OLEH
KELOMPOK 5
1. RIZKI ILHAM MOHAMAD
2. TAUFIK ISMAIL MOHAMAD
3. NANDITA SAGITA PUTRI GAGULU
4. NILAWATI MAHADJANI
5. NOVA AFRIYANI ABAS
6. RESTU FAUZIAH MOKOGINTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk social sekaligus makhluk individual, sebagai
makhluk sosial, manusia memiliki motif untuk mengadakan hubungan dan hidup
bersama dengan orang lain, yang disebut dorongan social (Herawaty, 2016).
Berdasarkan hasil Susenas tahun 2016, jumlah Lansia di Indonesia mencapai
22,4 juta gerontik atau 8,69% dari jumlah penduduk. Sementara menurut proyeksi
BPS tahun 2015, pada tahun 2018 jumlah Lansia diperkirakan mencapai 9,3%
atau 24,7 juta gerontik. Dengan jumlah Lansia yang semakin besar, menjadi
tantangan bagi kita semua agar dapat mempersiapkan Lansia yang sehat dan
mandiri sehingga nantinya tidak menjadi beban bagi masyarakat maupun negara,
dan justru menjadi asset sumber daya manusia yang potensial (Kemenkes, 2018).
Kesehatan lansia merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan
sosial yang terkihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku, dan
koping yang efektif, konsep diri positif, dan kestabilan emosional. Kesehatan
gerontik dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor tersebut antara lain otonomi dan
kemandirian, memaksimalkan potensi diri, menoleransi ketidakpastian hidup,
harga diri, menguasai lingkungan, orientasi realitas dan manajemen stress
(Herawaty, 2016).
Menurut WHO (2012) Kelompok lansia dibagi menjadi 4 berdasarkan usia
kronologis/biologis yaitu : usia pertengahan (middle/young elderly) usia antara 45
– 69 tahun, lanjut usia (elderly) usia antara 60 – 74 tahun, usia lanjut tua (Old)
antara 75 – 90 tahun, usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. Menurut UU
No.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia bahwa lansia adalah seseorang
yang telah berusia 60 tahun ke atas. Proses penuan pada lansia mengakibatkan
perubahan pada sistem fisiologis tubuh, salah satunya sistem neurologis sehingga
lansia mengalami penurunan fungsi kerja otak atau penurunan fungsi kognitif
(Zulsita,2010).
Fungsi kognitif lansia dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu bahasa,
pekembangan pemikiran, perkembangan daya ingat dan intelegensi (Marlina,
2012). Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak, yang menyebabkan
1
penurunan daya ingat jangka pendek, sulit berkonsentrasi , melambatnya proses
informasi sehingga dapat mengakibatkan kesulitan berkomunkasi (Mubarok,
2010). Seiring dengan penurunan fungsi tubuh dalam kaitannya dengan fisiologi
tidur jumlah kebutuhan tidur lansia mengalami penurunan. Jumlah jam tidur yang
dibutuhkan lansia adalah 6 jam per hari (Hidayat,2008).Studi terbaru menunjukan
melalui penelitian Marlina (2012), tentang perlakuan pada fungsi kognitif , yang
dilakukan pada sejumlah Lansia dengan insomnia, bahwa tidur sangat penting
untuk penerimaan memori baru sehingga kualitas tidur memiliki pengaruh besar
terhadap memori. Hampir 80% lansia memiliki setidaknya satu masalah kronis
dan menurunya fungsi kognitif serta memori. (Handayani, 2013).
Selain fungsi kognitif lansia juga akan mengalami penurunan fungsi
sosialisasi dan fungsi sensori. Sistem sensori adalah sistem penghataran
rangsangan dari perifer (reseptor) ke pusat (otak). Pada manusia terdapat 5 sistem
sensori (penginderaan) eksoreseptor,yaitu sistem visual (peglihatan), sistem
auditory (pendengaran), sistem somatosensory (perabaan), sistem olfactory
(penciuman) dan sistem gustatory (pengecapan) (Syaifudin, 2011). Gangguan
pendengaran merupakan masalah serius yang paling sering dihadapi. Ada sekitar
10% di Amerika Serikat dari populasi dewasa mengalami gangguan pendengaran.
