Anda di halaman 1dari 8

Nanat Fatah Natsir

Peningkatan Kualitas Guru


dalam Perspektif Pendidikan Islam
Nanat Fatah Natsir
ABSTRACT
Indonesian human index is world widely very low. As evidence shows, only few schools in Indonesia
receive world recognition due to low teacher’s quality. Islam, a majority religion in Indonesia, as a
matter of fact concerns education. Using literature review, this study focuses on new government
policies such as new regulation on teachers and university lecturers and school-based management
and how they influence Islamic teacher education. The findings suggest that improving teacher’s
quality is a complex process including the development of hardware, software, and brain ware.
It needs, among others, government’s willingness to allocate bigger budget to improve teacher’s
competence and professionalism. In the Islamic perspective, however, teachers need to balance be-
tween their material and mental fulfillment. To improve their quality, Muslim teachers need to adapt
themselves to the change and progress in world education development.

Key Words: kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi, pedagogik, profesionalisme

Guru sederajat dengan kaum bangsawan atau priyayi Menyadari begitu pentingnya faktor guru bagi kema-
dalam tipologi Geertz (1989) tentang masyarakat Jawa. juan bangsa, pemerintah dan DPR melakukan perubahan
Guru dalam masyarakat Jawa dikenal sebagai singkatan kebijakan. Undang-undang No. 14/2005 tentang Guru
dari digugu omongane lan ditiru kelakoane (dipercaya dan Dosen telah dikeluarkan pada 30 Desember 2005
ucapannya dan ditiru tindakannya). Istilah ini mengandung lalu. Kebijakan ini merupakan langkah yang sangat maju
makna bahwa “guru itu perkataannya selalu diperhatikan yang diambil pemerintah setelah bertahun-tahun meng-
dan perbuatannya selalu menjadi teladan”. Menjadi guru abaikan keberadaan guru yang sejatinya sangat berperan
merupakan cita-cita bagi kebanyakan anak pada zaman bagi maju-mundurnya bangsa.
dulu, karena guru menempati status sosial yang tinggi di Sebetulnya, sejak beberapa tahun terakhir ini, teru-
mata masyarakat. tama setelah reformasi bergulir, pemerintah mulai banyak
Menyandang profesi guru saat itu bagaikan seorang memperhatikan peran dan posisi guru khususnya dan
pejabat publik yang memiliki kharisma baik bagi dirinya pendidikan umumnya sebagai tiang utama pembangunan
maupun bagi keluarganya. Masyarakat selalu memper- bangsa. Bahkan beberapa waktu sebelumnya, lahir UU
hatikan setiap tindak tanduk mereka dalam berinteraksi No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
dengan lingkungan. Citra ini terbangun karena seorang mengamanatkan tentang minimal anggaran untuk dana
guru benar-benar menjaga integritas dan kredibilitasnya. pendidikan. Anggaran pendidikan merupakan investasi
Ia tidak hanya mengajar di depan kelas, tapi juga men- jangka panjang dan tidak akan rugi bagi masa depan pen-
didik, membimbing, menuntun, dan membentuk karakter didikan anak-anak negeri ini. Wacana mengenai besaran
moral yang baik bagi siswa-siswanya. anggaran pendidikan ini masih terus diperbincangkan
Kini, nilai, integritas dan kredibilitas guru mulai lun- terutama ketika pemerintah belum mampu merealisasi-
tur. Guru sebagai sebuah profesi, mulai dianggap seb- kannya karena masih adanya tarik ulur dengan kepent-
agai pekerjaan yang kurang bergengsi. Hal ini terutama ingan lain yang lebih mendesak. Namun setahap demi
dilihat dari sisi penghasilan dan masa depannya yang setahap pemenuhan anggaran pendidikan menjadi 20%
kurang cerah. Ini berbanding terbalik dengan profesi lain dari APBN mulai dilaksanakan, bahkan beberapa provinsi
yang cenderung menawarkan kekayaan secara instan di dan kota sudah mampu memenuhi Undang-undang ini.
zaman serba materialistik. Generasi muda yang memiliki Karena belum terpenuhinya anggaran sesuai dengan
otak cemerlang sudah sangat jarang yang bercita-cita amanat Undang-undang, masih terjadi penarikan biaya
menjadi guru, sekalipun dia anak seorang guru. pendidikan dari masyarakat.

20 ISSN : 1907 - 8838 EDUCATIONIST No. I Vol. I Januari 2007


PEMBERDAYAAN KUALITAS GURU
DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

