Segala puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dengan baik.
Penulisan makala ini merupakan salah satu tugas kelompok yang di berikan kepada kami sebagai
materi kuliah yang harus di pahami dan di mengerti Maksudnya. Dalam penulisan makalah ini
kami merasa masih banyak kekurangan - kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi
untuk itu kritik dan saran yang membangun semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan makala kami. Mudah – mudahan dengan adanya tugas makala ini kreativitas
Mahasiswa dapat mengingat. Apabila terdapat kekurangan dalam makalah ini maka, kami
selaku penyusun memohon maaf yang sebesar – besarnya.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca umumnya.
06 juli 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar isi
Bab I Pendahuluan
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan Penulisan
Bab II pembahasan
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang berbahaya. Perdarahan
pada kehamilan muda disebut sebagai abortus sedangkan perdarahan pada kehamilan tua
disebut perdarahan antepartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dengan kehamilan tua
adalah 22 minggu mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus .
Perdarahan antepartum biasanya berbatas pada perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22
minggu tapi tidak jarang terjadi pula pada usia kandungan kurang dari 22 minggu dengan
patologis yang sama. Perdarahan saat kehamilan setelah 22 minggu biasanya lebih
berbahaya dan lebih banyak daripada kehamilan sebelum 22 minggu . Oleh karena itu perlu
penanganan yang cukup berbeda . Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya
bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada
kelainan plasenta umpamanya kelainan serviks biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada
setiap perdarahan anterpartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal itu
bersumber pada kelainan plasenta.
Perdarahan anterpartum yang bersumber dari kelainan plasenta yang secara klinis biasanya
tidak terlampau sukar untuk menentukannya ialah plasenta previa dan solusio plasenta serta
perdarahan yang belum jelas sumbernya . Perdarahan anterpartum terjadi kira-kira 3 % dari
semua persalinan yang terbagi atas plasenta previa , solusio plasenta dan perdarahan yang
belum jelas penyebabnya.
Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan tiga atau setelah usia
kehamilan , namun beberapa penderita mengalami perdarahan sedikit-sedikit kemungkinan
tidak akan tergesa-gesa datang untuk mendapatkan pertolongan karena disangka sebagai
tanda permulaan persalinan biasa. Baru setelah perdarahan yang berlangsung banyak ,
mereka datang untuk mendapatkan pertolongan.
Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 22 minggu yang lebih banyak pada permulaan
persalinan biasanya harus lebih dianggap sebagai perdarahan anterpartum apapun
penyebabnya , penderita harus segera dibawah ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk
transfusi darah dan operasi . Perdarahan anterpartum diharapkan penanganan yang adekuat
dan cepat dari segi medisnya maupun dari aspek keperawatannya yang sangat membantu
dalam penyelamatan ibu dan janinnya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Rumusan masalah
PEMBAHASAN
Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin lamanya adalah
280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir
(Saifudin, 2006). Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri
mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba, 2008).
Kehamilan merupakan proses yang diawali dengan adanya pembuahan (konsepsi), masa
pembentukan bayi dalam rahim, dan diakhiri oleh lahirnya sang bayi (Monika, 2009).
3. TANDA-TANDA KEHAMILAN
Tanda-tanda kemungkinan
Perut membesar.
a) Uterus membesar terjadi perubahan dalam bentuk, konsistensi dari rahim.
b) Tanda Hegar, yaitu pembuluh darah dalam cervix bertambah dan karena
terjadinya oedema dari cervix dan hiperplasia kelenjar-kelenjar cervix, sehingga
cervix menjadi lunak.
c) Tanda Chadwick, yaitu pembuluh darah dinding vagina bertambah hingga warna
selaput lendirnya biru.
d) Tanda Piscaseek, yaitu pertumbuhan uterus tidak rata, uterus lebih cepat tumbuh
di daerah inplantasi dan di daerah insersi plasenta.
e) Tanda Ballottement, yaitu teraba benjolan keras.
4. PERUBAHAN FISIOLOGIS
Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh sistem genetalia wanita mengalami
perubahan yang mendasar, sehingga dapat menunjang perkembangan dan pertumbuhan
janin dalam rahim. Plasenta dalam perkembangannya mengeluarkan hormon
somatomamotropin, esterogen, dan progesteron yang menyebabkan perubahan
(Prawirohardjo, 2009) pada :
6) Sistem Respirasi
Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk dapat memenuhi
kebutuhan O2. Disamping itu terjadi desakan diafragma karena dorongan rahim
yang membesar pada umur kehamilan 32 minggu. Sebagai kompensasi
terjadinya desakan rahim dan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan
bernafas lebih dalam sekitar 20 sampai 25% dari biasanya.
