Anda di halaman 1dari 24

DRAINASE PERKOTAAN

Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah, baik
yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia.
Drainase perkotaan adalah sistem drainase dalam wilayah administrasi kota dan
daerah perkotaan (urban) yang berfungsi untuk mengendalikan atau meringankan kelebihan
air permukaan didaerah pemukiman yang berasal dari hujan lokal, sehingga tidak
mengganggu masyarakat dan dapat memberikan manfat bagi kehidupan manusia.
Dalam bahasa Indonesia, drainase bisa merujuk pada parit di permukaan tanah
atau gorong-gorong di bawah tanah. Drainase berperan penting untuk mengatur suplai air
demi pencegahan banjir. Pengertian drainase perkotaan tidak terbatas pada teknik
pembuangan air yang berlebihan namun lebih luas lagi menyangkut keterkaitannya dengan
aspek kehidupan yang berada di dalam kawasan perkotaan.
Semua hal yang menyangkut kelebihan air yang berada di kawasan kota sudah pasti
dapat menimbulkan permasalahan drainase yang cukup komplek. Dengan semakin
kompleknya permasalahan drainase di perkotaan, maka di dalam perencanaan dan
pembangunan bangunan air untuk drainase perkotaan, keberhasilannya tergantung pada
kemampuan masing-masing perencana. Dengan demikian di dalam proses pekerjaan
memerlukan kerjasama dengan beberapa ahli di bidang lain yang terkait.
Macam – Macam Drainase
1. Menurut Asalnya dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Saluran alam (natural)

1
b. Saluran buatan (artificial)

2. Menurut Letak Saluran


a. Drainase permukaan
b. Drainase bawah permukaan
c. Drainase memanjang
d. Drainase melintang

3. Menurut Konstruksi
a) Saluran terbuka
Saluran terbuka yaitu saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan yang terletak di
daerah yang mempunyai luasan yang cukup, ataupun untuk drainase air non-hujan yang
tidak membahayakan kesehatan/ mengganggu lingkungan.

Gambar Saluran Terbuka

2
b) Saluran tertutup
Saluran tertutup yaitu saluran yang pada umumnya sering dipakai untuk aliran kotor (air
yang mengganggu kesehatan/lingkungan) atau untuk saluran yang terletak di
kota/permukiman.

Gambar Saluran Tertutup


3. Menurut Fungsi
a. Single purpose
Single purpose yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan, misalnya
air hujan saja atau jenis air buangan yang lainnya seperti limbah domestik, air limbah
industri dan lain – lain.
b. Multi purpose
Multi purpose yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis air buangan baik
secara bercampur maupun bergantian.

FUNGSI DRAINASE PERKOTAAN


1. Mengeringkan bagian wilayah kota yang permukaan lahannya rendah darigenangan
sehingga tidak menimbulkan dampak negatif berupa kerusakaninfrastruktur kota dan
harta benda milik masyarakat.
2. Mengalirkan kelebihan air permukaan ke badan air terdekat secepatnya agar
tidakmembanjiri/ menggenangi kota yang dapat merusak selain harta bendamasyaraka
t juga infrastruktur perkotaan.
3. Mengendalikan sebagian air permukaan akibat hujan yang dapat dimanfaatkanuntuk
persediaan air dan kehidupan akuatik.
4. Meresapkan air permukaan untuk menjaga kelestarian air tanah

C. Jenis – Jenis Drainase

1. Land dan Smoothing


Land grading (mengatur tahap kemiringan lahan) dan Land smoothing
(Penghalusan permukaan lahan) diperlukan pada areal lahan untuk menjamin
kemiringan yang berkelanjutan secara sistematis yang dibutuhkan untuk penerapan
saluran drainase permukaan

3
Studi menunjukan bahwa pada lahan dengan pengaturan saluran drainase permukaan
yang baik akan meningkatkan jarak drainase pipa sampai 50%, dibandingkan dengan lahan
yang kelebihan air dibuang dengan drainase pipa tanpa dilakukan upaya pengaturan saluran
drainase permukaan terlebih dahulu.

Untuk efektifitas yang tinggi, pekerjaan land grading harus dilakukan secara teliti.
ketidakseragaman dalam pengolahan lahan dan areal yang memiliki cekungan merupakan
tempat aliran permukaan (runoff) berkumpul, harus dihilangkan dengan bantuan peralatan
pengukuran tanah.
Pada tanah cekungan, air yang tak berguna dialirkan secara sistematis melalui:
a. Saluran/parit (terbuka) yang disebut sebagai saluran acak yang dangkal (shallow
random field drains)
b. Dari shallow random field ditch air di alirkan lateral outlet ditch
c. Selanjutnya diteruskan kesaluran pembuangan utama (Main Outlet ditch)
Outlet ditch: umumnya saluran pembuangan lateral dibuat 15 – 30 cm lebih dalam dari
saluran pembuangan acak dangkal.
Overfall : jatuh air dari saluran pembuangan lateral ke saluran pembuangan utama dibuat
pada tingkat yang tidak menimbulkan erosi, bila tidak memungkinkan harus dibuat pintu air,
drop spillway atau pipa
2. Drainase Acak (Random Field Drains)
Drainase ini merupakan gambaran yang menunjukan pengelolaan untuk mengatasi
masalah cekungan dan lubang – lubang tempat berkumpulnya air. Lokasi dan arah dari
saluran drainase disesuaikan dengan kondisi tofografi lahan. Kemiringan lahan biasanya
diusahakan sedatar mungkin, hal ini untuk memudahkan peralatan traktor pengolah tanah
dapat beroperasi tanpa merusak saluran yang telah dibuat. Erosi yang terjadi pada kondisi
lahan seperti diatas, biasanya tidak menjadi masalah karena kemiringan yang relatif datar.
Tanah bekas penggalian saluran, disebarkan pada bagian cekungan atau lubang – lubang
tanah, untuk mengurangi kedalaman saluran drainase.

