Anda di halaman 1dari 70

MENTERI PERHUBUNGAN

REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR KM 69 TAHUN 2019
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 8 ayat (5) Peraturan


Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga dan
Pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
94/PMK.02/2017 tentang Petunjuk Penyusunan dan
Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga dan Pengesahan Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 142/PMK.02/2018
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 94/PMK.02/2017 tentang Petunjuk Penyusunan
dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian Negara/Lembaga dan Pengesahan Daftar
Isian Pelaksanaan Anggaran, perlu dilakukan
penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Perhubungan yang lebih transparan dan akuntabel;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan
Menteri Perhubungan tentang Petunjuk Teknis
Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran;
- 2 -

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang


Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
2. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 8);
3. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 75);
4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 94/PMK.02/2017
tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana
Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan
Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 985)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 142/PMK.02/2018 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
94/PMK.02/2017 tentang Petunjuk Penyusunan dan
Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga dan Pengesahan Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 1490);
5. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 122 Tahun
2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2018 Nomor 1756);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN
ANGGARAN.

PERTAMA : Menetapkan Petunjuk Teknis dalam Penyusunan Rencana


Kerja dan Anggaran di Lingkungan Kementerian Perhubungan
yang selanjutnya disebut Pedoman Rencana Kerja Anggaran
- 3 -

sebagaimana yang tercantum dalam Lampiran yang


merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri
ini.

KEDUA : Pedoman Rencana Kerja dan Anggaran sebagaimana


dimaksud dalam Diktum PERTAMA wajib digunakan sebagai
acuan oleh setiap unit kerja dan mitra kerja yang
melaksanakan perencanaan dan penganggaran dalam
penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

KETIGA : Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 1 Maret 2019

MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd

BUDI KARYA SUMADI

SALINAN Keputusan Menteri Perhubungan ini disampaikan kepada:


1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;
2. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;
3. Menteri Sekretaris Negara;
4. Menteri Perencanaan Pembangunan Negara/Kepala Bappenas;
5. Menteri Keuangan;
6. Sekretaris Jenderal dan Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan;
7. Para Direktur Jenderal di Lingkungan Kementerian Perhubungan; dan
8. Para Kepala Badan di Lingkungan Kementerian Perhubungan.

dengan aslinya
•ALA B ' HUKUM '
\

WAHjO ADJI H.. SH. DESS


Pembina Utama Madya (IV/d)
>19651022 199203 1 001
- 4 -

LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR KP 69 TAHUN 2019
TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN
RENCANA KERJA DAN ANGGARAN

PEDOMAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tantangan utama pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
adalah terbatasnya ruang gerak kapasitas fiskal sebagai akibat dari
terbatasnya sumber pendanaan sehingga menambah kompleksitas
pemilihan prioritas pembangunan nasional. Untuk menjawab tantangan
tersebut, diterapkan kebijakan penganggaran dengan meningkatkan
kualitas belanja (Quality of Spending) melalui pemantapan penerapan
sistem penganggaran sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Proses penyusunan RKA-K/L mengatur 2 (dua) materi pokok, yaitu
pendekatan penyusunan anggaran dan proses penganggaran. Pendekatan
yang digunakan dalam penyusunan anggaran dengan memperkuat
Penganggaran Berbasis Kinerja, penerapan Penganggaran Terpadu dan
Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah. Selanjutnya, proses
penganggaran merupakan uraian mengenai proses dan mekanisme
penganggarannya, dimulai dari Pagu Indikatif sampai dengan penetapan
Alokasi Anggaran Kementerian yang bersifat final. Sistem penganggaran
t

tersebut harus dipahami secara baik dan benar oleh pemangku


kepentingan (stakeholder) agar dapat dihasilkan APBN yang kredibel dan
dapat dipertanggungjawabkan.
- 5 -

Penyusunan anggaran dalam dokumen Rencana Kerja dan Anggaran


Kementerian Lembaga Negara (KKA-K/L) merupakan bagian dari
penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dalam
rangka penyusunan APBN, terdapat 4 (empat) pentahapan dalam
penyusunan anggaran yaitu pagu kebutuhan, pagu indikatif, pagu
anggaran, dan alokasi anggaran. Angka yang tercantum dalam ketiga pagu
tersebut merupakan angka tertinggi yang tidak boleh dilampaui oleh
Kementerian sebagai acuan dalam menyusun RKA-K/L-nya.
B. Dasar Legalitas
Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran di Lingkungan
Kementerian Perhubungan ditetapkan berdasarkan landasan idiil
Pancasila, landasan konstitusional Undang-Undang Dasar 1945, Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional, Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional, peraturan perundang-undangan di bidang
perencanaan, peraturan perundang-undangan di bidang keuangan, dan
peraturan perundang-undangan di bidang transportasi.
Berdasarkan Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan
Anggaran Kementerian/Lembaga perlu menetapkan Keputusan Menteri
Perhubungan tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran di Kementerian Perhubungan.
C. Maksud dan Tujuan
Maksud ditetapkan Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran ini adalah sebagai pedoman bagi seluruh unit kerja di
Lingkungan Kementerian Perhubungan dalam penyusunan Rencana Kerja
dan Anggaran serta dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan.
Tujuan ditetapkan Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran ini adalah dalam rangka tersusunnya dokumen penganggaran
yang tertib, efisien, efektif, ekonomis, transparan, partisipatif, inovatif, dan
\

akuntabel dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.


D. Pengertian
1. Anggaran adalah rencana yang disusun secara sistematis dalam
angka dan dinyatakan dalam unit moneter untuk jangka waktu
(periode) tertentu.
2. Rencana Kerja adalah serangkaian proses yang disusun dalam skala
prioritas untuk mencapai tujuan.
- 6 -

3. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian yang selanjutnya disingkat


RKA adalah Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Perhubungan
yang berisi dokumen rencana keuangan tahunan Kementerian
Perhubungan yang disusun menurut Bagian Anggaran Kementerian.
4. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanjutnya disingkat
APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
5. Pagu Kebutuhan adalah ancar-ancar pagu anggaran yang diusulkan
oleh pemrakarsa kegiatan dalam penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran Tahunan sebagai usulan Rencana Kerja Kementerian.
6. Pagu Indikatif adalah ancar-ancar Pagu Anggaran yang diberikan
kepada Kementerian sebagai pedoman dalam penyusunan Rencana
Kerja.
7. Pagu Anggaran Kementerian yang selanjutnya disebut Pagu Anggaran
adalah batas tertinggi anggaran yang dialokasikan kepada
Kementerian dalam rangka penyusunan RKA.
8. Alokasi Anggaran Kementerian yang selanjutnya disebut Alokasi
Anggaran adalah batas tertinggi anggaran pengeluaran yang
dialokasikan kepada Kementerian berdasarkan hasil pembahasan
Rancangan APBN yang dituangkan dalam berita acara hasil
kesepakatan Pembahasan Rancangan APBN antara Pemerintah dan
DPR.
9. Pertemuan Tiga Pihak (Trilateral Meeting) adalah forum antara
Kementerian dengan Kementerian Perencanaan dan Kementerian
Keuangan untuk membahas dan menyepakati rincian program dan
kegiatan prioritas yang berdasarkan Pagu Indikatif Kementerian.
10. Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui
kebenaran dari kesiapan readiness criteria dari dokumen yang
diusulkan.
11. Reviu adalah kegiatan untuk meninjau ulang kembali terhadap
kualitas pencapaian output/ outcome dalam perencanaan dan
pengganggaran kegiatan yang diusulkan.
12. Satuan Kerja yang selanjutnya disebut Satker adalah unit organisasi
lini Kementerian yang melaksanakan kegiatan Kementerian dan
memiliki kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran.
- 7 -

13. Aparat Pengawas Internal Pemerintah yang selanjutnya disingkat


APIP adalah instansi pemerintah yang dibentuk dengan tugas
melaksanakan pengav/asan intern (audit intern).
14. Pejabat Eselon II Kantor Pusat Kementerian Perhubungan adalah
Kepala Biro, Sekretaris Inspektorat Jenderal, Inspektur, Sekretaris
Direktorat Jenderal, Direktur, Sekretaris Badan, Kepala Pusat di
Lingkungan Kementerian Perhubungan dan Ketua Mahkamah
Pelayaran serta Kepala Sekretariat Komite Nasional Keselamatan
Transportasi.
15. Pejabat Eselon I adalah Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal,
Direktur Jenderal, dan Kepala Badan di Lingkungan Kementerian
Perhubungan.
16. Menteri adalah Menteri Perhubungan.
17. Kementerian adalah Kementerian Perhubungan.
18. Rencana Pembangunan Jangka Panjang yang selanjutnya disingkat
RPJP adalah dokumen perencanaan untuk periode 20 (dua puluh)
tahun berupa RPJP Nasional yang diatur dalam Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang.
19. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kementerian Perhubungan
yang selanjutnya disebut Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian
Perhubungan adalah dokumen perencanaan Kementerian
Perhubungan untuk periode 5 (lima) tahun.
20. Rencana Pembangunan Tahunan Kementerian Perhubungan yang
selanjutnya disebut Rencana Kerja (RENJA) Kementerian
Perhubungan adalah dokumen perencanaan Kementerian
Perhubungan untuk periode 1 (satu) tahun.
21. Rencana Pembangunan Tahunan Nasional yang selanjutnya disebut
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) adalah dokumen perencanaan
Nasional untuk periode 1 (satu) tahun.
22. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disingkat DIPA
adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang digunakan sebagai
acuan pengguna anggaran dalam melaksanakan kegiatan
pemerintahan sebagai pelaksanaan anggaran pendapatan dan
belanja negara.
23. Penerimaan Negara Bukan Pajak yang selanjutnya disingkat PNBP
adalah pungutan yang dibayar oleh orang pribadi atau badan dengan
- 8 -

memperoleh manfaat langsung maupun tidak langsung atas layanan


atau pemanfaatan sumber daya dan hak yang diperoleh negara,
berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang menjadi
penerimaan pemerintah pusat di luar penerimaan perpajakan dan
hibah dan dikelola dalam mekanisme anggaran pendapatan dan
belanja negara.
24. Surat Berharga Syariah Negara selanjutnya disingkat SBSN atau
dapat disebut Sukuk Negara adalah surat berharga negara yang
diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian
penyertaan terhadap Aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah
maupun valuta asing.
25. Pinjaman Luar Negeri adalah setiap pembiayaan melalui utang yang
diperoleh Pemerintah dari Pemberi Pinjaman Luar Negeri yang diikat
oleh suatu perjanjian pinjaman dan tidak berbentuk surat berharga
negara, yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu.
26. Hibah Pemerintah yang selanjutnya disebut Hibah adalah setiap
penerimaan negara dalam bentuk devisa, devisa yang dirupiahkan,
rupiah, barang, jasa dan/atau surat berharga yang diperoleh dari
pemberi hibah yang tidak perlu dibayar kembali, yang berasal dari
dalam negeri atau luar negeri.
27. Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha yang selanjutnya disingkat
sebagai KPBU adalah kerjasama antara pemerintah dan Badan
Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur untuk kepentingan umum
dengan mengacu pada spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya
oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/Badan Usaha Milik
Negara/Badan Usaha Milik Daerah, yang sebagian atau seluruhnya
menggunakan sumber daya Badan Usaha dengan memperhatikan
pembagian risiko diantara para pihak.
28. E-Planning adalah inovasi dalam proses penyusunan RKA
Kementerian Perhubungan melalui media elektronik, dimana
biasanya penyusunan RKA dilakukan melalui paper base atau
dengan rapat tatap muka dalam pengusulan dan pembahasan
kegiatan program RKA Kementerian Perhubungan menjadi berbasis
aplikasi.
- 9 -

BAB II
RENCANA KERJA DAN ANGGARAN

Penganggaran sebagai suatu sistem mengatur proses penyusunan dokumen


anggaran, terutama berkenaan dengan proses penyiapan penganggaran
(budget preparation) yang mengatur 3 (tiga) materi pokok yaitu pendekatan
penyusunan anggaran, klasifikasi anggaran, dan proses penyusunan rencana
kerja dan anggaran.
A. Pendekatan Penyusunan Anggaran
Pendekatan yang digunakan dalam penganggaran terdiri dari pendekatan
penganggaran terpadu, Penganggaran ,Berbasis Kinerja (PBK), dan
\ 4

Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM).


1. Pendekatan Penganggaran Terpadu
Penganggaran terpadu merupakan unsur yang paling mendasar bagi
penerapan pendekatan penyusunan anggaran lainnya, dengan kata lain
bahwa pendekatan anggaran terpadu merupakan kondisi yang harus
terwujud terlebih dahulu.
Penyusunan anggaran terpadu dilakukan dengan mengintegrasikan
seluruh proses perencanaan dan penganggaran di lingkungan
Kementerian untuk menghasilkan dokumen RKA dengan klasifikasi
anggaran menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja. Integrasi atau
keterpaduan proses perencanaan dan penganggaran dimaksudkan agar
tidak terjadi duplikasi dalam penyediaan dana untuk Kementerian baik
yang bersifat investasi maupun untuk keperluan biaya operasional.
Pada sisi yang lain penerapan penganggaran terpadu juga diharapkan
dapat mewujudkan Satker sebagai satu-satunya entitas akuntansi yang
bertanggung jawab terhadap aset dan kewajiban yang dimilikinya, serta
adanya akun (pendapatan dan/atau belanja) untuk satu transaksi
sehingga dipastikan tidak ada duplikasi dalam penggunaannya.
Mengacu pada pendekatan penyusunan anggaran terpadu tersebut di
atas, penyusunan RKA menggunakan hasil restrukturisasi
program/kegiatan dalam kaitannya dengan klasifikasi anggaran
menurut program dan kegiatan, serta penataan bagian anggaran dan
satker untuk pengelolaan anggaran dalam kaitannya dengan klasifikasi
anggaran menurut organisasi.
- 10
-

2. Pendekatan Penganggaran Berbasis Kinerja/PBK


Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK) merupakan suatu pendekatan
dalam sistem penganggaran yang memperhatikan keterkaitan antara
pendanaan dan kinerja yang diharapkan, serta memperhatikan
efisiensi dalam pencapaian kinerja tersebut. Yang dimaksud kinerja
adalah prestasi kerja yang berupa keluaran dari suatu Kegiatan atau
hasil dari suatu program dengan kuantitas dan kualitas yang terukur.
Landasan konseptual yang mendasari penerapan PBK meliputi:
a. pengalokasian anggaran berorientasi pada kinerja (output and
outcome oriented);
b. pengalokasian anggaran Program/Kegiatan didasarkan pada tugas-
fungsi Unit Kerja yang dilekatkan pada struktur organisasi (money
follow function); dan
c. terdapatnya fleksibilitas pengelolaan anggaran dengan tetap
menjaga prinsip akuntabilitas (let the manager manages).
Landasan konseptual tersebut di atas dalam rangka penerapan PBK
bertujuan untuk:
a. menunjukan keterkaitan antara pendanaan dengan kinerja yang
akan dicapai (directly linkages between performance and budget);
b. meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam penganggaran
(operational efficiency); dan
c. meningkatkan fleksibilitas dan akuntabilitas unit dalam
melaksanakan tugas dan pengelolaan anggaran (more flexibility
and accountability).
Agar penerapan PBK tersebut dapat dioperasionalkan maka PBK
menggunakan instrumen sebagai berikut:
a. Indikator Kinerja, merupakan instrumen yang digunakan untuk
mengukur Kinerja;
b. Standar Biaya, adalah satuan biaya yang ditetapkan baik berupa
standar biaya masukan maupun standar biaya keluaran sebagai
acuan perhitungan kebutuhan anggaran; dan
c. Evaluasi Kinerja, merupakan penilaian terhadap capaian Sasaran
Kinerja, konsistensi perencanan dan implementasi, serta realisasi
penyerapan anggaran.
Berdasarkan landasan konseptual, tujuan penerapan PBK, dan
instrumen yang digunakan PBK dapat disimpulkan bahwa secara
operasional prinsip utama penerapan PBK adalah adanya keterkaitan
- 11-

yang jelas antara kebijakan yang terdapat dalam dokumen


perencanaan nasional dan alokasi anggaran yang dikelola Kementerian
sesuai tugas-fungsinya (yang tercermin dalam struktur organisasi
Kementerian).
Dokumen perencanaan tersebut meliputi Rencana Kerja Pemerintah
(RKP) dan Rencana Kerja Kementerian. Sedangkan alokasi anggaran
yang dikelola Kementerian tercermin dalam dokumen RKA dan DIPA
yang juga merupakan dokumen perencanaan dan penganggaran yang
bersifat tahunan serta mempunyai keterkaitan erat.
Hubungan antara Dokumen Perencanaan dan Penganggaran

Pemerintah menentukan prioritas pembangunan beserta kegiatan-


kegiatan yang akan dilaksanakan dalam dokumen RKP. Ekspektasi
dari kebijakan tersebut adalah hasil/kinerja secara nasional (national
outcomes) sebagaimana amanat Undang-Undang Dasar. Selanjutnya
berdasarkan tugas-fungsi yang diemban dan mengacu RKP dimaksud,
Kementerian menyusun:
a. Program, Indikator Kinerja Utama (IKU) Program, dan hasil pada
Unit Eselon I sesuai dengan tugas-fungsinya;
b. Kegiatan, Indikator Kinerja Kegiatan (IKK), dan keluaran pada Unit
pengeluaran (spending unit) pada tingkat Satker atau Eselon II di
lingkungan Unit Eselon I sesuai Program yang menjadi tanggung
jawabnya.
Perumusan hasil pada program dan keluaran pada kegiatan dalam
penerapan PBK merupakan hal penting disamping perumusan
indikator kinerja program/kegiatan. Rumusan indikator kinerja ini
menggambarkan tanda-tanda keberhasilan program/kegiatan yang
telah dilaksanakan beserta Keluaran/Hasil yang diharapkan. Indikator
kinerja inilah yang akan digunakan sebagai alat ukur setelah
program/kegiatan tersebut diimplementasikan. Indikator yang
digunakan baik pada tingkat program atau kegiatan dalam penerapan
PBK dapat dilihat dari sisi:
a. masukan (input)
- 12
-

a. masukan (input)
Indikator input dimaksudkan untuk melaporkan jumlah sumber
daya yang digunakan daiam menjalankan suatu kegiatan atau
program.
b. keluaran (output)
Indikator output dimaksudkan untuk melaporkan unit barang/jasa
yang dihasilkan suatu kegiatan atau program.
c. hasil (outcome)
Indikator outcome dimaksudkan untuk melaporkan hasil (termasuk
kualitas pelayanan) suatu program atau kegiatan.

