Alhamdulillah kita telah sampai pada dars yang kedelapan. Insya Allahu Ta’ala mulai dari
dars yang kedelapan ini, kita mulai masuk ke pelajaran inti ilmu sharaf, dimana mulai dars
kedelapan ini kita akan betul-betul membahas tentang ilmu sharaf.
Sebelum kita memasuki ilmu sharaf, ada baiknya kalau kita terlebih dahulu memahami
beberapa istilah yang sering digunakan di dalam ilmu sharaf.
Ada dua istilah penting yang harus diketahui oleh para pemula yang ingin mempelajari ilmu
sharaf:
❇.tashrif
❇.Wazan
🔳.tashrif
Akan tetapi untuk tiga bentuk kata terakhir, yaitu isim zaman, isim makan, dan isim alat,
karena sebagain besar bentuk kata tersebut merupakan _sima'iy_, artinya berdasarkan apa
yang kita dengar dari orang arab/tidak ada rumus bakunya. Maka untuk isim zaman, isim
makan, dan isim alat, kita tidak bahas di dalam pelajaran untuk pemula ini.
Jadi kita hanya membahas tashrif/perubahan kata dari fi’il madhi hingga fi’il nahiy.
©Baik kita ambil sebuah contoh di dalam bahasa arab:
"Melakukan/berbuat", bahasa arabnya adalah:
💡 فَ َع َل
Ini fi’il madhi.
📋Sebagai catatan bahwa di dalam bahasa arab kalau ada sebuah kata yang tersusun dari 3
(tiga) huruf, dan seluruh hurufnya berharakat fathah, maka dapat dipastikan ini adalah fi’il
madhi, contoh ya ini:
فَعَ َل
Maka ia fi’il madhi.
Kemudian:
َ َ💡 َجل
س
“telah duduk”
َ َ 💡 َكت
ب
“telah menulis”
Kita perhatikan semuanya tersusun dari tiga huruf, dan berharakat fathah, maka ini adalah
fi’il madhi.
Fi’il madhi ini bisa berubah menjadi fi’il mudhari’, isim mashdar, isim fa’il, isim maf’ul, fi’il
amr, dan fi’il nahiy. Dan bentuk perubahannya ada kaidahnya, ada rumusnya.
Nanti pada pelajaran selanjutnya kita akan mempelajari rumus untuk memahami cara
merubah dari fi’il madhi menjadi fi’il mudhari, menjadi isim mashdar, isim fa’il, isim maf’ul, fi’il
amr, hingga fi’il nahiy, Insya Allah.
Ini contoh tashrif, silahkan dibaca kembali, buku diktatnya, “Ilmu Sharaf Untuk Pemula”,
halaman 15 (hal 20, cetakan ke-3-ed)
Ini adalah contoh tashrif, dimana kata فَعَ َل, bisa berubah menjadi
Sedangkan *tashrif lughawi adalah perubahan kata untuk bentuk kata yang sama tetapi
dengan isim dhamir yang berbeda-beda*. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya,
bahwa di dalam bahasa arab antara yang melakukan itu saya, kamu, dia laki-laki, dan dia
perempuan, maka fi’ilnya berbeda-beda.
©Contoh untuk
💡َفَعَل
Ini untuk ه َُو
Sedangkan kalau untuk saya: ُفَ َع ْلت
Kalau kamu (perempuan): ت َ فَعَ ْل
Kalau kalian laki-laki: فَعَ ْلت ُ ْم
Kalau untuk َي َ ه/dia wanita: ت ْ َفَ َعل
Perubahan فَ َع َلmenjadi:
َ ```فَعَ ْلتَ – فَعَ ْلت ُ ْم – فَعَ ْل
ْ َت – فَعَل
```ت
Ini disebut dengan *tashrif lughawi*.
Saya ulangi:
🔍tashrif ada dua:
1⃣.tashrif istilahiy
Adalah perubahan kata dari fi’il madhi, menjadi fi’il mudhari, mashdar, isim fa’il, isim maf’ul,
fi’il amr, dan fi’il nahiy
2⃣.tashrif lughawiy.
Adalah perubahan untuk bentuk kata yang sama, misalkan fi’il madhi, tetapi untuk isim
dhamir yang berbeda.
فَ َع َل
Menjadi
َفَ َع ْلتُ – فَ َع ْلت
َ – فَ َع ْل
ت
Ini disebut dengan tashrif lughawiy.
Yang kedua kita akan membahas istilah lain yang sering digunakan dalam ilmu sharaf, yaitu:
🔳.Wazan
Di dalam mempelajari ilmu sharaf, untuk mempelajari rumus perubahan kita menggunakan
wazan.
Dan wazan di dalam bahas arab ini, menggunakan kata:
``````فَعَ َل
ف–ع–ل
Ini rumus yang digunakan.
Namun wazan ini, atau rumus ini, nantinya akan dijadikan acuan dalam menentukan
perubahan kata.
©Contohnya begini:
Kata
ص َر
َ َ💡 ن
“telah menolong”
Itu mengikuti wazan:
⚖ فَعَ َل – يَ ْفعُ ُل
📍Perhatikan:
Ketika kata ص َر
َ َ نtelah diputuskan mengikuti wazan atau rumus
فَ َع َل – َي ْفعُ ُل
Maka kita harus mengikuti perubahan kata
ص َر
َ َن
Sesuai dengan kaidah wazan:
فَ َع َل – َي ْفعُ ُل
Berarti
ُ ص َر – َي ْن
ص ُر َ َن
Perhatikan:
ع – َلَ –ف
َ
ص – َر َ – َن
ع – ُلُ –ف
ْ –ي َ
ص – ُر ُ – ي – ْن َ
Berarti kan sebelum ف – ع – ل, ditambahkan ya’ ()ي
Berarti sebelum ن – ص – ر, ditambahkan ya’ ()ي
Kemudian huruf ( )فdisukunkan, jadi huruf ( )نdisukunkan
Kemudian huruf ( )عdidhammahkan, begitupun huruf ( )صnya didhammahkan.