Kita barangkali harus mengambil pelajaran dari Trends in Mathematic and Science Study (TIMSS dalam
kemajuan Jepang dan Malaysia. Kedua negara itu mem- Uzer 2003), siswa Indonesia hanya berada di ranking ke-
pertaruhkan seperempat anggaran belanja negaranya 35 dari 44 negara dalam hal prestasi matematika dan di
untuk pendidikan. Hasilnya, tidak sia-sia. Kemajuan yang ranking ke-37 dari 44 negara dalam hal prestasi sains.
diraih kedua negara itu, tidak lepas dari peran pendidikan Dalam hal ini prestasi siswa kita jauh di bawah siswa Ma-
yang mereka garap secara serius dan konsisten selama laysia dan Singapura.
bertahun-tahun. Kebangkitan Jepang dan Indonesia seb- Dalam hal prestasi, 15 September 2004 lalu Unit-
etulnya terjadi dalam waktu bersamaan. Jepang mulai ed Nations for Development Programme (UNDP) juga
menata kembali negaranya setelah dibom atom, sedang- mengumumkan hasil studi tentang kualitas manusia se-
kan Indonesia setelah lepas dari cengkeraman penjajah. cara serentak di seluruh dunia melalui laporannya yang
Namun, karena fondasi yang dibangunnya berbeda--Je- berjudul Human Development Report (UNDP2004). Di
pang membangun sektor SDM melalui pendidikan, se- dalam laporan tahunan ini Indonesia hanya menduduki
dangkan Indonesia membangun sektor ekonomi--hasil- posisi ke-111 dari 177 negara. Apabila dibanding dengan
nya pun berbeda. Jepang sudah sangat maju di berbagai negara-negara tetangga saja, posisi Indonesia berada
bidang, sedangkan Indonesia masih tertatih-tatih. jauh di bawahnya.
Dalam skala internasional, menurut Laporan Bank
Realitas Pendidikan Kita Dunia (Greaney, IEA, 1992), studi IEA (Internasional As-
Kualitas pendidikan di Indonesia begitu terpuruk dan sociation for the Evaluation of Educational Achievement)
sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain dengan di Asia Timur menunjukkan bahwa keterampilan memb-
data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengem- aca siswa kelas IV SD berada pada peringkat terendah.
bangan Manusia (Human Development Index), yaitu kom- Rata-rata skor tes membaca untuk siswa SD: 75,5 (Hon-
posisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, gkong), 74,0 (Singapura), 65,1 (Thailand), 52,6 (Filipina),
dan penghasilan per kepala yang menunjukkan, bahwa dan 51,7 (Indonesia).
indeks pengembangan manusia Indonesia makin menu- Anak-anak Indonesia ternyata hanya mampu men-
run. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati guasai 30% dari materi bacaan dan mereka sulit sekali
urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan
ke-109 (1999). penalaran. Hal ini mungkin karena mereka sangat terbia-
Menurut survei Political and Economic Risk Con- sa menghafal dan mengerjakan soal pilihan ganda.
sultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada Selain itu, hasil studi The Third International Math-
pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indone- ematic and Science Study-Repeat TIMSS-R, 1999 (IEA,
sia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The 1999) memperlihatkan bahwa, di antara 38 negara peser-
World Economic Forum Swedia (WEF 2000), Indonesia ta, prestasi siswa SLTP kelas 2 Indonesia berada pada
memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-32 untuk IPA, ke-34 untuk Matematika. Dalam
urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan dunia pendidikan tinggi menurut majalah Asia Week dari
masih menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia 77 universitas yang disurvai di Asia Pasifik ternyata 4 uni-
hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pe- versitas terbaik di Indonesia hanya mampu menempati
mimpin teknologi dari 53 negara di dunia. peringkat ke-61, ke-68, ke-73 dan ke-75.
Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah itu juga Bukan hanya faktor siswa saja, ternyata sebagian
ditunjukkan data Balitbang (2003) bahwa dari 146.052 SD guru di Indonesia bahkan dinyatakan tidak layak menga-
di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang jar. Persentase guru menurut kelayakan mengajar dalam
mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Prima- tahun 2002-2003 di berbagai satuan pendidikan sbb: un-
ry Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia tuk SD yang layak mengajar hanya 21,07% (negeri) dan
ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat pen- 28,94% (swasta), untuk SMP 54,12% (negeri) dan 60,99%
gakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program (swasta), untuk SMA 65,29% (negeri) dan 64,73% (swas-
(MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah ta), serta untuk SMK yang layak mengajar 55,49% (neg-
saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The eri) dan 58,26% (swasta).
Diploma Program (DP). Kelayakan mengajar itu jelas berhubungan dengan
Dengan keadaan yang demikian itu pencapaian tingkat pendidikan guru itu sendiri. Data Balitbang Dep-
prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan. Sebagai diknas (1998) menunjukkan dari sekitar 1,2 juta guru SD/
misal pencapaian prestasi fisika dan matematika siswa MI hanya 13,8% yang berpendidikan diploma D2-Kepen-
Indonesia di dunia internasional sangat rendah. Menurut didikan ke atas. Selain itu, dari sekitar 680.000 guru