3. Pendekatan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah/KPJM


KPJM adalah pendekatan penyusunan anggaran berdasarkan
kebijakan, dengan pengambilan keputusan yang menimbulkan
implikasi anggaran dalam jangka waktu lebih dari 1 (satu) tahun
anggaran. Secara umum penyusunan KPJM yang komprehensif
memerlukan suatu tahapan proses penyusunan perencanaan jangka
menengah meliputi:
a. proyeksi ketersediaan sumber daya anggaran untuk mendanai
berbagai rencana belanja pemerintah. Aspek pertama ini
merupakan pendekatan top-down yang ditetapkan oleh otoritas
fiskal;
b. indikasi rencana kebutuhan pendanaan anggaran yang dibutuhkan
untuk mencapai tingkat kinerja yang telah ditargetkan. Aspek
kedua ini adalah pendekatan bottom-up, yang disusun oleh setiap
unit pelaksana kebijakan belanja negara; dan
c. kerangka rekonsiliasi yang memadukan antara kedua hal tersebut,
yaitu antara proyeksi ketersediaan sumber daya pendanaan
anggaran dengan proyeksi rencana kebutuhan untuk
melaksanakan kebijakan pemerintah yang tengah berjalan (on going
policies).
Dalam rangka penyusunan RKA dengan pendekatan KPJM,
Kementerian perlu menyelaraskan kegiatan/program dengan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM Nasional) dan
Rencana Strategis (Renstra) Kementerian, yang pada tahap
sebelumnya juga menjadi acuan dalam menyusun RKP dan
Renja Kementerian. Dengan demikian, dalam konteks Kerangka
- 13-

Pengeluaran Jangka Menengah, kebijakan belanja anggaran akan


selalu selaras dengan prioritas-prioritas pemerintah.
Dengan demikian, implementasi dari Kerangka Pengeluaran Jangka
Menengah akan menjadikan kebijakan alokasi belanja anggaran akan
selaras dengan prioritas kebijakan yang telah ditetapkan dalam jangka
menengah, beserta dengan proyeksi dampak fiskal yang akan
ditimbulkan.
B. Klasifikasi Anggaran
Klasifikasi anggaran yang digunakan dalam penganggaran meliputi
klasifikasi: organisasi, fungsi, dan jenis belanja (ekonomi). Proses
penganggaran merupakan uraian mengenai proses dan mekanisme
penganggaran yang dimulai dari Pagu Kebutuhan, Pagu Indikatif, Pagu
Anggaran sampai dengan penetapan Pagu Alokasi Anggaran Kementerian
yang bersifat final. Sistem penganggaran ini harus dipahami secara baik
dan benar oleh pemangku kepentingan (stakeholder) agar dapat dihasilkan
APBN yang kredibel dan dapat dipertanggungjawabkan.
C. Proses Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran
Penyusunan RKA dilakukan untuk mencapai efisiensi anggaran bagi
kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dan prioritas pembangunan.
Penyusunan anggaran dalam dokumen RKA merupakan bagian dari
penyusunan APBN. Secara garis besar, proses pentahapan penyusunan
anggaran terbagi atas Pagu Kebutuhan, Pagu Indikatif, Pagu Anggaran dan
Pagu Alokasi Anggaran, untuk selanjutnya ditetapkan menjadi DIPA.

1. Pagu Kebutuhan
Angka yang tercantum sesuai dengan kebutuhan yang diusulkan oleh
pemrakarsa sebagai Daftar Usulan Kegiatan penyusunan anggaran
untuk satu tahun anggaran berikutnya. Dalam rangka menyusun Pagu
Kebutuhan untuk tahun yang direncanakan, ditempuh proses sebagai
berikut:
a. Penyusunan dan pemutakhiran reviu angka dasar dan perkiraan
maju.
Reviu angka dasar dan perkiraan maju digunakan untuk
memperkuat pelaksanaan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah
(KPJM) dan penganggaran berbasis kinerja (PBK) melalui penerapan
kerangka berpikir logis termasuk penyusunan keluaran (output)
- 14-

generik yang distandarkan. Hal ini bertujuan untuk mempermudah


dalam pengambilan keputusan dan penyusunan resource envelope.

b. Penyampaian usulan kegiatan dalam Pagu Kebutuhan dari UPT


Kementerian/Kepala Satker/Kepala Pusat/Kepala Biro kepada
Pejabat Unit Kerja Eselon I.
Penyampaian usulan kegiatan untuk tahun anggaran yang
direncanakan, diusulkan berdasarkan kebutuhan pengembangan
perencanaan/pembangunan infrastruktur transportasi yang menjadi
prioritas program sesuai dengan dokumen perencanaan yang
tertuang dalam peraturan perundang-undangan khususnya Rencana
Strategis Kementerian, Rencana Induk Nasional masing-masing
moda dan Rencana Induk Simpul dan Jaringan.
c. Penyampaian usulan kegiatan dalam Pagu Kebutuhan dari
Gubernur/Direktur Utama BUMN, Menteri dari K/L Lainnya dan
Masyarakat.
Usulan kegiatan sesuai dengan tugas dan kewenangan diusulkan
oleh Pemerintah Daerah, Kementerian/Lembaga serta BUMN sesuai
dengan pedoman dan proses perencanaan di Lingkungan
Kementerian. Pemerintah Kabupaten/Kota mengusulkan usulan
kegiatan terlebih dahulu berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi,
untuk selanjutnya dapat disampaikan usulan kepada Kementerian.
Sedangkan usulan kegiatan yang berasal dari masyarakat, yang
dimaksud adalah organisasi kemasyarakatan yang terdaftar di
Kementerian Hukum dan HAM yang mengusulkan kegiatan sesuai
dengan urgensi kebutuhan pembangunan sarana dan prasarana
yang memenuhi aspek kelayakan dengan terlebih dahulu
berkoordinasi dengan pemerintah daerah.
d. Koordinasi awal terhadap usulan kegiatan yang disampaikan oleh
Kepala UPT/Kepala Satker/Kepala Pusat/Kepala Biro dengan
berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah.
Koordinasi awal merupakan forum pembahasan terhadap semua
usulan kegiatan yang berasal dari pemrakarsa, yang dilaksanakan
oleh Unit Kerja Eselon I terkait dengan mengundang perwakilan dari
Pemerintah Daerah cq. Dinas Perhubungan Provinsi dan Bappeda
Provinsi. Pembahasan dilakukan terhadap kesiapan kelengkapan dan
kebenaran dokumen usulan kegiatan yang dipersyaratkan serta
kepatuhan dalam penerapan kaidah-kaidah perencanaan
- 15
-

penganggaran, selanjutnya usulan kegiatan yang sudah dibahas


pada forum dimaksud menjadi daftar usulan kegiatan.
e. Hasil koordinasi awal berupa daftar usulan kegiatan disampaikan
oleh Unit Kerja Eselon I kepada Menteri c.q Sesjen.
Daftar usulan kegiatan yang memenuhi kaidah perencanaan
penganggaran dari masing-masing Unit Kerja Eselon I selanjutnya
disampaikan kepada Menteri c.q Sekretaris Jenderal untuk
mendapatkan arahan dan petunjuk lanjut.
f. Daftar usulan kegiatan diinput dan diunggah oleh UPT/Satker
kedalam Aplikasi E-Planning.
UPT/Satker melakukan penginputan Daftar Usulan Kegiatan dalam
E-planning, dengan memperhatikan kesesuaian kegiatan, total pagu,
sumber dana dan data dukung yang di-upload.
g. Verifikasi daftar usulan kegiatan sebagai dasar penyusunan Pagu
Kebutuhan.
Merupakan forum untuk melakukan verifikasi terhadap Daftar
Usulan Kegiatan yang telah di -upload dalam E-planning, yang
bertujuan untuk mengetahui kelengkapan dan kebenaran dokumen
serta mengacu kepada dokumen perencanaan penganggaran yang
sudah dituangkan dalam peraturan perundangan. Pelaksanaan
verifikasi dilakukan oleh unit kerja Biro Perencanaan, Bagian
Perencanaan Sesitjen/Sesditjen/Sesbadan, dan Direktorat
Teknis/Pusbang/Puslit dengan melibatkan Biro LPPBMN untuk
klarifikasi aset dan rencana pengadaan dan Pustikomhub untuk
klarifikasi usulan kegiatan Teknologi Informasi Komunikasi dan
pendampingan aplikasi. Dokumen perencanaan yang menjadi acuan
dalam proses verifikasi yaitu :
1) memenuhi kriteria dalam kegiatan prioritas nasional;
2) usulan kegiatan masuk dalam Rencana Strategis (RENSTRA);
3) kesesuaian dengan rencana tata ruang nasional/wilayah
dan/atau tataran transportasi nasional, wilayah dan lokal;
4) tertampung dalam Rencana Induk Nasional masing - masing
moda dan mempunyai rencana teknis;
5) ketersediaan lahan, dalam hal lahan yang diadakan oleh pihak
lain harus dibuktikan dengan dokumen kepemilikan lahan dan
usulan hibah kepada Kementerian, sedangkan lahan yang
sedang dalam proses pengadaan/pembebasan atau
pengadaannya dilaksanakan secara simultan dengan pekerjaan
- 16
-

konstruksi dibuktikan dengan rencana pembebasan dan


dokumen pendukung pengadaannya;
6) memiliki bukti Berita Acara (BA) serah terima aset jika
pembangunan dilaksanakan dari aset Pemerintah
Daerah/Swasta yang diserahkan kepada Pemerintah Pusat atau
bukti MoU jika pembangunan dilaksanakan di aset
TNI /Pemda/Instansi Lainnya;
7) kepastian ketersediaan jalan akses.
h. Kelengkapan data dukung terhadap usulan kegiatan
Dokumen perencanaan yang menjadi acuan dalam proses verifikasi
harus sudah dilengkapi paling lambat bulan April saat penyusunan
usulan kegiatan dimaksud.
i. Penyampaian rekapitulasi daftar usulan kegiatan per program kepada
Menteri.
Rekapitulasi Daftar Usulan Kegiatan yang memenuhi kaidah
perencanaan penganggaran dan sudah dilakukan verifikasi melalui
E-planning, selanjutnya disampaikan kepada Menteri oleh Biro
Perencanaan sebagai bahan persiapan pelaksanaan Rapat Pleno.
j. Pelaksanaan Rapat Pleno yang dipimpin oleh Menteri, dan dihadiri
oleh seluruh Pejabat Eselon I dan Pejabat Eselon II untuk
menetapkan Pagu Kebutuhan.
Tahap selanjutnya, rekapitulasi daftar usulan kegiatan dibahas
dalam Rapat Pleno yang dihadiri masing-masing Pejabat Eselon I di
Lingkungan Kementerian untuk ditetapkan oleh Menteri menjadi
Pagu Kebutuhan untuk tahun anggaran yang direncanakan.
k. Penetapan Pagu Kebutuhan.
Penetapan Pagu Kebutuhan dilaksanakan dalam rapat pleno yang
dituangkan dalam Berita Acara Pagu Kebutuhan Kementerian yang
ditandatangani oleh seluruh Pejabat Eselon I dan Menteri.
l. Penyampaian Pagu Kebutuhan per program kepada Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas dan Kementerian
Keuangan sebagai dasar penyusunan resource envelope.
Hasil Pagu Kebutuhan Per Program Kementerian selanjutnya
disampaikan kepada Kementerian PPN/Bappenas dan Kementerian
Keuangan yang akan digunakan sebagai salah satu bahan acuan
dalam penyusunan Pagu Indikatif Kementerian.
- 17 -

m. Penyampaian rincian kegiatan Pagu Kebutuhan kepada Badan


Penelitian dan Pengembangan untuk dilakukan evaluasi kemanfaatan
dan evaluasi terhadap penyusunan studi di Lingkungan Kementerian.
Hasil Pagu Kebutuhan disampaikan kepada Badan Penelitian dan
Pengembangan Perhubungan untuk dilakukan evaluasi kemanfaatan
terhadap kegiatan yang diusulkan baik untuk belanja modal maupun
belanja barang tertentu dengan kriteria sebagai berikut:
1) Subsektor Perhubungan Laut, Subsektor Perhubungan Udara
dan Perkeretaapian untuk kegiatan yang bernilai > Rp20 miliar;
2) Subsektor Perhubungan Darat, BPTJ, dan BPSDMP untuk
kegiatan yang bernilai > Rp 10 miliar.
Evaluasi juga dilakukan terhadap usulan kajian/studi di Lingkungan
Kementerian untuk menghindari duplikasi kegiatan studi dengan
mempertimbangkan Rencana Prioritas Riset Nasional (PRN). Hasil
evaluasi kemanfaatan dan evaluasi terhadap penyusunan studi
disampaikan kepada Sesjen cq. Biro Perencanaan paling lambat
sebelum Pagu Anggaran terbit.

2. Pagu Indikatif
Angka yang tercantum merupakan acuan untuk pagu tahun yang
direncanakan dalam Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) yang ditetapkan
melalui Surat Bersama Menteri PPN/Bappenas dan Menteri Keuangan
dengan memperhatikan kapasitas fiskal dan pemenuhan prioritas
pembangunan nasional. Pagu Indikatif dimaksud dirinci menurut unit
organisasi, program, kegiatan, dan indikasi pendanaan untuk
mendukung arah kebijakan yang telah ditetapkan oleh Presiden sebagai
bahan penyusunan Rancangan Awal RKP dan Rencana Kerja
Kementerian. Dalam rangka menyusun Pagu Indikatif untuk tahun yang
direncanakan, ditempuh proses sebagai berikut:
a. Penerimaan Surat Bersama Menteri PPN/Bappenas dan Menteri
Keuangan tentang Pagu Indikatif.
Pagu Indikatif yang sudah ditetapkan beserta prioritas pembangunan
nasional dituangkan dalam surat bersama yang ditandatangani
Menteri Keuangan bersama Menteri PPN/Kepala Bappenas pada
bulan Maret-April, untuk selanjutnya setelah terbit Pagu Indikatif
disampaikan kepada Menteri untuk mendapat petunjuk dan arahan.
b. Penyempurnaan Pagu Indikatif Per Program yang ditetapkan oleh
Menteri c.q Sekretaris Jenderal.
- 18
-

