Anda di halaman 1dari 49

KATA PENGANTAR

Segala puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dengan baik.

Penulisan makala ini merupakan salah satu tugas kelompok yang di berikan kepada kami sebagai
materi kuliah yang harus di pahami dan di mengerti Maksudnya. Dalam penulisan makalah ini
kami merasa masih banyak kekurangan - kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi
untuk itu kritik dan saran yang membangun semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan makala kami. Mudah – mudahan dengan adanya tugas makala ini kreativitas
Mahasiswa dapat mengingat. Apabila terdapat kekurangan dalam makalah ini maka, kami
selaku penyusun memohon maaf yang sebesar – besarnya.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca umumnya.

06 juli 2015

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar

Daftar isi

Bab I Pendahuluan

A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan Penulisan

Bab II pembahasan

A. Konsep medis gravida


1. Pengertia
2. Kehamilan Dalam Triwulan
3. Tanda-Tanda Kehamilan
4. Perubahan Fisiologis Pada Masa Kehamilan
B. Konsep medis plasenta previa
1. Pengertian plasenta previa
2. Klasifikasi plasenta previa
3. Etiologi plasenta previa
4. Patofisiologi plasenta previa
5. Manifestasi klinis plasenta previa
6. Pemeriksaan diagnostic plasenta previa
7. Penatalaksanaan plasenta previa
8. Komplikasi plasenta previa
C. Konsep asuhan keperawatan
1. Pengkajian plasenta previa
2. Diagnoasa plasenta previa
3. Intervensi plasenta previa
4. Implementasi plasenta previa
5. Evaluasi plasenta previa
D. Asuhan keperawatan pad any L dengan diagnosa G1P0A0 susp Plasenta Previa

Bab III Penutup

A. Kesimpulan
B. Saran

Daftar pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang berbahaya. Perdarahan
pada kehamilan muda disebut sebagai abortus sedangkan perdarahan pada kehamilan tua
disebut perdarahan antepartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dengan kehamilan tua
adalah 22 minggu mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus .

Perdarahan antepartum biasanya berbatas pada perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22
minggu tapi tidak jarang terjadi pula pada usia kandungan kurang dari 22 minggu dengan
patologis yang sama. Perdarahan saat kehamilan setelah 22 minggu biasanya lebih
berbahaya dan lebih banyak daripada kehamilan sebelum 22 minggu . Oleh karena itu perlu
penanganan yang cukup berbeda . Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya
bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada
kelainan plasenta umpamanya kelainan serviks biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada
setiap perdarahan anterpartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal itu
bersumber pada kelainan plasenta.

Perdarahan anterpartum yang bersumber dari kelainan plasenta yang secara klinis biasanya
tidak terlampau sukar untuk menentukannya ialah plasenta previa dan solusio plasenta serta
perdarahan yang belum jelas sumbernya . Perdarahan anterpartum terjadi kira-kira 3 % dari
semua persalinan yang terbagi atas plasenta previa , solusio plasenta dan perdarahan yang
belum jelas penyebabnya.

Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan tiga atau setelah usia
kehamilan , namun beberapa penderita mengalami perdarahan sedikit-sedikit kemungkinan
tidak akan tergesa-gesa datang untuk mendapatkan pertolongan karena disangka sebagai
tanda permulaan persalinan biasa. Baru setelah perdarahan yang berlangsung banyak ,
mereka datang untuk mendapatkan pertolongan.
Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 22 minggu yang lebih banyak pada permulaan
persalinan biasanya harus lebih dianggap sebagai perdarahan anterpartum apapun
penyebabnya , penderita harus segera dibawah ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk
transfusi darah dan operasi . Perdarahan anterpartum diharapkan penanganan yang adekuat
dan cepat dari segi medisnya maupun dari aspek keperawatannya yang sangat membantu
dalam penyelamatan ibu dan janinnya.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu menerapkan asuhan keperawatan klien dengan plasenta previa

2. Tujuan Khusus

a. Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada klien plasenta previa.


b. Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada
klien plasenta previa.
c. Dapat membuat perencanaan pada klien plasenta previa.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu mengevaluasi tindakan
yang telah dilakukan pada klien plasenta previa.

C. Rumusan masalah

a. menjelaskon konsep medis plasenta previa


b. menjelaskan konsep keperawatan plasenta previa
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP MEDIS GRAVIDA


1. PENGERTIAN KEHAMILAN

Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin lamanya adalah
280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir
(Saifudin, 2006). Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri
mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba, 2008).
Kehamilan merupakan proses yang diawali dengan adanya pembuahan (konsepsi), masa
pembentukan bayi dalam rahim, dan diakhiri oleh lahirnya sang bayi (Monika, 2009).

2. KEHAMILAN DALAM TRIWULAN


a) Triwulan pertama dimulai dari konsepsi 0-12 minggu.
b) Triwulan kedua dari 13-28 minggu.
c) Triwulan ketiga dari 29-40 minggu.

3. TANDA-TANDA KEHAMILAN

Tanda-tanda kehamilan menurut Rustam (2005) meliputi:


Tanda-tanda presumtif (tidak pasti)
a) Amenore (tidak dapat haid)
b) Mual dan muntah
c) Mengidam
d) Pingsan
e) Tidak ada selera makan
f) Payudara membesar, tegang
g) Sering kencing
h) Konstipasi.

Tanda-tanda kemungkinan
Perut membesar.
a) Uterus membesar terjadi perubahan dalam bentuk, konsistensi dari rahim.
b) Tanda Hegar, yaitu pembuluh darah dalam cervix bertambah dan karena
terjadinya oedema dari cervix dan hiperplasia kelenjar-kelenjar cervix, sehingga
cervix menjadi lunak.
c) Tanda Chadwick, yaitu pembuluh darah dinding vagina bertambah hingga warna
selaput lendirnya biru.
d) Tanda Piscaseek, yaitu pertumbuhan uterus tidak rata, uterus lebih cepat tumbuh
di daerah inplantasi dan di daerah insersi plasenta.
e) Tanda Ballottement, yaitu teraba benjolan keras.

Tanda pasti (tanda positif)


a) Gerakan janin dapat dilihat atau dirasa atau diraba, juga bagian-bagian janin.
b) Denyut jantung janin: didengar dengan stetoskop-monoral laennec, dicatat dan
didengar dengan alat Doppler, dicatat dengan feto-elektro kardiogram, dilihat
pada ultrasonografi, terlihat tulang-tulang janin dalam foto-rontgen.

4. PERUBAHAN FISIOLOGIS
Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh sistem genetalia wanita mengalami
perubahan yang mendasar, sehingga dapat menunjang perkembangan dan pertumbuhan
janin dalam rahim. Plasenta dalam perkembangannya mengeluarkan hormon
somatomamotropin, esterogen, dan progesteron yang menyebabkan perubahan
(Prawirohardjo, 2009) pada :

1) Rahim atau Uterus


Rahim yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30 gram akan mengalami
hipertrofi dan hyperplasia, sehingga menjadi seberat 100 gram saat akhir
kehamilan. Otot rahim mengalami hyperplasia dan hipertropi menjadi lebih besar,
lunak, dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan janin.
2) Vagina (Liang Senggama)
Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh
esterogen, sehingga tampak makin merah dan kebiru-biruan.
3) Ovarium (Indung Telur)
Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung korpus luteum
gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang
sempurna pada umur 16 minggu.
4) Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan


memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan
dari pengaruh hormon saat kehamilan, yaitu esterogen, progesteron, dan
somatomammotropin.
5) Sirkulasi Darah
Peredaran darah ibu dipengaruhi beberapa faktor diantaranya, meningkatnya
kebutuhan sirkulasi darah, sehingga dapat memenuhi kebutuhan perkembangan dan
pertumbuhan janin dalam rahim, terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena
pada sirkulasi retro-plasenter, dan pengaruh hormon esterogen dan progesteron
makin meningkat.
Akibat dari faktor tersebut dijumpai beberapa perubahan peredaran darah yaitu :
i. Volume darah
Volume darah semakin meningkat dimana jumlah serum darah lebih besar
dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi semacam pengenceran darah
(hemodilusi), dengan puncaknya pada umur hamil 32 minggu. Volume
darah bertambah sebesar 25 sampai 30 % sedangkan sel darah bertambah
sekitar 20%.
ii. Sel darah
Sel darah merah makin meningkat jumlahnya sekitar 20% untuk dapat
meningkatkan pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel darah
tidak seimbang dengan peningkatan volume darah, sehingga terjadi
hemodilusi yang disertai anemia fisiologis. Sel darah putih meningkat
dengan mencapai jumlah sebesar 10.000/ml. Dengan hemodilusi dan anemia
fisiologis maka laju endap darah semakin tinggi dan dapat mencapai 4 kali
dari angka normal.

6) Sistem Respirasi
Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk dapat memenuhi
kebutuhan O2. Disamping itu terjadi desakan diafragma karena dorongan rahim
yang membesar pada umur kehamilan 32 minggu. Sebagai kompensasi
terjadinya desakan rahim dan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan
bernafas lebih dalam sekitar 20 sampai 25% dari biasanya.

