Anda di halaman 1dari 21

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI
KAMPUS BUMI TADULAKO TONDO, TELEPON 0451-422611 Fax 0451-422844 PALU

I. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui apa saja jenis-jenis endapan bijih
2. Mengetahui genesa, asosiasi mineral dan mineral apa saja yang
terkandung dalam endapan bijih

II. Tinjauan Pustaka


2.1. Endapan Bijih
Batu yang mengandung satu atau lebih mineral metalik yang untung
jika ditambang dinamakan Ore atau mineral bijih. Suatu endapan
dikatakan bijih sebenarnya dilihat dari nilai ekonomisnya, bila harga
pengolahan dan harga pasaran berfluktuasi, suatu saat endapan mineral
dikatakan sebagai bijih dan di saat lain bukan lagi. Pada saat ekstraksi
didapatkan bahan logam dan juga bahan limbah (gangue) yang tidak
memiliki nilai ekonomis, proses ekstraksi tersebut menghasilkan timbunan
limbah (tailing)
2.2. Endapan Bijih Besi
Unsur besi di alam ditemukan dalam bentuk mineral : magnetit
(Fe3O4) mengandung lebih dari 72.40% unsur besi, hematit (Fe2O3)
mengandung 70% besi, geothit atau limonit (HFeO2) mengandung
62.90% besi, dan siderit (FeCO3) mengandung 48.20% besi. Proses
terbentuknya di alam dijumpai dalam bentuk bijih besi primer dan
endapan sekunder.
Menurut Padmanegara (1983), terdapat empat jenis tipe endapan
mineral/bijih besi terpenting yang terdapat di Indonesia yaitu endapan
skarn/metasomatik kontak, endapan placer, endapan lateritik, dan
endapan sedimen
1.) Endapan Skarn (Metasomatik Kontak)
Bijih tipe ini dapat terbentuk akibat proses kontak metasomatik
yaitu larutan magma berkompisisi sedang, basa, atau ultra basa yang
naik kepermukaan dalam peristiwa intrusi atau ekstrusi dapat
bereaksi dengan batuan sekitarnya, terutama dengan batuan kapuran
(tipe ekso-skarn atau kalsik eksoskarn). Disini akan terbentuk
mineral-mineral skarn seperti garnet, epidot, dan jika yang terbentuk
adalah mineral-mineral magnetit dan hematit sebagai mineral utama
maka dapat menjadi bijih besi. Di Indonesia, bijih besi tipe ini
biasanya terdapat di sekitar daerah kontak batuan intrusi
berkomposisi sedang sampai basa seperti diorit, granidiorit, dan
gabro atau basalt dengan formasi batuan sedimen atau vulkanis yang
mengandung lapisan-lapisan atau lensa-lensa batuan gampingan atau
batuan yang bersifat gampingan. Dalam proses ini, selain
temperatur, magma juga ikut memegang peranan dalam
menambahkan langsung beberapa unsur pada batuan sekitarnya,
sehingga endapan ini tidak mungkin terdapat jauh dari batuan intrusi
kecuali bila telah mengalami proses desintegrasi dan transportasi
sebagaimana halnya pada endapan eluvial dan diluvial.
Ciri-ciri tipe endapan ini antara lain:
 Endapan bijih besi ini dapat berbentuk lensa, berupa sarang (nest-
shaped) atau lapisan-lapisan yang kompleks pada batuan kontak;
 Berupa endapan masif yang terutama terdiri dari magnetit dan
hematit. Selain oksida besi, juga sering mengandung mineral
sulfida seperti pirit dan kalkopirit, disamping mineral skarn
seperti garnet, piroksen, aktinolit, sillimanit, dan epidot;
 Akibat proses desintegrasi dan transportasi, endapan tipe ini
sering terdapat dalam bentuk eluvial atau diluvial, yaitu berupa
onggokan bongkah-bongkah batuan berbagai ukuran dengan