3. Drainase Pararel (Pararelle Field Drains)


Drainase ini digunakan pada tanah yang relative datar dengan kemiringan kurang dari
1% – 2 %, system saluran drainase parallel bisa digunakan. System drainase ini dikenal
sebagai system bedengan. Saluran drainase dibuat secara parallel, kadang kala jarak antara
saluran tidak sama. Hal ini tergantung dari panjang dari barisan saluran drainase untuk jenis
tanah pada lahan tersebut, jarak dan jumlah dari tanah yang harus dipindahkan dalam
pembuatan barisan saluran drainase, dan panjang maksimum kemiringan lahan terhadap
saluran (200 meter).
Keuntungan dari system saluran drainase parallel, pada lahan terdapat cukup banyak
saluran drainase. Tanaman dilahan dalam alur, tegak lurus terhadap saluran drainase paralel.
Jumlah populasi tanaman pada lahan akan berkurang dikarenakan adanya saluran paralel.
Sehingga bila dibandingkan dengan land grading dan smoothing, hasil produksi akan lebih
sedikit. Penambahan jarak antara saluran paralel, akan menimbulkan kerugian pada sistem
bedding, karena jarak yang lebar menimbulkan kerugian pada sistem bedding, karena jarak

4
yang lebar membutuhkan saluran drainase yang lebih besar dan dalam. Bila lebar bedding
400 m, maka aliran akan dibagi dua agar lebar bedding tidak lebih dari 200 m. Pada bedding
yang lebar, harus dibarengi dengan land grading dan smoothing. Pada tanah gambut, saluran
drainase paralel dengan side slope yang curam digunakan adalah 1 meter. Pada daerah ini
biasa dilengkapi dengan bangunan pengambilan dan pompa, bangunan pintu air berfungsi
untuk mengalirkan air drainase pada musim hujan.
Pada daerah dataran tertentu ditemukan sistem khusus dari jarak saluran paralel, 2
saluran diletakkan secara paralel dengan jarak 5-15 meeter. Tanah galian saluran diletakkan
diantara kedua saluran tersebut, dimanfaatkan sebagai jalan yang diperlukan pada saat
pemeliharaan saluran.

4. Drainase Mole
Drainase mole biasa disebut dengan lubang tikus berupa saluran bulat yang
konstruksinya tanpa dilindungi sama sekali, pembuatannya tanpa harus menggali tanah,
cukup dengan menarik (dengan traktor) bantukan baja bulat yang disebut mol yang dipasang
pada alat seperti bajak dilapisan tanah subsoil pada kedalaman dangkal. Pada bagian
belakang alat mole biasanya disertakan alat expander yang gunanya untuk memperbesar dan
memperkuat bentuk lubang
Tidak semua daerah terdapat usaha-usaha pertanian atau perkebunan memerlukan
irigasi. Irigasi biasanya diperlukan pada daerah-daerah pertanian dimana terdapat satu atau
kombinasi dari keadaan-keadaan berikut :
a. Curah hujan total tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan air.
b. Meskipun hujan cukup, tetapi tidak terdistribusi secara baik sepanjang tahun.
c. Terdapat keperluan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian yang
dapat dicapai melalui irigasi secara layak dilaksanakan baik ditinjau dari segi teknis,
ekonomis maupun sosial.

POLA JARINGAN
1. Siku
Dibuat pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi dari pada sungai. Sungai
sebagai saluran pembuang akhir berada akhir berada di tengah kota.

5
2. Pararel
Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Dengan saluran cabang (sekunder)
yang cukup banyak dan pendek-pendek, apabila terjadi perkembangan kota, saluran-saluran
akan dapat menyesuaikan diri.

3. Grid Iron
Untuk daerah dimana sungainya terletak di pinggir kota, sehingga saluran-saluran cabang
dikumpulkan dulu pada saluran pengumpulan.

4. Alamiah
Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih besar

6
5. Radial
Pada daerah berbukit, sehingga pola saluran memencar ke segala arah.

E. Fungsi Drainase Perkotaan Secara Umum


1. Mengeringkan bagian wilayah kota dari genangan sehingga tidak menimbulkan dampak
negatif.
2. Mengalirkan air permukaan ke badan air penerima terdekat secepatnya.
3. Mengendalikan kelebihan air permukan yang dapat dimanfaatkan untuk persedian air
dan kehidupan akuatik.
4. Meresapkan air permukaan untuk menjaga kelestarian air tanah (konservasi air).
5. Melindungi sarana dan prasarana yang sudah terbangun.

F. Berdasarkan Fungsi Layanan


1. Sistem Drainase Lokal
Yang termasuk sistem drainase lokal adalah saluran awal yang melayani suatu
kawasan kota tertentu seperti komplek permukiman, areal pasar, perkantoran, areal industri
dan komersial. Sistem ini melayani areal kurang dari 10 ha. Pengelolaan sistem drainase lokal
menjadi tanggung jawab masyarakat, pengembang atau instansi lainnya.

2. Sistem Drainase Utama


Yang termasuk dalam sistem drainase utama adalah saluran drainase primer,
sekunder, tersier beserta bangunan pelengkapnya yang melayani kepentingan sebagian
besar warga masyarakat. Pengelolaan sistem drainase utama merupakan tanggung jawab
pemerintah kota.