7) Sistem Pencernaan
Karena pengaruh esterogen, pengeluaran asam lambung meningkat yang dapat
menyebabkan :
I. Pengeluaran air liur berlebihan (hipersalivasi).
II. Daerah lambung terasa panas.
III. Terjadi mual dan sakit/pusing kepala terutama pagi hari (morning
sickness).
IV. Muntah, yang terjadi disebut emesis gravidarum.zMuntah berlebih,
sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari (hiperemesis gravidarum).
V. Progesteron menimbulkan gerak usus makin berkurang dan dapat
menyebabkan obstipasi.

8) Perubahan Pada Kulit


Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena
pengaruh melanophore stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan
pengaruh kelenjar suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi pada striae
gravidarum livide atau alba, areola mamae, papilla mamae, linea nigra, pipi
(chloasma gravidarum). Setelah persalinan hiperpigmentasi ini akan menghilang

9) Metabolisme
Dengan terjadi kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan yang
mendasar, perubahan metabolisme yang mendasar antara lain :
i. Metabolisme basal naik sebesar 15% sampai 20% dari semula, terutama
pada trimester ketiga.
ii. Keseimbangan asam basa mengalami penurunan dari 155 mEq per liter
menjadi 145 mEq per liter disebabkan hemodilusi darah dan kebutuhan
mineral yang diperlukan janin.
iii. Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin, perkembangan organ kehamilan, dan persiapan
laktasi. Dalam makanan diperlukan protein tinggi sekitar ½ gr/kg BB atau
sebutir telur ayam sehari.
iv. Kebutuhan kalori didapat dari karbohidrat, lemak dan protein.
v. Kebutuhan zat mineral untuk ibu hamil: kalsium 1,4 gram setiap hari, 30
sampai 40 gram untuk pembentukan tulang janin, fosfor, rata-rata 2 gram
dalam sehari, zat besi, 800 mgr atau 30 sampai 50 mgr sehari, dan air, ibu
hamil memerlukan air cukup banyak dan dapat terjadi retensi air.
vi. Berat badan ibu hamil bertambah antara 6,5 sampai 16,5 kg selama
kehamilan atau terjadi kenaikan berat badan sekitar ½ kg/minggu.

B. KONSEP MEDIS PLASENTA PREVIA


1. PENGERTIAN
Menurut Wiknjosastro (2002), Placenta Previa adalah plasenta yang letaknya abnormal
yaitu pada segmen bawah uterus sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir.
Menurut Manuaba (1998) mengemukakan bahwa plasenta previa adalah plasenta dengan
implantasi di sekitar segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
ostium uteri internum.
Menurut Prawiroharjo, plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir (prae =
di depan ; vias = jalan). Jadi yang dimaksud plasenta previa ialah plasenta yang
implantasinya tidak normal, rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian ostium
internum.
Menurut Cunningham, plasenta previa merupakan implantasi plasenta di bagian bawah
sehingga menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan
segmen bawah rahim.
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan menutupi
sebagian atau seluruh osteum uteri internum (Saifuddin, 2002).

Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (Mochtar, 1998).
plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
Menurut FK. UNPAD. 1996, plasenta previa adalah plasenta yang implantasinya tidak
normal, rendah sekali sehingga menutupi seluruh atatu sebagian ostium internal. Angka
kejadian plasenta previa adalah 0,4 – 0,6 % dari keseluruhan persalinan
Plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir, (prae: didepan; vias: jalan).
Jadi yang dimaksud adalah plasenta yang implantasinya tidak normal ialah rendah sekali
hingga menutupi seluruh atau sebagian osium internum. Implantasi plasenta yang normal
ialah pada dinding depan atau dinding belakang rahim didaerah fundus uteri. (Obsterti
Patologi, Edisi 1984).

2. KLISIFIKASI PLASENTA PREVIA


Menurut Manuaba (1998), klasifikasi plasenta previa secara teoritis dibagi dalam bentuk
klinis, yaitu: a) Plasenta Previa Totalis, yaitu menutupi seluruh ostium uteri internum pada
pembukaan 4 cm. b) Plasenta Previa Sentralis, yaitu bila pusat plasenta bersamaan dengan
kanalis servikalis. c) Plasenta Previa Partialis, yaitu menutupi sebagian ostium uteri
internum. d) Plasenta Previa Marginalis, yaitu apabila tepi plasenta previa berada di sekitar
pinggir ostium uteri internum.
Menurut Chalik (2002) klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan
plasenta melalui pembukaan jalan lahir :
1. Plasenta Previa Totalis, yaitu plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum.
2. Plasenta Previa Partialis, yaitu plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri internum.
3. Plasenta Previa Marginalis, yaitu plasenta yang tepinya agak jauh letaknya dan
menutupi sebagian ostium uteri internum.

Menurut De Snoo yang dikutip oleh Mochtar (1998), klasifikasi plasenta previa berdasarkan
pada pembukaan 4 – 5 cm yaitu :
1. Plasenta Previa Sentralis, bila pembukaan 4 – 5 cm teraba plasenta menutupi seluruh
ostium.
2. Plasenta Previa Lateralis, bila pada pembukaan 4 – 5 cm sebagian pembukaan ditutupi
oleh plasenta, dibagi 3 yaitu : plasenta previa lateralis posterior bila sebagian menutupi
ostium bagian belakang, plasenta previa lateralis bila menutupi ostium bagian depan,
dan plasenta previa marginalis sebagian kecil atau hanya pinggir ostium yang ditutupi
plasenta.
Penentuan macamnya plasenta previa tergantung pada besarnya pembukaan, misalnya
plasenta previa totalis pada pembukaan 4 cm mungkin akan berubah menjadi plasenta previa
parsialis pada pembukaan 8 cm, penentuan macamnya plasenta previa harus disertai dengan
keterangan mengenai besarnya pembukaan (Wiknjosastro, 2002).
Menurut (Obsterti Patologi, Edisi 1984).Plasenta previa dibagi kedalam tiga bagian yaitu:
1) Plasenta previa totalis: seluruh internum tertutup oleh plasenta.
2) Plasenta previa lateralis: hanya sebagian dari ostium tetutup oleh plasenta.
3) Plaseta previa marginalis: hanya pada pingir ostium terdapat jaringan plasenta.
Dari klasifiskasi tersebut yang sama sekali tidak dapat melahirkan pervaginam yaitu

plasenta previa totalis seperti terdapat dalam gambar berikut :

Menurut Browne, klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta
melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu, yaitu:

a) Plasenta Previa Totalis


b) Plasenta Previa Parsialis
c) Plasenta Previa Marginalis
d) Low Lying Placenta (Plasenta Letak Rendah)

3. ETIOLOGI

Penyebab secara pasti belum diketahui dengan jelas. Menurut beberapa pendapat para ahli,
penyebab plasenta previa yaitu :
a. Menurut Manuaba (1998), plasenta previa merupakan implantasi di segmen bawah
rahim dapat disebabkan oleh endometrium di fundus uteri belum siap menerima
implantasi, endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasaan plasenta untuk
mampu memberikan nutrisi pada janin, dan vili korealis pada chorion leave yang
persisten.
b. Menurut Mansjoer (2001), etiologi plasenta previa belum diketahui pasti tetapi
meningkat pada grademultipara, primigravida tua, bekas section sesarea, bekas operasi,
kelainan janin dan leiomioma uteri.
Beberapa faktor dan etiologi dari plasenta previa tidak diketahui. Tetapi diduga hal tersebut
berhubungan dengan abnormalitas dari vaskularisasi endometrium yang mungkin
disebabkan oleh timbulnya parut akibat trauma operasi/infeksi. (Mochtar, 1998). Perdarahan
berhubungan dengan adanya perkembangan segmen bawah uterus pada trimester ketiga.
Plasenta yang melekat pada area ini akan rusak akibat ketidakmampuan segmen bawah
rahim. Kemudian perdarahan akan terjadi akibat ketidakmampuan segmen bawah rahim
untuk berkonstruksi secara adekuat. Faktor risiko plasenta previa termasuk:

1) Riwayat plasenta previa sebelumnya.