komposisi mineralnya yang utama masih tetap berupa magnetit
dan hematit. Onggokan batuan ini biasanya tidak jauh letaknya
dari tempat asalnya yaitu daerah kontak;
 Kadar Fe bijih tipe ini berkisar sekitar 50-70%;
 Kadar Ni atau Cr dapat diabaikan;
 Karena sering berasosiasi dengan mineral sulfida, terkadang
berkadar Cu atau Zn agak tinggi (± 1%);
 Kadar belerang kadang-kadang agak tinggi, mendekati 1%;
 Kadar TiO2 biasanya dibawah 0,5%.
2.) Endapan Placer
Tipe endapan ini terbentuk oleh proses pelapukan, desitegrasi,
dan pengumpulan secara mekanik. Hasilnya adalah endapan
fragmen mineral dan batuan yang seringkali disebut mineral/batuan
rombakan. Tipe ini dikenal sebagai placer pantai (beach placer) dan
placer aluvium (alluvial placer). Karena melalui proses mekanik,
maka kemurnian fragmen mineral rombakan dipengaruhi oleh
intensitas liberasi selama proses tersebut.
3.) Endapan Laterit
Tipe endapan ini merupakan endapan residu dari proses
pelapukan, dekomposisi, dan pengumpulan kimia. Tipe ini tidak
lazim disebut endapan mineral/batuan rombakan. Karena melalui
proses kimia, maka keterjadiannya berkaitan dengan pelarutan dan
pengendapan yang sesuai dengan keadaan dan situasi setempat,
yakni jenis batuan induk dan lingkungan fisika-kimia. Lingkungan
yang baik untuk proses lateritisasi adalah: (1) iklim tropis-basah, (2)
topografi yang relatif tidak curam, dan (3) waktu proses lateritisasi
yang cukup lama.
Endapan mineral/bijih laterit umumnya terjadi pada batuan
induk ultramafik (ofiolit). Unsur besi bivalen dilepaskan oleh
pelapukan secara kimia terhadap batuan ultramafik yang sudah
teroksidasi menjadi besi trivalen dan kemudian diendapkan dalam
laterit. Dalam keadaan reduksi (dalam hutan lebat), unsur besi feri
berubah menjadi fero dan berupa larutan yang bergerak sampai
menemui lingkungan yang teroksidasi, kemudian unsur besi tersebut
berubah lagi menjadi feri dan terendapkan di lingkungan tersebut
pada permukaan air tanah, selanjutnya konkresi limonit
(2Fe2O3.3H2O) terjadi dalam lingkungan tersebut. Karena oksida
besi yang mempunyai berat jenis lebih besar mengalami dehidrasi,
maka hematit dan magnetit terjadi mendekati permukaan. Hematit
terkumpul kearah permukaan, sedangkan magnetit cenderung kearah
zona yang lebih dalam. Hematit yang relatif lebih stabil dalam
lingkungan pH (5,5-8), maka endapannya dapat berkembang
menjadi “kerak hematit yang keras” atau iron-cap. Mineral besi,
mineral nikel dan krom diendapkan sebagai residu dalam laterit.
Mineral besi yang berupa konkresi limonit bersifat belahan
konkoidal disebut goetit.
4.) Endapan Sedimen
Endapan tipe ini terbentuk berkaitan dengan proses sedimentasi
yaitu proses kimia yang memegang peranan utama dalam proses
pengendapannya. Ada pula yang menjadi penyebabnya adalah
proses desintegrasi mekanik, seperti yang terjadi pada sebagian
endapan bijih besi disekitar bijih besi tipe lateritik. Endapan jenis
“bog-iron” terbentuk bila larutan yang mengandung besi terkumpul
dalam suatu cekungan atau basin, dan oleh proses kimia atau akibat
pekerjaan bakteri terbentuklah endapan bijih besi. Dalam kelompok
ini termasuk juga endapan bijih besi yang dihasilkan oleh sumber air
panas (endapan sinter).
Ciri-ciri tipe endapan ini:

