Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

WHO memperkirakan di seluruh dunia setiap tahunnya lebih dari 585.000

ibu hamil meninggal saat hamil atau bersalin (Kemenkes RI, 2015). Menurut data

WHO tahun 2013, sebanyak 99 persen kematian ibu akibat masalah persalinan

atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di

negara-negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu

per 100 ribu kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di

sembilan negara maju dan 51 negara.

Angka kematian ibu di ASEAN tergolong paling tinggi di dunia. WHO

memperkirakan sementara total AKI dan AKB di ASEAN sekitar 170 ribu dan 1,3

juta per tahun. Sebanyak 98% dari seluruh AKI dan AKB di kawasan ini terjadi di

Indonesia, Bangladesh, Nepal, dan Myanmar. Indonesia sebagai negara

berkembang, masih memiliki angka kematian maternal yang cukup tinggi (WHO,

2013).

Sekitar 25-50% kematian wanita usia subur di negara miskin disebabkan

oleh masalah kehamilan dan persalinan, dan nifas. Pada tahun 2015, WHO

memperkirakan di seluruh dunia setiap tahunnya lebih dari 585.000 ibu hamil

meninggal saat hamil atau bersalin (Kemenkes RI, 2015). Salah satu upaya

Departemen Kesehatan untuk mempercepat penurunan AKI dan AKB adalah

negara membuat rencana strategi nasional making pregnancy safer (MPS) di

Indonesia 2001-2010 yang menyebutkan bahwa dalam konteks rencana

1
2

pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010, maka visi MPS adalah

“Kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman serta bayi yang

dilahirkan hidup sehat” (Saeffudin, 2010). Pengawasan antenatal atau yang sering

disebut pemeriksaan kehamilan adalah pelayanan antenatal yang diberikan oleh

tenaga ahli profesional yaitu dokter spesialis kebidanan, dokter umum, dokter

bukan spesialis yang mempunyai banyak pengalaman dalam kebidanan, bidan,

public health care, home help, pemanfaatan jenis pelayanan ANC diharapkan

dapat menghasilkan atau memperbaiki status kesehatan ibu hamil. Dalam hal ini

pemanfaatan pelayanan ANC yang tepat akan meningkatkan derajat kesehatan ibu

dan janin yang akan di lahirkannya sehingga menuju ke keluarga yang sehat dan

sejahtera (Sarwono Prawirohardjo, 2012).

Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO)

menjelaskan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi

(AKB) di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan Negara ASEAN. Survey

Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 Angka Kematian Ibu

(AKI) di Indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup angka

ini sedikit menurun jika dibandingkan dengan SDKI tahun 1991 yaitu sebesar 390

per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini sedikit menurun meskipun tidak terlalu

signifikan. Target Global MDGS (Millenium Development Goals) ke-5 adalah

menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahitan hidup

tahun 2015. Mengacu dari kondisi saat ini, potensi untuk mencapai target MDGs

ke -5 untuk menurunkan angka kematian ibu adalah off track, artinya diperlukan

kerja keras dan sungguh-sungguh untuk mencapainya.


3

Pemerintah bersama masyarakat bertanggung jawab untuk menjamin

bahwa setiap ibu memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan ibu yang

berkualitas mulai dari saat hamil pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

terlatih dan perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan

rujukan jika terjadi komplikasi serta akses terhadap keluarga berencana.

Pemeriksaan antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk

mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Sehingga mampu

menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya

kesehatan reproduksi secara wajar.

Pemanfaatan pelayanan antenatal oleh seorang ibu hamil dapat dilihat dari

cakupan pelayanan antenatal. Peningkatan pelayanan kesehatan antenatal

dipengaruhi oleh pemanfaatan pengguna pelayanan antenatal. Dengan tidak

dimanfaatkannya sarana pelayanan antenatal dapat disebabkan oleh banyak faktor

seperti: ketidakmampuan dalam hal biaya, lokasi pelayanan yang jaraknya terlalu

jauh atau petugas kesehatan tidak pernah datang secara berkala (Sarwono

Prawirohardjo, 2012). Dengan demikian untuk meningkatkan hasil cakupan ibu

hamil ada beberapa faktor yang perlu mendapatkan perhatian. Di samping faktor

ibu hamil sendiri (karakteristik) untuk memeriksakan kehamilanya maka, faktor

biaya, petugas pelayanan kesehatan, sarana dan fasilitas kesehatan yang tersedia

merupakan faktor yang dapat berpengaruh terhadap keberhasilan cakupan ibu

hamil.

Hasil penelitian Sarwani dan Nurlaela (2010) memaparkan bahwa

kematian ibu dapat dipengaruhi oleh komplikasi kehamilan, komplikasi persalinan,


4

komplikasi nifas, riwayat penyakit ibu, umur ibu, pemeriksaan ANC, paritas,

jarak kehamilan, penolong persalinan, pendidikan, dan pekerjaan.

