Disusun oleh :
Sanah (201613500182)
2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah Metode Pembelajaran Matematika tentang Model Pembelajaran Realistic
Mathematics Education ini dapat tersusun hingga selesai.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan kami, kami yakin masih banyak kekurangan
dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR………………………………………………………... ii
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 27
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Untuk mengatasi masalah tersebut maka akan dilakukan penelitian untuk
meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematic
Education (RME) dalam pembelajaran matematika.
B. Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang yang telah dikemukakan maka beberapa masalah
yang dapat penulis rumuskan dan akan di bahas dalam makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran Realistic Mathematics
Education / Pendidikan Matematika dalam Konsep dan Realitas ?
2. Apa saja karakteristik pembelajaran Realistic Mathematics Education ?
3. Apa saja prinsip-prinsip pembelajaran Realistic Mathematics Education ?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan pembelajaran Realistic Mathematics
Education?
5. Adakah peluang dan tantangan bagi model pembelajaran Realistic
Mathematics Education ?
6. Apa saja langkah yang harus ditempuh untuk menerapkan model
pembelajaran Realistic Mathematics Education?
7. Bagaimana hubungan antara Pendekatan Realistik dengan hasil belajar dan
kemampuan pemecahan masalah?
C. Manfaat
Manfaat dari Metode Pembelajaran Matematika yang berbasis realistik adalah
meningkatkan hasil belajar siswa selama proses belajar matematika melalui
pendekatan Realistic Mathematics Education sehingga siswa dapat memperoleh
pengalaman secara langsung dan lebih memahami konsep – konsep dalam belajar
matematika dengan menerapkan kedalam situasi dunia nyata, sehingga belajar
matematika lebih bermakna.
2
D. Tujuan
Tujuan dari Metode Pembelajaran Matematika yang berbasis realistik adalah
untuk mengetahui apakah melalui pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME) ini dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa .
3
BAB II
ISI
4
matematika sebagai kegiatan dan bukan sistem tertutup. Jadi fokus pembelajaran
matematika harus pada kegiatan bermatematika atau “matematisasi”
(Freudental,1968).
5
matematika horizontal. Pendekatan mekanis dan empiris tidak banyak diajarkan di
lingkungan sekolah.
Pendekatan strukturalistik merupakan pendekatan yang menggunakan sistem
formal, misalnya pengajaran penjumlahan cara panjang yang perlu didahului
dengan nilai tempat, sehingga suatu konsep dicapai melalui matematisasi vertikal.
6
adanya koneksi dengan dunia nyata (real-world) tetapi lebih mengacu pada fokus
pendidikan matematika realistik dalam menempatkan penekanan penggunaan
suatu situasi yang bisa dibayangkan (imagineable) oleh siswa .
Teori pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) sejalan dengan teori
belajar yang berkembang saat ini, seperti kontruktivisme dan pembelajaran
kontekstual (Contextual Teaching Learning, disingkat CTL).Namun, baik
pendekatan kontruktivisme maupun CTL mewakili teori belajar secara umum.
Jadi, RME (Realistic Mathematic Education) merupakan teori pembelajaran yang
dikembangkan khusus untuk matematika .
2. Nyata (kontekstual)
Matematika realistis harus memungkinkan peserta didik dapat menerapkan
pemahaman matematika dan perkakas /alat matematikannya untuk memecahkan
masalah. Hanya dalam pemecahan masalah peserta didik dapat mengembangkan alat
matematis dan pemahaman matematis.
7
3. Bertahap
Belajar matematika artinya peserta didik harus melalui berbagai tahapan
pemahaman, yaitu dari kemampuan menemukan pemecahan informal yang
berhubungan dengan konteks, menuju penciptaan berbagai tahap hubungan langsung
dan pembuatan bagan.
5. Interaksi
Dalam matematika realistik belajar matematika dipandang sebagai kegiatan sosial.
Pendidikan harus dapat memberikan kesempatan bagi para peserta didik untuk saling
berbagi dan strategi dan penemuan mereka. Dengan mendengarkan apa yang
ditemukan orang lain dan mendiskusikan temuan ini, peserta didik mendapat ide
untuk memperbaiki strateginya.
6. Bimbingan
Pengajar maupun program pendidikan mempunyai peranan terpenting dalam
mengarahkan peserta didik untuk memperoleh pengetahuan. Mereka mengendalikan
proses pembelajaran yang lentur untuk menunjukkan apa yang harus dipelajari untuk
menghindarkan pemahaman semu melalui proses hafalan.