 Karena berasosiasi dengan endapan sedimen, tekstur atau strukur


perlapisan dan laminasi dapat terlihat jelas;
 Dapat berupa perlapisan yang kompak atau massif dan dapat
berupa breksi atau konglomerat, sering mengandung bongkah-
bongkah atau kerikil peridotit atau serpentinit;
 Komposisi mineral besinya bervariasi, ada yang berupa karbonat,
silikat besi, magnetit, dan hematite;
 Kadar Fe berkisar antara 40 - 60 %;
 Mengandung kadar Ni dan Cr yang lebih rendah dari tipe lateritik
yaitu rata-rata 0,41% Ni dan 2,1 % Cr2O3, khususnya yang berasal
dari bijih besi laterit;
 Kadar Al lebih rendah dari tipe bijih lateritik, yaitu sekitar 7%;
 Bijih besi “bog-iron”, sering mengandung kadar belerang dan
mangan yang tinggi, sedang yang berasal dari air panas dapat
mengandung belerang yang relatif lebih tinggi;
 Karena sering adanya perlapisan pemisah diantara lapisan bijih
besi, kasar Fe dan unsur-unsur lain yang dikandungnya dapat
bervariasi secara lateral maupun vertikal.

Proses terjadinya cebakan bahan galian bijih besi berhubungan


erat dengan adanya peristiwa tektonik pra-mineralisasi. Akibat
peristiwa tektonik, terbentuklah struktur sesar, struktur sesar ini
merupakan zona lemah yang memungkinkan terjadinya
magmatisme, yaitu intrusi magma menerobos batuan tua, dicirikan
dengan penerobosan batuan granitan (Kgr) terhadap Formasi
Barisan (Pb,Pbl). Akibat adanya kontak magmatik ini, terjadilah
proses rekristalisasi, alterasi, mineralisasi, dan penggantian
(replacement) pada bagian kontak magma dengan batuan yang
diterobosnya.

Perubahan ini disebabkan karena adanya panas dan bahan cair


(fluida) yang berasal dari aktivitas magma tersebut. Proses
penerobosan magma pada zona lemah ini hingga membeku
umumnya disertai dengan kontak metamorfosa. Kontak
metamorfosa juga melibatkan batuan samping sehingga
menimbulkan bahan cair (fluida) seperti cairan magmatik dan
metamorfik yang banyak mengandung bijih.

2.3.Endapan Bijih Nikel


Nikel ore (bijih nikel), yaitu mineral atau agregat mineral yang
mengandung nikel. Ferronickel adalah produk metalurgi berupa alloy
(logam paduan) antara besi (ferrum) dan nikel.
Nikel bisa berasal dari Laterite (Ni Oxides) hasil proses pelapukan
batuan Ultramafik dan Sulfida (Ni Sulphides) hasil dari proses
magmatisme. Sumber batual Ultramafik bisa dari Dunite, Peridotite,
Lherzolite,Serpentinite, dll.
1.) Nikel laterit
Proses terbentuknya nikel laterit dimulai dari peridotit sebagai
batuan induk. Batuan induk ini akan berubah menjadi serpentin akibat
pengaruh larutan hidrotermal atau larutan residual pada waktu proses
pembentukan magma (proses serpentinisasi) dan akan merubah
batuan peridotit menjadi batuan Serpentinit atau batuan Serpentinit
Peridotit

Selanjutnya terjadi proses pelapukan dan laterit yang


menghasilkan serpentin dan peridotit lapuk. Adanya proses kimia dan
fisika dari udara, air, serta pergantian panas dan dingin yang kontinu,
akan menyebabkan disintegrasi dan dekomposisi pada batuan induk.
Batuan asal yang mengandung unsur-unsur Ca, Mg, Si, Cr, Mn, Ni,
dan Co akan mengalami dekomposisi.

Air tanah yang mengandung CO2 dari udara meresap ke bawah


sampai ke permukaan air tanah sambil melindi mineral primer yang
tidak stabil seperti olivin, serpentin, dan piroksen. Air tanah meresap
secara perlahan dari atas ke bawah sampai ke batas antara zone
limonit dan zone saprolit, kemudian mengalir secara lateral dan
selanjutnya lebih banyak didominasi oleh transportasi larutan secara
horizontal. Proses ini menghasilkan Ca dan Mg yang larut disusul
dengan Si yang cenderung membentuk koloid dari partikel-partikel
silika yang sangat halus sehingga memungkinkan terbentuknya
mineral baru melalui pengendapan kembali unsur-unsur tersebut.
Semua hasil pelarutan ini terbawa turun ke bagian bawah mengisi
celah-celah dan pori-pori batuan.

Ca dan Mg yang terlarut sebagai bikarbonat akan terbawa ke


bawah sampai batas pelapukan dan diendapkan sebagai Dolomit dan
Magnesit yang mengisi celah-celah atau rekahan-rekahan pada batuan
induk. Di lapangan, urat-urat ini dikenal sebagai batas petunjuk antara
zona pelapukan dengan zona batuan segar yang disebut dengan akar
pelapukan (root of weathering).

