat timbulnya berbagai faktor yang mempengaruhi kinerja dan
motivasi kader posyandu, baik secara internal maupun eksternal (Alven, 2008).
Namun Kurangnya pemahaman dan keterampilan pelayanan, menyebabkan kader
kurang mandiri sehingga sangat tergantung pada petugas kesehatan dan puskesmas
(Kirana, 2005).
Untuk menanggulangi hal tersebut Mahasiswa Jurusan Gizi mengadakan
Kegiatan Praktek Belajar Lapangan tentang Penyegaran Kader Posyandu ini
merupakan suatu kegiatan yang tepat dalam memperkenalkan, melatih, dan
meningkatkan kemampuan peserta didik maupun kader posyandu dalam hal
pelayanan kesehatan masyarakat dan juga untuk mengetahui masalah-masalah
kesehatan yang terdapat di posyandu.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan pelatihan atau penyegaran kader posyandu

2. Tujuan Khusus
- Mahasiswa mampu menjelaskan atau memahami sistem lima meja dalam
pelayanan di posyandu
- Mahasiswa dapat melakukan penimbangan dengan benar
- Mahasiswa dapat memahami pengisian KMS di posyandu
- Mahasiswa dapat memahami balok SKDN

C. KEGIATAN
1. Pembukaan acara
2. Sambutan dari bapak Agustiansyah, SKM, M. Kes
3. Penyampaian materi sistem 5 meja
4. Penyampaian materi Posyandu dan Penimbangan
5. Penyampaian materi Pengisian KMS
6. Penyampaian materi Balok SKDN
7. Penutup
D. PESERTA DAN PEMBIMBING/INSTRUKTUR
1. Peserta
- Peserta Praktek Belajar Lapangan (PBL) ini adalah Mahasiswa Prodi Diploma
III Gizi Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Pontianak semester IV berjumlah
40 orang.
- Seluruh kader-kader posyandu di kelurahan siantan hulu

2. Pembimbing/Instruktur
Pembimbing atau intsruktur adalah profesi gizi yang memiliki kemampuan dalam
implementasi gizi masyarakat untuk mencapai kempetensi yang harus dimiliki
mahasiswa yang sudah memiliki pengalaman.

E. WAKTU DAN LOKASI


Pelaksanaan praktek Belajar Lapangan Penyegaran Kader Posyandu dilaksanakan
pada tanggal 04 mei 2019 di Kantor Kelurahan Siantan Hulu.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Sistem Lima Meja


a. Pengertian
sistem 5 meja posyandu adalah pelaksanaan kegiatan posyandu yang
dilaksanakan di hari buka posyandu dimana meja yang tersedia terdiri dari 5
meja dengan fungsi yang berbeda, meja 1 sampai 4 dilaksanakan oleh kader
posyandu, sedangkan meja ke 5 dilaksanakan oleh petugas lintas sektor, yaitu
petugas kesehatan, PLKB, atau yang lainnya.
Masing-masing meja memiliki tugas yang berbeda, berikut penjelasan
mengenai sistem 5 meja posyandu

Meja I : Pendaftaran bayi balita, ibu hamil dan ibu menyusui

Meja II : Penimbangan dan pemantauan tumbuh kembang bayi balita

Meja III : Pencatatan hasil penimbangan termasuk pengisian KMS atau buku
KIA

Meja IV : Penyuluhan dan pelayanan gizi epada ibu balita, ibu hamil dan ibu
menyusui. Termasuk pemberian kapsul vitamin A, tablet tambah darah dan
PMT (Pemberian Makanan Tambahan ), dan merujuk balita ke meja V

Meja V : Pelayanan kesehatan ibu hamil, KB dan imunisasi bayi balita

b. Kegiatan di MEJA 1 Posyandu

Pendaftaran bayi balita, ibu hamil dan ibu menyusui

Balita didaftar dalam formulir pencatatan balita dan ibu hamil didaftar dalam
formulir catatan untuk ibu hamil.