8
dimiliki siswa dapat dijadikan sebagai bagian materi belajar yang kontekstual
bagi siswa.
2. Use models, bridging by vertical instrument (menggunakan model),
artinya permasalahan atau ide dalam matematika dapat dinyatakan dalam
bentuk model, baik model dari situasi nyata maupun model yang mengarah ke
tingkat abstrak.
3. Students constribution (menggunakan kontribusi siswa), artinya
pemecahan masalah atau penemuan konsep didasarkan pada sumbangan
gagasan siswa.
4. Interactivity (interaktif), artinya aktivitas proses pembelajaran dibangun
oleh interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan
lingkungan dan sebagainya.
5. Intertwining (terintegrasi dengan topik pembelajaran lainnya), artinya
topik-topik yang berbeda dapat diintegrasikan sehingga dapat memunculkan
pemahaman tentang suatu konsep secara serentak.
1. Penggunaan Konteks
Konteks atau permasalahan realistik digunakan sebagai titik awal
pembelajaran.konteks tidak harus berupa masalah dunia nyata namun bisa
dalam bentuk penggunaan alat peraga atau situasi lain selama hal tersebut
bermakna dan bisa dibayangkan dalam pikiran siswa.
9
Melalui penggunaan konteks, siswa dilibatkan secara aktif untuk
melakukan kegiatan eksplorasi permasalahan.Hasil eksplorasi siswa tidak
hanya bertujuan untuk menemukan jawaban akhir dari permasalahan yang
diberikan, tetapi juga diarahkan untuk mengembangkan berbagai strategi
penyelesaian masalah yang bisa digunakan. Manfaat lain penggunaan konteks
diawal pembelajaran adalah untuk meningkatkan motivasi dan ketertarikan
siswa dalam belajar matematika.
4. Interaktivitas
10
Interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa
dengan sarana pendukung lainnya merupakan hal yang mendasar dalam
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME).Secara eksplisit bentuk-
bentuk interaksi yang berupa negosiasi, penjelasan, pembenaran, setuju, tidak
setuju, pertanyaan atau refleksi digunakan untuk mencapai bentuk formal dari
bentuk-bentuk informal siswa.
5. Keterkaitan (intertwinment)
Konsep-konsep matematika tidak bersifat parsial, namun banyak
konsep matematika yang memiliki keterkaitan karena matematika bukanlah
sekumpulan domain (Bilangan, Geometri, Aljabar, Statistik, dan sebagainya)
yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu sistem yang terbentuk dari
hubungan antara domain tersebut. Oleh karena itu, konsep-konsep matematika
tidak dikenalkan kepada siswa secara terpisah satu sama lain.
11
dan rumus-rumus itu ditemukan. Prinsip ini mengacu pada pandangan
konstruktivisme, yang menyatakan bahwa pengetahuan tidak dapat ditransfer
atau diajarkan melalui pemberitahuan dari guru, melainkan dari siswa sendiri.
2. Didactical Phenomenology (fenomena pembelajaran)
Prinsip ini terkait dengan suatu gagasan fenomena pembelajaran, yang
menghendaki bahwa di dalam menentukan masalah konstektual untuk digunakan
dalam pembelajaran dengan pendekatan metode pembelajaran matematika
realistic di dasarkan atas dua alasan, yaitu: a) untuk mengungkap berbagai
macam aplikasi suatu topic yang harus diantisipasi dalam pembelajaran, b) untuk
dipertimbangkan pantas tidaknya masalah konstektual itu digunakan sebagai
poin-poin untuk suatu proses pematematikaan progresif. Dari penjabaran pada
pentingnya masalah konstektual untuk memperkenalkan topic-topik matematika
kepada siswa.
3. Self Development Models (model-model dibangun sendiri)
Menurut prinsip ini, model-model yang dibangun berfungsi sebagai suatu
jembatan pengetahuan informal dan formal dalam matematika. Dalam
pemecahan konstektual siswa diberi kebebasan untuk menemukan sendiri model
matematika terkait dengan masalah konteksual yang dipecahka. Sebagai
konsekuensinya sangat dimungkinkan muncul berbagai model matematika yang
dibangun siswa. Berbagai model tersebut pada mulanya mungkin masih mirip
dengan masalah konstekstualnya. Ini merupakan suatu langkah lanjutan dari
penemuan ulang dan sekaligus menunjukkan bahwa sifat bottom up (dari bawah
ke atas) mulai terjadi. Model-model tersebut diharapkan untuk mampu mengubah
kepada bentuk matematika yang formal.
