Anda di halaman 1dari 20

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN OKTOBER 2014

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

DERMATITIS ATOPIK

Oleh :

A. Dewi Urlyana. S
10542 0208 10

Pembimbing :

dr. Helena Kendengan, Sp.KK

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014

1
BAB I

PENDAHULUAN

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon

terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan

klinis berupa efloresensi polimorfik (eritem, edema, papul, vesikel, skuama,

likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis.

Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen) misalnya bahan kimia (contoh

detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (contoh sinar dan suhu), mikroorganisme

(jamur, bakteri), dapat pula dari dalam misalnya dermatitis atopik.1

Dermatitis atopik adalah peradangan kulit yang melibatkan perangsangan

berlebihan limfosit T dan sel mast. Histamin dari sel mast menyebabkan rasa gatal

dan eritema. Gambaran klinis dari dermatitis atopok berupa bercak kemerahan

bersisik dengan batas tidak tegas terdapat pada wajah dan daerah lipatan.

Penggarukan menyebabkan rusaknya kulit, infeksi, penebalan kulit, dan likenifikasi.

Dermatitis atopik sering dijumpai pada bayi dan anak, tetapi dapat juga menetap

sampai dewasa.2,3

Banyak istilah yang dipakai sebagai sinonim DA yaitu ekzema atopik,

eczema konstitusional, eczema fleksural, neurodermitis diseminata, prurigo Besnier.

Prevalensi DA pada orang dewasa adalah sekitar 1% sampai 3% dengan rasio

perempuan : laki-laki secara keseluruhan dari 1.3 : 1.0. Dermatitis atopik cenderung

diturunkan. Lebih dari seperempat anak dari seorang ibu yang menderita atopi akan

mengalami DA. Pada masa kehidupan 3 bulan pertama. Bila salah satu orang tua

2
menderita atopi, lebih dari separuh jumlah anak akan mengalami gejala alergi sampai

2 tahun, dan meningkat sampai 79% bila kedua orang tua menderita atopi.1

Dermatitis subakut ditandai dengan eritematosa, eksoriasi, skala papula. Dermatitis

Atopik kronis ditandai oleh plak menebal, penebalan kulit (likenifikasi), dan fibrosis

papula (prurigo nodularis).1

3
BAB II

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

Nama : Yulita Taugi

Umur : 33 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Taborong

Agama : Islam

Pekerjaan : IRT

Status Perkawinan : Sudah menikah

Tanggal masuk rumah sakit : 02 Oktober 2014

Anamnesis : Autoanamnesis

Keluhan utama : Gatal pada lengan, lipatan siku, dan lipatan lutut.

Anamnesis Terpimpin : Hal tersebut dialami sejak ±2 bulan yang lalu.

Awalnya muncul papul eritem yang gatal pada lengan, lipatan siku yang hanya

sedikit namun bertambah banyak dan menyebar ke lipatan lutut. Gatal yang

dirasakan bersifat terus-menerus dan memberat pada malam hari. Sebelumnya

pasien sudah pernah berobat di puskesmas dan diberi obat topikal yaitu

hidrokortison, betamethason, dan juga obat oral yaitu CTM dan amoxilin tetapi

4
pasien tidak merasakan ada perubahan. Riwayat alergi pada pasien disangkal,

riwayat keluarga dengan keluhan yang sama (-), riwayat penyakit kulit sebelumnya (-

), riwayat pengobatan (+).

