Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH LAYANAN JEMPUT BOLA DAN FREE CHARGE BULANAN

TERHADAP PENINGKATAN JUMLAH NASABAH BARU:

(STUDI KASUS DI BMT UGT-SIDOGIRI CABANG PAMEKASAN)

PROPOSAL

Ditulis Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Pengajuan Skripsi

Oleh:

APRILLIA ANNISA FAJRI

931301815

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

KEDIRI

2019

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Baitul Maal wat Tamwil merupakan lembaga keuangan mikro berbasis syariah
yang sejak awal pendiriannya dirancang sebagai lembaga ekonomi. Dapat dikatakan
bahwa BMT merupakan suatu lembaga ekonomi rakyat, yang secara konsepsi dan secara
nyata memang lebih fokus kepada masyarakat bawah. BMT berupaya membantu
pengembangan usaha mikro dan usaha kecil, terutama melalui bantuan permodalan untuk
kelancaran usaha nasabah atau dalam lembaga keuangan syariah biasa disebut
pembiayaan (financing).Selain itu, BMT juga melakukan kegiatan penghimpunan dana
yang diutamakan berasal dari masyarakat lokal di sekitarnya. Dalam artian, BMT pada
prinsipnya berupaya mengorganisasi usaha saling tolong menolong antar warga
masyarakat suatu wilayah dalam masalah ekonomi.

Karena fokus BMT berasal dari dan untuk masyarakat lokal, maka tidak
mengherankan jika kantor-kantor pelayanan BMT terdapat di hampir semua pasar
tradisional maupun di desa-desa. Tak hanya di pasar, melainkan juga di berbagai masjid,
pesantren, atau sentra-sentra produksi rakyat, dengan mudah ditemukan keberadaan
kantor BMT.

Fakta BMT yang paling menonjol adalah keberhasilan dalam usaha penyaluran
dana berupa pembiayaan yang diberikan kepada anggota atau nasabah. BMT mampu
menjangkau pihak-pihak yang tidak mempunyai akses kepada pembiayaan yang berasal
dari perbankan (unbankable). Sebagai contoh, pembiayaan yang hanya bernilai ratusan
ribu rupiah, dapat dilayani secara profesional oleh BMT. Sekalipun nominalnya kecil,
pembiayaan tersebut terbukti sangat membantu para anggota atau nasabah untuk
mengembangkan usahanya. Setidaknya, BMT membantu mereka untuk dapat
mempertahankan penghasilan dari usahanya. Pembiayaan yang diberikan dalam konteks
kebutuhan konsumsi pun terbukti mampu melindungi para anggota dari jeratan rentenir.1

1
Awalil Rizky, BMT Fakta dan Prospek Baitul Maal wat Tamwil,(Yogyakarta: UCY Press, 2007), hal. 7.

2
Menurut wawancara sementara kepada pimpinan dan pihak BMT-UGT
SIDOGIRI CABANG PAMEKASAN mengenai faktor apa yang paling dominan
terhadap peningkatan jumlah nasabah baru di lembaga keuangan tersebut. Diketahui
bahwasannya dalam teori minat nasabah ada banyak faktor yang mempengaruhi hal
tersebut, di antaranya bisa berupa proporsi bagi hasil yang kompetitif, setoran awal
ringan, proses cepat dan mudah, biaya yang ringan, serta bisa juga karena faktor kualitas
layanan yang ditawarkan. Menurut observasi sementara yang peneliti dapatkan adalah
bahwasannya nasabah mendaftarkan diri menjadi anggota atau nasabah baru di BMT
UGT-SIDOGIRI CABANG PAMEKASAN dikarenakan faktor layanan jemput bola
yang diberikan, sehingga mereka tidak perlu mendatangi kantor BMT untuk menyetor
atau mengambil uang mereka setiap saat. Hal tersebut menjadi daya tarik nasabah karena
mereka bisa menghemat waktu dan tenaga mereka yang mayoritas adalah pedagang di
pasar, di mana aktivitas mereka dimulai dari pagi hingga siang hari bahkan sore hari, di
mana jam operasional BMT maupun lembaga keuangan lainnya berjalan pada jam
tersebut.

