Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Nilai yang membentuk dan mempengaruhi kehidupan kita adalah nilai keabadian dan
kesehatan kesehata seseorang bergantung pada keseimbangan variabel
fisik,psikologis,sosiologis cultural,perkembangan dan spiritual. Perawat mempunyai
pendekatan tradisional mendekati promosi kesehatan melalui persfektif holistic. Asumsi
mendasar tentsng holisme adalah keyakinan keyakinan di mana individu secara
keseluruhan lebih besar.
Kesejahteraan spiritual adalah suatu aspek yang terintegrasi dari manusia secara
keseluruhan, yang di tanadai oleh makna harapan (Clark et al 1991). Spritualitas
memberi dimensi luas pada pandangan holistic kemanusiaan. Agar perawat dapat
memberikan perawatan yang berkualitas, mereka harus mendukung klien sperti halnya
ketika mengidentifikasi dan meneksplorasi apa yang sangat bermakna dalam
kehidupan mereka dan ketika menemukan cara untuk mengadaptasi nyeri dan
menderita penyakit. Perawat membutuhkan keterampilan dalam perawatan spiritual.
Setiap perawat harus memahami tentang spiritual dan bagaimana keyakinan spiritual
mempengaruhi kehidupan seseorang
Pentingnya seorang perawat memahami adalah agar pasien dalam kepergianya
mendapatkan rasa yang bahagi dan bisa pergi dalam keadaan sejahtera. Wajib bagi
perawat belajar tentang nilai spiritual pada pasien terminal karena itu salah satu peran
perawat sebagai konselor dan karena kesehatan jiwa merupakan hal yang
mempengaruhi kesehatan fisik
1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan perwatan jangka panjang dan perawatan total?
2. Apa yang dimaksud penyakit akut,kronis dan terminal?
3. Apa saja masalah yang mempengaruhi spiritual care ?
4. Bagaimana proses keperawatan pada pasien perawatan jangka panjang dan
perawatan total ?

1.3. Tujuan Rumusan Masalah

1.Mahasiswa dapat mengetahui apa itu perawatan jangka panjang.


2.Mahasiswa dapat mengetahui penyakit akut, kronis dan terminal.
3.Mahasiswa dapat mengetahui apa saja hal yang mempengaruhi perawatan jangka
panjang.
4.Mahasiswa dapat mengetahui proses keperawatan pada pasien perawatan jangka
panjang dan perawatan total.

Page 1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi perawatan jangka panjang dan perawatan total
2.1.1 Definisi perawatan jangka panjang
Long Term Care adalah suatu sistem dari kegiatan-kegiatan terpadu yang dilakukan
oleh tenaga profesional dan atau tenaga informal (keluarga, tetangga, pengasuh, relawan,
atau kader-kader lainnya) bagi para lanjut usia yang tidak mampu atau kurang mampu
dalam merawat diri sendiri dalam rangka menjaga kualitas hidupnya setinggi mungkin.
Sasaran dari LTC ini adalah para lanjut usia yang resiko tinggi yaitu lanjut usia berumur
60 th atau lebih yang mempunyai disabilitas fisik dan atau mental dan atau kognitif dan
atau sosial.
Ruang lingkup pelayan LTC ini mencakup kebutuhan dasar untuk mendukung
kegiatan ADL/IADL (activity daily living/instrumental activity daily living) dan atau
mendapatkan kebutuhan sosial, bagi lanjut usia yang mempunyai penyakit kronis atau
disabilitas, penurunan kognitif dan atau fisik melalui pendekatan holistik dan
komprehensif.
LTC ini diberikan tanpa batas waktu yaitu sepanjang hidupnya, karena ketidak-
mampuan para lanjut usia yang menjadi sasaran LTC adalah lanjut usia yang mengalami
disabilitas atau penyakit kronis yang berjalan progresif. Jika disabilitas yang dialami
lanjut usia ini bersifat sementara akibat penyakit akut atau trauma lainnya maka
pelayanan tersebut adalah bersifat short care yang bisa berupa medical care atau
health/sosial care lainnya.
LTC dapat diberikan di berbagai tempat seperti di rumah, di home care, di rumah
khusus bagi lanjut usia, di panti, di rumah perawatan atau di LTC wing rumah sakit, di
hospis. Yang paling penting pelayanan LTC harus merupakan layanan yang kontinu dari
rumah sampai ke instusi atau sebaliknya.
2.1.2 Perawatan total
Perawatan total adalah jasa pelayanan yang diberikan pada pasien yang
membutuhkan perawatan penuh atau total. Perawatan bias anya diberikan pada pasien
yang lemah tidak bisa memenuhi kebutuhanya sendiri. Pasien yang seperti itu biasanya
pasien yang menderita penyakit terminal,kronis dan akut yang mengharuskan pasienya
bed rest

