Anda di halaman 1dari 15

A.

Konsep Dasar Plasenta Previa


1. DEFINISI
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim yaitu di atas dan dekat tulang cerviks dalam dan menutupi
sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Angka kejadian plasenta
previa adalah 0,4 – 0,6 % dari keseluruhan persalinan.

Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada


segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir.

Menurut Prawiroharjo, plasenta previa adalah plasenta yang ada


didepan jalan lahir (prae = di depan ; vias = jalan). Jadi yang dimaksud
plasenta previa ialah plasenta yang implantasinya tidak normal, rendah
sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum.

Menurut Cunningham, plasenta previa merupakan implantasi


plasenta di bagian bawah sehingga menutupi ostium uteri internum, serta
menimbulkan perdarahan saat pembentukan segmen bawah rahim.

2. EPIDEMIOLOGI
Plasenta previa dilaporkan bervariasi berdasarkan wilayah di dunia.
Di Amerika Serikat, plasenta previa dilaporkan ditemukan padan0,5% dari
seluruh kehamilan.
Di Indonesia secara nasional belum diketahui, namun dilaporkan
bahwa plasenta previa adalah penyebab 3% perdarahan dalam kehamilan
di Indonesia. Sebuah studi di lampung melaporkan adanya 3856 persalinan
sepanjang 2011 di RSUDAM provinsi lampung. Dari jumlah tersebut,
didapatkan 3% memiliki penyulit perdarahan antepartum akibat plasenta
previa.
3. ETIOLOGI
Penyebab pasti dari placenta previa belum diketahui sampai saat
ini. Tetapi berkurangnya vaskularisasi pada segmen bawah rahim karena
bekas luka operasi uterus, kehamilan molar, atau tumor yang
menyebabkan implantasi placenta jadi lebih rendah merupakan sebuah
teori tentang penyebab palcenta previa yang masuk akal.

Selain itu, kehamilan multiple / lebih dari satu yang memerlukan


permukaan yang lebih besar untuk implantasi placenta mungkin juga
menjadi salah satu penyebab terjadinya placenta previa. Dan juga
pembuluh darah yang sebelumnya mengalami perubahan yang mungkin
mengurangi suplai darah pada daerah itu, faktor predisposisi itu untuk
implantasi rendah pada kehamilan berikutnya.

4. PATOFISIOLOGI
Menurut Chalik (2002), pada usia kehamilan yang lanjut,
umumnya pada trisemester ketiga dan mungkin juga lebih awal, oleh
karena telah mulai terbentuknya segmen bawah rahim, tapak plasenta akan
mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak plasenta terbentuknya
dari jaringan maternal yaitu bagian desidua basalis yang tumbuh menjadi
bagian dari uri. Dengan melebarnya istmus uteri menjadi segmen bawah
rahim, maka plasenta yang berimplantasi disitu sedikit banyak akan
mengalami laserasi akibat pelepasan pada tapaknya. Demikian pula pada
waktu servik mendatar dan membuka ada bagian tapak plasenta yang
lepas.
Pada tempat laserasi itu akan terjadi perdarahan yang berasal dari
sirkulasi maternal yaitu ruang intervillus dari plasenta. Oleh sebab itu,
perdarahan pada plasenta previa betapapun pasti akan terjadi oleh karena
segmen bawah rahim senantiasa terbentuk Perdarahan antepartum akibat
plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat segmen bawah
uterus lebih banyak mengalami perubahan. Pelebaran segmen bawah
uterus dan servik menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya
plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari
plasenta. Perdarahan tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan
serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta
letak normal (Mansjoer, 2001).
5. WOC
- bekas luka operasi pada uterus
- kehamilan multiple
- kehamilan multipara
- tumor endometrium
- vaskularisasi fundus ↓

vaskularisasi desidua menururn

plasenta previa

totalis , partialis, marginalis, law lying

bertambahnya usia kehamilan (trimester ke 3)

uterus mengalami perubahan (semakin melebar dan servik mulai membuka)

terjadi pembentukkan segmen bawah rahim dan pembukaan ostium interna

plasenta menenpel di segmen bawah rahim/plasenta lepas dari dinding uterus

sinus uterus robek/rupture

perdarahan Risiko pertumbuhan


janin
Kehilangan cairan O2 kejaringan fetus terhambat/kematian
HbO2 dalam
dan darah menurun janin
darah menurun
Resti syok
Metabolisme anaerob
hipovolemik O2 kejaringan
menurun
Penumpukan asam laktat

Perubahan perpusi jaringan


utero plasenta Kelelahan

Intoleransi Aktivitas
6. GEJALA KLINIS

 Rasa tak sakit, perdarahan uteri, terutama pada trimester ketiga.