7) Sistem Pencernaan
Karena pengaruh esterogen, pengeluaran asam lambung meningkat yang dapat
menyebabkan :
I. Pengeluaran air liur berlebihan (hipersalivasi).
II. Daerah lambung terasa panas.
III. Terjadi mual dan sakit/pusing kepala terutama pagi hari (morning
sickness).
IV. Muntah, yang terjadi disebut emesis gravidarum.zMuntah berlebih,
sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari (hiperemesis gravidarum).
V. Progesteron menimbulkan gerak usus makin berkurang dan dapat
menyebabkan obstipasi.
9) Metabolisme
Dengan terjadi kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan yang
mendasar, perubahan metabolisme yang mendasar antara lain :
i. Metabolisme basal naik sebesar 15% sampai 20% dari semula, terutama
pada trimester ketiga.
ii. Keseimbangan asam basa mengalami penurunan dari 155 mEq per liter
menjadi 145 mEq per liter disebabkan hemodilusi darah dan kebutuhan
mineral yang diperlukan janin.
iii. Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin, perkembangan organ kehamilan, dan persiapan
laktasi. Dalam makanan diperlukan protein tinggi sekitar ½ gr/kg BB atau
sebutir telur ayam sehari.
iv. Kebutuhan kalori didapat dari karbohidrat, lemak dan protein.
v. Kebutuhan zat mineral untuk ibu hamil: kalsium 1,4 gram setiap hari, 30
sampai 40 gram untuk pembentukan tulang janin, fosfor, rata-rata 2 gram
dalam sehari, zat besi, 800 mgr atau 30 sampai 50 mgr sehari, dan air, ibu
hamil memerlukan air cukup banyak dan dapat terjadi retensi air.
vi. Berat badan ibu hamil bertambah antara 6,5 sampai 16,5 kg selama
kehamilan atau terjadi kenaikan berat badan sekitar ½ kg/minggu.
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (Mochtar, 1998).
plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
Menurut FK. UNPAD. 1996, plasenta previa adalah plasenta yang implantasinya tidak
normal, rendah sekali sehingga menutupi seluruh atatu sebagian ostium internal. Angka
kejadian plasenta previa adalah 0,4 – 0,6 % dari keseluruhan persalinan
Plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir, (prae: didepan; vias: jalan).
Jadi yang dimaksud adalah plasenta yang implantasinya tidak normal ialah rendah sekali
hingga menutupi seluruh atau sebagian osium internum. Implantasi plasenta yang normal
ialah pada dinding depan atau dinding belakang rahim didaerah fundus uteri. (Obsterti
Patologi, Edisi 1984).
Menurut De Snoo yang dikutip oleh Mochtar (1998), klasifikasi plasenta previa berdasarkan
pada pembukaan 4 – 5 cm yaitu :
1. Plasenta Previa Sentralis, bila pembukaan 4 – 5 cm teraba plasenta menutupi seluruh
ostium.
2. Plasenta Previa Lateralis, bila pada pembukaan 4 – 5 cm sebagian pembukaan ditutupi
oleh plasenta, dibagi 3 yaitu : plasenta previa lateralis posterior bila sebagian menutupi
ostium bagian belakang, plasenta previa lateralis bila menutupi ostium bagian depan,
dan plasenta previa marginalis sebagian kecil atau hanya pinggir ostium yang ditutupi
plasenta.
Penentuan macamnya plasenta previa tergantung pada besarnya pembukaan, misalnya
plasenta previa totalis pada pembukaan 4 cm mungkin akan berubah menjadi plasenta previa
parsialis pada pembukaan 8 cm, penentuan macamnya plasenta previa harus disertai dengan
keterangan mengenai besarnya pembukaan (Wiknjosastro, 2002).
Menurut (Obsterti Patologi, Edisi 1984).Plasenta previa dibagi kedalam tiga bagian yaitu:
1) Plasenta previa totalis: seluruh internum tertutup oleh plasenta.
2) Plasenta previa lateralis: hanya sebagian dari ostium tetutup oleh plasenta.
3) Plaseta previa marginalis: hanya pada pingir ostium terdapat jaringan plasenta.
Dari klasifiskasi tersebut yang sama sekali tidak dapat melahirkan pervaginam yaitu
Menurut Browne, klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta
melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu, yaitu:
3. ETIOLOGI
Penyebab secara pasti belum diketahui dengan jelas. Menurut beberapa pendapat para ahli,
penyebab plasenta previa yaitu :
a. Menurut Manuaba (1998), plasenta previa merupakan implantasi di segmen bawah
rahim dapat disebabkan oleh endometrium di fundus uteri belum siap menerima
implantasi, endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasaan plasenta untuk
mampu memberikan nutrisi pada janin, dan vili korealis pada chorion leave yang
persisten.
b. Menurut Mansjoer (2001), etiologi plasenta previa belum diketahui pasti tetapi
meningkat pada grademultipara, primigravida tua, bekas section sesarea, bekas operasi,
kelainan janin dan leiomioma uteri.