ISSN : 1907 - 8838 21


EDUCATIONIST No. I Vol. I Januari 2007
Nanat Fatah Natsir

SLTP/MTs baru 38,8% yang berpendidikan diploma D3- Hampir semua usaha reformasi pendidikan, seperti pem-
baruan kurikulum dan penerapan metode mengajar baru,
Kependidikan ke atas. Di tingkat sekolah menengah, dari akhirnya bergantung kepada guru. Tanpa mereka tidak
337.503 guru, baru 57,8% yang memiliki pendidikan S1 mungkin siswa menguasai bahan pelajaran dan strategi
ke atas. Di tingkat pendidikan tinggi, dari 181.544 dosen, pembelajaran, tanpa mereka tidak mungkin dapat mendo-
rong siswa untuk belajar secara sungguh-sungguh. Guna
baru 18,86% yang berpendidikan S2 ke atas (3,48% ber- mencapai prestasi yang tinggi, maka segala upaya pening-
pendidikan S3). katan mutu pendidikan tidak akan mencapai hasil maksimal
Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya tanpa guru.
faktor penentu keberhasilan pendidikan, tetapi pengajaran Undang-undang No. 14/2005 tentang Guru dan
merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi sebagai Dosen yang telah diundangkan pada 30 Desember 2005
cermin kualitas tenaga pengajar memberikan andil sangat patut disambut dengan apresiasi yang luar biasa, karena
besar pada kualitas pendidikan yang menjadi tanggung di dalamnya terdapat beberapa pasal yang menjanjikan
jawabnya. perubahan yang cukup signifikan bagi pemberdayaan
Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme kualitas guru terutama pada aspek pendapatan dan nasib
yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaima- mereka.
na disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 tentang sistem Undang-undang ini menjadi payung regulasi dalam
pendidikan nasional yaitu merencanakan pembelajaran, memperkuat peran, fungsi, status dan eksistensi guru.
me-laksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, Disebutkan dalam pasal 1 ayat (1) Guru adalah pendi-
melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melaku- dik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
kan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat. membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidi-
dalam rendahnya kualitas pendidikan Indonesia. Ber- kan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
dasarkan survei FGII (Federasi Guru Independen Indone- Sedangkan pada ayat (2) pasal yang sama disebutkan
sia) pada pertengahan tahun 2005, idealnya seorang guru kedudukan guru sebagai tenaga profesional pada jenjang
menerima gaji bulanan serbesar Rp 3 juta. Sekarang, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
pendapatan rata-rata guru PNS per bulan sebesar Rp 1,5 anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat
juta, guru bantu Rp 460 ribu, dan guru honorer di sekolah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
swasta rata-rata Rp 10 ribu per jam. Dengan pendapatan Menurut Undang-undang ini, pekerjaan guru hanya
seperti itu, banyak guru terpaksa melakukan pekerjaan dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifi-
sampingan. kasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik sesuai
Faktor yang paling menonjol dan sering dituding se- dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pen-
bagai biang keladi kelemahan sistem pendidikan adalah didikan tertentu. Guru sebagai tenaga profesional seb-
rendahnya tingkat kesejahteraan guru. Tingkat kese- agaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berfungsi un-
jahteraan guru ini selanjutnya memberi efek domino pada tuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen
mentalitas mereka dalam mengajar. Dengan disejahter- pembelajaran. Yang dimaksud dengan guru sebagai agen
akannya para guru muncul harapan akan terjadinya pen- pembelajaran (learning agent) adalah peran guru antara
ingkatan kualitas pendidikan. lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa
pembelajaran, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta
didik.
Guru dalam Sistem Pendidikan
Berdasarkan fungsi tersebut di atas maka guru wajib
Ihwal faktor-faktor yang menentukan kesuksesan
memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendi-
pendidikan, Umar (1996) mengklasifikasikan ke dalam
dik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
tiga kelompok. Pertama, perangkat keras (hardware) yang
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (Pasal 8).
meliputi ruang belajar, peralatan praktik, laboratorium,
Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal ini
perpustakaan, dan sebagainya. Kedua, perangkat lunak
meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
(software) yang meliputi kurikulum, program pengajaran
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang di-
dan sebagainya. Serta, ketiga, perangkat pikir (brainware)
peroleh melalui pendidikan profesi.
seperti guru, kepala sekolah, anak didik, dan orang-orang
yang terkait dalam proses. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan menge-
lola pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya
Dari berbagai faktor itu, banyak pakar sepakat bahwa
meliputi: pemahaman wawasan atau landasan kependidi-
yang paling menentukan adalah guru. Dalam Basic prin-
kan, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan
ciples of Basic Student Teaching, Adams & Decey, seperti
kurikulum/silabus, perancangan pembelajaran; pelaksa-
dikutip Uzer Usman (2203), berkata,

22 ISSN : 1907 - 8838 EDUCATIONIST No. I Vol. I Januari 2007


PEMBERDAYAAN KUALITAS GURU
DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