3. Pengendalian Banjir (Flood Control)


Sungai yang melalui wilayah kota yang berfungsi mengendalikan air sungai, sehingga
tidak mengganggu dan dapat memberi manfaat bagi kehidupan masyarakat. Pengelolaan
pengendalian menjadi tanggung jawab Direktorat Jenderal SDA.

7
G. Berdasarkan Fisiknya
1. Sistem Saluran Primer
Adalah saluran utama yang menerima masukan aliran dari saluran sekunder. Dimensi
saluran ini relatif besar. Akhir saluran primer adalah badan penerima air.
2. Sitem Saluran Sekunder
Adalah saluran terbuka atau tertutup yang berfungsi menerima aliran air dari saluran
tersier dan limpasan air dari permukaan sekitarnya, dan meneruskan air ke saluran
primer. Dimensi saluran tergantung pada debit yang dialirkan.
3. Sitem Saluran Tersier
Adalah saluran drainase yang menerima air dari saluran drainase lokal.

Dalam perencanaan dan pembangunan suatu drainase perlu strategi yang dapat diandalkan
sehingga sitem drainase berjalan dengan lancar tanpa timbulnya permasalahan dikemudian
hari. Adapun yang harus diperhatikan yaitu :

· Penyiapan rencana induk sistem drainase yang terpadu antara sistem drainase utama
maupun lokal dengan pengaturan dan pengelolaan sungai.
· Mengembangkan sistem drainase yang berwawasan lingkungan.
Adapun gambar alur perencanaanya sebagai berikut :

8
9
Pembangunan Sistem Drainase
1. Prinsip – Prinsip Utama
a) Kapasitas system harus mencukupi, baik untuk melayani pengaliran air ke badan
penerima air, maupun ntuk meresapkan air ke dalam tanah. Untuk mencapai kapasitas
yang memadai dilakukan perencanaan berdasarkan prinsip hidrologi dan hidrolika.
b) Pembangunan sistem drainase perkotaan perlu memperhatikan fungsi drainase sebagai
prasarana kota yang didasarkan pada konsep berwawasan lingkungan.antara lain
berkaitan dengan usaha konservasi sumber daya air, yang pada prinsipnya
mengendalikan air hujan agar lebih banyak yang diresapkan ke dalam tanah sehingga
mengurangi jumlah limpasan, antara lain dengan membuat bangunan resapan buatan,
kolam retensi dan penataan lansekap.
c) Sedapat mungkin menggunakan sistem gravitasi, hanya dalam hal sistem gravitasi tidak
memungkinkan baru digunakan sistem pompa.
d) Meminimalisasi pembebasan lahan.
e) Meminimalkan aliran permukaandan memaksimalkan resapan.
f) Letak sistem memenuhi kriteria perkotaan dan memiliki kesempatan untuk perluasan
sistem. Dalam pelaksanaannya harus mempehatikan segi hydraulik dan tata letak dalam
kaitannya dengan prasarana lainnya (jalan, dan utilitas kota).
g) Stabilitas sistemharus terjamin, baik dari segi struktural, keawetan sistem dan
kemudahan dalam operasi dan pemeliharaan.
h) Pembuatan Kolam Retensi dan Sistem Polder disusun dengan memperhatikan faktor
sosial ekonomi antara lain perkembangan kota dan rencana prasarana dan sarana kota.
i) Kelayakan pelaksanaan Kolam Retensi dan Sistem Polder harus berdasarkan tiga faktor
antara lain : biaya konstruksi, biaya operasi dan biaya pemeliharaan.
2. Parameter Penentuan Prioritas Penanganan
a) Parameter genangan, meliputi tinggi genangan, luas , dan lamanya genangan terjadi.
b) Parameter frekuensi terjadinya genangan setiap tahunnya.
3. Faktor Medan dan Lingkungan
a) Topografi: Pembangunan drainase pada daerah datar harus memperhatikan sistem
pengaliran dan ketersediaan air penggelontor.
b) Kestabilan tanah: pembangunan di daerah lereng pegunungan harus memperhatikan
masalah longsor yang disebabkan oleh kandungan air tanah.
4. Rencana Induk
Rencana Induk sistem drainase perkotaan adalah perencanaan menyeluruh sistem
drainase pada suatu wilayah perkotaan, untuk perencanaan 25 tahun. Lingkupnya adalah
sistem drainase utama saja yang berada dalam suatu daerah administrasi.
5. Studi Kelayakan
a) Perencanaan sistem drainase perkotaan satu atau lebih daerah pengaliran air untuk
waktu 5 atau 10 tahun.
b) Lingkupnya diarahkan pada daerah prioritas yang telah ditentukan dalam rencana induk.
c) Kajian meliputi kelayakan teknik, kelayakan keuangan/sosial ekonomi, kelayaan
kelembagan serta kelayakan lingkungan.

10
6. Perecanaan Teknik
a) Perencanaan teknis dibuat untuk daerah prioritas yang telah mempunyai studi kelayakan
atau rencana kerangka (outline plan). Jangka waktu perencanaan untuk 2 sampai 5
tahun.
b) Rencana teknis harus membuat persyaratan teknis dan gambar teknis, kriteria
perencanaan dan langkah-langkah konstruksi.