2) Riwayat seksio sesarea.
3) Riwayat aborsi.
4) Kehamilan ganda.
5) Umur ibu yang telah lanjut, wanita lebih dari 35 tahun.
6) Multiparitas.
7) Adanya gangguan anatomis/tumor pada rahim, sehingga mempersempit permukaan bagi
penempatan plasenta.
8) Adanya jaringan rahim pada tempat yang bukan seharusnya. Misalnya dari indung telur
setelah kehamilan sebelumnya atau endometriosis.
9) Adanya trauma selama kehamilan.
Sosial ekonomi rendah/gizi buruk, patofisiologi dimulai dari usia kehamilan 30 minggu
segmen bawah uterus akan terbentuk dan mulai melebar serta menipis

4. PATOFISIOLOGI
Menurut Chalik (2002), pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trisemester ketiga
dan mungkin juga lebih awal, oleh karena telah mulai terbentuknya segmen bawah rahim,
tapak plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak plasenta
terbentuknya dari jaringan maternal yaitu bagian desidua basalis yang tumbuh menjadi
bagian dari uri. Dengan melebarnya istmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka
plasenta yang berimplantasi disitu sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan
pada tapaknya. Demikian pula pada waktu servik mendatar dan membuka ada bagian tapak
plasenta yang lepas. Pada tempat laserasi itu akan terjadi perdarahan yang berasal dari
sirkulasi maternal yaitu ruang intervillus dari plasenta. Oleh sebab itu, perdarahan pada
plasenta previa betapapun pasti akan terjadi oleh karena segmen bawah rahim senantiasa
terbentuk Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu
saat segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan. Pelebaran segmen bawah
uterus dan servik menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding
uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tidak dapat
dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi
seperti pada plasenta letak normal (Mansjoer, 2001)
Patways:
Etiologi, kehamilan lanjut dan persalinan

Segmen bawah melebar dan menipis

Pembukaan serviks

Plasenta menempel di segmen bawah


/plasenta lepas dari dinding uterus

Perdarahan

Sinus uterus robek


5. MANIFESTASI KLINIK
Menurut FKUI (2000), tanda dan gejala plasenta previa diantaranya adalah :
a) Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya dan berulang
b) Darah biasanya berwarna merah segar
c) Terjadi pada saat tidur atau saat melakukan aktivitas
d) Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai kelainan letak janin

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC
a) USG (Ultrasonographi)
Dapat mengungkapkan posisi rendah berbaring placnta tapi apakah placenta melapisi
cervik tidak biasa diungkapkan
b) Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-bagian tubuh
janin.
c) Pemeriksaan laboratorium
Hemoglobin dan hematokrit menurun. Faktor pembekuan pada umumnya di dalam
batas normal.
d) Pengkajian vaginal
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda jika
memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik sesuadah 34 minggu).
Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda (double setup procedure).
Double setup adalah pemeriksaan steril pada vagina yang dilakukan di ruang operasi
dengan kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara cesar.
e) Isotop Scanning
Atau lokasi penempatan placenta.
f) Amniocentesis
Jika 35 – 36 minggu kehamilan tercapai, panduan ultrasound pada amniocentesis
untuk menaksir kematangan paru-paru (rasio lecithin atau spingomyelin [LS] atau
kehadiran phosphatidygliserol) yang dijamin. Kelahiran segera dengan operasi
direkomendasikan jika paru-paru fetal sudah mature.
7. PENATALAKSANAAN

Menurut Saifuddin (2001) terdapat 2 macam terapi, yaitu :

a) Terapi Ekspektatif

Kalau janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup di dunia luar baginya kecil
sekali. Ekspektatif tentu hanya dapat dibenarkan kalau keadaan ibu baik dan
perdarahan sudah berhenti atau sedikit sekali. Syarat bagi terapi ini adalah keadaan
ibu masih baik (Hb-normal) dan perdarahan tidak banyak, besarnya pembukaan, dan
tingkat placenta previa.

b) Terapi Aktif

Kehamilan segera diakhiri sebelum terjadi perdarahan, adapun caranya: a) Cara


Vaginal Untuk mengadakan tekanan pada plasenta dan dengan demikian menutup
pembuluh – pembuluh darah yang terbuka (tamponade plasenta). b) Cara Sectio
caesarea, dengan maksud untuk mengosongkan rahim sehingga dapat mengadakan
retraksi dan menghentikan perdarahan dan juga untuk mencegah terjadinya robekan
cervik yang agak sering dengan usaha persalinan pervaginam pada placenta previa.
Menurut Winkjosastro (2002) prinsip dasar penanganan placenta previa yaitu, setiap
ibu dengan perdarahan antepartum harus segera dikirim ke rumah sakit yang memiliki
fasilitas transfusi darah dan operasi. Perdarahan yang terjadi pertama kali jarang sekali
atau boleh dikatakan tidak pernah menyebabkan kematian, asal sebelumnya tidak
diperiksa dalam. Biasanya masih terdapat cukup waktu untuk mengirimkan penderita
ke rumah sakit, sebelum terjadi perdarahan berikutnya yang hampir selalu akan lebih
banyak daripada sebelumnya, jangan sekali – kali melakukan pemeriksaan dalam
keadaan siap operasi. Apabila dengan penilaian yang tenang dan jujur ternyata
perdarahan yang telah berlangsung, atau yang akan berlangsung tidak akan
membahayakan ibu dan janin (yang masih hidup) dan kehamilannya belum cukup 36
minggu, atau taksiran berat janin belum sampai 2500 gram, dan persalinan belum
mulai, dapat dibenarkan untuk menunda persalinan sampai janindapat hidup di luar
kandungan lebih baik lagi (Penanganan Pasif) sebaliknya, kalau perdarahan yang telah
berlangsung atau yang akan berlangsung akan membahayakan ibu dan atau janinnya,
kehamilannya telah cukup 36 minggu, atau taksiran berat janin telah mencapai 2500
gram, atau persalinan telah mulai, maka penanganan pasif harus ditinggalkan, dan
ditempuh penanganan aktif. Dalam hal ini pemeriksaan dalam dilakukan di meja
operasi dalam keadaan siap operasi (Winkjosastro, 2002).

8. KOMPLIKASI

Menurut Prof.Dr.Sarwono Prawirohardjo.SpOG,1997,Jakarta.

a) Prolaps tali pusat


b) Prolaps plasenta.
c) Plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu dibersihkan
dengan kerokan.
d) Robekan-robekan jalan lahir karena tindakan.
e) Perdarahan post portum.
f) Infeksi karena perdarahan yang banyak.
g) Bayi premature atau lahir mati.

Menurut Roeshadi (2004), kemungkinan komplikasi yang dapat ditimbulkan dari adanya
plasenta previa adalah sebagai berikut :

a) Pada ibu dapat terjadi :


a. Perdarahan hingga syok akibat perdarahan
b. Anemia karena perdarahan
c. Plasentitis
d. Endometritis pasca persalinan
b) Pada janin dapat terjadi :
a. Persalinan premature
b. Asfiksia berat
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
Pengkajian fisik memberikan data yang sangat bernilai sebagai dasar asuhan keperawatan.
Pemeriksaan tersebut meliputi inspeksi, auskultasi dan palpasi. Pemeriksaan fisik mungkin
akan dilakukan oleh salah satu orang atau lebih dan harus disesuaikan kemajuan persalinan.
Hal tersebut meliputi evaluasi, tanda-tanda vital, kontraksi, pemeriksaan.
Pengkajian dilakukan meliputi
 Pengumpulan data
1. Anamnesa
a. Identitas klien: Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan,
alamat, dll.
b. Keluhan utama : Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan setelah 28
minggu/trimester III.
 Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang
 Sebab perdarahan; placenta dan pembuluh darah yang robek, terbukanya
osteum/ manspulasi intravaginal/rectal.
 Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau kecilnya robekan
pembuluh darah dan placenta.
c. Inspeksi
 Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit
 Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia.
d. Palpasi abdomen
 Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah.
 Sering dijumpai kesalahan letak
 Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya kepala
masih goyang/floating
2. Riwayat Obstetri
Memberikan imformasi yang penting mengenai kehamilan sebelumnya agar
perawat dapat menentukan kemungkinan masalah pada kehamilan sekarang.
Riwayat obstetri meliputi:

 Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH)


 Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi
 Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan penolong
persalinan
 Jenis anetesi dan kesulitan persalinan
 Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi, dan perdarahan.
 Komplikasi pada bayi
 Rencana menyusui bayi

3. Riwayat mensturasi

Riwayat yang lengkap di perlukan untuk menetukan taksiran persalinan(TP). TP


ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT). Untuk menentukan TP
berdasarkan HPHt dapat digunakan rumus naegle, yaitu hari ditambah tujuh, bulan
dikurangi tiga, tahun disesuaikan.

4. Riwayat Kontrasepsi

Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin, ibu, ataukeduanya.
Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didapatkan pada saat kunjungan pertama.
Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut pada kehamilan yang
tidak diketahui dapat berakibat buruk pada pembentukan organ seksual pada janin.

5. Riwayat penyakit dan operasi:

Kondisi kronis seperti dibetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal bisa berefek
buruk pada kehamilan. Oleh karena itu, adanya riwayat infeksi, prosedur operasi,
dan trauma pada persalinan sebelumnya harus di dokumentasikan
 Pemeriksaan fisik
1) Umum

Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil:

a. Rambut dan kulit


 Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea nigra.
 Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha.
 Laju pertumbuhan rambut berkurang.Wajah
b. Mata : pucat, anemis
c. Buah dada / payudara
 Peningkatan pigmentasi areola putting susu
 Bertambahnya ukuran dan noduler
d. Jantung dan paru
 Volume darah meningkat
 Peningkatan frekuensi nadi
 Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembulu darah
pulmonal.
 Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.
 Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas.
 Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.

e. Abdomen
 Menentukan letak janin
 Menentukan tinggi fundus uteri
f. Vagina
 Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan ( tanda
Chandwick)
 Hipertropi epithelium
g. System musculoskeletal
 Persendian tulang pinggul yang mengendur
 Gaya berjalan yang canggung
 Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan diastasis rectal

h. Khusus
 Tinggi fundus uteri
 Posisi dan persentasi janin
 Panggul dan janin lahir
 Denyut jantung janin

2. DIAGNOSE KEPERAWATAN
a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan.
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus.
c. Kecemasan berhubungan dengan keadaan yang dialami.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri perut
e. Resiko tinggi terjadinya fetal distress berhubungan dengan perfusi darah ke plasenta
berkurang.
f. Resti defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan.
g. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan sisa plasenta yang tertinggal di uterus.
h. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia

.
3. INTERVENSI

a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan.


