Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NOVEMBER 2017
OLEH:
NURUL AIFAA NAZIHAH BINTI MOHD ZIN
NIM: C111 14 825
PEMBIMBING:
Prof. Dr. Dr. Bachtiar Murtala, Sp. Rad (K)
2017
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Ilahi SWT atas limpah dan karunia-Nya selesainya
bantuan serta doa dari semua pihak, maka selesailah penelitian yang dijalankan
dalam tempoh dua bulan ini. Untuk itu, sekalung penghargaan yang tak terhingga
2. Wakil Dekan I, Wakil II, dan Wakil Dekan III Universitas Hasanuddin
Makassar.
4. Prof. Dr. dr. Bachtiar Murtala, Sp. Rad (K), selaku pembimbing utama
5. dr. Sri Asriyani, Sp. Rad (K).,M. Med.Ed , dr Rafikah Rauf, Sp Rad.M.Kes
dr Dario A. Nelwan, Sp. Rad selaku penguji bermula dari ujian proposal hingga
ke akhir ujian.
v
6. KPM bagian Radiologi, dr Rafikah Rauf, Sp Rad.M.Kes
9. Semua pihak yang tidak peneliti sebutkan satu persatu, yang telah membantu
baik dalam penguasaan peneliti, sehingga skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk saran dan kritik yang sifatnya membangun dari berbagai
Saya berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pembaca dan
Makassar, 2017
C11114825
vi
RINGKASAN
pada golongan lanjut usia bahkan pada golongan pertengahan juga akibat daripada
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mencari tahu hubungan usia
dan derajat radiologis osteoarthritis genu oleh pasien lansia di RSUP Dr Wahidin
Sudirohusodo.
antara dua variabel (usia pasien dan grade osteoarthritis menurut Kellgren
Lawrence) serta seberapa besar korelasi yang ada diantara variabel yang diteliti.
Rekam medis sebagai data sekunder diperoleh dari data di RSUP Dr Wahidin
Sudirohusodo.Data yang diperoleh akan diolah dan disajikan dalam bentuk table
dan grafik.
vii
DAFTAR ISI
Halaman Judul.......................................................................................................... i
Daftar Gambar........................................................................................................ xi
BAB 1 PENDAHULUAN
viii
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN VARIABEL
5.3 Hubungan antara Indeks Massa Tubuh Dengan Derajat OA Genu ................ 54
BAB 6 PEMBAHASAN
ix
BAB 7 KESIMPULAN & SARAN
7.2 Saran................................................................................................................ 69
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
x
DAFTAR GAMBAR
osteoarthritis .................................................................................................................. 11
osteoarthritis. .........................................................................................................13
Lawrence. ...............................................................................................................15
menurut ACRC.......................................................................................................52
10. Gambar 5.3.2 : Hubungan antara Derajat OA Genu dengan Usia menurut
ACRC ............................................................................................................................ 56
11. Gambar 5.4.1 : Hubungan antara Derajat OA Genu dengan Indeks Massa
xi
12. Gambar 5.4.2 : Hubungan antara Derajat OA Genu dengan Indeks Massa
xii
DAFTAR TABEL
11. Tabel 5.5 : Statistik Pasien Osteoarthritis Genu Menurut Bulan Mulai Januari
xiii
STUDI OSTEOARTHRITIS GENU MENURUT GRADING KELLGREN
LAWRENCE DAN ACRC PADA PASIEN LANSIA DI RSUP DR
WAHIDIN SUDIROHUSODO
Nurul Aifaa Nazihah binti Mohd Zin1 Prof. Dr. Dr. Bachtiar Murtala, Sp.Rad (K)
2
ABSTRAK
Latar belakang: Osteoarthritis sendi terutamanya genu (lutut) sering terjadi pada
golongan lanjut usia bahkan pada usia pertengahan juga. Osteoarthritis ditandai
dengan kehilangan area fokus kartilago diantara sendi yang mengandungi cairan
synovia, terkait rapat dengan hipertrofi ataupun pembesaran tulang (osteofit dan
sklerosis tulang subkondral) dan penebalan kapsula sendi.Antara gejala klinis
yang bisa timbul disebabkan osteoarthritis adalah sakit sendi (arthralgia), aktivitas
seharian terbatas, krepitasi, efusi serta pelbagai lagi derajat inflamasi lokal.Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara usia pasien dengan
tingkat keparahan OA genu menurut Grading Kellgren Lawrence dan ACRC.
Hasil: Mayoritas umur pasien adalah dari kalangan usia pertengahan (45 – 59
tahun) dengan persentase 36,2 %. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa
tiada hubungan bermakna atau assosiasi signifikan antaraumur dengan derajat
osteoarthritis genu menurut Kellgren Lawrence (p = 0.838) dan ACRC (p= 0,324).
_________________________________________________________________
1
Mahasiswa Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
2
Dosen Pembimbing Skripsi
xiv
THE STUDY OF KNEE OSTEOARTHRITIS BASED ON KELLGREN
LAWRENCE AND ACRC SCORE IN ELDER PATIENTS OF DR
WAHIDIN SUDIROHUSODO HOSPITAL
Nurul Aifaa Nazihah binti Mohd Zin1 Prof. Dr. Dr. Bachtiar Murtala, Sp.Rad (K)
2
ABSTRACT
Background: Osteoarthritis is degenerative joint disease that can occur in people
of all ages especially people older than 50 years old. Osteoarthritis affect all
joints and mostly in knees. Some of the signs include loss of focal cartilage, bone
hypertrophy (spurs), subchondral sclerosis and impairment of joint space.
Osteoarthritis cause soreness of joints, limited ROM and daily activity, knee
efusion, crepitation and local inflammation. The aim of the research is to test the
correlation between aging and radiologic degree of knee OA based on Kellgren
Lawrence Score and ACRC.
Results: Most of the patients were among 45- 59 years old with percentage of
36,2 %. Based on Fischer test, there was no significant association between aging
and the radiologic degree of knee osteoarthritis based on Kellgren Lawrence Score
(p = 0.838) and ACRC (p= 0,324).