 Jarang terjadi pada episode pertama kejadian yang mengancam kehidupan
atau menyebabkan syok hipovolemik.
 Kira-kira 7% dari placenta previa tanpa gejala dan merupakan suatu
temuan yang kebetulan pada scan ultrasonik.
 Beberapa adalah jelmaan untuk pertama kali, saat uteri bawah merentang
dan tipis, saat sobek dan perdarahan terjadi di lokasi implantasi bawah.
 Placenta previa mungkin tidak menyebabkan perdarahan hingga kelahiran
mulai atau hinga terjadi dilatasi lengkap. Perdarahan awal terjadi dan
berlebih-lebih pada total previa. Perdarahan yang merah terang mungkin
terjadi secara intermitten, saat pancaran, atau lebih jarang, mungkin
jugaberlanjut. Ini mungkin berawal saat wanita sedang istirahat atau di
tengah-tengah aktifitas. Kebetulan kejadian ini tidak pernah terjadi kecuali
jika dilakukan pengkajian vaginal atau rektal memulai perdarahan dengan
kasar sebelum atau selama awal kehamilan.
 Sikap yang tak terpengaruh oleh placenta previa adalah rasa sakit.
Bagaimanapun jika perdarahan yang pertama bersamaan dengan serangan
kelahiran, wanita mungkin mengalami rasa tak nyaman karena kontraksi
uterus.
 Pada pengkajian perut, jika fetus terletak longitudinal, ketinggian fundus
biasanya lebih besar dari yang diharapkan untuk umur kehamilannya
karena placenta previa menghalangi turunnya bagian-bagian janin.
 Manuver leopod mungkin menampakkan fetus pada posisi miring atau
melintang karena abnormalitas lokasi implantasi placenta.
 Seperti kaidah, fetal distress atau kemayian janin terjadi hanya jika bagian
penting placenta previa terlepas dari desidua basilis atau jika ibu menderita
syok hipovolemik.

7. PEMERIKSAAN FISIK

a) Keadaan umum
1. Kesadaran : composmetis sampai dengan koma
2. Postur tubuh : biasanya gemuk
3. Cara berjalan : biasanya lambat dan tergesa-gesa
4. Raut wajah : biasanya pucat

b) Tanda-tanda vital
1. Tensi : normal sampai turun (syok)
2. Nadi : normal sampai meningkat (> 100x / menit)
3. Suhu : normal / meningkat (> 37,5˚ c)
4. RR : normal / meningkat (> 22x / menit)
c) Anamnesa plasenta previa
1. Terjadi perdarahan pada kehamilan sekitar 28 minggu.
2. Sift perdarahan :
a. Tanpa rasa sakit terjadi secara tiba-tiba
b. Tanpa sebab yang jelas
c. Dapat berulang
3. Perdarahan menimbulkan penyulit pada ibu atau janin dalam rahim
4. Pada inspeksi dijumpai
a. Perdarahan pervagina encer sampai menggumpal
b. Pada perdarahan yang banyak ibu tanpa anemis
d) Pemeriksaan fisik ibu
1. Dijumpai keadaan bervariasi dari keadaan normal sampai syok
2. Kesadaran penderita bervariasi dari kesadaran baik sampai koma.
3. Pada pemeriksaan dapat dijumpai :
a. Tekanan darah, nadi dan pernafasan dalam batas normal
b. Tekanan darah turun, nadi dan pernafasan meningkat
c. Tanpa anemis
e) Pemeriksaan khusus
1. Pemeriksaan palpasi abdomen
a) Janin belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai dengan umur
hamil.
b) Karena plasenta di segmen bahwa rahim, maka dapat dijumpai
kelainan letak janin dalam rahim dan bagian terendah masih
tinggi.
2. Pemeriksaan denyut jantung janin
1. Bervariasi dari normal sampai ke ujung asfiksia dan kematian
dalam rahim.
2. Pemeriksaan dalam dilakukan diatas meja operasi dan siap untuk
segera mengambil tindakan, Tujuan pemeriksaan dalam untuk :
a. Menegakkan diagnosa pasti
b. Mempersiapkan tindakan untuk melakukan operasi persalinan
atau hanya memecahkan ketuban.
Hasil pemeriksaan dalam teraba plasenta sekitar osteum, uteri, internum