Pagu Indikatif yang memuat indikasi pendanaan per program,


disempurnakan/disesuaikan dengan arahan Menteri dengan cara
rekomposisi anggaran per program sesuai dengan kebutuhan dan
skala prioritas perencanaan, yang selanjutnya ditetapkan melalui
surat Menteri.
c. Penyampaian penyempurnaan Pagu Indikatif Per Program kepada
Para Pejabat Eselon 1 di Lingkungan Kementerian.
Hasil rekomposisi Pagu Indikatif Per Program yang sudah ditetapkan
Menteri c.q Sekretaris Jenderal, selanjutnya disampaikan kepada
seluruh Pejabat Unit Kerja Eselon 1 untuk dilakukan penyesuaian
kegiatan di masing-masing sektor sesuai dengan kaidah-kaidah
perencanaan dan penganggaran.
d. Penyampaian penyempurnaan Pagu Indikatif Per Program kepada
Kementerian Keuangan dan Kementerian PPN/Bappenas.
Rincian Pagu Indikatif yang sudah direkomposisi dan dirinci menurut
unit organisasi, program dan kegiatan disampaikan kepada Menteri
PPN/Bappenas dan Menteri Keuangan, yang digunakan sebagai
bahan penyusunan Rancangan Awal RKP dan Renja K/L.
e. Sesitjen/Sesdirjen/Sesbadan/Kepala Biro/Kapus melakukan
penyempurnaan rincian kegiatan dalam Pagu Indikatif yang sudah
ditetapkan oleh Menteri c.q Sekretaris Jenderal.
Berdasarkan surat Sekretaris Jenderal a.n Menteri, masing-masing
unit kerja Eselon I di Lingkungan Kementerian melakukan
penajaman kegiatan pengembangan dan pembangunan infrastruktur
sesuai dengan kerangka penganggaran yang telah ditetapkan serta
menjaga konsistensi kebijakan yang ada dalam dokumen
perencanaan dengan dokumen penganggaran.
f. Rincian kegiatan dalam Pagu Indikatif diinformasikan oleh Unit
Organisasi Eselon I kepada seluruh UPT/Satker.
Rincian kegiatan dalam Pagu Indikatif berdasarkan hasil penajaman
yang dilakukan oleh masing-masing unit kerja Eselon I, selanjutnya
diinformasikan secara resmi kepada masing-masing UPT/ Satker di
Lingkungan Kementerian.
g. UPT/Satker menginput dan mengunggah rincian kegiatan dalam
Pagu Indikatif ke dalam aplikasi E-Planning.
UPT/ Satker menginput dan mengunggah rincian kegiatan dalam
Pagu Indikatif ke dalam aplikasi E-Planning sesuai dengan rincian
- 19 -

kegiatan yang disampaikan oleh Unit Kerja Eselon I masing-masing,


dengan memperhatikan kesesuaian kegiatan, total pagu, sumber
dana dengan data dukung yang di-upload.
h. Verifikasi Pagu Indikatif oleh Bagian Perencanaan dan Biro
Perencanaan.
Pelaksanaan verifikasi Pagu Indikatif dalam aplikasi E-planning
dilakukan oleh Biro Perencanaan dan Bagian Perencanaan
Sesitjen/Sesditjen/Sesbadan terhadap konsistensi :
1) Kesesuaian rincian pagu menurut unit organisasi, fungsi,
program, dan kegiatan.
2) Kesesuaian antara kegiatan, Keluaran (Output) Kegiatan, dan
anggarannya.
3) Kesesuaian dengan program yang menjadi prioritas dalam
rancangan RKP.
4) Kelengkapan dan kebenaran dokumen readiness criteria
terhadap usulan kegiatan.
i. Penyusunan Rincian Kegiatan Pagu Indikatif berdasarkan hasil
verifikasi sebagai bahan pelaksanaan Multilateral Meeting
(Kementerian Perhubungan, Bappenas, Kemenkeu dan K/L terkait)
dan Trilateral Meeting (Kementerian Perhubungan, Bappenas dan
Kemenkeu).
j. Penyampaian rincian kegiatan dalam Pagu Indikatif kepada Menteri
sebagai bahan acuan dalam forum Musrenbangnas.
Forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional adalah
forum koordinasi dan sinergi antara pemerintah pusat (Bappenas,
K/L teknis terkait) dan daerah dalam penentuan prioritas nasional
dan prioritas bidang pada tahun berjalan.
k. Penyusunan rincian kegiatan dalam Pagu Indikatif dalam bentuk
Rencana Kerja (Renja).
Dalam menyusun Renja-K/L, Kementerian berpedoman pada surat
mengenai Pagu Indikatif dan hasil kesepakatan trilateral meeting
(tiga) pihak antara Kementerian, Kementerian PPN/Bappenas, dan
Kementerian Keuangan. Pertemuan tersebut dilakukan setelah
ditetapkannya Pagu Indikatif sampai dengan sebelum batas akhir
penyampaian Renja-K/L ke Kementerian PPN/Bappenas dan
Kementerian Keuangan.
- 20 -

1. Penyampaian Rencana Kerja (Renja) kepada Menteri PPN/Kepala


Bappenas.

3. Pagu Anggaran
Pagu Anggaran Kementerian adalah batas tertinggi anggaran yang
dialokasikan kepada Kementerian dalam rangka penyusunan RKA pada
tahun yang direncanakan (tahun t+1). Pagu Anggaran Kementerian
disusun berpedoman pada Surat Bersama Pagu Anggaran yang
ditetapkan Menteri Keuangan dan Menteri PPN/Kepala Bappenas. Dalam
rangka menyusun pagu anggaran untuk tahun yang direncanakan
(tahun t+1), ditempuh proses sebagai berikut :
a. Penerimaan Surat Bersama Menteri Keuangan dan Menteri PPN/
Bappenas tentang Pagu Anggaran kepada Menteri Perhubungan.
Pagu Anggaran yang sudah ditetapkan beserta prioritas
pembangunan nasional dituangkan dalam surat Bersama yang
ditandatangani Menteri Keuangan bersama Menteri PPN/Kepala
Bappenas, untuk selanjutnya setelah terbit Pagu Anggaran
disampaikan kepada Menteri untuk mendapat petunjuk dan arahan.
b. Penyempurnaan Pagu Anggaran Per Program yang ditetapkan oleh
Menteri c.q Sekretaris Jenderal berdasarkan Surat Bersama Menteri
Keuangan dan Menteri PPN/Kepala Bappenas.
Pagu Anggaran disempurnakan/disesuaikan dengan arahan Menteri
dengan cara rekomposisi anggaran per program sesuai dengan
kebutuhan dan skala prioritas perencanaan, yang selanjutnya
ditetapkan melalui surat Sekretaris Jenderal a.n Menteri.
c. Penyampaian Pagu Anggaran Per Program kepada Para Pejabat
Eselon 1 di Lingkungan Kementerian.
Hasil rekomposisi Pagu Anggaran Per Program yang sudah ditetapkan
Menteri c.q Sekretaris Jenderal, selanjutnya disampaikan kepada
seluruh Pejabat Unit Kerja Eselon 1 untuk dilakukan penyesuaian
kegiatan di masing-masing Unit Kerja sesuai dengan skala prioritas
dan kaidah-kaidah perencanaan penganggaran.
d. Penyampaian penyempurnaan Pagu Anggaran per program kepada
Kementerian Keuangan dan Kementerian PPN/Bappenas.
Pagu Anggaran yang sudah direkomposisi menurut unit organisasi,
program dan kegiatan disampaikan kepada Menteri PPN/Bappenas
- 21 -

dan Menteri Keuangan sebagai bahan acuan pelaksanaan Trilateral


Meeting.
e. Sesitjen/Sesdirjen/Sesbadan/Kepala Biro/Kapus melakukan
penyempurnaan rincian kegiatan dalam Pagu Anggaran yang sudah
ditetapkan oleh Menteri c.q Sekretaris Jenderal.
f. Rincian kegiatan dalam Pagu Anggaran diinformasikan oleh Unit
Organisasi Eselon I kepada seluruh UPT/Satker.
g. UPT/Satker menginput dan mengunggah rincian kegiatan Pagu
Anggaran ke dalam aplikasi E-Planning.
h. Penelitian Pagu Anggaran oleh Biro Perencanaan, dilaksanakan
dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) konsistensi pencantuman sasaran kinerja meliputi volume
keluaran dan indikator kinerja kegiatan dalam RKA-K sesuai
dengan sasaran kinerja dalam Renja Kementerian dan RKP;
2) kesesuaian total pagu dalam RKA dengan Pagu Anggaran
dan/atau Alokasi Anggaran yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan;
3) kesesuaian rincian sumber dana dalam RKA dengan sumber
dana yang ditetapkan dalam Pagu Anggaran dan/atau Alokasi
Anggaran; dan
4) kelayakan anggaran dan kepatuhan dalam penerapan kaidah-
kaidah penganggaran antara lain penerapan standar biaya
masukan dan standar biaya keluaran, jenis belanja, hal-hal
yang dibatasi atau dilarang, pengalokasian anggaran untuk
kegiatan yang didanai dari Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP), pinjaman/hibah luar negeri, pinjaman/hibah dalam
negara, Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), Badan Layanan
Umum, kontrak tahun jamak (Multiyears Contract/MYC), dan
pengalokasian anggaran yang akan diserahkan menjadi
penyertaan modal negara pada Badan Usaha Milik Negara.
Untuk selanjutnya dilakukan verifikasi kelengkapan data dukung
pagu anggaran melalui aplikasi E-planning diantaranya RKA Satker,
Term of Reference (TOR)/Rencana Anggaran Biaya (RAB), rancangan
HPS dan dokumen pendukung teknis terkait lainnya, dilaksanakan
dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut :
1) memenuhi kriteria dalam kegiatan prioritas nasional;
2) masuk dalam Rencana Strategis (RENSTRA);
- 22 -

3) bukti kesesuaian dengan rencana tata ruang nasional/ wilayah


dan/atau tataran transportasi nasional (TATRANAS), wilayah
(TATRAWIL) dan lokal (TATRALOK);
4) bukti telah tertampung dalam Rencana Induk Nasional masing -
masing moda dan mempunyai rencana teknis;
5) bukti telah dilengkapi dengan Rencana Induk Simpul atau
Jaringan;
6) ketersediaan lahan, dalam hal lahan yang diadakan oleh pihak
lain harus dibuktikan dengan dokumen kepemilikan lahan dan
usulan hibah kepada Kementerian, sedangkan lahan yang
sedang dalam proses pengadaan/pembebasan atau
pengadaannya dilaksanakan secara simultan dengan pekerjaan
konstruksi dibuktikan dengan rencana pembebasan dan
dokumen pendukung pengadaannya;
7) bukti Berita Acara (BA) serah terima aset jika pembangunan
dilaksanakan dari aset Pemerintah Daerah/Swasta yang
diserahkan kepada Pemerintah Pusat atau bukti MoU jika
pembangunan dilaksanakan di aset milik TNI;
8) kepastian ketersediaan jalan akses;
9) usulan telah dikoordinasikan dengan Pemerintah Kota/
Kabupaten/Provinsi dengan bukti persetujuan dari Dinas
Perhubungan/Bappeda;
10) desain terinci atau spesifikasi teknis, gambar-gambar dan layout
yang telah disetujui dan ditandatangani oleh Pejabat Eselon II
Direktorat Teknis/Kepala Pusat;
11) Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang telah ditandatangani Kuasa
Pengguna Anggaran dan disetujui oleh Eselon II Direktorat
Teknis terkait yang berisi penjelasan/ keterangan logis mengenai
kegiatan yang diusulkan untuk diberi alokasi anggaran dan
menguraikan variabel 5 W+2 H (What, Why, Where, When, Who,
How dan How Much);
12) Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang telah ditandatangani oleh
KPA dan disetujui penanggung jawab kegiatan/Pejabat Eselon III
Unit Teknis terkait memuat:
a) komponen-komponen input dari kegiatan;
b) perhitungan harga satuan, volume dan jumlah harga
masing-masing komponen (Analisa Harga Satuan) dengan
- 23 -

mengacu Peraturan Menteri Keuangan tentang Standar Biaya


Masukan dan Peraturan Menteri Perhubungan tentang
Standar Biaya;
c) jumlah total harga yang menunjukkan harga
keluaran /output,
13) khusus untuk kelengkapan usulan pembebasan lahan/ ganti
rugi tanah, KAK ditandatangani oleh Pejabat Eselon II Direktorat
Teknis dan Rencana Anggaran Biaya ditandatangani oleh Pejabat
Eselon III yang membidangi Pengelolaan Barang Milik Negara
pada Unit Kerja Eselon I yang bersangkutan;
14) untuk pembangunan gedung umum milik negara (gedung
kantor, gedung administrasi, gedung operasional, rumah dinas)
dilengkapi dengan perhitungan kebutuhan biaya pembangunan
gedung umum dari dinas pekerjaan umum setempat, sedangkan
untuk rehabilitasi harus dilengkapi rekomendasi pekerjaan
umum, foto kerusakan dan data pendukung lainnya yaitu :
a) rencana biaya pemeliharaan dan operasi;
b) data analisis kerusakan bangunan;
c) daftar inventaris kantor;
d) jumlah pegawai;
e) dokumen lain yang diperlukan.
15) sehubungan dengan Pemerintah menetapkan kebijakan
moratorium bagi pembangunan gedung kantor, untuk
Kementerian yang memerlukan gedung kantor agar
berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
(DJKN) Kementerian Keuangan; dan
16) kelengkapan dan kebenaran data dukung menjadi tanggung
jawab Pejabat Eselon II terkait.
i. Reviu Pagu Anggaran dilakukan oleh Inspektorat Jenderal dengan
berlandaskan pedoman reviu yang diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Inspektur Jenderal. Jadwal pelaksanaan reviu oleh
Inspektorat Jenderal dan penelitian oleh Sekretariat Jenderal dapat
dilaksanakan secara paralel.
j. Penyampaian Hasil Penelitian dan Reviu Pagu Anggaran kepada
masing-masing Pejabat Eselon I untuk disempurnakan dengan
tembusan Menteri. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan
- 24 -

dalam penyusunan Pagu Anggaran setelah hasil penelitian dan reviu


disampaikan ke Menteri, diantaranya :
1) hasil penyempurnaan Pagu Anggaran di input kedalam aplikasi
RKA dengan wajib mencantumkan nama Pengelola Anggaran,
dalam hal Pengelola Anggaran belum ditetapkan, maka Pengelola
Anggaran pada tahun berjalan tetap melaksanakan tugasnya;
2) jika usulan kegiatan Pagu Anggaran tidak terdapat dalam Pagu
Kebutuhan, maka harus mendapatkan persetujuan Menteri.
k. RKA Pagu Anggaran yang telah disempurnakan, kembali
disampaikan kepada Menteri Perhubungan dengan dikoordinasikan
oleh Sekretaris Jenderal untuk selanjutnya akan digunakan sebagai
bahan untuk konsultasi dengan DPR-RI.
l. Penyampaian RKA Pagu Anggaran kepada Menteri Keuangan dan
Menteri PPN/Bappenas sebagai bahan penyusunan nota keuangan
dan penelaahan dalam forum Trilateral Meeting antara Kementerian,
Kemenkeu dan Bappenas.

4. Pagu Alokasi Anggaran


Alokasi Anggaran Kementerian, yang selanjutnya disebut Alokasi
Anggaran, adalah batas tertinggi anggaran pengeluaran yang
dialokasikan kepada Kementerian berdasarkan hasil pembahasan
Rancangan APBN yang dituangkan dalam berita acara hasil kesepakatan
Pembahasan Rancangan APBN antara Pemerintah dan DPR. Penyusunan
Pagu Alokasi Anggaran dalam rangka penyusunan RKA pada tahun yang
direncanakan (tahun t+1) disusun dengan mempertimbangkan Pagu
Anggaran, penyesuaian terhadap perkembangan ekonomi
makro/kebijakan dan inisiatif baru. Dalam rangka menyusun pagu
alokasi anggaran untuk tahun yang direncanakan (tahun t+1), ditempuh
proses sebagai berikut:
a. Penerimaan Surat Bersama Menteri Keuangan dan Menteri PPN/
Bappenas tentang Pagu Alokasi Anggaran kepada Menteri.
b. Penyempurnaan Pagu Alokasi Anggaran Per Program yang ditetapkan
oleh Menteri c.q Sekretaris Jenderal.
c. Penyampaian Pagu Alokasi Anggaran Per Program kepada Para
Pejabat Eselon 1 di Lingkungan Kementerian.
Hasil rekomposisi Pagu Alokasi Anggaran Per Program yang sudah
ditetapkan Menteri c.q Sekretaris Jenderal, selanjutnya disampaikan
- 25 -

kepada seluruh Pejabat Unit Kerja Eselon 1 untuk dilakukan


penyesuaian kegiatan di masing-masing Unit Kerja sesuai dengan
skala prioritas dan kaidah-kaidah perencanaan penganggaran.
d. Penyampaian RKA Pagu Alokasi Anggaran kepada DPR RI sebagai
bahan pembahasan dalam Rapat Kerja dengan Menteri dan Rapat
Dengar Pendapat (RDP) dengan Pejabat Eselon I.
e. Penyesuaian RKA Pagu Alokasi Anggaran berdasarkan hasil rapat
kerja dan RDP dengan DPR RI, dengan surat Sesjen a.n Menteri yang
selanjutnya disampaikan kepada Para Pejabat Eselon 1 di
Lingkungan Kementerian untuk dilakukan penyesuaian kegiatan di
masing-masing Unit Kerja sesuai dengan skala prioritas dan kaidah-
kaidah perencanaan penganggaran.
f. Rincian kegiatan dalam Pagu Alokasi Anggaran diinformasikan oleh
Unit Organisasi Eselon I kepada seluruh UPT/Satker.
g. UPT/Satker menginput dan mengunggah rincian kegiatan dalam
Pagu Alokasi Anggaran kedalam aplikasi E-Planning.
h. Penelitian Pagu Alokasi Anggaran, paling sedikit harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) konsistensi pencantuman sasaran kinerja meliputi volume
keluaran dan indikator kinerja kegiatan dalam RKA sesuai
dengan sasaran kinerja dalam Renja Kementerian dan RKP;
2) kesesuaian total pagu dalam RKA dengan Pagu Alokasi Anggaran
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan;
3) kesesuaian rincian sumber dana dalam RKA dengan sumber
dana yang ditetapkan dalam Pagu Alokasi Anggaran;
4) kelayakan anggaran dan kepatuhan dalam penerapan kaidah-
kaidah penganggaran antara lain penerapan standar biaya
masukan dan standar biaya keluaran, jenis belanja, hal-hal
yang dibatasi atau dilarang, pengalokasian anggaran untuk
kegiatan yang didanai dari Penerimaan Negara Bukan Pajak,
pinjaman/hibah luar negeri, pinjaman/hibah dalam negara,
Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), Badan Layanan Umum,
kontrak tahun jamak (Multiyears Contract/ MY C), dan
pengalokasian anggaran yang akan diserahkan menjadi
penyertaan modal negara pada Badan Usaha Milik Negara; dan
5) kepatuhan dalam pencantuman tematik pada level keluaran.
- 26 -