_________________________________________________________________
1
Student of Medical Program, Medical Faculty of Hasanuddin University
2
Instructor of Research
xv
BAB 1
PENGENALAN
sering mengenai golongan lanjut usia bahkan pada golongan pertengahan juga
di sendi yang disebabkan oleh stress mekanik yang berlebihan (Kenneth, 2010).
Osteoarthritis ditandai dengan kehilangan area fokus kartilago diantara sendi yang
sendi.Antara gejala klinis yang bisa timbul disebabkan osteoarthritis adalah sakit
sendi (arthralgia), aktivitas seharian terbatas, krepitasi, efusi serta pelbagai lagi
derajat inflamasi lokal. Osteoarthritis bisa mengenai seluruh sendi seperti lutut,
tahun, manakala untuk umur lebih 55 tahun, wanita lebih ramai yang
mendominasi. Studi radiografik pada populasi Eropah dan Amerika Serikat pada
golongan yang berusia 45 tahun menunjukkan kadar tinggi pada osteorthritis lutut
iaitu sebanyak 14.1% pada laki-laki dan 22.8% pada wanita. Di Indonesia,
prevalensiosteoarthritis mencapai 5% pada usia <40 tahun, 30% pada usia 40-60
tahun, dan 65% pada usia >61 tahun. Untuk osteoarthritis lutut prevalensinya
1
cukup tinggi yaitu 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita. Prevalensi
osteoarthritis lutut di Indonesia yang cukup tinggi hasil penelitian oleh Susilo dan
usia, jenis kelamin, obesitas, ras/genetik, dan trauma pada sendi mempunyai
meningkat secara dramatis di antara orang yang memiliki usia lebih dari 50 tahun.
Hal ini adalah karena terjadi perubahan yang berkait dengan usia pada kolagen
dan proteoglikan yang menurunkan ketegangan dari tulang rawan sendi dan juga
karena pasokan nutrisi yang berkurang untuk tulang rawan (Lozada, 2013).
Derajat osteoarthritis lutut dinilai menjadi lima grade oleh Kellgren dan
tidak terdapat sklerosis dan kista subkondral, serta celah sendi baik. Pada Grade 3,
osteoarthritis moderat dengan osteofit moderat, deformitas ujung tulang, dan celah
2
Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan penilaian terhadap pasien
lanjut usia osteoarthritis lutut dan derajat osteoarthritis lutut menurut grading
oleh pasien?
Karena keterbatasan waktu, biaya dan tenaga, maka penelitian ini hanya
akan difokuskan pada korelasi umur (>50 tahun) dengan terjadinya derajat
osteoarthritis (OA) sendi genu (lutut). Penelitian akan dipusatkan di RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo.
ACRC.
Penelitian ini secara teoritis mempunyai manfaat yang dapat digunakan untuk:
3
1. Mendapatkan informasi mengenai data demografi pasien osteoarthritis di RSUP
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Osteoarthritis
2.1.1 Definisi
yang disebabkan oleh stress mekanik yang berlebihan (Kenneth, 2010).. Penyakit
kekakuan, khususnya pada pagi hari atau setelah inaktivitas. Penyakit ini disebut
Osteoartritis adalah bentuk artritis yang paling umum terjadi yang mengenai
mereka di usia lanjut atau usia dewasa dan salah satu penyebab terbanyak
2.1.2 Epidemiologi
Di Asia, China dan India menduduki peringkat 2 teratas sebagai negara dengan
epidemiologi osteoartritis tertinggi yaitu berturut-turut 5.650 dan 8.145 jiwa yang
menderita osteoartritis lutut (Fransen et. al, 2011). Data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2013 hasil dari wawancara pada usia ≥ 15 tahun rata-rata
di Jawa Timur angka prevalensinya cukup tinggi yaitu sekitar 27% (Riskesdas,
seperti asam urat, rematik/radang sendi, darah tinggi, darah rendah, dan diabetes
(Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2013). 56, 7% pasien di
menderita osteoartritis (Soenarto, 2010). Gejala OA lutut lebih tinggi terjadi pada
wanita dibanding pada laki-laki yaitu 13% pada wanita dan 10% pada laki-laki.
laki-laki dan 47% pada wanita. Oliveria melaporkan rata-rata insiden OA panggul,
2.1.3Klasifikasi
klinik dan perubahan radiografi. Gejala klinik perlu diperhatikan, oleh karena
pembentukan kista di bawah rawan sendi dan pembentukan osteofit, sendi yang
tidak berhubungan dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada
Pada orang tua, volume air dari tulang muda meningkat dan susunan
dengan mengelupas atau membentuk tulang muda yang kecil. Pada kasus-kasus
lanjut, ada kehilangan total dari bantal kartilago antara tulang-tulang dan sendi-
sendi. Penggunaan berulang dari sendi-sendi yang terpakai dari tahun ke tahun
gesekan antar tulang, menjurus pada nyeri dan keterbatasan mobilitas sendi.
7
Osteoartritis primer ini dapat meliputi sendi-sendi perifer (baik satu
maupun banyak sendi), sendi interphalang, sendi besar (panggul, lutut), sendi-
imobilitas yang terlalu lama, serta faktor risiko lainnya seperti obesitas, operasi
2.1.4 Patofisiologi
Rawan sendi dibentuk oleh sel tulang rawan sendi (kondrosit) dan matriks
rawan sehingga fungsi bantalan rawan sendi tetap terjaga dengan baik. Matriks
rawan sendi terutama terdiri dari air, proteoglikan dan kolagen. Perkembangan
1) Fase 1
8
metalloproteinases yang kemudian hancur dalam matriks kartilago. Kondrosit
2) Fase 2
Pada fase ini terjadi fibrilasi dan erosi dari permukaan kartilago, disertai
3) Fase 3
Kondisi ini memberikan manifestasi balik pada kartilago dan secara langsung
inflamasi lainnya seperti nitric oxide (NO) juga ikut terlibat. Kondisi ini
9
2.2 Osteoarthritis lutut (genu)
Sendi lutut terdiri atas tiga kompartemen yaitu sendi tibiofemoral yang
terbagi menjadi kompartemen medial dan lateral, serta sendi patellofemoral. Sendi
patellofemoral adalah salah satu kompartemen yang paling sering terkena pada
penting dari gejala OA lutut, tetapi juga bahwa orang yang menderita penyakit
tibiofemoral.