Bila anak sudah memiliki KMS, berarti bulan lalu anak sudah ditimbang.
Minta KMSnya, kemudian ibu balita diminta membawa anaknya menuju
tempat penimbangan.
Bila anak belum punya KMS, berarti baru bulan ini ikut penimbangan atau
KMS lamanya hilang. Ambil KMS baru, kolomnya diisi secara lengkap, nama
anak dicatat pada secarik kertas. Secarik kertas ini diselipkan di KMS,
kemudian ibu balita diminta membawa anaknya ke tempat penimbangan.

Ibu hamil yang tidak membawa balita diminta langsung menuju ke meja 4
untuk mendapat pelayanan gizi oleh kader serta pelayanan oleh petugas
kesehatan di meja 5.

Ibu akseptor KB yang belum menjadi peserta KB dicatat namanya pada


secarik kertas, dan ibu menyerahkan kertas itu langsung kepada petugas
kesehatan di meja 5.

c. Kegiatan di MEJA 2 Posyandu

Penimbangan dan pemantauan tumbuh kembang bayi balita

Hasil penimbangan berat anak dicatat pada secarik kertas yang terselip di
KMS.

Selesai ditimbang, ibu dan anaknya dipersilakan menu meja 3, yaitu meja
pencatatan.

d. Kegiatan di MEJA 3 Posyandu

Pencatatan hasil penimbangan termasuk pengisian KMS atau buku KIA

Buka KMS balita yang bersangkutan.

Pindahkan hasil penimbangan anak dari secarik kertas ke KMSnya.

Pada penimbangan pertama, isilah semua kolom yang tersedia pada KMS.

Bila ada Kartu Kelahiran, catatlah bulan lahir anak dari kartu tersebut.

Bila tidak ada Kartu Kelahiran tetapi ibu ingat, catatlah bulan lahir anak sesuai
ingatan ibunya.

Bila ibu tidak ingat dan hanya tahu umur anaknya yang sekarang, perkirakan
bulan lahir anak dan catat.
e. Kegiatan di MEJA 4 Posyandu

Penyuluhan dan pelayanan gizi epada ibu balita, ibu hamil dan ibu menyusui

Penyuluhan untuk semua orang tua balita. Mintalah KMS anak, perhatikan
umur dan hasil penimbangan pada bulan ini. Kemudian ibu balita diberi
penyuluhan.

Penyuluhan untuk semua ibu hamil. Anjurkan juga agar ibu memeriksakan
kehamilannya sebanyak minimal 5 kali selama kehamilan pada petugas
kesehatan atau Bidan.

Penyuluhan untuk semua ibu menyusui mengenai pentingnya ASI, garam


iodium dan vitamin A.

Pemberian kapsul vitamin A dilakukan setiap bulan februari dan agustus,


tablet tambah darah untuk ibu hamil dan PMT (Pemberian Makanan
Tambahan ) untuk balita dan ibu hamil

Merujuk balita ke meja V untuk pelayanan imunisasi

f. Kegiatan di MEJA 5 Posyandu

Pelayanan kesehatan ibu hamil, KB dan imunisasi bayi balita

Kegiatan di meja 5 adalah kegiatan pelayanan kesehatan dan pelayanan KB,


imunisasi serta pemberian oralit. Kegiatan ini dipimpin dan dilaksanakan oleh
petugas kesehatan dari Puskesmas.

Ibu hamil akan diperiksa kesehatan ibu dan janin

Bayi atau anak sasaran imunisasi akan dilakukan penyuntikan imunisasi seusai
jadwal vaksinnya.

Ibu akseptor KB akan mendapatkan pelayanan KB.

Kegiatan posyandu dimulai pagi hari sekitar pukul 07.00 WIB sampai dengan
selesai. Petugas posyandu terdiri dari kader posyandu yang berjumlah 5 orang
dan petugas kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan serta
penyuluhan, setiap 1 orang kader berada di masing-masing meja untuk
membantu lancarnya kegiatan posyandu.