Untuk selanjutnya dilakukan verifikasi kelengkapan data dukung


pagu anggaran melalui aplikasi e-planning diantaranya RKA Satker,
Term of Reference (TOR)/Rencana Anggaran Biaya (RAB), rancangan
HPS dan dokumen pendukung teknis terkait lainnya, dilaksanakan
dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
1) memenuhi kriteria dalam kegiatan prioritas nasional;
2) masuk dalam Rencana Strategis (RENSTRA);
3) bukti kesesuaian dengan rencana tata ruang nasional/wilayah
dan/atau tataran transportasi nasional (TATRANAS), wilayah
(TATRAWIL) dan lokal (TATRALOK);
4) bukti telah tertampung dalam Rencana Induk Nasional masing -
masing moda dan mempunyai rencana teknis;
5) bukti telah dilengkapi dengan Rencana Induk Simpul atau
Jaringan;
6) ketersediaan lahan, dalam hal lahan yang diadakan oleh pihak
lain harus dibuktikan dengan dokumen kepemilikan lahan dan
usulan hibah kepada Kementerian, sedangkan lahan yang
sedang dalam proses pengadaan/pembebasan atau
pengadaannya dilaksanakan secara simultan dengan pekerjaan
konstruksi dibuktikan dengan rencana pembebasan dan
dokumen pendukung pengadaannya;
7) bukti Berita Acara (BA) serah terima aset jika pembangunan
dilaksanakan dari aset Pemerintah Daerah/Swasta yang
diserahkan kepada Pemerintah Pusat atau bukti MoU jika
pembangunan dilaksanakan di aset milik TNI;
8) kepastian ketersediaan jalan akses;
9) usulan telah dikoordinasikan dengan Pemerintah Kota/
Kabupaten/Provinsi dengan bukti persetujuan dari Dinas
Perhubungan /Bappeda;
10) desain terinci atau spesifikasi teknis, gambar-gambar dan layout
yang telah disetujui dan ditandatangani oleh Pejabat Eselon II
Direktorat Teknis/Kepala Pusat;
11) Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang telah ditandatangani Kuasa
Pengguna Anggaran dan disetujui oleh Eselon II Direktorat
Teknis terkait yang berisi penjelasan/ keterangan logis mengenai
kegiatan yang diusulkan untuk diberi alokasi anggaran dan
- 27 -

menguraikan variabel 5 W+2 H (What, Why, Where, When, Who,


How dan How Much);
12) Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang telah ditandatangani oleh
KPA dan disetujui penanggung jawab kegiatan/Pejabat Eselon III
Unit Teknis terkait memuat:
a) komponen-komponen input dari kegiatan;
b) perhitungan harga satuan, volume dan jumlah harga
masing-masing komponen (Analisa Harga Satuan) dengan
mengacu Peraturan Menteri Keuangan tentang Standar Biaya
Masukan dan Peraturan Menteri Perhubungan tentang
Standar Biaya;
c) jumlah total harga yang menunjukkan harga
keluaran /output,
13) khusus untuk kelengkapan usulan pembebasan lahan/ ganti
rugi tanah, Kerangka Acuan Kerja (KAK) ditandatangani oleh
Pejabat Eselon II Direktorat Teknis dan Rencana Anggaran Biaya
ditandatangani oleh Pejabat Eselon III yang membidangi
Pengelolaan Barang Milik Negara pada Unit Kerja Eselon I yang
bersangkutan;
14) untuk pembangunan gedung umum milik negara (gedung
kantor, gedung administrasi, gedung operasional, rumah dinas)
dilengkapi dengan perhitungan kebutuhan biaya pembangunan
gedung umum dari Dinas Pekerjaan Umum setempat.
Sedangkan untuk rehabilitasi harus dilengkapi rekomendasi dari
Dinas Pekerjaan Umum, foto kerusakan dan data pendukung
lainnya yaitu :
a) rencana biaya pemeliharaan dan operasi;
b) data analisis kerusakan bangunan;
c) daftar inventaris kantor;
d) jumlah pegawai; dan
e) dokumen lain yang diperlukan.
15) sehubungan dengan Pemerintah menetapkan kebijakan
moratorium bagi pembangunan gedung kantor, untuk
Kementerian yang memerlukan gedung kantor agar
berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
(DJKN) Kementerian Keuangan.
- 28 -

i. Reviu Pagu Alokasi Anggaran dilakukan dengan berlandaskan


Pedoman reviu oleh Inspektorat Jenderal, yang diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Inspektur Jenderal. Jadwal pelaksanaan reviu oleh
Inspektorat Jenderal dan penelitian oleh Sekretariat Jenderal dapat
dilaksanakan secara paralel.
j. Penyampaian Hasil Penelitian dan Reviu Pagu Alokasi Anggaran
kepada masing-masing Pejabat Eselon I untuk disempurnakan
dengan tembusan Menteri.
k. Penyampaian RKA Pagu Alokasi Anggaran kepada Menteri Keuangan
dan Menteri PPN/Bappenas sebagai bahan penelaahan dalam forum
Trilateral Meeting antara Kementerian, Kemenkeu dan Bappenas.
Hasil penelaahan bersifat mengikat dan menjadi bahan penyusunan
Nota Keuangan dan Rancangan Undang-Undang tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.
l. Penyampaian Hasil Penelitian dan Reviu Pagu Alokasi Anggaran
kepada masing-masing Pejabat Eselon I untuk disempurnakan
dengan tembusan Menteri.
m. Reviu Harga Perkiraan Satuan (HPS) dilakukan Inspektorat Jenderal
terhadap proyek-proyek strategis.
n. Penandatanganan Lembar Persetujuan Pagu Alokasi Anggaran oleh
Komisi V DPR RI.

5. Penyampaian Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)


Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disingkat DIPA
adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang digunakan sebagai acuan
pengguna anggaran dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan sebagai
pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara. DIPA disusun
berdasarkan Keputusan Presiden mengenai rincian anggaran belanja
pemerintah pusat. DIPA berfungsi sebagai dasar pelaksanaan anggaran
setelah mendapat pengesahan Menteri Keuangan.
a. berdasarkan Penyesuaian RKA dan Reviu APIP dilaksanakan
Penelaahan RKA antara Kementerian, Kementerian Keuangan dan
Bappenas. Penelaahan dilaksanakan oleh:
1) Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional terhadap
ketepatan Sasaran RKA hasil pembahasan Dewan Perwakilan
Rakyat dengan Sasaran RKP dan alokasi anggaran;
- 29 -

2) Menteri Keuangan terhadap kesesuaian RKA hasil pembahasan


Dewan Perwakilan Rakyat dengan kebijakan efisiensi belanja
negara dan alokasi anggaran.
b. hasil Penelaahan RKA bersifat mengikat sebagai dasar pengesahan
DIPA;
c. penetapan Catatan Halaman IV DIPA (blokir) Kementerian
berdasarkan penelaahan RKA;
d. penandatanganan DIPA Induk oleh Menteri selaku Pengguna
Anggaran yang menunjuk Pejabat Eselon I terkait sebagai pejabat
penandatangan DIPA Induk;
e. penetapan DIPA Induk;
f. penyampaian surat dari Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan
terkait penerbitan DIPA;
g. penyampaian DIPA Induk kepada masing-masing Unit Kerja Eselon I.

D. Mekanisme Penelitian
Penelitian RKA bertujuan untuk memastikan kelengkapan dan kebenaran
RKA sebelum disampaikan kepada Kementerian Keuangan. Pedoman
Penyusunan dan Penelitian RKA ini disusun dengan mempertimbangkan
hal-hal antara lain:
1. menyempurnakan pedoman penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja
(PBK) dan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) dalam
rangka meningkatkan kualitas perencanaan dan penganggaran.
2. menyempurnakan ketentuan terkait pedoman penyusunan dan
penelaahan RKA Kementerian dengan mengacu pada pemisahan tugas
dan peran antara Menteri Keuangan sebagai Chief Financial Officer
(CFO), Kementerian Perencanaan sebagai Chief Planning Officer (CPO)
dan Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai Chief Operational Officer (COO).
3. meningkatkan kualitas RKA dan DIPA dalam rangka meningkatkan
kualitas belanja serta menjamin tersedianya data anggaran yang valid
melalui penyederhanaan dokumen penelaahan dan meminimalkan
kegiatan yang mendapatkan catatan (blokir) dan/atau masuk dalam
output cadangan sehingga pada akhirnya akan mampu meningkatkan
kinerja keuangan Kementerian.
Penelitian dilakukan pada tahapan Pagu Anggaran dan Pagu Alokasi
Anggaran dengan langkah-langkah sebagai berikut:
- 30 -

1. surat penyampaian Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Unit Eselon I dari
Pejabat Eselon I kepada Sekretaris Jenderal dan Inspektur Jenderal
dengan lampiran:
a. Format Rincian RKA yang dilengkapi Format Catatan Hasil Penelitian.
b. Arsip Data Komputer (ADK) yang terdiri dari:
1) Formulir Rencana Pencapaian Hasil Unit Organisasi yang
ditandatangani oleh Pejabat Eselon I;
2) RKA Satuan Kerja;
3) Kertas Kerja Satuan Kerja.
c. Dokumen Pendukung terdiri dari:
1) Term Of Reference (TOR) Keluaran (Output) kegiatan yang
ditandatangani oleh Direktur Teknis/Kepala Pusat/Pejabat
Eselon II;
2) Rincian Anggaran Belanja (RAB) Keluaran (Output) kegiatan yang
ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan
Pejabat Eselon III yang bertanggung jawab terhadap kegiatan
tersebut;
3) Pernyataan Anggaran Gender (Gender Budget Statement) yang
ditandatangani oleh Direktur Teknis/Kepala Pusat/Pejabat
Eselon II;
4) Daftar Pagu Anggaran per Satuan Kerja yang ditandatangani
Pejabat Eselon I;
5) Surat Pernyataan Penanggung Jawab RKA yang ditandatangani
Pejabat Eselon I;
6) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) atas satuan
biaya yang digunakan dalam Rincian Anggaran Belanja (RAB)
yang ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA). RAB
disusun dengan mengacu kepada Standar Biaya Masukan (SBM)
dan Standar Biaya Keluaran (SBK) (Peraturan Menteri
Keuangan) serta Standar Biaya Kementerian Perhubungan
(Peraturan Menteri Perhubungan);
7) Desain yang ditandatangani oleh Direktur Teknis;
8) Untuk kegiatan baru dilengkapi dengan dokumen:
a) bukti kepemilikan lahan yang dibuktikan dengan dokumen
kepemilikan lahan;
b) kepastian keberadaan jalan akses.
- 31 -

c) Rencana Induk (Masterplan) atau Layout Plan yang disetujui


oleh Direktur Teknis terkait;
d) studi lingkungan;
e) ijin pembangunan;
f) tahapan pembangunan beserta kebutuhan anggarannya
sampai dengan selesai.
9) Untuk kegiatan rehabilitasi dilengkapi dengan :
a) data kinerja operasional;
b) foto;
c) surat rekomendasi dari instansi Pekerjaan Umum setempat
untuk bangunan rumah /gedung negara.
10) Untuk kegiatan pengembangan kapasitas dilengkapi dengan :
a) data kinerja operasional;
b) Rencana Induk (Masterplan);
c) studi lingkungan;
11) Untuk kegiatan Replacement dilengkapi dengan Surat
Penghapusan Aset.
2. melakukan pengecekan kelengkapan data dukung dengan mengisi
Format Catatan Hasil Penelitian dan Berita Acara yang sudah tersedia di
aplikasi E-Planning;
3. mencetak catatan hasil penelitian dan berita acara untuk selanjutnya
dilakukan proses penandatanganan oleh pejabat terkait;
4. catatan hasil penelitian minimal dibuat rangkap 3 (tiga) untuk Bagian
Perencanaan Eselon I, Biro Perencanaan dan Pejabat Reviu Inspektorat
Jenderal;
5. membuat rekapitulasi catatan hasil penelitian sebagaimana format
dalam Lampiran;
6. menyampaikan rekapitulasi catatan hasil penelitian kepada Menteri
melalui Sekretaris Jenderal dengan tembusan Inspektur Jenderal dan
Pejabat Eselon I;
7. reviu akan dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal dengan mengacu
pada pedoman tata cara pelaksanaan reviu.

E. E-Planning dan Tagging


Dalam setiap tahapan penyusunan RKA dilakukan dengan melalui aplikasi
E-Planning untuk mewujudkan proses perencanaan penganggaran yang
- 32 -

efektif, efisien, transparan dan akuntabel. Pustikom melakukan


pendampingan terhadap keberlangsungan aplikasi E-Planning.
Dalam setiap tahapan penyusunan, unit kerja Eselon I agar melakukan
proses penandaan (tagging) untuk kegiatan antara lain:
1. Kegiatan yang mendukung Prioritas Nasional (PN);
2. Kegiatan yang mendukung Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan
Industri (KI), dan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN).
3. Mendukung daerah tertinggal, terpencil, terluar dan perbatasan.
4. Responsif Gender;
5. Mitigasi Iklim;
6. Teknologi Informasi dan Komunikasi;
7. Padat Karya;
8. Daerah rawan bencana;
9. Papua dan Papua Barat.
-33-

F. PROSES TAHAPAN PENYUSUNAN RKA


Flowchart Proses Tahapan Penyusunan RKA Di Lingkungan Kementerian Perhubungan

PE LA K SAN A M u tu B a k u

P e m r a k a r s a o le h T i m V e r i f i k a t o r (B ir o
A P IP In s ta n s i
P em rak arsa
NO U R A IA N K E G IA T A N G u b e r n u r / D ir e k t u r B a d a n L it b a n g P e r e n c a n a a n d a n B a g ia n B ir o S e t d it je n / B ir o P e ja b a t D okum en K et
(U P T d i (In s p e k t o r a t P u s t ik o m S e s je n M e n te ri L a in W a k tu
U tam a BU M N . M e n te r i P erh u bu n g an P eren ca n aan , LPPBM N S etb a d a n P eren ca n a a n E s e lo n I K e le n g k a p a n
K em en h ub ) J e n d e r a l)
d a ri K L L a in n y a S e t d i t j e n /S e t b a d a n )

A PENYUSUNAN PAG U KEBU TU H AN

P e n y u s u n a n d a n p e m u t a k h i r a n r e v iu a n g k a d a s a r d a n
p e r k ir a a n m a ju
□ - -O
P e n y a m p a i a n u s u l a n k e g i a ta n d a l a m P a g u K e b u t u h a n
d a r i U P T K e m e n t e r i a n P e r h u b u n g a n / K e p a la S a t k e r / o t ) ?\
j —
_______
1
1
K e p a la P u s a t / K e p a la B ir o k e p a d a P e ja b a t U n it K e ija
E s e lo n I
1_
P e n y a m p a i a n u s u l a n k e g i a ta n d a l a m P a g u K e b u t u h a n
d a r i G u b e r n u r / D i r e k t u r U t a m a B U M N , M e n te r i d a r i K /L
L a in n y a d a n M a s y a ra k a t
E > HJ
K o o r d in a s i a w a l t e r h a d a p u s u l a n k e g i a ta n y a n g P e m e rin ta h D a era h
P e n y a m p a ia n p a lin g
d i s a m p a i k a n o l e h K e p a la U P T / K e p a la S a t k e r / K e p a la
P u s a t / K e p a l a B ir o d e n g a n b e r k o o r d i n a s i d e n g a n C n
J * -
1-- It
1_______ n
B e r ita A c a ra
P em b ah a sa n
l a m b a t p a d a M in g g u
(B a p p e d a P ro v in si
d a n K e p a la D in a s

P e m e rin ta h D a e ra h ....... — ... ..... J


p
k e-2 F e b ru a ri
P e rh u b u n g a n )

H a s il k o o r d i n a s i a w a l b e r u p a d a f a r u s u l a n k e g i a ta n
d i s a m p a i k a n o l e h U n it K e ija E s e lo n I k e p a d a M e n te r i c .q
S c s je n
_ J
H . ______ r
L _ _ r

D a f t a r u s u l a n k e g i a ta n d i i n p u t d a n d i u n g g a h o le h
U P T / S a t k e r k e d a l a m A p lik a s i E - P la n n in g
b

P e la k s a n a a n p a lin g
B e r ita A c ara
V e r if ik a s i d a f t a r u s u l a n k e g i a ta n s e b a g a i d a s a r
[j^ L>~
p e n y u s u n a n P a g u K e b u tu h a n
.................... 9 P em b ah a sa n
la m b a t p a d a A w al
M aret

P e n y a m p a ia n p a lin g
P e n y a m p a i a n r e k a p i t u l a s i d a f t a r u s u l a n k e g i a ta n k e p a d a
la m b a t p a d a A k h ir
M e n te r i P e r h u b u n g a n
B u l a n A p ril

P e l a k s a n a a n R a p a t P le n o y a n g d i p i m p i n o le h M e n te r i
B e r i t a A c a ra
P e r h u b u n g a n , d a n d i h a d i r i o l e h s e l u r u h P e j a b a t E s e lo n I
R a p a t P le n o
d a n P e j a b a t E s e l o n II u n t u k m e n e t a p k a n P a g u
K em enhub
K e b u tu h a n [
J
P e n e ta p a n P a g u K e b u tu h a n LJ
P e n y a m p a ia n P a g u K e b u tu h a n p e r p ro g ra m k e p a d a
K e m e n te ria n P e r e n c a n a a n P e m b a n g u n a n N a s io n a l/
B a p p e n a s d a n K e m e n te ria n K e u a n g a n se b a g a i d a s a r
■o R e k a p itu la s i
U su la n Pagu
K e b u tu h a n
p e n y u s u n a n r e s o u r c e e n v e lo p e j_________