Fluktuasi muka air tanah yang berlangsung secara kontinu akan


melarutkan unsur-unsur Mg dan Si yang terdapat pada bongkah-
bongkah batuan asal di zone saprolit, sehingga memungkinkan
penetrasi air tanah yang lebih dalam. Dalam hal ini, zone saprolit akan
bertambah ke dalam, demikian juga dengan ikatan yang mengandung
oksida MgO sekitar 30 – 50%-berat dan SiO2 antara 35 – 40%-berat.
Oksida yang masih terkandung pada bongkah-bongkah di zone
saprolit ini akan terlindi dan ikut bersama-sama dengan aliran air
tanah, sehingga sedikit demi sedikit zone saprolit atas akan berubah
porositasnya dan akhirnya menjadi zone limonit. Sedangkan bahan-
bahan yang sukar atau tidak mudah larut akan tinggal pada tempatnya
dan sebagian turun ke bawah bersama larutan sebagai larutan koloid.
Bahan-bahan seperti Fe, Ni, dan Co akan membentuk konsentrasi
residu dan konsentrasi celah pada zona yang disebut dengan zona
saprolit, berwarna coklat kuning kemerahan. Batuan asal ultramafik
pada zone ini selanjutnya diimpregnasi oleh Ni melalui larutan yang
mengandung Ni, sehingga kadar Ni dapat naik hingga 7%-berat.
Dalam hal ini, Ni dapat mensubstitusi Mg dalam Serpentin atau juga
mengendap pada rekahan bersama dengan larutan yang mengandung
Mg dan Si sebagai Garnierit dan Krisopras.

Sementara Fe di dalam larutan akan teroksidasi dan mengendap


sebagai Ferri-Hidroksida, membentuk mineral-mineral seperti
Goethit, Limonit, dan Hematit yang dekat permukaan. Bersama
mineral-mineral ini selalu ikut serta unsur Co dalam jumlah kecil.
Semakin ke bawah, menuju bed rock maka Fe dan Co akan
mengalami penurunan kadar. Pada zona saprolit Ni akan terakumulasi
di dalam mineral Garnierit. Akumulasi Ni ini terjadi akibat sifat Ni
yang berupa larutan pada kondisi oksidasi dan berupa padatan pada
kondisi silika.

Endapan laterit biasanya terbentuk melalui proses pelapukan


kimia yang intensif, yaitu di daerah dengan iklim tropis-subtropis.
Proses pelindian batuan lapuk merupakan proses yang terjadi pada
pembentukan endapan laterit, dimana proses ini memiliki penyebaran
unsur-unsur yang tidak merata dan menghasilkan konsentrasi bijih
yang sangat bergantung pada migrasi air tanah.

 Profil Endapan Nikel Laterit


Profil endapan nikel laterit yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan
ultrabasa secara umum terdiri dari 4 (empat) lapisan, yaitu lapisan tanah
penutup atau top soil, lapisan limonit, lapisan saprolit, dan bedrock.
- Lapisan tanah penutup
Lapisan tanah penutup biasa disebut iron capping. Material
lapisan berukuran lempung, berwarna coklat kemerahan, dan
biasanya terdapat juga sisa-sisa tumbuhan. Pengkayaan Fe terjadi
pada zona ini karena terdiri dari konkresi Fe-Oksida (mineral
Hematite dan Goethite), dan Chromiferous dengan kandungan nikel
relatif rendah. Tebal lapisan bervariasi antara 0 – 2 m. Tekstur
batuan asal sudah tidak dapat dikenali lagi.
- Lapisan Limonit
Merupakan lapisan berwarna coklat muda, ukuran butir
lempung sampai pasir, tekstur batuan asal mulai dapat diamati
walaupun masih sangat sulit, dengan tebal lapisan berkisar antara 1
– 10 m. Lapisan ini tipis pada daerah yang terjal, dan sempat hilang
karena erosi. Pada zone limonit hampir seluruh unsur yang mudah
larut hilang terlindi, kadar MgO hanya tinggal kurang dari 2% berat
dan kadar SiO2 berkisar 2 – 5% berat. Sebaliknya kadar Fe2O3
menjadi sekitar 60 – 80% berat dan kadar Al2O3maksimum 7%
berat. Zone ini didominasi oleh mineral Goethit, disamping juga
terdapat Magnetit, Hematit, Kromit, serta Kuarsa sekunder. Pada
Goethit terikat Nikel, Chrom, Cobalt, Vanadium, dan Aluminium.
- Lapisan Saprolit
Merupakan lapisan dari batuan dasar yang sudah lapuk, berupa
bongkah-bongkah lunak berwarna coklat kekuningan sampai
kehijauan. Struktur dan tekstur batuan asal masih terlihat. Perubahan
geokimia zone saprolit yang terletak di atas batuan asal ini tidak
banyak, H2O dan Nikel bertambah, dengan kadar Ni keseluruhan
lapisan antara 2 – 4%, sedangkan Magnesium dan Silikon hanya
sedikit yang hilang terlindi. Zona ini terdiri dari vein-vein
Garnierite, Mangan, Serpentin, Kuarsa sekunder bertekstur boxwork,
Ni-Kalsedon, dan di beberapa tempat sudah terbentuk limonit yang
mengandung Fe-hidroksida.
- Bedrock (Batuan Dasar)
Merupakan bagian terbawah dari profil nikel laterit, berwarna
hitam kehijauan, terdiri dari bongkah – bongkah batuan dasar
dengan ukuran > 75 cm, dan secara umum sudah tidak mengandung
mineral ekonomis. Kadar mineral mendekati atau sama dengan
batuan asal, yaitu dengan kadar Fe ± 5% serta Ni dan Co antara 0.01
– 0.30%.
2.4. Endapan Bijih Tembaga
Tembaga atau copper adalah mineral logam natif. Deposit yang biasa
ditambang merupakan mineral azurite (Cu3(CO3)2(OH)2), malachite
(Cu2CO3(OH)2), tennantite ((Cu,Fe)12As4S13), chalcopyrite (CuFeS2)
dan bornite (Cu5FeS4).Tembaga merupakan logam yang memiliki sifat
fisik malleable dan ductile. Konduktivitas termal dan elektriknya sangat
tinggi.