2.2 Definisi penyakit akut,kronis dan terminal


2.2.1 Penyakit akut
Penyakit akut ialah penyakit yang mendadak tidak dapat diperkirakan yang
menghadapkan baik ancaman langsung ataupun jangka panjang terhadap kehidupan,
kesehatan dan kesejahteraan klien dan dapat menimbulan distress spiritual yang
bermakana. Contoh dalam spiritual care pada penyakit akut ketika klien terkena
penyakit jantung, sehingga klien menyalahka diri sendiri karena kebiasaanya
Kemarahan bukan hal yang tidak wajar dan klien mengekspresikanya kepada
tuhan, keluarga dan diri mereka sendiri. Kekuatan spiritual klien mempengaruhi
bagaimana mereka menhahadapi penyakit mendadak dan bagaimana mereka beralih
ke masa penyembuhan. Yim (1994)
Page 2
2.2.2 Definisi penyakit kronis
Penyakit kronis merupakan penyakit yang menahun atau kehilangan fungsi
tubuh di akbatkan oleh penyakit kronis. Seorang dengan penyakit kronis sering
menderita gejala melumpuhkan dan mengganggu kemampuan untuk melanjutkan
gaya hidup normal mereka. Kemandirian dapat sangat terancam
2.2.3 Definisi penyakit terminal
Penyakit terminal umumnya menyebabkan ketakutan terhadap nyeri
fisik,ketidaktahuan kematian dan ancaman terhadap integritas (turner et al 1995).
Klien mungkin mempunyai ketidakpastian tentang makna kematian dan demikian
mereka menjandi sangat rentan terhadap distress spiritual. Terdapat juga klien yang
mempunyai rasa spiritual tentang ketenangan yang memampukan mereka untuk
menghadapi kematian tanpa rasa takut.

2.3. Masalah yang mempengaruhi perawatan spiritual care


Masalah dalam spiritual care selain penyakit atau kondisi sakit ada juga
berbagai macam masalah dalam spiritual klien antara lain.
2.3.1 Individuasi
Individuasi adalah krisis pertengahan hidup, pada umunya individuasi terjadi
pada usia baya. Individuasi mungkin di dahuluhi oleh rasa kekosongan dalam
hidup atau kurang kemampuan untuk memotivasi diri. Dapat di artikan individuasi
adalah pengalaman manusia yang umum yang di tandai kebingungan,konflik
,keputusasaan dan perasaan hampa.
2.3.2 Pengalaman mendekati kematian
Pengalaman mendekati kematian (near death experience) merupakan
fenomena psikologis dimana individu pernah di nyatakan mati atau telah dekat
dengan kematian
2.3.3 Perubahan dalam keanggotaan denominasi atau perubahn religi
Melakukan perkawinan dengan seseorang yang berbeda latar belakang
agamanya atau pindah kesuatu lingkungan yang mempunyai cabang dari kelompok
keangamaan tertentu, akan menciptakan rasa kehilangan bagi individu.
2.3.4 Intensifikasi kepatuhan terhadap keyakinan
Hal ini merupakan cara praktik atau megekspresikan keyakinan lebih dalam
terhadap tuhan atau mungkin merupakan suatu cara dalam menemukan makna
peristiwa yang menyulitkan atau menguji perkembang spritual
2.3.5 Keyakinan dan makna
Hal ini berarti mempertanyakan tentang apa arti hidup bagi klien dan
keyakinan terhadap hidup dan hal ini dapat respons terhadap penyakit.
2.3.6 Autoritas dan pembimbing
Autoritas adalah cara klien memilih dan menjalani keyakinan.
2.3.7 Kehilangan atau mempertanyakan keperyaan
Setelah orang mengekspresikan kepercayaanya dengan ibadah atau apapun
itu mungkin bisa koyah karena tertantang oleh kejadian hidup misalnya sakit,
keecelakaan atau dan lainya

Page 3
2.4. Proses keperawatan spiritual pada pasien
2.4.1 Pengkajian
Hal yang mesti di kaji adalah
1.pengalaman dan emosi
Ritual psikis yang membuat perasaan dan kekuatan
2. Persahabatan dan komunitas
Cara klien membangun relasi bersama teman dan keluar
3. Ritual dan ibadat
Kriteria paling umum yang di kaji perawat meliputi kebiasaan ibadah
4. Dorongan dan pertumbuhan
Keyakinan terpendam dengan harapan bahwa harapan baru akan
muncul
5. Panggilan dan konsekuensi
Perawat mengkaji tentang apakah dalam menghadapi penyakit klien
bisa mejalankan aktivitas ritualnya.

2.4.2 Diagnogsa keperawatan


Jika pengkajian keperawatan menunjukan bahwa klien mempunyai
harapan dan keyakinan dari dalam, percaya terhadap kekuatan yang
lebih tinggi, mempunyai tujuan dan makna dalam hidup dan
mengekspresikan suatu keharmonisan dengan orang lain, kesejahteraan
social yang mungkin