2. Posyandu dan Penimbangan

A. Pengertian
Posyandu merupakan salah bentuk upaya kesehatan bersumber masyarakat (
UKBM ) yang dikelola dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar.
Upaya peningkatan peran dan fungsi posyandu bukan semata-mata tanggung jwab
pemerintah saja, namun semua komponen yang ada di masyarakat, termasuk
kader. Peran kader dalam penyelenggaraan Posyandu sangat besar karena selain
sebagai pemberi informasi kesehatan kepada masyarakat juga sebagai penggerak
masyarakat untuk datang ke Posyandu dan melaksanakan perilaku hidup bersih
dan sehat.
B. Tujuan
1. Meningkatnya peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan
dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.
2. Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan Posyandu, terutama
berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.
3. Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar, terutama
yang berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA

C. Kegiatan Pelayanan di Posyandu


Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan
pengembangan/pilihan.
1. Kegiatan utama, mencakup;
a. Kesehatan ibu dan anak;
b. Keluarga berencana;
c. Imunisasi;
d. Gizi;
e. Pencegahan dan penanggulangan diare.
2. Kegiatan pengembangan/pilihan, masyarakat dapat menambah kegiatan baru
disamping lima kegiatan utama yang telah ditetapkan, dinamakan Posyandu
Terintegrasi. Kegiatan baru tersebut misalnya;
f. Bina Keluarga Balita (BKB);
g. Tanaman Obat Keluarga (TOGA);
h. Bina Keluarga Lansia (BKL);
i. Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD);
j. Berbagai program pembangunan masyarakat desa lainnya

D. Sasaran
Semua anggota masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan dasar
yang ada di Posyandu terutama;
a. Bayi dan anak balita;
b. Ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui;
c. Pasangan usia subur;
d. Pengasuh anak.
E. Penyelenggaraan
a. Waktu : 1 x sebulan
b. Hari dan waktunya sesuai dengan hasil kesepakatan masyarakat.
c. Tenaga : 5 kader + petugas puskesmas
d. Posyandu berlokasi di setiap desa/kelurahan/RT/RW atau dusun, salah satu
kios di pasar, salah satu ruangan perkantoran, atau tempat khusus yang dibangun
oleh swadaya masyarakat.
e. Tempat penyelenggaraan kegiatan Posyandu sebaiknya berada di lokasi yang
mudah dijangkau oleh masyarakat.
F. Manfaat
1. Bagi Masyarakat
a. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan
kesehatan bagi ibu, bayi, dan anak balita.
b. Pertumbuhan anak balita terpantau sehingga tidak menderita gizi kurang atau
gizi buruk.
c. Bayi dan anak balita mendapatkan kapsul Vitamin
d. Bayi memperoleh imunisasi lengkap.
e. Ibu hamil akan terpantau berat badannya dan memperoleh tablet tambah darah
(Fe) serta imunisasi Tetanus Toksoid (TT).
f. Ibu nifas memperoleh kapsul Vitamin A dan tablet tambah darah (Fe).
g. Memperoleh penyuluhan kesehatan terkait tentang kesehatan ibu dan anak.
h. Apabila terdapat kelainan pada bayi, anak balita, ibu hamil, ibu nifas dan ibu
menyusui dapat segera diketahui dan dirujuk ke puskesmas.
i. Dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang kesehatan ibu, bayi, dan
anak balita.

2. Bagi Kader
a. Mendapatkan berbagai informasi kesehatan lebih dahulu dan lebih lengkap.
b. Ikut berperan secara nyata dalam perkembangan tumbuh kembang anak balita
dan kesehatan ibu.
c. Citra diri meningkat di mata masyarakat sebagai orang yang terpercaya dalam
bidang kesehatan.
d. Menjadi panutan karena telah mengabdi demi pertumbuhan anak dan
kesehatan ibu
G. Pembentukkan Posyandu
Langkah-langkah pembentukan Posyandu.
1. Mempersiapkan para petugas/aparat sehingga bersedia dan memiliki
kemampuan mengelola serta membina Posyandu.
2. Mempersiapkan masyarakat, khususnya tokoh masyarakat sehingga bersedia
mendukung penyelenggaraan Posyandu.
3. Melakukan Survei Mawas Diri (SMD) agar masyarakat mempunyai rasa
memiliki, melalui penemuan sendiri masalah yang dihadapi dan potensi yang
dimiliki.
4. Melakukan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) untuk mendapatkan
dukungan dari tokoh masyarakat.
5. Membentuk dan memantau kegiatan Posyandu dengan kegiatan pemilihan
pengurus dan kader, orientasi pengurus dan pelatihan kader Posyandu,
pembentukan dan peresmian Posyandu, serta penyelengaraan dan pemantauan
kegiatan Posyandu.
H. Jenis-jenis Posyandu
1. Posyandu Pratama
Adalah Posyandu yang belum mantap, kegiatan bulanan Posyandu BELUM
RUTIN Jumlah Kader < 5karena belum siapnya masyarakat. Intervensi
:memotivasi masyarakat serta menambah jumlah kader.
2. Posyandu Madya
Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan > 8 kali per tahun,Jumlah
Kader >= 5 cakupan kelima kegiatan utamanya masih rendah, yaitu kurang dari
50%. Intervensi :
a. Pelatihan TOMA
b. SMD dan MMD
3. Posyandu Purnama
Jumlah keg >= 8 kali/tahun , mampu melaksanakan keg tambahan, cakupan
keg > 50%, Jumlah kader >= 5, Dana sehat dengan Jml Peserta < 50% KK.
Intervensi : Sosialisasi dan Pelatihan Dana sehat.