ُ يَ ْف ُع – يَ ْن
ص
Kemudian ( )لdidhammahkan, يَ ْفعُ ُل
ُ َي ْن
berarti ( )رnya juga didhammahkan, menjadi ص ُر
©Contohnya:
ص َر
َ َن
Karena dinyatakan mengikuti wazan فَعَ َل – يَ ْفعُ ُل
ُ ص َر – َي ْن
Maka perubahannya ص ُر َ َن
Masuk ke wazan
⚖ فَعَ َل – يَ ْف َع ُل
Maka kata ب َ , perubahannya harus mengikuti فَعَ َل – يَ ْف َع ُل
َ ض َر
Jadi ُب – يَض َْربَ ض َر
َ
Perhatikan
ع – َل
َ –ف َ
ب
َ – ض – َر
َ
📝Ini adalah ketentuan yang harus dipenuhi, jadi ب َ ض َرَ , berubahnya pasti ُ َيض َْرب.
Tidak boleh kita katakan ُ َيض ُْرب, seperti bab فَ َع َل – َي ْفعُ ُل.
Tidak boleh juga kita katakan ُب – يَض ُْرب َ ض َر
َ .
Tetapi kita harus merubah suatu kata sesuai dengan wazannya. Dan kata ب َ ض َر
َ ini masuk
wazan فَ َع َل – يَ ْف َع ُل, sehingga perubahannya wajib ُب – يَض َْرب َ ض َر
َ .
Tidak boleh:
ب
ُ ب – يَض َْر
َ ض َر
َ
ب
ُ ب – يَض ُْر
َ ض َرَ
Saya kira cukup untuk pelajaran pertama ini, dimana saya akan menyimpulkan bahwa:
🌀.Ada dua istilah yang sering digunakan dalam ilmu sharaf:: 1). tashrif, 2). Wazan
🌀.tashrif adalah perubahan suatu kata ke bentuk yang lain, dan ada 2 (dua), yaitu: 1) tashrif
istilahiy, dan 2) tashrif lughawi.
🌀.tashrif istilahiy adalah perubahan kata dari satu bentuk ke bentuk yang lain dari fi’il madhi
menjadi fi’il mudhari, menjadi isim mashdar, isim fail, isim maf’ul, fi’il amr, fi’il nahiy, isim
makan, isim zaman, dan isim alat. Jadi perubahan kata dari fi’il madhi menjadi 10 (sepuluh)
bentuk total.
🌀.tashrif lughawi adalah perubahan untuk bentuk kata yang sama tetapi berdasarkan isim
dhamir, atau nanti jumlah dan jenis yang berbeda.
🌀.Sedangkan wazan adalah rumus yang digunakan sebagai acuan, sehingga ketika suatu
kata dinyatakan masuk ke wazan tertentu, maka kata tersebut wajib mengikuti perubahan
kata berdasarkan wazan tersebut.
Baik, insya Allah itu saja dulu untuk pelajaran yang kedelapan ini, semoga bermanfaat.
•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•
📝 Transkrip Materi BISA Pekan 2
🎧 Pengisi Materi :: Ustadz Abu Razin حفظه هللا تعالى
📚 Dars 09 :: Mengenal 35 Wazan tashrif
⌛ Durasi audio :: 12.34 menit
•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•
Alhamdulillah kita telah sampai pada dars yang kesembilan. Insya Allah pada dars yang
kesembilan ini, kita akan mempelajari tentang _wazan-wazan tashrif_, atau _rumus-rumus
perubahan kata di dalam bahasa arab._
Perlu diketahui bahwa wazan tashrif dalam bahasa arab ada 35 wazan, ada 35 rumus, yang
mana *seluruh fi’il pasti akan mengikuti salah satu dari 35 wazan ini*.
Artinya, hanya mengikuti satu wazan saja, jadi tidak mungkin satu fi’il mengikuti lebih dari
satu wazan, akan tetapi satu fi’il akan mengikuti salah satu dari 35 wazan tashrif ini.
Tapi Alhamdulillah yang patut disyukuri, dari 35 wazan yang umum digunakan di dalam
percakapan sehari-hari hanya 22 wazan saja. Dan *22 wazan ini terbagi menjadi 4 (empat)
kelompok besar*.
Silahkan dibuka diktat *Ilmu Sharaf Untuk Pemula*, halaman 22 (halaman 26 pada buku
cetakan ketiga-ed). Disitu disajikan semacam flowchat, Tabel Pembagian tashrif.
Secara umum tashrif yang umum digunakan ini, dibagi menjadi 2 (dua), ada tsulatsy, ada
ruba’iy.
♨Tsulatsy adalah kelompok fi’il, yang huruf penyusunnya ada 3 (tiga) huruf, sedangkan
♨Rubaiy, adalah kelompok fi’il yang huruf penyusunnya ada 4 (empat) huruf.
َ – َكَ – ت
ب
3 huruf.
Artinya “telah menulis”
Kemudian
💡 َع َل َم
Artinya, “telah mengetahui”
ع–ل–م
3 huruf
Kemudian
💡 َك ُر َم
Artinya “telah mulia”
ك–ر–م
Ada 3 huruf.
🖌Kemudian baik tsulatsy maupun ruba’iy itu dibagi lagi menjadi 2 (dua):
1⃣ Tsulatsy mujarrad
2⃣ Tsulatsy mazid
Ada
1⃣ Ruba’iy mujarrad
2⃣ Ruba’iy mazid
🎋Mujarrad itu artinya 3 huruf penyusunnya asli. Atau 4 huruf penyusunnya asli, kalau
📍Jadi kalau tsulatsy mujarrad adalah kelompok fi’il yang tersusun dari 3 huruf asli. Contoh-
َ ك َُر َم – َع َل َم – َكت, adalah tsulatsy mujarrad.
contoh yang saya sebutkan barusan : َب
Artinya memang secara asal menulis itu َب َ َكت, kemudian mengetahui itu َع َل َم, dan mulia itu ك َُر َم.
