1 Hanafi
1 Hanafi
yang paling mulia, bahkan dikatakan ia adalah manusia termulia setelah para
nabi dan rasul. Keutamannya adalah sesuatu yang melegenda, hal itu diketahui
oleh kalangan awam sekalipun. Membaca kisah perjalanan hidupnya seakan-
akan kita merasa hidup di dunia hayal, apa benar ada orang seperti ini pernah
menginjakkan kaki di bumi? Apalagi di zaman kita saat ini, memang manusia
teladan sudah sulit terlestari.
Namun seiring pergantian masa dan perjalanan hidup manusia, ada segelintir
orang atau kelompok yang mulai mencoba mengkritik perjalanan hidup Abu
Bakar ash-Shiddiq setelah Allah dan Rasul-Nya memuji pribadinya. Allah
meridhainya dan menjanjikan surga untuknya, radhiallahu ‘anhu.
ار َوالَّذِينَ اتَّبَعُو ُه أم ِ ص َ اج ِرينَ َو أاْل َ أن ِ سا ِبقُونَ أاْل َ َّولُونَ ِمنَ أال ُم َه َّ َوال
ت تَ أج ِري ٍ عدَّ لَ ُه أم َجنَّاَ َع أنهُ َوأَ ضوا ُ ع أن ُه أم َو َر َّ ي
َ َُّللا َ ض ِ ان َر ٍ س
َ ِبإِ أح
ار خَا ِلدِينَ فِي َها أَبَدًا ۚ َٰذَ ِل َك أالفَ أو ُز أالعَ ِظي ُم
ُ ت َ أحت َ َها أاْل َ أن َه
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari
golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan
Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di
dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan
yang besar.” (QS. At-Taubah: 100)
Kritik tersebut mulai berpengaruh pada jiwa-jiwa yang mudah tertipu, kepada
hati yang lalai, dan kepada pribadi-pribadi yang memiliki hasad kepada generasi
pertama.
Kali ini kita tidak sedang menceritakan kepribadian Abu Bakar secara utuh,
karena hal itu sulit diceritakan di tulisan yang singkat ini. Tulisan ini akan
menyuplikkan sebagian teks-teks syariat yang menjelaskan tentang kemuliaan
Abu Bakar.
BIODATA
Nama Abu Bakar adalah Abdullah bin Utsman at-Taimi, namun kun-yahnya
(Abu Bakar) lebih populer dari nama aslinya sendiri. Ia adalah Abdullah bin
Utsman bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Ta-im bin Murrah bin Ka’ab bin
Luai bin Ghalib bin Fihr al-Qurasyi at-Taimi. Bertemu nasabnya dengan Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam pada kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Luai.
Ibunya adalah Ummu al-Khair, Salma binti Shakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad
bin Ta-im. Dengan demikian ayah dan ibu Abu Bakar berasal dari bani Ta-im.
Ummul mukminin, Aisyah radhiallahu ‘anhu menuturkan sifat fisik ayahnya, “Ia
seorang yang berkulit putih, kurus, tipis kedua pelipisnya, kecil pinggangnya,
wajahnya selalu berkeringat, hitam matanya, dahinya lebar, tidak bisa bersaja’,
dan selalu mewarnai jenggotnya dengan memakai inai atau katam (Thabaqat
Ibnu Sa’ad, 1: 188).
Adapun akhlak Abu Bakar, ia adalah seorang yang terkenal dengan kebaikan,
keberanian, sangat kuat pendiriannya, mampu berpikir tenang dalam keadaan
genting sekalipun, penyabar yang memiliki tekad yang kuat, dalam
pemahamannya, paling mengerti garis keturunan Arab, orang yang bertawakal
dengan janji-janji Allah, wara’ dan jauh dari kerancuan pemikiran, zuhud, dan
lemah lembut. Ia juga tidak pernah melakukan akhlak-akhlak tercela pada
masa jahiliyah, semoga Allah meridhainya.
ي اثأنَي ِأن
َ َّللاُ ِإ أذ أ َ أخ َر َجهُ الَّذِينَ َكفَ ُروا ثَا ِن ُ ِإ ََّّل ت َ أن
َ َص ُروهُ فَقَ أد ن
َّ ُص َره
َّ اح ِب ِه ََّل ت َ أحزَ أن ِإ َّن
َّللاَ َمعَنَا ِ ص ِ ِإ أذ ُه َما فِي أالغ
َ َار ِإ أذ يَقُو ُل ِل
“Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah
menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah)
mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika
keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya:
“Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita”. (QS. At-
Taubah: 40)
Dalam perjalanan hijrah ini, Abu Bakar menjaga, melayani, dan memuliakan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia mempersilahkan Rasul untuk
beristirahat sementara dirinya menjaganya seolah-olah tidak merasakan letih
dan butuh untuk istirahat.
Anas bin Malik meriwayatkan dari Abu Bakar, Abu Bakar mengatakan, “Ketika
berada di dalam gua, aku berkata kepada Rasulullah, ‘Sekiranya orang-orang
musyrik ini melihat ke bawah kaki mereka pastilah kita akan terlihat’. Rasulullah
menjawab, ‘Bagaimana pendapatmu wahai Abu Bakar dengan dua orang
manusia sementara Allah menjadi yang ketiga (maksudnya Allah bersama dua
orang tersebut)’. Rasulullah menenangkan hati Abu Bakar di saat-saat mereka
dikepung oleh orang-orang musyrikin Mekah yang ingin menangkap mereka.
Dari Amr bin Ash, Rasulullah pernah mengutusku dalam Perang Dzatu as-
Salasil, saat itu aku menemui Rasulullah dan bertanya kepadanya, “Siapakah
orang yang paling Anda cintai?” Rasulullah menjawab, “Aisyah.” Kemudian
kutanyakan lagi, “Dari kalangan laki-laki?” Rasulullah menjawab, “Bapaknya
(Abu Bakar).
– Saat Masih Hidup di Dunia, Abu Bakar Sudah Dipastikan Masuk Surga
Abu Musa al-Asy’ari mengisahkan, suatu hari dia berwudhu di rumahnya lalu
keluar menemani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Abu Musa berangkat
ke masjid dan bertanya dimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dijawab
bahwa Nabi keluar untuk suatu keperluan. Kata Abu Musa, “Aku pun segera
pergi berusaha menysulunya sambil bertanya-tanya, hingga akhirnya beliau
masuk ke sebuah kebun yang teradapat sumur yang dinamai sumur Aris. Aku
duduk di depan pintu kebun, hingga beliau menunaikan keperluannya.
Setelah itu aku masuk ke kebun dan beliau sedang duduk-duduk di atas sumur
tersebut sambil menyingkap kedua betisnya dan menjulur-julurkan kedua
kakinya ke dalam sumur. Aku mengucapkan salam kepada beliau, lalu kembali
berjaga di depan pintu sambil bergumam “Hari ini aku harus menjadi penjaga
pintu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Tak lama kemudian datanglah
seseorang ingin masuk ke kebun, kutanyakan, “Siapa itu?” Dia menjawab, “Abu
Bakar.” Lalu kujawab, “Tunggu sebentar.” Aku datang menemui Rasulullah dan
bertanya padanya, “Wahai Rasulullah, ada Abu Bakar datang dan meminta izin
masuk.” Rasulullah menjawab, “Persilahkan dia masuk dan beritahukan
padanya bahwa dia adalah penghuni surga.”
Penutup