Fatbinan (2014) juga memaparkan bahwa pemerikasaan ANC berhubungan

dengan proses persalinan sehingga keadaan ibu dapat pelayanan yang optimal

agar ibu dan bayi sehat. Selain itu penelitian Mariati dkk (2011) menunjukkan

bahwa angka kematian ibu lebih dipengaruhi oleh karakteristik ibu, akses ke

pelayanan kesehatan, dan pertolongan persalinan. Berdasarkan tiga hasil

penelitian tersebut di atas menunjukkan bahwa hubungan karakteristik antenatal

care dengan proses persalianan menunjukkan hasil yang berbeda-beda atau tidak

konsisten.

Berdasarkan data petugas KIA di Puskesmas Pintu Padang jumlah seluruh

ibu hamil sebanyak 734 orang dan hanya 80 orang yang mau memeriksakan ANC

ke Puskesmas, survey awal yang dilakukan dengan 10 ibu hamil yang datang

memeriksakan ANC hanya 2 ibu hamil yang mau melakukan persalinan di

Puskesmas Pintu Padang, 2 orang ibu hamil menyatakan bahwa mereka tidak akan

melahirkan di puskesmas karena alasan jarak yang jauh dari tempat tinggal ke

puskesmas , 6 orang ibu hamil menyatakan kalau bersalin ke puskesmas akan

semakin repot karena harus membawa semua perlengkapan bersalin ke puskesmas

sedangkan kalau bersalin di rumah tidak repot hanya petugas kesehatan atau bidan

yang datang kerumah serta tidak akan mengeluarkan biaya yang banyak .

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka perlu dilakukan penelitian dengan

judul “Hubungan Kunjungan ANC dengan Proses Persalinan Di Puskesmas Pintu

Padang Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2018.”


5

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini

adalah bagaimana Hubungan Kunjungan ANC dengan Proses Persalinan di

Puskesmas Pintu Padang Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan

Tahun 2018?”.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui Hubungan Kunjungan ANC dengan Proses Persalinan di

Puskesmas Pintu Padang Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan

Tahun 2018”.

1.3.2. Tujuan Khusus

a) Mengetahui karakteristik umur responden.

b) Mengetahui karakteristik pendidikan responden.

c) Mengetahui karekteristik paritas responden.

d) Mengetahui kunjungan ibu hamil dalam pemeriksaan anetenatal care di

Puskesmas Pintu Padang Kecamatan Batang Angkola.

e) Mengetahui proses persalinan di Puskesmas Pintu Padang Kecamatan

Batang Angkola.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Praktis

Sebagai masukan dan informasi terhadap ibu hamil agar rajin datang ke

Puskesmas Pintu Padang Kecamatan Batang memeriksakan kehamilannya.


6

1.4.2. Manfaat Teoritis

1. Sebagai sumber informasi dan masukan agar Puskesmas Pintu Padang

dapat meningkatkan pelayanan yang optimal terhadap ibu hamil.

2. Sebagai bahan referensi di perpustakaan Stikes Aufa Royhan dan sebagai

masukan bagi peneliti selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Kunjungan Antenatal Care

Kunjungan Antenatal Care adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau

dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan

pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan antenatalcare (ANC), petugas

mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis

dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine, serta

ada tidaknya masalah atau komplikasi (Saifuddin, 2010).

Kunjungan ibu hamil atau ANC adalah pertemuan antara bidan dengan ibu

hamil dengan kegiatan mempertukarkan informasi ibu dan bidan serta observasi

selain pemeriksaan fisik, pemeriksaan umum dan kontak sosial untuk mengkaji

kesehatan dan kesejahteraan umumnya. Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah

kontak ibu hamil dengan pemberi perawatan atau asuhan dalam hal mengkaji

kesehatan dan kesejahteraan bayi serta kesempatan untuk memperoleh informasi

dan memberi informasi bagi ibu dan petugas kesehatan (Henderson, 2010).

Kunjungan pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu bentuk perilaku.

Menurut Lawrence Green (2012), faktor-faktor yang memengaruhi perilaku

ada 3 yaitu : faktor predisposisi (predisposing factor), faktor pendukung (enabling

factor), dan faktor pendorong (reinforcing factor). Yang termasuk faktor

predisposisi (predisposing factor) diantaranya : pengetahuan, sikap, kepercayaan,

tradisi, keyakinan , nilai dan motivasi. Sedangkan yang termasuk faktor

7
8

pendukung (enabling factor) adalah ketersediaan fasilitas-fasilitas atau sarana-

sarana kesehatan dan yang terakhir yang termasuk faktor pendorong (reinforcing

factor) adalah sikap dan perilaku petugas kesehatan, informasi kesehatan baik

literature, media, atau kader (Natoatmodjo, 2012). Dimana motivasi merupakan

gejala kejiwaan yang direfleksikan dalam bentuk prilaku karena motivasi

merupakan dorongan untuk bertindak untuk mencapai tujuan tertentu, dalam

keadaan ini tujuan ibu hamil adalah agar kehamilannya berjalan normal dan sehat.