Dahulu, OA lutut dilihat sebagai suatu kelainan yang terjadi terutama pada
dan skyline. Pada pemeriksaan radiografi, osteofit pada sendi patellofemoral lebih
banyak dibanding pada sendi tibiofemoral. Penelitian lain pada orang dengan
nyeri lutut memperlihatkan pola radiografi yang tersering adalah kombinasi sendi
10
Gambar 2.1 : Penampakan radiologi lutut normal (gambar 1) dan lutut yang
mengalami osteoarthritis (gambar 2)
Sumber : Stemcelldoc‟s WeBlog, 2011
Nyeri tersebut juga tidak menghilang setelah lutut pasien dikompres, nyeri makin
memberat saat pasien melipat lututnya dan menggerakkan kakinya namun sedikit
berkurang dengan istirahat.. Pada beberapa pasien OA juga dapat timbul kaku
sendi yang dapat timbul setelah imobilisasi seperti setelah duduk di kursi atau
mobil dalam waktu yang cukup lama atau bahkan setelah bangun tidur. Biasanya
kaku sendi ini berlangsung kurang dari 30 menit.. Pasien dengan OA mengalami
hambatan gerak sendi dan adanya rasa gemertak yang kadang – kadang dapat
terdengar ketika sendinya digerakkan. Pada pasien ini juga mengeluhkan susah
11
untuk bergerak dan berjalan karena nyerinya dan pasien juga mengaku kadang
merasakan seperti ada sesuatu yang patah atau remuk ketika lututnya digerakkan.
Selain itu pasien juga mengeluhkan adanya bengkak pada lutut kirinya yang juga
baik secara aktif maupun pasif. Selain itu biasanya terdengar adanya krepitasi
yang semakin jelas dengan bertambah beratnya penyakit. Gejala ini disebabkan
karena adanya pergesekan kedua permukaan tulang sendi pada saat sendi
digerakkan atau secara pasif dimanipulasi. Pada pasien ini terdengar adanya
krepitasi pada lutut kirinya ketika digerakkan secara pasif. Selain itu pada pasien
juga terdapat hambatan gerak aktif pada sendi lutut kiri yaitu pasien hanya mampu
untuk memfleksikan lututnya sebatas 40-45° saja, begitu pula jika digerakkan
secara pasif. Dari hasil pemeriksaan lokal pada sendi pasien juga ditemukan
adanya pembengkakan dan adanya tanda – tanda peradangan seperti adanya nyeri
sendi, kemerahan dan teraba hangat pada lutut kirinya. Semua tanda ini sesuai
dengan tanda – tanda pada pasien OA yang biasanya pembengkakan yang terjadi
itu disebabkan karena adanya efusi cairan dan adanya osteofit pada permukaan
sendi.
12
2.2.2.3 Pemeriksaan Penunjang
pada hasil radiologi. Namun pada awal penyakit , radiografi sendi seringkali
osteoarthritis adalah :
a) Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris ( lebih berat pada bagian
c) Kista tulang
(hb, leukosit, laju endap darah) dalam batas-batas normal kecuali osteoarthritis
1) Grade 0 : normal
3) Grade 2 : osteofit pada dua tempat dengan sklerosis subkondral, celah sendi
normal, terdapat kista subkondral
5) Grade 4 : terdapat banyak osteofit, tidak ada celah sendi, terdapat kista
subkondral dan sklerosis
14
American College of Rheumatology (1987) mendeskripsikan kesehatan seseorang
Derajat 2 : Osteofit yang pasti, mungkin terdapat celah antar sendi, nyeri
sendi pada pagi hari, krepitus pada gerakan aktif sendi, ketidakmampuan
2.2.4 Penatalaksanaan
antaranya adalah:
konseling diet untuk pasien osteoarthritis yang mempunyai kelebihan berat badan
(Elin dkk, 2008). Ahli bidang kesehatan harus memberikan informasi pada pasien
15
dengan penyakit osteoarthritis mengikut kesesuaian keadaan dan keselesaan
Terapi fisik dapat dilakukan dengan pengobatan panas atau dingin dan
pergerakan sendi dan mengurangi rasa sakit dan spasmus otot. Program olahraga
rasa sakit, dan kebutuhan akan penggunaan analgesik (Elin dkk, 2008). Alat bantu
dan ortotik seperti tongkat, alat pembantu berjalan, alat bantu gerak, heel cups,
dan insole dapat digunakan selama olahraga atau aktivitas harian (Elin, dkk,
2008). Pasien osteoarthritis lutut yang memakai sepatu dengan sol tambahan yang
empuk yang bertujuan untuk meratakan pembagian tekanan akibat berat, dengan
atau dingin serta olahraga dapat dilakukan untuk memelihara sendi, mengurangi
atau dingin ini dilakukan pada bagian sendi yang mengalami nyeri.
yang sehat (Iskandar, 2012). Penurunan berat badan dapat membantu mengurangi
16
4). Istirahat
Istirahat yang cukup dapat mengurangi kesakitan pada sendi. Selain itu
(Priyanto, 2008).
b) Terapi Farmakologi
Karena osteoarthritis sering terjadi pada individu lanjut usia yang memiliki
sedang dan juga pada pasien yang demam. Obat yang sering digunakan sebagai
pelepasan dan pengosongan substansi P dari serabut syaraf. Obat ini juga
secara topikal pada sendi yang berpengaruh. Kapsaisin dapat digunakan sendiri
atau kombinasi dengan analgesik oral atau NSAID. Kapsaisin ini diberikan dalam
17
b). Analgesik Narkotika
Penggunaan dosis obat analgesik narkotika dapat berguna untuk pasien yang tidak
banyak dipakai terutamanya pada pasien lanjut usia.Dalam dosis penuh yang
lazim NSAID dapat sekaligus memperlihatkan efek analgesik yang bertahan lama
yang membuatnya sangat berguna pada pengobatan nyeri berlanjut atau nyeri
berulang akibat radang. NSAID lebih tepat digunakan daripada parasetamol atau
analgesik opioid dalam arthritis rematoid dan pada kasus osteoarthritis lanjut.