Ini tsulatsy mujarrad.
📍Kemudian ruba’iy mujarrad artinya kelompok kata yang tersusun dari 4 huruf asli, bukan
huruf tambahan. Contohnya tadi دَحْ َر َج
Itu asli semua.
Artinya memang “telah menggelincirkan” itu bahasa arabnya adalah دَحْ َر َج.
Semua huruf itu bukan huruf tambahan. د – ح – ر – ج, merupakan huruf aslinya.
Itu tsulatsy mujarrad dan ruba’iy mujarrad.
Maka َعله َمdan ت َ َعله َم, disebut dengan tsulatsy mazid. Kenapa❓
Karena kata َعله َمdan ت َ َعله َم, merupakan kata َع َل َمyang ditambahkan huruf tambahan.
Pada َعله َم, huruf tambahannya adalah lam, jadi lam-nya tasydid.
Sedangkan pada تَعَله َم, tambahannya ada ta’ di depannya dan lam.
Ini contoh tsulatsy mazid.
©Contoh yang kedua:
َك ُر َم
Artinya “telah mulia” ini tsulatsy mujarrad karena tersusun dai 3 huruf asli. ك – ر – م
Jadi di dalam penggunaan sehari-hari selain دَحْ َر َج, digunakan juga تَدَحْ َر َج, yang artinya “telah
menggelincirkan”
Maka تَدَحْ َر َجini disebut dengan ruba’iy mazid, karena ada tambahan huruf ta’ di depannya.
Itu contoh ruba’iy mujarrad dan ruba’iy mazid.
Kita kembali ke tabel tashrif di halaman 22 (halaman 26 pada buku cetakan ketiga-ed).
Disitu tashrif di bagi menjadi 2 (dua), ada tsulatsy dan ada ruba’iy.
Karena ruba’iy mujarrad dan ruba’iy mazid jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari,
dan memang sedikit kata yang masuk di dalam kelompok ruba’iy mujarrad dan ruba’iy
mazid, maka dalam pelajaran ilmu sharaf untuk pemula ini, kita hanya memfokuskan
pembahasan pada tsulatsy mujarrad dan tsulatsy mazid. Jadi kita fokuskan pada
tsulatsy mujarrad dan tsulatsy mazid.
🎀Tsulatsy mujarrad, *ada 6 (enam) bab/wazan*.
🎀Sedangkan tsulatsy mazid nanti dibagi lagi menjadi 3 (tiga):
1.Ada yang huruf tambahannya satu huruf, bi harfin
2.Ada yang huruf tambahannya dua huruf
3.Ada yang huruf tambahannya tiga huruf.
Tapi insya Allah nanti kita akan lebih membahas lebih panjang lebar lagi pada pembahasan
yang selanjutnya.
Tapi untuk pelajaran yang kesembilan ini, insya Allah kita cukupkan sampai di sini.
Baik saya rasa untuk pelajaran dars yang kesembilan insya Allah saya cukupkan sampai
disini.
Semoga bermanfaat.
•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•
📝 Transkrip Materi BISA Pekan 2
🎧 Pengisi Materi :: Ustadz Abu Razin حفظه هللا تعالى
📚 Dars 10 :: tashrif Fi’il Madhi dan Fi’il Mudhari Tulatsy Mujarrad
⌛ Durasi audio :: 18.19 menit
•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•
Untuk mengingatkan kembali bahwa Tsulatsy Mujarrad adalah kelompok fi’il yang tersusun
dari tiga huruf.
Contohnya:
َ َ 💡 َكت
ب
“telah menulis”
Kemudian
💡 َع َل َم
“telah mengetahui”
Kemudian
َ َ💡 َجل
س
“telah duduk”
Ini adalah Tsulatsy Mujarrad.
Dan perlu diketahui bahwasanya *tsulatsy mujarrad ada 6 (enam) bab*, artinya ada enam
rumus/wazan.
Seluruh fi’il yang tersusun dari tiga huruf, pasti akan mengikuti salah satu dari enam wazan
ini.
Sebelum kita mempelajari enam wazan fi’il Tsulatsy Mujarrad, maka terlebih dahulu kita
mengetahui wazan fi’il madhi Tsulatsy Mujarrad dan wazan fi’il mudhari’ tsulatsy mujarrad.
Karena wazan-wazan dari fi’il Tsulatsy Mujarrad yang jumlahnya ada enam itu merupakan
kombinasi dari fi’il madhi dan fi’il mudhari’-nya.
🔮```Fi’il Madhi```
Fi’il madhi Tsulatsy Mujarrad memiliki 3 (tiga) wazan. Dan untuk membuat rumus tashrif
menggunakan kata
ف – ع – ل => فَ َع َل
Jadi ada yang fathah ع-nya, ada yang kasrah ع-nya, ada yang dhammah ع-nya, sedangkan
huruf فdan ل, sama semua, selalu fathah.
Kemudian:
َ َ💡ن
ظ َر
“telah melihat”
Fathah semua
Kemudian
ص َر
َ َ💡ن
“telah menolong”
Jadi:
فَ َع َلmengikuti wazan – س َم َع
َ – فَ َه َم – َع َل َم
Dengan mengkasrahkan ع-fi’il nya.
Kemudian
صلُ َح
َ 💡
“telah baik”
Kita perhatikan:
فَعُ َلini mengikuti wazan --- صلُ َح
َ – َك ُر َم
Dengan mendhammahkan ع-fi’il nya.