Contoh Proses Diagnosa Keperawatan untuk Kebutuhan Kesehatan yang


Berhubungan dengan Spiritualitas.
AKTIVITAS BATASAN DIAGNOSA
PENGKAJIAN KARAKTERISTIK KEPERAWA
TAN
Minta klien untuk Mengekspresikan Distres
menggambarkan apa kekuatiran terhadap spiritual yang
yang memberi nilai makna hidup sebagai berhubungan
pada kehidupan akibat penyakit dengan
terminal tantangan
terhadap
keyakinan
akibat
penderitaan
Tanyakan Klien menyatakan
bagaimana klien “Tuhan sedang
merasakan penyakit menghukum saya.”
yang diderita Menangis ketika
ditanyakan tentang
penyakit
Terapkan apakah Mengeluh bahwa ia
penyakit telah berdoa lebih sering
mengubah cara klien tetapi tidak merasa
mematuhi ritual bahwa Tuhan
keagamaan memaafkannya
Minta klien untuk Klien mengeluhkan Koping,
menggambarkan hubungan dekat individu tidak
siapa yang dengan pasangan dan efektif yang
Page 4
membentuk system saudara berhubungan
pendukung mereka perempuannya. dengan
perasaan
kehilangan
setelah
kematian.
Apakah mereka Saudara
member respons perempuannya tidak
terhadap perubahan mampu memberikan
yang klien alami kenyamanan; berduka
sejak terjadi telah membuatnya
kehilangan? menjauhi klien
Suami adalah satu-
satunya sumber
dukungan
Tetapkan apakah Klien mengalami
klien mempunyai insomnia dan
gejala fisik setelah kehilangan nafsu
terjadi kehilangan makan
Tanyakan klien Kehilangan anaknya
apakah makna dipandang sebagai
kehilangan terhadap tidak adil, ia tidak lagi
pandangan hidupnya dapat menemukan
makna dalam
hidupnya

Contoh Diagnosa Keperawatan NANDA untuk Spiritualitas


Kesejahteraan spiritual, potensial untuk ditingkatkan yang
berhubungan dengan:
Penyembuhan dari penyakit akut
Pengalaman mendekati kematian (NDE)
Menghadapi penyakit kronis
Distres spiritual yang berhubungan dengan:
Konflik nilai
Isolasi oleh orang lain
Takut yang diakibatkan oleh diagnosa AIDS
Perpisahan dari denominasi keagamaan
Koping, individu tidak efektif yang berhubungan dengan:
Kurang sistem pendukung
Individuasi
Gejala penyakit kronis
Ansietas yang berhubungan dengan:
Ancaman kematian
Perubahan dalam status kesehatan
Keputusasaan yang berhubungan dengan:
Kehilangan keyakinan kepada Tuhan
Diabaikan oleh keluarga
Gangguan harga diri yang berhubungan dengan
Kecanduan obat
Kehilangan kemandirian

Page 5
2.4.3 Perencanaan
Ketika perawat dan klien mengidentifikasi bahwa klien mempunyai
kebutuhan spiritual, penting artinya bagi perawat dan klien untuk berkolaborasi dengan
erat saat membuat rencana perawatan. Keharuan dan perasaan kasih harus dengan jelas
dikomunikasikan antara perawat dank lien. Hal ini dapat dimulai dengan pengkajian yang
dirancang dengan baik, tetapi hubungan perawat-klien harus berlanjut didasarkan pada
rasa kasih dan saling percaya agar intervensi menjadi efektif. Komunikasi akan menjadi
suatu tema yang terintegrasi untuk apapun intervensi keperawatan yang dipilih. Sifat
personal dari spiritualitas mengharuskan klien mampu mengungkapkan secara terbuka
dengan perawat dan mengenaliminat perawat dalam kebutuhannya. Menetapkan Dalam
rencana perawatan, terdapat tiga tujuan untuk pemberian perawatan spiritual ( Munley,
1983 ) ;
1. Klien merasakan perasaan percaya pada pemberi perawatan.
2. Klien mampu terikat dengan anggota sistemm pendukung.
3. Klien pribadi klien tentang makna ( hidup ) meningkat.

