Anda di halaman 1dari 19

TPPAS BEKASI  Dianindita Rizki Maharani 082001600029

BAB I
TUJUAN

1.1 Tujuan Laporan


Tujuan laporan ini adalah agar mahasiswa/I Jurusan Teknik Lingkungan
Universitas Trisakti mengerti materi yang diberikan oleh pemateri pada
kunjungan Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi Wilayah 1.

1.2 Tujuan Kunjungan


Mengetahui tata cara pengoperasian alat instrument maupun non instrument
untuk menganalisis karakteristik sampah seperti analisis kadar air, kadar abu, kalor
dan parameter lainnya., mengetahui tatacara pengomposan dengan berbagai metode

1
TPPAS BEKASI  Dianindita Rizki Maharani 082001600029

BAB II
DASAR TEORI

2.1 Teknik Pengambilan Data/Sampling


Teknik Sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk
menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai
teknik sampling yang digunakan. Secara skematis, teknik sampling dibedakan
menjadi dua, yaitu
1. Probability Sampling
Probality sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang
yang sama bagi setiap unsure (anggota) populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel.
2. Nonprobality Sampling
Nonprobality sampling adalah teknik yang tidak memberi peluang atau
kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi :

2.2 Kadar Air


Kadar air sampah merupakan salah satu sifat fisis sampah. Kadar air
menunjukkan kandungan air yang ada dalam sampah. Dalam pengukuran kadar air
sampah, metode yang biasa dilakukan adalah metode pengukuran berat basah dan
berat kering. Metode pengukuran berat basah menyatakan kandungan air sampah
sebagai persentase berat basah material, sedangkan metode pengukuran berat
kering menyatakan kandungan air sampah sebagai persentase berat kering material.
Metode yang paling umum digunakan adalah metode berat basah.

Kadar air sampah domestik berbeda-beda karena beberapa faktor yang


mempengaruhi, antara lain komposisi sampah, musim tahunan, kelembaban,
kondisi cuaca terutama hujan. Pengukuran kadar air sampah berguna untuk
penentuan desain insinerator dan operasinya, karena kadar air sampah berpengaruh
terhadap nilai kalori dan karakteristik ignition sampah. Kadar air pada sampah juga

2
TPPAS BEKASI  Dianindita Rizki Maharani 082001600029

tergantung pada komposisi sampah karena masing-masing komponen sampah


memiliki kemampuan mengikat air yang berbeda-beda

Perhitungan energi sangat diperlukan agar pembakaran dapat berlangsung


efektif dan efisien. Besarnya energi yang diperlukan terutama juga tergantung pada
besarnya kadar air sampah. Apabila kadar air sampah tinggi, maka energi yang
diperlukan untuk pengeringan dan pembakaran juga tinggi. Selain tergantung pada
kadar air sampah, besarnya energi yang diperlukan juga tergantung pada kandungan
energi sampah. Efektifitas pengeringan dan pembakaran ditentukan oleh empat hal,
yaitu (Iman, 2010):

1. Kecepatan dispersi uap dari sampah; 


2. Tingginya diferensiasi suhu, yaitu kenaikan suhu bertahap yang diperlukan;

3. Pengadukan, untuk mempercepat pemindahan panas; 


4. Ukuran sampah. Bila ukuran sampah kecil (misalnya dirajang atau digiling),

berarti 
 permukaannya menjadi lebih luas, akibatnya air yang menguap

2.3 Kadar Abu

Kadar abu merupakan sisa proses pembakaran pada suhu tinggi. Dengan
penentuan kadar abu ini dapat dilihat keefektifan kinerja proses pembakaran
tersebut. Kadar abu sampah dipengaruhi oleh banyak sedikitnya kandungan bahan
yang mudah terbakar yang terdapat di dalam sampah (Royadi, 2006).

Berdasarkan musim, timbulan, komposisi dan faktor pemadatan sampah


non-domestik, pada musim kemarau tidak jauh berbeda dengan musim hujan.
Sedangkan berat jenis, kelembaban dan kadar abu lebih tinggi pada musim hujan
dan sebaliknya kadar volatil lebih tinggi pada musim kemarau (Ruslinda, 2011).