Beberapa faktor dan etiologi dari plasenta previa tidak diketahui. Tetapi diduga hal tersebut
berhubungan dengan abnormalitas dari vaskularisasi endometrium yang mungkin
disebabkan oleh timbulnya parut akibat trauma operasi/infeksi. (Mochtar, 1998). Perdarahan
berhubungan dengan adanya perkembangan segmen bawah uterus pada trimester ketiga.
Plasenta yang melekat pada area ini akan rusak akibat ketidakmampuan segmen bawah
rahim. Kemudian perdarahan akan terjadi akibat ketidakmampuan segmen bawah rahim
untuk berkonstruksi secara adekuat. Faktor risiko plasenta previa termasuk:
4. PATOFISIOLOGI
Menurut Chalik (2002), pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trisemester ketiga
dan mungkin juga lebih awal, oleh karena telah mulai terbentuknya segmen bawah rahim,
tapak plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak plasenta
terbentuknya dari jaringan maternal yaitu bagian desidua basalis yang tumbuh menjadi
bagian dari uri. Dengan melebarnya istmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka
plasenta yang berimplantasi disitu sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan
pada tapaknya. Demikian pula pada waktu servik mendatar dan membuka ada bagian tapak
plasenta yang lepas. Pada tempat laserasi itu akan terjadi perdarahan yang berasal dari
sirkulasi maternal yaitu ruang intervillus dari plasenta. Oleh sebab itu, perdarahan pada
plasenta previa betapapun pasti akan terjadi oleh karena segmen bawah rahim senantiasa
terbentuk Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu
saat segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan. Pelebaran segmen bawah
uterus dan servik menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding
uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tidak dapat
dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi
seperti pada plasenta letak normal (Mansjoer, 2001)
Patways:
Etiologi, kehamilan lanjut dan persalinan
Pembukaan serviks
Perdarahan
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC
a) USG (Ultrasonographi)
Dapat mengungkapkan posisi rendah berbaring placnta tapi apakah placenta melapisi
cervik tidak biasa diungkapkan
b) Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-bagian tubuh
janin.
c) Pemeriksaan laboratorium
Hemoglobin dan hematokrit menurun. Faktor pembekuan pada umumnya di dalam
batas normal.
d) Pengkajian vaginal
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda jika
memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik sesuadah 34 minggu).
Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda (double setup procedure).
Double setup adalah pemeriksaan steril pada vagina yang dilakukan di ruang operasi
dengan kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara cesar.
e) Isotop Scanning
Atau lokasi penempatan placenta.
f) Amniocentesis
Jika 35 – 36 minggu kehamilan tercapai, panduan ultrasound pada amniocentesis
untuk menaksir kematangan paru-paru (rasio lecithin atau spingomyelin [LS] atau
kehadiran phosphatidygliserol) yang dijamin. Kelahiran segera dengan operasi
direkomendasikan jika paru-paru fetal sudah mature.
7. PENATALAKSANAAN
a) Terapi Ekspektatif
Kalau janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup di dunia luar baginya kecil
sekali. Ekspektatif tentu hanya dapat dibenarkan kalau keadaan ibu baik dan
perdarahan sudah berhenti atau sedikit sekali. Syarat bagi terapi ini adalah keadaan
ibu masih baik (Hb-normal) dan perdarahan tidak banyak, besarnya pembukaan, dan
tingkat placenta previa.
b) Terapi Aktif
8. KOMPLIKASI
Menurut Roeshadi (2004), kemungkinan komplikasi yang dapat ditimbulkan dari adanya
plasenta previa adalah sebagai berikut :
1. PENGKAJIAN
Pengkajian fisik memberikan data yang sangat bernilai sebagai dasar asuhan keperawatan.
Pemeriksaan tersebut meliputi inspeksi, auskultasi dan palpasi. Pemeriksaan fisik mungkin
akan dilakukan oleh salah satu orang atau lebih dan harus disesuaikan kemajuan persalinan.
Hal tersebut meliputi evaluasi, tanda-tanda vital, kontraksi, pemeriksaan.
Pengkajian dilakukan meliputi
Pengumpulan data
1. Anamnesa
a. Identitas klien: Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan,
alamat, dll.
b. Keluhan utama : Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan setelah 28
minggu/trimester III.
Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang
Sebab perdarahan; placenta dan pembuluh darah yang robek, terbukanya
osteum/ manspulasi intravaginal/rectal.
Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau kecilnya robekan
pembuluh darah dan placenta.
c. Inspeksi
Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit
Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia.
d. Palpasi abdomen
Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah.