P e n y a m p a i a n r i n c i a n k e g i a ta n P a g u K e b u tu h a n k e p a d a
i
B a d a n L i t b a n g u n t u k d i l a k u k a n e v a l u a s i k e m a n f a a ta n
n 3
-34-

B P EN YU SU N A N P A G U IN D IK A T IF
m
P e n e r i m a a n S u r a t B e r s a m a M e n te r i P P N / B a p p e n a s d a n - C _ > ' B u l a n A p ril
M e n te r i K e u a n g a n t e n t a n g P a g u I n d i k a t i f

P e n y e m p u r n a a n P a g u I n d i k a t i f P e r P ro g ra m y a n g
d i t e t a p k a n o l e h M e n te r i c .q S e k r e t a r i s J e n d e r a l . p H
J ___
P e n y a m p a ia n p e n y e m p u r n a a n P a g u I n d i k a t i f P e r P ro g ra m
k e p a d a P a r a P e j a b a t E s e lo n 1 d i l i n g k u n g a n k e m e n t e n a n
P erh u b u n g a n _______ i________

P e n y a m p a ia n p e n y e m p u r n a a n P a g u In d ik a tif p e r p ro g ra m
k e p a d a K e m e n t e r ia n K e u a n g a n d a n K e m e n te r ia n >— i i

P P N /B a D D e n a s
S e s i t j e n / S e s d i i j e n / S e s b a d a n / K e p a la B ir o / K a p u s
m e l a k u k a n p e n y e m p u r n a a n r i n c i a n k e g i a ta n d a l a m P a g u
I n d i k a t i f y a n g s u d a h d i t e t a p k a n o l e h M e n te r i c .q
■ L D
S e k re ta ris J e n d e ra l

R in c i a n k e g i a t a n d a l a m P a g u I n d i k a t i f d i i n f o r m a s i k a n
H
o l e h U n i t O r g a n i s a s i E s e lo n I k e p a d a s e l u r u h U P T / S a tk e r L J
j i
U P T / S a t k e r m e n g i n p u t d a n m e n g u n g g a h r i n c i a n k e g ia ta n
d a la m P ag u In d ik a tif k e d a la m a p lik a s i E - F la n n in n y

V e rifik a s i P a g u I n d i k a t i f o le h B a g ia n P e r e n c a n a a n d a n
O L _
B ir o P e r e n c a n a a n i
j.

P e n y u s u n a n R in c i a n K e g ia ta n P a g u I n d i k a t i f b e r d a s a r k a n
P e m e n n ia h D a era h .
h a s i l v e r if i k a s i s e b a g a i b a h a n p e l a k s a n a a n M u ltila te r a l
— K /L te rk a it,
M e e tin g ( K e m e n te r ia n P e r h u b u n g a n , B a p p e n a s ,
B appenas,
K e m e n k e u d a n K /L te r k a i t) d a n T r i l a t e r a l M e e tin g
K em enkeu
( K e m e n t e r ia n P e r h u b u n g a n , B a p p e n a s d a n K e m e n k e u )

P e n y a m p a i a n r i n c i a n k e g i a ta n d a l a m P a g u I n d i k a t i f R e k a p itu la s i

k e p a d a M e n te r i P e r h u b u n g a n s e b a g a i n b a h a n a c u a n L > HI U s u la n P agu

d a la m fo ru m M u s r e n b a n g n a s jl In d ik a tif

P e n y u s u n a n r i n c i a n k e g i a ta n d a l a m P a g u I n d i k a t i f d a la m
b e n t u k R e n c a n a K e ija (R e n ja ) L h

P e n y a m p a i a n R e n c a n a K e ija (R e n ja ) k e p a d a M e n te r i j i
i _ j
P P N /K e p a la B a p p e n a s
i
-35-

c PENYUSUNAN PAGU ANGGARAN


____ 1___
» f
P e n y a m p a i a n S u r a t B e r s a m a M e n te r i K e u a n g a n d a n
i
M e n t e r i P P N / B a p p e n a s t e n t a n g P a g u A n g g a ra n k e p a d a i B u la n J u n i - J u l i
i
M e n te r i P e r h u b u n g a n
P e n y e m p u r n a a n P a g u .A n g g a ran P e r P ro g ra m y a n g

9 -h
d i t e t a p k a n o l e h M e n te r i c .q S e k r e ta r i s J e n d e r a l

b e r d a s a r k a n S u r a t B e r s a m a M e n te r i K u a n g a n d a n
M e n te ri P P N /K e p a la B a p p e n a s
P e n y a m p a i a n P a g u A n g g a ra n P e r P ro g ra m k e p a d a P a r a

P e j a b a t E s e l o n 1 d i l i n g k u n g a n K e m e n te r ia n

P e rh u b u n g a n
-c
? i
P e n y a m p a i a n p e n y e m p u r n a a n P a g u A n g g a ra n p e r

p r o g r a m k e p a d a K e m e n t e r i a n K e u a n g a n d a n K e m e n te r ia n u
P P N /B a p p e n a s
S e s i tj e n / S e s d iije n / S e s b a d a n / K e p a la B ir o / K a p u s

J
m e l a k u k a n p e n y e m p u r n a a n r i n c i a n k e g ia ta n d a l a m P a g u
- r
A n g g a r a n y a n g s u d a h d i t e t a p k a n o le h M e n te r i c .q

S e k re ta ris J e n d e r a l

R i n c i a n k e g i a t a n d a l a m P a g u A n g g a ra n d i i n f o r m a s i k a n
o l e h U n i t O r g a n i s a s i E s e lo n i k e p a d a s e l u r u h U P T / S a tk e r

U P T / S a t k e r m e n g i n p u t d a n m e n g u n g g a h r i n c i a n k e g i a ta n j i
d a la m P ag u A n g g a ra n k e d a la m a p lik a s i E - P la n n in g

__1------ L _ B e r ita A c a ra
P e n e l i t i a n P a g u A n g g a ra n 1___ T 1 B u la n J u n i - J u l i
P e n e litia n

R e v i u P a g u A n g g a ra n r j
B e r ita A c a ra
R e v iu

P e n y a m p a i a n H a s il P e n e l i t i a n d a n R e v iu P a g u A n g g a ra n —i 1— i i - r 1 1
k e p a d a m a s i n g - m a s i n g P e j a b a t E s e lo n 1 u n t u k
1___ I i___ i
d i s e m p u r n a k a n d e n g a n t e m b u s a n M e n te r i P e r h u b u n g a n

R K A P a g u A n g g a r a n y a n g t e l a h d i s e m p u r n a k a n , k e m b a li j
d i s a m p a i k a t i k e p a d a M e n te r i P e r h u b u n g a n d e n g a n

d i k o o r d i n a s i k a n o le h S e k r e ta r i s J e n d e r a l u n t u k
s e la n ju tn y a a k a n d ig u n a k a n seb a g ai b a h a n u n tu k
k o n s u l t a s i d e n g a n D P R -R I

P e n y a m p a i a n R K A P a g u A n g g a ra n k e p a d a M e n te r i

K e u a n g a n d a n M e n te r i P P N / B a p p e n a s s e b a g a i b a h a n - o - a1
p e n e l a a h a n d a l a m f o r u m T r ila te r a l M e e tin g a n t a r a K /L , 1
1
1
1
K em enkeu d an B appenas 1
-36-

i
D PENYUSURAN PAG U ALO K ASI AN G G ARAN 1

P e n e r i m a a n S u r a t B e r s a m a M e n te r i K e u a n g a n d a n
M e n te r i P P N / B a p p e n a s t e n t a n g P a g u A lo k a s i A n g g a ra n
k e p a d a M e n te r i P e r h u b u n g a n
u B u la n O k to b e r

P e n y e m p u r n a a n P a g u .A lokasi A n g g a r a n P e r P ro g ra m y a n g
d i t e t a p k a n o l e h M e n te r i c .q S e k r e t a r i s J e n d e r a l .

P e n y a m p a ia n P a g u A lo k a s i A n g g a ra n P e r P ro g ra m k e p a d a l
£ □

P a r a P e j a b a t E s e lo n 1 d i l i n g k u n g a n K e m e n te r ia n
P erh u b u n g a n
P e n y a m p a ia n RKA P a g u .A lo k asi A n g g a ra n k e p a d a D P R RI

n
s e b a g a i b a h a n p e m b a h a s a n d a l a m R a p a t K e ija d e n g a n d ]
M e n te r i P e r h u b u n g a n d a n R a p a t D e n g a r P e n d a p a t (RDP)
d e n g a n P e j a b a t E s e lo n 1

P e n y e s u a i a n RKA P a g u A lo k a s i A n g g a ra n b e r d a s a r k a n . r
h a s i l r a p a t k e i j a d a n R D P d e n g a n D P R RI
1 i - -11_____ 1*"
1-
Li >
____ r r
R in c i a n k e g i a ta n d a l a m P a g u .A lo k asi A n g g a ra n
d i i n f o r m a s i k a n o le h U n i t O r g a n i s a s i E s e lo n 1 k e p a d a
s e l u r u h U P T / S a tk e r

U P T / S a t k e r m e n g i n p u t d a n m e n g u n g g a h r i n c i a n k e g i a ta n
d a l a m P a g u A lo k a s i .A n g g a ra n k e d a l .u n a p l i k a s i e
p la n m n n g
6
f-------- L B e r ita A c a ra
P e n e l i t i a n P a g u A lo k a s i A n g g a r a n B u la n O k to b e r
P e n e litia n

B e r ita A c a ra
R e v iu P a g u A l o k a s i .A n g g a ran t
p _ j — i r
R e v iu

P e n y a m p a i a n H a s il P e n e l i t i a n d a n R e v iu P a g u A lo k a s i
^ 1 _____ 1 l_____ l □
.A n g g a ra n k e p a d a m a s i n g - m a s i n g P e j a b a t E s e lo n I u n t u k
i
d i s e m p u r n a k a n d e n g a n t e m b u s a n M e n te r i P e r h u b u n g a n
P e n y a m p a i a n RKA P a g u A lo k a s i A n g g a ra n k e p a d a M e n te r i
K e u a n g a n d a n M e n te r i P P N / B a p p e n a s s e b a g a i b a h a n □
p e n e l a a h a n d a l a m fo r u m T r i l a t e r a l M e e tin g a n t a r a K/'L,
K em enkeu d a n B ap p en as
R e v iu t e r h a d a p H a r g a P e r k i r a a n S a t u a n (H PS ) y a n g
d i l a k u k a n I n s p e k t o r a t J e n d e r a l t e r h a d a p p ro y e k - p r o y e k
s tr a te g is
r
P e n a n d a t a n g a n a n L e m b a r P e r s e t u j u a n P a g u A lo k a s i
c Jd
A n g g a r a n o l e h K o m is i V D P R RI

P E N Y A M P A IA N D A F T A R IS IA N P E L A K S A N A A N
E
A N G G A R A N (D IP A )

P e n a n d a t a n g a n a n D1PA I n d u k o l e h M e n te ri c
p t

P e n e t a p a n DI P A I n d u k - c
a _

P e n y a m p a i a n s u r a t d a r i D iije n A n g g a ra n K e m e n te r ia n 1-------- L
K e u a n g a n t e r k a i t p e n e r b i t a n D IPA K /L

P e n y a m p a i a n D IPA i n d u k k e p a d a m a s i n g - m a s i n g U n it
O D IP A I n d u k B u la n N o v e m b e r
K e ij a E s e l o n I
-3 7 -

BAB III
KLASIFIKASI AKUN BERDASARKAN JENIS

A. Standardisasi Keluaran ( O u tp u t ) Kegiatan dan Komponen, serta


Keluaran ( O u tp u t ) Generik
Standardisasi Keluaran (Output) Internal Untuk melihat efisiensi dan
efektivitas belanja Kementerian, dilakukan standardisasi keluaran
(output) yang secara umum digunakan oleh satker Kementerian.
Keluaran (output) yang dilakukan standardisasi adalah keluaran-
keluaran yang digunakan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar
serta sarana dan prasarana penunjang yang secara umum dibutuhkan
oleh instansi/perkantoran. Keluaran (output) ini dihasilkan oleh satker
yang melaksanakan fungsi kesekretariatan atau sejenisnya, dan juga
disebut sebagai keluaran (output) internal. Keluaran (output) internal
yang distandarkan adalah sebagai berikut:
1. Layanan Perkantoran (kode 994)
Volume : 1 (satu) Layanan
Komponen Indikator Keterangan
(contoh)
a. Gaji dan a. Realisasi a. Keluaran (output)
Tunjangan pembayaran Gaji ini ada di setiap
(kode: dan Tunjangan= satker.
pembayaran xx%; b. Komponen gaji
Gaji 001); dan b. Pembayaran Gaji dan tunjangan
b. Operasional dan Tunjangan termasuk dalam
dan yang tepat jenis belanja
pemeliharaan sasaran, tepat pegawai.
kantor (kode: waktu, dan tepat c. Komponen
002). jumlah; dan operasional dan
c. Realisasi pemeliharaan
penyediaan kantor termasuk
layanan dalam jenis
operasional dan belanja barang.
pemeliharaan d. Rincian tiap-tiap
kantor= xx%. komponen dapat
disesuaikan
-3 8 -

dengan
kebutuhan satker
sepanjang dalam
jenis belanja yang
sama.
e. Keluaran (output)
ini bersifat
permanen.
f. Indikator keluaran
(output) harus diisi
dengan target/
volume masing-
masing
komponen.

2. Layanan Sarana dan Prasarana Internal (kode 951)


Volume : 1 (satu) Layanan
Komponen Indikator Keterangan
(contoh)
a. Pengadaan a. Jumlah a. Keluaran (output) ini
kendaran pengadaan bisa ada di setiap
bermotor; kendaraan satker.
b. Pengadaan bermotor = xx b. Keluaran (output) ini
perangkat unit; dalam rangka
pengolah data b. Jumlah pemberian fasilitas
dan pengadaan sarana dan
komunikasi; perangkat prasarana dalam
c. Pengadaan pengolah data menunjang
peralatan dan komunikasi pelaksanaan tugas
fasilitas = xx unit; pegawai internal
perkantoran; c. Jumlah organisasi;
d. Pembangunan pengadaan c. Keluaran (output) ini
/renovasi peralatan bersifat sementara;
gedung dan fasilitas d. Keluaran (output) ini
bangunan;dan perkantoran = termasuk dalam
e. Pengadaan xx unit; jenis belanja modal,
tanah untuk d. Luas karena menambah
-3 9 -

pembangunan pembangunan / asset/Barang Milik


/renovasi renovasi gedung Negara (BMN)
gedug dan dan bangunan = Kementerian/
bangunan xx m2; dan Lembaga;
Luas pengadaan e. Rincian tiap-tiap
tanah untuk komponen
pembangunan /r disesuaikan dengan
enovasi gedung kebutuhan satker
dan bangunan = sepanjang dalam
xx m2. jenis belanja yang
sama;
f. Untuk pengadaan
Barang Milik Negara,
berpedoman pada
hasil penelahaan
Rencana Kebutuhan
BMN Kementerian/
Lembaga dengan
Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara-
Kementerian
Keuangan.
g. Volume dari masing-
masing komponen
wajib dicantumkan
pada indicator
keluaran (output)
yang harusdicetak
dalam DIPA.
-4 0 -

B. Standardisasi Keluaran (Output) Generik


Selain keluaran (output) yang dihasilkan Kementerian untuk keperluan
internal organisasi keluaran (output) internal juga dilakukan
standardisasi keluaran (output) eksternal yang bersifat generik.
Keluaran (output) eksternal adalah keluaran (output) yang dihasilkan
oleh unit-unit teknis yang ditujukan untuk penerima manfaat di luar
unit-unit yang bersangkutan. Sementara itu, keluaran (output) Generik
adalah keluaran (output) dihasilkan oleh unit-unit yang memiliki
fungsi serupa atau mirip sehingga memiliki keluaran (output) yang
serupa atau mirip.
Terkait dengan keluaran (output) generik, dilakukan standardisasi,
sebagai berikut:
1. Layanan dukungan manajemen Eselon I (kode 950)
Volume : 1 (satu) Layanan
Komponen Indikator Keterangan
(contoh)
a. Penyusunan a. Indeks kepuasan a. Keluaran (output)
rencana pengguna layanan ini hanya dimiliki
program dan kesekretariatan oleh unit eselon II
penyusunan eselon 1 = xx; yang
rencana b. Jumlah dokumen melaksanakan
anggaran, perencanaan yang fungsi
b. Pelaksanaan disusun = xx kesekretariatan
pemantauan dokumen; atau sejenisnya (
dan evaluasi; c. Nilai atas evaluasi contoh: untuk
c. Pengelolaan pelaksanaan Direktorat Jenderal
data dan RKA-K/L = xx; Angggaran hanya
informasi; d. Indeks kepuasan berada pada
d. Pengelolaan pengguna layanan Sekretariat Ditjen
keuangan; data dan Anggaran).
e. Pengelolaan informasi= xx; b. Keluaran ( output)
perbendaharaa e. Penyusunan ini bersifat
n; laporan keuangan permanen.
f. Pelayanan = xx laporan; c. Indikator keluaran
hukum dan f. Indeks ketepatan (output) diisi
kepatuhan waktu penelahaan dengan target
internal; kasus hukum = pencapaian
-4 1 -

g. Pengelolaan xx; keluaran (output)


kepegawaian; g. Indeks kepuasan atau volume
h. Pelayanan pengguna layanan komponen.
umum dan kepegawaian = xx;
perlengkapan; h. Indeks kepuasan
i. Pelayan rumah pengguna layanan
tangga; umum = xx;
j . Pelayanan i. Indeks ketepatan
hubungan waktu persiapan
masyarakat dan pelayanan
protokoler; dan keprotokoleran
k. Pelayanan pimpinan = xx;
organisasi, tata dan
laksana, dan j. Persentase
reformasi penyelesaian
birokrasi. proses bisnis =
xx%

2. Layanan Perencanaan (kode 952)


Volume : 1 (satu) Layanan
Komponen Indikator Keterangan
(contoh)
a. Penyusunan a. Jumlah a. Keluaran (output)
rencana kerja; dokumen ini hanya dimiliki
b. Penyusunan perencanaan oleh unit eselon II
rencana program yang disusun = atau eselon III yang
dan xx dokumen. melaksanakan
anggaran;=dan fungsi
c. Penyusunan perencanaan dan
laporan. penganggaran
tingkat
Kementerian /
Lembaga. Contoh
Biro Perencanaan
dan Keuangan di
Sekretariat
Jenderal
-4 2 -

Kementerian
Keuangan.
b. Indikator keluaran
(output) diisi
dengan target
pencapaian output
atau volume
komponen.