Hampir 30-35% dari populasi usia diatas 65 tahun menderita gangguan
pendengaran dan sekitar 1,5-3,0% membutuhkan alat bantu dengar. Oleh
seseorang karena dapat menimbulkan gangguan dalam berkomunikasi saat
bersosialisasi (Astari, 2014). kesepian secara sosial (Sosial Loneliness)
merupakan dampak dari ketiadaan teman, keluarga atau jaringan sosial, serta
tempat/komunitas untuk berbagi minat dan aktivitas. Kesepian dalam konteks ini
juga bisa terjadi ketika ada perubahan pola hubungan dan komunikasi yang
awalnya intens dengan kualitas hubungan dan komunikasi yang bagus, menjadi
kurang intens dan kurang berkualitas.
Asuhan Keperawatan Gerontik merupakan asuhan keperawatan yang bersifat
spesialistik, tetapi asuhan kepada klien harus tetap dilakukan secara holistik.
Pendekatan asuhan keperawatan selain harus difokuskan pada perilaku klien,
difokuskan juga pada kondisi fisik, sosial, budaya, dan spiritual klien. Berbagai
2
terapi keperawatan yang difokuskan kepada klien secara individu, kelompok,
keluarga ataupun komunitas dikembangkan (Keliat, 2013).
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) merupakan salah satu terapi modalitas
yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mengalami masalah
keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok
digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi
saling bergantung, saling membutuhkan, dan menjadi laboratorium tempat klien
berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang
maladaptive (Keliat, 2013).
B. TUJUAN
1. Tujuan umum :
a) Klien dapat mempersepsikan stimulasi yang dipaparkan kepadanya
dengan tepat.
b) Klien dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang
dialaminya
2. Tujuan khusus :
a) Klien dapat menyebutkan nama gambar yang dilihat
b) Klien dapat memberikan taggapan terhadap gambar yang didapat
C. PROSES SELEKSI
1. Berdasarkan observasi perilaku sehari-hari klien yang dikelola oleh perawat.
2. Berdasarkan informasi dan diskusi mengenai perilaku klien sehari-hari serta
kemungkinan dilakukan kelompok pada klien tersebut dengan perawat
ruangan.
3. Melakukan kontak mata pada klien untuk mengikuti aktivitas yang akan
lakukan.
3
BAB II
TAK STIMULASI SENSORI
4
C. BENTUK-BENTUK STIMULUS
Ada berbagai bentuk stimulus yang dikembangkan diantaranya adalah :
a) Stimulus suara : musik
b) Stimulus visual : gambar
c) Stimulus gabungan visual dan suara : melihat televisi, video
(Herawaty, 2016).
D. PERSIAPAN LINGKUNGAN
Ventilasi baik, Penerangan cukup, Suasana tenang, Pengaturan posisi
tempat duduk (setting)
E. SETTING TEMPAT
1. Klien dan terapis duduk bersama dalam satu lingkaran.
2. Ruangan yang nyaman dan tenang.
L Co
O
K K
F F
K F K
Keterangan :
L : Leader
Co : Co Leader
F : Fasilitator
O : Observer
Op : Operator
K : Klien
5
F. PERAN DAN FUNGSI TERAPIS
1. Leader
Tugas :
a) Memimpin jalannya terapi aktifitas kelompok.
b) Merencanakan, mengontrol, dan mengatur jalannya terapi.
c) Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK.
d) Menyampaikan Tata tertib TAK
e) Memimpin diskusi kelompok.
f) Menutup acara diskusi.
2. Co-leader
Tugas :
a) Membuka acara
b) Mendampingi Leader
c) Mengambil alih posisi Leader jika Leader blocking
d) Menyerahkan kembali posisi kepada leader
3. Fasilitator
Tugas :
a) Ikut serta dalam kegiatan kelompok
b) Memberikan stimulus dan motivator pada anggota kelompok untuk
aktif mengikuti jalannya terapi.
4. Observer
Tugas :
a) Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format yang
tersedia)
b) Mengawasi jalannya aktivitas kelompok dari mulai persiapan, proses,
hingga penutupan
G. METODE TAK
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan Tanya jawab
3. Bermain peran atau stimulasi
6
H. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
Terapi Aktifitas Kelompok ini dilaksanakan pada :
Hari, Tanggal : Jumat, 5 Juli 2019
Waktu : Pukul 10.00 s.d Selesai
Tempat : Wisma Mawar
I. NAMA KLIEN DAN RUANGAN
Klien yang mengikuti kegiatan berjumlah 4orang. Adapun nama-nama
klien yang akan mengikuti TAK yaitu :
1. Tn. P
2. Tn. R
3. Tn. S
4. Tn. Y
J. MEDIA DAN ALAT
1. Gambar
2. Handphone (MP3)
3. Speaker
4. Bola
K. SUSUNAN PELAKSANA
Susunan TAK sebagai berikut :
1. Leader : Rizki Ilham Mohamad
2. Co. Leader : Taufik Ismail Mohamad
3. Fasilitator 1 : Nandita Saita Putri Gagulu
4. Fasilitator 2 : Nilawati Mahadjani
5. Fasilitator 3 : Restu Fauziah Mokoginta
6. Observer : Nova Ariyani Abas
L. LANGKAH KEGIATAN
1. Persiapan
a) Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu lansia yang mengalami
masalah stimulasi sensori.