3
TPPAS BEKASI  Dianindita Rizki Maharani 082001600029

2.4 Nilai Kalor


Pengertian nilai kalor bahan bakar menurut Koesoemadinata (1980) adalah
salah satu sifat yang penting menentukan kualitas arang terutama yang
berhubungan dengan penggunaannya. Penetapan kalor bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana nilai panas pembakaran yang dapat dihasilkan briket arang. Semakin
tinggi nilai kalor, maka semakin baik kualitas briket arang yang dihasilkan. Panas
yang dihasilkan pada saat pembakaran dinyatakan dalam (kalori/kilogram) Kcal/kg.

Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor


yang terlibat dalah suatu reaksi kimia. Proses dalam kalorimeter berlangsung
secara adiabatik, yaitu tidak ada energi yang lepas ataupun masuk kedalam
sistem kalorimeter . Terdapat dua jenis alat pengujian kalorimeterbahan bakar yaitu
kalorimeter aliran dan kalorimeter non aliran.

Alat yang digunakan untuk mengukur nilai kalor adalah Bomb Calorimeter.
Prinsip kerja Bomb Calorimeter adalah dengan menentukan panas yang dibebaskan
oleh suatu bahan bakar dan oksigen pada volume tetap. Terdapat dua jenis nilai
kalor pada suatu bahan bakar padat termasuk biomassa, yaitu (Patabang, 2009).

a. Highest Heating Value (HHV), yaitu nilai kalor atas dan dapat
didefinisikan sebagai panas yang dilepaskan dari pembakaran sejumlah
kuantitas unit bahan bakar (massa).
b. Lower Heating Value (LHV), yaitu nilai kalor bawah. Nilai kalor bawah
ditentukan pada saat H2O pada produk pembakaran berbentuk gas.

2.5 Kompos dan Proses Komposting


Kompos didefinisikan sejenis pupuk organik, dimana kandungan unsur N, P
dan K yang tidak terlalu tinggi , hal ini membedakan kompos dengan pupuk
buatan. Menurut Tchobanoglus, Theisen dan Vigil (1993), dalam materi
persampahan direktorat Pengembangan PLP (2011), kompos sangat banyak

4
TPPAS BEKASI  Dianindita Rizki Maharani 082001600029

mengandung unsur hara mikro yang berfungsi membantu memperbaiki struktur


tanah dengan meningkatkan porositas tanah sehingga tanah menjadi gembur dan
lebih mampu menyimpan air. Cara atau metoda untuk membuat kompos adalah
proses komposting.
Berdasarkan teknologi proses, pengolahan kompos dapat dibedakan sebagai
berikut:
a. Komposting Aerobic
Komposting aerobik, adalah komposting yang menggunakan oksigen dan
memanfaatkan respiratory metabolism, dimana mikroorganisme yang
menghasilkan energi karena adanya aktivitas enzim yang membantu
transport elektron dari elektron donor menuju external electron acceptor
adalah oksigen. Berdasarkan pedoman penyelenggaran Tempat
Pengolahan sampah (TPS) 3R (2014) metode pengomposan aerobik terbagi
menjadi :

1. Pengomposan dengan metode lajur terbuka ( open windrow)


Pengomposan dengan metoda lajur terbuka (open windrow) merupakan
proses pengomposan yang terbukti paling mudah dilakukan dan
dikendalikan. Pengendalian udara didalam tumpukan windrows
dilakukan dengan memindahkan tumpukan ke tempat lain (sebelah)
sehingga disebut juga dengan open windrow bergulir. Volume
tumpukan sampah untuk pengkomposan dengan open windrows
mempunyai ukuran lebar 2 meter, tinggi 1,5 meter dan panjang minimal
2 meter (dapat lebih dari ini sesuai lahan yang ada). Proses
pengomposan memerlukan waktu selama 6 minggu. Pengomposan
dengan metode open windrow dapat dilihat paada Gambar
2. Pengomposan dengan metode cetakan (caspary)
Proses pengomposan dengan metoda cetakan merupakan proses
pengomposan dengan menggunakan alat cetak untuk membantuk
sampah dalam bentuk kubus. Proses pengomposan sampah dengan

