Anda di halaman 1dari 7

Buletin Veteriner Udayana Vol. 6 No.

2
ISSN : 2085-2495 Agustus 2014

Prevalensi Infeksi Protozoa Saluran Pencernaan Pada Kucing Lokal


(Felis catus) Di Denpasar
THE PREVALENCE OF PROTOZOA INTESTINAL INFECTION IN LOCAL CAT
(Felis catus) AT DENPASAR

Putu Titin Evi Sucitrayani1, Ida Bagus Made Oka2, Made Dwinata2
1)
Mahasiswa FKH Unud , 2)Lab. Parasitologi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Udayana, Denpasar, Bali
E-mail : vieshuvitkona@gmail.com

ABSTRAK

Kucing merupakan salah satu hewan kesayangan yang banyak diminati untuk dipelihara oleh
masyarakat. Masyarakat banyak memelihara kucing, tetapi banyak juga yang kurang
memperhatikan kesejahtraannya, sehingga banyak menjadi hidup liar. Parasit protozoa saluran
pencernaan yang paling sering ditemukan pada kucing adalah Giardia felis, Cryptosporadium felis,
Sarcocystis spp, Hammondia hamondi, Toxoplasma gondii, dan Isospora spp. Penelitian ini
bertujuann untuk mengetahui prevalensi infeksi protozoa saluran pencernaan pada kucing lokal
yang dipelihara dan yang hidup liar di Denpasar. Penelitian ini menggunakan 80 sampel feses
kucing, 40 kucing yang dipelihara dan 40 kucing yang hidup liar. Sampel diperiksa menggunakan
metode kosentrasi apung, dengan zat pengapung NaCl jenuh. Dari 80 sampel yang diperiksa,
sebanyak 25 sampel (31,3 %) terinfeksi protozoa saluran pencernaan. Pada kucing yang dipelihara,
dari 40 sampel yang diperiksa sebanyak 9 sampel (22,5%) terinfeksi protozoa saluran pencernaan,
Sedangkan kucing yang hidup liar, didapatkan 16 sampel (40 %) terinfeksi protozoa saluran
pencernaan.

Kata kunci : Kucing, Prevalensi, Protozoa

ABSTRACT

Cat is one of the pets which many people love to looking after. A lot of people looking after
cat but so many of them don’t pay much attention to cats wealth, this makes them become stray cat.
The most common gastrointestinal protozoa in cat is Giardia felis, Cryptosporadium felis,
Sarcocystis spp, Hammondia hamondi, Toxoplasma gondii, and Isospora spp. The purpose of this
research is to know the prevalence of gastrointestinal protozoa infection in local home cat and stray
cat in Denpasar. This research used 80 samples of cat feces, 40 home cat feces and 40 stray cat
feces. Samples examined using float concentration method, with saturated sodium chloride. From
80 examined samples, 25 samples (31,3 %) infected with gastrointestinal protozoa. For home cat,
from 40 examined samples 9 samples (22,5%) infected with gastrointestinal protozoa, meanwhile
from stray cat, 16 samples (40 %) infected from gastrointestinal protozoa.