Tujuan : suplai / kebutuhan darah kejaringan terpenuhi
Kriteria hasil : Conjunctiva tidak anemis, acral hangat, Hb normal muka tidak pucat,
tidak lemas.
Intervensi :
1) Bina hubungan saling percaya dengan pasien
Rasional : pasien percaya tindakan yang dilakukan
2) Jelaskan penyebab terjadi perdarahan
Rasional : pasien paham tentang kondisi yang dialami
3) Monitor tanda-tanda vital
Rasional : tensi, nadi yang rendah, RR dan suhu tubuh yang tinggi menunjukkan
gangguan sirkulasi darah.
4) Kaji tingkat perdarahan setiap 15 – 30 menit
Rasional : mengantisipasi terjadinya syok
5) Catat intake dan output
Rasional : produksi urin yang kurang dari 30 ml/jam menunjukkan penurunan fungsi
ginjal.
6) Kolaborasi pemberian cairan infus isotonik
hRasional : cairan infus isotonik dapat mengganti volume darah yang hilang akiba
perdarahan. Rasional : tranfusi darah mengganti komponen darah yang hilang
akibat perdarahan.

b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus.


Tujuan : klien dapat beradaptasi dengan nyeri
Kriteria hasil :
- Klien dapat melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri.
- Klien kooperatif dengan tindakan yang dilakukan.
Intervensi :
1) Jelaskan penyebab nyeri pada klien
Rasional : dengan mengetahui penyebab nyeri, klien kooperatif terhadap tindakan
2) Kaji tingkat nyeri
Rasional : menentukan tindakan keperawatan selanjutnya.
3) Bantu dan ajarkan distraksi relaksasi
Rasional : dapat mengalihkan perhatian klien pada nyeri yang dirasakan.
4) Memberikan posisi yang nyaman (miring kekiri / kanan.
Rasional : posisi miring mencegah penekanan pada vena cava.
5) Berikan masage pada perut dan penekanan pada punggung
Rasional : memberi dukungan mental.
6) Libatkan suami dan keluarga
Rasional : memberi dukungan mental
7) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik
Rasional : pemberian analgesik dapat membantu gurangi nyeri yang dirasakan

c. Kecemasan berhubungan dengan keadaan yang dialami.


Tujuan : klien tidak cemas dan dapat mengerti tentang keadaannya.
Kriteria hasil : penderita tidak cemas, penderita tenang, klien tidak gelisah.
Intervensi :
1) Anjurkan klilen untuk mengemukakan hal-hal yang dicemaskan.
Rasional : Dengan mengungkapkan perasaannyaaka mengurangi beban pikiran.
2) Ajak klien mendengarkan denyut jantung janin
Rasional : mengurangi kecemasan klien tentang kondisi janin.
3) Beri penjelasan tentang kondisi janin
Rasional : mengurangi kecemasan tentang kondisi / keadaan janin.
4) Beri informasi tentang kondisi klien
Rasional : mengembalikan kepercayaan dan klien.
5) Anjurkan untuk menghadirkan orang-orang terdekat
Rasional : dapat memberi rasa aman dan nyaman bagi klien
6) Menjelaskan tujuan dan tindakan yang akan diberikan
Rasional : agar pasien kooperatif

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri perut


Tujuan : Klien akan menunjukkan terpenuhinya kebutuhan rawat diri
Kriteria Hasil :
- Kebutuhan personal hygiene terpenuhi
- Klien nampak rapi dan bersih.
Intervensi :
1) Pertahankan pelaksanaan aktivitas rekreasi terapeutik (radio, koran, kunjungan
teman/keluarga) sesuai keadaan klien.
Rasional : Memfokuskan perhatian, meningkatakan rasa kontrol diri/harga diri,
membantu menurunkan isolasi sosial.
2) Bantu latihan rentang gerak pasif aktif pada ekstremitas yang sakit maupun yang
sehat sesuai keadaan klien.
Rasional : Meningkatkan sirkulasi darah muskuloskeletal, mempertahankan tonus
otot, mempertahakan gerak sendi, mencegah kontraktur/atrofi dan mencegah
reabsorbsi kalsium karena imobilisasi.
3) Bantu dan dorong perawatan diri (kebersihan/eliminasi) sesuai keadaan klien.
Rasional : Meningkatkan kemandirian klien dalam perawatan diri sesuai kondisi
keterbatasan klien.
4) Ubah posisi secara periodik sesuai keadaan klien.
Rasional : Menurunkan insiden komplikasi kulit dan pernapasan (dekubitus,
atelektasis, penumonia)
5) Dorong/pertahankan asupan cairan 2000-3000 ml/hari.
Rasional : Mempertahankan hidrasi adekuat, men-cegah komplikasi urinarius dan
konstipasi.
6) Kolaborasi pelaksanaan fisioterapi sesuai indikasi.
Rasional : Kerjasama dengan fisioterapis perlu untuk menyusun program aktivitas
fisik secara individual.
7) Evaluasi kemampuan mobilisasi klien dan program imobilisasi.
Rasional : Menilai perkembangan masalah klien.

e. Resiko tinggi terjadinya fetal distress berhubungan dengan perfusi darah ke plasenta
berkurang.
Tujuan : tidak terjadi fetal distress
Kriteria hasil : DJJ normal / terdengar, bisa berkoordinasi, adanya pergerakan bayi, bayi
lahir selamat.
Intervensi :
1) Jelaskan resiko terjadinya dister janin / kematian janin pada ibu
Rasional : kooperatif pada tindakan
2) Hindari tidur terlentang dan anjurkan tidur ke posisi kiri
Rasional : tekanan uterus pada vena cava aliran darah kejantung menurun sehingga
terjadi perfusi jaringan.
3) Observasi tekanan darah dan nadi klien
Rasional : penurunan dan peningkatan denyut nadi terjadi pad sindroma vena cava
sehingga klien harus di monitor secara teliti.
4) Oservasi perubahan frekuensi dan pola DJ janin
Rasional : penurunan frekuensi plasenta mengurangi kadar oksigen dalam janin
sehingga menyebabkan perubahan frekuensi jantung janin.
5) Berikan O2 10 – 12 liter dengan masker jika terjadi tanda-tanda fetal distress
Rasional : meningkat oksigen pada janin

f. Resti defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan.


Tujuan : Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik
jumlah maupun kualitas.

Kriteria Hasil :
- TTV dalam keadaan normal
- Perdarahan berkurang sampai dengan berhenti
- Kulit tidak pucat
Intervensi :
1) Kaji kondisi status hemodinamika
Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki
karekteristik bervariasi
2) Ukur pengeluaran harian
Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan
jumlah cairan yang hilang pervaginal
3) Catat haluaran dan pemasukan
Rasional : Mengetahui penurunanan sirkulasi terhadap destruksi sel darah merah.
4) Observasi Nadi dan Tensi
Rasional : Mengetahui tanda hipovolume (perdarahan).
5) Berikan diet halus
Rasional : Memudahkan penyerapan diet
6) Nilai hasil lab. HB/HT
Rasional : Menghindari perdarahan spontan karena proliferasi sel darah merah.
7) Berikan sejumlah cairan IV sesuai indikasi
Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dan tranfusi
mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan masif

g. Resiko tinggi infeksi berhubngan dengan sisa plasenta yang tertinggal di uterus
Tujuan : Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan
Kriteria Hasil :
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
- Luka membaik
Intervensi :
1) Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau
Rasional : Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar.
Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan
tanda infeksi
2) Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan
Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar
3) Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart
Rasional : Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart
4) Lakukan perawatan vulva
Rasional : Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan
infeksi.
5) Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda infeksi
Rasional : Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi;
demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi
6) Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama selama masa
perdarahan
Rasional : Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan ibu;
senggama dalam kondisi perdarahan dapat
7) Berikan obat sesuai terapi.
Rasional : Antibiotika profilaktik atau pengobatan

h. Perubahan nutrisi kurang darin kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia


Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria :
- Nafsu makan baik
- BB ideal sesuai dengan umur dan kondisi tubuh
- Hasil pemeriksaan laborat protein dalam batas normal (3-5 mg/dalam)
Intervensi :
1) Berikan HE.
Rasional : klien mengerti akan pentingnya nutrisi untuk mempercepat kesembuhan
2) Berikan diit sesuai dengan indikasi.
Rasional : Diit yang tepat dapat membantu proses penyembuhan
3) Hidangkan makanan selagi hangat.
Rasional : Makanan yang hangat dapat meningkatkan nafsu makan dan dapat
mencegah muntah
4) Anjurkan makan sedikit tapi sering.
Rasional : Asupan makanan( nutrisi) terpenuhi.
5) Laksanakan kolaborasi dengan tim medis lainnya.
Rasional : Membantu mengatasi atau mengurangi rasa mual.