7. Salah satu rumus yang dapat digunakan dalam mendisain saluran drainase adalah :
‘’METODE RASIONAL’’

KEWENANGAN PENGELOLAAN DAN FUNGSI PELAYANAN SISTEM DRAINASEPERKOTAAN


Berdasarkan pembagian kewenangan pengelolaan dan fungsi pelayanan untuk
sistemdrainase perkotaan menggunakan istilah sebagai berikut :
2.2.1.
Sistem Drainase Lokal (minor urban drainage)
Sistem drainase lokal ( Minor ) adalah suatu jaringan sistem drainase yang melayanisuatu
kawasan kota tertentu seperti kompleks permukiman, daerah
komersial,perkantoran dan kawasan industri, pasar dan kawasan parawisata. Sistem inimela
yani area sekitar kurang lebih 10 Ha. Pengelolaan sistem drainase lokal
menjaditanggungjawab masyarakat, pengembang atau instansi pada kawasan masing-
masing. ( lihat gambar 2.1 dan 2.2 )
2.2.2.
Sistem Drainase Utama ( Major Urban Drainage )
Sistem Jaringan Utama ( Major Urban Draiange ) adalah sistem jaringan drinaseyang secara
struktur terdiri dari saluran primer yang menampung aliran dari saluran sekunder.
Saluran sekunder menampung aliran dari saluran tersier.Saluran tersier menampung
aliran dari Daerah Alrannya masing-masing.JaringanDrainase Lokal dapat langsung
mengalirkan alirannya ke saluran Primer, sekundermaupun tersier. ( lihat gambar 2.1 dan 2.2)
2.2.3.
Pengendalian Banjir (flood control)
Pengendalian Banjir adalah upaya mengendalikan aliran permukaan dalam sungaimaupun
dalam badan air yang lainnya agar tidak maluap serta limpas atau menggenagi daerah
perkotaan. Pengendalian banjir merupakan tanggung jawab pemerintah Propinsi atau
Pemerintah Pusat. Konstruksi / Bangunan air pada sistemFlood Control antara lain berupa :-
Tanggul- Bangunan Bagi- Pintu Air- Saluran Flood WayBerdasarkan fisiknya, sistem drainase
terdiri atas saluran primer, sekunder, tersierdst.
2.2.4.
Sistem Saluran Primer
Saluran primer adalah saluran yang menerima masukan aliran dari saluran-saluransekunder.
Saluran primer relatif besar sebab letak saluran paling hilir. Aliran darisaluran
primer langsung dialirkan ke badan air.

11
2.2.5.
Sistem Saluran Sekunder
Saluran terbuka atau tertutup yang berfungsi menerima aliran air dari saluran-saluran tersier
dan meneruskan aliran ke saluran primer.
2.2.6.
Sistem Saluran Tersier
Saluran drainase yang menerima aliran air langsung dari saluran-saluran
pembuangan rumah-rumah.Umumnya saluran tersier ini adalah saluran
kiri kanan jalan perumahan. Lihat gambar 2.1. Lay out dari drainase perkotaan dan gambar
2.2. Skematik dari minor dan mayor drainase perkotaanUntuk Kota-kota air seperti
Palembang, Banjarmasin dan Pontianak agak sulitmenentukan dan membedakan mana
sungai dan saluran drainase. Sebab aliran yangdipengaruhi pasang laut yang tinggi terkadang
berputar arah alirannya.
 Menurut letak bangunan :
1. Drainase permukaan tanah (surface drainage)
Suatu system pembuangan air untuk menyalurkan air dipermukaan tanah. Hal ini
berguna untuk mencegah adanya genangan.
2. Drainase bawah permukaan tanah (subsurface drainage)
Suatu sistem pembuangan untuk mengalirkan kelebihan air dibawah tanah.
Pada jenis tanaman tertentu drainase juga bermanfaat untuk mengurangi ketinggian
muka air tanah sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.
 Menurut fungsi :
1. Single purpose
Suatu jenis air buangan : air hujan, limbah domestic, limbah industri dll
2. Multi purpose
Beberapa jenis air buangan tercampur
 Menurut kontruksi :
1. Saluran terbuka
2. Saluran tertutup
Untuk air kotor disaluran yang terbentuk di tengah kota.
b) Sistem dan permasalahan drainase
Sistem drainase dibagi menjadi:
1. tersier drainage
2. secondary drainage
3. main drainage
4. sea drainage
Permasalahan drainase:
Permasalah drainase perkotaan bukanlah hal yang sederhana. Banyak faktor yang
mempengaruhi dan pertimbangan yang matang dalam perencanaan, antara lain :

1. Peningkatan debit.
Manajemen sampah yang kurang baik memberi kontribusi percepatan pendangkalan
/penyempitan saluran dan sungai. Kapasitas sungai dan saluran drainase menjadi berkurang,

12
sehingga tidak mampu menampung debit yang terjadi, air meluap dan terjadilah genangan
2. Peningkatan jumlah penduduk
meningkatnya jumlah penduduk perkotaan yang sangat cepat, akibat dari pertumbuhan
maupun urbanisasi. Peningkayan jumlah penduduk selalu diikuti oleh penambahn infrastruktur
perkotaan, disamping itu peningkatn penduduk juga selalu diikuti oleh peningkatan limbah, baik
limbah cair maupun pada sampah.
3. Amblesan tanah
disebabkan oleh pengambilan air tanah yang berlebihan, mengakibatkan beberapa bagian kota
berada dibawah muka air laut pasang.
4. Penyempitan dan pendangkalan saluran
5. Reklamasi
6. Limbah sampah dan pasang surut

c) Penanganan drainase perkotaan :


1. Diadakan penyuluhan akan pentingnya kesadaran membuang sampah
2. Dibuat bak pengontrol serta saringan agar sampah yang masuk ke drainase dapat
dibuang dengan cepat agar tidak mengendap.
3. pemberian sanksi kepada siapapun yang melanggar aturan terutama pembuangan
sampah sembarangan agar masyarakat mengetahui pentingnya melanggar drainase.
4. Peningkatan daya guna air, meminimalkan kerugian serta memperbaiki konservasi
lingkungn.
5. Mengelola limpasan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk menahan air hujan,
menyimpan air hujan maupun pembuatan fasilitas resapan.
2
a. Drainase Jalan Raya