🔮```Fi’il Mudhari’```
Sama dengan fi’il madhi, fi’il mudhari’ juga memiliki 3 (tiga wazan), dan sama juga dengan
fi’il madhi yang berubah hanya ع-fi’il nya.
Jadi rumusnya:
يَ ْفعَ ُل.1⃣
Dengan memfathahkan ع-fi’il nya
Atau:
يَ ْف َع ُل.2⃣
Dengan mengkasrahkan ع-fi’il nya
Atau:
يَ ْفعُ ُل.3⃣
Dengan mendhammahkan ع-fi’il nya.
Kemudian contoh:
🖌Untuk fi’il mudhari’ yang fathah ع-fi’il nya: يَ ْفعَ ُل
Contohnya:
🖌يَ ْفت َ ُح
“sedang membuka”
Kemudian:
🖌يَ ْمنَ ُع
“sedang mencegah”
Kita perhatikan
يَ ْفعَ ُلmengikuti wazan --- يَ ْفت َ ُح – يَ ْمنَ ُع
Dengan memfathahkan ع-fi’il nya.
Kita bandingkan:
َي ْف َع ُل- ب
ُ َيض َْر
Sama ya. Ini contoh fi’il mudhari yang mengikuti wazan َي ْف َع ُل
🖌 Kemudian contoh fi’il mudhari yang mengikuti wazan: َي ْفعُ ُل
Dengan mendhammahkan ع-fi’il nya
Contohnya misalkan:
ُ ُ 🖌 يَ ْكت
ب
“sedang menulis”
Kita bandingkan:
ُ ُ يَ ْفعُ ُل – يَ ْكت
ب
Ini contoh fi’il mudhari yang mengikuti wazan يَ ْفعُ ُل, dengan mendhammahkan ع-fi’il nya.
Contohnya lagi:
ُ 🖌 َي ْن
ص ُر
“sedang menolong”
Dan wazan Tsulatsy Mujarrad yang jumlahnya ada 6 itu, adalah kombinasi dari fi’il madhi
dan fi’il mudhari’, ada yang:
فَعَ َل – يَ ْفعَ ُل
فَ َع َل – يَ ْف َع ُل
فَعُ َل – َي ْفعُ ُل
Hingga enam kombinasi, hingga enam rumus.
Dan kita bisa menghafal rumus bab Tsulatsy Mujarrad ini dengan menggunakan kalimat
bantu:
Kita perhatikan kalimat “Batu Kali Mana Bisa Turun Sendiri”, terdiri dari enam kata, dan
setiap kata memang mewakili setiap bab.
Jadi::
💧 BATU – rumus bab 1
💧 KALI – rumus bab 2
💧 MANA – rumus bab 3
💧 BISA – rumus bab 4
💧 TURUN – rumus bab 5
💧 SENDIRI – rumus bab 6
❗Hati-hati jangan terkecoh dengan lam fi’il-nya ya. Lam-nya selalu lu, jadi:
Yaf’alu – yaf’ilu – yaf’ulu
Jadi lam-nya tidak berubah, yang berubah hanya harakat ع-fi’il nya.
Oke, supaya lebih jelas lagi, kita beri contoh satu per satu:
Berarti
ُ ُب – يَ ْكت
_ب َ َ_ َكت
Berarti tidak boleh kita katakan:
ُ َب – يَ ْكت
atau ,ب َ َ َكت
بُ َ ب – يَ ْكتَ َ َكت
َ َكت, masuk ke bab 1, mengikuti rumus wazan bab 1
Karena َب
BATU, A U
فَعَ َل – يَ ْفعُ ُل
Berarti
ُ ُ ب – َي ْكت
ب َ َ َكت
Kemudian bab 3⃣
MANA, A A
فَعَ َل – يَ ْفعَ ُل
Contoh kata yang masuk ke dalam bab ini adalah:
💡 فَت َ َح
“telah membuka”
Berarti
__ َفتَ َح – يَ ْفتَ ُح
karena
__ َفع َ َل – يَ ْفع َ ُل
‘Ain fi’ilnya di fathahkan
Ini bab 3
Kemudian bab 4⃣
Bab 4 apa?
BISA, I A
فَ َع َل – يَ ْف َع ُل
‘Ain fi’il madhinya kasrah, ‘ain fi’il mudhari’nya fathah
Apa contohnya?
Contohnya
💡 َع َل َم
“telah mengetahui”
_ُ _عَ ِلم َ – يَعْ َلم
Karena:
__ َف ِع َل – يَ ْفع َ ُل
‘ain fi’ilnya difathahkan
Jadi kita baca: يَ ْعلَ ُم
Bukan يَ ْعلُ ُم, atau يَ ْع َل ُم
Tapi َي ْعلَ ُم
Mengikuti فَ َع َل – يَ ْف َع ُل
Ini bab 4
Kemudian bab 5⃣
TURUN, U U
فَعُ َل – َي ْفعُ ُل
Contohnya misalkan:
صلُ َح
َ 💡
“telah baik”
Maka mengikuti فَعُ َل – يَ ْفعُ ُل
Berarti kita baca mudhari’nya
ْ صلُ َح – َي
صلُ ُح َ
Karena ‘ain fi’ilnya harus dhammah.
__ َفع ُ َل – يَ ْفع ُ ُل
ْ َص ُل َح – ي
_ص ُل ُح َ _
Dan terakhir
6⃣
SENDIRI, I I
فَ َع َل – يَ ْف َع ُل
Contoh kata yang masuk ke bab 6 adalah:
ب
َ َح َس
“telah menghitung”
__ َف ِع َل – يَ ْف ِع ُل
_ب
ُ ب – يَ ْح ِس َ _ َح ِس
Dengan mengkasrahkan ‘ain fi’ilnya, karena
فَ َع َل – َي ْف َع ُل
‘ain fi’ilnya dua-duanya kasrah, menjadi:
ب
ُ ب – يَ ْح َس
َ َح َس
Baik, untuk tashrif fi’il madhi dan fi’il mudhari’, saya cukupkan sampai disini. Tapi sebelum
saya tutup, saya akan sampaikan kesimpulan dari dars yang kesepuluh ini. Bahwa:
💦.Fi’il madhi ada 3 (tiga) kombinasi, ada yang ‘ain fi’ilnya fathah, kasrah, atau dhammah.