Sering dijumpai kesalahan letak
Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya kepala
masih goyang/floating
2. Riwayat Obstetri
Memberikan imformasi yang penting mengenai kehamilan sebelumnya agar
perawat dapat menentukan kemungkinan masalah pada kehamilan sekarang.
Riwayat obstetri meliputi:
3. Riwayat mensturasi
4. Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin, ibu, ataukeduanya.
Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didapatkan pada saat kunjungan pertama.
Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut pada kehamilan yang
tidak diketahui dapat berakibat buruk pada pembentukan organ seksual pada janin.
Kondisi kronis seperti dibetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal bisa berefek
buruk pada kehamilan. Oleh karena itu, adanya riwayat infeksi, prosedur operasi,
dan trauma pada persalinan sebelumnya harus di dokumentasikan
Pemeriksaan fisik
1) Umum
e. Abdomen
Menentukan letak janin
Menentukan tinggi fundus uteri
f. Vagina
Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan ( tanda
Chandwick)
Hipertropi epithelium
g. System musculoskeletal
Persendian tulang pinggul yang mengendur
Gaya berjalan yang canggung
Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan diastasis rectal
h. Khusus
Tinggi fundus uteri
Posisi dan persentasi janin
Panggul dan janin lahir
Denyut jantung janin
2. DIAGNOSE KEPERAWATAN
a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan.
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus.
c. Kecemasan berhubungan dengan keadaan yang dialami.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri perut
e. Resiko tinggi terjadinya fetal distress berhubungan dengan perfusi darah ke plasenta
berkurang.
f. Resti defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan.
g. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan sisa plasenta yang tertinggal di uterus.
h. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
.
3. INTERVENSI
e. Resiko tinggi terjadinya fetal distress berhubungan dengan perfusi darah ke plasenta
berkurang.
Tujuan : tidak terjadi fetal distress
Kriteria hasil : DJJ normal / terdengar, bisa berkoordinasi, adanya pergerakan bayi, bayi
lahir selamat.
Intervensi :
1) Jelaskan resiko terjadinya dister janin / kematian janin pada ibu
Rasional : kooperatif pada tindakan
2) Hindari tidur terlentang dan anjurkan tidur ke posisi kiri
Rasional : tekanan uterus pada vena cava aliran darah kejantung menurun sehingga
terjadi perfusi jaringan.
3) Observasi tekanan darah dan nadi klien
Rasional : penurunan dan peningkatan denyut nadi terjadi pad sindroma vena cava
sehingga klien harus di monitor secara teliti.
4) Oservasi perubahan frekuensi dan pola DJ janin
Rasional : penurunan frekuensi plasenta mengurangi kadar oksigen dalam janin
sehingga menyebabkan perubahan frekuensi jantung janin.
5) Berikan O2 10 – 12 liter dengan masker jika terjadi tanda-tanda fetal distress
Rasional : meningkat oksigen pada janin
Kriteria Hasil :
- TTV dalam keadaan normal
- Perdarahan berkurang sampai dengan berhenti
- Kulit tidak pucat
Intervensi :
1) Kaji kondisi status hemodinamika
Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki
karekteristik bervariasi
2) Ukur pengeluaran harian
Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan
jumlah cairan yang hilang pervaginal
3) Catat haluaran dan pemasukan
Rasional : Mengetahui penurunanan sirkulasi terhadap destruksi sel darah merah.
4) Observasi Nadi dan Tensi
Rasional : Mengetahui tanda hipovolume (perdarahan).
5) Berikan diet halus
Rasional : Memudahkan penyerapan diet
6) Nilai hasil lab. HB/HT
Rasional : Menghindari perdarahan spontan karena proliferasi sel darah merah.
7) Berikan sejumlah cairan IV sesuai indikasi
Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dan tranfusi
mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan masif
g. Resiko tinggi infeksi berhubngan dengan sisa plasenta yang tertinggal di uterus
Tujuan : Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan
Kriteria Hasil :
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
- Luka membaik
Intervensi :
1) Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau
Rasional : Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar.
Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan
tanda infeksi
2) Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan
Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar
3) Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart
Rasional : Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart
4) Lakukan perawatan vulva
Rasional : Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan
infeksi.
5) Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda infeksi
Rasional : Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi;
demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi
6) Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama selama masa
perdarahan
Rasional : Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan ibu;
senggama dalam kondisi perdarahan dapat
7) Berikan obat sesuai terapi.
Rasional : Antibiotika profilaktik atau pengobatan
4. IMPLEMENTASI
Sebelum dirujuk, anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan menghadap kekiri, tidak
melakukan senggama, menghindari peningkatan tekanan rongga perut (misalnya batuk,
mengedan karena sulit buang besar)
Perhatian : Tidak dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan dalam pada perdarahan
antepartum sebelum tersediia persiapan untuk seksio sesarea.