Drainase jalan raya dibedakan untuk perkotaan dan luar kota.Umumnya di perkotaan
dan luar perkotaan,drainase jalan raya selalu mempergunakan drainase muka tanah (Surface
drainage). Di perkotaan saluran muka tanah selalu ditutup sebagai bahu jalan atau trotoar.
Walaupun juga sebagaiman diluar perkotaan, ada juga saluran drainase muka tanah tidak
tertutup (terbuka lebar), dengan sisi atas saluran rata dengan muka jalan sehingga air dapat
masuk dengan bebas. Drainase jalan raya pi perkotaan elevasi sisi atas selalu lebih tinggi dari
sisi atas muka jalan .Air masuk ke saluran melalui inflet. Inflet yang ada dapat berupa inflet
tegak ataupun inflet horizontal.
Untuk jalan raya yang lurus, kemungkinan letak saluran pada sisi kiri dan sisi kanan
jalan. Jika jalan ke arah lebar miring ke arah tepi, maka saluran akan terdapat pada sisi tepi
jalan atau pada bahu jalan, sedangkan jika kemiringan arah lebar jalan kea rah median jalan
maka saluran akan terdapat pada median jalan tersebut. Jika jalan tidak lurus ,menikung,
maka kemiringan jalan satu arah , tidak dua arah seperti jalan yang lurus. Kemiringan satu
arah pada jalan menikung ini menyebabkan saluran hanya pada satu sisi jalan yaitu sisi yang
rendah. Untuk menyalurkan air pada saluran ini pada jarak tertentu,direncanakan adanya
pipa nol yang diposisikan dibawah badan jalan untuk mengalirkan air dari saluran.

13
b. Drainase Lapangan Terbang

Drainase lapangan terbang pembahasannya difokuskan pada draibase area run way dan
shoulder karena runway dan shoulder merupakan area yang sulit diresapi , maka analisis
kapasitas / debit hujan memepergunakan formola drainase muka tanah atau surface
drainage.Kemiringan keadan melintang untuk runway umumnya lebih kecil atau
samadengan 1,50 % , kemiringan shoulder ditentukan antara 2,50 % sampai 5 %.Kemiringan
kea rah memanjang ditentukan sebesar lebih kecil atau sama dengan 0,10 % ,ketentuan dari
FAA. Amerika Serikat genangan air di permukaan runway maksimum 14 cm, dan harus segera
dialirkan.Di sekeliling pelabuhan udara terutama di sekeliling runway dan shoulder , harus
ada saluran terbuka untuk drainase mengalirkan air (Interception ditch) dari sis luar lapangan
terbang.

c. Drainase Lapangan Olahraga

Drainase lapangan olahraga direncanakan berdasarkan infiltrasi atau resapan air hujan pada
lapisan tanah, tidak run of pada muka tanah (sub surface drainage) tidak boleh terjadi
genangan dan tidak boleh tererosi.Kemiringan lapangan harus lebih kecil atau sama dengan
0,007. Rumput di lapangan sepakbola harus tumbuh dan terpelihara dengan baik. Batas
antara keliling lapangan sepakbola dengan lapangan jalur atletik harus ada collector drain.

Konsep Perencanaan Drainase Perkotaan


Dalam perencanaan drainase perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Pola arah aliran
Dengan melihat peta topografi dapat menentukan arah aliran yang merupakan natural drainage
system yang terbentuk secara alamiah, dan dapat mengetahui toleransi lamanya genangan dari
daerah rencana.

b) Situasi dan kondisi fisik kota


Informasi situasi dan kondisi fisik kota baik yang ada maupun yang sedang direncanakan yang
perlu diketahui antara lain:
1. Sistem jaringan yang ada (drainase, irigasi, air minum, listrik, dan lain-lain)
2. Batas-batas daerah pemilikan
3. Tingkat kebutuhan drainase yang diperlukan
4. Gambaran prioritas daerah secara garis besar

Semua hal tersebut dimaksudkan agar dalam perencanaan tata letak sistem jaringan drainase
tidak terjadi pertentangan kepentingan. Dengan perencanaan tata letak jaringan drainase yang
baik diharapkan tercapai tujuan sebagai berikut:
1. Sistem jaringan drainase dapat berfungsi sesuai tujuan.
2. Menekan dampak negatif terhadap lingkungan sekecil mungkin.
3. Dapat bertahan lama (awet) ditinjau dari segi konstruksi dan fungsi.
4. Ekonomis baik dalam pembangunan maupun perawatan.