3. Layanan Pemantauan dan Evaluasi (kode 953)


Volume : 1 (satu) Layanan
Komponen Indikator Keterangan
(contoh)
a. Pelaksanaan a. Nilai Menteri a. Keluaran (output)
pemantauan Pendayagunaan bersifat permanen.
dan evaluasi; Aparatur Negara b. Indikator keluaran
b. Penyusunan dan Reformasi (output) diisi
laporan. Birokrasi dengan target
Akuntabilitas pencapaian output
Kinerja Instansi atau volume
Pemerintah (AKIP) komponen.
= xx; dan
b. Rekomendasi atas
hasil pemantauan
dan evaluasi.

4. Layanan manajemen Sumber Daya Manusia (kode: 954)


Volume : 1 (satu) Layanan
Komponen Indikator Keterangan
(contoh)
a. Rekrutmen dan a. Jumlah a. Keluaran (output) ini
pengangkatan kebijakan hanya dimiliki oleh
pegawai; perencanaan unit eselon II atau
b. Administrasi SDM = xx eselon III yang
kepegawaian; kebijakan; melaksanakan
c. Pembinaan b. Indeks kepuasan fungsi manajemen
kepegawaian; pengguna SDM tingkat
-4 3 -

d. Pengembangan layanan SDM = Kementerian/


pegawai; xx; Lembaga.
e. Pemantauan dan c. Persentase b. Keluaran (output) ini
penilaian Kinerja pejabat yang bersifat permanen.
pegawai; telah memenuhi c. Indikator keluaran
f. Penempatan / standar jabatan (output) diisi dengan
mutasi pegawai; = xx%; dan target pencapaian
g. Pemberhentian d. Persentase (output) atau volume
pegawai; pegawai yang komponen.
dan/atau telah memenuhi
h. Penyusunan standar hard.
laporan competency dan
kepegawaian soft competency
= xx%.

5. Layanan manajemen keuangan (kode: 955)


Volume : 1 (satu) Layanan
Komponen Indikator Keterangan
(contoh)
a. Penyusunan a. Penyusunan a. Keluaran (output) ini
rencana Laporan hanya dimiliki oleh
anggaran; Keuangan = xx unit eselon II atau
b. Pengelolaan laporan; dan eselon III yang
perbendaharaan; b. Indeks opini melaksanakan
dan Badan fungsi manajemen
c. Penyusunan Pemeriksa keuangan tingkat
Laporan Keuangan atas Kementerian /
Keuangan. Laporan Lembaga.
Keuangan = xx. b. Keluaran (output) ini
bersifat permanen.
c. Indikator keluaran
(output) diisi dengan
target pencapaian
keluaran (output)
atau volume
komponen.
-4 4 -

6. Layanan manajemen barang milik negara (kode: 956)


Volume : 1 (satu) Layanan
Komponen Indikator Keterangan
(contoh)
a. Penatausahaan a. Persentase a. Keluaran (output)
BMN; utilisasi aset ini hanya dimiliki
b. Penilaian BMN; Kementerian/ oleh unit eselon II
c. Pengalihan Lembaga = atau eselon III yang
BMN; xx%;dan melaksanakan
d. Penghapusan b. Indeks fungsi manajemen
BMN; dan ketepatan waktu BMN tingkat
e. Monitoring BMN; penyusunan Kementerian /Lemba
dan Rencana ga­
f. Penyusunan Kebutuhan BMN b. Keluaran (output) ini
laporan BMN. = xx%. bersifat permanen,
c. Indikator keluaran
(output) diisi dengan
target pencapaian
keluaran (output)
atau volume
komponen.

7. Layanan Hukum (kode: 957)


Volume : 1 (satu) Layanan
Komponen Indikator Keterangan
(contoh)
a. Koordinasi a. Indeks a. Keluaran (output) ini
penyusunan ketepatan waktu hanya dimiliki oleh
produk hukum; penyelesaian unit eselon II atau
dan rancangan eselon III yang
b. Penyusunan peraturan = xx; melaksanakan
laporan. dan fungsi manajemen
b. Indeks produk hukum
ketepatan waktu tingkat Kementerian
penyelesaian /Lembaga.
telaahan hukum b. Keluaran (output) ini
= XX. bersifat permanen.
-4 5 -

c. Indikator keluaran
(output) diisi dengan
target pencapaian
keluaran (output)
atau volume
komponen.

8. Layanan hubungan masyarakat dan informasi (kode: 958)


Volume : 1 (satu) Layanan
Komponen Indikator Keterangan
(contoh)
a. Hubungan a. Indeks ketepatan a. Keluaran (output)
masyarakat; waktu ini hanya dimiliki
b. Kampanye/ penyelesaian oleh unit eselon II
edukasi publik; rancangan atau eselon III yang
c. Penyediaan peraturan = xx; melaksanakan
informasi publik; dan fungsi hubungan
dan b. Persentase opini masyarakat dan
d. Penyusunan negatif publikasi tingkat
laporan. pemberitahuan Kementerian/
Kementerian/ Lembaga.
Lembaga pada b. Indikator keluaran
media = xx%. (output) diisi
dengan target
pencapaian
keluaran (output)
atau volume
komponen.

9. Layanan protokoler (kode: 959)


Volume : 1 (satu) Layanan
Komponen Indikator Keterangan
(contoh)
a. Koordinasi a. Indeks ketepatan a. Keluaran (output)
keprotokoleran; waktu persiapan ini bersifat
b. Pelaksanaan pelayanan permanen;
keprotokoleran; keprotokolan b. Indikator keluaran
-4 6 -

dan pimpinan = xx; (output) diisi


c. Keamanan b. Jumlah pedoman dengan target
keprotokoleran. Norma, Standar, pencapaian
Prosedur, dan keluaran (output)
Kriteria (NSPK) atau volume
bidang komponen.
keprotokoleran =
xx pedoman;
c. Indeks ketepatan
waktu persiapan
pelayanan
keprotokoleran
pimpinan = xx;
dan
d. Jumlah pedoman
NSPK bidang
keprotokoleran =
xx pedoman

10. Layanan manajemen organisasi (kode: 960)


Volume : 1 (satu) Layanan
Komponen Indikator Keterangan
(contoh)
a. Pengelolaam a. Persentase a. Keluaran (output)
kelembagaan; penyelesaian ini hanya dimiliki
b. Tata laksana proses bisnis = oleh unit eselon II
organisasi; xx%; dan atau eselon III yang
c. Koordinasi b. Persentase melaksanakan
kelembagaan. penyelesaian fungsi manajemen
layanan penataan organisasi dan tata
organisasi = xx % laksana tingkat
Kementerian/
Lembaga.
b. Indikator keluaran
(output) diisi
dengan target
pencapaian
-4 7 -

keluaran (output)
atau volume
komponen.

11. Layanan reformasi birokrasi (kode: 961)


Volume : 1 (satu) Layanan
Komponen Indikator Keterangan
(contoh)
a. Pelaksanaan a. Penyusunan a. Keluaran (output)
reformasi cetak biru ini bersifat
birokrasi; reformasi permanen;
b. Pemantauan dan birokrasi= xx b. Indikator keluaran
evaluasi cetak biru; (output) diisi
reformasi b. Indeks penilaian dengan target
birokrasi;dan mandiri pencapaian
c. Penyusunan pelaksanaan keluaran (output)
laporan. reformasi atau volume
birokrasi = xx komponen.
;dan
c. Indeks kepuasan
pemangku
kepentingan atas
kualitas
pelayanan publik
= XX.

12. Layanan umum (kode: 962)


Volume : 1 (satu) Layanan
Komponen Indikator Keterangan
(contoh)
a. Layanan umum a. Jumlah a. Keluaran (output) ini
rumah tangga; pedoman NPSK hanya dimiliki oleh
b. Pengelolaan bidang unit eselon II atau
arsip dan ketatausahaan eselon III yang
persuratan; dan kearsipan, melaksanakan
c. Pengelolaan perlengkapan fungsi manajemen
keamanan dan dan rumah organisasi dan tata
-48-

ketertiban tangga = xx laksana tingkat


lingkungan; pedoman; Kementerian/
d. Pengadaan b. Indeks kepuasan Lembaga;
barang/jasa; pengguna b. Keluaran (output) ini
e. Pengelolaan layanan umum = bersifat permanen.
sarana dan xx; c. Indikator keluaran
prasarana; c. Jumlah (output) diisi dengan
f. Pengelolaan pedoman NPSK target pencapaian
layanan bidang keluaran (output)
perpustakaan; ketatausahaan atau volume
dan dan kearsipan, komponen.
g. Pengelolaan perlengkapan
layanan dan rumah
kesehatan. tangga = xx
pedomanjdan
d. Indeks kepuasan
penggunan
layanan umum=
XX.

13. Layanan data dan informasi (kode: 963)


Volume : 1 (satu) Layanan
Komponen Indikator Keterangan
(contoh)
a. Manajemen a. Indeks a. Keluaran (output) ini
sistem dan kepuasan hanya dimiliki oleh
informasi; pengguna unit eselon II atau
b. Pengolahan data layanan data eselon III yang
dan dan informasi = melaksanakan
informasi;dan xx indeks; fungsi manajemen
c. Penyusunan organisasi dan tata
laporan. laksana tingkat
Kementerian/
Lembaga;
b. Keluaran (output) ini
bersifat permanen.
c. Indikator keluaran
-4 9 -

(output) diisi dengan


target pencapaian
keluaran (output)
atau volume
komponen.

14. Layanan kerjasama internasional (kode: 964)


Volume : 1 (satu) Layanan
Komponen Indikator Keterangan
(contoh)
a. Administrasi a. Indeks a. Keluaran (output) ini
proyek yang ketepatan waktu hanya dimiliki oleh
didanai penyelesaian unit eselon II atau
hibahjdan administrasi eselon III yang
b. Penyusunan proyek yang melaksanakan
laporan. didanai hibah = fungsi manajemen
xx; organisasi dan tata
laksana tingkat
Kementerian/
Lembaga;
b. Keluaran (output) ini
bersifat permanen.
c. Indikator keluaran
(output) diisi dengan
target pencapaian
keluaran (output)
atau volume
komponen.

15. Layanan audit internal (kode: 965)


Volume : 1 (satu) Layanan
Komponen Indikator Keterangan
(contoh)
-5 0 -

a. Audit; a. Presentase hasil a. Keluaran (output) ini


b. Reviu; pengawasan hanya dimiliki oleh
c. Evaluasi; internal yang unit eselon 11 atau
d. Pemantauan; ditindaklanjuti eselon III yang
e. Asistensi, = xx%; melaksanakan
Fasilitasi, dan b. Nilai hasil fungsi manajemen
pelatihan;dan telaah sejawat = organisasi dan tata
f. Kegiatan xx; dan laksana tingkat
pengawasan c. Nilai Internal Kementerian/
lainnya. Audit Capability Lembaga;
Model (IA-CM) = b. Keluaran (output) ini
XX. bersifat permanen.

c. Indikator keluaran
(output) diisi dengan
target pencapaian
keluaran (output)
atau volume
komponen.

16. Layanan pendidikan dan pelatihan (kode: 966)


Volume : 1 (satu) Layanan
Komponen Indikator Keterangan
(contoh)
a. Standardisasi a. Jumlah ASN yang a. Keluaran (output)
dan sertifikasi; mengikuti ini hanya dimiliki
dan pendidikan = xx oleh unit eselon II
b. Pengembangan orang; atau eselon III
kompetensi. b. Presentase lulusan yang
diklat dengan nilai melaksanakan
minimal baik = xx fungsi
%; dan manajemen
c. Indeks persepsi organisasi dan
peserta diklat tata laksana
terhadap proses tingkat
pembelajaran = Kementerian /
XX. Lembaga;
-5 1 -

b. Keluaran (output)
ini bersifat
permanen.
c. Indikator
keluaran (output)
diisi dengan
target pencapaian
keluaran (output)
atau volume
komponen.

17. Layanan penelitian dan pengembangan (kode: 967)


Volume : 1 (satu) Layanan
Komponen Indikator Keterangan
(contoh)
a. Pelaksanaan a. Jumlah a. Keluaran (output) ini
penelitian; penelitian yang hanya dimiliki oleh
b. Pelaksanaan dilaksanakan = unit eselon II atau
pengkajian; xx penelitan; eselon III yang
c. Pelaksanaan b. Jumlah kajian melaksanakan fungsi
pengembanga yang dihasilkan manajemen
n; = xx kajian; dan organisasi dan tata
d. Penerapan c. Jumlah hasil laksana tingkat
hasil litbang; Litbang yang Kementerian/
dan diterapkan = xx Lembaga;
e. Penyusunan Litbang. b. Keluaran (output) ini
laporan bersifat permanen.
c. Indikator keluaran
(output) diisi dengan
target pencapaian
keluaran (output)
atau volume
komponen.
-5 2 -

18. Layanan pendidikan kedinasan (kode: 968)


Volume : 1 (satu) Layanan
Komponen Indikator Keterangan
(contoh)
a. Perencanaan a. Presentase lulusan a. Keluaran (output)
pendidikan; sekolah kedinasan ini hanya dimiliki
b. Pelaksanaan dengan predikat oleh unit eselon II
pendidikan; minimal baik = xx atau eselon III yang
c. Pemantauan %; dan melaksanakan
dan b. Indeks kepuasan fungsi manajemen
evaluasijdan pengguna layanan organisasi dan tata
d. Penyusunan lulusan sekolah laksana tingkat
laporan. kedinasan = xx. Kementerian /Lemb
aga;
b. Keluaran (output)
ini bersifat
permanen.
c. Indikator keluaran
(output) diisi
dengan target
pencapaian
keluaran (output)
atau volume
komponen.
-5 3 -

19. Layanan Bantuan Hukum (kode: 969)


Volume : 1 (satu) Layanan
Komponen Indikator Keterangan
(contoh)
a. Perencanaan a. Presentase a. Keluaran (outpvt) ini
bantuan putusan hanya dimiliki oleh
hukum; perkara perdata unit eselon II atau
b. Pelaksanaan yang eselon III yang
bantuan berkekuatan melaksanakan
hukum; hokum tetap fungsi manajemen
c. Pemantauan yang organisasi dan tata
dan dimenangkan - laksana tingkat
evaluasi; dan xx %; dan Kementerian /Lemb
d. Penyusunan b. Indeks aga;
laporan. ketepatan b. Keluaran (output) ini
waktu bersifat permanen.
penyelesaian c. Indikator keluaran
telaahan kasus (output) diisi dengan
hukum = xx; target pencapaian
dan keluaran (output)
c. Jumlah atau volume
pendampingan komponen.
di Kepolisian/
Kejaksaan
/Komisi
Pemberantasan
Korupsi/
Pengadilan = xx
pendampingan.
!1
1

20. Layanan Dukungan Manajemen Satker (kode: 970)


Volume : 1 (satu) Layanan
Komponen Indikator Keterangan
(contoh)
a. Penyusunan a. Indeks a. Keluaran (output)
rencana kepuasaan ini hanya dimiliki
-5 4 -


program dan pengguna oleh unit eselon II
penyusunan layanan atau eselon III
rencana kesekretariat yang
anggaran; an eselon II = melaksanakan
b. Pelaksanaan xx; fungsi manajemen
pemantauan b. Jumlah organisasi dan
dan evaluasi; dokumen tata laksana
c. Pengelolaan perencanaan tingkat
keuangan yang disusun Kementerian /Lem
dan = XX baga;
perbendahar dokumen; b. Keluaran (output)
aan; c. Nilai atas ini bersifat
d. Pengelolaan evaluasi permanen.
kepegawaian pelaksanaan c. Indikator
; dan RKA-KL = xx; keluaran (output)
e. Pelayanan d. Penyusunan diisi dengan target
umum laporan pencapaian
Pelayanan keuangan = keluaran (output)
rumah xx laporan; atau volume
tangga dan e. Indeks komponen.
perlengkapa keupasan
n. pengguna
layanan
kepegawaian
= xx; dan
f. Indeks
kepuasan
pengguna
layanan
umum = xx.