Keywords: Cat, Prevalence, Protozoa

153
Buletin Veteriner Udayana Sucitrayani, dkk
ISSN : 2085-2495

PENDAHULUAN Pada saluran pencernaan kucing dapat


diterinfeksi beberapa protozoa, pada usus halus
Kucing merupakan salah satu hewan oleh : Gardia felis, Cryptosporidium felis,
kesayangan yang banyak diminati untuk Isospora felis (Cystoisospora felis), Isospora
dipelihara oleh masyarakat. Masyarakat banyak rivolta (Cystoisospora rivolta), Toxoplasma
memelihara kucing, tetapi banyak juga yang gondii, Hammondia hammondi dan Sarcocystis;
kurang memperhatikan kesejahteraannya, sedangkan pada usus besar dapat terinfeksi
sehingga banyak menjadi hidup liar. Kucing Pentatrichomonas hominis (Bowman et al.,
memiliki tingkat reproduksi yang tinggi, kucing 2003).
betina dewasa kelamin pada umur tujuh bulan, Penelitian yang dilakukan Setyoningsih
memiliki masa kehamilan 63 hari, dan (2004) di Denpasar, menemukan infeksi
melahirkan 1- 6 anak (Turner and Bateson. protozoa sebesar 33,3% dari 33 kucing yang
2000, Nutter et al., 2004). Kucing liar diperiksa. Burrows and Hunt (1970) melakukan
perkembang biakannya tidak terkontrol, penelitian di New Jersey USA, menemukan
menyebabkan populasi kucing liar tersebut terus tiga spesies Isospora (Cystoisospora) dengan
meningkat. prevalensi 36% dari 757 ekor kucing yang
Secara umum kucing di Denpasar cara diperiksa. Sedangkan Wiloson dan Prescott
hidupnya dapat dibedakan menjadi dua. (1982) melakukan penelitian yang hampir sama,
Pertama, kucing yang hidup dengan cara dengan menggunakan 400 ekor kucing yang
dipelihara masyarakat. Kedua, kucing yang diperiksa di Brisbane, menemukan terinfeksi
hidup liar, dan mencari makan di tempat - Isospora felis dengan prevalensi10,5% dan
tempat umum yang menyediakan ketersediaan Isospora rivolta ditemukan 2 %. Schuster et al.
makanannya. Kucing yang hidupnya dipelihara (1997) melakukan penelitian di Brandenburg
oleh masyarakat juga dapat dibedakan lagi bagian barat, menggunakan 155 kucing sebagai
menjadi 3 : (1). Kucing yang sangat sampel, menemukan prevalensi infeksi Isospora
diperhatikan oleh pemiliknya, memiliki (Cystoisospora) sebesar 11 % dan prevalensi
kandang yang bersih, selain itu kesehatan infeksi Sarcocystis sebesar 3%. Dari hasil
kucing sangat diperhatikan dan diberikan survey di Pert ditemukan prevalensi infeksi
vaksinasi secara rutin. Biasanya kucing ini, Toxoplasma gondii pada kucing sebesar 1,7%
bersifat jinak dan tidak pernah keluar dari (Shaw et al., 1983). Sedangkan Lorenzini et
rumah pemiliknya. (2). Kucing yang tidak al.(2007) di Brazil melakukan penelitian, hanya
dikandangkan, kucing ini dibiarkan bebas, menemukan dua jenis protozoa yang
tetapi masih di dalam lingkungan rumah menginfeksi kucing, dengan menggunakan 288
pemilik dan tetangga dengan pengawasan sampel, tingkat prevalensi infeksi Giardia spp
pemiliknya. Kebutuhan makanannya masih sebesar 3,5 % dan tingkat prevalensi infeksi
diperhatikan pemiliknya. (3). Kucing yang Isospora spp sebesar 5,6%. Penelitian lain di
dipelihara dengan cara diliarkan, dimana kucing Jerman, menemukan prevalensi infeksi
kategori ini, pemiliknya selalu menyediakan Sarcocystis spp sebesar 2,2%, Cystoisospora
makan dan minuman, namun kucing selalu spp sebesar 21,9 %, C. felis sebesar 15,3%, C.
keluar dari rumah pemiliknya dan bebas rivolta sebesar 7,9%, Hammondia sebesar
berkeliaran di jalan ( Hildreth et al., 2010). 4.5% dan Giardia spp sebasar 51,6% dari 771
Kucing liar adalah kucing yang tidak feses kucing yang diperiksa (Barutzki, 2003).
ada pemilik, sehingga hidup berkeliaran. Pasar Parasit saluran pencernaan adalah salah
merupakan tempat yang banyak menyediakan satu masalah umum pada kucing dengan tingkat
kebutuhan makanan bagi kucing, khususnya di prevalensi 45 %. Parasit protozoa yang paling
tempat pembuangan sampah. Tempat sampah sering ditemukan pada kucing adalah Giardia
tidak memiliki sanitasi yang baik, sehingga felis, Cryptosporadium felis, Sarcocystis spp,
menjadi lembab dan kotor. Lingkungan yang Hammondia hamondi, Toxoplasma gondii, dan
lembab dan kotor merupakan tempat Isospora spp (Cornell Feline Health Centre,
perkembangan beberapa agent penyakit, salah 2002). Lindsay (1997), melaporkan 36%
satunya adalah protozoa. kucing terinfeksi protozoa yang memproduksi
Buletin Veteriner Udayana Vol. 6 No. 2
ISSN : 2085-2495 Agustus 2014