14
Bangunan-bangunan Sistem Drainase dan Pelengkapnya
1. Bangunan-bangunan Sistem Saluran Drainase
Bangunan-bangunan dalam sistem drainase adalah bangunan-bangunan struktur dan
bangunan-bangunan non struktur.
Bangunan Struktur
Bangunan struktur adalah bangunan pasangan disertai dengan perhitungan-perhitungan
kekuatan tertentu. Contoh bangunan struktur adalah :
 bangunan rumah pompa
 bangunan tembok penahan tanah
 bangunan terjunan yang cukup tinggi
 jembatan
Bangunan Non struktur
Bangunan non struktur adalah bangunan pasangan atau tanpa pasangan, tidak disertai dengan
perhitungan-perhitungan kekuatan tertentu yang biasanya berbentuk siap pasang. Contoh
bangunan non struktur adalah :
 Pasangan (saluran Cecil tertutup, tembok talud saluran, manhole/bak control ususran
Cecil, street inlet).
 Tanpa pasangan : saluran tanah dan saluran tanah berlapis rumput.
3. Bangunan Pelengkap Saluran Drainase
Bangunan pelengkap saluran drainase diperlukan untuk melengkapi suatu sisem saluran
untuk fungsi-fungsi tertentu. Adapun bangunan-bangunan pelengkap sistem drainase
antara lain :
 CatchBasin/Watershed
Bangunan dimana air masuk ke dalam sistem saluran tertutup dan air mengalir bebas
di atas permukaan tanah menuju match basin. Catch basin dibuat pada tiap
persimpangan jalan, pada tepat-tempat yang rendah, tempat parkir.
 Inlet
Apabila terdapat saluran terbuka dimana pembuangannya akan dimasukkan ke dalam
saluran tertutup yang lebih besar, maka dibuat suatu konstruksi khusus inlet. Inlet
harus diberi saringan agar sampah tidak asuk ke dalam saluran tertutup.
 Headwall
Headwall adalah konstruksi khusus pada outlet saluran tertutup dan ujung gorong-
gorong yang dimaksudkan untuk melindungi dari longsor dan erosi
 Shipon
Shipon dibuat bilamana ada persilangan dengan sungai. Shipon dibangun bawah dari
penampang sungai, karena tertanam di dalam tanah maka pada waktu
pembuangannya harus dibuat secara kuat sehingga tidak terjadi keretakan ataupun
kerusakan konstruksi. Sebaiknya dalam merencanakan drainase dihindarkan
perencanaan dengan menggunakan shipon, dan sebaiknya saluran yang debitnya
lebih tinggi tetap untuk dibuat shipon dan saluran drainasenya yang dibuat saluran
terbuka atau gorong-gorong.

15
 Manhole
Untuk keperluan pemeliharaan sistem saluran drainase tertutup di setiap saluran
diberi manhole pertemuan, perubaan dimensi, perubahan bentuk selokan pada setiap
jarak 10-25 m. Lubang manhole dibuat sekecil mungkin supaya ekonomis, cukup, asal
dapat dimasuki oleh orang dewasa. Biasanya lubang manhole berdiameter 60cm dengan
tutup dari besi tulang.
Gorong-gorong
Bangunan terjun
Bangunan got miring

Bentuk Saluran
Tabel 2
Bentuk dan fungsi saluran tertutup (sewerage)
No Bentuk Saluran Fungsi

 Berfungsi untuk menyalurkan limpasan air hujan maupun limbah air bekas (air limbah)
rumah tangga atau keduanya.Konstruksi sistem saluran ini cocok dipakai untuk
pertokoan yang sangat padat dan lahan yang tersedia telah terbatas.
 Berfungsi untuk menyalurkan air hujan dan limbah air bekas dimana fluktuasi debitnya
besar.Bentuk yang panjang mengecil ini berfungsi untuk mendapatkan kedalaman air
yang cukup untu dapat menghanyutkan endapan padat dan tinja walaupun debitnya
kecil.
 Berfungsi untuk mengalirkan air hujan dalam jumlah besar dimana bagian atasnya
terdapat bangunan. Walaupun daya alirannya tidak sebaik yang berbentu bulat telur,
namun pelaksanaannya relative lebih mudah.

Tabel 3
Bentuk-bentuk umum saluran terbuka dan fungsinya
No Bentuk Saluran Fungsi
1. Trapesium

Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan dengan debit yang
besar.
Sifat alirannya terus menerus dengan fluktuas kecil.
Bentuk saluran ini dapat digunakan pada daerah yang masih cukup tersedia lahan .

2. Kombinasi trapesium dan segi empat

Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan dengan debit yang
besar dan kecil.
Sifat alirannya berfluktuasi besar dan terus menerus tapi debit minimumnya measih
cukup besar.
3 Kombinasi trapezium dengan setengah lingkaran

16
Fungsinya sama dengan bentuk (2), sifat alirannya terus menerus dan berfluktuasi besar
dengan debit minimum keil. Fungsi bentuk setengah lingkaran ini adalah untuk
menampung dan mengalirkan debit minimum tersebut.
4 Segi empat
Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan dengan debit yang
besar. Sifat alirannya terus menerus dengan fluktuasi kecil.
5
Kombinasi segi empat dengan setengah lingkaran

Bentuk saluran segi empat ini digunakan pada lokasi jalur saluran yang tidak mempunyai
lahan yang cukup/terbatas. Fungsinya sama dengan bentuk (2&3)
6
Setengah lingkaran

Berfungsi untuk menyalurkan limbah air hujan untuk debit yang kecil. Bentuk saluran ini
umum digunakan untuk saluran-saluran ruah penduduk dan pada sisi jalan perumahan
padat.
Kriteria/Standar Teknis Yang Digunakan
Kriteria yang digunakan sebagai acuan agar suatu kawasan memenuhi syarat terhadap
keparahan genangan/banjir ditunjukkan pada tabel di bawah ini :
Tabel
Periode Ulang Saluran Drainase
No. Jenis kawasan Saluran primer Saluran sekunder Saluran tersier
1. Permukiman
• Kota sedang
• Kota kecil
5-10 tahun
10-20 tahun
2-5 tahun
2-5 tahun
2-5 tahun
2-5 tahun
2. Industri 2-5 tahun 2-5 tahun 2-5 tahun
3. Perumahan 5-20 tahun 2-5 tahun 2-5 tahun
Sumber : Strategi Pengembangan Kota
Kriteria penilaian tingkat genangan
Hal-hal yang menyebabkan terjadinya genangan air di suatu lokasi antara lain:
1. Dimensi saluran yang tidak sesuai.
2. Perubahan tata guna lahan yang menyebabkan terjadinya peningkatan debit banjir di
suatu daerah aliran sistem drainase.
3. Elevasi saluran tidak memadai.
4. Lokasi merupakan daerah cekungan.
5. Lokasi merupakan tempat retensi air yang diubah fungsinya misalnya menjadi
permukiman. Ketika berfungsi sebagai tempat retensi (parkir alir) dan belum dihuni