فَعَ َل – فَ َع َل – فَعُ َل
💦.Begitupun dengan fi’il mudhari’, ada 3 (tiga) kombinasi, ada yang ‘ain fi’ilnya fathah,
kasrah, dhammah. َي ْف َع ُل – َي ْف َع ُل – َي ْفعُ ُل
❗Perhatikan yang berubah hanya ‘ain fi’ilnya, baik fi’il madhi ataupun fi’il mudhari’, tapi fa’,
dan lam-nya, serta ya’ untuk fi’il mudhari’ itu sama sekali tidak berubah, artinya sama untuk
semua fi’il. Jadi yang berubah hanya ‘ain fi’ilnya.
❗
💦.Kombinasi dari fi’il madhi dan fi’il mudhari’ itu menjadi rumus, jadi 6 (enam) kombinasi
dari fi’il madhi dan fi’il mudhari’ ini menjadi rumus fi’il Tsulatsy Mujarrad yang berjumlah
enam.
💦.Untuk memudahkan menghafal rumus bab Tsulatsy Mujarrad yang ada enam ini, kita
gunakan kalimat _BATU KALI MANA BISA TURUN SENDIRI_, dimana yang kita ambil dari
kalimat ini adalah huruf vokal dari setiap kata
```BATU, A U, فَ َع َل – يَ ْفعُ ُل
KALI, A I, يَ ْف َع ُل- فَعَ َل
MANA, A A, فَ َع َل – َي ْف َع ُل
BISA, I A, فَ َع َل – يَ ْفعَ ُل
TURUN, U U, فَعُ َل – َي ْفعُ ُل
SENDIRI, I I, فَ َع َل – يَ ْف َع ُل
```
Ini adalah rumus tashrif Tsulatsy Mujarrad dari bab 1 hingga bab 6.
وصلى هللا على نبينا محمد وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين
أستغفرك وأتوب إليك، أشهد أن َل إله إَل أنت،سبحانك اللهم وبحمدك
والسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته
•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈
•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•
📝 Transkrip Materi BISA Pekan 2
🎧 Pengisi Materi :: Ustadz Abu Razin حفظه هللا تعالى
📚 Dars 11 :: Wazan Isim mashdar, Isim Fa’il, dan Isim Maf’ul
⌛ Durasi audio :: 18.34 menit
•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•
Alhamdulillah kita telah sampai pada dars yang kesebelas, dimana Insya Allah pada dars
yang kesebelas ini, kita akan mempelajari wazan dari isim mashdar, wazan isim fa’il, dan
wazan isim maf’ul untuk semua bab tsulatsy mujarrad.
Kita telah pelajari sebelumnya, bahwa tsulatsy mujarrad ini ada 6 (enam) bab, yang kita
rangkum dalam kalimat: _BATU KALI MANA BISA TURUN SENDIRI_. Yang kita ambil dari
kalimat ini adalah huruf vokal dari setiap katanya.
Untuk isim mashdar, isim fa’il, dan isim maf’ul, ini memiliki wazan juga seperti fi’il madhi dan
fi’il mudhari’.
🔮.Isim Mashdar
Tapi khusus untuk isim mashdar maka isim mashdar ini sifatnya _sima’iy_, artinya
berdasarkan apa yang kita dengan dari orang arab. *Tidak ada rumus baku untuk isim
mashdar*. Berbeda dengan fi’il madhi, fi’il mudhari’, isim fa’il, dan isim maf’ul yang memiliki
rumus, isim mashdar tidak memiliki rumus khusus. Antara satu fi’il dengan fi’il yang lain,
meskipun yang ada pada bab yang sama, akan memiliki isim mashdar yang berbeda.
Kemudian untuk
ُ ُ ب – يَ ْكت
ب َ َ 💎 َكت
Mashdarnya adalah
,🖌 َكتَابَةا
“tulisan”
❗📋Sebagai catatan tambahan: ingat bahwa isim mashdar adalah membendakan kata kerja,
artinya dari kata kerja “menolong”, maka ص ارا
ْ َن, “pertolongan”, dari kata kerja “menulis”, maka
َكت َابَةاadalah “tulisan”.
Kalau dalam istilah bahasa inggris, _gerund_, membendakan kata kerja.
Itulah mengapa isim mashdar disepakati sebagai asal muasal kata, bukan fi’il madhi.
Meskipun pada pembelajaran, pada kitab-kitab, yang semuanya membahas tentang ilmu
nahwu dan ilmu sharaf, maka biasanya yang sering dimunculkan sebagai kata asal adalah
fi’il madhi, karena lebih mudah untuk diingat. Berbeda dengan isim mashdar yang harus
dihafal.
Jadi memang seperti itu, untuk mengetahui mashdar dari fi’il tertentu maka kita harus
menghafalnya, karena tidak ada rumus bakunya. Oleh karena itu untuk memudahkan para
peserta pemula ilmu sharaf, kami telah menyiapkan bab tersendiri di buku diktat "Ilmu
Sharaf Untuk Pemula", silahkan dilihat di lampiran mulai dari halaman 100 (pada diktat
cetakan ketiga berada pada bagian akhir setiap penjelasan bab-bab tsulatsy mujarrad-ed).
Disitu kami tampilkan fi’il-fi’il beserta dengan mashdarnya.