ookista dan kucing liar lebih tinggi tingkat zat pengapung NaCl jenuh. Prinsip dari metode
prevalensinya. ini didasarkan atas berat jenis (BJ) protozoa
Cara penularan dari protozoa adalah lebih ringan dari pada BJ larutan yang
tercemarnya makanan dan minuman kucing digunakan, sehingga protozoa akan terapung di
oleh stadium infektif (tropozoit, kista, atau permukaan.
ookista). Dihubungkan dengan cara hidup Cara kerja metode kosentrasi
kucing di Denpasar, ada kemungkinan kucing pengapungan sebagai berikut, feses diambil ± 2
terinfeksi protozoa, khususnya kucing yang cara gram, masukkan ke dalam gelas beker,
hidupnya liar, karena lingkungan tempat ditambahkan dengan sedikit aquades, diaduk
mencari makan adalah tempat yang kotor. hingga homogen. Saring, kemudian dimasukkan
Penelitian protozoa saluran pencernaan kucing ke dalam tabung sentrifus sampai ¾ tabung,
lokal bali (Felis catus) belum pernah dilakukan, putar dengan kecepatan 1500 rpm selama 5
maka penelitian ini perlu dilakukan. menit. Supernatannya dibuang, tambahkan
NaCl jenuh sampai volumenya ¾ tabung dan
METODE PENELITIAN kembali diaduk hingga homogen. Putar dengan
kecepatan 1500rpm selama 5 menit. Tabung
Materi Penelitian diletakkan pada rak tabung secara tegak lurus,
Bahan-bahan yang diperlukan dalam tambahkan larutan NaCl jenuh dengan cara
penelitian ini adalah feses dari 80 ekor kucing diteteskan menggunakan pipet sampai
lokal di Denpasar yang terdiri dari, 40 ekor permukaan menjadi cembung dan dibiarkan
kucing lokal yang dipelihara dan 40 kucing selama 3 menit. Gelas penutup ditempelkan di
lokal yang hidup liar. Formalin 4% digunakan atas permukaan cairan yang cembung dengan
untuk bahan pengawet feses. NaCl jenuh dan hati-hati, kemudian tempelkan pada gelas objek
aquades digunakan untuk melarutkan feses dan diperiksa dibawah mikroskop dengan
dalam pemerikasan dengan metode apung. pembesaran objektif 40 X.

Metode Penelitian Analisis Data


Pengumpulan sampel Data hasil penelitian yang diperoleh
Sampel di kumpulkan dari kucing yang disajikan secara deskritif, dan untuk
hidup dipelihara penduduk dan yang hidup liar membandingkan proporsi prevalensi infeksi
di pasar kota Denpasar. Untuk mendapatkan protozoa saluran pencernaan pada kucing yang
feses kucing lokal yang dipelihara, langsung dipelihara dan kucing liar diuji menggunakan
meminta kepada pemilik kucing. Pemilik chi-square dengan program SPSS.
kucing diberikan plastik atau pot plastik sebagai
tempat sampel. Untuk mendapatkan feses HASIL DAN PEMBAHASAN
kucing liar harus ditangkap terlebih dahulu
menggunakan jaring, kemudian dikandangkan Hasil
sampai didapat fesesnya. Hasil pemeriksaan 80 sampel feses
Feses dimasukkan ke dalam pot plastik dan kucing lokal di denpasar ditemukan 25 sampel
ditambahkan formalin 4 % sebagai pengawet terinfeksi protozoa, sehingga prevalensi infeksi
sampai merendam seluruh feses, selanjutnya di protozoa saluran pencernaan pada kucing lokal
beri label yang meliputi tanggal pengambilan sebesar 31,3 %. Pada 40 feses kucing lokal
dan asal kucing. Sampel yang telah terkumpul yang dipelihara (rumahan) ditemukan 9 sampel
diperiksa di Laboratorium Prasitologi Fakultas terinfeksi protozoa saluran pencernaan dengan
Kedokteran Hewan Universitas Udayana. prevalensi sebesar 22,5 %, sedangkan dari 40
sampel kucing lokal yang hidup liar ditemukan
Pemeriksaan feses 16 sampel terinfeksi protozoa dengan prevalensi
Untuk mengetahui prevalensi infeksi sebesar 40 %. Rekapitulasi prevalensi infeksi
protozoa saluran pencernaan, pemeriksaan feses protozoa saluran pencernaan disajikan pada
dilakukan dengan metode kosentrasi Tabel 1. berikut.
pengapungan ( flotation methode) menggunakan
155
Buletin Veteriner Udayana Sucitrayani, dkk
ISSN : 2085-2495

Tabel 1. Prevalensi Infeksi Protozoa Saluran betina didapatkan 11 positif dari 35 sampel
Pencernaan Kucing Lokal ( Felis (31,4%). Data selengkapnya seperti pada table
catus ). 2.