Ketentuan mengenai keluaran (output) generik tersebut adalah:


1) Komponen dalam keluaran generic dengan kode 994 dan 951
harus mengikuti ketentuan tersebut di atas.
2) Komponen dalam keluaran (output) generic selain output dengan
kode 994 dan 951 dapat ditambah atau dikurangi seusuai dengan
-5 5 -

tugas dan fungsinya, sepanjang terdapat hubungan logis antara


komponen dengan keluaran (output).
3) Penggunaan keluaran (output) generic yang distandardisasi
disinergikan dengan penggunaan keluaran (output) Standar Biaya
Keluaran.
4) Satuan keluaran (output) “layanan” tidak diperkenankan digunakan
untuk keluaran (output) teknis yang tidak distandardisasikan.
-5 6 -

BAB IV
TEMPLATE DALAM PENYUSUNAN RKA

I. Rencana Kerja Anggaran Satker


A. Rencana Kinerja Satuan Kerja

BAGIAN A
RENCANA KERJA ANGGARAN SATKER
RENCANA KINERJA SATUAN KERJA
TAHUN ANGGARAN 20XX

A. KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA (XXX)............ (Berisikan Nama K/L beserta kodenya)


B. UNIT ORGANISASI (XXXXXX) (Berisikan Nama Unit Eselon I beserta kodenya)
C. SATUAN KERJA (XX)............. (Berisikan Nama Satuan Kerja beserta kodenya)
D. PROPINSI (XX).............. (Berisikan Propinsi Sa tker berada beserta kodenya)
E. KABUPATEN/KOTA (XX).............. (Berisikan lokasi Satker berada beserta kodenya)

Halaman :

PROGRAM/INDIKATOR KINERJA UTAMA ALOKASI ANGGARAN TA 20XX


KODE PROGRAM/HASIL/KEGIATAN/INDIKATOR KINERJA
VOLUME SATUAN ANGKA DASAR INISIATIF BARU JUMLAH
KEGIATAN/OUTPUT
(D (2) (3) (4) (5) (6)

xxx.xx.xx Program.... (Berisikan uraian nama Program) 9.999.999 9.999.999 9.999.999

Indikator Kinerla Utama Proeram


1
2
Hasil
H a sil.... (Berisikan uraian Hasil Program)
XXXX Kegiatan 1... (Berisikan uraian nama Kegiatan) 9.999.999 9.999.999 9.999.999

Indikator Kinerja Kegiatan


1
2
Output 1... (Berisikan uraian O utput Kegiatan) 99 sat 9.999.999 9.999.999 9.999.999
Output 2... (Berisikan uraian O utput Kegiatan) 99 sat 9.999.999 9.999.999 9.999.999
Output 3... (Berisikan uraian O utput Kegiatan) 99 sat 9.999.999 9.999.999 9.999.999
Dst....
XXXX Kegiatan 2... (Berisikan uraian nama Kegiatan) 9.999.999 9.999.999 9.999.999

Indikator Kineria Kegiatan


1
2
Output 1... (Berisikan uraian O utput Kegiatan)
Output 2... (Berisikan uraian O utput Kegiatan)
Output 3... (Berisikan uraian O utput Kegiatan)
Dst....
-5 7 -

B. R e n c a n a B e la n ja S a tu a n K e r ja

BAGIAN B
RENCANA KERJA ANGGARAN SATKER
RINCIAN BELANJA SATUAN KERJA
TAHUN ANGGARAN 20XX

A. KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA (XXX)............ (Berisikan Nama K/L beserta kodenya)


B. UNIT ORGANISASI (XXXXXX)..... (Berisikan Nama Unit Eselon I beserta kodenya)
C. SATUAN KERJA (XX).............. (Berisikan Nama Satuan Kerja beserta kodenya)
D. PROPINSI (XX).............. (Berisikan Propinsi S atker berada beserta kodenya)
E. KABUPATEN/KOTA (XX).............. (Berisikan lokasi Sa tker berada beserta kodenya)

Halaman :

PROGRAM/INDIKATOR KINERJA UTAMA ALOKASI ANGGARAN TA 20XX


SD/C KP/KD/
KODE PROGRAM/HASIl/KEGIATAN/IN DIKATOR KIN ERJA VOLUME
ANGKA DASAR INISIATIF BARU JUMLAH P DK/TP
KEGIATAN/OUTPUT SATUAN
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

xxx.xx.xx Program.... (Berisikan uraian nam a Program) 9.999.999 9.999.999 " 9.999.999

Indikator Kinerja Utama Program


1
2
Hasil
H a sil.... (Berisikan uraian Hasil Program)
XXXX Kegiatan 1... (Berisikan uraian nama Kegiatan) 9.999.999 9.999.999 r 9.999.999

Indikator Kineria Kegiatan


1
2
xxx.xx.xx Output 1....(Berisikan uraian O utput Kegiatan) 99 sat 9.999.999 9.999.999 9.999.999
XXX Suboutput 1 ....(berisikan uraian Suboutput) 9.999.999 9.999.999 9.999.999
XXX Komponen 1 ....(berisikan uraian Kom ponen) 9.999.999 9.999.999 9.999.999
Jumlah K om pon en ...(U tam a/Pendukun g) 9.999.999 9.999.999 9.999.999
XXX Komponen 2 ....(berisikan uraian Kom ponen) 9.999.999 9.999.999 9.999.999
dst....
XXX Suboutput 2 ....(berisikan uraian Suboutput) 9.999.999 9.999.999 9.999.999
dst....
X X X .X X .X X Output 2....(Berisikan uraian O utput Kegiatan) 99 sat 9.999.999 9.999.999 9.999.999
XXX Suboutput l....(b e risik a n uraian Suboutput) 99 sat 9.999.999 9.999.999 ” 9.999.999
Dst.... 9.999.999 9.999.999 9.999.999
XXXX Kegiatan 2... (Berisikan uraian nam a Kegiatan) 9.999.999 9.999.999 9.999.999

Dst.... 9.999.999 9.999.999 9.999.999


9.999.999 9.999.999 " 9.999.999

T.A 20XX
PAG U INISIATIF
ANGKA DASAR JUMLAH
BARU
RM
RMP
PNBP
BLU
PLN
HLN
PDN
HLN
PBS
TOTAL
-5 8 -

C . T a r g e t P e n d a p a ta n S a tu a n K e r ja

BAGIAN C
REN C AN A K ER JA A N G G A R A N SA TKER
T A R G E T PEN D A P A TA N SA TU A N KERJA
TA H U N A N G G A R A N 20XX

A. KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : (XXX).................. (Berisikan Nama K/L beserta kodenya)


B. UNIT ORGANISASI : (XXXXXX)........ (Berisikan Nama Unit Eselon I beserta kodenya)
C. SATUAN KERJA : (XX)..................... (Berisikan Nama Satuan Kerja beserta kodenya)
D. PROPINSI : (XX)..................... (Berisikan Propinsi Satker berada beserta kodenya)
E. KABUPATEN/KOTA : (XX)..................... (Berisikan lokasi Satker berada beserta kodenya)

TA RG ET
KODE PROGRAM KEGIATAN/SUMBER PENDAPATAN/AKUN PENDAPATAN
20XX - 1 20XX
U) (2) (3) (4)

r r
Program......(Berisikan uraian nama Program) 9.999.999 9.999.999

r r
Kegiatan 1... (Berisikan uraian nama Kegiatan) 9.999.999 9.999.999

PER PA JA K A N 9.999.999 ” 9.999.999


U ra ia n a k u n p e n d a p a ta n 9.999.999 9.999.999
U ra ia n a ku n p e n d a p a ta n 9.999.999 9.999.999

r r
PN BP 9.999.999 9.999.999
U m um 9.999.999 9.999.999
U ra ia n a k u n p e n d a p a ta n 9.999.999 9.999.999
U ra ia n a ku n p e n d a p a ta n 9.999.999 9.999.999

r r
F u n q sio n a l 9.999.999 9.999.999
U ra ia n a k u n p e n d a p a ta n 9.999.999 9.999.999
U ra ia n a k u n p e n d a p a ta n 9.999.999 9.999.999

Kegiatan 2... (Berisikan uraian nama Kegiatan) 9.999.999 ” 9.999.999

D st....

TO TA L T A R G E T T A 20XX - 1 TA RG ET TA 20 X X

PER PA JA K A N
PN BP
1. UM UM
2. FU N G SIO N A L
-5 9 -

D. P r a k ir a a n M a ju B e la n ja d a n T a r g e t S a tu a n K e r ja

BAGIAN D
RENCAN A KERJA A N G G A R A N SATKER
PRAKIRAAN M AJU BELAN JA DAN T A R G E T SATUAN KERJA
TAHUN A N G G A R A N 20XX+1, 20XX+2. 20XX+3

A. KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : (XXX)............. (Berisikan Nama K/L beserta kodenya)


B. UNIT ORGANISASI : (XXXXXX)...... (Berisikan Nama Unit Eselon 1beserta kodenya)
C. SATUAN KERJA ■(x x )................... (Berisikan Nama Satuan Kerja beserta kodenya)
D. PROPINSI (XX)............... (Berisikan Propinsi Satker berada beserta kodenya)
E. KABUPATEN/KOTA : (XX)............... (Berisikan lokasi Satker berada beserta kodenya)

1. PRAKIRAAN MAJU BELANJA

TA TA TA TA TA
KODE PROGRAM/KEGIATAN OUTPUT (VOL-SAT)
20XX - 1 20XX 20XX + 1 20XX + 2 20XX + 3
(D 12) (3) (4) (S) (6) |7|

r r Y
Program......(Berisikan nama Program) 9.999.999 9.999.999 9.999.999 9.999.999 9.999.999

y P r r
Kegiatan 1... (Berisikan nama Kegiatan) 9.999.999 9.999.999 9.999.999 9.999.999 9.999.999

K r r r r
O u tp u t 1 (B erisika n O u tp u t K eg ia ta n ) 9.999.999 9.999.999 9.999.999 9.999.999 9.999.999
(V o lu m e Satuan O utput) (99 satuan) (99 satuan) (99 satuan) (99 satuan) (99 satuan)
O u tp u t 2 (B erisika n O u tp u t K eg ia ta n ) 9.999.999 9.999.999 9.999.999 9.999.999 9.999.999
(V o lu m e Satuan O utp ut) (99 satuan) (99 satuan) (99 satuan) (99 satuan) (99 satuan)
O u tp u t 3 (B erisika n O u tp u t K eg ia ta n ) 9.999.999 9.999.999 9.999.999 9.999.999 9.999.999
(V o lu m e Satuan O utp ut) (99 satuan) (99 satuan) (99 satuan) (99 satuan) (99 satuan)
D st......

Kegiatan 2... (Berisikan nama Kegiatan)

D st......

II. PR AKIR AAN M A JU TA R G E T PEN DAPATAN

KODE PROGRAM/KEGIATAN OUTPUT (VOL-SAT) 20XX - 1 20XX 20XX + 1 20XX + 2 20XX + 3


(D (2) (3) (4) (5) (6) (7)

r r r t
Program......(Berisikan uraian nama Program) 9.999.999 9.999.999 9.999.999 9.999.999 9.999.999
f P r r r
Kegiatan 1... (Berisikan uraian nama Kegiatan) 9.999.999 9.999.999 9.999.999 9.999.999 9.999.999

r K r r r
PER PA JA KA N 9.999.999 9.999.999 9.999.999 9.999.999 9.999.999
r r P r *■
PN BP 9.999.999 9.999.999 9.999.999 9.999.999 9.999.999
r r r r y
1. UMUM 9.999.999 9.999.999 9.999.999 9.999.999 9.999.999
r r r y
2. FU N GSIO N A L 9.999.999 9.999.999 9.999.999 9.999.999 9.999.999

Kegiatan 2 ... ( Berisikan uraian nama Kegiatan)

Dst.....

PAG U SATKER BELAN JA TA R G E T PEN DAPATAN


T .A . 20XX
T .A . 20XX
T .A . 20XX +1
T .A . 20XX + 2
T .A . 20XX + 3
-6 0 -

II. Kertas Kerja Satker

KERTAS KERJA SATKER


RINCIAN BELANJA SATUAN KERJA
TAHUN ANGGARAN 20XX

A. KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : (XXX)................. (Berisikan Nama K/L beserta kodenya)


B. UNIT ORGANISASI : (XXXXXX)........ (Berisikan Nama Unit Eselon I beserta kodenya)
C. SATUAN KERJA : (XX).................... (Berisikan Nama Satuan Kerja beserta kodenya)
D. PROPINSI : (XX).................... (Berisikan Propinsi Satker berada beserta kodenya)
E. KABUPATEN/KOTA : (XX).................... (Berisikan lokasi Satker berada beserta kodenya)

ALOKASI ANGGARAN TA 20XX KP/


PROGRAM/KEGIATAN/OUTPUT/SUBOUTPUT/KO SD
KD/
KODE MPONEN/SUBKOMPONEN/AKUN VOLUME /c
ANGKA DASAR INISIATIF BARU JUMLAH DK/
BELANJA/DETIL BELANJA SATUAN P
TP
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

X X X .X X .X X Program......(Berisikan uraian nama Program) 9.999.999 9.999.999 ’ 9.999.999


Indikator Kineria Utama Program
1
2
X X X X Kegiatan 1... (Berisikan uraian nama Kegiatan) ' 9.999.999 " 9.999.999 9.999.999

Indikator Kineria Kegiatan


1
2
xxx.xx.xx Output 1.....(Berisikan uraian Komponen Kegiatan) 99 sat 9.999.999 r 9.999.999 ’ 9.999.999
XXX Suboutput 1....(berisikan uraian Suboutput) 9.999.999 9.999.999 9.999.999
XXX Komponen 1....(berisikan uraian Komponen) 9.999.999 r 9.999.999 9.999.999
Jumlah Komponen...(Utama/Pendukung) 9.999.999 9.999.999 9.999.999
XX Subkomponen 1 (berisikan uraian subkomponen) " 9.999.999 r 9.999.999 r 9.999.999

X X X X X Uraian akun belania ” 9.999.999 r 9.999.999 r 9.999.999


dst.....
X X X X X Uraian akun belania r 9.999.999 r 9.999.999 " 9.999.999
dst.....

XX Subkomponen 2 (berisikan uraian subkomponen) 9.999.999 9.999.999 9.999.999


Uraian akun belania ” 9.999.999 ” 9.999.999 " 9.999.999
dst.....

XXX Komponen 2 ....(berisikan uraian Komponen) ” 9.999.999 ’ 9.999.999 " 9.999.999


dst......
XXX Suboutput 2 ....(berisikan uraian Suboutput) r 9.999.999 r 9.999.999 ” 9.999.999
dst......

xxx.xx.xx Output 2..... (Berisikan uraian Output Kegiatan) 99 sat 9.999.999 9.999.999 9.999.999
XXX Suboutput 1....(berisikan uraian Suboutput) 9.999.999 9.999.999 ’ 9.999.999
Dst..... 9.999.999 9.999.999 9.999.999
X X X X Kegiatan 2... (Berisikan uraian nama Kegiatan) ” 9.999.999 r 9.999.999 9.999.999
Dst.....