Jadi insya Allah dengan menghafalnya beberapa kata yang sering digunakan dalam
percakapan sehari-hari, kita hafal bentuk mashdarnya, insya Allah itu akan lebih
memudahkan dalam memahami dan menghafal fi’il-fi’il beserta mashdarnya.
Ini untuk isim mashdar.
🔮.Isim Fa’il
Dari maknanya adalah *untuk pelaku, artinya orang yang melakukan, orang yang berbuat.*
Kemudian rumus untuk isim fa’il ini sangat mudah, yakni sesuai dengan namanya, isim fail
rumusnya adalah
**فَا ِع ٌل
Jadi kalau
ص َر
َ َ💡ن
“telah menolong”
Isim fa’ilnya:
َاص ٌر
َ 🔹ن
Jadi semuanya sama, baik untuk bab 1, bab 2, sampai bab 6 semua rumusnya sama :
فَا َع ٌل
🔮.Isim Maf’ul
Sama dengan isim fa’il, rumusnya sesuai dengan namanya
** َم ْفعُ ْو ٌل
Isim maf’ul sendiri dari sisi maknanya *korban/objek/ orang yang di-*
َ َ💡ن
ظ َر
“telah melihat”
Maka
ُ 🔸 َم ْن
ظ ْو ٌر
“yang dilihat”
ُ ظ َر – َم ْن
ظ ْو ٌر َ َ```ن
ٌب – َم ْكت ُ ْوب َ َ َكت
ُ ص َر – َم ْن
ص ْو ٌر َ َن
```
Caranya mudah :
➿tinggal ditambahkan mim didepannya,
َ ََم ْن ن
➿kemudian huruf pertamanya dilebur/disukunkan, ص َر
ُ َم ْن
➿kemudian setelah ‘ain fi’il ditambah wawu bersuku, ص ْو ٌر
َ َ َكت
ب
➿ kaf disukunkan dan ditambahkan mim di depannya, َم ْك
➿kemudian setelah ‘ain fi’il, ta’, ditambahkan wawu sukun, ٌَم ْكت ُ ْوب
ُ ظ َر – َم ْن
ظ ْو ٌر َ َن
ٌب – َم ْكت ُ ْوبَ َ َكت
ُ ص َر – َم ْن
ص ْو ٌر َ َن
Ini rumus dari isim maf’ul.
📋Kemudian mari kita berikan contoh tashrif mulai dari bab 1 sampai 6.
Kemudian bab 4⃣
BATU KALI MANA *BISA*
-IA
⚖ فَ َع َل – َي ْف َع ُل
Contohnya:
َع َل َم
Maka tashrifnya adalah:
`````` َع َل َم – َي ْعلَ ُم – َع ْل اما – َعا َل ٌم – َم ْعلُ ْو ٌم
Nah, khusus untuk fi’il bab kelima, ini ada sedikit kanehan dalam tashrifnya, kenapa❓
_Karena pada dasarnya fi’il-fi’il bab 5, itu bukan kata kerja, tapi kata sifat._
Contohnya:
َ 💡قَ ُر
ب
“telah dekat”
Ini bukan kata kerja, kemudian:
َ 💡 َبعُد
“telah jauh”
Sehingga ada beberapa kata yang tidak kita temukan, contohnya apa?
Contohnya tadi
َ بَعُد
“telah jauh”
ُ يَ ْبعُد
“sedang jauh”
Kemudian mashdarnya adalah:
بُ ْعداا
“kejauhan”
Kemudian *isim fa’ilnya tidak ada. Isim maf’ul apa lagi.*
Karena secara makna tidak bisa diterima “telah dekat” isim maf’ulnya apa?
Kalau kita katakan “orang yang didekati” itu berarti fi’il madhinya bukan “dekat”, tapi
“mendekati”. Jadi beda antara “telah dekat” dengan “telah mendekati”.
Sehingga fi’il yang ada pada bab 5 itu tidak memiliki isim fa’il dan juga isim maf’ul. Tetapi dia
memiliki istilah pengganti. Untuk bab 5 ini ada istilah *sifat musyabbahah*, _sifat yang
diserupakan dengan isim fa’il_.
Contohnya
َ قَ ُر
ب
Sifat musyabbahahnya adalah
ٌقَ َريْب
“dekat”
Kemudian
َ بَعُد
Sifat musyabbahahnya adalah:
ٌ بَ َع ْيد
Ini untuk bab 5.
Jadi untuk bab 5 ada pengecualian. _Jadi bab 5 tidak memiliki isim fa’il dan isim maf’ul, dia
hanya memiliki sifat musyabbahah, kata sifat yang diserupakan dengan isim fa’il._
Contohnya tadi:
ٌ بَ َع ْيد
“jauh”
ٌقَ َريْب
“dekat”
Kemudian bab 6⃣
Contohnya fi’il yang masuk kedalam bab 6 adalah:
ب
َ 💡 َح َس
tashrifnya adalah:
ُ ب – ُح ْسبَاناا – َحاسَبٌ – َم ْح
``` ٌس ْوب ُ ب – يَ ْح َس
َ ``` َح َس
Jadi alhamdulillah kita telah mempelajari tashrif mulai dari fi’il madhi ke fi’il mudhari, ke isim
mashdar, ke isim fa’il dan isim maf’ul.
📋Baik kesimpulan dari pelajaran yang kesebelas ini, bahwa:
💧.Untuk isim mashdar tidak ada rumusnya, karena ia bersifat sima’iy, artinya kita harus
menghafalnya
💧.Isim fa’il rumusnya mudah:: فَا َع ٌل, dan ini berlaku untuk seluruh bab.
Contohnya: ٌب – َحاسَب َ َح َس, َع َل َم – َعا َل ٌم,َاص ٌر
َ ص َر – ن َ َن, kecuali bab 5. Karena bab 5 tidak memiliki isim
fa’il.