Kategori kucing Jumlah Prevalensi Tabel 2. Prevalensi Infeksi Protozoa Saluran


Sampel ( (+) (%)
n) Pencernaan pada Kucing Lokal
1. Kucing yang 40 9 22,5 Berdasarkan Jenis Kelamin.
dipelihara
(Rumahan)
2. Kucing yang hidup 40 16 40,0 Kucing Jumlah Infeksi Prevalensi
liar sampel protozoa
Total 80 25 31.3
(ekor)

Prevalensi Infeksi 1. Jantan 45 14 31,1%


Protozoa 2. Betina
Total
35
80
11
25
31,4%
31,3%
60,00%
40%
40,00%
20,00%
22,50%
Prevalensi Infeksi
0,00% Protozoa
Kucing Kucing 31,50% 31.40%
Rumahan Liar
31,40%
31,30%
Gambar 1. Perbandingan prevalensi infeksi
31,20% 31,10%
protozoa saluran pencernaan pada
31,10%
kucing yang dipelihara dengan
31,00%
kucing yang hidup liar.
30,90%
Jenis protozoa saluran pencernaan yang jantan Betina
ditemukan pada penelitian ini hanya ookista
dari filum apicomplexa seperti tampak pada Gambar 3. Perbandingan prevalensi infeksi
gambar 1. berikut. protozoa saluran pencernaan pada
kucing berdasarkan jenis kelamin.

Prevalensi infeksi protozoa saluran


pencernaan pada kucing yang dipelihara sebesar
22,5 % dan pada kucing yang hidup liar sebesar
40 %. Hasil analisis chi-square untuk
mengetahui hubungan proporsi prevalensi
infeksi protozoa saluran pencernaan kucing
lokal yang dipelihara dengan kucing yang hidup
liar disajikan dalam tabel 3. berikut:

Gambar 2. Ookista dengan pembesaran obyektif


40 x 40

Berdasarkan jenis kelamin kucing,


didapatkan hasil infeksi protozoa pada kucing
jantan 14 positif dari 45 sampel, sehingga
prevalensinya sebesar (31,1%) pada kucing
Buletin Veteriner Udayana Vol. 6 No. 2
ISSN : 2085-2495 Agustus 2014

Tabel 3. Uji Chi-Square hubungan prevalensi Sedangkan kondisi wilayah di New Jersey, dan
infeksi protozoa saluran pencernaan Australia memiliki suhu lingkungan yang lebih
pada kucing lokal yang dipelihara rendah, hingga mampu menghambat
dengan kucing lokal yang hidup liar. perkembangan protozoa. Selain itu New Jersey
dan Australia memiliki empat musim, menurut
Chi-Square Tests Lorenzini (2007) musim mempengaruhi
Value Df Asymp. Exact Exact prevalensi, dimana pada musim dingin dan
Sig. (2- Sig. (2- Sig. (1- musim hujan tingkat prevalensi lebih rendah
sided) sided) sided)
dibadingkan pada musim panas dan musim
Pearson Chi- 2.851a 1 .091 gugur.
Square
Continuity 2.095 1 .148 Secara umum di Denpasar, kucing
Correctionb dipelihara dengan cara diliarkan, kucing yang
Likelihood 2.880 1 .090
Ratio diliarkan ini mendapatkan makanan dari
Fisher's Exact .147 .074 lingkungan yang kotor. Dari lingkungan (tanah)
Test
Linear-by- 2.815 1 .093 yang kotor kucing dapat terkontaminasi ookista
Linear infektif yang dikeluarkan oleh kucing bersama
Association
feses. Ookista yang tersebar ditanah bisa
N of Valid 80
Cases
bertahan lebih lama ditanah yang berhumus
dibandingkan dengan tanah yang miskin humus
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. (Brotowijoyo, 1987). Kebiasaan kucing yang
The minimum expected count is 12.50. sering menggaruk tanah, menjadi salah satu
b. Computed only for a 2x2 table yang memungkinkan termakanya stadium
infektif, sehingga kucing menjadi tertular
protozoa (Adams, 2003).
Pembahasan
Lama pengeluaran ookista untuk
Hasil yang didapatkan, prevalensi
Isospora felis selama 4 minggu (Bowman et
infeksi protozoa saluran pencernaan kucing
al., 2003), Sarcocystis selama 6 sampai 17 hari
lokal di Denpasar sebesar 31.3%, tidak jauh
(Levine, 1995), Toxoplasma gondii selama 1-2
berbeda dengan hasil yang didapatkan oleh
minggu (Levine, 1995), Hamondia hammondi
Setyoningsih (2004) sebesar 33,3%. Hasil yang
12-28 hari (Bowman et al., 2003). Prevalensi
didapatkan berbeda, dengan hasil penelitian
infeksi protozoa saluran pencernaan dari filum
Burrows dan Hunt (1970) di New Jersey
Apicomplexa akan bisa sembuh dengan sendiri,
(USA), Wiloson dan Prescott (1982) di
seandainya tidak terjadi infeksi ulang.
Brisbane, Schuster et al. di Brandenburg
Hasil dari penelitian ini hanya
(1997), Shaw et al. (1983) di Pert, prevalensi
menemukan ookista dari filum Apicomplexa,
infeksi protozoa saluran pencernaan pada
kemungkinan dari genus Isospora, Toxoplasma
penelitiaan ini lebih rendah, perbedaan ini
atau Sarcocystis berdasarkan morfologi, dan
mungkin disebabkan karena perbedaan jenis
ukuran serta setiap ookista ditemukan 2
kucing, cara pemeliharaan, umur, daya tahan
sporokista. Hasil penelitian ini tidak ditemukan
tubuh individu kucing, kondisi wilayah dan
Cryptosporidium, karena setiap ookista yang
kategori kucing yang digunakan sebagai
ditemukan mengandung 2 sporokista. Hasil
sampel.
penelitian ini berbeda dengan yang didapatkan
Kondisi wilayah merupakan hal penting
oleh Lorenzini et al. (2007) di Brazil, Barutzki
yang mempengaruhi tingkat prevalensi, kondisi
(2003) di Jerman, yang menemukan selain
wilayah yang meliputi iklim, kelembaban, suhu
Apicomplexa ( Isospora ) juga ditemukan
dan kondisi tanah. Daerah Denpasar yang
Giardia. Hasil penelitian protozoa saluran
beriklim tropis dengan suhu rata-rata berkisar
pencernaan kucing lokal di Denpasar tidak
antara 25,4º C – 28,5ºC (Pemerintah kota
ditemukan filum Sarcomastigophora, mungkin
Denpasar), dan kelembaban yang tinggi
disebabkan karena filum Sarcomastigophora
merupakan kondisi yang optimum dalam
tidak sesuai dengan lingkungan di Denpasar,
perkembangan protozoa ( Suweta, 1987).
selain itu mungkin disebabkan karena kucing
157
Buletin Veteriner Udayana Sucitrayani, dkk
ISSN : 2085-2495

lokal lebih tahan terhadap infeksi filum UCAPAN TERIMAKASIH


Sarcomastigophora.
Prevalensi infeksi protozoa saluran Penulis mengucapkan terimaksih kepada
pencernaan pada kucing yang dipelihara sebesar pihak- pihak yang telah membantu dalam
22,5 % dan pada kucing yang hidup liar sebesar proses penelitian di Laboratorium Parasitologi
40 %. Ada perbedaan prevalensi, nanum hasil Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
dari analisis statistik didapatkan hubungan Udayana, keluarga serta teman-teman
proporsi prevalensi infeksi protozoa saluran seperjuangan yang telah bersedia membantu
pencernaan pada kucing yang dipelihara dengan dalam proses penelitian dan penulisan ini.
kucing yang hidup liar tidak terdapat hubungan
yang bermakna ( P > 0.05) satu dengan yang DAFTAR PUSTAKA
lainnya. Cara pemeliharaan tidak berpengaruh
terhadap prevalensi infeksi protozoa saluran Adams, PJ. 2003. Parasites of Feral Cats and
pencernaan, disebabkan karena dari 40 ekor Native Fauna from Western
kucing yang dipelihara (rumahan) hanya Australia: The Application of
didapatkan 4 ekor saja yang dipelihara dengan Molecular Techniques for The Study
cara dikandangkan, dijaga kebersihannya dan of Parasitic Infections in Australian
diperhatikan kesehatannya, sedangkan 36 ekor Wildlife. Murdoch University,
yang didapat berasal dari kucing yang Australia.
dipelihara dengan cara diliarkan. Kucing yang Barutzki, D., dan R. Schaper. 2003.
hidup diliarkan walaupun telah diberi makan Endoparasites in Dogs and Cats in
oleh pemiliknya, tetapi masih terlihat tetap Germany 1990-2002, Veterinary
mencari makan disekitar rumah terutama pada Laboratory Freiburg, Freiburg,
tempat penampungan sampah. Cara Germany.
pemeliharaan kucing yang dipelihara (rumahan) Bowman, D.D., S.C.Bar.,C.M Hendrix dan D.S
tidak jauh berbeda dengan kucing liar yang . Lindsay. 2003. Gastro-intestinal
hidup di Denpasar, sehingga prevalensinya Parasites of Cat.International
tidak berbeda. Veterinary Information Services,
Ithaca, New York, USA.
SIMPULAN DAN SARAN Brotowidjoyo,M.D. 1987. Parasit dan
Parasitisme. Edisi I. Cetakan
Simpulan pertama. Media Sarana Press. Jakarta.
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan Burrows, R.B. and G.R. Hunt.1970. Isospora
Prevalensi infeksi protozoa saluran pencernaan felis and Isospora rivolta infections
kucing lokal di denpasar sebesar 31,3 %, pada in cat. J.Am.vet.med.Ass12 : 492.
kucing yang dipelihara sebesar 22,5 %, Cornell Feline Health Center. 2002.
sedangkan pada kucing yang hidup liar sebesar Gastrointestinal Parasites of
40,0 % dan prevalensi infeksi protozoa saluran Cat.Cornell University, Collage of
pencernaan kuicng di Denpasar tidak Veterinary Medicine. Ithaca, New
berhubungan secara bermakna dengan cara York.
hidup kucing. Hildreth, A. M, S.M. Vantassel, and S.E.
Hygnstrom. 2010. Feral Cats and
Saran Their Management. University of
Perlu dilakukan pengendalian penyakit yang Nebraska Lincoln.
disebabkan oleh infeksi protozoa saluran Levine, N.D. 1995. Prozotologi Veteriner.
pencernaan pada kucing yang bermanfaat Cetakan pertama. Gajah Mada
untuk kesehatan kucing tersebut, dan perlu University Press. Yogjakarta.
dilakukan penelitian lebih lanjut tentang Lindsay,S., J. P Dubey, dan B.L. Blagburn.
epidemiologi infeksi protozoa pada kucing. 1997. Biology of Isosporaspp. from
Humans, Nonhuman Primates, and
Domestic Animals. Journal Clinical
Buletin Veteriner Udayana Vol. 6 No. 2
ISSN : 2085-2495 Agustus 2014

Microbiology Reviews. Auburn Setyoningsih, A.P. 2004. Identifikasi Protozoa


University, Alabama. Vol. 10 No. 1. P. Saluran Pencernaan Kucing di
19-34. Beberapa Lokasi di Bali. Fakultas
Lorenzini Gustavo, Tasca, and G.A.D Carli. Kedokteran Hewan Udayana.
2007. Prevalence of Intestinal Denpasar.
Parasites in Dogs and Cats Under Shaw, J., J. Dunsmore, and R.J.Hoff. 1983.
Veterinary Care in Porto Alegre, Rio Prevalence of Some Gastrointestinal
Grande Do Sul, Brazil. Braz. J. vet. Parasites in Cats in the Perth Area.
Res. Anim. Sci, Sao Paulo, V. 44, n. Australian Veterinary
2, p. 137-145. Journal,60;151-152.
Nutter, F. B., J. F. Levine, and M. K. Stoskopf. Suweta, I.G.P. 1987. Parasit Cacing Gilig (
2004. Reproductive Capacity of Free- Nematoda) Salah Satu Kendala
Roaming Domestic Cats and Kitten Dalam Upaya Pelestarian Satwa
Survival Rate. J. A. Vet. Med. Assoc. Ruminansia Liar. D.A.A.D.
225:1399-1402. Nachkontakt Seminar. Institut
Schuster, R.A., Kautman and S. Hering. 1997. Pertanian Bogor. Bogor.
Infestigation on Endoparasite of Turner, D. C., and P. P. G. Bateson. 2000. The
Domestic Cat in Leastren Domestic Cat: the Biology of its
Braudeenburg.Berl. Munch. Behaviour. Cambridge University
Tierarzth.Wsckr. 110, 48-50. Press, Cambridge, U.K.
Wilson, S.L. and C.W. Prescott. 1982. A
Survey for Parasites in Cats.
Australian Veterinary Journal,Vol.
59;194.

159

Anda mungkin juga menyukai