2.4.4 Implementasi
Jika klien mengalami distress spiritual atau mempunyai masalah kesehatan yang
menyebabkan keputusasaan, maka akan timbul perasaan kesepian. Klien akan merasa
terisolasi dari orang yang biasanya memberikan dukungan. Apapun keragaman intervensi
yang mungkin dipilih oleh perawat untuk klien, hubungan mengasihi dan saling
memahami penting. Baik klien dan perawat harus merasa bebas untuk merelakan dan
menemukan bersama makna penyakit yang dialami klien dan dampaknya pada makna
dan tujuan hidup klien. Pencapaian tingkat pemahaman ini bersama klien memampukan
perawat memberi perawatan dengan cara yang sensitive, kreatif , dan sesuai.
2.4.4.1 Menetapkan Kehadiran
Klien telah melaporkan bahwa kehadiran perawat dan aktivitas pemberi perawatan
menunjang adanya perasaan sejahtera dan memberikan harapan untuk pemulihan ( Clark
et al. 1991 ). Perilaku pemberian perawatan spesifik yang menunjukkan kehadiran
perawat meliputi memberi perhatian, menjawab pertanyaan, dan mempunyai sikap positif
dan memberikan dorongan (tetapi realistis). Kemampuan untuk menciptakan kehadiran
adalah suatu kiat keperawatan. Kiat ini bukan hanya melakukan prosedur dengan cara
yang sangat cepat atau berbagai informasi teknis dengan klien yang mungkin tidak
bermakna.
Benner (1984) mengklarifikasi bahwa kehadiran melibatkan “ada bersama” klien
versus “melakukan untuk” klien. Kehadiran adalah mampu memberikan kedekatan
dengan klien, secara fisik, psikologis, dan spiritual.
Perawat dapat menunjukkan adanya rasa kehadiran dalam bernagai cara yang tidak
menyolok:
a. Melakukan pijat punggung dengan penyegaran
b. Sentuhan yang lembut ; dengan hati-hati memposisikan klien tanpa menimbulkan rasa
nyeri ; dengan halus memberikan perawatan mulut, dan bekerja bersama klien untuk
dengan lambat dan berhati-hati bergerak dari tempat tidur ke kursi.
Memberikan sentuhan yang menyegarkan dan mendukung, menunjukkan rasa percaya
diri, dan menyediakan waktu bagi klien ketika terapi diberikan akan membantu
menciptakan kehadiran. Klien yang sakit mengalami kehilangan control dan mencari
seseorang untuk memberikan arahan dan perawatan yang kompeten. Perawat secara tepat
menggunakan tangan, memberikan kata-kata yang mendukung, dan menggunakan
pendekatan yang tenang dan desesif akan menciptakan kehadiran yang membangun
kepercayaan dan kesejahteraan.
Page 6
Rasa percaya adalah dasar untuk segala hubungan. Sikap yang perawat tunjukan ketika
memasuki ruangan klien membentuk suatu intonasi untuk interaksi. Perawat harus
membuktikan bahwa ia dapat diandalkan dan dipercaya. Perhatian yang cermat terhadap
setiap permintaan klien, tidak perduli betapa pun remehnya, penting bagi klien.
Menunjukkan kehadiran, memperlihatkan sikap mengasihi, dan melakukan perawatan
secara mapan, mengomunikasikan kepada perawat kepercayaan yang dibutuhkan untuk
hubungan perawat-klien yang kuat.
2.4.4.2Mendukung Hubungan yang Menyembuhkan
Seorang perawat yang ahli belajar untuk melihat lebih jauh batasan masalah klien
yang terisolasi dan mengenali gambaran tentang kebutuhan klien yang lebih luas. Hal ini
menerapkan pandangan holistic terhadap masalah kesehatan klien. Misalnya, perawat
tidak hanya melihat pada nyeri punggung klien sebagai masalah yang harus diselesaikan
dengan Pcepat menggunakan obat, tetapi lebih kepada bagaimana nyeri telah
mempengaruhi kemampuan klien untuk berfungsi dan mencapai tujuan yang telah
mempengaruhi kemampuan klien untuk berfungsi dan mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dalam hidupnya. Pandangan holistic telah memampukan perawat untuk
menetapkan peran membantu, digambarkan oleh Benner (1984) sebagai salah satu
domain praktik keperawatan. Kompetensi yang didapat perawat dalam domain membantu
dipelajari untuk menciptakan hubungan yang menyembuhkan.
Benner (1984) mendefinisikan tiga langkah yang ternyata terbukti ketika hubungan
yang menyembuhkan terbina antara perawat dank lien :
1. Mengerahkan harapan bagi perawat, demikian juga halnya bagi klien.
2. Menemukan interpretasi yang dapat diterima atau memahami tentang penyakit, nyeri,
ketakutan, ansietas, atau emosi yang menegangkan.
3. Membantu klien menggunakan dukungan social, emosional, dan spiritual.
Inti dari hubungan yang menyembuhkan adalah mengerahkan harapan klien.
Harapan adalah motivator untuk merangkul individu dengan strategi yang dibutuhkan
untuk menghadapi segala macam tantangan dalam hidup. Perawat dapat membantu klien
menemukan hal-hal yang dapat dijadikan sebagai harapan. Klien yang menderita
penyakit terminal mungkin berharap dapat menghadiri hari wisuda anak perempuannya
atau untuk menjalani hidup setiap hari dengan penuh makna. Klien yang akan menjalani