3). Kortikosteroid
yang beragam untuk berbagai penyakit dan beragam individu, agar dapat dijamin
yang berdasarkan uji klinik dapat mengurangi gangguan sendi atau mengurangi
18
sebagai obat tambahan pada penderita osteoarthritis terutamanya diberikan pada
artrikular pada sendi lutut jika osteoarthritis tidak responsif dengan terapi yang
lain (Priyanto, 2008). Dua agen intra-artrikular yang mengandung asam hialuronat
tersedia untuk mengobati rasa sakit yang berkaitan dengan osteoarthritis lutut.
Injeksi asam hialuronat diberikan pada pasien yang tidak lagi toleransi terhadap
pemberian obat anti nyeri dan antiinflamasi yang lainnya (Hansen & Elliot, 2005).
Injeksi asam hialuronat diberikan oleh tenaga medis yang mempunyai keahlian
karena kesalahan dalam memberikan injeksi ini akan memperparah kondisi lutut
pasien.
c) Terapi bedah
menghilangkan nyeri pada sendi OA, tetapi kadang fungsi sendi tersebut tidak
dapat diperbaiki secara adekuat, sehingga terapi fisik pre dan pasca operatif harus
19
2.2.5 Faktor Risiko
Secara garis besar, faktor risiko timbulnya OA lutut meliputi usia, jenis
kelainan anatomis, riwayat trauma lutut, aktivitas fisik, kebiasaan olah raga, dan
jenis pekerjaan.
2.2.5.1 Usia
Usia adalah faktor risiko utama timbulnya OA, dengan prevalensi dan
dari 80% individu berusia lebih dari 75 tahun terkena OA. Bukti radiografi
pernah terjadi pada anak-anak dan sering pada usia di atas 60 tahun. Meskipun
OA berkaitan dengan usia, penyakit ini bukan merupakan akibat proses penuaan
jaringan, seperti kondrosit itu sendiri sehingga terjadi penurunan aktivitas sintesis
dan mitosis, penurunan respon terhadap anabolic growth factor, dan sintesis
20
2.2.5.2 Jenis kelamin
2.2.5.3 Ras
memiliki risiko menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras Kaukasia.
Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA lutut lebih tinggi dibandingkan
Kaukasia.
2.2.5.4 Genetik
bersifat diturunkan, seperti adanya mutasi pada gen prokolagen II atau gen-gen
struktural lain untuk struktur-struktur tulang rawan sendi seperti kolagen tipe IX
dan XII, protein pengikat, atau proteoglikan perbedaan antar pengaruh genetik
21
2.2.5.5 Nutrisi
2.2.5.6 Obesitas
terutama melalui peningkatan beban pada sendi-sendi penopang berat badan. Tiga
hingga enam kali berat badan dibebankan pada sendi lutut pada saat tubuh
bertumpu pada satu kaki. Peningkatan berat badan akan melipatgandakan beban
obesitas. Hal ini didukung dengan adanya kaitan antara OA dengan beberapa
koroner.
22
2.2.5.8 Menisektomi
lutut dan merupakan salah satu faktor risiko penting pada timbulnya OA lutut.
Osteoartritis lutut dapat terjadi pada 89% pasien yang telah menjalani
menisektomi.
Kelainan lokal pada sendi lutut yang dapat menjadi faktor risiko OA lutut
antara lain genu varum, genu valgus, Legg – Calve – Perthes disease, displasia
asetabulum, dan laksiti ligamentum pada sendi lutut. Kelemahan otot kuadrisep
Selain karena kongenital, kelainan anatomis juga dapat disebabkan oleh trauma
robekan meniskus pada lutut merupakan faktor risiko timbulnya OA lutut, dan
pada individu yang pernah mengalami trauma lutut tidak dapat dicegah, bahkan
23
2.2.5.11 Aktivitas fisik
Aktivitas fisik yang berat / weight bearing seperti berdiri lama (2 jam atau
lebih setiap hari), berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari), naik turun
tangga setiap hari merupakan faktor risiko terjadinya OA lutut. Di sisi lain,
Olah raga yang sering menimbulkan cedera sendi berkaitan dengan risiko
OA yang lebih tinggi. Beban benturan yang berulang juga dapat menjadi suatu
faktor penentu lokasi pada individu yang mempunyai predisposisi OA dan dapat
berkaitan dengan perkembangan dan beratnya OA. Atlet olah raga yang
cenderung mengalami benturan keras dan membebani lutut seperti sepak bola, lari
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus,
kekuatan lutut dan kejadian OA lutut. Osteoartritis lebih banyak ditemukan pada
pekerja fisik berat, terutama yang sering menggunakan kekuatan yang bertumpu
24
2.3 Radiologi Osteoarthritis
seperti panggul, lutut, selain itu bahu, tangan, pergelangan tangan, dan tulang
paling dini.
25
Gambar 2.4 : Gambaran radiologis Osteoarthritis Genu
Sumber : Stemcelldoc‟s WeBlog, 2011
1) Grade 0 : normal
3) Grade 2 : osteofit pada dua tempat dengan sklerosis subkondral, celah sendi
normal, terdapat kista subkondral
5) Grade 4 : terdapat banyak osteofit, tidak ada celah sendi, terdapat kista
subkondral dan sklerosis
26
Gambar 2.5 : Klasifikasi Osteoarthritis Genu menurut grading KellgrenLawrence.
Sumber : Hatena Blog, 2015
27
American College of Rheumatology (1987) mendeskripsikan kesehatan
Derajat 2 : Osteofit yang pasti, mungkin terdapat celah antar sendi, nyeri
sendi pada pagi hari, krepitus pada gerakan aktif sendi, ketidakmampuan
28
2.4 Lanjut Usia
2.4.1 Definisi
tahun.
2) Usia lanjut tua (old) adalah kelompok usia antara 75-90 tahun.
3) Usia sangat tua (very old) adalah kelompok usia di atas 90 tahun.