4. Posyandu Mandiri
Jumlah keg >= 8 kali/tahun , mampu melaksanakan keg tambahan, cakupan
keg > 50%, jumlah kader >= 5, dana sehat dengan Jml Peserta >= 50% KK.
Intervensi : Pembinaan Dana sehat.

I. Penimbangan
Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang
digunakan dilapangan sebaliknya memenuhi beberapa persyaratan :
a. Mudah dibawa dari satu tempat ketempat yang lain.
b. Mudah diperoleh dan relatif murah harganya .
c. Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg.
d. Skalanya mudah dibaca .
e. Cukup aman untuk menimbang anak balita (Supariasa, 2003)
Penimbangan berat badan dapat menggunakan :
1. Dacin
Penggunaan dacin mempunyai beberapa keuntungan antara lain :
a. Dacin sudah dikenal umum sampai di pelosok pedesaan.
b. Dibuat di Indonesia, bukan impor, dan mudah didapat.
c. Ketelitian dan ketepatan cukup baik.
Langkah – langkah menggunakan Dacin :
a. Gantungkan dacin pada penyangga kaki tiga atau pelana rumah, periksalah
apakah dacin sudah terpasang kuat
b. Sejajarkan batang dacin dengan mata penimbang
c. Letakkan bandul geser pada angka 0, batang dacin dikaitkan dengan tali
pengaman
d. Pasang sarung timbangan yang kosong pada dacin
e. Seimbangkan dacin yang sudah dibebani sarung dengan cara mengikatkan
kantung yang sudah diisi pasir/beras, diujung timbangan sampai jarum seimbang
f. Anak ditimbang, geser bandul sampai jarum timbangan tegak lurus
g. Tentukan BB bayi atau balita dengan membaca angka diujung bandul geser
dan hasil dicatat di secarik kertas berikut nama anak
h. Catat hasil penimbangan
i. Kembalikan bandul geser pada angka 0. Masukkan ujung batang dacin ke tali
pengaman. Baru anak diturunkan.

2. Baby Scale
Langkah-langkah menggunakan Baby Scale :
a. Tempatkan alat pada ruangan pelayanan
b. Pasang alas bayi
c. Cek penunjuk pada angka 0
d. Lakukan tindak penimbangan
e. Catat hasil
*usahakan bayi menggunakan pakaian seminimal mungkin.