2.1.1. Tujuan ANC

Menurut Depkes RI (2012), tujuan ANC adalah untuk menjaga agar ibu

hamil dapat melalui masa kehamilannya, persalinan dan nifas dengan baik dan

selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat. Adapun tujuan umum ANC menurut

Muchtar (2010) dalam Febriani (2010), adalah sebagai berikut:

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan

tumbuh kembang janin.

2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal, dan sosial

ibu dan bayi.

3. Mengenal secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi selama

hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan

pembedahan.

4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu

maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI

Eksklusif.
9

6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi

agar dapat tumbuh kembang secara optimal.

7. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.

Menurut Wiknjosastro (2012), tujuan khusus ANC adalah menyiapkan

wanita hamil sebaik-baiknya fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak

dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka pada post

partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental.

2.1.2. Jadwal Pemerikasaan Kehamilan

Kunjungan antenatal untuk pemantauan dan pengawasan kesejahteraan

ibu dan anak minimal empat kali selama kehamilan dalam waktu, yaitu sampai

dengan kehamilan trimester I (<14 minggu) satu kali kunjungan, dan kehamilan

trimester II (14-28 minggu) satu kali kunjungan, dan kehamilan trimester III (28-

36 minggu dan sesudah minggu ke-36) dua kali kunjungan (Hanafiah, 2010).

2.1.3. Pelayanan Antenatal

Menurut Depkes (2012), pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan

oleh profesional (dokter spesialis, kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu

bidan, dan perawat bidan) untuk ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan

standar pelayanan antenatal yang meliputi 5T yaitu timbang berat badan, ukut

tinggi badan, ukur tekanan darah, pemberian imunisasi tetanus toxoid, ukur tinggi

fundus uteri dan pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama masa kehamilan.
10

Menurut Depertemen Kesehatan RI (2012), pemeriksaan antenatal dilakukan

dengan standar pelayanan antenatal dimulai dengan:

1. Anemnese: meliputi identitas ibu hamil, riwayat KB, kehamilan

sebelumnya dan kehamilan sekarang.

2. Pemeriksaan mum: meliputi pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus

kebidanan.

3. Pemerisaan laboratorium dilakukan hanya atas indikasi/diagnosa.

4. Pemberian obat-obatan, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) dan tablet besi

(Fe).

5. Penyuluhan tentang gizi, kebersihan, olah raga, pekerjaan dan perilaku

sehari-hari, perawatan payu dara dan ASI, tanda-tanda risiko, pentingnya

pemeriksaan kehamilan dan imunisasi selanjutnya, persalinan oleh tenaga

terlatih, KB setelah melahirkan serta pentingnya kunjungan pemeriksaan

kehamilan ulang.

Menurut Muchtar (2010), pelayanan Antenatal meliputi:

1. Trimester I: ibu memeriksakan kehamilan minimal 1 kali pada 3

bulan pertama usia kehamilan dengan mendapatkan pelayanan 5T

(timbang berat badan, mengukur tekanan darah, mengukur tinggi

fundus uteri, pemberian imunisasi TT, dan pemberian tablet zat

besi) disebut juga K1 (kunjungan pertama ibu hamil).

2. Trimester II: ibu memeriksakan kehamilan minimal 1 kali pada

umur kehamilan 4-6 bulan dengan mendapatkan pelayanan

5T (timbang berat badan, mengukur tekanan darah, mengukur


11

tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi TT, dan pemberian tablet

zat besi).

3. Trimseter III: ibu memeriksakan kehamilannya minimal 2 kali

pada umur kehamilan 7–9 bulan dengan mendapatkan pelayanan

5T (timbang berat badan, mengukur tekanan darah, mengukur

tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi TT, dan pemberian tablet

zat besi), disebut juga K4 (kunjungan ibu hamil ke empat).

Depkes RI (2012) kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil

dengan petugas kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal standar untuk

mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan kehamilan disini dapat

diartikan ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan atau sebaliknya

petugas kesehatan yang mengunjungi ibu hamil di rumahnya atau posyandu.

Kunjungan ibu hamil dlakukan secara berkala yang dibagi menjadi beberapa tahap,

yaitu :

1. Kunjungan ibu hamil yang pertama (K1)

Kunjungan K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas

kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kesehatan dan pelayanan

kesehatan trimester I dimana usia kehamilan 1 sampai 12 minggu, meliputi

identitas/ biodata, riwayat kehamilan, riwayat kebidanan, riwayat

kesehatan, riwayat sosial ekonomi, pemeriksaan kehamilan dan pelayanan

kesehatan, penyuluhan dan konsultasi.


12

2. Kunjungan ibu hamil yang keempat (K4)

Kunjungan K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan

petugas kesehatan untuk mendapatkan pemerisaan kehamilan dan

pelayanan kesehatan pada trimester III, usia kehamilan >32 minggu,

meliputi anamnese, pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan,

pemeriksaan psikologis, pemeriksaan laboratorium bila ada

indikasi/diperlukan, diagnosis akhir (kehamilan normal, terdapat penyakit,

terjadi komplikasi, atau tergolong kehamilan risiko tinggi), sikap dan

rencana tindakan (persiapan persalinan dan rujukan).