naan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, peman- persiapkan langkah-langkah yang tidak mudah. Langkah-
faatan teknologi pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan langkah tersebut berupa perencanaan (planning), pelak-
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan sanaan (organizing), dan penilaian (evaluating). Adapun
berbagai potensi yang dimilikinya. sebagai pendidik, seorang guru bertugas sebagai peme-
Kompetensi kepribadian berarti kemampuan keprib- lihara (konservator), penerus (transmitor), serta pener-
adian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan bijaksana, jemah (transformator) sistem-sistem nilai yang merupak-
berwibawa berakhlak mulia, menjadi teladan bagi peserta an sumber norma kedewasaan dan aturan yang berlaku
didik dan masyarakat, secara obyektif mengevaluasi kin- di masyarakat.
erja sendiri, serta mengembangkan diri secara mandiri Kalau sekarang ada pembenahan, mulai dari sistem
dan berkelanjutan. Adapun kompetensi profesional adalah perekrutan tenaga kependidikan, besaran gaji yang layak
kemampuan guru dalam penguasaan materi pelajaran se- untuk guru, pengembangan dan pembangunan fasilitas
cara luas dan mendalam. Sedangkan kompetensi sosial sekolah, bantuan untuk siswa, bea siswa, sampai pada
adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi lisan, tu- penyediaan buku berkualitas nasional, dapat kita ter-
lisan, dan/atau isyarat, menggunakan teknologi komuni- jemahkan sebagai niat baik pemerintah untuk meningkat-
kasi dan informasi secara fungsional, dan bergaul secara kan mutu pendidikan.
efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orangtua/wali peserta didik, serta bergaul
Tantangan Pendidikan
secara santun dengan masyarakat sekitar.
Peningkatan kesejahteraan para guru tidak secara
Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru
otomatis meningkatkan kualitas pendidikan. Tingkat ke-
berhak memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hid-
sejahteraan guru selanjutnya harus memberikan efek
up minimum dan jaminan kesejahteraan sosial. Artinya
domino pada mentalitas mereka dalam mengajar. Aspek
dalam rangka menunjang tugas keprofesionalnya guru
mentalitas atau moralitas ini sangat berkaitan erat dengan
memperoleh pendapatan yang cukup untuk memenuhi
etos kerja. Mentalitas yang rendah akan menghasilkan
kebutuhan hidup dirinya dan keluarganya secara wajar,
etos kerja yang tidak dapat dibanggakan. Peningkatan
baik sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan,
kualitas pendidikan juga harus dimulai dari peningkatan
rekreasi, maupun jaminan hari tua. Penghasilan di atas
etos kerja para penyelenggara yang terkait di dalam lem-
kebutuhan hidup minimum ini meliputi gaji pokok, tun-
baga pendidikan.
jangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain
berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjan- Tegasnya, jika dilaksanakan perbaikan tingkat ke-
gan khusus, dan maslahat tambahan yang terkait dengan sejahteraan yang tinggi bagi para tenaga kependidikan,
tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip maka penegakan disiplin yang ketat juga menjadi barom-
penghargaan atas dasar prestasi. (Pasal 14) eter yang harus selalu dipergunakan. Inilah strategi utama
dalam menarik hubungan “benang merah” antara kese-
Berdasarkan undang-undang ini guru, baik negeri
jahteraan dengan perbaikan kualitas pendidikan nasional.
mau¬pun swasta, yang telah memenuhi kualifikasi pen-
Ini juga merupakan tantangan berat bagi semua pihak,
didikan sarjana (S1) atau diploma (D4) dan mempunyai
terlebih bagi para guru untuk mampu mengubah perilaku
empat kompetensi di atas dengan dibuktikan melalui serti-
dari etos kerja yang biasa-biasa menjadi etos kerja yang
fikat pendidik akan mem¬peroleh tunjangan dari pemer-
sangat luar biasa tingginya.
intah sebesar gaji pokok.
Karena sejak awal pola pikir guru melihat lahirnya
Dalam UU tersebut, terdapat tiga aspek yang eksplisit
Undang-undang Guru dan Dosen hanya sebagai tum-
menyebut persentase. Pertama, gaji pokok guru paling
puan harapan dan janji akan bertambahnya penghasilan
sedikit dua kali lipat dari PNS nonguru untuk golongan,
di masa yang akan datang tanpa memperhatikan implika-
pangkat dan masa kerja yang sama. Kedua, tunjangan
si logisnya, maka bisa dipastikan kualitas pendidikan tidak
profesi guru sebesar 50 persen dari gaji pokok. Ketiga,
akan mengalami perubahan, sekalipun para guru sudah
tunjangan khusus bagi para guru PNS yang bertugas di
makmur. Pola pikir guru yang hanya bertumpu pada ori-
daerah terpencil atau daerah khusus sebesar seratus
entasi kesejahteraan ini termasuk pola pikir yang salah
persen dari gaji pokok yang ia terima.
dan dapat menjerumuskan mereka kepada sikap yang
Sebagai seorang profesional, guru mempunyai tu- salah pula. Kesejahteraan yang akan diperoleh hanyalah
gas sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar, merupakan konsekuensi logis dari kemampuan mereka
guru bertugas menyampaikan segala bentuk ilmu atau dalam menjalankan tugas secara profesional. Pencapa-
materi pelajaran yang telah ditetapkan oleh kurikulum. ian profesionalisme inilah yang merupakan semangat bagi
Untuk mencapai tujuan pembelajaran, guru dituntut mem- para guru untuk mengabdi secara penuh. Karena setelah