C. Status Presens

Keadaan Umum :Sakit ringan

Kesadaran : Composmentis

Gizi : Cukup

Hygiene : Baik

D. Status Dermatology-Venerology

Lokasi : Lengan, lipatan siku, lipatan lutut kiri dan kanan

Distribusi : Bilateral dan simetris

Ukuran : Lentikular

Efloresensi : Papul eritem, ekskoriasi, skuama

E. Pemeriksaan Laboratorium : -

F. Resume

Seorang wanita berusia 33 tahun dating ke poliklinik kulit dan kelamin

RSUD Syekh Yusuf dengan keluhan gatal pada daerah lengan, lipatan siku, dan

lipatan lutut. Hal tersebut dialami sejak ±2 bulan yang lalu. Awalnya muncul

papul eritem yang gatal pada lengan, lipatan siku yang hanya sedikit namun

5
bertambah banyak dan menyebar ke lipatan lutut. Gatal yang dirasakan bersifat

terus-menerus dan memberat pada malam hari. Sebelumnya pasien sudah pernah

berobat di puskesmas dan diberi obat topikal yaitu hidrokortison, betamethason,

dan juga obat oral yaitu CTM dan amoxilin tetapi pasien tidak merasakan ada

perubahan. Riwayat alergi pada pasien disangkal, riwayat keluarga dengan

keluhan yang sama (-), riwayat penyakit kulit sebelumnya (-), riwayat pengobatan

(+).

G.Diagnosis

Dermatitis Atopik

H. Diskusi

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik maka didiagnosis sebagai

Dermatitis Atopik. Dermatitis Atopik ialah keadaan peradangan kulit kronis dan

residif, disertai gatal, yang umumnya sering terjadi pada masa bayi dan anak-

anak, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat

atopi pada keluarga atau penderita. Kelainan kulit berupa papulgatal, yang

kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya di lipatan

(fleksural).1

Diagnosis DA didasarkan pada gambaran klinis sesuai kriteria Hanifin dan

Rajka.Diagnosis DA harus mempunyai tiga kriteria mayor dan tiga kriteria

minor.1

6
Kriteria mayor

 Pruritus

 Dermatitis dimuka atau ekstensor pada bayi dan anak kecil

 Likenifikasi di fleksura pada anak besar

 Dermatitis kronis atau residif

 Riwayat atopi pada penderita atau keluarganya serta riwayat asma dan

rhinitis alergi

Kriteria minor

 Xerosis

 Lipatan infraorbital dennie- morgan

 Infeksi kulit ( khususnya oleh S.aureus dan virus herpes simpleks)

 Facial pallor

 Pitriasis alba

 Iktiosis/hiperliniar palamris/ keratosis pilaris

 White dermographism dan delayed blanch response

 Konjungtivitis berulang

 Keratokonus

 Katarak subkapsular anterior

 Peningkatan serum IgE

 Immediate skin test reactivity

Gejala utama DA adalah pruritus, dapat hilang timbul sepanjang hari, tetapi

umumnya lebih hebat pada sore dan malam hari. Akibatnya penderita akan

menggaruk sehingga muncul bermacam-macam kelainan kulit berupa papul,

7
likenifikasi, eritema, erosi, ekskoriasi, eksudasi, dan krusta.1 Dermatitis subakut

ditandai dengan eritematosa, eksoriasi, skalp papul. Dermatitis Atopik kronis

ditandai oleh plak menebal, penebalan kulit (likenifikasi), dan fibrosis papula

(prurigo nodularis).4

Dermatitis Atopik dapat dibagai menjadi 3 fase, yaitu DA infantile (terjadi

pada usia 2 bulan sampai 2 tahun), DA anak (2 sampai 10 tahun), dan DA pada

remaja dan dewasa.1

Pasien pada kasus diatas digolongkan dalam fase DA pada remaja dan

dewasa. Lesi kulit DA pada bentuk ini dapat berupa plak popular-eritematosa dan

berskuama, atau plak likenifikasi yang gatal. Pada DA remaja lokalisasi lesi

dilipat siku, lipat lutut, dan samping leher, dahi dan sekitar mata. Pada DA dewasa

distribusi lesi kurang karakteristik, sering mengenai tangan dan pergelangan

tangan dapat pula ditemukan setempat, misalnya di bibir, vulva, puting susu, atau

scalp namun letaknya simetris. Kadang erosi meluas dan paling parah di daerah

lipatan, mengalami likenifikasi dengan sedikit skuama, dan sering terjadi eksoriasi

dan eksudasi karena garukan. Lambat laun terjadi hiperpigmentasi. Lesi sangat

gatal terutama pada malam hari waktu istirahat. Pada orang dewasa sering

mengeluh penyakitnya kambuh ketika mengalami stress.1

Pada umumnya DA remaja atau dewasa berlangsung lama, kemudian

cenderung menurun dan membalik (sembuh) setelah usia 30 tahun, jarang sampai

usia pertahan, hanya sebagian kecil terus berlangsung sampai tua. Kulit penderita