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kunjungan antenatal

sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selaman masa kehamilan dengan

distribusi kontak sebagai berikut:

 Minimal 1 kali pada trimester I (K1), usia kehamilan 1-12minggu.

 Minimal 1 kali pada trimester II (K2), usia kehamilan 13-24 minggu.

 Minimal 2 kali pada trimester III, (K3-K4), usia kehamilan > 24 minggu.

Dengan pelayanan yang baik, dapat diidentifikasi kehamilan beresiko

tinggi dan dilanjutkan dengan perawatan khusus. Pelayanan antinatal yang

berkualitas dan dilakukan sedini mungkin secara teratur akan membantu

pengurangan resiko terhadap kejadian anemia. Secara ringkas pelayanan antinatal

minimal 4 kali salama kehamilan, yaitu: 1 kali pada trimester I, 1 kali pada

trimester II. Dan 2 kali pada trimseter III untuk mendapatkan pelayanan 5T

(Depkes RI, 2012). Pelaksanaa pelayana antenatal adalah dokter, bidan (bidan
13

puskesmas, bidan di desa, bidan di praktek swasta), pembantu bidan, perawat

yang sudah dilatih dalam pemeriksaan kehamilan (Depkes RI, 2012)

2.1.4. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan ANC

1. Umur

Umur individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun.

Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih

matang dalam berpikir dan bekerja (Nursalam 2010:133). Dengan bertambahnya

umur seseorang maka kematangan dalam berpikir semakin baik sehingga akan

termotivasi dalam memeriksakan kehamilan, juga mengetahui akan pentingnya

Antenatal Care. Semakin muda umurnya semakin tidak mengerti tentang

pentingnya pemeriksaan kehamilan.

Umur sangat menentukan suatu kesehatan ibu, ibu dikatakan beresiko

tinggi apabila ibu hamil berusia dibawah 20 tahun dan di atas 35 tahun. Usia 26

berguna untuk mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan dan tindakan yang

dilakukan. Menurut penelitian Woro Tri Hardjanti (2010) seorang wanita sebagai

insan biologis sudah memasuki usia produksi beberapa tahun sebelum mencapai

umur dimana kehamilan dan persalinan dapat berlangsung aman, yaitu 20-35

tahun, setelah itu resiko ibu akan meningkat setiap tahun. Wiknjosastro (2015),

juga menyatakan bahwa dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman

untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada

wanita hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahunternyata 2-5 kali lebih

tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian

maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun.


14

2. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses ilmiah yang terjadi pada manusia.

Menurut Crow, pendidikan adalah suatu proses dimana pengalaman atau

informasi diperoleh sebagai hasil dari proses belajar. Menurut Dictionary of

Education, pendidikan dapat diartikan suatu proses dimana seseorang

mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk tingkah laku lainnya dalam

masyarakat dan kebudayaan. Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang,

semakin baik pula tingkat pengetahuannya (Notoatmodjo, 2012).

Pendidikan dalam arti luas yaitu segala kegiatan pembelajaran yang

berlangsung sepanjang zaman dalam segala situasi kegiatan kehidupan.

Pendidikan dalam arti sempit yaitu seluruh kegiatan belajar yang direncanakan,

dengan materi terorganisasi, dilaksanakan secara terjadwal dalam sistem

pengawasan, dan diberikan evaluasi berdasarkan pada tujuan yang telah

ditentukan. Tingkat pendidikan individu dan masyarakat dapat berpengaruh

terhadap penerimaan pendidikan kesehatan (Uhu Suliha dkk, 2010:51).

Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan umumnya berarti

daya upaya untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti (kekuatan, batin, karakter),

pikiran (intelek) dan tubuh anak (Achmad Munib, dkk, 2010:32). Menurut

dictionary of Education dalam buku Achmad Munib, dkk (2010:33) pendidikan

adalah proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk

tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat ia hidup, proses yakni orang

dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya


15

yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami

perkembangan kemampuan social dan kemampuan individu yang optimal.

Proses perubahan perilaku menuju kedewasaan dan penyempurnaan hidup

dengan demikian pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap tingkah laku

yang berpendidikan tinggi akan berbeda tinggi akan berbeda tingkah lakunya

dengan orang yang hanya berpendidikan dasar. Wanita yang berpendidikan akan

lebih terbuka terhadap ide-ide baru dan perubahan untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan yang proposional karena manfaat pelayanan kesehatan akan mereka

sadari sepenuhnya. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang

ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan

dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.

Pendidikan di Indonesia mengenal tiga jenjang pendidikan, yaitu

pendidikan dasar (SD/MI/Paket A dan SLTP/MTs/Paket B), pendidikan

menengah (SMU, SMK), dan pendidikan tinggi yang mencakup program

pendidikan diploma, sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan

oleh perguruan tinggi.