-kelompok usia dalam masa virilitas, yaitu masa persiapan usia lanjut
29
3) Kelompok Usia Lanjut
-kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun atau kelompok usia lanjut
Telah terprogram secara genetic yang mana jam genetik telah diputar
(RNAprotein/enzim)
“autoimmune”.
30
tidak jenuh, dalam membran sel. Antara contoh radikal bebas adalah
Akibat Metabolisme
a. Komposisi tubuh
b. Otak
31
• Elastisitas pembuluh darah menurun
vasodilatasi menurun.
d. paru
f. Gastrointestinal
32
g. Muskuloskeletal
jaringan parut.
diskus berkurang
h. Fungsi Kognitif
33
2.4.2 Usia Sebagai Faktor Risiko Osteoarthritis
dengan bertambahnya umur. Hal ini disebabkan karena adanya hubungan antara
umur dengan penurunan kekuatan kolagen dan proteoglikan pada kartilago sendi
lutut yaitu pada umur 59 tahun dengan puncaknya pada usia 55 - 64 tahun,
menipis.Hal ini adalah karena terjadi perubahan yang berkait dengan usia pada
kolagen dan proteoglikan yang menurunkan ketegangan dari tulang rawan sendi
dan juga karena pasokan nutrisi yang berkurang untuk tulang rawan (Lozada,
Kapsula dan ligamen sendi, otot-otot, saraf sensori aferen dan tulang di dasarnya .
(Range of motion) sendi. Kapsula dan ligamen sendi semakin menipis dan susah
untuk melakukan proses anabolik. Selain itu, cairan sendi (sinovial) mengurangi
merupakan protein pada cairan sendi yang berfungsi sebagai pelumas. Protein ini
akan berhenti disekresikan apabila terjadi cedera dan peradangan pada sendi.
Tetapi pada usia lanjut, cairan sinovia semakin mengental dan berkuranglah
34
fungsi perlindungan sewaktu pergerakan. Kemudian, ligamen, bersama dengan
rentang gerak sendi. Umpan balik yang dikirimkannya memungkinkan otot dan
tendon mampu untuk memberikan tegangan yang cukup pada titik-titik tertentu
pelindung sendi. Kontraksi otot yang terjadi ketika pergerakan sendi memberikan
tenaga dan akselerasi yang cukup pada anggota gerak untuk menyelesaikan
tugasnya. Kontraksi otot tersebut turut meringankan stres yang terjadi pada sendi
2008).
35
BAB 3
Sarcopenia
Kurang
proprioseptif
dan
keseimbangan
Peningkatan
kelonggaran
sendi
Penuaan
Muskuloskeletal
Osteoarthritis
(Rentan
terhadap OA)
ooOOsteoarthriti
Perubahan tisu sendi
pada penuaan
Faktor Risiko OA
Kartilago lebih Obesitas
rapuh, kondrosit Instabilitas /
kurang anabolik kecideraan
dan lebih sendi
berkatabolik Genetik
Kurang struktur Kelainan
tulang normal. Anatomi
Peningkatan Jenis
kekakuan Kelamin
ligamen dan
tendon
Degenerasi
meniskus
36
3.2 Kerangka Konsep dan variable
(variable independan)
Sudirohusodo dari periode Januari 2017- Juni 2017 yang mempunyai data
a) Jenis Kelamin
Skala: nominal
Hasil ukur :
1) laki-laki
2) perempuan
37
b) Usia
Skala: rasio
Cara ukur: berdasarkan umur pasien yang dicatat saat masuk rumah sakit
menjadi:
Skala: rasio
Cara ukur: berdasarkan IMT pasien saat masuk ke rumah sakit yang
1) Kurang <18,5
3) Lebih >30
38
d) Grading Kellgren Lawrence
Skala: ordinal
Cara ukur: berdasarkan diagnosa pasien yang diicatat dalam rekam medis
1) Grade 0 : normal
5) Grade 4 : terdapat banyak osteofit, tidak ada celah sendi, terdapat kista
subkondral dan sklerosis
39
Gambar 3.1 : Gambaran radiologis menunjukkan empat grading Kellgren
Lawrence. A. Kellgren Lawrence grade 1. B. Kellgren Lawrence grade 2. C.
Kellgren Lawrence grade 3. D. Kellgren Lawrence grade 4.
Sumber : sciencedirect.com, 2017
Skala: ordinal
nyeri hampir selalu dirasakan, kaku sendi pada pagi hari, krepitus,
40
membutuhkan bantuan dalam menaiki tangga, tidak mampu berjalan jauh,
sendi pada pagi hari, krepitus pada gerakan aktif sendi, ketidakmampuan
41
BAB 4
METODE PENELITIAN
menemukan apakah terdapat hubungan antara dua variabel (usia pasien dan
digunakan termasuk faktor risiko dan efek diukur menurut keadaan atau
adalah pasien lanjut usia yang pernah dirawat di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo.
42
4.5 Kriteria sampel
Sudirohusodo.
penelitian ini.
rekam medik sahaja yang akan dipilih. Semua populasi diambil ke dalam
sampel yang berasal dari rekam medis diperoleh dari RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo.
43
4.8 Cara pengolahan dan penyajian data
Anonimity (Tanpa Nama) : tidak akan menuliskan nama pasien pada hasil
44
4.10 Alur Penelitiaan
Studi Pendahuluan
Identifikasi Masalah
Penetapan Tujuan
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Laporan
45
BAB V
HASIL PENELITIAN
Indonesia, bulan pasien mendaftar, indeks massa tubuh dan derajat osteoarthritis
Bagi pasien yang rekam medisnya tidak tertulis klasifikasi ini, saya telah
Data karakteristik subyek dapat dilihat pada Tabel 5.1.1 dan Tabel 5.1.2. Data
diolah dan dianalisis menggunakan uji Fischer karena tidak memenuhi syarat
46
Tabel 5.1.1 Karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin, usia dan IMT.