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. USG : biometri janin, indeks cairan amnion, kelainan congenital, letak


dan derajat maturasi plasenta. Lokasi plasenta sangat penting karena hal
ini berkaitan dengan teknik operasi yang akan dilakukan.
2. Kardiotokografi (KTG) : Kardiotokografi dalam Persalinan adalah
suatu metoda elektronik untuk memantau kesejahteraan janin dalam
kehamilan dan atau dalam persalinan. Dilakukan pada kehamilan > 28
minggu.
3. Laboratorium : darah perifer lengkap. Bila akan dilakukan PDMO atau
operasi, perlu diperiksa faktor waktu pembekuan darah, waktu
perdarahan dan gula darah sewaktu. Pemeriksaan lainnya dilakukan atas
indikasi medis.
4. Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-
bagian tubuh janin.
5. Pengkajian vaginal
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya
ditunda jika memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih
baik sesuadah 34 minggu). Pemeriksaan ini disebut pula prosedur
susunan ganda (double setup procedure). Double setup adalah
pemeriksaan steril pada vagina yang dilakukan di ruang operasi dengan
kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara cesar.
6. Isotop Scanning
Atau lokasi penempatan placenta
7. Amniocentesis
Jika 35-36 minggu kehamilan tercapai, panduan ultrasound pada
amniocentesis untuk menaksir kematangan paru-paru (rasio lecithin /
spingomyelin [LS] atau kehadiran phosphatidygliserol) yang dijamin.
Kelahiran segera dengan operasi direkomendasikan jika paru-paru fetal
sudah mature.

9. KOMPLIKASI

Plasenta previa dapat menyebabkan resiko pada ibu dan janin. Menurut
Manuaba (2001), adapun komplikasi – komplikasi yang terjadi yaitu:

a. Komplikasi pada ibu, antara lain: perdarahan tambahan saat operasi


menembus plasenta dengan inersio di depan, infeksi karena anemia, robekan
implantasi plasenta di bagian belakang segmen bawah rahim, terjadinya
ruptura uteri karena susunan jaringan rapuh dan sulit diketahui.

b. Komplikasi pada janin, antara lain: prematuritas dengan morbiditas dan


mortalitas tinggi, mudah infeksi karena anemia disertai daya tahan rendah,
asfiksia intrauterine sampai dengan kematian.

Menurut Chalik (2002), ada tiga komplikasi yang bisa terjadi pada ibu dan
janin antara lain:

1. Terbentuknya segmen bawah rahim secara bertahap terjadilah pelepasan


tapak plasenta dari insersi sehingga terjadi lah perdarahan yang tidak dapat
dicegah berulang kali, penderita anemia dan syok.
2. Plasenta yang berimplantasi di segmen bawah rahim tipis sehingga dengan
mudah jaringan trpoblas infasi menerobos ke dalam miometrium bahkan
ke parametrium dan menjadi sebab dari kejadian placenta akreta dan
mungkin inkerta.

Servik dan segmen bawah raim yang rapuh dan kaya akan pembuluh darah
sangat potensial untuk robek disertai oleh perdarahan yang banyak
menyebabkan mortalitas ibu dan perinatal.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN

a. Pengumpulan data

Anamnesa

1. Identitas klien: Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan,
alamat, medicalrecord dll.
2. Keluhan utama : Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan setelah 28
minggu/trimester III.

 Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang


 Sebab perdarahan; placenta dan pembuluh darah yang robek; terbentuknya
SBR, terbukanya osteum/ manspulasi intravaginal/rectal.
 Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau kecilnya robekan
pembuluh darah dan placenta.

3. Inspeksi

 Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit.


 Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia.

4. Palpasi abdomen

 Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah.


 Sering dijumpai kesalahan letak
 Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya kepala
masih goyang/floating

b. Riwayat Kesehatan

Riwayat Obstetri

Memberikan imformasi yang penting mengenai kehamilan sebelumnyaagar


perawat dapat menentukan kemungkinan masalah pada kehamilansekarang.
Riwayat obstetri meliputi:

 Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH)


 Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi
 Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan penolong
persalinan
 Jenis anetesi dan kesulitan persalinan
 Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi, dan perdarahan.
 Komplikasi pada bayi
 Rencana menyusui bayi
Riwayat mensturasi

Riwayat yang lengkap di perlukan untuk menetukan taksiran persalinan(TP). TP


ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT). Untuk menentukan TP
berdasarkan HPHt dapat digunakan rumus naegle, yaitu hari ditambah tujuh,
bulan dikurangi tiga, tahun disesuaikan.