Pemeriksaan inspekulo secara hati-hati, dapat menentukan sumber perdarahan berasal
dari kanalis serviks atau sumber lain (servisitis, polip, keganasan, laserasi atau trauma).
Meskipun demikian, adanya kelainan di atas menyingkirkan diagnosa plasenta previa.
Perbaiki kekurangan cairan/darah dengan memberi infuse cairan I.V (NaCl 0,9 % atau
Ringer Laktat).
Lakukan penilaian jumlah perdarahan :
Jika perdarahan banyak dan berlangsung terus, persiapan sseksio sesarea tanpa
memperhitungkan usia kehamilan/prematuris.
Jika perdarahan sedikit dan berhenti dan fetus hidup tetap preatur, pertimbangkan terapi
ekspektatif sampai persalinan atau terjadi perdarahan banyak.
Terapi Ekspektatif
Tujuan : supaya janin tidak terlahir premature dan upaya diagnosis dilakukan secara non
invasive.
Pemeriksaan USG untuk menentukan implantasi plasenta, usia kehamilan, profil biofisik,
letak, presentasi janin.
Perbaiki anemia dengan pemberian sulfas ferosus atau ferosus fumarat per oral 60 mg
selama 1 bulan.
Pastikan tersedianya sarana untuk melakukan transfuse.
Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama, pasien dapat
dirawat jalan (kecuali rumah pasien di luar kota atau diperlukan waktu >2 jam untuk
mencapai rumah sakit) dengan pesan segera kembali ke RS jika terjadi perdarahan.
Jika perdarahan berulang pertimbangkan manfaat dan resiko ibu dan janin untuk
mendapatkan penanganan lebih lanjut dibandingkan dengan terminasi kehamilan.
Terapi Aktif
Rencanakan terminasi kehamilan jika :
Janin matur
Janin mati atau menderita anomaly atau keadaan yang mengurangii kelangsungan
hidupnya (misalnya anensefali).
Pada perdarahan aktif dan banyak, segera dilakukan terapi aktif tanpa memandang
maturitas janin.
Jika terdapat plasenta previa letak rendah dan perdarahan yang terjadi sangat sedikit,
persalinan pervaginan masih mungkin. Jika tidak, lahirkan dengan seksio sesarea.
Jika persalinan dengan seksio sesarea dan terjadi perdarahan dari tempat plasenta
Jahit tempat perdarahan dengan benang.
Pasang infuse oksitosin 10 unit 500 ml cairan IV (NaCl atau Ringer Laktat) dengan
kecepatan 60 tetes permenit, penanganan yang sesuai . Hal tersebut meliputi ligasi
arteri atau histerektomi. Jika perdarahan terjadi pascapersalinan, segera lakukan.
5. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Penilaian dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam melaksanakan rencana kegiatan
klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
Penilaian keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan
tindakan perawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien.
Evaluasi dapat berupa : masalah teratasi dan masalah teratasi sebagian.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL Ny. L G1 P0 A0 GESTASI 28
DENGAN SUSPEK PLASENTA PREVIA
B. PENANGGUNG JAWAB
1. Nama : Tn P
2. Umur : 26 tahun
3. Pendidikan terakhir : SMA
4. Pekerjaan : Swasta
5. Alamat : Gunung Nona
6. Hubungan dengan pasien : Suami
II. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama:
Perdarahan saat kehamilan
2. keluhan yang menyertai :
a. Nyeri tekan di abdomen
b. Lemas
c. Gelisah
3. sifat keluhan
P: susp plasenta previa
Q: seperti tertekan di daerah perut
R: daerah perut
S: skala 6
T: setiap pemeriksaan USG ( saat penekanan untuk mencari DJJ)
4. Riwayat kesehatan sekarang: klien mengalami perdarahan sejak 19 juni 2015 mulai jam 22
: 00 WIB. Pendarahan yang pertama yang keluar bentuknya bergumpal Dengan usia
kehamilan 7 bulan, saat ini perdarahan yang keluar sudah agak berkurang dari hari
pertama kali pendarahan.