3. Timbangan Digital
Timbangan berat badan yang digunakan dapat berupa timbangan digital
maupun timbangan jarum. Prosedur penimbangan berat badan dapat dilakukan
dengan cara berikut:
a. Pengukuran berat badan hendaknya dilakukan setelah sisa-sisa makanan
diperut kosong dan sebelum makan (waktu yang dianjurkan adalah di pagi hari).
b. Letakkan alat timbangan berat badan di tempat yang datar.
c. Sebelum melakukan penimbangan, hendaknya timbangan digital/jarum
dikalibrasi terlebih dahulu menggunakan berat standar. Jika hasilnya sesuai maka
alat timbang dapat digunakan. Berat standar dapat menggunakan air mineral
dalam botol 1,5 L sebanyak 4 buah (Berat jenis air adalah 1 gram /ml) sehingga
hasil pengukuran yang dihasilkan akan menunjukkan nilai 6 kg ataupun
menggunakan benda lain yang memiliki berat standar seperti dumbbell 5 kg.
d. Setelah alat siap. Mintalah subjek untuk melepaskan alas kaki (sepatu dan
kaos kaki), asesoris yang digunakan (jam, cincin, gelang kalung, kacamata, dan
lain-lain yang memiliki berat maupun barang yang terbuat dari logam lainnya) dan
pakaian luar seperti jaket. Saat menimbang sebaikya subjek menggunakan pakaian
seringan mungkin untuk mengurangi bias / error saat pengukuran.
e. Setelah itu mintalah subjek untuk naik ke atas timbangan, kemudian berdiri
tegak pada bagian tengah timbangan dengan pandangan lurus ke depan.
f. Pastikan pula subjek dalam keadaan rileks / tidak bergerak-gerak.
g. Catat hasil pengukuran dalam satuan kilogram (Kg).
3. Pengisian KMS
a. Pengertian
Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu yang memuat kurva
pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antropometri berat badan
menurut umur. Dengan KMS gangguan pertumbuhan atau resiko kelebihan
gizi dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan
secara lebih cepat dan tepat sebelum masalahnya lebih berat.
KMS dapat dibedakan antara KMS anak laki-laki dan KMS anak
perempuan , KMS anak laki-laki berwarna dasar biru dan terdapat tulisan
untuk anak laki-laki dan KMS perempuan berwarna dasar merah muda dan
terdapat tulisan untuk perempuan.
Kartu Menuju Sehat untuk Balita (KMS-Balita) adalah alat yang
sederhana dan murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan
pertumbuhan anak. Oleh karenanya KMS harus disimpan oleh ibu balita di
rumah, dan harus selalu dibawa setiap kali mengunjungi posyandu atau
fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk bidan dan dokter.
KMS-Balita menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan
keluarga untuk memantau tumbuh kembang anak, agar tidak terjadi kesalahan
atau ketidakseimbangan pemberian makan pada anak. KMS-Balita juga dapat
dipakai sebagai bahan penunjang bagi petugas kesehatan untuk menentukan
jenis tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan dan gizi anak untuk
mempertahankan, meningkatkan atau memulihkan kesehatannya.
KMS balita berisi catatan penting tentang pertumbuhan, perkembangan
anak, imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi
kesehatan anak, pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI,
pemberian makanan anak dan rujukan ke Puskesmas/RS. KMS balita juga
berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orang tua balita tentang
kesehatan anaknya.
b. Manfaat KMS
 Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita
secara lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan
imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi
kesehatan anak pemberian ASI eksklusif, dan Makanan Pendamping ASI.
 Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak.
 Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk
menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.

KMS – Balita dapat berguna, apabila memperhatikan hal-hal sebagai berikut :


 Penimbangan dan deteksi tumbuh kembang balita dilakukan setiap bulan
 Semua kolom isian diiisi dengan benar
 Semua keadaan kesehatan dan gizi anak dicatat
 Orang tua selalu memperhatikan catatan dalam KMS-Balita
 Kader dan petugas kesehatan selalu memperhatikan hasil penimbangan
 Setiap ada gangguan pertumbuhan anak, dicari penyebabnya dan dilakukan
tindakan yang sesuai.
 Penyuluhan gizi dalam bentuk konseling dilakukan setiap kali anak selesai
ditimbang dan hasil penimbangannya dicatat dalam KMS
 KMS – Balita disimpan oleh ibu balita dan selalu dibawa setiap
mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk
bidan/dokter.