bedah abdomen karena obstruksi usus mungkin mengharapkan peredaan nyeri dan segera
dapat kembali ke rumah.
Harapan mempunyai implikasi baik jangka pendek maupun jangka panjang dalam
perawatan klien. Harapan berorientasi masa depan dan membantu klien berupaya ke arah
penyembuhan. Untuk membantu klien mencapai harapan, perawat dan klien bekerjasama
untuk menemukan suatu interpretasi tentang situasi yang dapat diterima oleh kedua belah
pihak. Kemudian perawat membantu klien untuk menggunakan sumber yang tersedia
bagi dirinya. Sumber ini dapat mencakup sikap positif klien terhadap hidup, keinginan
untuk selalu diberitahu tentang kondisi dan membuat keputusan yang masuk akal, atau
keingingan mencoba terapi yang berbeda. Misalnya, klien dengan nyeri abdomen
mungkin mampu menerima fakta bahwa nyerinya mungkin sebentar karena proses
penyembuhan. Jika klien adalah seseorang yang biasanya mandiri dan merasa perlu untuk
selalu dapat mengontro diri, maka perawat dapat memberikan beberapa pilihan terapi
untuk penatalaksanaan nyeri dan meminta klien untuk membuat keputusan yang masuk
akal.
Untuk mendukung lebih lanjut hubungan yang menyembuhkan perawat harus tetap
menyadari tentang kekuatan dan kebutuhan spiritual klien. Penting bagi klien untuk
mampu mengekspresikan dan menelaah keyakinannya. Perawat yang menghargai
kepercayaan klien dan mengenali pengaruh spiritualitas yang diberikan terhadap
penyembuhannya akan dirasakan oleh klien sebagai sumber harapan (Clark et al 1991).
Ketika penyakit atau pengobatan menimbulkan kebingungan atau ketidakpastian bagi
Page 7
klien, maka perawat harus mengenali dampak dari hal ini terhadap kesejahteraan klien.
Sumber spiritual apa yang dapat diperkuat ? Perawat dapat memulai dari apa yang klien
ketahui dan kemudian memberikan informasi terbaik untuk menghilangkan
ketidakpastian klien. Klien mungkin juga meminta kehadiran keluarga atau teman untuk
mempertahankan persahabatan yang diperlukan untuk penyembuhan.
2.4.4.3 Sistem Dukungan
Dalam studi yang melibatkan klien Yahudi dan Kristen, Clark et al (1991)
mengetahui bahwa system pendukung memberi mereka rasa sejahtera terbesar selama
perawatan di rumah sakit. System pendukung berfungsi sebagai hubungan manusia yang
menghubungkan klien, perawat, dan gaya hidup klien sebelum terjadi penyakit. Bagian
dari lingkungan pemberi perawatan klien adalah kehadiran teratur dari keluarga dan
teman yang dipandang oleh klien sebagai pendukung. Perawat merencanakan perawatan
bersama klien dan jaringan pendukung klien untuk meningkatkan ikatan interpersonal
yang sangat penting untuk penyembuhan. System pendukung sering memberi sumber
kepercayaan yang memperbarui jati diri spiritual klien. Keluarga dan teman mungkin
juga menjadi sumber penting dalam melakukan ritual kebiasaan keagamaan yang dianut
klien.
Setelah mengkaji fungsi keluarga dan teman yang berperan dalam hidup klien, perawat
dapat mendorong mereka untuk mengunjungi klien secara teratur. Jika keluarga dan
teman ditemukan sebagai sumber spiritual bagi klien, maka mereka dapat menjadi
sumber terapi yang sangat baik. Dorongan perawat kepada keluarga untuk menjadi diri
mereka sendiri dapat memudahkan kemampuan keluarga untuk memberikan ketenangan
spiritual yang mampu mereka berikan. Seringkali penyakit dan lingkungan pengobatan
menimbulkan begitu banyak ketidaktahuan dimana keluarga dan teman terintimidasi.
Perawat dapat sangat efektif dalam membantu keluarga diterima dengan baik dan
mengetahui bahwa dukungan dan kehadiran mereka adalah bagian penting dari
penyembuhan klien. Melibatkan keluarga dalam aktivitas pendoaan adalah suatu tindakan
yang sangat bijaksana jika hal ini sesuai dengan agama klien, dan anggota keluarga
dengan nyaman ikut serta. Memberikan dorongan kepada keluarga untuk membawa
symbol keagamaan yang bermakna dapat menjadi sumber konsolidasi dan dukungan
spiritual.
Sumber penting lainnya bagi klien adalah penasihat spiritual dan anggota dari
kerohanian. Perawat harus menanyakan kepada klien apakah klien menginginkan
penasihat spiritual mereka diberitahu tentang perawatan mereka di rumah sakit. Semua
penasihat spiritual harus dibuat nyaman di unit keperawatan. Jika diinginkan oleh klien
atau keluarga, maka perawat harus terus memberi tahu penasihat spiritual tentang
kekuatiran psikologis, psikososial, dan spiritual klien. Hal ini membantu dalam
memberikan perawatan kesehatan yang holistic. Perawat menunjukkan respek terhadap
kebutuhan dan nilai spiritual klien dengan sukarela bekerjasama dengan orang lain yang
memberikan perawatan spiritual dan memudahkan pemberian pelayanan rohani dan
ritual.