5
TPPAS BEKASI  Dianindita Rizki Maharani 082001600029

sistem cetakan ini digunakan jika lahan yang ada tidak terlalu luas.
Volume tumpukan sampah untuk pengkomposan dengan metode
caspary lebar 1 meter, panjang 1 meter, dan tinggi 1 meter.
3. Pengomposan dengan metode sistem bak terbuka ( open bin)
Proses pengomposan sistem bak terbuka merupakan proses
pengomposan dengan menggunakan bak-bak terbuka dimana sampah
tidak perlu dibentuk akan tetapi cukup dimasukkan kedalam bak.
Pengomposan skala kawasan dilakukan terpusat pada skala kapasitas
antara 1-2 ton sampah per hari. Kawasan disini dapat berupa kawasan
permukiman, pasar, komersial dan sebagainya. Jika pada skala
permukiman, maka pengomposan skala kawasan diperuntukkan untuk
mengelola sampah organik dari sekitar 1.000 sampai 2.000 jiwa.
Sampah organik dimasukkan pada bak terbuka sampai penuh sambil
dipadatkan dan disiram. Pembalikan dapat dilakukan tetap didalam bak
dengan alat pembalik atau dengan cara sampah dipindahkan ke bak
berikutnya. Volume tumpukan sampah untuk pengkomposan dengan
metode open bin : lebar 1 meter, panjang 2 meter, dan tinggi 1 meter.
Pengomposan dengan bak terbuka ini cenderung lebih lama karena
pengudaraan pada bak terbuka sedikit terbatas, pada beberapa kasus
lama pengomposan dapat mencapai 2 bulan.
4. Pengomposan dengan metode takakura susun
Komposting ini dilakukan dengan melakukan penimbunan terhadap
sampah organik ke dalam keranjang berongga. Penggunaan keranjang
berongga (keranjang buah) dimaksudkan untuk keperluan aerasi
(sirkulasi udara). Keranjang dapat terbuat dari plastik atau bambu)
apapun model keranjang yang terpenting adalah keranjang tersebut
berlubang.

b. Komposting Anaerobik

Proses komposting tanpa menggunakan oksigen. Bakteri yang berperan


adalah bakteri obligate anaerobik. Dalam proses ini terdapat potensi hasil

6
TPPAS BEKASI  Dianindita Rizki Maharani 082001600029

sampingan yang cukup mempunyai arti secara ekonomis yaitu gas bio, yang
merupakan sumber energi alternatif yang sangat potensial. Berdasarkan
pendekatan waste to energy (WTE) diketahui bahwa 1 ton sampah organik
dapat menghasilkan 403 Kwh listrik.

Untuk menunjang keberhasilan dalam proses komposting ada beberapa


faktor yang perlu diperhatikan dan sangat mempengaruhi berjalannya proses
ini yaitu :

1. Kadar air, untuk menjaga aktivitas mikroorganisme. Kadar air


berkisar antara 50-60%, optimum 55%.
2. Rasio C/N, dimana karbon (C) merupakan sumber energi bagi
mikrooganisme, sedangkan nitrogen (N) berfungsi untuk
membangun sel- sel tubuh mikroorganisme. Nilai C/N berkisar
antara 25-50.
3. Temperatur, merupakan faktor penting dalam kehidupan
mikroorganisme agar dapat hidup dengan baik. Suhu pada hari-hari
pertama pengomposan harus dipertahankan berkisar antara 50-55
o
C, sedangkan pada hari-hari berikutnya 55- 60 oC.
4. pH, juga sebagai indikator kehidupan mikroorganisme. Rentang pH
dipertahankan berkisar antara 7 sampai 7,5.
5. Ukuran partikel, berhubungan dengan peningkatan rata-rata reaksi
dalam proses. Ukuran partikel berkisar antara 25-75 mm.
6. Blending dan Seeding , pencampuran ini dipengaruhi oleh rasio C/N
dan kadar air. Lumpur tinja sering ditambahkan pada komposting
sampah untuk meningkatkan rasio C/N.
7. Suplai oksigen, sangat penting dalam proses pengomposan secara
aerobik. Suplai oksigen secara teoritis biasanya ditentukan
berdasarkan komposisi sampah yang dikomposkan.
8. Pengadukan, berfungsi untuk menjaga kadar air, menyeragamkan
nutrisi dan mikroorganisme.