2 ELIMINASI
a. Buang air besar ( BAB )
Mandiri / bantua / dengan Mandiri Dibantu
alat
Frekuensi 2 kali 2 kali
Warna Kuning Kuning
Konsistensi Lunak Lunak
Kesulitam dan cara Tidak ada Tidak ada
menanganinya
Penggunaan obat Tidak ada Tidak ada
b. Buang air kecil ( BAK )
Mandiri / bantuan/ dengan
Mandiri Dibantu
alat
Frekuensi
2 kali 2 kali
Warna Kuning Kuning
Konsistensi Cair Cair
Kesulitan dan cara Tidak ada Tidak ada
menangani
Penggunaan obat
Tidak ada Tidak ada
3 PERSONAL HYGIENE
a. Mandi
Frekuansi 2 kali 2 kali
Cara Normal Di lap dengan kain
Alat mandi Air, sabun, pasta Air hangat
Kesulitan Tidak ada Ada
Mandiri/ dibantu Mandiri Dibantu
b. Cuci rambut
Frekuensi 1 kali Tidak pernah cuci
rambut
Pakai shampo Tidak
Pakai sampo / tidak
c. Gunitng kuku
1 kali seminggu Tidak
Frekuensi
d. Gosok gigi
2 kali sehari Tidak
Frekuensi Pakai pasta Tidak
Pakai Pasta gigi / tidak
Keluhan : tidak mandi dan
Cuma lap badan sja
e. Data lain : klien nampak
kusam dan kurang bersih,
rambut kotor jarang disisir,
kuku panjang
4 ISTIRAHAT TIDUR
a. Jam tidur
Siang jam Jam 2 bangun jam 4 Tidak menentu
Malam jam Jam 10 bangun jam 6 jam 8 bangun jam 6
Total tdur/ hari jam ± 11 jam ± 12 jam
b. Ritual tidur Berdoa Berdoa
c. Keluhan Tidak ada Setiap jam suntik
tidur pasien
terganggu
5 AKTIFITAS / LATIHAN
a. Kegiatan sehari : ( dibantu / Mandiri Dibantu
mandiri/ dengan alat )
b. Penggunaan alat bantu untuk Tidak Tidak
aktifitas
c. Kesulitan pergerakan tubuh tidak Ada
6 System reproduksi : Menstruasi pertama 12 tahun, lama siklus 7-8 hari, keputihan
terkadang ada, dismenore ada dan biasanya terjadi pada hari pertama dan kedua
haid, permasalahan dalam hubungan seksual tidak ada masalah, operasi pada alat
reproduksi tidak pernah.
8. Aspek mental, intelektual, sosial, spiritual:
Konsep diri:
Identitas diri:
Klien adalah seorang wanita dengan umur 22 th ini merupakan kehamilan
pertama. Klien sudah menikah ± 1 tahun
Harga diri:
Dalam kesehariannya klien sering berkumpul dengan tetangganya dirumah,
klien juga aktif mengikuti kegiatan yang diadakan dikampungnya yaitu
seperti , ibadah perempuan , kerja bakti dll. Dalam berhubungan dengan
orang lain klien tidak pernah merasa minder atau malu.
Intelektual (pengetahuan tentang penyakit yang diderita dan kesehatan secara
umum):
Menurut klien sehat itu mahal dan musti dijaga sehingga selama hamil klien
selalu rutin memeriksakan kehamilannya di dokter yang ada di Ambon .
Namun saat klien mengalami perdarahan saat hamil ini klien belum
mengetahui secara jelas dan bertanya- tanya mengenai sakit yang dideritanya
dan klien belum paham mengenai penyebab sakit yang dialaminya sekarang.,
Klien tampak bingung , Klien mengatakan takut kalau terjadi pendarahan
terus menerus bisa terjadi keguguran
V. TERAPI / pengobatan
Hari/tgl/bln/thn Teraphy yg diberikan Dosis Rute
01 juni 2015 IVFD RL 20 tpm IV
Histolan 3 x1 Oral
Dexsametason 2x1 mg IM
Sohobion 1 x 1 amp Drip
Bedres total
KLASIFIKASI DATA
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
1. mengalami perdarahan sejak tanggal 19 1. Terpasang infus di tangan kanan dengan
Juni 2015 mulai jam 15 : 00 WIB. cairan RL 20 tpm
2. usia kehamilannya saat ini baru berusia 28 2. Lemas,
minggu. 3. pucat,
3. Menurut klien, perdarahan pertama yang 4. wajah meringgis kesaakitan
keluar bentuknya bergumpal. 5. rambut kotor
4. saat ini perdarahan yang keluar sudah agak 6. Kuku panjang
berkurang dari pd hari pertama kali 7. Wajah tampak Kusam kurang bersih
perdarahan 8. Tidak mandi dan Cuma lap badan
5. terkadang merasa cemas dengan kondisi 9. Nyeri tekan diabdomen
janin yang ada dalam rahimnya bila sering 10. Gelisah
terjadi perdarahan. 11. lebih sering diam.