Variabel N %
Jenis
Kelamin
Laki-laki 11 23,4
Perempuan 36 76,6
Usia
Pertengahan 17 36.2
(45-59 tahun)
Lanjut 14 29.8
(>65 tahun)
IMT
Kurang(<18,5) 8 17
Normal(18,5- 22,9) 8 17
Lebih (>30) 31 66
Sumber : Data sekunder yang diolah
terbanyak, 36,2 %, diikuti kelompok usia lanjut (65 keatas) dengan persentase
29,8%, seterusnya kelompok usia lanjut dini (60-65 tahun) dengan persentase
47
19,1% dan sebagian kecil berada pada usia lanjut dengan risiko tinggi dengan
didapatkan lebih banyak subyek dari kategori IMT lebih yaitu sebanyak 31 orang
(66%) dan 8 orang (17%) pada kedua-dua kategori IMT kurang dan normal.
Jenis klasifikasi N %
Derajat 1 1 5,2
Derajat 2 5 26,3
Derajat 3 7 36,8
Derajat 4 4 21,0
Total 19 100
ACRC Derajat 0 0 0
Derajat 1 18 64,2
Derajat 2 6 21,4
Derajat 3 3 10,7
Derajat 4 1 3,6
Total 28 100
48
Dilihat dari klasifikasi Kellgren Lawrence, derajat 3 adalah yang
terbanyak dengan persentase 36,8% dan derajat 1 adalah yang terendah dengan
adalah yang terbanyak dengan persentase 64,2 % dan derajat 0 adalah yang
terendah, 0%.
49
5.2 HUBUNGAN ANTARA DERAJAT OSTEOARTHRITIS GENU
DENGAN JENIS KELAMIN
Total 2 1 5 7 4
3
40 40 14,3
2
20 7,1 7,1
1
0
Derajat 0 Derajat 1 Derajat 2 Derajat 3 Derajat 4
Derajat OA Genu
50
Berdasarkan Tabel 5.2.1 dan Gambar 5.2.1, tidak ada hubungan yang
klasifikasi Kellgren Lawrence yang ditunjukkan dengan p = 0.761. Data ini turut
daripada laki-laki tetapi tidak ada perbedaan distribusi derajat osteoarthritis karena
jenis kelamin. Diketahui bahwa pasien laki-laki lebih ramai yang menderitai
derajat 1 dan 2. Sebagian besar (35,7%) pasien perempuan pula lebih ramai
mengalami osteoarthritis genu derajat 2 dan derajat 3 serta hanya 7,1% pada
51
Tabel 5.2.2 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Derajat Osteoarthritis
Genu Menurut Klasifikasi American Rheumatology Criteria.
Total 0 - 18 6 3 1
52
Berdasarkan Tabel 5.2.2 dan Gambar 5.2.2 ,diketahui bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna antara derajat osteoarthritis genu dengan jenis kelamin
yang ditunjukkan dengan p = 0.392. Berdasarkan hasil ini didapatkan pasien laki-
laki lebih ramai yang menderitai osteoarthritis genu derajat 1 dengan persentase
66,7% manakala 0% pada derajat 0 dan derajat 4. Sebagian besar (63,6%) pasien
perempuan pula lebih ramai mengalami osteoarthritis genu derajat 1 serta hanya 0
pada derajat 0.
53
5.3 HUBUNGAN ANTARA DERAJAT OSTEOARTHRITIS GENU
DENGAN USIA
N % N % N % N % N %
Usia Pertengahan 1 25 0 - 1 25 2 50 0 -
(45-59 tahun)
Usia Lanjut Dini 0 - 1 16,7 3 50 1 16,7 1 16,7
(60-65 tahun)
Usia Lanjut 1 20 0 - 1 20 2 40 1 20 0,838
20
25 20 16,7 25 20 16,7 16,7
1
0
Derajat 0 Derajat 1 Derajat 2 Derajat 3 Derajat 4
Derajat OA Genu
hubungan yang bermakna antara derajat osteoarthritis genu dengan umur yang
adalah 0% pada derajat 1danderajat 4. Untuk usia lanjut dini, sebagian besar
terendah yaitu 0% pada derajat 0. Bagi pasien dengan usia lanjut, persentase
tertinggi adalah 40% pada osteoarthritis derajat 3, dan yang terendah adalah 0%
pada derajat 1. Akhir sekali, pasien lanjut dengan risiko tinggi didapati mengalami
persentase tertinggi pada derajat 3 dan derajat 4 yaitu 50% , dan tiada pasien
dalam kalangan usia ini yang mengalami derajat 0, derajat 1, dan derajat 2 dengan
persentase 0%.
55
Tabel 5.3.2 Hubungan antara Derajat OA Genu denganUsiamenurut
American College Rheumatology Criteria
0
Derajat 0 Derajat 1 Derajat 2 Derajat 3 Derajat 4
Derajat OA Genu
0 dan 3. Bagi golongan usia lanjut dini, persentase tertinggi adalah 66,7 % yaitu
pada gred 1 dan 0% pada derajat 0, derajat 2 dan derajat 4. Sebilangan besar
(60%) pasien usia lanjut mengalami osteoarthritis derajat 1 dan 0% pada derajat 0
serta derajat 4. Seterusnya didapati sebagian besar pasien usia lanjut dengan risiko
57
5.4 HUBUNGAN ANTARA DERAJAT OSTEOARTHRITIS GENU
DENGAN INDEKS MASSA TUBUH.
N % N % N % N % N %
Kurang 0 - 0 1 100 0 0
0
Derajat 0 Derajat 1 Derajat 2 Derajat 3 Derajat 4
Derajat OA Genu
58
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 5.3.1 dan Gambar 5.3.1,tidak ada
hubungan yang bermakna antara derajat osteoarthritis genu dengan umur yang
dan derajat 4. Bagi pasien dengan IMT normal, sebagian besar (71,4%)
pasien dengan IMT lebih, paling banyak adalah osteoarthritis derajat 4 dengan
59
Tabel 5.4.2 Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan Derajat
Osteoarthritis Genu Menurut American Rheumatology Criteria.
American Rheumatology Criteria
IMT Derajat 0 Derajat 1 Derajat 2 Derajat 3 Derajat 4 p
N % N % N % N % N %
Kurang 0 - 3 42,9 3 42,9 1 14,3 0
Normal 0 - 0 1 100 0 0
0,146
Lebih 0 15 75 2 10 2 10 1 5
Total 0 18 64,3 6 21,4 3 10,7 1 3,6
14
Kurang
12 Normal
10 Lebih
4 42,9 42,9
10 10
2 100 14,3 5
0
Derajat 0 Derajat 1 Derajat 2 Derajat 3 Derajat 4
Derajat OA Genu
60
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel5.4.2 dan Gambar 5.4.2,tidak ada
hubungan yang bermakna antara derajat osteoarthritis genu dengan umur yang
golongan usia. Pada pasien dengan IMT kurang, sebagian besar mengalami
osteoarthritis derajat 2. Bagi pasien IMT lebih pula, persentase tertinggi adalah
61
5.5 STATISTIK PASIEN OSTEOARTHRITIS GENU MENURUT BULAN
N % N %
Juni 3 50 3 50
62
Gambar 5.1 : Statistik Pasien Osteoarthritis Genu
Menurut Bulan Mulai Januari 2017 – Juni 2017
Frekwensi
12
91
10 81,8
8 Januari
Februari
6 62,5 Mac
66,7 80
4 April
37,5 50 50
33,3 18,2 Mei
2 9 20 Juni
0
Laki -laki Perempuan
Derajat OA Genu
Berdasarkan Tabel 5.1 dan Gambar 5.1, hasil mendapatkan sebagian besar
pasien laki-laki telah datang ke rumah sakit atas keluhan osteoarthritis genu pada
bulan April dan Mei dengan persentase 37,5 %. Pasien wanita pula paling ramai
yang hadir ke rumah sakit pada bulan Februari dengan persentase sebesar 90,9%.
63
BAB VI
PEMBAHASAN
Sampel pada penelitian ini adalah pasien yang berada dalam golongan
lanjut usia mulai 50 tahun dan keatas. Jumlah sampel adalah 47 orang pasien.
Sampel didistribusikan berdasarkan umur, jenis kelamin dan indeks massa tubuh.
Data diolah dan dianalisis menggunakan uji Fischer karena tidak memenuhi syarat
untuk uji chi square. Pada Tabel 5.1.1, dapat dilihat karakteristik sampel
untuk karakteristik umur yang paling banyak adalah antara usia pertengahan (45 –
indeks massa tubuh lebih adalah yang terbanyak (66%). Pada Tabel 5.1.2, derajat
keluhan apabila osteofit pasti telah terbentuk serta berkurangnya celah sendi.
mengeluh apabila sudah terbentuk taji kecil, nyeri saat beraktifitas berat, tetapi
sebelum usia 50 tahun lebih tinggi dibandingkan perempuan, tetapi setelah usia
laki-laki. Hal ini sebanding dengan hasil penelitian yang menunjukkan sebagian
64
besar pasien adalah perempuan dalam kedua- dua klasifikasi Kellgren Lawrence
wanita yang mendadak dibandingkan jenis kelamin laki-laki bermula dari usia 45-
jenis kelamin dengan derajat OA genu untuk kedua- dua klasifikasi Kellgren
bukti radiografik menderita OA lutut, yang meningkat mencapai 40% pada usia
80 tahun atau lebih. Namun, daripada hasil yang didapatkan lebih banyak
golongan mereka yang dalam usia lanjut (65 dan keatas). Hal ini bertentangan
dengan kajian yang dijalankan oleh Joseph Buckwalter yang menunjukkan hasil
peningkatan kejadian OA yang signifikan pada umur 70 tahun keatas. Bukan itu
sahaja, berdasarkan Fischer Test tiada hubungan yang jelas antara tingkat
keparahan OA genu dan usia samaada dari klasifikasi Kellgren Lawrence maupun
65
American Rheumatology Criteria. Hal ini mungkin bisa dikaitkan dengan pasien
OA genu usia lanjut (65 dan keatas) yang tidak mampu secara fizikal untuk
penelitian ini sebagian besar mempunyai Indeks Masa Tubuh (IMT) >22,9 yaitu
Salimah yang mengatakan bahwa seseorang dengan Body Mass Index >22
(overweight) mempunyai resiko terkena osteoartritis lutut 2,083 kali lebih besar
dari pada seseorang dengan Body Mass Index <22.8. Hasil penelitian ini
sebanding dengan penelitian yang bersumber dari Morbidity and Mortality Weekly
Report pada tahun 2010 yang menunjukkan mayoritas 29,6% penderita arthritis
adalah penderita dengan IMT obesitas. Hal ini bisa dikaitkan dengan kegemukan
Fischer Test, dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan derajat osteoartritis lutut
Hal ini mungkin karena dipengaruhi dengan aktivitas, pekerjaan dan genetik
seseorang.
66
Berdasarkan hasil statistik, hubungan antara derajat osteoarthritis genu
dengan usia, IMT dan jenis kelamin tidak dapat dikaji karena terdapat
kekurangan pada penelitian ini seperti kurangnya sampel yang diambil dan
penelitian dilakukan pada masa yang kurang tepat sehingga hasil kurang bisa
Bukan itu sahaja, terdapat kebatasan dalam penelitian ini di mana peneliti
yang telah mengklasifikasikan sendiri ACRC dam bukannya pakar radiologi. Jadi
penelitian.
67
BAB VII
7.1 KESIMPULAN
2. Mayoritas umur pasien adalah dari kalangan usia pertengahan (45 – 59 tahun)
3. Mayoritas indeks massa tubuh pasien adalah dari golongan IMT> 22,9 dengan
persentase 66%.
4. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan derajat
6. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh dengan
68
7.1 SARAN
Sudirohusodo terdapat beberapa saran yang dapat diberikan agar penelitian seperti
ini dapat diperbaiki pada masa akan datang. Antara saran yang dapat diberikan
adalah :
lebih mendalam tentang semua variable yang telah diteliti diatas dengan
mengambil periode waktu yang lebih panjang agar data sekunder yang
69
DAFTAR PUSTAKA
England
1039-1049.
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877065715005849
7. Elin, Y.S., Retnosari, A., Joseph I.S., I K.A., A. Adji P.S., Kusnandar,
Penerbitan,Jakarta.
Yee.G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L., M., (Eds.), Pharmacopy,
Lange, Stamford.