DA yang sembuh mudah gatal dan cepat meradang bila terpajan oleh bahan iritan

eksogen.1

8
Gambar 1. Tampak papul eritem berskuama halus pada lengan dan lipatan siku

Gambar 2. Tampak papul eritem berskuama halus pada lipatan lutut

9
Gambar 3. Tampak likenifikasi akibat garukan pada tangan sebelah kanan

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan DA yaitu

pemeriksaan histopatologik. Lesi akut atau awal ditandai dengan spongiosis,

eksositosis, limfosit T, jumlah SL meningkat. Lesi kronis DA menunjukkan

hyperkeratosis dan akantosis. Dermis berserbukan sel radang, terutama makrofag dan

eosinofil. Eosinofil melepaskan major basic protein dan eosinofil cationic protein

kedalam kulit dan sirkulasi.1

10
I. Differential Diagnose

 Dermatitis Seboroik

Dermatitis seboroik pada wajah

Dermatitis seboroik berhubungan erat dengan keaktivan glandula sebasea.

Insidensnya mencapai puncaknya pada umur 18-40 tahun,kadang-kadang

pada umur tua. Dermatitis seboroik menyerang kulit kepala, wajah, daerah

presternal, punggung bagian atas, dan daerah-daerah lipatan. Pada kulit

kepala yang terkena,bisa ditemukan adanya pembentukan skuama yang luas

dan gatal dengan dasar yang eritematosa. Pada wajah didapatkan eritema

berskuama pada lipatan nasolabial, dahi, alis mata dan daerah janggut. Lesi di

daerah dada sering kali berbatas jelas. Serangan di daerah lipatan

menimbulkan eritema yang sedikit basah dan berminyak.6

 Dermatitis Kontak

Dermatitis kontak adalah peradangan kulit yang akut atau kronik akibat

terpajan iritan (dermatitis iritan) atau alergen (dermatitis alergik). Dermatitis

11
kontak alergi timbul akibat terjadinya reaksi hipersensitivitas tipe lambat

terhadap suatu alergen eksternal. Dermatitis kontak iritan disebabkan oleh

bahan yang bersifat iritan seperti bahan pelarut, deterjen, dan produk-produk

minyak bumi. Lokasi dermatitis di kulit sesuai dengan tempat pajanan. Kedua

jenis dermatitis memberikan gambaran akut berupa papul-papul terlokalisasi,

eritema (kemerahan), dan vesikel basah di daerah kontak. Vesikel pecah dan

membentuk krusta. Pruritus mungkin sangat hebat.1,2,6

 Dermatitis Numularis

Dermatitis numularis ditandai oleh lesi yang berbentuk koin atau agak

lonjong, berbatas tegas dengan efloresensi berupa papulovesikel, biasanya

mudah pecah sehingga basah, gatal pada permukaan ekstensor, tangan dan

kaki Tempat predileksi di tungkai bawah, badan, lengan termasuk punggung

tangan..1,3

 Skabies

Skabies disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei. Pasien mengeluh gatal,

yang secrara khas terasa sekali pada waktu malam hari. Terdapat dua tipe

utama lesi kulit pada skabies; terowongan dan ruam skabies. Terowongan

terutama ditemukan pada tangan dan kaki bagian samping jari tangan dan jari

kaki, sela-sela jari, pergelangan tangan dan punggung kaki. Ruam skabies

berupa erupsi papula kecil yang meradang terutama terdapat di sekitar aksila,

12
umbilicus dan paha. Skabies dapat menyerang manusia secara

berkelompok.1,6

Terowongan dan Ruam skabies

J. Terapi

Terapi yang diberikan berupa terapi topikal dan sistemik.

a. Terapi Topikal

1) Hidrasi Kulit

Kulit penderita DA kering dan fungsi sawarnya berkurang, mudah retak,

sehingga mempermudah masuknya mikroorganise pathogen, bahan iritan dan

alergen. Pada kulit yang demikian perlu diberikan pelembab, misalnya krim

hidrofilik urea 10%,, dapat pula ditambahkan hidrokortison 1% didalamnya.