b) Membuat kontrak dengan klien
c) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
7
2. Orientasi
Pada tahap ini terapis melakukan :
a) Memberikan salam terapeutik: salam dari terapis
b) Evaluasi / validasi: menanyakan perasaan klien saat ini
3. Kontrak :
a) Menjelaskan tujuan kegiatanya yaitu menebak dan menjelaskan isi
gambar.
b) Menjelaskan aturan main sebagai berikut :
Pasien wajib datang 10 menit sebelum acara dimulai
Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus meminta
izin kepada terapis.
Tidak boleh makan,minum atau merokok saat TAK
Jika ada yang membuat gaduh akan dikeluarkan dari TAK
Setiap pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
Jika ingin bicara acungkan tangan dan berbicara setelah
dipersilahkan oleh leader
Jika peserta ingin ke toilet beri kesempatan sebelum acara dimulai
4. Tahap kerja
a) Leader menganjurkan operator untuk memutar musik dan meminta
seluruh anggota untuk dapat bernyanyi sambil menjalankan bola
b) Bola berjalan searah jarum jam, pada saat leader mengucapkan kata
“STOP” maka bola dihentikan, dan siapa yang menahan/mendapatkan
bola itu dia yang akan menebak dan menjelaskan isi gambar yang akan
diberikan oleh operator.
c) Ulangi sampai semua anggota kelompok mendapat giliran.
d) Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan member
tepuk tangan.
5. Tahap terminasi.
a) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
b) Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
c) Rencana tindak lanjut.
8
d) Menganjurkan tiap anggota kelompok untuk dapat mengingat gambar
yang diberikan saat TAK.
e) Kontrak yang akan datang dengan kelompok lain
f) Menyiapkan waktu dan tempat.
M. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Input
a. Tim berjumlah 6 orang yang terdiri atas 1 leader, 1 co-leader, 3
fasilitator, 1 observer
b. Lingkungan memiliki syarat luas dan sirkulasi baik.
c. Peralatan mp3 sound system berfungsi dengan baik.
d. Tersedia gambar dan jenis suara
e. Klien, tidak ada kesulitan saat menentukan gambar dan cerita sesuai
gambar.
2. Evaluasi Proses
a. Leader menjelaskan aturan main dengan jelas.
b. Fasilitator menempatkan diri di tengah-tengah klien.
c. Observer menempatkan diri di tempat yang memungkinkan untuk
dapat mengawasi jalannya permainan.
d. 100% klien yang mengikuti permainan dapat mengikuti kegiatan
dengan aktif dari awal sampai selesai.
3. Evaluasi Output
Setelah mengadakan terapi aktivitas kelompok sosialisasi dengan 4 klien
yang diamati, hasil yang diharapkan adalah sebagai berikut;
a. 100% klien yang mengikuti permainan dapat mengikuti kegiatan
dengan aktif dari awal sampai selesai.
b. 100% klien dapat meningkatkan komunkasi non verbal: bergerak
mengikuti instruksi, ekspresi wajah cerah, berani kontak mata.
c. 100% klien dapat meningkatkan komunikasi verbal (menyapa klien
lain atau perawat, mengungkapkan perasaan dengan perawat).
d. 100% klien dapat meningkatkan kemampuan akan kegiatan kelompok
(mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai).
9
e. 100% klien mampu melakukan hubungan social dengan
lingkungannya (mau berinteraksi dengan perawat / klien lain)
10
DAFTAR PUSTAKA
Astari. 2014. Gambaran Fungsi Kognitif Pada Lansia Di UPT PANTI WERDHA
MOJOPAHIT. (DESCRIPTION OF COGNITIVE FUNCTION IN
ELDERLY UPT INSTITUTION IN ELDERLY MOJOPAHIT , 2.
Hidayat A.A. (2008). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medika.
11