7
TPPAS BEKASI  Dianindita Rizki Maharani 082001600029

9. Kontrol pathogen, dilakukan dengan pengontrolan suhu, dimana


pathogen biasanya akan mati pada suhu 60-70 oC selama 24 jam.

( Direktur Pengembangan PLP, Kementrian PU 2014)

8
TPPAS BEKASI  Dianindita Rizki Maharani 082001600029

BAB III

ALAT DAN BAHAN

3.1 Teknik Pengambilan Data/Sampling

3.1.1 Alat

Alat yang digunakan untuk Teknik Pengambilan Data/Sampling :

- Masker
- Sarung Tangan

3.1.2 Bahan

Bahan yang digunakan untuk Teknik Pengambilan Data/Sampling :

- Sampah

3.2 Kadar Air

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan untuk Kadar Air :

- Baki logam
- Alat timbang
- Oven/pemanas

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan untuk Kadar Air :

- Sampah

9
TPPAS BEKASI  Dianindita Rizki Maharani 082001600029

3.3 Kadar Abu

3.3.1 Alat

Alat yang digunakan untuk Kadar Abu :

- Cawan Porselen
- Alat timbang
- Desicator
- Furnance

3.3.2 Bahan

Bahan yang digunakan untuk Kadar Abu :

- Sampah

3.4 Nilai Kalor

3.4.1 Alat

Alat yang digunakan untuk Nilai Kalor :

- Kalorimeter
- Alat Timbang
- Kawat Nikel
- Kertas Gumpi
- Tabung Oksigen

3.4.2 Bahan

Bahan yang digunakan untuk Nilai Kalor :

- Sampah

10
TPPAS BEKASI  Dianindita Rizki Maharani 082001600029

3.5 Kompos

3.4.1 Alat

Alat yang digunakan untuk Kompos :

- Neraca Analitik
- Neken type adiabatic calorimeter
- Neken type adiabatic calorimeter

3.4.2 Bahan

Bahan yang digunakan untuk Nilai Kalor :

- Sampah

11
TPPAS BEKASI  Dianindita Rizki Maharani 082001600029

BAB IV

PROSEDUR KERJA

4.1 Kadar Air Sampah

1. sampah ditimbang terlebih dahulu (5 s/d 10 Kg)


2. Sampel sampah yang sudah dipersiapkan (a) dikeringkan dalam
oven/pengeri1ng pada suhu 105OC  5 OC selama 3 s/d 5 hari.
3. Setelah dikeringkan, sampel sampah dikeluarkan dari dalam
oven/pengering untuk kemudian ditimbang kembali.

4.2 Kadar Abu

1. Sampah yang sudah dipisah-pisah ditimbang beratnya.


2. Setelah ditimbang dicacah dengan ukuran  2 mm
3. Sampel-sampel yang telah dicacah diambil sebagian, kemudian ditaruh
didalam cawan porselen (ditimbang terlebih dahulu beratnya) kemudian
dikeringkan 105OC  5OC.
4. Masukkan sampel kedalam desikator untuk didinginkan selama  30 menit.
5. Kemudian sampel didiamkan didalam furnace elektris selama 2 jam pada
suhu 800 OC, untuk seterusnya didinginkan kembali didalam desikator
selama  30 menit.
6. Timbang berat sampel setiap komponen.

Gambar 4.1 Alat pencacah

12
TPPAS BEKASI  Dianindita Rizki Maharani 082001600029

4.3 Nilai Kalor


Pada saat di Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi Wilayah 1 mahasiswa/i
melakukan analisis nilai kalor terhadap sampel kertas, streofoam, daun, kayu dan
plastik dengan menggunakan alat instrument Tipe AC-500dan dengan metode
Neken-Type Adiabatic Calorimeternamun dengan metode Neken-Type
Adiabatic Calorimeterpraktikum gagal dikarenakan alat tersebut rusak.