6. Sakit perut 12. lebih sering melamun.
7. Tidak mandi dan Cuma lap badan 13. nampak bertanya – tanya tentang
8. Lemas perdarahan yang dialaminya
9. Klien mengatakan takut kalau terjadi 14. Hasil USG : tampak kepala belum masuk
pendarahan terus menerus dan terjadi pintu atas panggul gestase 31 minggu
keguguran ketuban cukup TBJ 1500 g jenis
10. kurang mengetahui tentang kelainan kelamanin permepuan
kehamilan yang dialaminya. 15. Hb 10,2 gr/dL
11. ingin mengetahui lebih banyak mengenai 16. Leokosit 2800
kelainan dalam kehamilannya saat ini. 17. Konjungtiva klien pucat
18. Suhu 36,1 0C, nadi 80 x/mnt,
TD 120/80 mmHg, RR 24 X/mnt
ANALISA DATA
Nama klien : Ny L
Ruang : Ruang Obstetri
Tgl/jam Data ETIOLOGI MASALAH
5. Meminimalkan atau
5. Pada saat tingkat nyeri
mengurangi nyeri
tidak terlalu kentara,
gunakan teknik
nonfarmakologis
penguranagan nyeri
1.
II 2. mendengarkan Kamis, 2 juli 2015 Jumat,3 juli 2015 Sabtu, 4 juli 2015
dengan penuh
perhatian,kaji S: S: S:
pengetahuan 1 Klien 1. Klien 1. Klien mengatakan
mengenai situasi mengatakan mengatakan terkadang masih
yang di alaminya merasa cemas terkadang merasa cemas dengan
I dan beri dorongan dengan kondisi masih merasa kondisi janin yang
kepada pasien janin yang ada cemas dengan ada dalam rahimnya
dalam rahimnya kondisi janin bila sering terjadi
3. memberikan bila sering yang ada perdarahan.
penjelasan yang terjadi dalam 2. Klien mengatakan
benar kepada pasien perdarahan. rahimnya bila masih takut kalu
tentang informasi 2 Klien sering terjadi mengalami
mengenai plasenta mengatakan perdarahan. keguguran.
previa takut kalau 2. Klien 3. Klien mengatakan
mengalami mengatakan dapat
4. mengajarkan keguguran. masih takut mendemonstrasikan
kepada pasien 3 Klien kalu teknik relaksasi
teknik relaksasi mengatakan mengalami secara mandiri
dapat keguguran. O:
5. Bila memungkinkan mendemonstrasi 3. Klien 4. Klien sudah tidak
libatkan pasien dan kan teknik mengatakan terlalu gelisah dan
anggota keluarga relaksasi secara dapat masih sering diam.
dalam mengambil mandiri mendemonstr 5. Klien masih sering
keputusan tentang O: asikan teknik melamun.
perawatan 1. Klien masih relaksasi A : masalh belum teratasi
gelisah dan lebih secara P : pertahankan intervensi
sering diam. mandiri (1,2,3,dan 4 )
2. Klien lebih O:
sering melamun. 1. Klien masih
A : masalh belum gelisah dan
teratasi lebih sering
P : pertahankan diam.
intervensi 2. Klien lebih
(1,2,3,dan 4 ) sering
melamun.
A : masalh belum
teratasi
P : pertahankan
intervensi
(1,2,3,dan 4 )
III 1. mengkaji jenis dan Kamis, 2 juli 2015 Jumat, 3 juli 2015 Sabtu,4 juli 2015
tingkat nyeri pasien, S : Pasien
kaji factor yang mengatakan S : Pasien S : Pasien mengatakan nyeri
nyeri perut mengatakan perut mulai berkurang
dapat mengurangi
O: nyeri perut O:
nyeri 1. Adanya nyeri mulai berkurang 1. Adanya nyeri tekan
tekan pada O: pada abdomen
2. Meminta pasien abdomen 1. Adanya nyeri kuadran bawah
untuk menggunakan kuadran bawah tekan pada 2. Skalah nyeri ringan
sebuah skala 1-10 2. Skalah nyeri abdomen (3)
untuk menjelaskan sedang ( 6 ) kuadran 3. Memberikan obat
3. Memberikan bawah Dexametason
tingkat nyerinya
obat histolan 2. Skalah nyeri
1 Amp/IM ringan ( 3 ) A : Masalah belum teratasi
3. memberikan obat A : Masalah belum 3. Memberikan P : Pertahankan intervensi (
yang di anjurkan teratasi obat 1,2,3,4,5, dan 6 )
untuk mengurangi P : Pertahankan Dexametason
nyeri, pantau reaksi intervensi (
terhadap obat 1,2,3,4,5, dan 6 A : Masalah belum
) teratasi
sekitar30-40 menit
P : Pertahankan
setelah pemberian intervensi (
obat 1,2,3,4,5, dan 6 )
4. memantu pasien
untuk mendapatkan
posisi yang nyaman
dan gunakan bantal
untuk menyokong
daerah yang sakit
IV 1. mengobservasi Kamis, 2 juli 2015 Jumat, 3 juli 2015 Sabtu,4 juli 2015
tingkat fungsional
pasien setiap S : : pasien S : : pasien S : : pasien mengatakan