4. IMPLEMENTASI

 Sebelum dirujuk, anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan menghadap kekiri, tidak
melakukan senggama, menghindari peningkatan tekanan rongga perut (misalnya batuk,
mengedan karena sulit buang besar)
 Perhatian : Tidak dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan dalam pada perdarahan
antepartum sebelum tersediia persiapan untuk seksio sesarea.
 Pemeriksaan inspekulo secara hati-hati, dapat menentukan sumber perdarahan berasal
dari kanalis serviks atau sumber lain (servisitis, polip, keganasan, laserasi atau trauma).
Meskipun demikian, adanya kelainan di atas menyingkirkan diagnosa plasenta previa.
 Perbaiki kekurangan cairan/darah dengan memberi infuse cairan I.V (NaCl 0,9 % atau
Ringer Laktat).
 Lakukan penilaian jumlah perdarahan :
 Jika perdarahan banyak dan berlangsung terus, persiapan sseksio sesarea tanpa
memperhitungkan usia kehamilan/prematuris.
 Jika perdarahan sedikit dan berhenti dan fetus hidup tetap preatur, pertimbangkan terapi
ekspektatif sampai persalinan atau terjadi perdarahan banyak.
 Terapi Ekspektatif
 Tujuan : supaya janin tidak terlahir premature dan upaya diagnosis dilakukan secara non
invasive.
 Pemeriksaan USG untuk menentukan implantasi plasenta, usia kehamilan, profil biofisik,
letak, presentasi janin.
 Perbaiki anemia dengan pemberian sulfas ferosus atau ferosus fumarat per oral 60 mg
selama 1 bulan.
 Pastikan tersedianya sarana untuk melakukan transfuse.
 Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama, pasien dapat
dirawat jalan (kecuali rumah pasien di luar kota atau diperlukan waktu >2 jam untuk
mencapai rumah sakit) dengan pesan segera kembali ke RS jika terjadi perdarahan.
 Jika perdarahan berulang pertimbangkan manfaat dan resiko ibu dan janin untuk
mendapatkan penanganan lebih lanjut dibandingkan dengan terminasi kehamilan.
 Terapi Aktif
Rencanakan terminasi kehamilan jika :
 Janin matur
 Janin mati atau menderita anomaly atau keadaan yang mengurangii kelangsungan
hidupnya (misalnya anensefali).
 Pada perdarahan aktif dan banyak, segera dilakukan terapi aktif tanpa memandang
maturitas janin.
 Jika terdapat plasenta previa letak rendah dan perdarahan yang terjadi sangat sedikit,
persalinan pervaginan masih mungkin. Jika tidak, lahirkan dengan seksio sesarea.
 Jika persalinan dengan seksio sesarea dan terjadi perdarahan dari tempat plasenta
 Jahit tempat perdarahan dengan benang.
 Pasang infuse oksitosin 10 unit 500 ml cairan IV (NaCl atau Ringer Laktat) dengan
kecepatan 60 tetes permenit, penanganan yang sesuai . Hal tersebut meliputi ligasi
arteri atau histerektomi. Jika perdarahan terjadi pascapersalinan, segera lakukan.

5. Evaluasi

Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Penilaian dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam melaksanakan rencana kegiatan
klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
Penilaian keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan
tindakan perawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien.
Evaluasi dapat berupa : masalah teratasi dan masalah teratasi sebagian.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL Ny. L G1 P0 A0 GESTASI 28
DENGAN SUSPEK PLASENTA PREVIA

Nama Mahasiswa : Kelompok Obsterti


Tanggal/jam pengkajian : 01 Juli 2015 ( jam14 :30 wit )
Tempat : Ruang Obstetri RSU Dr. M. Haulussy
I. IDENTITAS
A. PASIEN
1. Nama : Ny L
2. Tempat/tgl lahir/umur :Ambon 27 juli 1992
3. Agama : Kristen Protestan
4. Status perkawinan : Menikah
5. Pendidikan terakhir : SMA
6. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
7. Alamat : Gunung Nona
8. Suku Bangsa : Maluku/ Indonesia
9. Nomor RM/CM : 19 – 03 – 48
10. Tanggal Masuk RS : 01 Juli 2015
11. Dx medis: G1 p0 A0 dengan suspek plasenta previa marginalis

B. PENANGGUNG JAWAB
1. Nama : Tn P
2. Umur : 26 tahun
3. Pendidikan terakhir : SMA
4. Pekerjaan : Swasta
5. Alamat : Gunung Nona
6. Hubungan dengan pasien : Suami
II. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama:
Perdarahan saat kehamilan
2. keluhan yang menyertai :
a. Nyeri tekan di abdomen
b. Lemas
c. Gelisah
3. sifat keluhan
P: susp plasenta previa
Q: seperti tertekan di daerah perut
R: daerah perut
S: skala 6
T: setiap pemeriksaan USG ( saat penekanan untuk mencari DJJ)

4. Riwayat kesehatan sekarang: klien mengalami perdarahan sejak 19 juni 2015 mulai jam 22
: 00 WIB. Pendarahan yang pertama yang keluar bentuknya bergumpal Dengan usia
kehamilan 7 bulan, saat ini perdarahan yang keluar sudah agak berkurang dari hari
pertama kali pendarahan.

5. Riwayat kesehatan dahulu


Klien tidak memiliki riwayat penyakit yang menyertai kehamilan, seperti penyakit
jantung, paru, hipertensi, DM.

6. Riwayat obstetrik yang lalu: tidak ada

7. Riwayat kehamilan saat ini:


HPHT : .../11-2014
HPL : .../08-2015

Usia Keluhan TFU Letak DJJ


gestasi janin/presentasi
28 Perdarahan 28 cm Presentasi +
mingggu pervaginam kepala belum ( 142 )
antepartum masuk pintu
dengan atas panggul
pasenta
previa.
6. Riwayat kesehatan keluarga
Genogram ( 3 keturun )
x
Keterangan
Klien adalah anak ke 2 dari empat bersaudara dan klien tinggal bersama kedua orang
tuanya dan kedua adeknya. Ibu klien anak ke -2 dari 4 bersaudara sedangkan ayah klien
merupakan anak ke-3 dari 5 bersaudara

7. Pola ADL (menurut Gordon, Handerson/modifikasi)


No AKTIFITAS SEBELUM SAKIT SESUDAH SAKIT
1 NUTRISI
a. Makan
 Selara makan baik Baik
 Cara makan mandiri mandiri
 Jenis Nasi, sayur,lauk nasi dan lauk pauk
 Jumlah 1 porsi 1 porsi
 Frekuensi 3 x sehari 3 kali sehari
 Makanan yang disukai Bakso Tidak
Tidak ada Tidak ada
 Makanan pantangan
Berdoa Berdoa
 Ritual
b. Minum
Air putih Air putih
 Jenis Tidak menentu 1440 cc
 Jumlah Tidak menentu 6 kali sehari
 Frekuensi
 Minuman yang disukai Susu Susu
 Minuman pantangan Tidak ada Tidak ada

2 ELIMINASI
a. Buang air besar ( BAB )
 Mandiri / bantua / dengan Mandiri Dibantu
alat
 Frekuensi 2 kali 2 kali
 Warna Kuning Kuning
 Konsistensi Lunak Lunak
 Kesulitam dan cara Tidak ada Tidak ada
menanganinya
 Penggunaan obat Tidak ada Tidak ada
b. Buang air kecil ( BAK )
 Mandiri / bantuan/ dengan
Mandiri Dibantu
alat
 Frekuensi
2 kali 2 kali
 Warna Kuning Kuning
 Konsistensi Cair Cair
 Kesulitan dan cara Tidak ada Tidak ada
menangani
 Penggunaan obat
Tidak ada Tidak ada
3 PERSONAL HYGIENE
a. Mandi
 Frekuansi 2 kali 2 kali
 Cara Normal Di lap dengan kain
 Alat mandi Air, sabun, pasta Air hangat
 Kesulitan Tidak ada Ada
 Mandiri/ dibantu Mandiri Dibantu
b. Cuci rambut
 Frekuensi 1 kali Tidak pernah cuci
rambut
Pakai shampo Tidak
 Pakai sampo / tidak
c. Gunitng kuku
1 kali seminggu Tidak
 Frekuensi
d. Gosok gigi
2 kali sehari Tidak
 Frekuensi Pakai pasta Tidak
 Pakai Pasta gigi / tidak
 Keluhan : tidak mandi dan
Cuma lap badan sja
e. Data lain : klien nampak
kusam dan kurang bersih,
rambut kotor jarang disisir,
kuku panjang
4 ISTIRAHAT TIDUR
a. Jam tidur
 Siang jam Jam 2 bangun jam 4 Tidak menentu
 Malam jam Jam 10 bangun jam 6 jam 8 bangun jam 6
 Total tdur/ hari jam ± 11 jam ± 12 jam
b. Ritual tidur Berdoa Berdoa
c. Keluhan Tidak ada Setiap jam suntik
tidur pasien
terganggu
5 AKTIFITAS / LATIHAN
a. Kegiatan sehari : ( dibantu / Mandiri Dibantu
mandiri/ dengan alat )
b. Penggunaan alat bantu untuk Tidak Tidak
aktifitas
c. Kesulitan pergerakan tubuh tidak Ada
6 System reproduksi : Menstruasi pertama 12 tahun, lama siklus 7-8 hari, keputihan
terkadang ada, dismenore ada dan biasanya terjadi pada hari pertama dan kedua
haid, permasalahan dalam hubungan seksual tidak ada masalah, operasi pada alat
reproduksi tidak pernah.
8. Aspek mental, intelektual, sosial, spiritual:
 Konsep diri:
Identitas diri:
Klien adalah seorang wanita dengan umur 22 th ini merupakan kehamilan
pertama. Klien sudah menikah ± 1 tahun
 Harga diri:
Dalam kesehariannya klien sering berkumpul dengan tetangganya dirumah,
klien juga aktif mengikuti kegiatan yang diadakan dikampungnya yaitu
seperti , ibadah perempuan , kerja bakti dll. Dalam berhubungan dengan
orang lain klien tidak pernah merasa minder atau malu.
 Intelektual (pengetahuan tentang penyakit yang diderita dan kesehatan secara
umum):
Menurut klien sehat itu mahal dan musti dijaga sehingga selama hamil klien
selalu rutin memeriksakan kehamilannya di dokter yang ada di Ambon .
Namun saat klien mengalami perdarahan saat hamil ini klien belum
mengetahui secara jelas dan bertanya- tanya mengenai sakit yang dideritanya
dan klien belum paham mengenai penyebab sakit yang dialaminya sekarang.,
Klien tampak bingung , Klien mengatakan takut kalau terjadi pendarahan
terus menerus bisa terjadi keguguran

III. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum: tingkat kesadaran CM status gizi tidak ada masalah, gizi tercukupi.
2. TTV:
1. S : 36,1 0C, 3. N : 80 x/mnt,
2. TD : 120 /80 mmHg, 4. P : 24 x/mnt.
3. Pemeriksaan head to toe:
a. Kepala :
 Bentuk kepala : mesosepal
 Kesimetrisan : simetris
 Trauma : tidak ada
 Wajah : simetris, tampak meringis kesakitan, pucat
 Paralisis : ada
 Pembengkakan wajah : tidak ada
 Keluhan :
b. Mata :
 kebersihan : Bersih
 refleks terhadap cahaya : Normal,
 konjuctiva : Pucat ,
 sclera : putih
c. Hidung : simetris, bersih, tidak ada sekret
d. Telinga
 bentuk : Simetris
 kebersihan : bersih
 fungsi pendengaran : Baik
e. Mulut dan tenggorokan:
 kemampuan bicara : baik
 kebersihan : Bersih
f. Leher:
 vena jugularis : tidak ada distensi vena jugularis
 tiroid : tidak pembengkakan kalenjar tiroid
g. Tengkuk:
 kaku kuduk : tidak ada.
h. Dada:
 inspeksi : simetris, retraksi dinding dada tidak ada
 palpasi : tidak ada masa atau nyeri tekan
 perkusi : perkusi paru sonor
 auskultasi : suara paru vesikuler, bunyi jantung S1,S2 irama
jantung reguler, gallop tidak ada.
i. Payudara:
 Bentuk : simetris, ukurannya mulai membesar,
 Kebersihan : bersih, aerola terjadi hiperpigmentasi
 ASI : belum kelua.
 kolostrum : belum keluar.
 konsistnsi/massa : tidak ada.
 putting : menonjol.
j. Abdomen:
 perut membesar, tidak ada pembesaran hati dan limpa,
k. Punggung : vertebrae lordosis.
l. Panggul : normal
m. Genetalia wanita :
 edema vulva : ada,
 varises : ada,
 keputihan : tidak ada.
 kebersihan : kurang bersih karena keluar darah bergumpal
 Condiloma : tidak ada.
 pembesaran kelenjar Bartolini : tidak ada.
n. Anus dan rectum:
 pembesaran vena, tidak ada.
 haemoroid tidak ada.
 massa tidak ada.
o. Ekstremitas atas dan bawah:
 kelengkapan anggota gerak : lengkap
 edema bagian kedua kaki, : tidak
 tonus otot : normal,
 varises : tidak ada.
 refleks : baik
 turgor kulit : baik
 data lain-lain : terpasang infus RL 20 tpm di tangan kanan pasien
3. Pemeriksaan khusus obstetrik:
Pemeriksaan DJJ : ± 142

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


No Hari / tangal / Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal
tahuan
1 30 juni 2015 Haemoglobin 10,2 gr/dL 11-16
Hematokrit 20,7 % 36,0-40,0
MCV 35,9 fL 80-99
MCH 26,9 pg 26-32
MCHC 32,5 gr/dL 32,0-36,0
leukosit 2,8 4-10

V. TERAPI / pengobatan
Hari/tgl/bln/thn Teraphy yg diberikan Dosis Rute
01 juni 2015 IVFD RL 20 tpm IV
Histolan 3 x1 Oral
Dexsametason 2x1 mg IM
Sohobion 1 x 1 amp Drip
Bedres total
KLASIFIKASI DATA
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
1. mengalami perdarahan sejak tanggal 19 1. Terpasang infus di tangan kanan dengan
Juni 2015 mulai jam 15 : 00 WIB. cairan RL 20 tpm
2. usia kehamilannya saat ini baru berusia 28 2. Lemas,
minggu. 3. pucat,
3. Menurut klien, perdarahan pertama yang 4. wajah meringgis kesaakitan
keluar bentuknya bergumpal. 5. rambut kotor
4. saat ini perdarahan yang keluar sudah agak 6. Kuku panjang
berkurang dari pd hari pertama kali 7. Wajah tampak Kusam kurang bersih
perdarahan 8. Tidak mandi dan Cuma lap badan
5. terkadang merasa cemas dengan kondisi 9. Nyeri tekan diabdomen
janin yang ada dalam rahimnya bila sering 10. Gelisah
terjadi perdarahan. 11. lebih sering diam.
6. Sakit perut 12. lebih sering melamun.
7. Tidak mandi dan Cuma lap badan 13. nampak bertanya – tanya tentang
8. Lemas perdarahan yang dialaminya
9. Klien mengatakan takut kalau terjadi 14. Hasil USG : tampak kepala belum masuk
pendarahan terus menerus dan terjadi pintu atas panggul gestase 31 minggu
keguguran ketuban cukup TBJ 1500 g jenis
10. kurang mengetahui tentang kelainan kelamanin permepuan
kehamilan yang dialaminya. 15. Hb 10,2 gr/dL
11. ingin mengetahui lebih banyak mengenai 16. Leokosit 2800
kelainan dalam kehamilannya saat ini. 17. Konjungtiva klien pucat
18. Suhu 36,1 0C, nadi 80 x/mnt,
TD 120/80 mmHg, RR 24 X/mnt
ANALISA DATA

Nama klien : Ny L
Ruang : Ruang Obstetri
Tgl/jam Data ETIOLOGI MASALAH

Rabu DS: Hipovolemia Ketidakeektifan perfusi


01, juli Pasien mengatakan : karena jaringan
2015 a. mengatakan mengalami kehilangan
Jam perdarahan sejak darah
08.00 tanggal 1 Juni 2009 (perdarahan).
WIT mulai jam 01.30 WIB.
b. usia kehamilannya saat
ini baru 28 minggu.
c. Menurut klien,
perdarahan pertama
yang keluar bentuknya
bergumpal.
d. saat ini perdarahan
yang keluar sudah agak
berkurang dari pada
kemarin.
DO:
1. Hasil USG : tampak kepala
belum masuk pintu atas
panggul gestase 31 minggu
ketuban cukup TBJ 1500 g
jenis kelamanin permepuan
2. Hb 10,2 gr/dL
3. Ht 20,7 %
4. Konjungtiva klien pucat
5. Td : 120 / 80 mmhg , suhu :
36,1 cc, Nd : 80 x/Menit RR :
24 x/menit
Rabu DS:
01, juli 1. Klien mengatakan terkadang
2015 merasa cemas dengan kondisi janin Perubahan ansietas
Jam yang ada dalam rahimnya bila dalam status
09.00 sering terjadi perdarahan. kesehatan
2. Klien mengatakan takut kalu
mengalami keguguran.
3.
DO:
1. Klien gelisah dan leb ih sering
diam.
Klien lebih sering melamun.

Rabu Ds : pasien mengatakan : Agens cidera Nyeri akut


01, juli biologis
2015 1. Sakit perut
Jam Do : pasien Nampak
10.00 1. meringgis kesaakitan
2. Gelisah
3. Nyeri tekan diabdomen

Rabu Ds : pasien mengatakan : Nyeri Defisit perawatan diri


01, juli 1. Tidak mandi dan Cuma lap badan mandi
2015 2. Lemas
Jam Do : pasien Nampak
12.00 1. Kusam kurang bersih
2. Tidak mandi dan Cuma lap badan
3. Rambut kotor dan kusam
4. Kuku panjang
5. Kurang rapi
Rabu, 1 DS: Keterbatasan Kurang pengetahuan
Juli 1. Klien mengatakan kurang informasi
2015 mengetahui tentang kelainan mengenai
Jam kehamilan yang dialaminya. informasi
14.00 2. Klien mengatakan ingin plasenta prefia
WIT mengetahui lebih banyak mengenai
kelainan dalam kehamilannya saat
ini.
DO:
Klien bingung ketika di tanya
mengenai penyebab kelainan dalam
kehamilannya saat ini.