ISSN : 1907 - 8838 23


EDUCATIONIST No. I Vol. I Januari 2007
Nanat Fatah Natsir

bekerja secara profesional, maka kesejahteraan akan Ditambah lagi dengan adanya kekhawatiran terjadin-
datang secara otomatis, bukan sebaliknya. Pola pikir yang ya penyelewengan dalam proses sertifikasi. Tidak bisa
lebih memikirkan akibat daripada sebab ini akan memun- dipungkiri di zaman serba kacau saat ini, pada kondisi
culkan kekecewaan pada mereka, ketika apa yang mer- aparat pemerintah yang terkenal korup dan kolutif, kita
eka harapkan tersebut tidak bisa terpenuhi secara lang- tidak bisa menjamin proses sertifikasi akan berjalan den-
sung atau secepat yang mereka harapkan. Sebab proses gan profesional. Bentuk KKN (Kolusi Korupsi dan Nepo-
kerja profesional tidak bisa dilihat dalam hitungan hari tisme) dipastikan juga akan hinggap dalam masalah serti-
atau minggu, tapi harus tahunan bahkan mungkin lebih fikasi ini. Bila terjadi, ini tentunya akan mencederai tujuan
dari sepuluh tahun. Orang yang mendedikasikan dirinya mulia diadakannya sertifikasi. Proses yang pada awalnya
dengan sepenuh jiwa raga merekalah yang sebenarnya diharapkan akan memunculkan guru profesional namun
berhak mendapatkan tingkat kesejahteraan yang layak akhirnya menghasilkan guru karbitan karena dilakukan
sesuai dengan kualitas kerjanya. secara tidak profesional. Apalagi bila dikaitkan dengan
Selain itu juga, kebijakan pemerintah tentang ren- lembaga yang berhak melakukan sertifikasi. Sampai saat
cana sertifikasi bagi guru-guru melahirkan fenomena baru ini belum ada lembaga yang resmi ditunjuk sebagai lem-
dalam dunia pendidikan di Indonesia. Apalagi, guru-guru baga penguji kompetensi. Memang saat ini banyak terse-
yang sampai saat ini belum menempuh pendidikan strata bar LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) di
satu atau guru yang sudah lama mengajar tetapi bukan berbagai kota dan provinsi. Namun kondisi lembaga ini
berlatar belakang pendidikan (baca: tidak memiliki akta tidak bisa diandalkan untuk mampu independen dalam
mengajar). Para guru yang selama ini sudah mengajar melakukan uji kompetensi. Harus ada lembaga khusus
anak didiknya dengan penuh tanggung jawab dan kecin- yang tersentral dan diawasi secara ketat oleh pemerin-
taannya untuk mengabdikan diri dalam lingkungan pen- tah, sehingga menjamin setiap guru yang mengikuti tes
didikan menjadi takut kehilangan kesempatannya untuk kompetensi di lembaga tersebut benar-benar murni lulus
mengajar, hanya karena belum lulus S-1 atau tidak me- karena kemampuannya bukan karena faktor lain.
miliki akta mengajar. Mereka menjadi kalang kabut, se- Dan masalah terakhir yang menjadi hambatan adalah
hingga mereka menjadi latah, cepat-cepat mengikuti S-1 kriteria yang akan dijadikan ukuran dalam menguji kom-
dan mendapatkan akta mengajar. petensi. Sertifikasi dengan uji kompetensi yang empat itu
Rasa takut yang berlebihan mengakibatkan mereka tidak bisa hanya dilakukan secara sepintas lalu layaknya
tidak berpikir panjang untuk mencari kejelasan tentang in- ujian tulis yang diberikan kepada siswa. Uji kompetensi
formasi tersebut dan bersabar menunggu kepastian akan ini harus dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama,
kebijakan tersebut. Mereka sudah tidak memikirkan lagi demi hasil yang sesuai dengan harapan. Apalagi dalam
tentang biaya pendidikan atau kewajiban mengajarnya, kompetensi kepribadian dan sosial, uji kompetensi ini ti-
bahkan lembaga pendidikan yang akan mereka masuki. dak hanya dinilai berdasarkan jawaban dari guru yang
Yang penting bagi mereka adalah cepat-cepat menyele- mengikuti tes, tapi juga orang-orang di sekitarnya yang
saikan S-1 dan memiliki akta mengajar, karena mereka mengetahui seluk-beluk kepribadian dan tanggung jawab
tidak mau diberhentikan dari pekerjaannya sebagai pen- sosialnya di masyarakat. Dan tentu saja penilaian aspek
gajar. kepribadian dan sosial bersifat sangat subjektif, tergan-
tung penilaian dari masing-masing penguji dan juga pe-
Kalau kita kaji, kebijakan ini sebenarnya justru men-
nilaian dari masyarakat di sekitar guru tersebut tinggal.
imbulkan masalah baru bagi kelancaran proses pembela-
Barangkali bagi satu masyarakat yang sudah individual-
jaran di sekolah. Guru-guru yang melanjutkan pendidikan
istik seperti di kota-kota besar, guru yang tidak ikut ronda
untuk mendapatkan gelar sarjana atau akta mengajar,
malam barangkali tidak termasuk orang berkepribadian
mau tidak mau harus meninggalkan sekolah. Guru yang
negatif atau asosial selama dia bersedia membayar kom-
mengajar di tingkat SMP atau SMA/MA/SMK, mungkin ti-
pensasi. Tapi bagaimana dengan guru yang berada di pe-
dak terlalu bermasalah karena mereka mengajar sesuai
losok perkampungan yang masih sangat kental dengan
dengan bidang studinya masing-masing dan waktunya
gotong royong dan persaudaraannya. Guru yang tidak
dapat diatur.
ikut jaga ronda sekalipun mungkin karena sibuk dengan
Tapi, guru yang mengajar di SD akan mendapat berbagai tugas dari sekolah akan dicap sebagai orang
dampak lain, karena guru SD sebagai guru kelas harus yang tidak bersosial dan tidak memiliki kepribadian yang
hadir setiap hari. Kalau mereka ramai-ramai melanjutkan baik.
pendidikan, siapa yang akan mengajar anak didik mere-
ka? Apakah kepala sekolahnya? Ataukah satu guru kelas
memegang lebih dari satu kelas?

24 ISSN : 1907 - 8838 EDUCATIONIST No. I Vol. I Januari 2007


PEMBERDAYAAN KUALITAS GURU
DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

Perspektif Pendidikan Islam raga obyek didik dengan bahan-bahan materi tertentu,
Dalam Islam, pendidikan menempati hukum wa- pada jangka waktu tertentu, dengan metode tertentu dan
jib serta diakui sebagai kebutuhan primer setiap muslim dengan alat perlengkapan yang ada ke arah terciptanya
dan manusia secara keseluruhan. Dengan begitu, upaya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai dengan ajaran Is-
penghambatan untuk mendapatkan pendidikan yang lay- lam.”
ak adalah tindakan kemungkaran. Dari pengertian ini, guru lebih berfungsi sebagai
Islam memberikan solusi yang jelas dan tepat: me- “fasilitator” atau penunjuk jalan ke arah penggalian po-
wajibkan pemerintah berperan serta secara penuh dalam tensi anak didik. Dengan demikian, guru bukanlah se-
menyelenggarakan pendidikan. Bahkan, pemerintah ha- gala-galanya, sehingga cenderung menganggap anak
rus memberikannya secara murah dengan tanpa meng- didik bukan apa-apa, selain manusia yang masih kosong
abaikan kualitas. yang perlu diisi. Dengan kerangka dasar pengertian ini,
maka guru menghormati anak didik sebagai individu yang
Kebijakan tersebut telah diambil oleh Rasulullah saw.
memiliki berbagai potensi. Dari kerangka pengertian dan
dan al-Khulafa al-Rasyidin, serta para khalifah berikutnya.
hubungan antara pendidik dengan anak didik semacam
Rasulullah saw. telah menjadikan mengajar baca-tulis
ini, dapat pula sekaligus dihindari, apa yang disebut
bagi 10 orang penduduk Madinah, sebagai syarat pembe-
“banking concept” dalam pendidikan, yang banyak dikritik
basan bagi setiap tawanan Perang Badar. Sementara itu,
dewasa ini.
Khalifah Umar ibn al-Khaththab r.a. Beliau menugaskan
tiga orang guru untuk mengajar penduduk Kota Madinah Pendidikan Islam, secara prinsipil diletakkan pada
baca-tulis, dengan gaji setiap orangnya 15 dinar setiap dasar-dasar ajaran Islam dan seluruh perangkat kebu-
bulan (1 dinar = 4,25 gram emas). dayaannya. Dasar-dasar pembentukan dan pengemban-
gan pendidikan Islam yang pertama dan utama tentu saja
Di dalam khazanah pemikiran pendidikan Islam,
adalah al-Qur’an dan Sunnah. Al-Qur’an misalnya mem-
terutama karya-karya ilmiah berbahasa Arab, terdapat
berikan prinsip yang sangat penting bagi pendidikan, yaitu
berbagai istilah yang dipergunakan oleh ulama dalam
penghormatan kepada akal manusia, bimbingan ilmiah,
memberikan pengertian tentang “pendidikan Islam” dan
tidak menentang fitrah manusia, serta memelihara kebu-
sekaligus diterapkan dalam konteks yang berbeda.
tuhan sosial.
Pendidikan Islam, menurut Langgungung, seti-
Dasar pendidikan Islam selanjutnya adalah nilai-nilai
dak-tidaknya tercakup dalam delapan pengertian, yaitu
sosial kemasyarakatan yang tidak bertentangan dengan
al-tarbiyah al-diniyah (pendidikan keagamaan), ta’lim
ajaran-ajaran al-Qur’an dan Sunnah atas prinsip men-
al-din (pengajaran agama), al-ta’lim al-diny (pengajaran
datangkan kemanfaatan dan menjauhkan kemudharatan
keagamaan), al-ta’lim al-Islamy (pengajaran keIslaman),
bagi manusia. Dengan dasar ini, maka pendidikan Islam
tarbiyah al-muslimin (pendidikan orang-orang Islam), al-
dapat diletakkan di dalam kerangka sosiologis, selain
tarbiyah fil-Islam (pendidikan dalam Islam), al-tarbiyah ‘in-
menjadi saran transmisi pewarisan kekayaan sosial bu-
dal muslimin (pendidikan di kalangan orang-orang Islam),
daya yang positif bagi kehidupan manusia.
dan al-tarbiyah al-Islamiyah (pendidikan Islami).
Kemudian, warisan pemikiran Islam juga merupakan
Para ahli biasanya lebih menyoroti istilah-istilah
dasar penting dalam pendidikan Islam. Dalam hal ini ha-
tersebut dari aspek perbedaan antara tarbiyah dan ta’lim,
sil pemikiran para ulama, filosof, cendekiawan muslim,
atau antara pendidikan dan pengajaran, sebagaimana
khususnya dalam pendidikan menjadi rujukan penting
sering diperbincangkan dalam karya-karya mereka. Bagi
pengembangan pendidikan Islam. Pemikiran mereka ini
al-Nakhlawy (1979), istilah tarbiyah lebih cocok untuk pen-
pada dasarnya merupakan refleksi terhadap ajaran-ajaran
didikan Islam. Berbeda halnya dengan Jalal (1977) yang
pokok Islam. Terlepas dari hasil refleksi itu apakah berupa
dari hasil kajiannya berkesimpulan bahwa istilah ta’lim
idealisasi atau kontekstualisasi ajaran-ajaran Islam dalam
lebih luas jangkauannnya dan lebih umum sifatnya dari-
menghadapi kenyataan-kenyataan kehidupan yang terus
pada tarbiyah. Sedangkan Syed Naquib al-Attas (1980),
berubah dan berkembang. Karena itu, terlepas pula dari
berdasarkan hasil kajiannya ditemukan bahwa istilah
keragaman warisan pemikiran Islam tersebut, ia dapat di-
ta’dib (lebih tepat untuk dipergunakan konteks pendidikan
perlakukan secara positif dan kreatif untuk pengemban-
Islam, dan kurang setuju terhadap penggunaan isitlah tar-
gan pendidikan Islam.
biyah dan ta’lim.
Dasar-dasar pendidikan Islam itulah kemudian
Anshari memberikan pengertian pendidikan Islam
dikembangkan sebagai sistem pendidikan Islam yang
sebagai “proses bimbingan (pimpinan, tuntutan, usulan)
mempunyai karakteristik tersendiri yang berbeda dengan
oleh subyek didik terhadap perkembangan jiwa (piki-
sistem-sistem pendidikan lainnya. Secara singkat karak-
ran, perasaan, kemauan, intuisi dan sebagainya), dan

ISSN : 1907 - 8838 25


EDUCATIONIST No. I Vol. I Januari 2007
Nanat Fatah Natsir

teristik pendidikan Islam adalah sebagai berikut: di rumah, mushalla dan masjid menjadi lembaga formal
Pertama, pendidikan Islam adalah penekanan pada sekolah berbentuk madrasah yang dikenal saat ini.
pencarian ilmu pengetahuan, penguasaan dan pengem- Demikian pula dari materi pendidikannya. Semula
bangan atas dasar ibadah kepada Allah Swt. Setiap pen- hanya belajar mengaji Alquran dan ibadah praktis, melalui
ganut Islam diwajibkan mencari ilmu pengetahuan un- sistem madrasah materi pelajaran mengalami perluasan
tuk dipahami secara mendalam dalam taraf selanjutnya seperti tauhid, hadits, tafsir dan bahasa Arab. Dalam
dikembangkan dalam kerangka ibadah guna kemasla- perkembangannya kemudian, madrasah juga mengadop-
hatan ummat manusia. Pencarian, penguasaan dan si pelajaran umum seperti di sekolah di bawah Dikbud.
pengembangan ilmu pengetahuan ini merupakan suatu Dengan begitu, selain terjadi integrasi ilmu agama dan
proses yang berkesinambungan, dan pada prinsipnya umum, madrasah memberikan program pendidikan yang
berlangsung seumur hidup, Min al-mahdi Ila al-lahdi Inilah setara dengan pendidikan yang diberikan Depdikbud. Me-
yang kemudian dikenal dengan istilah life long education lalui proses panjang dan sering melibatkan ketegangan
dalam sistem pendidikan modern. politik antara eksponen yang berbeda pandangan, ke-
Sebagai sebuah ibadah, maka dalam pencar- cenderungan untuk menyintesiskan dua kutub pendidikan
ian, penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan ‘nasional’ dan pendidikan Islam tampaknya semakin ter-
dalam pendidikan Islam sangat menekankan pada nilai- bukti.
nilai akhlak. Di dalam konteks ini maka kejujuran sikap Melalui Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
tawadhu, menghormati sumber pengetahuan dan seba- No. 20/2003 madrasah dan pesantren yang bukan seko-
gianya merupakan prinsip-prinsip penting yang perlu di- lah umum berciri khas Islam mendapatkan pengakuan,
pegangi setiap pencari ilmu. penghargaan dan tidak didiskriminasikan. Saat ini tidak
Kedua, pengakuan akan potensi dan kemampuan diperlukan lagi ujian ekstranei, ujian persamaan dan se-
seseorang untuk berkembang dalam suatu kepribadian. jenisnya bagi madrasah yang bukan sekolah umum untuk
Setiap pencari ilmu dipandang sebagai makhluk Tuhan mengikuti kurikulum sekolah.
yang perlu dihormati dan disantuni agar potensi-potensi Madrasah dan pesantren berkedudukan sejajar den-
yang dimilikinya dapat teraktualisasi dengan sebaik-bai- gan sekolah-sekolah umum. Sekalipun begitu sebenarnya
knya. beberapa madrasah dan pesantren sebelum mendapat
Ketiga, pengamalan ilmu pengetahuan atas dasar pengakuan dari pemerintah, ada yang telah mendapat-
tanggungjawab kepada Tuhan dan masyarakat manusia. kan pengakuan dari perguruan tinggi luar negeri terutama
Pengetahuan bukan hanya untuk diketahui, dan dikem- dari negara-negara Timur Tengah. Santri lulusan Pondok
bangkan, melainkan sekaligus dipraktekkan dalam ke- Modern Gontor Ponorogo contohnya, sejak lama telah
hidupan nyata. Dengan demikian terdapat konsistensi diterima untuk belajar di Ummul Qura’ Arab Saudi atau al-
antara apa-apa yang diketahui dengan pengamalannya Azhar Mesir. Bahkan beberapa santri ada yang dapat ma-
dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam Islam mengetahui suk tanpa melalui tes biasa. Saat itu pemerintah melalui
suatu ilmu pengetahuan sama pentingnya dengan penga- Depdiknas menolak lulusan Gontor untuk meneruskan ke
malannya secara konkret. sekolah umum atau perguruan tinggi umum, kecuali mer-
eka harus mengikuti ujian persamaan terlebih dahulu.
Pendidikan Islam mempunyai sejarah yang panjang.
Pendidikan Islam berkembang seiring dengan kemun- Adapun mengenai masalah manajemen pendidikan,
culan Islam itu sendiri. Pada masa awal perkembangan madrasah dan pesantren termasuk yang telah lebih dahu-
Islam, tentu saja pendidikan formal yang sistematis be- lu menggunakan konsep kemandirian dan keswadayaan
lum terselenggara. Pendidikan yang berlangsung masih yang saat ini mulai diterapkan di sekolah umum. Tanpa
bersifat informal, berbentuk halaqah, lingkaran belajar perlu menyebut istilah Manajemen Berbasis Sekolah
yang diselenggarakan di masjid. Pendidikan formal Islam (MBS) madrasah dan pesantren sudah sejak lama mampu
baru muncul pada masa lebih belakangan, yakni dengan membiayai operasional kegiatan belajar-mengajarnya.
kebangkitan madrasah. Swadaya masyarakat yang sekarang digembor-
Madrasah dan pesantren sebagai lembaga pendidi- gemborkan oleh Depdiknas melalui Komite sekolah dan
kan Islam di Indonesia, muncul dan berkembang seiring Dewan sekolah juga sudah puluhan bahkan ratusan ta-
masuk dan berkembangnya Islam di negeri ini. Madrasah hun telah berjalan di madrasah dan pesantren. Pesantren
mengalami perkembangan jenjang dan jenisnya seirama dan madarasah yang sekarang masih tetap bertahan hid-
perkembangan bangsa Indonesia sejak masa kesultan- up kebanyakan dananya berasal dari masyarakat. Tidak
an, penjajahan hingga kemerdekaan. Perkembangan ini jarang pesantren yang memiliki tanah pertanian sampai
mengubah pendidikan dari bentuk awal seperti pengajian ratusan hektar. Hasil dari lahan pertanian ini menjadi pen-

26 ISSN : 1907 - 8838 EDUCATIONIST No. I Vol. I Januari 2007


PEMBERDAYAAN KUALITAS GURU
DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

dukung utama biaya operasional banyak pesantren tra- Penutup


disional. Tingkat kemandirian dan keswadayaan ini tetap Berdasarkan berbagai analisis di atas, kita bisa me-
terjaga dari dulu sampai sekarang dan bahkan sampai lihat bahwa pengembangan kualitas guru dalam pendidi-
masa yang akan datang karena senantiasa diwariskan kan Islam tidak hanya bertumpu pada aspek kesejahter-
kepada siswa (santri) yang belajar di pesantren tersebut, aan berupa pemenuhan kebutuhan jasmani, namun juga
dan akan diteruskan pola seperti ini ketika santri terse-
diseimbangkan dengan pemenuhan kebutuhan rohani
but mengakhiri belajarnya dan mulai membuka pesantren
(mental). Setiap guru memiliki mental yang kuat untuk
sebagai esta-peta perjuangan di tempat yang lain yang
menyebarkan ilmu walaupun tanpa diberi sumbangan,
belum tersentuh pendidikan agama.
sebab ia memiliki keyakinan bahwa Allahlah yang men-
Jadi semua sistem yang sekarang diterapkan oleh gatur rizki setiap hamba-Nya. Sedangkan secara insitu-
pemerintah dalam sistem pendidikan nasional, semuanya sional pesantren dan madrasah telah sejak lama mampu
tidak asing bagi para pengelola madrasah dan pesantren.
mandiri dan swadaya yang kemudian sifat ini diturunkan
Hanya barangkali tingkat keteraturan dalam pengaturan-
kepada para santri dan ustadz yang ada di lingkungan
nya saja yang membedakan madrasan dan pesantren
pesantren dan madrasah tersebut.
dengan sekolah umum. Madrasah dan pesantren belum
memakai manajemen modern dan administrasi rapih. Demikianlah dalam perspektif pendidikan Islam,
mereka baru menggunakan manajemen tradisional yang pengembangan kualitas guru itu merupakan rangkaian
belum ada pola yang baku. yang saling berkaitan dan menguntungkan semua pihak.
Guru sebagai tulang punggung pendidikan Islam Dalam masyarakat Islam seseorang yang pernah men-
memiliki eksistensi yang sangat kuat. Dalam pendidikan gajarkan ilmu adalah guru yang harus dihormati sampai
Islam menurut Syekh az-Zamuji dalam kitabnya Ta’lim kapan pun bahkan harus dimuliakan dengan memperhati-
Muta’lim di antara syarat seseorang untuk dapat belajar kan kesejahteraannya seperti yang dicontohkan oleh para
dengan sukses adalah menghormati guru sama seperti khalifah rasyidin.
menghormati ilmu. Santri (siswa) tidak akan memperoleh
ilmu dan mendapat manfaatnya tanpa menghormati ilmu DAFTAR PUSTAKA
dan gurunya. Demikian besar posisi dan fungsi guru se-
hingga menghormatinya itu lebih baik dibandingkan seke- Anshari, Endang Saifuddin. 1976. Pokok-pokok Pikiran tentang
Islam, Jakarta: Usaha Enterprise.
dar mentaatinya. Menurut kitab rujukan utama para santri
Azra, Azyumardi. 1999. Pendidikan Islam, Tradisi dan Mod-
ini, manusia tidak dianggap kufur karena bermaksiat. ernisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta: Logos.
Tetapi manusia menjadi kufur karena tidak menghormati Bayrakli, Bayraktar. 2004. Prinsip & Metode Pendidikan Islam,
atau memuliakan perintah Allah. Sebuah Paradigma baru pendidikan yang memanusiakan
manusia, Depok: Inisiasi Press.
Dalam lingkungan pondok pesantren sebagai salah Freire, Paulo. 1978. Pedagogy of the Oppressed, Penguin
satu miniatur pendidikan Islam, seorang guru tidak di- Books.
syaratkan memiliki kualifikasi pendidikan tertentu. Tidak Greetz, Clifford. 1989. Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyara-
ada catatan sejarahnya seorang guru yang akan mengajar kat Jawa, terj. Aswab Mahasin, Jakarta: Pustaka Jaya.
Hashem, Fuad. 1996. Sirah Muhammad Rasulullah, Suatu
diminta keterangan ijazah pendidikan tertentu. Sekalipun Penafsiran Baru, Bandung: Mizan.
puluhan tahun belajar dari satu pesantren ke pesantren Langgulung, Hasan. 1980. Beberapa Pemikiran tentang Pendi-
yang lain, bukan ijazah yang dilihat oleh masyarakat tapi dikan Islam, Bandung: Al-Ma’arif.
kemampuannya (kompetensi) dalam mengamalkan ilmu Langgulung, Hasan. 1986. Manusia dan Pendidikan, Jakarta:
dan manfaatnya bagi masyarakat. Kompetensi amaliah ini Pustaka al-Husna.
Majid, Abdl. 2004. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompe-
kemudian melahirkan stratifikasi guru agama. Bila hanya tensi, Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, Band-
lingkup kecil biasanya cukup disebut ustadz. Namun bila ung: Rosdakarya.
pengaruhnya sudah luas apalagi ditambah dengan ke- Muhaimin. 2004. Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: Ros-
mampuannya memimpin pesantren dengan santri ban- dakarya.
yak, maka akan tersanding sertifikat gelar Kyai (di Sunda Muhaimin. 2004. Paradigma Pendidikan Islam, Upaya menge-
fektifkan pendidikan agama Islam di sekolah, Bandung:
ajeungan). Tidak setiap orang bisa memperoleh sertifikat Rosdakarya.
ini, karena masyarakat memberikan khusus kepada orang Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi pendidikan suatu Pendekatan
tertentu dengan kriteria tertentu. Bahkan bila ada guru baru, Bandung: Rosdakarya.
agama yang telah mencapai gelar terhormat ini kemudian Tirtaraharja, Umar. 1996. Pengantar Pendidikan, Jakarta:
Rinekacipta.
memiliki sifat dan sikap yang tidak sesuai dengan kualifi- Usman, M. Uzer. 2003. Menjadi Guru Profesional, Bandung:
kasinya, maka gelar tersebut akan dicabut kembali oleh Rosdakarya.
masyarakat. van Bruinessen, Martin. 1995. Kitab Kuning, Pesantren dan
Tarekat, Bandung: Mizan.

Yamin, Martinis. 2005. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompe-
tensi, Jakarta: Gaung persada press.

ISSN : 1907 - 8838 27


EDUCATIONIST No. I Vol. I Januari 2007

Anda mungkin juga menyukai