Memberikan privasi bagi klien dan penasihat spiritualnya adalah tindakan yang
sensitive dan bijaksana. Jika perawat merasa tidak pasti tentang rutinitas agama klien,
menanyakan kepada penasihat spiritual, keluarga, atau klien adalah tindakan yang sesuai.
Seringkali klien yang di rawat di rumah sakit ingin mendiskusikan tentang perhatian
spiritualnya pada malam atau tengah malam, ketika pelayanan pendukung seperti
rohaniawan dan pekerja social tidak ada. Perawat dapat melakukan banyak hal untuk
memenuhi kebutuhan klien, cukup dengan mendengarkan.
2.4.4.4Berdoa
Tindakan berdoa adalah bentuk “dedikasi-diri” yang memungkinkan individu untuk
bersatu dengan Tuhan atau yang maha kuasa (McCullough, 1995). Berdoa memberi
kesempatan kepada individu untuk memperbarui kepercayaan dan keyakinannya kepada
Page 8
yang maha kuasa dalam cara yang lebih formal. Bagi banyak orang, berdoa adalah suatu
kesempatan untuk meninjau kembali kelemahan yang mereka rasa dan untuk membuat
komitmen hidup yang lebih baik. Klien dapat berpartisipasi dalam berdoa secara pribadi
atau atau mencari kesempatan untuk kelompok berdoa dengan keluarga, teman, atau
kelompok rohaniawan.
Berdoa telah ditemukan sebagai suatu sumber yang efektif bagi seseorang untuk
mengatasi nyeri, stress, dan distress. Suatu studioleh Turner dan Clancy
(1986)mengidentifikasi bahwa dengan meningkatkan berdoa dan berharap, klien nyeri
pinggang kronis telah menunjukkan penurunan intensitas nyeri. Yang juga sudah diteliti
adalah bahwa berdoa dapat mencakup perubahan kardiovaskuler dan relaksasi otot.
Sering kali berdoa menyebabkan seseorang merasakan perbaikan suasana hati dan
merasakan kedamaian dan ketenangan. Selama pengkajian perawat mengetahui apakah
berdoa merupakan ritual penting bagi klien dan kemudian menentukan apakah intervensi
dibutuhkan sehingga berdoa dapat dilakukan. Intervensi dapat mencakup membentuk
privasi, mendorong kunjungan dari rohaniawan, atau berdoa bersama klien.
2.4.4.5Terapi Diet
Makanan dan nutrisi adalah aspek penting dari asuhan keperawatan. Makanan juga
komponen penting dari kepatuhan keagamaan. Seperti halnya kultur atau agama tertentu,
makanan dan ritual sekitar persiapan dan penyajian makanan dapat menjadi bagian
penting dari spiritualitas seseorang.
Agama Hindu mempunyai banyak pentangan diet. Beberapa sekte adalah penganut
vegetarian, mempercayai bahwa membunuh segala makhluk hidup adalah suatu tindakan
criminal. Banyak orang yang beragama Budha juga vegetarian. Sebagian besar penganut
agama Budha mempraktikan moderasi dan tidak menggunakan alcohol, tembakau, atau
obat-obatan dan berpuasa pada hari khusus agama.
Makan daging babi dan mengonsumsi alcohol adalah larangan dalam agama Islam.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Ramadhan adalah bulan berpuasa pada siang
hari. Orang yang sakit, wanita hamil, dan ibu yang sedang menyusui dibebaskan dari
ritual berpuasa. Yahudi, Ortodoks, Konservatif dan sebagian Yahudi Reformasi sangat
ketat mematuhi hokum halal dalam diet, yang melarang makan daging babi dan kerang.
Selain itu, daging dan susu, atau produk dari susu, tidak dapat dimakan bersamaan
waktunya, harus dimakan 6 jam kemudian setelah makan atau minum. Yahudi juga
mempunyai peraturan tentang persiapan makan untuk tetap menjaga makanan tetap
“halal” atau “terberkati.”
Sebagian tradisi Kristen, seperti Adven Hari Ketujuh, mempunyai peraturan diet.
Kelompok lainnya, seperti Evangelikan melarang penggunaan alcohol, kafein, dan
tembakau. Sebagian penganut Adven Hari Ketujuh mungkin menolak makananyang
mengandung daging. Saksi Yehova menghindari makanan yang disiapkan dengan atau
mengandung darah, seperti saus darah atau marus. Banyak penganut Katolik Roma, yang
berusia lebih dari 7 dan dibawah 65 tahun, jika kesehatan memungkinkan, berpuasa atau
tidak makan daging pada Rabu Abu (yang menandai dimulainya bulan puasa Masehi,
biasanya pada akhir Pebruari) dan Jumat Agung (hari Jumat sebelum Paskah). Katolik
Ortodoks mungkin berpuasa selama bulan puasa bulan puasa Masehi dan tidak makan
daging dan produk dari susu pada hari Jumat. Beberapa sempalan agama Kristen
mungkin berpuasa 1 sampai 6 jam sebelum komuni. Semua ritual berpuasa tidak
dilakukan saat sakit, hamil, atau menyusui.
Perawat dapat mengintregasikan pilihan diet klien ke dalam perawatan sehari-hari.
Hal ini akan membutuhkan konsultasi dengan ahli gizi dari institusi perawatan kesehatan.
Pada situasi ketika dapur rumah sakit atau rumah perawatan tidak dapat menyiapkan
makanan dengan cara yang dipilih, keluarga diizinkan untuk membawa makanan yang
sesuai dengan semua pantangan diet yang diberlakukan oleh kondisi klien.