3. Paritas

Paritas adalah keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih dari satu

orang. Sueheilif Paritas adalah status seorang wanita sehubungan dengan jumlah

anak yang pernah dilahirkannya. Ibu yang baru pertama kali hamil merupakan hal

yang sangat baru sehingga termotivasi dalam memeriksakan kehamilannya

ketenaga kesehatan. Sebaliknya ibu yang sudah pernah melahirkan lebih dari satu
16

orang mempunyai anggapan bahwa ia sudah berpengalaman sehingga tidak

termotivasi untuk memeriksakan kehamilannya (Wiknjosastro, 2015).

Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500 gram atau

lebih, yang pernah dilahirkan, hidup atau mati. Bila berat badan tidak diketahui

maka dipakai batas umur kehamilannya 24 minggu. Berdasarkan pengertian

tersebut maka paritas mempengaruhi kunjungan kehamilan. Paritas 1 dan paritas

tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih

tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Resiko pada paritas 1 dapat

ditangani dengan asuhan obstetri lebih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi

dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan

pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan (Wiknjosastro, 2015).

4. Pendapatan Perkapita

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendapatan perkapita

adalah besarnya pendapatan rata-rata keluarga dari suatu keluarga yang diperoleh

dari hasil pembagian pendapatan seluruh anggota keluarga tersebut. Pendapatan

adalah hasil pencarian atau perolehan usaha (Departemen Pendidikan Nasional)

Menurut Mulyanto Sumardi dan Hans Diater Evers, pendapatan yaitu seluruh

penerimaan baik berupa uang maupun barang baik dari pihak lain maupun dari

hasil sendiri. Jadi yang dimaksud pendapatan dalam penelitian ini adalah suatu

tingkat penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan pokok dan pekerjaan

sampingan dari orang tua dan anggota keluarga lainnya. Pendapatan keluarga

yang memadai akan menunjang antenatal care yang baik dan kesadaran untuk

periksa, karena dapat menyediakan semua kebutuhan dirinya baik yang primer
17

maupun sekunder (Soetjiningsih, 2012:10). Menurut budioro (2012:108)

keterbatasan sarana dansumber daya, rendahnya penghasilan, adanya peraturan

atau perundangan yang menjadi penghambat akan membatasi keberdayaan orang

perorang maupun masyarakat untuk merubah perilakunya.

Pendapatan mempengaruhi kunjungan ANC. Hal ini disebabkan karena

biaya penghidupan yang tinggi sehingga diperlukan pasien harus menyediakan

dana yang diperlukan. Adapun tingkat ekonomi yang diteliti berdasarkan upah

minimal regional (UMR) adalah penghasilan Rp 939.756,-/bulan (BPS Semarang

2010). Menurut penelitian Shintha Kusumaning Pribadi (2010) meskipun faktor

ekonomi bukan penentu utama ketidakpatuhan seseorang, terhadap saran tenaga

kesehatan, namun kemapuan seseorang untuk membeli obat dari kantong sendiri

sedikit banyak mempengaruhi kepatuhan seseorang terhadap tenaga kesehatan.

Biaya pembelian obat yang dirasa terlalu mahal untuk ukuran kemampuan

ekonominya, cenderung tidak dibeli meskipun itu disarankan oleh tenaga

kesehatan. Walaupun obat yang gratis tidak terlalu disukai karena dirasa kurang

khasiatnya.

5. Jarak

Menurut Depertemen Pendidikan Nasional, Jarak adalah ruang sela

(panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat yaitu jarak antara rumah dengan

tempat pelayanan ANC. Keterjangkauan masyarakat termasuk jarak akan fasilitas

kesehatan akan mempengaruhi pemilihan pelayanan kesehatan. Demikian juga

Greenlay (2010) yang mengatakan bahwa jarak merupakan komponen kedua yang

memungkinkan seseorang untuk memanfaatkan pelayanan pengobatan. Indonesia


18

merupakan negara yang luas sayangnya luas wilayah ini belum diimbangi dengan

kecukupan, ketersediaan sarana-sarana layanan public termasuk dibidang

kesehatan. Di beberapa desa masih kesulitan mendapatkan akses pelayanan

kesehatan, tidak semua desa mempunyai puskesmas dan tenaga medis seperti :

dokter, bidan, perawat. Secara geografis masih banyak masyarakat yang tinggal

jauh dari sarana kesehatan (Depkes RI, 2012). Menurut penelitian Elfi Rahmawati

(2012) bahwa jarak tempat tinggal ketempat layanan kesehatan di ukur dengan

kilometer dikelompokkan dalam jarak.

2.1.5. Pengetahuan Tentang ANC

Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil

penggunaan panca inderanya, yang berbeda kepercayaan (beliefs) takhayul

(superstitions) dan penerangan yang keliru (misin formations). (Soekanto,2010)

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu subyek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indra manusia, yakni : Indra penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga (Notoadmodjo,2012)

1. Pengertian pengetahuan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengetahuan didefinisikan

segala sesuatu yang diketahui, segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan

hal. Pengetahuan juga dapat didefinisikan sebagai kumpulan informasi yang

diperbarui yang didapat dari proses belajar selama hidup dan dapat dipergunakan
19

sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri baik terhadap diri sendiri atau

lingkungannya.

2. Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan yang tercakup dalam domain

mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materin

tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau

objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam satu

strukturorganisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru

dengan kata lain suatu kemampuan untuk menyusun suatu formula


20

baru dan formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian

terhadap suatu materi atau objek.

2.2. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses pergerakan keluarnya janin, plasenta, dan

membran dari dalam rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari pembekuan

dan dilatasi serviks akibat kontraksi uterus dengan frekuensi,durasi, dan kekuatan

yang teratur ( Rohani, 2011).

Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan presentasibelakang

kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun

pada janin (Prawihardjo, 2012).

Persalinan normal adalah persalinan yang :

1. Terjadi pada kehamilan aterm (bukan prematur atau postmatur).

2. Mempunyai onset yang spontan (tidak diinduksi).

3. Selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya (bukan

partus presipitatus atau partus.

4. Mempunyai janin (tunggal) dengan presentasi verteks (puncak kepala) dan

oksiput pada bagian anterior pelvis.

5. Terlaksana tanpa bantuan artificial (seperti forceps).

6. Tidak mencakup komplikasi (seperti perdarahan hebat).

7. Mencakup pelahiran plasenta yang normal (Helen Farrer, 2010. hal.: 118).
21

2.2.1. Tujuan Asuhan Persalinan

Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan

memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui upaya

yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin

agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang

diinginkan (optimal).

2.2.2. Etiologi

Apa yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui benar, yang

ada hanyalah merupakan teori-teori yang komplek antara lain ditemukan faktor

hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh prostaglandin, pengaruh

tekanan pada syaraf dan nutrisi.

a. Teori penurunan hormonal

1 – 2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon

estrogen dan progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim

dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his

bila kadar progesteron turun.

b. Teori plasenta menjadi lebih tua

Yang akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron

sehingga menyebabkan kekejangan pembuluh darah. Hal ini akan

menimbulkan kontraksi rahim.

c. Teori distensi rahim

Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot

sehingga mengganggu sirkulasi utero placenta.


22

d. Teori iritasi mekanik

Dibelakang serviks terletak ganglion servikale (Frankenhauser). Bila

ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin akan timbul

kontraksi uterus.

e. Induksi partus ( Induction of labour )

Partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan : rangsang laminaria,

amniotomi, dan oksitosin drips.

2.2.3. Tanda dan gejala persalinan

1. Tanda permulaan persalinan

Pada permulaan persalinan / kata pendahuluan ( Preparatory stage of

labor ) yang terjadi beberapa minggu sebelum terjadi persalinan, dapat

terjadi tanda-tanda sebagai berikut :

a. Lightening atau setting / deopping, yaitu kepala turun memasuki

pintu atas panggul terutama pada primigravida.

b. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.

c. Perasaan sering kencing ( polikisuria ) karena kandung kemih

tertekan oleh bagian terbawah janin.

d. Perasaan sakit diperut dan dipinggang karena kontraksi ringan otot

rahim dan tertekannya fleksus frankenhauser yang terletak pada

sekitar serviks (tanda persalinan false-false labour pains).

e. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar karena terdapat kontraksi

otot rahim.
23

f. Terjadi pengeluaran lendir, dimana lendir penutup serviks

dilepaskan dan bisa bercampur darah (Bloody show).

2. Tanda-tanda inpartu sebagai berikut :

a. Kekuatan dan rasa sakit oleh adanya his datang lebih kuat, sering

dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek.

b. Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-

robekan kecil pada serviks.

c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

d. Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks :

perlunakannnya, pendataran, dan terjadinya pembukaan serviks.

2.2.4 Faktor-faktor yang penting dalam persalinan

1. Power ( kekuatan mendorong janin keluar ) terdiri dari :

a. His ( kontraksi uterus ) Merupakan kontraksi dan relaksasi otot

uterus yang bergerak dari fundus ke korpus sampai dengan ke

serviks secara tidak sadar.

b. Kontraksi otot dinding rahim.

c. Kontraksi diafragma pelvis / kekuatan mengejan.

d. Passanger meliputi : Janin dan Plasenta

2. Passage ( jalan lahir ) terdiri dari :

a. Jalan lahir keras yaitu tulang pinggul (os coxae, os sacrum /


promontorium, dan oscoccygis
b. Jalan lahir lunak : yang berperan dalarn persalinan adalah segmen

bahwa rahim, seviks uteri dan vagina, juga otot-otot, jaringan ikat

dan ligamen yang menyokong alat urogenital.