17
adanya genangan tidak menjadi masalah. Problem timbul ketika daerah tersebut dihuni.
6. Tanggul kurang tinggi.
7. Kapasitas tampungan kurang besar.
8. Dimensi gorong-gorong terlalu kecil sehingga aliran balik.
9. Adanya penyempitan saluran.
10. Tersumbat saluran oleh endapan, sedimentasi atau timbunan sampah.
Perencanaan sistem drainase
1. Landasan Perencanaan
Perencanaan drainase perkotaan perlu memperhatikan fungsi drainase perkotaan
sebagai parasarana kota yang dilandaskan pada konsep pembangunan yang
berwawasan lingkungan. Konsep ini antara lain berkaitan dengan sumberdaya air, yang
ada prinsipnya adalah mengendalikan air hujan supaya banyak meresap dalam tanah
dan tidak banyak terbuang sebagai aliran, antara lain membuat : bagunan resapan
buatan, kolam tandon, penataan landscape dan sempadan.
2. Tahapan Perencanaan
Tahap perencanaan drainase perkotaan meliputi :
a. Tahapan dilakukan melalui pembuatan rencana induk, studi kelayakan dan
perencanaan detail dengan penjelasan :
• Studi kelayakan dapat dibuat sebagai kelanjutan dari pembuatan rencana induk.
• Perencanaan detail perlu dibuat sebelum pekerjaan konstruksi drainase dilaksanakan.
b. Drainase perkotaan di kota raya dan kota besar perlu direncanakan secara
menyeluruh melalui tahapan rencana induk.
c. Drainase perkotaan di kota sedang dan kota kecil dapat direncanakan melalui tahapan
rencana kerangka sebagai pengganti rencana induk.
2. Data dan Persyaratan
Sistem drainase perkotaan data dan persyaratan untuk perencanaannya sebagai berikut
:
a. Data primer merupakan data dasar yang dibutuhkan dalam perencanaan yang
diperoleh baik dari lapangan maupun dari pustaka, mencakup :
• Data permasalahan dan data kuantitatif pada setiap lokasi genangan atau banjir yang
meliputi luas, lama, kedalaman rata-rata dan frekuensi genangan.
• Data keadaan fungsi, sistem, geometri dan dimensi saluran
1. Data daerah pengaliran sungai atau saluran meliputi topografi, hidrologi, morfologi
sungai, sifat tanah, tata guna tanah dan sebagainya. Data prasarana dan fasilitas kota
yang telah ada dan yang direncanakan.
b. Data sekunder merupakan data tambahan yang digunakan dalam perencanaan
drainase perkotaan yang sifatnya menunjang dan melengkapi data primer, terdiri atas :
• Rencana Pengembangan Kota
• Geoteknik
• Pembiayaan
• Kependudukan
• Institusi/kelembagaan
• Sosial ekonomi
• Peran serta masyarakat

18
• Keadaan kesehatan lingkungan permukiman
Masalah dalam Sistem Drainase
• Terjadi Endapan
• Terdapat timbunan Sampah
• Tumbuhnya tanaman liar
• Penyumbatan, kerusakan, penyalah-gunaan saluran dan bangunan
• Peningkatan debit akibat perubahan tata guna lahan

Berikut adalah bentuk penampang saluran terbuka primer dan Sekunder :

Bentuk Trapesium
Bentuk trapesium adalah bentuk penampang saluran yang terbentuk secara
alami dimana kemiringan talud mengikuti kemiringan dari jenis tanah asli.

Jenis perkuatan yang digunakan :

 saluran trapesium dengan perkuataan talud dengan pasangan batu belah


 saluran trapesium dengan perkuatan plat beton dan balok beton
 saluran trapesium dengan turap kayu
Bentuk Segi Empat
Bentuk penampang saluran segi empat adalah bentuk yang dibuat, dengan
syarat perkuatan talud.

Jenis perkuatan yang digunakan :

 Saluran segi empat dengan perkuatan talud dari pasangan batu pecah
 Saluran segi empat dengan perkuatan talud dari beton bertulang
 Saluran segi empat dengan perkuatan talud site pile beton bertulang
 Saluran segi empat dengan perkuatan talud dari tiang pancang

19
Saluran Tersier adalah saluran yang menerima aliran air dari rumah tangga dan
mengalirkannya ke saluran sekunder. Selain itu juga merupakan saluran kiri kanan
jalan yang biasanya dapat distandarisasi dengan ukuran tertentu tergantung dari
daerah pengaliran saluran/jalan.

 Penampang saluran tersier adalah penampang saluran terkecil dibandingkandengan


saluran lainnya dan berfungsi mengalirkan aliran air hujan dan airlimbah rumah tangga.
 Saluran tersier umumnya dibuat dari pasangan batu bata, batu pecah dan plat beton.
 Bentuk penampang saluran adalah segi empat dengan lantai berbentuk setengah
lingkaran atau trapesium.

Bangunan Persilangan (Gorong-gorong)

Bangunan persilangan pada saluran drainase perkotaan terdiri dari :

 Gorong-gorong adalah saluran yang memotong jalan atau media lain


 Siphon adalah saluran yang memotong saluran lainnya atau sungai

20
Pada umumnya yang termasuk bangunan drainase perkotaan adalah gorong-
gorong dengan bentang pendek kurang dari 6 meter, sedangkan untuk jembatan
yang besar diperlukan pedoman tersendiri yang dilakukan oleh Direktorat Bina
Marga.