Page 9
2.4.4.6 Mendukung Ritual

Bagi banyak klien, kemampuan untuk menelaah ritual keagamaan adalah suatu
sumber koping yang penting. Hal ini terutama benar bagi seorang lansia. Perawat yang
bertugas di lingkungan perawatan akut dan perawatan jangka penjang menjadi aktif
dalam perawatan spiritual klien, mereka membekali diri dengan kebijakan rumah sakit
mengenai kunjungan, pelayanan gereja, dan semua hal-hal yang berkenan dengan itu
seperti penggunaan lilin utnuk berdoa. Selain itu, perawat dapat berkonsul dengan dokter
dan farmasi tentang penggunaan obat-obat pribadi klien, ramuan tradisional, atau
medikasi herbal, jika memungkinkan. Karena kunjungan ke Kapel atau Musola rumah
sakit menghadiri suatu pelayanan mungkin penting bagi klien yang dirawat di rumah
sakit dan keluarganya, pengarahan tentang Kapel atau Musola harus dicakupkan selama
orientasi pada fasilitas medis. Pengaturan mungkin diperlukan dengan pastoran dari
departemen perawatan bagi klien dan keluarganya sehingga dapat menerima sakramen.
Perawat merencanakan perawatan pribadi, terapi, atau pemeriksaan untuk memungkinkan
pelayanan dari tempat ibadah, pembacaan keagamaan, atau kunjungan spiritual.
Dalam lingkungan rumah, perawat mungkin harus menemukan cara untuk
memadukan pelayanan keagamaan. Banyak gereja membuat rekaman suara setiap
minggu tentang pelayanan keagamaan untuk jemaat di rumah. Anggota keluarga dapat
merencanakan sesi sembahyangan atau suatu pembacaan alkitab secara teratur.
Kependetaan akan secara rutin memberikan tawaran untuk kunjungan rumah bagi
seseorang yang tidak mampu menghadiri pelayanan keagamaan. Meditasi dan music
keagamaan yang direkam dan pelayanan keagamaan yang ditayangkan di televisi
memberikan pilihan lain yang efektif

2.4.5 Evaluasi

Pencapaian kesehatan spiritual dapat dianggap sebagai tujuan sepanjang hidup.


Klien akan mengalami pentingnya mengklarifikasi nilai, membentuk kembali filosofi,
dan menjalani pengalaman yang membantu membentuk tujuan seseorang dalam
kehidupan. Ketika merawat klien, perawat mengevaluasi apakah intervensi
keperawatan membantu menguatkan spiritualitas klien. Perawat membandingkan
tingkat spiritual klien dengan perilaku dan kebutuhan yang tercatat dalam pengkajian
keperawatan. Klien harus mengalami emosi sesuai dengan situasi; mengembangkan
citradiri yang kuat dan realistis; dan mengalami hubungan interpersonal yang terbuka
dan hangat. Keluarga dan teman, dengan siapa klien telah membentuk persahabatan
dapat dijadikan sumber informasi evaluatif. Klien harus juga mempertahankan “misi”
dalam hidup dan, bagi sebagian individu, percaya dan yakin dengan yang maha kuasa
atau yang maha tinggi.

2.4.6 Asuhan keperawatn

ASUHAN KEPERAWATAN
Prioritas Diagnosa Keperawatan
Hari No. Diagnosa Keperawatan Nama & TT Perawat
, DP
tang
gal,
jam
1. Distres berdasarkan
ketidakmampuan untuk
Page 10
melaksanakan ritual spiritual
2. Kurangnya pengetahuan
tentang penyakit yang
dialami
3. Gangguan citra tubuh

Rencana Keperawatan

Hari Dx. Tujuan dan intervensi rasional Nama & TT


, Kepe kriteria hasil Perawat
tang rawat
gal, an
jam
Distre Tujuan : 1. Kaji faktor –1. Untuk
s diharapkan faktor mengetahui
spiritu pasien dapat penyebab sampai mana
al melaksanakan distres spiritual
ritual spiritual. spiritual. pasien.
KH : 2. Bantu 2. Pasien dapat
- Pasien dapat individu melaksanakn
melanjutkan dengan proses
spiritual yang keterbatasan keagamaan.
bukan fisik dan 3. Membantu
merusak berdoa. ketenangan
kesehatan. 3. Berikan pasien dalam
- Pasien dapat privasi dan beribadah.
mengekspresi ketenangan 4. Menjaga
kan sesuai kenyamanan
penurunan kebutuhan pasien.
perasaan untuk berdoa
bersalah. setiap hari.
- Pasien mampu 4. Bantu dalam
mengekspresi menjalankan
kan kepuasan ibadah
dengan
kondisi
spiritual.
Kuran Tujuan : agar 1. Berikan 1. Pasien dapat
gnya pasien pendidikan mengetahui
penge mengetahui kesehatan penyakit yang
tahua penyakit yang penyakitnyan dialami.
n dialaminya. g dialami. 2. Dapat
tentan KH : 2. Evaluasi mengetahui
g - Ansietas pasien tingkat tingkat
penya bisa ansietas klien kecemasan
kit berkurang. dan keluarga. pasien.
yang 3. Jelaskan 3. Mengurangi
diala prosedur kecemasan
mi yang akan pasien dalam
dilakukan proses