Prioritas diagnosis keperawatan:


1. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolumia
2. ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
4. Defisit perawatan diri mandi berhubungan dengan nyeri
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi mengenai plasenta
previa.
INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
Ketidakefektifan Setelah di lakukan 1. Pantau TTV setiap 2 jam 1. Penurunan frekuensi
perfusi jaringan tindakan keperawatan 3 X jamtung dan tekanan
berhubungan 24 jam pasien dapat darah dapt
dengan mempertahankan stabilitas mengindikasikan
hipovolemia hemodinamik dengan hivopolemia
kriteria hasil: 2. Kaji tingkat perdarahan 2. Menantisipasi
1. TTV dalam batas setiap 15 sampai 30 terjadinya syok
normal menit
2. Kadar 3. Berikan cairan atau darah 3. Cairan dapt mengganti
haemoglobin, sel sesuai program untuk volume darah yang
darah putih dan pasien hilang akibat
pemeriksaan perdarahan
koagulasi tetap 4. Lakukan tindakan untuk 4. Kondisi yang hangat
dalam parameter membantu membantu
normal meningkatakan perfusi pasodilatassi yang
3. Pasien dapat pasien denagan cara meningkatakan perfusi
mempertahankan mempertahankan agar jaringan
keseimbangan pasien tetap hangat tetapi
cairan jamgan terlalu panas

Ansietas b/d Setelah di lakukan 1. Dengarkan dengan 1. Untuk mendiskusikan


perubahan dalam tindakan selama 1x24 jam penuh perhatian,kaji alas an-alasan
status kesehatan di harapkan pasien tidak pengetahuan munculnya ansietas
cemas dengan mengenai situasi yang sehingga dapat
penyakjitnya dengan di alaminya dan beri membantu pasien
kriteriua hasil : dorongan kepada mengidentifikasi
1. Pasien melaporkan pasien perilaku kecemasan
perasaan ansietas
dan 2. Berikan penjelasan 2. Untuk menghindari
mengidentifikasi yang benar kepada terlalu banyak
penyebab- pasien tentang informasi
penyebabnya plasenta previa
2. Pasien
menggambarkan
aktifitas yang 3. Ajarkan kepada 3. Untuk memperbaiki
menurunkan pasien teknik keseimbangan fisik dan
perilaku relaksasi psikologis
kecemasan
3. Pasien ikut terlibat 4. Bila memungkinkan 4. Membangun
dalam percakapan libatkan pasien dan kepercayaan diri pasien
dan aktifitas anggota keluarga dan menimbulkan rasa
bersama keluarga dalam mengambil percaya
serta pemberi keputusan tenytang
asuhan perawatan
keperawatan.
Nyeri akut b.d Setelah melakukan 1. Kaji jenis dan tingkat 1. Mengetahui dan
agens biologis tindakan keperawatan nyeri pasien, kaji factor memantau perkembangan
selama 1x24 jam nyeri yang dapat mengurangi nyeri
berkurang dengan kriteria nyeri
hasil : 2. Minta pasien untuk 2. Untuk memfasilitasi
1. Pasien menjelaskan menggunakan sebuah pengkajian yang di
karakteristik nyeri skala 1-10 untuk lakukan tentang tingkat
2. Pasien menilai nyeri menjelaskan tingkat nyeri
dengan menggunakan nyerinya
skala 1-10
3. Pasien mencoba 3. Berikan obat yang di
3. Untuk menentukan
metode anjurkan untuk
keefektifan obat
nonfarmakologis mengurangi nyeri, pantau
untuk mengurangi reaksi terhadap obat
nyerI sekitar30-40 menit
4. Pasien setelah pemberian obat
mengungkapkan
4. Menurunkan ketegangan
perasaan nyaman 4. Bantu pasien untuk
atau spasme otot
berkurangnya nyeri mendapatkan posisi yang
nyaman dan gunakan
bantal untuk menyokong
daerah yang sakit

5. Meminimalkan atau
5. Pada saat tingkat nyeri
mengurangi nyeri
tidak terlalu kentara,
gunakan teknik
nonfarmakologis
penguranagan nyeri

Deficit perawatan Setelah melakukan 1. Observasi tingkat 1. Melalui tindakan ini


diri mandii tindakan keperawatan fungsional pasien perawat dapat
berhubungan selama 1x24 jam pasien setiap pergantian menentukan tindakan
dengan nyeri tugas jaga yang sesuai untuk
dapat meningkatakan
memenuhi kebutuhan
kebersihan diri dengan pasien
kriteria hasil : 2. Dorong pasien untuk 2. Untuk membantu pasien
1. Kebutuhan mengungkapakan mencapai tingkat tinggi
perawatn dirim perasaan dan keluhan sesuai kemampunnya
pasien terpenuhi mengenai deficit
2. Pasien dapat perawatan diri
meningkatkan 3. Pantau pencapaian 3. Untuk Mengetahui
perawatan diri mandi dan hygiene tingkat kemampuan
3. Pasien dapat setiap hari pasien
mengungkapakan 4. Bantu sebagian atau
perasaan nyaman sepenuhnya saat 4. Meningkatkan perasaan
mandi atau hygiene mandiri
setiap hari
5. Ajarkan tindakan 5. Untuk meningkatkan
nonfarmakologids perawatan diri pasien
untuk mengurangi
nyeri

Kurang Setelah melakukan 1. Berikan penilaian


pengetahuan b.d tindakan keperawatan tentang tingkat
keterbatasan selama 1x24 jam pasien pengetahuan pasien
informasi tentang proses
dapat mengetahui tentang
mengenai plasenta penyakit yang spesifik 1. Untuk menambah
previa dengan kriteria hasil : 2. Jelaskan patofisiologi wawasan dan
1. Pasien dapat dari poenyakit dan pengetahuan pasien
mendemonstrasika bagaiman hal ini mengenai penyakit
n secara ferbal berhubungan dengan yang di derita.
tentang penyakit, anatomi dan fisiologi,
kondisi,prognosis dengan cara yang 2. Untuk melakukan
dan program tepat tindakan pengurangan
pengobatan 3. Gambarkan tanda dan gejala yang di derita
2. Pasien dan gejala yang biasa
keluarga mampu muncul pada penyakit 3. Terapi dan penangan
melaksanakan dengan cara yang yang tepat dapat
prosedur yang di tepat. membantu mengurangi
jelaskan secara 4. Diskusikan pilihan penyakit yang di derita.
benar. terapi atau
penanganan.
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien : Ny L
Ruang : Obstetri
NO NO IMPLEMENTASI EVALUASI EVALUASI EVALUASI
DX
1 1. Memantau TTV setiap Kamis,2 juli 2015 Jumat, 3 juli 2015 Sabtu, 4 juli 2015
2 jam S: S: S:
a. Pasien 1. Pasien a. Pasien mengatakan darah
2. mengKaji tingkat mengatakan mengatakan yang keluar mulai
perdarahan setiap 15 semalam darah darah yang keluar berkurang
sampai 30 menit yang keluar lebih mulai berkurang b. Pasien mengtakan 1 kali
banyak dari hari 2. Pasien ganti pembalut
3. memberikan cairan sebelumnya mengtakan 1 kali O:
sesuai program untuk b. Pasien ganti pembalut 1. . Hasil USG : tampaka
pasien mengtakan 3 kali O: kepala belum masuk pintu
ganti pembalut 1 DJJ : 142x/ atas panggul gestase 31
4. melakukan tindakan O: menit minggu ketuban cukup
untuk membantu 
1. DJJ : 142x/ menit TBJ 1500 g jenis
meningkatakan perfusi 2. Hb 10,2 gr/dL 1. kelamanin permepuan
pasien 3. Ht 20,7 % 2. Hb 10,2 gr/dL 2. Hb 10,2 gr/dL
4. Konjungtiva 3. Ht 20,7 % 3. Ht 20,7 %
klien pucat 4. Konjungtiva klien 4. Konjungtiva klien pucat
5. Td : 120 / 80 pucat 5. Td : 120 / 80 mmhg ,
mmhg , suhu : 5. Td : 120 / 80 suhu : 36,1 cc, Nd : 80
36,1 cc, Nd : 80 mmhg , suhu : 36,1 x/Menit RR : 24 x/menit
x/Menit RR : 24 cc, Nd : 80 x/Menit A : Masalah belum teratasi
x/menit RR : 24 x/menit P : Pertahankan intervensi (
A : Masalah belum A : Masalah belum 1,2,3,4,5,dan 6 )
teratasi teratasi
P : Pertahankan P : Pertahankan
intervensi ( intervensi (
1,2,3,4,5,dan 6 ) 1,2,3,4,5,dan 6 )