Gorong-gorong mempunyai potongan melintang yang lebih kecil dari pada luas
basah saluran di hulu maupun saluran di hilir. Sebagian dari potongan melintang
mungkin berada di atas muka air. Dalam hal ini gorong-gorong berfungsi sebagai
saluran terbuka dengan aliran bebas. Pada gorong-gorong aliran bebas, benda-
benda yang hanyut dapat lewat dengan mudah, tetapi biaya pembuatannya
umumnya lebih mahal, dibanding gorong-gorong tenggelam.

Pada gorong-gorong tenggelam, seluruh pototngan melintang berada di bawah


permukaan air. Biaya pelaksanaannya relatif lebih murah, tetapi bahaya tersumbat
oleh sampah lebih besar.

Bentuk gorong-gorong terdiri dari bentuk lingkaran yang terbuat dari pipa beton
dan bentuk segiempat dari beton bertulang.
Gorong gorong dari beton bertulang terutama digunakan untuk debit yang besar
atau bila diinginkan yang kedap air.

Sarana penunjang lainnya yang ada pada gorong-gorong adalah :


a. Saringan sampah di mulut saluran sebelah hulu.
b. Pintu air di inlet yang umumnya terdapat pada inlet siphon.
c. Saluran penenang dihulu (outlet) yang berfungsi sebagai menenangkan aliran
agar sedimen mengendap di tempat tersebut.
d. Kolam penenang dihilir sebagai peredam energi kecepatan aliran turbulensi
yang keluar dari dalam gorong-gorong atau siphon.
e. Papan duga air (staf gauge) adalah papan dengan lebar 10 cm panjang sesuai
kebutuhan dan tebal kira-kira 1 – 1,5 cm. Pada bagian muka diberi angka
ukuran meteran yang berfungsi untuk mengetahui turun naiknya permukaan air.

Pintu Air

Pintu air merupakan bangunan pelengkap dari saluran atau bangunan persilangan,
kolam retensi dan bangunan bagi. Umumnya pada drainase perkotaan pintu air
21
dipasang pada inlet siphon, inlet dan outlet waduk (kolam retensi) dan di ujung
saluran yang berhubungan dengan badan air.

Jenis pintu air yang banyak digunakan adalah :

 Pintu air sorong


Pintu sorong biasanya menggunakan tenaga manusia untuk membuka dan
menutup pintu terbuat dari kayu dan direncanakan sedemikian rupa sehingga
tekanan air diteruskan ke sponeng, dimana maing-masing balok kayu mampu
menahan beban dan meneruskannya ke sponeng. Umumnya pintu sorong
memperoleh kekedapannya dari pelat perunggu yang dipasang pada pintu.
Pelat-pelat ini juga dipasang untuk mengurangi gesekan. Jika pintu sorong harus
dibuat dari perunggu, sekat dasarnya bisa dibuat dari kayu atau karet.

 Pintu air otomatis


Adalah pintu air yang dapat menutup sendiri karena menggunakan rantai berat
atau kabel baja tegangan tinggi.

Pemilihan pintu air menggunakan tenaga manusia atau mesin tergantung pada
ukuran berat pintu, tersedianya tenaga istrik, dan pertimbangan ekonomis.

Pintu air juga dilengkapi oleh saringan sampah yang dipasang pada bagian :

 Hulu (up stream) pintu air sorong


 Di ujung saluran primer dimana muka air sungai atau badan air lebih tinggi dari
muka air di saluran pada waktu sungai banjir.

22
Waduk/Kolam Retensi

Waduk/situ/kolam retensi di dalam kota cukup besar manfaatnya bila dipelihara


dengan baik, yaitu:
1. dapat mengurangi besarnya debit aliran (run off) di saluran
2. dapat menjadi tempat rekreasi masyarakat jika di sekitarnya ditata menjadi
taman

Jenis waduk di berbagai kota terdapat berbagai ukuran baik luas maupun
kedalamannya. Bila dilihat dari luasnya maka:

 yang ukurannya luas sekali sampai ratusan hektar diberi nama waduk
 yang ukurannya lebih kecil dinamakan setu
 yang lebih kecil dari setu dinamakan kolam retensi

Pompa

Untuk mengeringkan air hujan dari suatu derah yang luas di daerah perkotaan
diperlukan pompa-pompa berdiameter besar untuk menanggulangi jumlah air
yang
banyak. Head yang diperlukan umumnya rendah sehingga sering dipakai pompa aksial
atau aliran campur. Sebagai penggerak digunakan motor diesel, karena jumlah
kerjanya pertahun sangat rendah dan juga karena pompa ini harus tetap dapat
bekerja bila listrik padam.

Menurut jenis impeler ada 2 (dua) macam pompa yaitu:


1. Pompa centrifugal
Adalah pompa yang mempunyai konstruksi sedemikian rupa hingga aliran zat
cair yang keluar dari impeler akan melalui sebuah bdang tegak lurus poros

23
pompa.
2. Pompa aksial (aliran campur)
Campuran aliran yang meninggalkan impeler akan bergerak sepanjang
permukaan kerucut di dalam pompa ini.

Dilihat dari segi penempatan pompa terdiri dari :


a. Pompa di atas permukaan air (di darat)
b. Pompa tenggelam di dalam air (submersible pump)

Fungsi pompa air adalah:


Secara umum pompa air dapat dipakai untuk memindahkan air dari satu tempat
ke tempat yang lain yang tidak mungkin dilakukan dengan sistem gravitasi.

24

Anda mungkin juga menyukai