Bila memakai pelembab yang mengandung asam laktat, konsentrasinya

jangan lebih dari 5% karena dapat mengiritasi bila dermatitisny masih aktif.

13
2) Kortikosteroid

Steroid topikal adalah pengobatan utama untuk inflamasi dermatitis atopik.

Pada anak dan dewasa digunakan steroid menengah misalnya triamsinolon

kecuali pada muka digunakan steroid lemah.1

3) Antibiotik Topikal

Dipilih antibiotik golongan asam fusidat, salap mupirocin.5

4) Pengobatan Non Steroid5

Preparat tar

 Pix Lithantracis ( 5-10% )

 Liquor carbones detergens ( 2-20%)

 Ichthamol 2-10%

Pemberian tar pada likenifikasi kronis pada DA tidak dianjurkan untuk

penggunaan di wajah karena mengiritasi dan terjadi follikulitis. Harus diingat

pengobatan dengan preparat ter jangan diberikan pada ekzema yang eksudatif

dan eczema dengan infeksi sekunder. Juga hindari dengan paparan sinar

matahari.5

b. Terapi oral

1) Antihistamin

Klorfeniramine 2-4mg, 3 kali sehari

Hydroxizine 5-10mg 3 kali sehari5

14
2) Antibiotik

Kloxasilin, Eritromisin, Sefalosporin5

3) Kortikosteroid

Kortikosteroid sistemik hanya digunakan untuk mengendalikan eksaserbasi akut,

dalam jangka pendek, dan dosis rendah.2

J. PROGNOSIS

Sulit menentukan prognosis DA pada seseorang. Sebagian kasus menetap

pada usia diatas 30 tahun. Lebih separuh DA remaja yang telah diobati kambuh

kembali setelah dewasa.1

Faktor yang berhubungan dengan prognosis kurang baik DA yaitu:

 Dermatitis atopik luas pada anak

 Menderita rhinitis alergik dan asma bronchial

 Riwayat DA pada orang tua atau saudara kandung

 Awitan (onset) DA pada usia muda

 Anak tunggal

 Kadar IgE serum sangat tinggi

Penderita atopi mempunyai resiko menderita dermatitis kontak iritan

akibat kerja ditangan.1

15
BAB III

KESIMPULAN

Dermatitis atopik adalah peradangan kulit yang melibatkan perangsangan

berlebihan limfosit T dan sel mast. Histamin dari sel mast menyebabkan rasa gatal

dan eritema. Gambaran klinis dari dermatitis atopok berupa bercak kemerahan

bersisik dengan batas tidak tegas terdapat pada wajah dan daerah lipatan.

Penggarukan menyebabkan rusaknya kulit, infeksi, penebalan kulit, dan likenifikasi.

Dermatitis atopik sering dijumpai pada bayi dan anak, tetapi dapat juga menetap

sampai dewasa. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan

DA yaitu pemeriksaan histopatologik. Terapi yang diberikan berupa terapi topikal

dan sistemik. DA memiliki kecenderungan perbaikan spontan pada masa anak, dan

sering ada yang kambuh pada masa remaja. Sebagian kasus menetap pada usia

diatas 30 tahun.

16
REFERENSI

1. Djuanda, Prof.DR.Adhi, dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keenam.

2011. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

2. J. Corwin, Elizabeth. Buku Saku Patofisiologi 2007. Jakarta: EGC

3. Davey, Patrick. At a Glance MEDICINE. 2006. Jakarta: Erlangga

4. Wolff Klaus, dkk. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine Seventh

Edition. 2008. The McGraw-Hill

5. Harahap Marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta

6. Graham, Brown & Robin. 2005. Dermatologi Ed. 8. Jakarta: Erlangga

17
18
19
20

Anda mungkin juga menyukai