c. Langkah Pengisian KMS


1. Memilih KMS sesuai jenis kelamin.
2. Mengisi identitas anak dan orang tua pada halaman muka KMS.
3. Mengisi bulan lahir dan bulan penimbangan anak
4. Meletakkan titik berat badan dan membuat garis pertumbuhan anak
5. Mencatat setiap kejadian yang dialami anak
6. Menentukan status pertumbuhan anak
7. Mengisi catatan pemberian imunisasi bayi
8. Mengisi catatan pemberian kapsul Vitamin A
9. Isi kolom pemberian ASI Eksklusif

d. Cara memantau pertumbuhan Balita


Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang, hasil
penimbangan dicatat di KMS, dan antara titik berat badan KMS dari hasil
penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini dihubungkan dengan
sebuah garis. Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak tersebut membentuk
grafik pertumbuhan anak. Pada balita yang sehat, berat badannya akan selalu
naik, mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan umurnya (Depkes RI, 2000).
a). Balita naik berat badannya bila :
 Garis pertumbuhan-nya naik mengikuti salah satu pita warna ,atau
 Garis pertumbuhan-nya naik pindah ke pita warna diatasnya.
b). Balita tidak naik berat badannya bila :
 Garis pertumbuhan-nya turun, atau
 Garis pertumbuhan-nya mendatar, atau
 Garis pertumbuhan-nya naik, tetapi pindah ke pita warna dibawahnya
c). Berat badan balita dibawah garis merah :
Artinya pertumbuhan balita mengalami gangguan pertumbuhan dan perlu
perhatian khusus, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/ Rumah
Sakit.
d). Berat badan balita tiga bulan berturut-turut tidak nail (3T), artinya balita
mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga harus langsung dirujuk ke
Puskesmas/ Rumah Sakit.
e). Balita tumbuh baik bila: Garis berat badan anak naik setiap bulannya.
f) Balita sehat, jika : Berat badannya selalu naik mengikuti salah satu pita
warna atau pindah ke pita warna diatasnya.
4. Balok SKDN
a. Pengertian
Hasil dari kegiatan yang ada posyandu dimuat dalam suatu balok yang disebut
Balok SKDN. Balok SKDN merupakan balok-balok yang memberikan gambaran
mengenai keberhasilan kegiatan program UPGK (Upaya Pelayanan Gizi Kurang)
ditingkat kelompok penimbangan/desa. Data tingkat desa merupakan rekapitulasi
(kumpulan) data dari semua kelompok penimbangan yang ada didesa tersebut (Balok
SKDN, 2010).
Pada waktu pelaksanaan kegiatan posyandu sebagian besar dari sasaran posyandu
tidak hadir secara rutin, sehingga setiap bulannya pencapaian kunjungan masih jauh
dari target yang telah ditentukan sebulannya. Untuk meningkatnya jumlah sasaran
yang berkunjung keposyandu serta kualitas pelayanan diposynadu itu sendiri, sudah
jelas, dipengaruhi perilaku, pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi, geografis, alat
transportasi dan lain-lain.
SKDN adalah data untuk memantau pertumbuhan balita. SKDN sendiri
mempunyai singkatan yaitu sebagai berikut:
S= adalah jumlah balita yang ada diwilayah posyandu,
K =jumlah balita yang terdaftar dan yang memiliki KMS,
D= jumlah balita yang datang ditimbang bulan ini,
N= jumlah balita yang naik berat badanya.
Pencatatan dan pelaporan data SKDN untuk melihat cakupan kegiatan
penimbangan (K/S), kesinambungan kegiatan penimbangan posyandu (D/K),
tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan (D/S), kecenderungan status gizi
(N/D), efektifitas kegiatan (N/S). (Suhardjo. 1996).
Pemantauan status gizi dilakukan dengan memanfaatkan data hasil
penimbangan bulanan posyandu yang didasarkan pada indikator SKDN
tersebut. Indikator yang dipakai adalah N/D (jumlah anak yang berat badannya
naik dibandingkan dengan jumlah anak yang ditimbang dalam %). Peramalan
dilakukan dengan mengamati kecenderungan N/D dan D/S setiap bulan pada
wilayah masing-masing wilayah kecamatan. Pemantauan status gizi
dilaporkan setiap bulan dengan mempergunakan format laporan yang telah
ada. Balita yang datang dan ditimbang (D/S) Pengertian Balita yang datang
dan ditimbang (D) adalah semua balita yang datang dan ditimbang berat
badannya. Balita yang datang dan ditimbang (D) Adalah semua balita yang
datang dan ditimbang berat badannya (D) di posyandu maupun di luar
posyandu satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Balita yang naik berat
badannya (N/D) Adalah balita yang ditimbang (D) di posyandu maupun di
luar posyandu yang berat badannya naik dan mengikuti garis pertumbuhan
pada KMS di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

b. Pengolahan
Dalam pengolahan penghitungan N dan D harus benar. Misalnya
seorang anak setelah ditimbang mengalami kenaikan berat badan 0,1 kg,ketika
data berat tersebut dipindahkan ke KMS ternyata tidak naik mengikuti pita
warna, pada contoh ini anak tidak dikelompokkan sebagai balita yang
mengalami kenaikan BB (lihat buku pemantau pertumbuhan). Data SKDN
dihitung dalam bentuk jumlah misalnya S,K,D,N atau dalam bentuk proporsi
N/D, D/S, K/S dan BMG/D untuk masing-masing posyandu. Biasanya setelah
melakukan kegiatan di Posyandu atau di pospenimbangan petugas kesehatan
dan kader Posyandu (petugas sukarela) melakukan analisis SKDN. Analisinya
terdiri dari:
Tingkat partisipasi Masyarakat dalam Penimbangan Balita Yaitu
jumlah balita yang ditimbang dibagi dengan jumlah balita yangada di wilayah
kerja Posyandu atau dengan menggunakan rumus (D/Sx 100%), hasilnya
minimal harus mencapai 80%, apabila dibawah 80% maka dikatakan
partisipasi masyarakat untuk kegiatan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan berat badan sangatlah rendah. Hal ini akan berakibat pada
balita tidak akan terpantau oleh petugas kesehatan ataupun kader Posyandu
akan memungkinkan balita ini tidak diketahui pertumbuhan berat badannya
atau pola pertumbuhan baerat badannya.

Tingkat Liputan Program Yaitu jumlah balita yang mempunyai KMS


dibagi dengan jumlah seluruh balita yang ada diwilayah Posyandu atau dengan
menggunakan rumus (K/S x 100%). Hasil yang didapat harus 100%.
Alasannya balita–balita yang telah mempunyai KMS telah mempunyai alat
instrument untuk memantau berat badannya dan data pelayanan kesehatan
lainnya. Apabila tidak digunakan atau tidak dapat KMS makan pada dasarnya
program tersebut mempunyai liputan yang sangat rendah atau bisa juga
dikatakan balita tersebut. Khusus untuk Tingkat Kehilangan Kesempatan ini
menggunakan rumus (S-K)/S x 100%), yaitu jumlah balita yang ada diwilayah
Posyandu dikurangi Jumlah balita yang mempunyai KMS, hasilnya dibagi
dengan jumlah balita yang ada diwilayah Posyandu tersebut. Semakin tinggi
Presentasi Kehilangan kesempatan, maka semakin rendah kemauan orang tua
balita untuk dapat memanfaatkan KMS. Padahal KMS sangat baik untuk
memantau pertumbuhan berat badan balita atau juga pola pertumbuhan berat
badan balita

Indikator lainnya2 adalah (N/D x 100%) yaitu jumlah balita yang naik
berat badannya dibandingkan dengan jumlah seluruh balita yang ditimbang.
Sebaiknya semua balita yang ditimbang harus mengalami peningkatan berat
badan.

Indikator lainnya dalam SKDN adalah indicator Drop-Out, yaitu balita


yang sudah mempunyai KMS dan pernah datang menimbang berat badannya
tetapi kemudian tidak pernah datang lagi di Posyandu untuk selalu
mendapatkan pelayanan kesehatan. Rumusnya yaitu jumlah balita yang telah
mendapatkan KMS dikurangi dengan jumlah balitayang ditimbang, dan
hasilnya dibagi dengan balita yang mempunyai KMS ((K-D)/K x 100%).

Indikator lainnya dalam SKDN adalah indikator perbandingan antara


jumlah balita yang status gizinya berada di Bawah Garis Merah (BGM) dibagi
dengan banyaknya jumlah balita yang ditimbang pada bulan penimbangan (D).
Rumusnya adalah (BGM/D 100%)A.
5. Posyandu dan Penimbangan

A. Pengertian posyandu

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat


(UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, guna memberdayakan
masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan
kesehatan dasar. Upaya peningkatan peran dan fungsi Posyandu bukan semata-mata
tanggungjawab pemerintah saja, namun semua komponen yang ada di masyarakat, termasuk
kader. Peran kader dalam penyelenggaraan Posyandu sangat besar karena selain sebagai
pemberi informasi kesehatan kepada masyarakat juga sebagai penggerak masyarakat untuk
datang ke Posyandu dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.

B. Kegiatan pelayan di posyandu

a. .Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan/pilihan.


Kegiatan utama, mencakup;

- kesehatan ibu dan anak

- keluarga berencana

- imunisasi

- gizi

- pencegahan dan penanggulangan diare.


b. Kegiatan pengembangan/pilihan, masyarakat dapat menambah kegiatan baru
disamping lima kegiatan utama yang telah ditetapkan, dinamakan Posyandu
Terintegrasi. Kegiatan baru tersebut misalnya;

- Bina Keluarga Balita (BKB)

- Tanaman Obat Keluarga (TOGA)

- Bina Keluarga Lansia (BKL)

- Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD);

- berbagai program pembangunan masyarakat desa lainnya.

c. Semua anggota masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan dasar yang ada
di Posyandu terutama;

- bayi dan anak balita

- ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui

- pasangan usia subur

- pengasuh anak

C. Manfaat Posyandu

a. Bagi Masyarakat

1. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan


bagi ibu, bayi, dan anak balita.

2. Pertumbuhan anak balita terpantau sehingga tidak menderita gizi kurang atau gizi
buruk.

3. Bayi dan anak balita mendapatkan kapsul Vitamin A.

4. Bayi memperoleh imunisasi lengkap.


5. Ibu hamil akan terpantau berat badannya dan memperoleh tablet tambah darah (Fe)
serta imunisasi Tetanus Toksoid (TT).

6. Ibu nifas memperoleh kapsul Vitamin A dan tablet tambah darah (Fe).

7. Memperoleh penyuluhan kesehatan terkait tentang kesehatan ibu dan anak.

8. Apabila terdapat kelainan pada bayi, anak balita, ibu hamil, ibu nifas dan ibu
menyusui dapat segera diketahui dan dirujuk ke puskesmas.

9. Dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang kesehatan ibu, bayi, dan anak
balita.

b. Bagi Kader

1. Mendapatkan berbagai informasi kesehatan lebih dahulu dan lebih lengkap.

2. Ikut berperan secara nyata dalam perkembangan tumbuh kembang anak balita dan
kesehatan ibu.

3. Citra diri meningkat di mata masyarakat sebagai orang yang terpercaya dalam
bidang kesehatan.

4. Menjadi panutan karena telah mengabdi demi pertumbuhan anak dan kesehatan
ibu.

D. Penyelengaraan Posyandu

a. Pengelola Posyandu Dalam penyelenggaraannya, pengelola Posyandu dipilih


dari dan oleh masyarakat pada saat musyawarah pembentukan Posyandu.
Pengurus Posyandu sekurang-kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris, dan
bendahara.

b. Waktu dan Lokasi Posyandu

Penyelenggaraan Posyandu sekurang-kurangnya satu (1) kali dalam sebulan.


Jika diperlukan, hari buka Posyandu dapat lebih dari satu (1) kali dalam
sebulan. Hari dan waktunya sesuai dengan hasil kesepakatan masyarakat.
Posyandu berlokasi di setiap desa/kelurahan/RT/RW atau dusun, salah satu
kios di pasar, salah satu ruangan perkantoran, atau tempat khusus yang
dibangun oleh swadaya masyarakat. Tempat penyelenggaraan kegiatan
Posyandu sebaiknya berada di lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

https://duniabidan.com/knowledge/sistem-5-meja-posyandu.html

pkm.umj.ac.id/wp-content/uploads/2013/07/PKM-M-Gebrakan-5-Meja.pdf

http://www.depkes.go.id/resources/download/promosi-kesehatan/buku-saku-posyandu.pdf

LAMPIRAN

1. DOKUMENTASI

2. NAMA MAHASISWA PRODI D-III GIZI SEMESTER IV

3. ABSENSI KEHADIRAN
NAMA MAHASISWA TTD

1. AGUSTIRAWATI 1.

Anda mungkin juga menyukai