12
Didominasi oleh masalah-masalah dalam konteks
Pengembangan model-model, situasi,skema, dan simbol-simbol.
Sumbangan dari para siswa, sehingga dapat membuat pelajaran menjadi
konstruktif dan produktif
Interaktif sebagai karakteristik dari proses pembelajaran matematika
Intertwining (membuat jalinan) antartopik-antartopik bahasan
13
b. Untuk Guru
1) Membantu Guru dalam pemahaman masalah
2) Guru dapat mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa terhadap konsep
masalah yang ada.
3) Guru dapat mengaitkan topik dengan masalah kehidupan sehari-hari.
4) Guru hanya sebagai fasilitator belajar dan mampu membangun pengajaran
yang interaktif.
5) Guru ditantang untuk mempelajari bahan.
6) Guru menjadi lebih kreatif membuat alat peraga.
14
E. Peluang dan Tantangan Pendekatan Realistic Mathematic
Education (RME)
1. Peluang Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
Model pembelajaran Realistic Mathematics Education diadaptasi
menjadi Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) yang cocok
digunakan untuk K13 maupun untuk menyelaraskan dengan paradigma baru
dunia pendidikan dewasa ini, tujuan pembelajaran bukan hanya untuk
merubah perilaku siswa, tetapi membentuk karakter dan sikap mental
profesional yang berorientasi pada global mindset. Fokus pembelajarannya
adalah pada ‘mempelajari cara belajar’ (learning how to learn) dan bukan
hanya semata pada mempelajari substansi mata pelajaran. Sedangkan
pendekatan, strategi dan metoda pembelajarannya adalah mengacu pada
konsep konstruktivisme yang mendorong dan menghargai usaha belajar
siswa.Dengan pembelajaran konstruktivisme memungkinkan terjadinya
pembelajaran berbasis masalah.
Model pembelajaran Realistic Mathematics Education memiliki
peluang besar bagi semua jenjang pendidikan mulai dari TK, SD, SMP, SMA
bahkan perguruan tinggi. Mengapa? Karena siswa membutuhkan tujuan,
manfaat dan pengaplikasian yang riil dari materi matematika yang Ia pelajari
dengan kehidupan sehari – hari.
15
F. Langkah – Langkah Pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME)
1. Pendahuluan
a) memulai pengajaran dengan mengajukan soal yang riil bagi siswa sesuai
dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya. Sehingga terlibat dalam
pembelajaran secara bermakna.
b) Permasalahan yang diberikan guru tentu harus diarahkan dengan tujuan yang
ingin di capai dalam pembelajaran tersebut.
2. Pengembangan
a) siswa mengembangkan model – model simbolik secara informal terhadap
persoalan atau masalah yang diajukan
b) pengajaran berlansung secara interaktif: siswa menjelaskan dan memberikan
alasan terhadap jawaban yang diberikannya, memahami jawaban temannya,
mengatakan ketidaksetujuan, mencari alternatif penyelesaian yang lain
16
3. Penutup / penerapan
a) Melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang di tempuh atau setiap hasil
penelitian.
Ibu membeli telur sebanyak 84 butir untuk membuat kue lebaran. Enam telur
akan dibungkus pada satu kantong plastik. Berapa banyak kantong plastik yang
dibutuhkan?
Siswa mulai bekerja dalam suatu group 3 atau 4 orang. Guru berjalan keliling
kelas bertanya seadanya tentang proses memecahkan masalah. Siswa senang sekali
akan proses belajar seperti ini. Setelah sekitar 10 menit, guru mengakhiri bagian
pelajaran ini.Siswa di minta untuk menunjukkan dan menjelaskan solusinya dalam
diskusi yang interaktif. Anak hanya menyalin sketsa yang ada di papan tulis
sebanyak yang ia butuhkan untuk mengantongi.
Siswa lain, ima, memulai dengan cara yang sama, tetapi setelah menggambar
dua sketsa kantong plastik, ia mengubah ke sketsa yang lebih representatif: segi
empat dengan angka 6. Setelah menggambar dua kantong plastik, dia sadar bahwa isi
dari lima kantong plastik sama dengan 30 butir telur. Jadi melalui 30 ke 60 dan 72
17
serta 78. Dan akhirnya ia menambahkan tiga telur pada kantong plastik yang
terakhir
Siswa ke tiga, Riza, mempunyai jawaban yang lebih jauh dalam matematisasi
masalah. Meskipun dia mulai dengan menggambar kantong plastik sebagai model,
namun ia segera menggunakan konsep perkalian yang ia baru pelajari pada pelajaran
yang lalu. Ia tulis 6 x 6 = 36 dan didobelkannya 36 ke 72 ditambahkannya 2 kantong
plastik tadi untuk mendapatkan kapasitas 84. Selesai.