24

2.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Tempat Persalinan

Pelayanan kegiatan pelayanan antenatal terdapat dari tenaga medis yaitu

dokter umum dan dokter spesialis dan tenaga paramedic yaitu bidan, perawat yang

sudah mendapat pelatihan. Pelayanan antenatal dapat dilaksanakan di puskesmas,

puskesmas pembantu, posyandu, Bidan Praktik Swasta, polindes, rumah sakit

bersalin dan rumah sakit umum. (Depkes RI, 2012)

Peran serta ibu dalam hal ini ibu-ibu hamil di dalam memanfaatkan

pelayanan antenatal dipengaruhi perilaku individu dalam penggunaan pelayanan

kesehatan, adanya pengetahuan tentang manfaat pelayanan antenatal selama

kehamilan akan menyebabkan sikap yang positif. Selanjutnya sikap positif akan

mempengaruhi niat untuk ikut serta dalam pemeriksaan kehamilan. Kegiatan yang

sudah dilakukan inilah disebut perilaku. (Fizben dan Ajzen, 2010).

Menurut Lewrence Green dengan modifikasi dalam Buku Pendidikan dan

Perilaku Kesehatan (Sukidjo Notoatmodjo) factor yang mempengaruhi perilaku

antara lain:

1. Faktor yang mempermudah (Predisposing factor)

Mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, moral social, dan unsur lain

yang terdapat dalam diri individu (masyarakat).

1) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan itu terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan


25

manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan kognitif

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang (overt behavior) (Soekidjo Notoatmodjo,2012).

2) Sikap

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih

tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak

dapat dilihat langsung tetapi hanya dapat di tafsirkan terlebih dahulu

dari perilaku yang tertutup (Soekidjo, 2012).

Sikap adalah kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu

terhadap hal-hal tertentu. Sikap positif, kecenderungan tindakan adalah

mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu, sedangkan

dalam sikap negative terdapat kecenderungan menjauhi, menghindari,

membenci, tidak menyukai obyek tertentu.

Sikap merupakan penentu penting dalam tingkah laku. Sikap yang ada

pada seseorang yang memberikan gambaran corak tingkah laku

seseorang.

2. Faktor pendukung (enabling factor)

1) Keterjangkauan Fasilitas

Masalah kesehatan masyarakat terjadi tidak terlepas dari faktor-faktor

yang menjadi masa rantai terjadinya penyakit, yang kesemuanya itu

tidak terlepas dari faktor lingkungan dimana masyarakat itu berada,

perilaku masyarakat yang merugikan kesehatan ataupun gaya hidup

yang dapat merusak tatanan masyarakat dalam bidang kesehatan,


26

ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas kesehatan yang dapat

memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, disamping

faktor-faktor yang sudah dibawa sejak lahir sehingga menjadi masalah

tersendiri bila dilihat dari segi individu, keluarga, kelompok, maupun

masyarakat secara keseluruhan (Nasrul Effendy, 2011)

2) Jarak ANC

Deprtemen Pendidikan Nasional (2012) Jarak adalah ruang sela

(panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat yaitu jarak antara

rumah dengan tempat pelayanan ANC. Faktor biaya dan jarak

pelayanan kesehatan dengan rumah berpengaruh terhadap perilaku

penggunaan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan .

Koenger (2010) keterjangkauan masyarakat termasuk jarak akan

fasilitas kesehatan akan mempengaruhi pemilihan pelayanan kesehatan.

3. Faktor pendorong (reinforcing factor)

Faktor yang memperkuat perubahan perilaku seseorang di karenakan

adanya sikap dan perilaku yang lain seperti sikap suami, orang tua, tokoh

masyarakat, atau petugas kesehatan. Perilaku individu sangat besar

pengaruhnya terhadap kesehatan, perilaku yang positif akan menunjang

atau meningkatkan derajat kesehatan (Istiarti, 2010).

1) Perilaku Masyarakat

Pada hakikatnya bila sesuatu program pembangunan kesehtan

dilaksanakan berlangsung sutu proses interaksi antara provider dengan

recipient, yang masing-masing memiliki latar belakang sosial budaya


27

sendiri-sendiri. Provider memilki sistem kesehatan kedokteran,

recipient memilki system kesehatan yang berlaku di komunitasnya.

2) Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat adalah menumbuhkan dan meningkatkan

tanggungjawab individu, keluarga, terhadap kesehatan atau

kesejahteraan dirinya, keluarganya dan masyarakat (Depkes RI,2012).

Partisipasi masyarakat dibagi menjadi lima tingkatan, yaitu:

a) Tingkat partisipasi masyarakat karena perintahatau karena paksaan.

b) Tingkat partisipasi masyarakat karena imbalan atau karena insensitif.

c) Tingkat partisipasi masyarakat karena identifikasi karena ingin

meniru.

d) Tingkat partisipasi masyarakat karena kesadaran.

e) Tingkat partisipasi masyarakat karena tuntutan akan hak azasi dan

tanggungjawab (Depkes RI, 2012).

Faktor penghambat dalam partisipasi masyarakat berasal dari masyarakat

dan pihak provider. Dari masyarakat dapat terjadi karena kemiskinan,

kesenjangan social, sistem pengambilan keputusan dari atas ke bawah, adanya

kepentingan tetap, pengalaman pahit masyarakat tentang program sebelumnya,

susunan masyarakat yang sangat heterogen, persepsi masyarakat yang sangat

berbede dengan persepsi provider tentang masalah kesehatan yang dihadapi.