💧.Isim maf’ul rumusnya juga mudah:: َم ْفعُ ْو ٌل. Ini dari bab 1 sampai bab 6. Contohnya: ص َر َ َ– ن
ٌب – َمض ُْر ْوب ر ض , م وُ ل عم – م
َ َ َ ٌ ْ ْ َ َ ََ ٌ ْ َل ع , ر و ظُ ْ
ن م – رَ َ
ظ ن
َ , ر وص ْ
ن
ٌ ُْ َ م, semuanya mudah Insya Allah.
Tetapi dikecualikan juga fi’il-fi’il bab 5. Karena fi’il-fi’il bab 5 tidak memiliki isim maf’ul. Karena
secara makna tidak bisa diterima. Alasannya semua fi’il yang masuk bab 5 adalah kata sifat,
bukan kata kerja, sehingga karena sifat tidak mungkin memiliki objek (isim maf’ul).
Ini insya Allah untuk pelajaran yang kesebelas cukup sampai di sini.
💠Tetapi sebelum saya tutup, kita harus mengetahui tentang *fi’il lazim dan fi’il muta’addiy*.
Ada fi’il yang tidak membutuhkan objek dan ada fi’il yang membutuhkan objek. Ada fi’il
transitif (butuh kepada objek), ada fi’il intransitif (tidak butuh objek). _Fi’il yang butuh objek
disebut dengan fi’il muta’addiy, sedangkan fi’il yang tidak membutuhkan objek disebut
dengan fi’il lazim_.
Contohnya apa❓
©Contohnya:
َ 💡 َج َل
س
“telah duduk”
Duduk ini tidak butuh objek, maka berbeda dengan, misalnya:
ص َر
َ َ💡ن
“telah menolong”
berarti ada yang ditolong.
Sedangkan
َ َج َل
س
“telah duduk”
Maka tidak ada objeknya.
*Sehingga fi’il-fi’il lazim, fi’il-fi’il yang tidak butuh objek, tidak memiliki bentuk isim maf’ul*.
Jadi:
َ َ💡 َجل
س
“telah duduk”
tashrifnya:
.… - س س – ُجلُ ْو ا
ٌ سا – َجا َل َ ََجل
ُ س – يَ ْج َل
isim maf’ulnya tidak ada. Tidak boleh kita katakan isim maf’ulnya: سٌ َمجْ لُ ْو
Kenapa❓
📋Karena duduk ini kata kerja yang tidak butuh objek. Sehingga kalau kita katakan س ٌ َمجْ لُ ْو,
“yang diduduk”, ini tidak dapat diterima. Kalau kita katakan “yang diduduki” ini beda lagi.
Bedakan antara “telah duduk” dengan “telah menduduki”.
Kalau “telah menduduki” ada isim maf’ulnya “yang diduduki”, tapi kalau “telah duduk”, tidak
ada isim maf’ulnya.
Kalau kita ngomong “saya telah keluar dari rumah”, maka “keluar” ini tidak butuh objek.
Berbeda dengan, misalkan:
ص َر
َ َن
“telah menolong”, ada yang ditolong.
ص ْرتُ زَ ْيداا
َ َن
“saya telah menolong Zaid”
Maka kata “keluar” tidak butuh kepada objek, maka tidak ada isim maf’ulnya.
Jadi tidak boleh kita katakan:
ٌ َم ْخ ُر ْو
ج
“yang dikeluar”
Karena tidak diterima secara makna.
🖌Lalu mungkin akan ada yang mengatakan: “bagaimana dengan “yang dikeluarkan”?”
Berbeda antara “telah keluar” dengan “telah mengeluarkan”.
*Sehingga semua fi’il lazim tidak butuh isim maf’ul. Semua fi’il yang tidak butuh objek, maka
tidak ada bentuk isim maf’ulnya.*
Alhamdulillah kita telah sampai pada pelajaran yang keduabelas. Dimana pada pelajaran
yang keduabelas ini, Insya Allahu Ta’ala kita akan membahas tentang wazan atau rumus
dari fi’il amr dan rumus dari fi’il-fi'il nahiy , fi'il-fi'il tsulatsy mujarrad.
Sehingga kalau
💡يَ ْفعُ ُل
Karena ‘ain fi’il dhammah, maka hamzahnya-pun diberi harakat dhammah menjadi
💢 ا ُ ْفعُ ْل
Kemudian
💡 َي ْف َع ُل
Karena ‘ain fi’il-nya kasrah, maka hamzahnya kita beri harakat kasrah.
َي ْف َع ُل
Diganti ya’nya dengan hamzah, kemudian hamzahnya kita beri harakat kasrah, menjadi:
💢 اَ ْف َع ْل
Yang ‘ain fi’ilnya fathah, maka hamzahnya tetap diberi harakat kasrah, jadi:
💢اَ ْف َع ْل
bukan
ا َ ْف َع ْل
❌
Karena fi’il2 tsulatsy mujarrad, bentuk fi’il amr-nya tidak ada yang huruf awalnya hamzah
berharakat fathah. Cuma ada 2 (dua) kemungkinan, *hamzahnya berharakat dhammah,
atau hamzahnya berharakat kasrah*. Tidak boleh hamzahnya fathah.
Pada waktunya nanti kita akan belajar bahwa fi’il mudhari’ ini untuk dhamir أنا, wazannya
adalah:
🍂أ َ ْفعَ ُل
Contohnya untuk fi’il mudhari’
💡يَ ْفعَ ُل
Maka bentuk fi’il mudhari dhamir أنا-nya adalah:
🍂 أ َ ْفعَ ُل
Dan ini mirip dengan bentuk fi’il amr-nya. Oleh karena itu, *fi’il amr tsulatsy mujarrad
hamzahnya tidak ada yang berharakat fathah*. Kemungkinannya hanya ada 2
1⃣.hamzahnya berharakat dhammah,
💡 ا ُ ْفعُ ْل
Atau
2⃣.hamzahnya berharakat kasrah,
dan 💡 اَ ْف َع ْل
💡 اَ ْف َع ْل
Maka tidak mungkin kita membuat kata perintah untuk kata sifat “besar”.