Page 11
pada pasien keperawatan.
Gang Tujuan : 1. Ciptakan 1) Pasien dapat
guan kepercayaan hubungan menciptakan
konse diri klien saling hubungan
p diri kembali percaya. saling
normal. 2. Mendorong percaya.
KH : pasien untuk2) Bantu pasien
Ø Pasien menyatakan untuk
melakukan perasaan menyatakan
pola - pola terutama perasaanya.
penggulangan tentang 3) Mendorong
yang baru. pendangan pasien untuk
Ø Pasien mampu tentang melakukan
untuk dirinya. aktivitas.
melakukan 3. Dorong
perawatan pasien untuk
diri. melakukan
Ø Pasien aktivitas.
membuat
ulang sistem
pendukung
yang ada.
Implementasi
Hari, No. Implementasi Respon Nama
tang Dx & TT
gal, Peraw
jam at
1. Mendeskripsikan1. Ds : pasien
faktor penyebab mengatakan sudah
distres spiritual. dapat melakukan
2. Membantu pasien tindakan keagamaan.
dengan Do : pasien tampak
keterbatasan fisik senang dapat
dan berdoa. melakukan
3. Memberikan ibadahnya.
privasi dan 2. Ds : pasien mampu
ketenangan melakukan perintah
sesuai kebutuhan perawat.
untuk berdoa Do : pasien
setiap hari. koopertif.
4. Membantu dalam3. Ds : pasien
menjalankan mengatakan dapat
ibadah. beribadah.
Do : pasien tampak
bersungguh –
sungguh dalam
beribadah.
4. Ds : pasien
mengatakan dapat
menjalankan ibadah
dengan khusuk.
Do : pasien tampak
Page 12
nyaman.
2.1. Pasien dapat 1. Ds : pasien
mengetahaui mengatakan
penyakit yang mengetahui tentang
dialami. penyakitnya.
2. Dapat Do : pasien tampak
mengetahui cemas.
tingkat 2. Ds : pasien
kecemasan mengatakan sulit
pasien. mengatasi rasa sakit.
3. Mengurangi Do : pasien tergolong
kecemasan :
pasien dalam a. Ringan (
proses diperkirakan )
keperawatan. b. Sedang (persepsi
menyempit, sulit
berkonsentrasi,
mendapat kesulitan
dalam menganalisa,
tremor )
c. Berat ( persepsi
sangat menurut,
sangat kebingungan,
tidak dapat
konsentrasi, belajar
sangat terganggu.
3. Ds : pasien
mengatakan setuju
dengan tindakan
yang dilakukan
perawat.
Do : pasien tampak
tenang.
1. Membantu 1. Ds : pasien
menciptakan mengatakan dapat
hubungan saling menciptakan
percaya. hubungan saling
2. Memberikan percaya.
dorongan kepada Do : pasien tampak
pasien untuk lebih percaya.
menyatakan 2. Ds : pasien
perasaanya mengatakan apa yang
terutama tentang sedang ia rasakan.
pandangan pada Do : pasien
dirinya. tampak terbuka
3. Mendorong tentang dirinya.
pasien untuk 3. Ds : pasien
melakukan mengatakan dapat
aktivitas. melakukan aktivitas.
Do : pasien
tampak ak aktif
dalam melakukan
Page 13
aktivitas.
Evaluasi
Hari No. Evaluasi TT
, Dx Peraw
tang at
gal,
jam
S : pasien mengatakan dirinya merasa
lebih baik. Pasien sudah mengerti
tentang Distres Spiritual.
O : pasien terlihat lebih baik dan pasien
mampu melakukan tindakan
keagamaan.
A : masalah sudah teratasi.
P : intevensi dilanjutkan.
S : pasien mengatakan bahwa dirinya
lebih baik.
O : pasien terlihat lebih baik dan dapat
menjelaskan tentang gangguan
Ansietas.
A : masalah sudah teratasi.
P : intervensi dihentikan setelah 6 jam
pertama..
S : pasien mengatakan lebih baik.
O : pasien terlihat lebih baik dan dapat
menciptakan rasa percaya.
A : masalah sudah teratasi.
P : intervensi dilanjutkan.

Page 14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perawatan jangka panjang adalah perawatan yang berlangsung lama sedangkan
perawatan total adalah perawatan yang membutuhkan perhatian khusus oleh perawat
bkarena ketidak mampuan klien memenuhi kebutuhanya contoh pada penyakit kronis,
penyakit akut, penyakit terminal dan manula
Faktor yang mempengaruhi masalah spritual ialah jenis
penyakit,inviduasi,pengalaman menghadapi kematian,perubahan dalam keanggotaan
denominasi atau perubahan religi, intensifikasi kepatuhan dn keyakinan,keyakinan dan
makna, autoritasa dan pembimbing dan kehilangan atau mempertanyakan kepercayaan

3.2. Saran
Sebagai perawat harus bisa memahami spritual care karena jiwa sehat akan
membuat kondisi fisikpun baik. Dekat dengan tuhan akan membuat masalah terasa ringan

Page 15
DAFTAR PUSTAKA

Alimul,aziz.2001,Kebuthan dasar manusia,jakrta,salemba medika


Parry potter,2006,fundamental keperawatan.jakarta,ECG

Page 16

Anda mungkin juga menyukai