Selain karena faktor layanan jemput bola, menurut wawancara sementara yang
peneliti dapatkan mengenai faktor yang paling dominan terhadap peningkatan jumlah
nasabah baru di BMT UGT-SIDOGIRI CABANG PAMEKASAN adalah karena adanya
keuntungan berupa gratis biaya administrasi (free charge) bulanan pada produk
Tabungan Umum Syariah. Di mana produk tersebut wajib dimiliki oleh anggota BMT
UGT-SIDOGIRI sebagai rekening umum, apapun jenis produk yang diambil oleh
anggotanya. Sehingga ini menjadi daya tarik untuk memperoleh nasabah baru bagi
lembaga BMT yang bersangkutan.

Sebagai lembaga keuangan yang belum lama lahir, BMT membutuhkan promosi
dan sosialisasi secara lebih optimal di masyarakat. Keaktifan pengelola dalam
memasarkan produknya dengan demikian merupakan komponen terpenting di antara
komponen-komponen penting lainnya yang akan menentukan tingkat keberhasilan
lembaga. Salah satu cara efektif yang dapat dilakukan untuk mencapai target-target
pemasaran produk BMT di awal operasional adalah dengan melakukan pendekatan
‘jemput bola’, pendekatan dilakukan dengan cara petugas langsung mendatangi calon

3
nasabah di rumah atau di tempat-tempat mereka menjalankan usahanya. Pendekatan
demikian merupakan langkah awal yang akan memungkinkan petugas leluasa
memberikan penjelasan mengenai konsep-konsep keuangan syariah serta sistem dan
prosedur yang berlaku dalam operasional BMT, sekaligus solusi bagi mereka yang
memiliki tingkat kesibukan tinggi, sehingga tidak memiliki cukup waktu untuk dapat
berkunjung langsung ke BMT.

Pada saat melakukan jemput bola di situ pula BMT-UGT Sidogiri juga
mensosialisasikan atau secara tidak langsung menjadi salah satu langkah promosi bagi
lembaga tersebut. Jemput bola menjadi faktor dalam strategi efisiensi bagi nasabah dalam
melunasi kewajiban angsuran pembiayaannya. Pada saat pihak BMT-UGT Sidogiri
melakukan jemput bola, mereka tidak hanya melakukan transaksi (menarik angsuran),
akan tetapi sekaligus memberikan personal selling yang tidak ada di lembaga keuangan
syariah non bank lainnya. Personal selling adalah interaksi antar pribadi dan secara tatap
muka untuk mencapai tujuan yang saling bertukar pikiran dalam hal usaha yang dijalani
oleh nasabah.

Dari perspektif syariah, jemput bola dapat pula dipahami sebagai upaya BMT
mengembangkan tradisi silaturahim. Dari sini kemudian terbinalah persaudaraan yang
baik antara BMT dengan nasabah dan antara muslim satu dengan muslim lainnya
(ukhuwwah Islamiyyah). Jika keadaan ini benar-benar terwujud, BMT akan lebih cepat
dikenal dan diakui masyarakat muslim secara luas.

Kendati demikian, pendekatan jemput bola oleh pengelola BMT tidak perlu
dilakukan secara berlebihan karena dapat bersifat counter produktif serta mengurangi
tingkat efisiensi lembaga dalam menjalankan usaha, apalagi bila keadaannya sudah
sedemikian maju dengan tingkat kesibukan yang semakin kompleks. Pendekatan jemput
bola dapat saja dipertahankan namun harus secara proporsional dan dengan perhitungan-
perhitungan yang wajar. Satu kalimat sederhana yang mesti diperhatikan adalah, jangan

4
sampai muncul kesan di masyarakat bahwa BMT itu miskin sehingga petugasnya setiap
hari harus mondar-mandir mencari dana di masyarakat.2