Misalkan “besarlah”, ini sulit.
Biasanya untuk membuat fi’il amr, semacam kata perintah, untuk bab 5 *ditambahkan kata
* ُك ْن
Yang artinya “jadilah”
Misalkan:
💡 ُك ْن َكبَي اْرا
“jadilah orang yang besar”
Kemudian
َ 💡 ُك ْن
صا َل احا
“jadilah orang yang shalih”
Kemudian misalkan
💡 ُك ْن َك َر ْي اما
“jadilah orang yang mulia”
Ini insya Allah lebih mudah lagi dari fi’il amr ya.
,karena tinggal
✅kita tambahkan huruf laa nahiyah (laa larangan) di depannya
,kemudian
✅🖌 huruf ya’-nya kita ganti dengan huruf ta’
, dan
✅🖌 lam fi’ilnya kita sukunkan
5⃣ kemudian bab 5, sama dengan fi’il amr, ini juga tidak ada fi’il nahiy-nya.
ini rumus untuk fi’il nahiy. Insya Allah ini sangat mudah. _Karena pada dasarnya fi’il nahiy
adalah fi’il mudhari dhamir anta yang ditambahkan laa larangan._
Dan untuk fi’il amr dan fi’il nahiy memang selamanya dalam bentuk sukun, jadi:
ََل ت َ ْف َع ْل, ََل ت َ ْفعُ ْل, ََل ت َ ْف َع ْل, اَ ْف َع ْل, اَ ْف َع ْل,ا ُ ْفعُ ْل
Ini rumus2 untuk fi’il amr dan fi’il nahiy.
Dengan demikian kita telah mempelajari keseluruhan rumus tashrif istilahiy dari fi’il bab 1
hingga bab 6.
Baik sebagai kesimpulan, untuk lebih memberikan gambaran rumus, maka sekarang saya
akan sebutkan keseluruhan rumus dari bab 1 hingga bab 6, mulai fi’il madhinya hingga fi’il
nahiynya.
2⃣ Bab 2, KALI
فَ َع َل – َي ْف َع ُل – فَ ْع اال – فَا َع ٌل – َم ْفعُ ْو ٌل – اَ ْف َع ْل – ََل ت َ ْف َع ْل
Kita berhenti untuk bab 5 di mashdarnya, karena fi’il bab 5, tidak memiliki isi fail, isim maf’ul,
fi’il amr, dan fi’il nahiy.
Ini merupakan rumus tashrif istilahiy dari fi’il tsulatsy mujarrad dari bab 1 hingga bab 6.
Untuk bisa lebih memantapkan pemahaman kita, maka kita ambil satu fi’il contoh untuk
setiap bab tsulatsy mujarrad.
Bab 1⃣, فَعَ َل – يَ ْفعُ ُل, kita ambil contoh fi’il yang masuk ke dalam bab 1: ص َر
َ َن
Mari kita tashrif:
ص ْر ُ ص ْو ٌر – ا ُ ْن
ُ ََل ت َ ْن- ص ْر ُ َاص ٌر – َم ْن
َ ص ارا – ن ُ ص َر – يَ ْن
ْ َص ُر – ن َ َ💡ن
Kemudian bab 2⃣, KALI ya, kita ambil kata
ب
َ ض َر
َ
“telah memukul”
ْاربٌ – َمض ُْر ْوبٌ – اَض َْربْ – ََل تَض َْرب
َ ضَ – ض ْرباا
َ –ب
ُ ب – يَض َْر
َ ض َر
َ 💡
📋Kemudian terakhir sebelum saya tutup pelajaran keduabelas ini, ada satu hal yang harus
dicatat bahwa:
🍃untuk fi’il yang sifatnya lazim, yakni fi’il2 yang tidak butuh kepada objek, maka dia pada
asalnya tidak memiliki bentuk isim maf’ul.
Saya ulangi‼
Fi’il2 lazim, artinya fi’il2 intransitif kalau di bahasa kita, yakni fi’il2 yang tidak butuh objek,
maka tidak ada isim maf’ulnya.
❓Kenapa❓
Karena tidak bisa diterima secara makna.
Contohnya apa❓
©Contohnya misalkan kata:
💡دَ َخ َل
“telah masuk”
💡يَدْ ُخ ُل
“sedang masuk”
💡د ُ ُخ ْو اَل
“kemasukan/masuk”
اخ ٌل
َ َ💡د
“orang yang masuk”
Jadi untuk fi’il2 yang lazim, yang tidak butuh objek, maka pada asalnya ia tidak ada bentuk
isim maf’ulnya. Meskipun ada beberapa fi’il lazim, yang apabila ditambahkan dengan huruf2
jar, seperti misalkan kata:
َ 💡 َج َل
س
Adalah fi’il lazim, artinya tidak butuh objek.
Beda antara “saya duduk”, dengan “saya menduduki”
َ ََجل
Untuk fi’il س
Apabila ia ditambahkan dengan َعلَى
Contohnya:
ُ ال َم ْجلُ ْو
س َعلَى
Maka *boleh*
Artinya isim maf’ulnya boleh *dengan catatan dia diiringi dengan huruf jar setelah kata isim
maf’ulnya*, seperti itu.
🍂.Adapun untuk fi’il muta’addiy, yakni fi’il2 transitif, fi’il2 yang butuh objek, maka ia tentu
memiliki bentuk isim maf’ulnya.
Baik, ana rasa untuk pelajaran yang keduabelas cukup sampai disini.
Semoga bermanfaat.
•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•