pergantian tugas mengatakan : mengatakan 1. Hanya bisa lap
jaga 1. Tidak mandi 1. Tidak mandi badan karna masih
dan Cuma dan Cuma lap lemas
lap badan badan O : pasien Nampak
2. mendorong pasien 2. Lemas 2. Lemas 1. Cukup rapi
untuk O : pasien Nampak O : pasien Nampak 2. Rambut sudah di
mengungkapakan 1. Kusam 1. Kusam kurang ikat tetapi belum
perasaan dan kurang bersih keramas
keluhan mengenai bersih 2. Tidak mandi 3. Kuku pendek
deficit perawatan 2. Tidak mandi dan Cuma lap A : Masalah belum teratasi
diri dan Cuma badan P : pertahankan intervensi (
3. memantau lap badan 3. Rambut kotor 1,2,3,4, dan 5 )
pencapaian mandi 3. Rambut dan kusam
dan hygiene setiap kotor dan 4. Kuku panjang
hari kusam namun bersih
4. membantu sebagian 4. Kuku 5. Kurang rapi
atau sepenuhnya panjang A : Masalah belum
saat mandi atau 5. Kurang rapi teratasi
hygiene setiap hari A : Masalah belum P : pertahankan
5. mengajarkan teratasi intervensi (
tindakan P : pertahankan 1,2,3,4, dan 5 )
nonfarmakologids intervensi (
untuk mengurangi 1,2,3,4, dan
nyeri 5)
V 1. memberikan Kamis, 2 juli 2015 Jumat,3 juli 2015 Sabtu,4 juli 2015
penilaian tentang
tingkat pengetahuan S : Klien S : Klien Intervensi dihentikan
pasien tentang mengatakan mengatakan dapat
proses penyakit dapat mengetahui
yang spesifik mengetahui tentang kelainan
2. menjelaskan tentang kelainan kehamilan yang
patofisiologi dari kehamilan yang dialaminya.
poenyakit dan dialaminya. O : Klien mampu
bagaiman hal ini O : Klien masih menjawab
berhubungan bingung ketika mengenai
dengan anatomi dan di tanya penyebab
fisiologi, dengan mengenai kelainan dalam
cara yang tepat penyebab kehamilannya saat
3. menggambarkan kelainan dalam ini.
tanda dan gejala kehamilannya A :Masalah teratasi
yang biasa muncul saat ini. P : intervensi
pada penyakit A :Masalah belum dihentikan
dengan cara yang teratasi
tepat. P : Pertahankan
4. mendiskusikan intervensi (
pilihan terapi atau 1,2,3, dan 4 )
penanganan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perdarahan yang salah satunya disebabkan oleh plasenta previa, dapat menyebabkan
kesakitan atau kematian baik pada ibu maupun pada janinnya. Faktor resiko yang juga
penting dalam terjadinya plasenta previa adalah kehamilan setelah menjalani seksio
sebelumnya ,kejadian plasenta previa meningkat 1% pada kehamilan dengan riwayat
seksio. Kematian ibu disebabkan karena perdarahan uterus atau karena DIC
(Disseminated Intravascular Coagulopathy). Sedangkan morbiditas/ kesakitan ibu dapat
disebabkan karena komplikasi tindakan seksio sesarea seperti infeksi saluran kencing,
pneumonia post operatif dan meskipun jarang dapat terjadi embolisasi cairan amnion
(Hanafiah, 2004).
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
1. Arif Mansjoer, 2001, Kapita Selekta Kedokteran , edisi ketiga . Media Aesculapius FKUI .
Jakarta
2. Marilynn E. Doenges & Mary Frances Moorhouse, 2001, Rencana Perawatan
Maternal/Bayi, edisi kedua. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.
3. Murah Manoe dkk, 1999, Pedoman Diagnosis Dan Terapi Obstetri Dan Ginekologi. Bagian
/SMF obstetri dan ginekologi FK Unhas . Ujung Pandang.
4. Sandra M. Nettina, 2001, Pedoman Praktik Keperawatan. Penerbit buku kedokteran EGC.
Jakarta.
5. Sarwono, 1997, Ilmu Kebidanan. Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
6. Nuraif A. Huda,2015, Aplikasi Asuhan Keperwatan Berdasaraknan Diagnosis NANDA
dan NIC-NOC, jilid 1, penerbit Mediaction, Jogjakarta
7. Taylor M Cynthia, 2010, Diagnosis Keperawatan Dengan Rencana Asuhan, edisi 10,
Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.
8. Saifuddin A Bari, 2006, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal, edisi ke-1, cetakan ke-4, Penerbit Yayasan Bina Putaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta.
9. Taber Ben-Zion, Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri Dan Ginnekologi, Edisi Ke -2,
Jakarta: EGC 1994