2.4.1. Genesis Tembaga


Endapan tembaga terbentuk dengan berbagai cara antara lain, yaitu :
1.) Terbentuk dengan cara replacement. Proses replacement dibagi 3,
yaitu:
 Dimulai dari celah batuan. Dinding celah yang mula-mula
direplace kemudian berlangsung terus-menerus ke dalam
sampai padabatuan samping yang merupakan batas proses
replacement. Proses ini menghasilkan”massive ore body”.
Contoh: Cebakan bijih Sulphida di Kennecott, Alaska.
 Melalui suatu rekahan yang merupakancenter, kemudian
menyebar, sehingga dapat menyebabkan high grade ore body
yangmassive atau tak teratur.
 Secara multiplace center, karena batuansampingnya mudah
diserap oleh larutan mineralisasi sehingga menimbulkan
cebakanyang terpencar (dissominated ore).
2.) Terbentuk oleh pembekuan magma, dengan endapan mineral
bornit dan kalkopirit jarang dengan pirit (sulfide)
3.) Terbentuk oleh metasomatisme kontak (kalkopirit dan bornit
dengan pirit, pirrhotit, tembaga sfalerit, molibdenit dan oksida.
Dalam proses magmatik dimana adanya intrusi dari
magmaterhadap batuan sampingnya, maka oleh pengaruh kontak dari
gas pada temperaturtinggi yang keluar dari magma, akan terjadi dua
gejala yang penting.
Effect gas panas ini menurut Barrel ada dua macam:
 Contact Metamorphism. Yaitu effect gas panas
diikutipenambahan material baru dari dapur magma.
 Contact Metasomism, yaitu effect gas panas diikutipenambahan
material basa dari dapur magma.
4.) Endapan sedimenter tembaga
Endapan sediment adalah endapan yang terbentuk dariproses
pengendapan dari berbagai macam mineral yang telah mengalami
pelapukandari batuan asalnya, yang kemudian terakumulasi dan
tersedimentasikan padasuatu tempat.

2.5. Endapan Bijih Timah


Mineral utama yang terkandung pada bijih timah adalah cassiterite
(Sn02). Batuan pembawa mineral ini adalah batuan granit yang
berhubungan dengan magma asam dan menembus lapisan sedimen
(intrusi granit). Pada tahap akhir kegiatan intrusi, terjadi peningkatan
konsentrasi elemen di bagian atas, baik dalam bentuk gas maupun cair,
yang akan bergerak melalui pori-pori atau retakan. Karena tekanan dan
temperatur berubah, maka terjadilah proses kristalisasi yang akan
membentuk deposit dan batuan samping.
Timah umumnya memiliki bilangan oksidasi +2 dan +4. Timah(II)
cenderung memiliki sifat logam dan mudah diperoleh dari pelarutan Sn
dalam HCl pekat panas. Timah bereaksi dengan klorin secara langsung
membentuk Sn(IV) klorida. Timah tidak mudah dioksidasi dan tahan
terhadap korosi disebabkan terbentuknya lapisan oksida timah yang
menghambat proses oksidasi lebih jauh. Timah tahan terhadap korosi air
distilasi dan air laut, akan tetapi dapat diserang oleh asam kuat, basa, dan
garam asam. Proses oksidasi dipercepat dengan meningkatnya
kandungan oksigen dalam larutan.
Proses pembentukan bijih timah berasal dari magma cair yang
mengandung kasiterit (SnO2). Intrusi batuan granit kepermukaan
menyebabkan fase pneumatolitic yang menghasilkan mineral-mineral
bijih diantaranya bijih timah. Mineral ini terakumulasi dan terasosiasi
dalam batuan granit ataupun batuan lain yang diterobos membentuk
vein-vein bijih timah primer. Sesuai dengan namanya, endapan timah
sekunder terdiri dari mineral-mineral bijih kasiterit yang telah
tertransportasi jauh dari sumbernya (endapan timah primer). Biasanya
bijih kasiterit ini terbawa oleh arus sungai menuju muara sungai hingga
lepas pantai dan terakumulasi disana. Karenanya banyak dilakukan
kegiatan penambangan bijih timah sekunder pada daerah muara sungai
dan lepas pantai. Hal ini dilakukan dengan harapan akan diperoleh bijh
timah dalam jumlah besar.
1.) Endapan Timah Primer
Endapan timah primer terbentuk dari proses pneumatolitis. Pada
proses ini mineral timah ditransfortasi dari magma chamber sebagai
gas Tinchloride (SnCL4) atau Tin-flouride (SnF4) yang kemudian
bereaksi dengan air membentuk Tin-oxide (SnO2 ) atau kasiterit dan
asam klorida atau asam flourida seperti reaksi sebagai berikut :