Jika kita lihat ketiga macam solusi (dan tentunya banyak solusi lain) kita catat
adanya suatu perbedaan level ‘real’ matematika pada soal ‘real-world’ ini. Banyak
guru akan mendebat bahwa jawaban pertama tidak ada matematikanya sama sekali.
Tetapi visualisasi dan skematisasi (contoh informal matematika) adalah alat yang
sangat penting dan berguna dalam matematisasi. Solusi ketiga, terkaitnya antara
konsep perkalian dengan konsep baru yaitu pembagian, membuat matematika
lebih jelas.
18
2. Menjelaskan masalah kontekstual
Langkah ini ditempuh saat siswa mengalami kesulitan memahami masalah
kontekstual. Pada langkah ini guru memberikan bantuan dengan memberi
petunjuk dan pertanyaan seperlunya yang dapat mengarahkan siswa untuk
memahami masalah.
Karakteristik pembelajaran matematika realistik yang muncul pada langkah
ini adalah interaktivitas, yaitu terjadinya interaksi antara guru dengan siswa
maupun siswa dengan siswa. Sedangkan prinsip bimbingan setidaknya telah
muncul ketika guru mencoba memberi arahan kepada siswa dalam memahami
masalah.
19
dimilikinya dalam diskusi kelas. Pada tahap ini guru menunjuk atau memberikan
kesempatan kepada pasangan siswa untuk mengemukakan jawaban yang
dimilikinya ke muka kelas dan mendorong siswa yang lain untuk mencermati dan
menanggapi jawaban yang muncul dimuka kelas.
Karakteristik pembelajaran matematika realistik yang muncul pada tahap ini
adalah interaktivitas dan pemanfaatan hasil konstruksi siswa.Interaktivitas dapat
terjadi antara siswa dengan siswa juga antara guru dengan siswa.Dalam diskusi
ini konstruksi siswa berguna dalam pemecahan masalah.
5. Menyimpulkan
Dari hasil diskusi kelas guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan
mengenai pemecahan masalah, konsep, prosedur atau prinsip yang telah dibangun
bersama. Pada tahap ini karakteristik pembelajaran matematika realistik yang
muncul adalah interaktivitas serta pemanfaatan hasil konstruksi siswa.
Selain itu, guru dapat pula mengorganisir penyampaian materi dengan membuat Ice
Berg / Gunung Es. Ilustrasinya dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
20
Dalam pembelajaran materi pembagian, guru memberikan permasalahan konkrit
dalam konteks dunia nyata melalui ilustrasi dengan bantuan strawberry (bisa diganti
dengan permen atau barang lain apabila strawberry sulit dicari). Permasalahan konkrit
misalnya guru memiliki dua belas buah strawberry ingin di berikan kepada empat
siswa sama banyak, berapa banyak strawberry yang diterima setiap anak? Untuk
menyelesaikan, guru membawa dua belas strawberry kemudian memanggil empat
orang perwakilan siswa (pilihlah siswa yang pasif agar menimbulkan percaya diri
bagi siswa). Tugaskan siswa untuk membagi rata dua belas strawberry bagi mereka
berempat.
21
Dengan berbagai cara dua belas strawberry dibagi untuk mereka berempat dengan
hasil tiga buah strawberry bagi setiap anak. Setelah itu guru mulai membangun
pengetahuan siswa, dengan submateri pembagian merupakan pengurangan berulang,
yaitu :
22
suatu masalah biasanya dilakukan dengan mempelajari prinsip-prinsip kemudian
menerapkannya ke dalam pemecahan masalah tersebut.
Kemampuan pemecahan masalah dengan pendekatan realistik matematika perlu
diupayakan agar siswa mempunyai pengalaman menemukan kembali objek-objek
matematika dengan bimbingan guru. Dalam hal ini siswa mengidentifikasi masalah
realistik yang konstektual harus ditransfer ke dalam masalah bentuk matematika
untuk dipahami lebih lanjut melalui penskemaan, perumusan, pemvisualisasian, siswa
mencoba menemukan kesamaan dan hubungan masalah dan mentransfernya ke dalam
bentuk model matematika informal atau formal peranan guruadalah membantu
memberikan gambaran model-model matematika yang cocok untuk
mempresentasekan masalah tersebut.
Untuk memecahkan masalah-masalah matematika, kepada siswa harus diawali
dengan masalah konstektual, yaitu masalah realistik (dunia nyata), atau setidak-
tidaknya masalah yang dapat dikhayalkan atau dibayangkan sebagai sesuatu yang
nyata. Hal ini dengan mempertimbangkan dua aspek yaitu kecocokan penggunaan
konteks dalam pembelajaran, dan kecocokan dampak dalam proses penemuan
kembali model matematika dari masalah konstektual tersebut.
Selain itu diarahkan untuk menyelesaikan model matematika (informal atau
formal) dari masalah konstektual dengan menggunakan konsep, operasi, dan prinsip
matematika yang berlaku dan dipahami siswa secara benar untuk mendapatkan
jawaban yang benar pula. Pada akhirnya siswa merumuskan dan menggeneralisasikan
jawaban masalah dengan membandingkan jawaban dengan konteks dan kondisi
masalah. Dengan bantuan guru, siswa menunjukkan keterkaitan konsep, operasi, dan
prinsip matematika yang digunakan dan menggeneralisasikannya.
Jadi dalam memecahkan masalah dengan menggunakan pendekatan realistik,
siswa sendiri mengembangkan model-model pemecahan atau pemecahan masalah
konstektual. Model-model yang dikembangkan sendiri oleh siswa berfungsi
menjembatani jurang antara pengetahuan matematika informal dan pengetahuan
matematika formal dari siswa. Siswa mengembangkan model dari masalah
23
konstektual dengan menggunakan model matematika yang telah diketahuinya.
Dimulai dengan menyelesaikan masalah konstektual dari situasi nyata yang
siswa,sudah kenal, kemudian menemukan model dan masalah tersebut, dan
selanjutnya diikuti dengan menemukan model untuk masalah tersebut dan akhirnya
mendapatkan penyelesaian masalah dalam bentuk pcngetahuan matematika yang
formal.
2) Respon Siswa
Salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap keberhasilan proses
pembelajaran adalah siswa. Faktor diri siswa yang berpengaruh terhadap proses
pembelajaran tersebut antara lain adalah perhatian, bakat, minat, intelegensi dan
motivasi untuk belajar (Slamet, 2003: 55). Motivasi dipandang sebagai suatu proses
24
dalam diri siswa yang menyebabkan munculnya tingkah laku ke arah tujuan yang
diharapkan. Motivasi dibedakan atas motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi instrinsik adalah motivasi yang berasaI dari dalam diri siswa. Sedangkan
motivasi ekstrinsik berasal dari luar diri siswa.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran matematika, (Sahabuddin 1999:63)
mengemukakan bahwa apabila seorang siswa memiliki motivasi tinggi dalam belajar
matematika, maka ia akan mempelajari matematika dengan sungguh-sungguh
sehingga ia mempunyai pengertian yang lebih mendalam dan dengan mudah
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Sedangkan, siswa yang
motivasi belajarnya rendah akan menimbulkan kegagalan dalam belajamya.
Berdasarkan uarain di atas, maka dapat disimnpuJkan bahwa seorang siswa
yang mempunyai motivasi tinggi dalam belajar matematika akan memberikan respon
positif dan sebaliknya sisvra yang motivasi belajar rendah akan memberikan respon
negatif yang diwujudkan dalam sikap atau pendapat yang diberikan terhadap proses
pembelajaran yang sedang berlangsung.
b. Guru
Guru merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Guru
merupakan peIaksana pembelajaran rill kelas, sebab guru yang mampu mengelola
proses belajar akan mempengaruhi mutu pelajaran. Penguasaan materi dan cara
penyampaiannya merupakan syarat mutlak bagi seorang guru. Seorang guru yang
tidak menguasai materi matematika dengan baik, tidak mungkin ia dapat mengajar
matematika dengan baik. Demikian juga seorang guru yang tidak menguasai berbagai
cara penyampaian dapat menimbulkan kesulitan siswa dalarn memahami matematika
(Sardiman, 2000:87).
Dari uraian di atas, dalarn kegiatan pengembangan perangkat ini kondisi guru
adalah kemarnpuan guru dalam mengelola pembelajaran matematika realistik yang
meliputi pendahuluan, kegiatan inti, penutup.
25
BAB III
KESIMPULAN
26
DAFTAR PUSTAKA
http://rioishikwa.blogspot.com/2012/12/model-pembelajaran-realistic
http://www.babla.co.id
http://kbbi.web.id
http://chyrun.com/pendekatan-realistic-mathematic-education
27