Riwayat Kontrasepsi

Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin, ibu, ataukeduanya.
Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didapatkan pada saat kunjungan pertama.
Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut pada kehamilan
yang tidak diketahui dapat berakibat buruk pada pembentukan organ seksual pada
janin.

Riwayat penyakit dan operasi:

Kondisi kronis seperti dibetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal bisa berefek
buruk pada kehamilan. Oleh karena itu, adanya riwayat infeksi, prosedur operasi,
dan trauma pada persalinan sebelumnya harus di dokumentasikan

c. Pemeriksaan fisik

Umum

Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil:

1. Rambut dan kulit

 Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea nigra.
 Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha.
 Laju pertumbuhan rambut berkurang.Wajah

2. Mata : pucat, anemis


3. Hidung
4. Gigi dan mulut
5. Leher
6. Buah dada / payudara

 Peningkatan pigmentasi areola putting susu


 Bertambahnya ukuran dan noduler

7. Jantung dan paru


 Volume darah meningkat
 Peningkatan frekuensi nadi
 Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembulu darah
pulmonal.
 Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.
 Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas.
 Diafragma meninggi
 Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.

8. Abdomen

 Menentukan letak janin


 Menentukan tinggi fundus uteri

9. Vagina

 Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan ( tanda


Chandwick)
 Hipertropi epithelium

10. System musculoskeletal

 Persendian tulang pinggul yang mengendur


 Gaya berjalan yang canggung
 Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan diastasis
rectal

Khusus

1. Tinggi fundus uteri


2. Posisi dan persentasi janin
3. Panggul dan janin lahir
4. Denyut jantung janin
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Syok hipovoliemik b.d kehilangan cairan dan darah akibat


perdarahan
2. Perubahan perpusi jaringan utero plasenta b.d kadar O2 ke jaringan
janin/fetus menurun
3. Intoleransi Aktivitas b.d kelelahan

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Dx Tujuan Intervensi Rasional
Kep
1 1 Umum : 1. Pantau tanda – 1. Membantu
Setelah dilakuka tanda vital, menentukan
tindakan penisian beratnya
keperawatan kapiler pada kehilangan darah,
selama ..x.. jam dasar kuku, meskipun sianosis
syok hipovolemik warna dan perubahan
teratasi. membran pada tekanan
mukosa/ kulit darah, nadi adalah
Khusus: dan suhu. tanda-tanda lanjut
Setelah dilakuka Ukur tekanan dari kehilangan
tindakan vena sentarl, sirkulasi atau
keperawatan bila ada. terjadinya syok.
selama ..x.. jam 2. Perkiraan
syok hipovolemik kehilangan darah
teratasi. 2. Evaluasi, membantu
laporkan, dan membedakan
Kriteria hasil: catat jumlah diagnosa, Setiap
 TTV dalam serta jumlah gram peningkatan
batas normal kehilangan berat pembalut
TD : 110- darah. sama dengan
120/70-90 Lakukan kehilangan kira-
N : 60- perhitungan kira 1 ml darah.
100x/menit pembalut 3. Menjamin
RR: 16- Timbang keadekuatan
22x/menit pembalut darah yang
Suhu : 36,3- pengalas. tersedia untuk
37,50C otak; peninggian
 Akral hangat 3. Posisikan panggul
 Kadar Hb dalam klien dengan menghindari
batas normal tepat, kompresi vena
(12-16g/dL). telentang kava. Posisi semi-
 Klien tidak dengan fowler
tampak pucat panggul memungkinkan
 Konjungtiva ditinggikan janin bertindak
tidak Anemis atau posisi sebagai tampon.
CRT : < 3 detik semi-fowler. 4. Dapat
Hindari posisi meningkatkan
trendelenburg. hemoragi,
khususnya bila
plasenta previa
4. Hindari marginal atau
pemeriksaan total terjadi.
rectal atau 5. Meningkatkan
vagina volume darah
sirkulasi dan
mengatasi gejala-
5. Berikan gejala syok.
larutan 6. Hemoragi
intravena, berhenti bila
ekspander plasenta diangkat
plasma, darah dan sinus-sinus
lengkap, atau vena tertutup.
sel-sel
kemasan,
sesuai
indikasi.
6. Siapkan untuk
kelahiran
sesaria.