SnCL4(g) + 2H2O(l) -------------------- SnO2(s) + HCL(g)

SnF4(g) + 2H2O(l) ---------------------- SnO2(s) + 4HF(g)

Dari reaksi di atas dapat dilihat bahwa pada proses ini akan
terbentuk kasiterit sebagai padatan dan asam chloride atau asam
fluoride sebagai gas.
2.) Endapan Timah Sekunder
Endapan timah sekunder termasuk salah satu jenis endapan placer
yang mempunyai nilai ekonomis. Endapan timah sekunder terbentuk
oleh proses pelapukan, erosi, transportasi Berdasarkan tempat atau
lokasi pengendapannya, endapan bijih timah sekunder dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Endapan Elluvial
Endapan elluvial adalah endapan bijih timah yang terjadi
akibat pelapukan secara intensif. Proses ini diikuti dengan
disintegrasi batuan samping dan perpindahan mineral kasiterit
(Sn02) secara vertikal sehingga terjadi konsentrasi residual. Ciri-
ciri endapan elluvial adalah sebagai berikut :
- Terdapat dekat sekali dengan sumbernya
- Tersebar pada batuan sedimen atau batuan granit yang telah
lapuk
- Ukuran butir agak besar dan angular
b. Endapan Kollovial
Endapan bijih timah yang terjadi akibat peluncuran hasil
pelapukan endapan bijih timah primer pada suatu lereng dan
terhenti pada suatu gradien yang agak mendatar diikuiti dengan
pemilahan. Ciri-cirinya :
- Butiran agak besar dengan sudut runcing
- Biasanya terletak pada lereng suatu lembah
c. Endapan Alluvial
Endapan bijih yang terjadi akibat proses transportasi sungai,
dimana mineral berat dengan ukuran butiran yang lebih besar
diendapkan dekat dengan sumbernya. Sedangkan mineral-mineral
yang berukuran lebih kecil diendapkan jauh dari sumbernya. Ciri-
cirinya :
- Terdapat di daerah lembah
- Mempunyai bentuk butiran yang membundar
d. Endapan Miencan
Endapan bijih timah yang terjadi akibat pengendapan yang
selektif secara berulang-ulang pada lapisan tertentu. Ciri-cirinya :
- Endapan berbentuk lensa-lensa
- Bentuk butiran halus dan bundar
e. Endapan Disseminated
Endapan bijih timah yang terjadi akibat transportasi oleh air
hujan. Jarak transportasi sangat jauh sehingga menyebabkan
penyebaran yang luas tetapi tidak teratur. Ciri-cirinya :
- Tersebar luas, tetapi bentuk dan ukurannya tidak teratur
- Ukuran butir halus karena jarak transportasi jauh
- Terdapat pada lapisan pasir atau lempung

2.6. Endapan Bijih Emas


Emas merupakan elemen yang dikenal sebagai logam mulia dan
komoditas yang sangat berharga sepanjang sejarah manusia. Elemen ini
memiliki nomor atom 79 dan nama kimia aurum atau Au. Emas
termasuk golongan native element, dengan sedikit kandungan perak,
tembaga, atau besi. Warnanya kuning keemasan dengan kekerasan 2,5-3
skala Mohs. Bentuk kristal isometric octahedron atau dodecahedron.
Specific gravity 15,5-19,3 pada emas murni. Makin besar kandungan
perak, makin berwarna keputih-putihan.
Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di
permukaan. Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme
kontak dan larutan hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian secara
mekanis menghasilkan endapan letakan (placer). Genesa emas
dikatagorikan menjadi dua yaitu endapan primer dan endapan-plaser.
Emas terdapat di alam dalam dua tipe deposit, pertama sebagai urat
(vein) dalam batuan beku, kaya besi dan berasosiasi dengan urat kuarsa.
Lainnya yaitu endapan atau placer deposit, dimana emas dari batuan asal
yang tererosi terangkut oleh aliran sungai dan terendapkan karena berat
jenis yang tinggi. Emas native terbentuk karena adanya kegiatan
vulkanisma, bergerak berdasarkan adanya thermal atau adanya panas di
dalam bumi, tempat tembentukan emas primer, sedangkan sekudernya
merupakan hasil transportasi dari endapan primer umum disebut dengan
emas endapan flaser, sedangkan asosiasi emas atau emas bersamaan
hadir dengan mineral silikat, perak, platina, pirit dan lainnya
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM ENDAPAN MINERAL
KLASIFIKASI ENDAPAN BIJIH

1. No. Sampel : 01
2. Warna : Kuning terang, coklat
3. Pecahan : Konkoidal
4. Belahan : Tidak Jelas
5. Cerat : Hitam Kehijauan
6. Kilap : Logam Metalik
7. Kekerasan : 3,5 - 4 Skala Mohs
8. Tenacity : Brittle
9. Berat Jenis : 3,9 – 4,1 g/cm3
10. Transparansi : Opaque
11. Komposisi Kimia : CuFeS2
12. Sistem Kristal : Tetragonal
13. Golongan Mineral: Mineral Sulfida
14. Sifat Khas : Mineral biji tembaga yang terdapat cebakan tembaga
porfiri dan urat-urat
15. Nama Mineral : Kalkopirit
16. Keterangan : Mineral ini terbentuk di bawah kondisi Epitermal
keduanya dalam urat bentuk Kristal Baryte, dolomite,
pyrhotite, kuarsa, malachite. Digunakan sebagai bahan
campuran tembaga. Mineral ini terbanyak bersama
tembaga dan lebih sedikit bersama sulfida. Sebagai
mineral bijih primer berkarakteristik hipotermal dan urat-
urat mesotermal bertemperatur lebih tinggi. Juga
terbentuk dibawah kondisi epitermal keduanya dalam urat
dan bentuk kristal. Dapat larut pada senyawa asam dan
jika dibakar apinya berwarna hijau dan mengeluarkan
racun. Potensi tembaga terbesar yang dimiliki Indonesia
terdapat di Papua. Potensi lainnya menyebar di Jawa
Barat, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan.
17. Referensi : https://www.scribd.com/doc/302914104/Borang-
Katalog-Mineral-Kalkopirit
1. No. Sampel : 02
2. Warna : Coklat Kemerahan, Merah Muda
3. Pecahan : Konkoidal
4. Belahan : Tidak Ada
5. Cerat : Hitam Logam
6. Kilap : Logam
7. Kekerasan : 1,5 – 3 Skala Mohs
8. Tenacity : Ductile
9. Berat Jenis : 8,9 gr/cm3
10. Transparansi : Opaque
11. Komposisi Kimia : Cu
12. Sistem Kristal : Isometric
13. Golongan Mineral: Mineral Native
14. Nama Mineral : Tembaga
15. Keterangan : Mineral ini terbentuk di dalam zona oksidasi dari endapan
bijih sulfida. Batuan sedimen yang berdekatan dengan
ekstrusif basa, dan di dalam rongga- rongga batuan basal.
Digunakan sebagai bijih tembaga utama, sebagai contoh
mineral, dan untuk hiasan (ornamental stone). Digunakan
untuk membuat kawat, komponen listrik, uang logam
(koin), membuat pipa. Mudah ditempa (liat) dan bersifat
mulur sehingga mudah dibentuk dan Konduktor panas
dan listrik yang baik, kedua setelah perak. Potensi
tembaga terbesar yang dimiliki Indonesia terdapat di
Papua. Potensi lainnya menyebar di Jawa Barat, Sulawesi
Utara, dan Sulawesi Selatan.
16. Referensi : https://www.scribd.com/doc/119586156/Karakteristik-
Tembaga
1. No. Sampel : 03
2. Warna : Kuning sampai Emas
3. Pecahan : Hackly
4. Belahan : Tidak Baik
5. Cerat : Kuning
6. Kilap : Logam
7. Kekerasan : 2,5 – 3 Skala Mohs
8. Tenacity : Brittle
9. Berat Jenis : 9 gr/cm3
10. Transparansi : Opaque
11. Komposisi Kimia : Au
12. Sistem Kristal : Isometric
13. Golongan Mineral: Mineral Native
14. Nama Mineral : Emas
15. Keterangan : Mineral ini terbentuk dari proses magmatisme atau
pengkonsentrasian di permukaan dan kebanyakan
terdapat di dalam urat-urat hydrothermal/ berasosiasi
dengan mineral sulfide dan di dalam endapan-endapan
bijih. Digunakan sebagai bahan perhiasan, bahan
penghargaan, bahan pembuat mata uang,dll. Cebakan
emas aluvial ini di Indonesia banyak di jumpai di
Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, dan Papua. Emas
aluvial dengan sumber daya yang lebih kecil juga
dijumpai juga di P. Jawa, yaitu di Banyumas, Jawa
Tengah.
16. Referensi : https://www.scribd.com/doc/119586156/Karakteristik-
Tembaga
1. No. Sampel : 04
2. Warna : Bening, putih sampai putih kebiruan, abu-abu
3. Pecahan : Konkoidal
4. Belahan : Sempurna
5. Cerat : Putih
6. Kilap : Kristal
7. Kekerasan : 10 Skala Mohs
8. Tenacity : Ductile
9. Berat Jenis : 3,5 gr/cm3
10. Transparansi : Tranparan
11. Komposisi Kimia : C
12. Sistem Kristal : Isometric
13. Golongan Mineral: Mineral Semi Logam
14. Nama Mineral : Intan
15. Keterangan : Kebanyakan intan yang kita temukan sekarang
merupakan hasil pembentukan proses jutaan-milyar tahun
yang lalu, erupsi magma yang sangat kuat membawa
intan-intan tersebut ke permukaan, membentuk
pipa kimberlite, penamaan kimberlite berasal dari
penemuan pertama pipa tempat intan berada tersebut di
daerah Kimberley, Afrika Selatan. Digunakan sebagai alat
untuk memotong, ,mengasah dan sebagai mata bor,
perhiasan, dll.
16. Referensi : https://www.geologinesia.com/2016/02/intan-
merupakan-mineral-bukan-batu-permata-berlian.html
1. No. Sampel : 05
2. Warna : Abu-abu
3. Pecahan : Hackly
4. Belahan : Sempurna
5. Cerat : Abu-abu
6. Kilap : Logam
7. Kekerasan : 2,5 Skala Mohs
8. Tenacity : Brittle
9. Berat Jenis : 7,58 gr/cm3
10. Transparansi : Opaque
11. Komposisi Kimia : C
12. Sistem Kristal : Isometric
13. Golongan Mineral: Mineral Sulfida
14. Nama Mineral : Galena
15. Keterangan : Terdapat dalam urat – urat hydrothermal berasosiasi
dengan spalerit, kalkopirit, pirit, lain-lain sulfida, kuarsa,
kalsit, dolomit, barit, dan flourit.keterdapatan mineral
galena ini biasa berada pada vein – vein kuarsa atau biasa
juga didapatkan pada batuan – batuan yang teralterasi
sangat kuat baik itu pada batuan vulkanik seperi Tufa,
basalt dll atau pada batuan – batuan terobosan lainnya.
Digunakan sebagai sumber logam timbal atau timah
hitam, hidangan makanan hias.
16. Referensi : https://www.geologinesia.com/2016/06/mengenal-
galena-dan-kegunaannya.html
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/35972354/Endapan-Mineral-Bijih-Klasifikasi-
Genesa-Model-Endapan-Serta
https://www.scribd.com/doc/221058016/Endapan-Mineral-Bijih
Asep Sofyan, 2008, Inventarisasi Cebakan Bijih Besi Primer Di Kab. Tanah
Bumbu dan Tanah Laut, Propinsi Kalimantan Selatan, Kelompok Kerja
Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Nurhakim, M. Untung Dwiatmoko, Romla NH, Adip M. 2011. IDENTIFIKASI
POTENSI ENDAPAN BIJIH BESI LATERIT DI BAGIAN TENGAH
PULAU SEBUKU, PROVINSI KALIMANTAN SELATAN. INFO TEKNIK,
Volume 12 No. 2.

Anda mungkin juga menyukai