4.3.1 Tipe AC-500


Standar Operation Procedure (SOP)
A. Menyalakan Instrumet
Pastikan gas oksigen sudah terpasang pada instrument dan setting
regulator pada 450 psi
1. Tekan saklar power ke posisi ON (letak saklar di bagian belakang
instrument)
2. Nyalakan Balance dengan menekan tombol POWER
3. Nyalakan printer
4. Klik Diagnostic kemudian CHART
5. Tunggu sampai “Ambient Chart” stabil (kurang lebih 2,5 menit)

B.Persiapan Analisis
Sebelum analisis dilakukan pastiken bahwa Ambient Monitor telah
stabil dan masuk range
Tabel 4.1 Ambient Monitor
Parameter Nominal Range
Bucket Ambien 13 – 33 Celcius
Jacket Ambien 13 – 33 Celcius
Ignitor 29,00 – 30,00 29 – 30 Volt
Fan (DAC) Enable 2730, Disable 0 - 4095
2043

13
TPPAS BEKASI  Dianindita Rizki Maharani 082001600029

C. Analisis Sampel
1. Isi parameter-parameter seperti NAME, METHOD, VESSEL,
OPERATOR, ID CODE, WEIGHT, FUSE, NITROGEN, dll pada
kolom yang tersedia.
2. Timbang sampel yang akan dianalisis
a. Letakkan sampel Boat (crucible) diatas timbangan
b. Tekan TARE untuk menera sampai stabil (0,000 gr)
c. Letakkan sampel yang akan dianalisis kedalam sampel Boat
(crucible) dengan berat + 0,2 - 0,4 gr
d. Tekan tombol PRINT () pada Balace atau masukkan secara
manual setelah pembacaan stabil
3. Letakkan crucible yang berisi sampel dan pasang FUSE WIRE pada
SAMPLE HOLDER. Jarak antara FUSE WIRE dengan sampel + 0,5
cm dan tidak menyentuh crucible.
4. Pasang Sample Holder ke Combustion Vessel (Bomb) kemudian isi
Bomb dengan gas Oksigen sampai mencapat tekanan 420 psi (secara
otomatis berhenti pada tekanan 420 psi)
5. Letakkan Combustion Vessel (Bomb) kedalam Bomb Backet
kemudian tutup Cover Backet
6. Tekan tombol F5 ANALYZE untuk memulai analisis

Gambar 4.2 neken-type adiabatic kalorimeter

14
TPPAS BEKASI  Dianindita Rizki Maharani 082001600029

4.3.2 Neken-Type Adiabatic Calorimeter


- Timbang kertas ganpi dengan menggunakan timbangan digital
- Timbang diatas kertas ganpi, sampel seberat 0.5 gram untuk kertas,
kayu dan 1 gram untuk sampah basah, dll.
- Sebelumnya sampel sampah tersebut dikeringkan didalam oven selama
 2 jam dengan suhu 1050C  50C kemudian didinginkan didalam
desikator  30 menit.
- Sampel yang telah ditimbang dibungkus dengan ganpi yang telah
diketahui beratnya dan diikat dengan kawat nikel didalam bomb. Kedua
ujung nikel dihubungkan dengan elektroda-elektroda untuk
pembakaran.
- Bomb ditutup rapat, kemudian gas oksigen dialirkan kedalam gas.
- Tempatkan bomb kedalam inner cylinder yang sudah diisi air terlebih
dahulu seberat 2.00 Kg.
- Siapkan Calorimeter dengan membuka inlet air dan menutup outletnya.
- Tempatkan bomb dan inner cylinder kedalam middle cylinder didalam
Calorimeter.
- Setelah Calorimeter ditutup rapat, Calorimeter dinyalakan, tunggu
sampai keadaan seimbang.
- Tekan tombol pembakaran, nilai kalori akan meningkat sampai berhenti
secara otomatis.
- Apabila sudah selesai keluarkan bomp dan bersihkan (cuci) dengan
menggunakansikat.