2 2 Umum : 1. Perhatikan 1. Kejadian


Setelah dilakuka status perdarahan
tindakan fisiologis ibu potensial merusak
keperawatan dan janin, hasil kehamilan,
selama ..x.. jam status kemungkinan
tidak terjadi sirkulasi, dan menyebabkan
perubahan perpusi volume darah. hipovolemia atau
jaringan utero hipoksia
plasenta. uteroplasenta.
2. Auskultasi dan 2. Mengkaji
Khusus: laporkan DJJ , berlanjutnya
Setelah dilakuka catat hipoksia janin.
tindakan bradikardia Pada awalnya,
keperawatan atau janin berespon
selama ..x.. jam takikardia. pada penurunan
tidak terjadi Catat kadar oksigen
perubahan perpusi perubahan dengan takikardia
jaringan utero pada aktivitas dan peningkatan
plasenta. janin gerakan. Bila
(hipoaktivitas tetap defisit,
Kriteria hasil: atau bradikardia dan
 TTV dalam hiperaktivitas. penurunan
batas normal aktivitas terjadi.
TD : 110- 3. Menghilangkan
120/70-90 tekanan pada
N : 60- 3. Anjurkan tirah vena kava inferior
100x/menit baring pada dan
RR: 16- posisi miring meningkatkan
22x/menit kiri. sirkulasi
Suhu : 36,3- plasenta/janin dan
37,50C pertukaran
 Akral hangat 4. Berikan oksigen.
 Kadar Hb dlam suplemen 4. Meningkatkan
batas normal oksigen pada ketersediaan
(12-16g/dL). klien oksigen untuk
 Klien tidak ambilan janin.
tampak pucat 5. Ganti 5. Mempertahankan
 DJJ : 120- kehilangan volume sirkulasi
160x/menit darah/cairan yang adekuat
 Pergerakan bayi ibu. untuk transport
(+) oksigen.
 Kontraksi 6. Pembedahan
uterus (+) 6. Kolaborasi perlu bila terjadi
Tidak terjadi dengan dokter pelepasan
pembukaan ostium untuk plasenta yang
interna. persiapkan berat, atau bila
intervensi perdarahan
bedah dengan berlebihan ,
tepat. terjadi
penyimpangan
oksigen janin, dan
kelahiran vagina
tidak mungkin.
3 3 Umum : 1. Kaji ulang 1. Untuk
Setelah dilakukan keluhan klien. mengidentifikas
tindakan i masalah-
keperawatan 4x24 2. Kaji hal-hal masalah klien.
jam aktifitas yang mampu 2. Untuk
terpenuhi secara atau yang tidak mengetahui
mandiri. mampu tingkat
Khusus: dilakukan oleh ketergantungan
Setelah dilakukan klien. klien dalam
tindakan memenuhi
keperawatan selama 3. Bantu klien kebutuhannya.
1x24 jam aktifitas untuk 3. Pemberian
terpenuhi secara memenuhi bantuan sangat
bertahap, kebutuhan diperlukan oleh
aktivitasnya klien pada saat
Kriteria hasil: sehari-hari kondisinya
 Klien mampu sesuai tingkat lemah dan
melakukan keterbatasan perawat
aktivitas klien (membatu mempunyai
mandiri. kekamar tanggung jawab
 Kebutuhan mandi, dalam
aktivitas sehari- memberikan pemenuhan
hari terpenuhi makan). kebutuhan
 Klien tampak sehari-hari klien
segar tanpa
 Kekuatan otot 4. Letakkan mengalami
5/5 barang-barang ketergantungan
5/5 di tempat yang pada perawat.
mudah 4. Akan
terjangkau oleh membantu klien
klien. untuk
5. Kolaborasi memenuhi
dengan kebutuhannya
keluarga dalam sendiri tanpa
memenuhi bantuan orang
kebutuhan. lain.
5. Memudahkan
klien
pemenuhan
kebutuhan.
4. IMPLEMENTASI
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat

5.EVALUASI

Ini dibuat dengan melihat perkembangan pasien dan menggunakan


evaluasi somatif.

DAFTAR PUSTAKA

1. Chalik TMA. 2008. Perdarahan pada kehamilan lanjut dan persalinan.


Ilmu Kebidanan Edisi Keempat Cetakan Pertama. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
2. Manuaba, Ida bagus Gde, (2005). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan
dan Keluarga berencana unuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta.
3. Murah Manoe dkk, 1999, Pedoman Diagnosis Dan Terapi Obstetri Dan

Ginekologi. Bagian /SMF obstetri dan ginekologi FK Unhas . Ujung

Pandang.

4. Prawirohardjo Sarwono, 2008, ed. Keempat. Ilmu Kebidanan. Yayasan


Bina Pustaka: Jakarta.
5. Sandra M. Nettina, 2001, Pedoman Praktik Keperawatan. Penerbit buku
kedokteran EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai