Salim
NIM: 030.11.266
JAKARTA
1. Pendahuluan
Banjir adalah ancaman musiman yang terjadi apabila meluapnya tubuh air dari saluran yang
ada dan menggenangi wilayah sekitarnya. Banjir merupakan ancaman alam yang paling
sering terjadi dan paling banyak merugikan. Sungai-sungai di Indonesia 30 tahun terakhir ini
mengalami peningkatan. Bencana banjir termasuk bencana alam yang pasti terjadi pada
setiap datangnya musim penghujan, seperti yang terjadi di daerah kampung melayu. Banjir
disebabkan oleh alam atau ulah manusia sendiri. Banjir juga bisa disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu faktor hujan, faktor hancurnya retensi Daerah Aliran Sungai (DAS). Banjir
adakalanya terjadi dengan waktu yang cepat dengan waktu genangan yang cepat pula, tetapi
adakalanya banjir terjadi dengan waktu yang lama dengan waktu genangan yang lama pula.
Banjir bisa terjadi karena curah hujan yang tinggi, luapan dari sungai, tanggul sungai yang
jebol, luapan air laut pasang, tersumbatnya saluran drainase atau bendungan yang runtuh.
Banjir berkembang menjadi bencana jika sudah mengganggu kehidupan manusia dan bahkan
mengancam keselamatannya. Penanganan bahaya banjir bisa dilakukan dengan cara
structural dan non structural.
2. Profil Kecamatan Jatinegara
Batas Wilayah :
Sebelah Utara : Kecamatan Mataram dan Pulo Gedung
Sebelah Selatan : Kecamatan Tebet
Sebelah Timur : Kecamatan Kramat Jati
Sebelah Barat : Kecamatan Duren Sawit (Klender dan Pondok Bambu)
Demografi :
Hasil Registrasi : 263.706 jiwa
3. Hazzard Mapping
Daerah-daerah dengan resiko tinggi terhadap ancaman banjir tersebar di seluruh wilayah DKI
Jakarta. Berikut data 2014 yang menunjukkan daerah-daerah rawan banjir di DKI Jakarta:
Berdasarkan sumber airnya, air yang berlebihan/banjir dapat dikategorikan dalam tiga kategori:
(a) Banjir yang disebabkan oleh hujan lebat yang melebihi kapasitas penyaluran sistem
pengaliran air yang terdiri dari sistem sungai alamiah dan sistem drainase buatan manusia;
(b) Banjir yang disebabkan oleh meningkatnya muka air di sungai sebagai akibat pasang laut
maupun meningginya gelombang laut akibat badai; dan
(c) Banjir akibat kegagalan bangunan air buatan manusia seperti bendungan, tanggul dan
bangunan pengendali banjir .
4. Vulnerability
Kerentanan dari Aspek Lingkungan
Peningkatan curah hujan lokal, debit air sungai meningkat namun banyaknya penyempitan badan
sungai, tergolong kawasan industrial dan tingginya laju pembangunan dan pemukiman penduduk
sehingga daerah penyerapan air tanah menurun, rendahnya pemeliharaan saluran dan kanal,
rendahnya kesadaran membuang sampah pada tempatnya, luapan beberapa sungai besar yang
mengalir ke tengah kota, kerusakan lingkungan pada daerah hulu serta pertumbuhan pemukiman
di pinggiran kali semakin tak terkendali.
5. Capacity
Kapasitas Fisik
1. Jarak menuju tempat pengungsian
Jarak penduduk untuk mencapai tempat pengungsian ketika terjadi bencana.
2. Fasilitas kesehatan
Jumlah fasilitas kesehatan di suatu wilayah.
Kapasitas Sosial
1. Keberadaan organisasi
Tingkat keberadaan organisasi kemasyarakatan yang berhubungan dengan penanggulangan
bencana di masyarakat.
2. Kekerabatan penduduk dalam upaya penanggulangan bencana
Tingkat kekerabatan penduduk dalam masyarakat sebagai upaya penanggulangan bencana.
Kapasitas Sumber Daya Masyarakat
1. Keterlibatan masyarakat dalam sosialisasi kebencanaan
Tingkat keterlibatan masyarakat didalam diskusi/sosialisasi kebencanaan.
2. Keterlibatan masyarakat dalam pelatihan persiapan sebelum terjadi bencana. Intensitas warga
dalam mengikuti pelatihan persiapan bencana.
Kapasitas Ekonomi
1. Rata-rata pendapatan masyarakat dalam waktu satu bulan
Tingkat pendapatan masyarakat dalam satu bulan.
2. Kepemilikan asuransi jiwa
Tingkat kepemilikan asuransi jiwa.
6. Disaster Plan Management
PRA BENCANA
Pencegahan:
Mitigasi:
1. Membuat peta rawan bencana
2. Mengenali daerah setempat dalam menentukan tempat yang aman untuk mengungsi.
Rekonstruksi
Fase ini meliputi pembangunan prasarana dan pelayanan dasar fisik, umum, pendidikan,
kesehatan, ekonomi, sosial, budaya, keamanan, lingkungan, pembaharuan rencana tata ruang
wilayah, sistem pemerintahan dan lainnya yang memperhitungkan faktor risiko bencana.
PENGAWASAN
Salah satu tugas dinas dan/atau badan hukum yang mengelola wilayah sungai adalah
melaksanakan pengendalian banjir. Agar tugas tersebut dapat terlaksana sebagaimana mestinya,
maka diperlukan pengawasan oleh BPBD provinsi (atau Satkorlak) dan BPBD kabupaten/kota
(Satlak) yang meliputi:
o pengawasan terhadap dampak dari banjir
o pengawasan terhadap upaya penanggulangannya.
KELEMBAGAAN
ORGANISASI
Pengendalian banjir merupakan sebagian tugas yang diemban oleh pengelola sumber
daya air wilayah sungai. Untuk melaksanakan tugas tersebut, di dalam struktur organisasi
pengelola sumber daya air wilayah sungai terdapat unit yang menangani pengendalian banjir.
Tugas-tugas unit yang menangani pengendalian banjir adalah:
a. Melaksanakan pengumpulan data, pembuatan peta banjir, penyusunan rencana teknis
pengendalian banjir;
b. Melaksanakan analisis hidrologi dan penyebab banjir;
c. Melaksanakan penyusunan prioritas penanganan daerah rawan banjir;
d. Melaksanakan pengendalian bahaya banjir, meliputi tindakan darurat pengendalian dan
penanggulangan banjir;
e. Menyusun dan mengoperasikan sistem peramalan dan peringatan dini banjir;
f. Melaksanakan persiapan, penyusunan, dan penetapan pengaturan dan petunjuk teknis
pengendalian banjir; dan
g. Menyiapkan rencana kebutuhan bahan untuk penanggulangan banjir.
DANA
Dalam pengendalian banjir, diperlukan alokasi dana yang diupayakan selalu tersedia.
Dana yang diperlukan tersebut harus dialokasikan sebagai dana cadangan yang bersumber dari
APBN, APBD, atau sumber dana lainnya. Dana cadangan disediakan sesuai ketentuan yang
berlaku.
KOORDINASI
Lembaga Koordinasi
Berkaitan dengan pengendalian banjir, lembaga koordinasi yang ada adalah Tim
Penanggulangan Bencana Alam. Pada tingkat nasional adalah Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB), pada tingkat provinsi adalah BPBD provinsi (jika belum dibentuk dikoordinir
oleh Satkorlak PB), dan pada tingkat kabupaten/kota adalah BPBD kabupaten/kota (jika tidak
dibentuk dikoordinir oleh Satlak PB).
Obyek yang dikoordinasikan dalam pengendalian serta penanggulangan banjir dapat dipisahkan
menjadi tahapan sebelum banjir, saat banjir, dan sesudah banjir.
Sebelum Banjir
a. Perencanaan rute evakuasi dan tempat penampungan penduduk.
b. Perencanaan program penyelamatan dan pertolongan kepada masyarakat.
c. Perencanaan rute pengiriman material penanggulangan pada tempat-tempat kritis.
d. Perencanaan rute pengiriman logistik kepada masyarakat.
e. Perencanaan jenis dan jumlah bahan serta peralatan banjiran.
f. Penyiapan sarana dan prasarana pendukung serta Sumberdaya Manusia.
Saat Banjir
a. Evakuasian penduduk sesuai dengan prosedur.
b. Memberikan bantuan kepada penduduk.
Sesudah Banjir
a. Pemulihan kembali pemukiman penduduk, prasarana umum, bangunan pengendali banjir,
dan lain-lain.
b. Pengembalian penduduk ke tempat semula.
c. Pengamatan, pendataan kerugian dan kerusakan banjir.
Mekanisme Koordinasi
Koordinasi dalam pengendalian banjir dilakukan secara bertahap melalui BPBD
kabupaten (Satlak PB), BPBA, dan BNPB. Dalam forum koordinasi tersebut, dilakukan
musyawarah untuk memutuskan sesuatu yang sebelumnya mendengarkan pendapat dari anggota
yang mewakili instansi terkait.
Sistem Pelaporan
Dinas/Instansi/Badan hukum pengelola wilayah sungai melaporkan hal-hal sebagai berikut:
a. Karakteristik banjir (antara lain: hidrologi banjir, peta daerah rawan banjir, banjir
bandang);
b. Kejadian banjir (antara lain: waktu, lokasi, lama dan luas genangan banjir);
c. Kerugian akibat banjir (antara lain: korban jiwa, harta benda, sosial ekonomi);
d. Kerusakan (antara lain: sarana dan prasarana, permukiman, pertanian, perikanan,
lingkungan);
e. Penanggulangan darurat; dan
f. Usulan program pemulihan secara menyeluruh.
Laporan tersebut di atas disampaikan kepada Bupati/Walikota/Gubernur/Menteri sesuai
dengan jenis dan tingkatannya.