Selain itu terdapat faktor lain, yakni faktor biaya. Faktor biaya menjadi vital
karena hal ini berkaitan dengan keuntungan dan kerugian sebuah kegiatan usaha. Salah
satu jenis biaya adalah biaya administrasi, dimana biaya yang berhubungan dan terjadi
dengan fungsi administrasi suatu badan usaha. Di dalam biaya administrasi ini meliputi
biaya manajemen perusahaan keseluruhan, yakni direktur, staff, bagian umum dan
personalia, bagian humas dan hukum, bagian keuangan, bagian akuntansi dan sebagainya.
Biaya administrasi digunakan untuk mendukung operasional lembaga keuangan baik
mikro maupun makro, bertujuan untuk meningkatkan laba dari tahun ke tahun. Apabila
lembaga keuangan telah mampu meningkatkan laba, maka lembaga tersebut dapat dikatakan
sebagai manajemen yang sukses. Biaya administrasi yang tergolong sedang, kemungkinan
nasabah tidak akan merasa keberatan dan nasabah juga bisa mempersepsikan bahwasannya
lembaga tersebut bernilai positif. Namun jika biaya administrasi tergolong tinggi
kemungkinan nasabah akan merasa keberatan dan nasabah juga bisa mempersepsikan
bahwasannya lembaga tersebut bernilai negatif. Oleh karenanya minat masyarakat untuk
menjadi nasabah baru di suatu lembaga keuangan bisa saja berasal dari perhitungan biaya
yang dibebankan kepadanya.
Beberapa lembaga keuangan ingin menarik minat masyarakat untuk menjadi
nasabahnya dengan menurunkan biaya yang dibebankan kepada nasabah, hal tersebut
dimungkinkan laba lembaga keuangan tersebutakan menurun. Namun untuk menghindari
hal seperti itu, maka lembaga keuangan yang memang berbasis bisnis tidak harus
menurunkan biaya melainkan dengan meningkatkan pelayanannya. Misalnya dengan
meningkatkan proses pelayanan yang cepat dan mudah agar nasabah merasa nyaman dan
nasabah merasa puas.
Biaya administrasi menjadi salah satu acuan bagi produsen ataupun lembaga
keuangan, karena tinggi rendahnya biaya administrasi yang harus dikeluarkan oleh
nasabah untuk membeli produk akan berdampak terhadap proses berjalannya produksi.

2
Makhalul Ilmi SM, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, (Yogyakarta: UII Press, 2002), hal. 61-
62.

5
Biaya administrasi yang rendah atau ringan secara tidak langsung mampu menarik minat
nasabah untuk pembelian suatu produk.3
Dalam beberapa waktu terakhir BMT memperlihatkan kecenderungan penurunan
“biaya”, yang harus dibayar oleh nasabah penabung ataupun nasabah peminjam. Jika di
perbankan baik konvensional maupun syariah menerapkan biaya administrasi bulanan
untuk produk simpanan atau tabungan, di beberapa BMT justru membebaskan nasabah
dari biaya administrasi bulanan. Hal ini disebabkan adanya persaingan yang sehat antar
BMT dengan BMT, maupun BMT dengan perbankan, serta makin efisiennya cara kerja
BMT.
Mengenai biaya pinjaman, masih banyak masyarakat yang beranggapan bahwa
meminjam di BMT biayanya justru lebih mahal dibanding jika meminjam di perbankan
atau lembaga keuangan konvensional. Meskipun BMT tidak memakai sistem bunga
dalam semua jenis transaksinya, tetapi pada akhirnya secara riil tetap bisa dibandingkan
atau disetarakan dalam perhitungannya. Namun, perbandingan yang dilihat hanya dari
nominal persen biaya pemakaian dana BMT dengan bunga pinjaman di bank umum jelas
tidak tepat. Karena, nominal kredit atau pembiayaan di bank umum ataupun BPR
biasanya hanya melayani kredit atau pembiayaan yang cukup besar nilainya dibanding
dengan pembiayaan yang disediakan oleh BMT yang lebih sering melayani transaksi
pembiayaan di bawah satu juta rupiah. Meskipun secara resmi tidak ada aturan yang
mensyaratkan nominal pinjaman di bank umum dan BPR harus sedemikian, namun pada
praktiknya hampir tidak ada permohonan kredit di bawah 5 juta rupiah yang dilayani.
Pertimbangan tersebut diperkirakan karena hasil bunga dari nominal pinjaman yang kecil
adalah rendah, padahal biaya operasional yang dikeluarkan relatif sama jika dapat
melayani nominal pinjaman yang jauh lebih besar.4
Kemudahan dalam hal biaya di BMT lainnya adalah kesulitan banyak usaha kecil
untuk menyisihkan dana angsuran pengembalian pinjaman jika dilakukan pembayaran
per bulan dengan nominal yang setara jika dilakukan setiap hari. Sebagai contoh Rp.
300.000 per bulan lebih memberatkan bagi mereka jika dibanding Rp. 10.000 per hari.

3
Umi Masta Andini, “Pengaruh Biaya Administrasi, Bonus Lebaran, dan Layanan Jemput Bola terhadap Minat
Nasabah Memilih Produk Si Fitri pada BMT Harapan Ummat Sidoarjo”, (Skripsi, UIN Sunan Ampel, Surabaya,
2018), hal. 2-3.
4
Awalil Rizky, BMT Fakta dan Prospek Baitul Maal wat Tamwil, hal. 186-187.

6
Dengan berkembangnya BMT di hampir semua wilayah operasionalnya, mampu
menyingkirkan keberadaan para rentenir dengan cara yang sangat rasional, yaitu dengan
kemudahan yang setara namun dengan biaya yang jauh lebih rendah. Padahal jeratan
rentenir menjadi permasalahan ekonomi yang telah lekat menjadi faktor penyebab
kemiskinan banyak rakyat Indonesia, tanpa adanya solusi yang efektif.

Dari pemaparan latar belakang permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk


melakukan penelitian terkait dengan layanan jemput bola dan pembebasan biaya
administrasi bulanan untuk kemudian dicari pengaruhnya terhadap pertambahan jumlah
nasabah baru di BMT UGT-SIDOGIRI CABANG PAMEKASAN. Dengan mengambil
judul penelitian “PENGARUH LAYANAN JEMPUT BOLA DAN FREE CHARGE
BULANAN TERHADAP PENINGKATAN JUMLAH NASABAH BARU: STUDI
KASUS DI BMT UGT-SIDOGIRI CABANG PAMEKASAN”.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh layanan jemput bola terhadap peningkatan jumlah nasabah baru
pada BMT-UGT Sidogiri Cabang Pamekasan?
2. Bagaimana pengaruh free charge bulanan terhadap peningkatan jumlah nasabah baru
pada BMT-UGT Sidogiri Cabang Pamekasan?
3. Manakah yang memberikan kontribusi dominan dari komponen layanan jemput bola
atau free charge bulanan terhadap peningkatan jumlah nasabah baru pada BMT-UGT
Sidogiri Cabang Pamekasan?

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui pengaruh layanan jemput bola terhadap peningkatan jumlah
nasabah baru pada BMT-UGT Sidogiri Cabang Pamekasan.
2. Untuk mengetahui pengaruh free charge bulanan terhadap peningkatan jumlah
nasabah baru pada BMT-UGT Sidogiri Cabang Pamekasan.

7
3. Untuk menganalisis komponen/variabel manakah yang mampu memberikan kontribusi
dominan antara layanan jemput bola atau free charge bulanan terhadap peningkatan
jumlah nasabah baru pada BMT-UGT Sidogiri Cabang Pamekasan.

D. TELAAH PUSTAKA
Penelitian yang dilakukan ini berjudul“Pengaruh Layanan Jemput Bola dan
Free Service Charge Bulanan Terhadap Jumlah Nasabah Baru: Studi Kasus di BMT
UGT-SIDOGIRI Cabang Demak Surabaya”.Penelitian ini tentu tidak lepas dari
berbagai penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai pandangan dan juga referensi.
Pertama, Penelitian yang dilakukan oleh Hendri Triandini yang berjudul
“Pengaruh Layanan Jemput Bola Produk Funding Terhadap DPK dan Jumlah
Nasabah: Studi pada BPRS Arthakarimah Irsyadi”. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pengaruh layanan jemput bola produk funding terhadap DPK serta jumlah
nasabah.Layanan jemput bola dianggap sebagai sesuatu yang unggul dari BPRS Irsyadi
pada 2010, karena BUS belum mengenal sistem ini. Namun ternyata setelah diadakan
pengujian lebih terperinci menggunakan uji hipotesis dan uji regresi dummy variable,
peningkatan DPK dan jumlah nasabah yang signifikan tersebut, bukan disebabkan oleh
layanan jemput bola secara independen tetapi faktor lain, yaitu margin dan KPMM.
Namun, meskipun layanan jemput bola belum berpengaruh secara independen, besar
kemungkinan untuk layanan jemput bola menjadi berpengaruh terhadap kenaikan DPK
dan jumlah nasabah secara independen, bila sistemnya lebih ditingkatkan kualitasnya,
baik dari faktor internal maupun eksternal.
Kedua, Penelitian yang dilakukan oleh Umi Masta Andini yang berjudul
“Pengaruh Biaya Administrasi, Bonus Lebaran, dan Layanan Jemput Bola Terhadap
Minat Nasabah Memilih Produk Si Fitri pada BMT Harapan Ummat
Sidoarjo”Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan serta menyelidiki adanya
hubungan antara variabel-variabel biaya adminitrasi, bonus lebaran, dan layanan jemput
bola terhadap minat nasabah dalam memilih produk Si Fitri pada BMT Harapan Ummat
Sidoarjo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatifdengan
jenis penelitian asosiatif. Dalam penelitian ini ingin diketahui apakah variabel bebas yaitu
biaya administrasi, bonus lebaran, dan layanan jemput bola mempengaruhi variabel

8
terikat yaitu minat nasabah memilih produk Si Fitri pada BMT Harapan Ummat
Sidoarjo.Uji pengaruh dalam penelitian menggunakan uji asumsi klasik, regresi linier
berganda, dan uji hipotesis. Hasil uji pengaruh biaya administrasi, bonus lebaran, dan
layanan jemput bola terhadap minat nasabah memilih produk Si Fitri pada BMT Harapan
Ummat Sidoarjo menunjukkan bahwa secara parsial dan secara simultan, hasil uji
variabel bebas biaya administrasi, bonus lebaran, dan layanan jemput bola berpengaruh
signifikan terhadap variabel terikat minat nasabah.

E. LANDASAN TEORI
BMT UGT Sidogiri Kantor Cabang Pamekasan merupakan salah satu lembaga
keuangan yang dalam menjalankan kegiatan usahanya selalu mengutamakan kepuasan
nasabah diantaranya memberikan pelayanan terbaik (prima) kepada para nasabahnya.
Sistem layanan jemput bola merupakan bentuk pelayanan prima yang diterapkan
BMT UGT Sidogiri. Sistem pelayanan jemput bola dijalankan berkebalikan dengan
sistem konvensional. Pada umumnya nasabah harus menuju lembaga keuangan untuk
mendapatkan jasa, atau pelayanan. Akan tetapi dengan sistem pelayanan jemput bola
pihak lembaga melalui petugas lapangan yang akan menghampiri, melayani, dan
menawarkan jasa keuangan kepada nasabah secara langsung. Keuntungan dari sistem ini
adalah nasabah akan semakin dimudahkan mendapatkan pelayanan, informasi, dan
penawaran terkait produk dan kebutuhan yang mereka butuhkan.

Freecharge adalah bebas biaya dimana di beberapa BMT justru membebaskan


nasabah dari biaya administrasi bulanan. Hal ini disebabkan adanya persaingan yang
sehat antar BMT dengan BMT, maupun BMT dengan perbankan, serta makin efisiennya
cara kerja BMT. Kemudahan dalam hal biaya di BMT lainnya adalah kesulitan banyak
usaha kecil untuk menyisihkan dana angsuran pengembalian pinjaman jika dilakukan
pembayaran per bulan dengan nominal yang setara jika dilakukan setiap hari. Sebagai
contoh Rp. 300.000 per bulan lebih memberatkan bagi mereka jika dibanding Rp. 10.000
per hari.

9
DAFTAR PUSTAKA

Rizky Awalil.BMT Fakta dan Prospek Baitul Maal wat Tamwil.Yogyakarta: UCY Press, 2007.

SM Ilmi Makhalul.Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah.Yogyakarta: UII Press,
2002.

Andini Masta Umi.“Pengaruh Biaya Administrasi, Bonus Lebaran, dan Layanan Jemput Bola
terhadap Minat Nasabah Memilih Produk Si Fitri pada BMT Harapan Ummat
Sidoarjo”.Skripsi, UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2018.

Rizky Awalil.BMT Fakta dan Prospek Baitul Maal wat Tamwil

10

Anda mungkin juga menyukai