T.A 20XX
PAG U INISIATIF
ANGKA DASAR JUMLAH
BARU
RM Lokasi, tanggal
RMP KPA
PNBP
BLU
PLN
HLN Nama
PDN NIP.
HLN
PBS
TOTAL
-6 1 -

III. Kerangka Acuan Kerja

KERANGKA ACUAN KERJA/TERM OF REFERENCE


KELUARAN (OUTPUT) KEGIATAN TA 20XX

Kementerian Negara/Lembaga : (1)


Unit Eselon l/lI : (2)
Program : (3)
Hasil (Outcome) : (4)
Kegiatan : (5)
Indikator Kinerja Kegiatan : (6)
Jenis Keluaran ( Output) ■ (7)
Volume Keluaran (Outtput) : (8)
Satuan Ukur Keluaran (Output) : (9)

A. Latar Belakang
1 Dasar Hukum (10)
2 Gambaran Umum (11)
B Penerima Manfaat (12)
C Strategi Pencapaian Keluaran
1 Metode Pelaksanaan (13)
2 Tahapan dan Waktu Pelaksanaan (14)
D Kurun Waktu Pencapaian Keluaran (15)
E Biaya Yang Diperlukan (16)

Direktur Teknis/Kepala Biro/Kepala Pusat Kepala UPT/Kepala Satker


Pejabat Eselon II

NAMA NAMA
NIP. NIP.
-6 2 -

IV. Rincian Anggaran Biaya

RINCIAN ANGGARAN BIAYA


KELUARAN (OUTPUT) KEGIATAN TA 20XX

K e m e n te ria n Negara/Lem baga


U n it Eselon ll/S a tk e r
Kegiatan
Keluaran (O u tp u t)
V o lu m e
Satuan Ukur
A lokasi Dana

uraian
V o lu m e Sub Jenis Kom ponen Rincian Perhitungan Harga
Kode S u b o u tp u t/K o m p o n Jum lah
O u tp u t (U tam a /P e nd uku ng) Jum lah Satuan

1 2 3 4 5 6 7
XXXX.XXXX S ub O utpu t 1 99 - - - 999,999
XXX K om ponen 1 - Utama - - 999,999
A Sub kom p o n e n A - - - - 999,999
- D e til be la nja 1 - - 99 sat. X 99 sat x .. 99 999 999,999
- D e til be la nja 2 - - 99 sat. X 99 sat x .. 99 999 999,999
- dst
- dst
B Sub kom p on en B - - - - 999,999
- dst
XXXX.XXXX S ub O utpu t 2 99 - - - 999,999
XXX K om ponen 1 - Utama - - 999,999
A Sub kom p on en A - - - - 999,999
- D e til belanja 1 - - 99 sat. X 99 sat x .. 99 999 999,999
- D e til belanja 2 - - 99 sat. X 99 sat x .. 99 999 999,999
- dst
- dst
B Sub kom p on en B - - - - 999,999
- dst

Eselon III terkait Kuasa Pengguna Anggaran

Nama Nama
NIP NIP
-6 3 -

V. Gender Budget Statement

GENDER BUDGET STATEMENT


(Pernyataan Anggaran Gender)

Nama K/L : (Nama Kementerian Negara/Lembaga)


Unit Organisasi : (Nama Unit Eselon I sebagai KPA)
Unit Eselon ll/Satker : (Nama Unit Eselon II di Kantor Pusat yang bukan sebagai Satker/Nama
Satker baik di Pusat atau Daerah)

Program Nama Program hasil restrukturasi


Kegiatan Nama Kegiatan hasil restrukturasi
Indikator Kinerja Kegiatan Nama Indikator Kinerja Kegiatan hasil restrukturisasi
Output Kegiatan Jenis, volume dan satuan suatu output kegiatan hasil restrukturisasi
Analisa Situasi 1) Uraian ringkas yang menggambarkan persoalan yang akan
ditangani/dilaksanakan. Uraian tersebut meliputi data pembuka
wawasan, faktor kesenjangan, dan penyebab permasalahan
kesenjangan gender.
2) Dalam hal data pembuka wawasan (berupa data terpilah) untuk
kelompok sasaran baik laki-laki maupun perempuan tidak tersedia (data
kuantitatif) maka dapat menggunakan data
- output/suboutput kegiatan yang akan dihasilkan mempunyai
pengaruh kepada kelompok sasaran tertentu
- Isu gender pada komponen..............
- (isu/kesenjangan gender yang ada pada komponen inputnya)
- (hanya komponen yang terdapat isu/kesenjangan gendernya)
Rencana Aksi (Dipilih hanya Komponen Tahapan dari suatu Output. Komponen ini harus relevan dengan
komponen yang secara langsung Output Kegiatan yang dihasilkan. Dan diharapkan dapat
mengubah konsisi kea rah menangani/mengurangi permasalahan kesenjangan gender
kesetaraan gender. Tidak semua yang telah diidentifikasikan dalam analisa situasi.
komponen dicantumkan) Komponen
Alokasi Anggaran Output Kegiatan (Jumlah anggaran (Rp) yang dialokasikan untuk mencapai Output Kegiatan)
Dampak/hasil Output Kegiatan Dampak/hasil secara luas dari Output Kegiatan yang dihasilkan dan dikaitkan
dengan isu gender serta perbaikan kearah kesetaraan gender

D irektur Teknis/Kepala Biro/Kepala Pusat


Pejabat Eselon II

Nama
NIP
-6 4 -

VI. Daftar Pagu Anggaran Per Satker

DAFTAR PAGU ANGGARAN PER SATKER


TAHUN ANGGARAN 20XX

KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA
UNIT ORGANIASASI
PROGRAM
PAGU PROGRAM

Alokasi anggaran tersebut, dirinci m enurut lokasi sebagai b e rik u t:

JENIS BELANJA SUMBER DANA


SATUAN KERJA BELANJA BELANJA BELANJA BANTUAN
LAIN-LAIN RM PNBP/BLU PDN/PHLN JUMLAH
PEGAWAI BARANG MODAL SOSIAL
(D (21 (3) (4| (S ) (6) (7) 18) (9) (10)
XXX NAMA SATKER '99.999.999 '99.999.999 '99.999.999 '99.999.999 '99.999.999 '99.999.999 99.999.999 ' 99.999.999 ' 99.999.999
XXX NAMA SATKER 99.999.999 99.999.999 '99.999.999 '99.999.999 '99.999.999 '99.999.999 99.999.999 ' 99.999.999 ' 99.999.999
XXX NAMA SATKER '99.999.999 '99.999.999 '99.999.999 99.999.999 99.999.999 '99.999.999 99.999.999 ' 99.999.999 ' 99.999.999
XXX NAMA SATKER '99.999.999 '99.999.999 99.999.999 '99.999.999 '99.999.999 '99.999.999 99.999.999 99.999.999 ' 99.999.999
XXX NAMA SATKER '99.999.999 '99.999.999 99.999.999 99.999.999 '99.999.999 '99.999.999 99.999.999 ' 99.999.999 ' 99.999.999
XXX NAMA SATKER '99.999.999 99.999.999 99.999.999 '99.999.999 '99.999.999 99.999.999 99.999.999 99.999.999 ’ 99.999.999
XXX NAMA SATKER '99.999.999 '99.999.999 99.999.999 '99.999.999 '99.999.999 '99.999.999 99.999.999 ' 99.999.999 ' 99.999.999
XXX NAMA SATKER '99.999.999 '99.999.999 99.999.999 '99.999.999 '99.999.999 99.999.999 99.999.999 ' 99.999.999 ' 99.999.999
XXX NAMA SATKER '99.999.999 '99.999.999 99.999.999 '99.999.999 '99.999.999 '99.999.999 99.999.999 ' 99.999.999 ' 99.999.999
XXX NAMA SATKER '99.999.999 '99.999.999 99.999.999 '99.999.999 99.999.999 99.999.999 99.999.999 ' 99.999.999 ' 99.999.999
XXX NAMA SATKER '99.999.999 '99.999.999 99.999.999 '99.999.999 99.999.999 '99.999.999 99.999.999 ' 99.999.999 ' 99.999.999
XXX NAMA SATKER '99.999.999 99.999.999 99.999.999 '99.999.999 '99.999.999 '99.999.999 99.999.999 ’ 99 .999.999 ' 99.999.999
XXX NAMA SATKER ' 99.999.999 '99.999.999 99.999.999 '99.999.999 '99.999.999 '99.999.999 99.999.999 ' 99.999.999 ' 99.999.999
XXX NAMA SATKER ' 99.999.999 '99.999.999 99.999.999 '99.999.999 '99.999.999 '99.999.999 99.999.999 k99 .999.999 99.999.999
XXX NAMA SATKER '99.999.999 '99.999.999 99.999.999 '99.999.999 '99.999.999 '99.999.999 99.999.999 " 99 .999.999 '99.999.999
XXX NAMA SATKER '99.999.999 '99.999.999 '99.999.999 '99.999.999 '99.999.999 '99.999.999 '99.999.999 " 99.999.999 '99.999.999

(ESELON I K/L)

NAM A
NIP/NRP
-65-

CATATAN HASIL PENELITIAN R KA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 20XX ( P A G U ..................... )


UMUM REHAB LANJUTAN BARU
3
0

DATA KINERJA
SESUAI RENJA

KONSISTENSI
1

SESUAI RKP

TAHAPAN
KETERANGAN

REK. PU
HARGA

LAHAN
SPTJM

FOTO
KODE PROG RAM/KEG1ATAN/OUTPUT VOL. SAT. JUMLAH O to o z
SATUAN tr
R
CD

2 8 u. (7) 5 *-
K
P
3
5 LENGKAP TIDAK

XXX Program (berisikan nama program) XXXXXX

XXX Kegiatan 1 (berisikan nama kegiatan) XXXXXX

XXX Output 1 (berisikan uraian output) XX XX 0 XXXXXX

XXX Suboutput 1 (berisikan uraian suboutput) XXXXXX

XXX Komponen (berisikan uraian komponen) XXXXXX

XXX MAK (berikan uraian Mata Anggaran Kegiatan) XXXXXX

- Detail belanja 1 (berisikan detail belanja) XX PKT XXXXX XXXXXX V v V V V V V V v v V V v XXXXXX

- Detail belanja 2 (berisikan detail belanja) XX PKT XXXXX XXXXXX V v V V V V V V v V V V V XXXXXX

XXX Kegiatan 2 (berisikan nama kegiatan) XXXXXX

XXX Output 2 (berisikan uraian output) XX XX 0 XXXXXX

XXX Suboutput 2 (berisikan uraian suboutput) XXXXXX

XXX Komponen (berisikan uraian komponen) XXXXXX

XXX MAK (berikan uraian Mata Anggaran Kegiatan) XXXXXX

XXX

XXX - Detail belanja 1 (berisikan detail belanja) XX PKT XXXXX XXXXXX V V V XXXXXX

XXX - Detail belanja 2 (berisikan detail belanja) XX PKT XXXXX XXXXXX

JUMLAH KELENGKAPAN DATA DUKUNG 0 0


Catatan : untuk kegiatan m ultiyears agar diberikan catatan dalam uraian kegiatan.

JAKARTA...... 20XX
BAGIAN PERENCANAAN PENELITI BIRO PERENCANAAN
UNITES. I

(.................................... )

Keterangan : V = Lengkap/Ada/Sesuai
* =Tidak Lengkap/Tidak Ada/Tidak Sesuai
1) TOR ditandatangani oleh Direktur Teknis/Kepala Pusat/Pejabat Eselon II
2) RAB ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan Pejabat Eselon III
-66-

B E R IT A A CARA
K O O R D IN A S I A W A L PEN YUSUN A N RENCANA K E R J A DAN ANGGARAN U N IT K E R J A E S E L O N I .................................TAHUN 2 0 X X
PROGRAM ..........................................................

Pada hari in i...... tanggal......... Bulan..........Tahun Dua Ribu............bertempat d i ......................................Tahun 20XX untuk U PT/Satker.................................................... dengan hasil kesepakatan per
kegiatan sebagai berikut :

I . K E G IA T A N ....................................... Rp.
I I . K E G IA T A N ....................................... Rp.
I I I . K E G IA T A N ....................................... Rp.

TO TAL R P-

Bagian Perencanaan Wakil Direktorat/ Pusat Kepala UPT/Satuan Kerja Dishub Provinsi..... Bappeda Provinsi ....
Setitjen/ Setditjen/ Setbadan

Peiabat Struktural Peiabat Struktural Peiabat Struktural Peiabat Struktural Peiabat Struktural
NIP...................................... NIP......................... NIP...................................... NIP...................................... NIP...................................

C a ta ta n P em bahas :

K eteran g an :
1) Anggaran tersebut diatas b e r s i f a t s e m e n t a r a yang selanjutnya akan disusun prioritas sesuai dengan Pagu Sub Sektor/Badan
2) Kelengkapan usulan harus sudah disampaikan kepada Kepala Bagian Perencanaan (sub sektor terkait) dan Kepala Biro Perencanaan Kementerian Perhubungan paling lambat bulan April 20XX.
3) Apabila segala kelengkapan/data dukung yang dibutuhkan tidak terpenuhi maka usulan tersebut akan ditinjau kembali (ditangguhkan).
4 ) Alokasi dana dalam ribuan Rupiah.
* ) Coret yang tidak perlu.
-6 7 -

DAFTAR USULAN KEGIATAN PADA KOORDINASI AWAL (PAGU KEBUTUHAN)


RENCANA KERJA DAN ANGGARAN DITJEN................................
TAHUN 20XX

PROPINSI

UPT/SATKER

KELENGKAPAN DATA DUKUNG

KEG. LANJUTAN/ KEG. KEG.

RENSTRA KEMENHUB

SPESIFIKASI TEKNIS
KEG.BARU

RENCANA INDUK
KOMERSIL/BUMN

HARGA SATUAN
TIDAK DIKELOLA
OLEH LEMBAGA
PENGEMBANGAN REHAB REPLACEMENT

STATUS LAHAN
RAB + ANALISA

JALAN AKSES
MASTERPLAN
TOR/KINERJA

|
NASIONAL
LAMPIRAN
HARGA BIAYA SKALA
KET

PENGHAPUSA
NO. PROGRAM /URAIAN KEGIATAN VOLUME

FOTO-FOTO
| IJINPENLOK
SATUAN (Rp. 000) PRIORITAS

DOKUMEN
cz>

REK.PU

N ASET
AMDAL
u_

DED
C/O O
< u. cn
CC
CL

1. PROGRAM .............................

A K E G IA T A N ...............................

i O u tp u t 1

dst

2 O u tp u t 2

d s t....

B K E G IA T A N ...............................

1 O u tp u t 1

dst

2 O u tp u t 2

d s t...

C K E G IA T A N .............................

1 O u tp u t 1

dst

2 O u tp u t 2

d s t.

DIPARAF KEPALA UPT/ SATKER/ KPA,SETITJEN/ SETDITJEN/


SETBADAN, WAKIL DARI SEMUA DIREKTORAT/ PUSBANG, WAKIL
DISHUB DAN BAPPEDA PROVINSI
-68-

B E R IT A ACARA
PAGU KEBUTU HAN R E N C A N A KERJA DAN A N G G A R A N U N I T KERJA ESELON I .................T A H U N 2 0 X X
PROGRAM ...........................................................

Pada hari in i...... tanggal..........Bulan..........Tahun Dua Ribu............ bertempat d i ...................................... Tahun 20XX untuk UPT/Satker.....................................................dengan hasil
kesepakatan per kegiatan sebagai berikut :

I. K EG IA TA N ....................................... Rp.
II. K EG IA TA N ....................................... Rp.
III. K EG IA TA N ....................................... Rp.

TOTAL RP-

Biro Perencanaan Bagian Perencanaan Wakil Direktorat/ Pusat


Setitjen/ Setditjen/ Setbadan ....................

Pejabat Struktural________ _______ Pejabat Struktural ______ Pejabat Struktural


NIP.......................... NIP....................................... NIP.....................................

Catatan Pembahas :

Keterangan :
1) Anggaran tersebut diatas b e rsifa t se m e ntara yang selanjutnya akan disusun prioritas sesuai dengan Pagu Sub Sektor/Badan
2) Kelengkapan usulan harus sudah disampaikan kepada Kepala Bagian Perencanaan (sub sektor terkait) dan Kepala Biro Perencanaan Kementerian Perhubungan paling lambat
bulan April 20XX.
3) Apabila segala kelengkapan/data dukung yang dibutuhkan tidak terpenuhi maka usulan tersebut akan ditinjau kembali (ditangguhkan).
4) Alokasi dana dalam ribuan Rupiah.
* ) Coret yang tidak perlu.
69-

DAFTAR USULAN KEGIATAN (PAGU KEBUTUHAN)


RENCANA KERJA DAN ANGGARAN DITJEN.....................
TAHUN 20XX

PROPINSI

UPT/SATKER

KELENGKAPAN DATA DUKUNG

KEG. LANJUTAN/ KEG. KEG.

RENSTRA KEMENHUB
KEG. BARU

SPESIFIKASI TEKNIS
RENCANA INDUK
TIDAK DIKELOLA

KOMERSIL/BUMN

HARGA SATUAN
OLEH LEMBAGA
PENGEMBANGAN REHAB REPLACEMENT

STATUS LAHAN
RAB + ANALISA

JALAN AKSES
MASTER PLAN
TOR/KINERJA

NASIONAL
BIAYA SKALA

LAMPIRAN
HARGA
NO. PROGRAM/URAIAN KEGIATAN VOLUME KET

PENGHAPUSA
| FOTO-FOTO
SATUAN (R p.000) o PRIORITAS

DOKUMEN
CO

N ASET
Tvaw v
Z u. a.

DED
CO o
Ui u. CO
Q_ § LU
O - CC
Z

!. PROGRAM ..........................................

A KEGIATAN.......................
1 Output 1

dst
2 Output 2

dst...
B KEGIATAN.........................
1 Output 1
dst
2 Output 2

dst...
C KEGIATAN........................
1 Output 1

dst
2 Output 2

dst..

BIRO PERENCANAAN BAGIAN PERENCANAAN

PEJABAT STRUKTURAL PEJABAT STRUKTURAL


NIP. NIP.
-7 0 -

BAB V
PENUTUP

Keberhasilan pembangunan bisa dicapai dengan adanya perencanaan


penganggaran yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel.
Perencanaan penganggaran di sektor perhubungan selalu berpegang pada
pendekatan kesisteman agar keterpaduan perangkat keras (hardware) seiring
dan sejalan dengan perangkat lunak (software). Perencanaan perhubungan
bersifat rasional (keberhasilan perencanaan dapat diukur secara kuantitatif),
menyeluruh (komprehensif mencakup semua aspek/subsistem), dan terpadu
(integral: terkait antar aspek/subsistem) serta
berkelanjutan/berkesinambungan (konsisten terhadap timeframenya) dalam
rangka untuk menciptakan pemerintah yang baik (good governance) dan
pemerintah yang bersih (clean government). Proses perencanaan perhubungan
merupakan bagian dari proses perencanaan secara makro nasional yang
mempertemukan kepentingan sectoral dengan kepentingan regional dan lokal.

MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd

BUDI KARYA SUMADI

Anda mungkin juga menyukai