1.
II 2. mendengarkan Kamis, 2 juli 2015 Jumat,3 juli 2015 Sabtu, 4 juli 2015
dengan penuh
perhatian,kaji S: S: S:
pengetahuan 1 Klien 1. Klien 1. Klien mengatakan
mengenai situasi mengatakan mengatakan terkadang masih
yang di alaminya merasa cemas terkadang merasa cemas dengan
I dan beri dorongan dengan kondisi masih merasa kondisi janin yang
kepada pasien janin yang ada cemas dengan ada dalam rahimnya
dalam rahimnya kondisi janin bila sering terjadi
3. memberikan bila sering yang ada perdarahan.
penjelasan yang terjadi dalam 2. Klien mengatakan
benar kepada pasien perdarahan. rahimnya bila masih takut kalu
tentang informasi 2 Klien sering terjadi mengalami
mengenai plasenta mengatakan perdarahan. keguguran.
previa takut kalau 2. Klien 3. Klien mengatakan
mengalami mengatakan dapat
4. mengajarkan keguguran. masih takut mendemonstrasikan
kepada pasien 3 Klien kalu teknik relaksasi
teknik relaksasi mengatakan mengalami secara mandiri
dapat keguguran. O:
5. Bila memungkinkan mendemonstrasi 3. Klien 4. Klien sudah tidak
libatkan pasien dan kan teknik mengatakan terlalu gelisah dan
anggota keluarga relaksasi secara dapat masih sering diam.
dalam mengambil mandiri mendemonstr 5. Klien masih sering
keputusan tentang O: asikan teknik melamun.
perawatan 1. Klien masih relaksasi A : masalh belum teratasi
gelisah dan lebih secara P : pertahankan intervensi
sering diam. mandiri (1,2,3,dan 4 )
2. Klien lebih O:
sering melamun. 1. Klien masih
A : masalh belum gelisah dan
teratasi lebih sering
P : pertahankan diam.
intervensi 2. Klien lebih
(1,2,3,dan 4 ) sering
melamun.
A : masalh belum
teratasi
P : pertahankan
intervensi
(1,2,3,dan 4 )
III 1. mengkaji jenis dan Kamis, 2 juli 2015 Jumat, 3 juli 2015 Sabtu,4 juli 2015
tingkat nyeri pasien, S : Pasien
kaji factor yang mengatakan S : Pasien S : Pasien mengatakan nyeri
nyeri perut mengatakan perut mulai berkurang
dapat mengurangi
O: nyeri perut O:
nyeri 1. Adanya nyeri mulai berkurang 1. Adanya nyeri tekan
tekan pada O: pada abdomen
2. Meminta pasien abdomen 1. Adanya nyeri kuadran bawah
untuk menggunakan kuadran bawah tekan pada 2. Skalah nyeri ringan
sebuah skala 1-10 2. Skalah nyeri abdomen (3)
untuk menjelaskan sedang ( 6 ) kuadran 3. Memberikan obat
3. Memberikan bawah Dexametason
tingkat nyerinya
obat histolan 2. Skalah nyeri
1 Amp/IM ringan ( 3 ) A : Masalah belum teratasi
3. memberikan obat A : Masalah belum 3. Memberikan P : Pertahankan intervensi (
yang di anjurkan teratasi obat 1,2,3,4,5, dan 6 )
untuk mengurangi P : Pertahankan Dexametason
nyeri, pantau reaksi intervensi (
terhadap obat 1,2,3,4,5, dan 6 A : Masalah belum
) teratasi
sekitar30-40 menit
P : Pertahankan
setelah pemberian intervensi (
obat 1,2,3,4,5, dan 6 )

4. memantu pasien
untuk mendapatkan
posisi yang nyaman
dan gunakan bantal
untuk menyokong
daerah yang sakit

5. Pada saat tingkat


nyeri tidak terlalu
kentara, gunakan
teknik
nonfarmakologis
penguranagan nyeri

IV 1. mengobservasi Kamis, 2 juli 2015 Jumat, 3 juli 2015 Sabtu,4 juli 2015
tingkat fungsional
pasien setiap S : : pasien S : : pasien S : : pasien mengatakan
pergantian tugas mengatakan : mengatakan 1. Hanya bisa lap
jaga 1. Tidak mandi 1. Tidak mandi badan karna masih
dan Cuma dan Cuma lap lemas
lap badan badan O : pasien Nampak
2. mendorong pasien 2. Lemas 2. Lemas 1. Cukup rapi
untuk O : pasien Nampak O : pasien Nampak 2. Rambut sudah di
mengungkapakan 1. Kusam 1. Kusam kurang ikat tetapi belum
perasaan dan kurang bersih keramas
keluhan mengenai bersih 2. Tidak mandi 3. Kuku pendek
deficit perawatan 2. Tidak mandi dan Cuma lap A : Masalah belum teratasi
diri dan Cuma badan P : pertahankan intervensi (
3. memantau lap badan 3. Rambut kotor 1,2,3,4, dan 5 )
pencapaian mandi 3. Rambut dan kusam
dan hygiene setiap kotor dan 4. Kuku panjang
hari kusam namun bersih
4. membantu sebagian 4. Kuku 5. Kurang rapi
atau sepenuhnya panjang A : Masalah belum
saat mandi atau 5. Kurang rapi teratasi
hygiene setiap hari A : Masalah belum P : pertahankan
5. mengajarkan teratasi intervensi (
tindakan P : pertahankan 1,2,3,4, dan 5 )
nonfarmakologids intervensi (
untuk mengurangi 1,2,3,4, dan
nyeri 5)

V 1. memberikan Kamis, 2 juli 2015 Jumat,3 juli 2015 Sabtu,4 juli 2015
penilaian tentang
tingkat pengetahuan S : Klien S : Klien Intervensi dihentikan
pasien tentang mengatakan mengatakan dapat
proses penyakit dapat mengetahui
yang spesifik mengetahui tentang kelainan
2. menjelaskan tentang kelainan kehamilan yang
patofisiologi dari kehamilan yang dialaminya.
poenyakit dan dialaminya. O : Klien mampu
bagaiman hal ini O : Klien masih menjawab
berhubungan bingung ketika mengenai
dengan anatomi dan di tanya penyebab
fisiologi, dengan mengenai kelainan dalam
cara yang tepat penyebab kehamilannya saat
3. menggambarkan kelainan dalam ini.
tanda dan gejala kehamilannya A :Masalah teratasi
yang biasa muncul saat ini. P : intervensi
pada penyakit A :Masalah belum dihentikan
dengan cara yang teratasi
tepat. P : Pertahankan
4. mendiskusikan intervensi (
pilihan terapi atau 1,2,3, dan 4 )
penanganan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Perdarahan yang salah satunya disebabkan oleh plasenta previa, dapat menyebabkan
kesakitan atau kematian baik pada ibu maupun pada janinnya. Faktor resiko yang juga
penting dalam terjadinya plasenta previa adalah kehamilan setelah menjalani seksio
sebelumnya ,kejadian plasenta previa meningkat 1% pada kehamilan dengan riwayat
seksio. Kematian ibu disebabkan karena perdarahan uterus atau karena DIC
(Disseminated Intravascular Coagulopathy). Sedangkan morbiditas/ kesakitan ibu dapat
disebabkan karena komplikasi tindakan seksio sesarea seperti infeksi saluran kencing,
pneumonia post operatif dan meskipun jarang dapat terjadi embolisasi cairan amnion
(Hanafiah, 2004).

Terhadap janin, plasenta previa meningkatkan insiden kelainan kongenital dan


pertumbuhan janin terganggu sehingga bayi yang dilahirkan memiliki berat yang kurang
dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu yang tidak menderita plasenta previa.
Risiko kematian neonatal juga meningkat pada bayi dengan plasenta previa (Hanafiah,
2004).

B. Saran

1. Bagi Mahasiswa

Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam


memberikan pelayanan keperawatan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.

2. Bagi petugas Kesehatan

Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan


khususnya dalam bidang keperawatan sehingga dapat memaksimalkan kita untuk
memberikan health education dalam perawatan luka perineum untuk mencegah
infeks
DAFTAR PUSTAKA

1. Arif Mansjoer, 2001, Kapita Selekta Kedokteran , edisi ketiga . Media Aesculapius FKUI .
Jakarta
2. Marilynn E. Doenges & Mary Frances Moorhouse, 2001, Rencana Perawatan
Maternal/Bayi, edisi kedua. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.
3. Murah Manoe dkk, 1999, Pedoman Diagnosis Dan Terapi Obstetri Dan Ginekologi. Bagian
/SMF obstetri dan ginekologi FK Unhas . Ujung Pandang.
4. Sandra M. Nettina, 2001, Pedoman Praktik Keperawatan. Penerbit buku kedokteran EGC.
Jakarta.
5. Sarwono, 1997, Ilmu Kebidanan. Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
6. Nuraif A. Huda,2015, Aplikasi Asuhan Keperwatan Berdasaraknan Diagnosis NANDA
dan NIC-NOC, jilid 1, penerbit Mediaction, Jogjakarta
7. Taylor M Cynthia, 2010, Diagnosis Keperawatan Dengan Rencana Asuhan, edisi 10,
Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.
8. Saifuddin A Bari, 2006, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal, edisi ke-1, cetakan ke-4, Penerbit Yayasan Bina Putaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta.
9. Taber Ben-Zion, Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri Dan Ginnekologi, Edisi Ke -2,
Jakarta: EGC 1994

Anda mungkin juga menyukai