Gambar 4.3 neken-type adiabatic kalorimeter

15
TPPAS BEKASI  Dianindita Rizki Maharani 082001600029

4.4 Kompos
4.4.1 Metode Pengomposan (Takakura)
Metode pengomposan yang digunakan di Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi
Wilayah 1 yaitu diantaranya metode takakura dan metode kotak. Cara kerja
pembuatan kompos dengan metode takakura yaitu:
1. Masukkan sekitar 2-3 kg bibit kompos takakura yang telah ditambahkan
inokulan atau kira-kira seperempat keranjang.
2. Masukkan sampah organik kedalam keranjang takakura. Kemudian aduk-
aduk sampah tersebut dengan bibit kompos takakura yang terdapat dalam
keranjang.
3. Tutup keranjang rapat-rapat agar serangga dan lalat tidak masuk.
Keranjang tidak usah diisi langsung penuh, masukkan sampah organik
seadanya. Lakukan secara rutin setiap hari sampai keranjang penuh.
Sampah yang baru dimasukkan akan difermentasi dalam 1-2 hari.
4. Apabila keranjang sudah penuh, kira-kira 90% sudah terisi, ambil
duapertiganya. Pindahkan kompos tersebut kedalam karung, biarkan
selama 2 minggu sebelum digunakan. Kompos yang dihasilkan kering
tidak terdapat cairan.
5. Kompos takakura sudah terbentuk sempurna apabila teksturnya sudah
seperti tanah, warna coklat kehitaman, tidak berbau.
Cara Pembuatan inokulen dengan menggunakan bahan baku
nanas/pisang/pepaya:
1. Bahan baku buah-buahan dicacacah
2. Dicampur dengan gula yaitu sebanyak (1/4 dari 20 L air)
3. Ditambahkan air.
4. Diaduk
Ditunggu selama 2 minggu.

16
TPPAS BEKASI  Dianindita Rizki Maharani 082001600029

Gambar 4.5 Inokulan Pembuatan Takakura

17
TPPAS BEKASI  Dianindita Rizki Maharani 082001600029

BAB V

KESIMPULAN

1. Metode pengomposan yang dilakukan di Balai Teknik Air Minum dan


Sanitasi Wilayah I salah satunya dengan metode takakura.
2. Penggunaan alat bomb kalorimeter modern lebih efisien dan dan akurat
dibandingkan dengan bomb kalorimeter konvensional karena waktu yang
dihemat proses kerja jadi lebih cepat.
3. Inokulan dapat dibuat dengan buah-buahan yang pembusukannya cepat
Namun penggunaan inokulan dengan buah-buahan bila dibandingkan
dengan EM4 yang merupakan inokulan buatan pabrik kecepatan untuk
proses pengomposan jauh lebih cepat EM4.

18
TPPAS BEKASI  Dianindita Rizki Maharani 082001600029

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Ditjen Cipta


Karya Kementerian Pekerjaan Umum. (2011). Materi Bidang Sampah I
Diseminasi dan Sosialisasi Keteknikan Bidang PLP, Direktorat Pengembangan
Penyehatan Lingkungan Permukiman Ditjen Cipta Karya Kementerian
Pekerjaan Umum, Jakarta.

Direktur Pengembangan PLP, Kementrian PU 2014

Kementerian Pekerjaan Umum. (2014). Tata Cara Penyelenggaraan Umum Tempat


Pengolahan Sampah (TPS) 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Pemukiman.
Direktorat Jenderal Cipta Karya. Indonesia.

Koesoemadinata, R.P., 1980, Geologi Minyak Dan Gas Bumi Jilid 1 dan 2, Institut

Teknologi Bandung, Bandung.

Patabang, D. 2011. Studi Karakteristik Termal Briket Arang Kulit Buah


Kakao.Jurnal Mekanikal, Vol.2. No.1. 23-31.

Royadi. 2006. Analisis Pemanfaatan TPA Sampah Pasca Operasi Berbasis


Masyarakat (Studi Kasus TPA Bantar Gebang, Bekasi) [Disertasi]. Program
Pascasarjana IPB. Bogor

Ruslinda, Yeni.2006. Studi Timbulan, Komposisi dan karakteristik Sampah


Domestik Kota Bukititnggi. Padang : Jurnal Teknik Lingkungan Universitan
Andalas.

Tchobanoglous, George. Theisen, Hilary. Vigil, Samuel. 1993. Integrated Solid


Waste management. New York : McGraw-Hill

19

Anda mungkin juga menyukai