11. Helmi, Zairin N. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba
Medika.
12. Incredible Health, 2010. Aging, Belgium, diakses pada 20 November 2017.
13. Imayati, K. 2011. Laporan Kasus Osteoartritis. Bagian Ilmu Penyakit Dalam
15. Iskandar, J., 2012, Rematik dan Asam Urat, 104-113, Penerbit PT Bhuana Ilmu
Populer, Jakarta.
November 2017.
https://stemcelldoc.wordpress.com/2011/11/13/kellgren-lawrence-
classification-knee-osteoarthritis-classification-and-treatment-options/
20. Morbidity & Mortality Report, 2010. Arthritis Prevalence & Body Weight.
2017.
22. Nur Aini Sri Wahyuningsih; 2009. Hubungan Obesitas dengan Osteoartritis
Leskonfi,Jakarta.
2013.http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riske
25. Salimah K. Hubungan faktor resiko body mass index dengan kejadian
osteoartritis lutut pada pasien rawat jalan poli reumatik RS. Dr. Kariadi
(Studi kasus tanpa kontrol di bagian penyakit dalam RS. Dr. Kariadi
FKUI. 433-7.
28. Susilo D. Kesesuaian hasil foto rontgen dan diagnosis klinik pada penderita
29. Takashi Nagai, Timothy C Sell & Scott M Lephart, 1999. Effect of Age and
2007, pp 69-70
30. Woolf A. D., Pfleger B., 2003. Burden of major musculoskeletal conditions.
2. Hasil Formulir
3. Lampiran SPSS
7. Biodata Penulis.
1. FORMULIR UNTUK MENDATA PASIEN
0 1 2 3 4
1. Hasil Formulir Pasien Klasifikasi Kellgren Lawrence & ACRC
0 1 2 3 4
1 17/5 784122 - P 53 √
2 16/2 751681 23,81 P 70 √
3 23/3 786601 27,5 P 65 √
4 25/4 354308 26,37 L 68 √
5 24/1 785028 - P 50 √
6 10/3 803609 39,11 P 54 √
7 13/4 789546 25,63 L 77 √
8 11/4 796807 27,5 P 50 √
9 17/3 792847 28,94 P 69 √
10 12/5 658447 - P 70 √
11 28/4 553097 30,1 L 87 √
12 4/1 367587 17,97 P 66 √
13 27/4 798347 - L 55 √
14 6/3 267576 - P 70 √
15 13/3 792496 34,68 L 50 √
16 14/6 798810 21,26 P 67 √
17 23/1 787100 25,81 P 56 √
18 16/3 793670 27,04 P 51 √
19 29/5 708615 33,67 P 73 √
20 31/3 795490 27,39 P 64 √
21 13/3 793205 27,01 L 59 √
22 11/4 402445 - L 55 √
23 19/5 733953 Ow P 67 √
24 15/6 804775 26,68 P 64 √
25 13/2 789574 32,34 P 57 √
26 20/2 790754 34,45 P 56 √
27 30/3 795314 36,68 P 70 √
28 16/1 781504 25,39 P 57 √
3. Lampiran SPSS
JK
OA
IMT
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
HASIL BIVARIAT
OSTEOARTHRITIS GENU
1 2 3 4 5 Total
Perempu Count 1 1 5 5 2 14
an % within Jenis
7,1% 7,1% 35,7% 35,7% 14,3% 100,0%
Kelamin
Total Count 2 1 5 7 4 19
% within Jenis
10,5% 5,3% 26,3% 36,8% 21,1% 100,0%
Kelamin
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. Point
Value df sided) sided) (1-sided) Probability
a
Pearson Chi-Square 3,897 4 ,420 ,494
Likelihood Ratio 5,207 4 ,267 ,422
Fisher's Exact Test 4,183 ,392
Linear-by-Linear b
,342 1 ,559 ,686 ,374 ,148
Association
N of Valid Cases 19
a. 9 cells (90,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,26.
b. The standardized statistic is -,585.
2 3 4 5 Total
Chi-Square Tests
a. 7 cells (87,5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,21.
b. The standardized statistic is ,118.
HUBUNGAN ANTARA USIA DENGAN DERAJAT OSTEOARTHRITIS
GENU
1 2 3 4 5 Total
Chi-Square Tests
a. 60 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,05.
b. The standardized statistic is 2,026.
Umur * American Rheumatology Criteria Crosstabulation
Chi-Square Tests
Point
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. Probabil
Value df sided) sided) (1-sided) ity
a
Pearson Chi-Square 9,732 9 ,373 ,387
Likelihood Ratio 12,010 9 ,213 ,234
Fisher's Exact Test 9,733 ,324
Linear-by-Linear b
,697 1 ,404 ,430 ,242 ,060
Association
N of Valid Cases 28
a. 14 cells (87,5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,11.
b. The standardized statistic is -,835.
HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN
1 2 3 4 5 Total
Norm Count 0 1 1 5 0 7
al % within IMT 0,0% 14,3% 14,3% 71,4% 0,0% 100,0%
Lebih Count 2 0 3 2 4 11
Chi-Square Tests
a. 15 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,05.
b. The standardized statistic is ,233.
IMT * American Rheumatology Criteria Crosstabulation
Normal Count 0 1 0 0 1
Lebih Count 15 2 2 1 20
Chi-Square Tests
Pearson Chi- a
7,700 6 ,261 ,259
Square
Likelihood Ratio 7,355 6 ,289 ,305
Fisher's Exact Test 9,504 ,146
Linear-by-Linear b
,597 1 ,440 ,490 ,241 ,038
Association
N of Valid Cases 28
a. 11 cells (91,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,04.
b. The standardized statistic is -,772.
4. Permohonan Izin Penelitian
5. Lembar Rekomendasi Persetujuan Etik
6. Surat Keterangan Selesai Penelitian
BIODATA PENULIS
NIM : C11114825
Agama : Islam
Nama Orangtua
Anak ke :4
Alamat : Lot 2320 Jalan Iskandar, Bukit Kapar , 42200 Kapar, Selangor
Telepon : 087841914458
Email : aifaanazihah1995@gmail.com
Riwayat pendidikan :