Sedangkan hambatan yang ada dalam pihak provider adalah terlalu mengejar

target, persepsi yang berbede antara provider dan masyarakat, dan pelaporan yang

tidak obyektif (Depkes RI, 2012).


28

Partisipasi masyarakat didorong oleh faktor yang berada dalam masyarakat

dan pihak provider yang akan mempengaruhi perubahan perilaku yang merupakan

factor penting dan besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan (Depkes

RI,2012)

2.3 Kerangka Teori

Menurut Lawrence Green (2012) dalam Notoatmodjo (2012), mengalisa

perilaku manusia dari tingkat kesehatan seseorang atau kelompok masyarakat

dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor perilaku dan faktor di luar perilaku.

Sedangkan perilaku sendiri dipengaruhi tiga faktor utama yaitu

predisposing,enabling,dan enforcing .

Faktor predisposing
1. Umur
2. Pendidikan
3. Paritas
4. Pengetahuan ANC

Faktor Pendukung
1. Jarak ke fasilitas
Persalinan di
kesehatan
Puskesmas
2. Ketersediaan
waktu

Faktor Pendorong
1. Petugas Kesehatan
2. Dukungan Keluarga

Skema 2.1 Kerangka Kerangka Teori


29

2.4 Kerangka Konsep

Konsep adalah abstraksi dan suatu realitas agar dapat dikomunikasikan

dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik

variabel yang diteliti maupun tidak diteliti) (Notoatmodjo,2012).

Sehingga dapat diketahui kerangka konsep penelitian hubungan

karrakteristik antenatal care dengan proses persalinan terdiri dari : variabel

independent (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependent.

Variabel dependent (terikat) adalah variabel yang di pengaruhi independen

Variabel Independent Variabel Dependent

Proses Persalianan di
Kunjungan ANC : Puskesmas Pintu Padang
 Frekuensi K1 1.Ya
 Frekuensi K4 2. Tidak

Skema 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

- Variabel independent adalah penyebab yang bebas atau bersifat mempengaruhi.

Dalam penelitian ini termasuk dalam variabel independent adalah kunjungan

antenatal care.

- Variabel dependent adalah merupakan yang dipengaruhi atau akibat, karena

adanya variabel bebas, dalam penelitian ini yang dimaksud variabel dependent

adalah proses persalinan.

2.5. Hipotesa

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara

terhadap permasalahan penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Apakah

ada Hubungan Kunjungan Antenatal Care dengan Proses Persalinan di Puskesmas


30

Pintu Padang Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun

2018.

Ho : Ada Hubungan Kunjungan Antenatal Care dengan Proses Persalinan di

Puskesmas Pintu Padang Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli

Selatan Tahun 2018.

Ha : Tidak Ada Hubungan Kunjungan Antenatal Care dengan Proses Persalinan

di Puskesmas Pintu Padang Kecamatan Batang Angkola Kabupaten

Tapanuli Selatan Tahun 2018.


31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis dan Desain Penelitian.

Desain penelitian merupakan rancangan yang digunakan dalam melakukan

prosedur penelitian. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah Deskiptif

korelasi dengan desain Cross Sectional dimana pengambilan data hanya dilakukan

sekali saja dalam setiap responden dalam waktu yang bersamaan.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Puskesmas Pintu Padang Kecamatan

Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2018.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai dari bulan Januari sampai dengan selesai .

Adapun rincian kegiatan dimulai dari pengajuan judul, pembuatan proposal,

seminar proposal ,pelaksanaan penelitian, pengolahan data sampai dengan ujian

akhir skripsi.

Tabel 1. Rencana Kegiatan dan Waktu Penelitian Tahun 2018

NO Kegiatan Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
1. Pengajuan judul

2. Penyusunan Proposal
3. Seminar Proposal
4. Pelaksanaa Penelitian
5. Ujian Akhir

31
32

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang melakukan

pemeriksaan antenatal ke Puskesmas Pintu Padang sebanyak 80 orang di

Puskesmas Pintu Padang Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan.

3.3.2. Sampel

Sampel penelitian adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili

seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012).

Adapun teknik pengambilan sampel yang akan di gunakan oleh penulis

adalah Simple Total Sampling adalah pengambilan sampel secara total sebanyak

80 orang tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi.

3.4 Alat Pengambilan data

3.4.1 Data primer

Data primer pada penelitian ini adalah data yang diambil secara langsung di

lokasi pengambilan sampel di Puskesmas Pintu Padang Kecamatan Batang

Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2018 dengan langsung kepada Ibu

hamil dan instrumen pengumpulan data adalah kuesioner.

3.4.2 Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Puskesmas Pintu Padang

Kecamatan Batang Angkola.


33

3.4.3 Instrumen Penelitian

Observasi yang ditujukan kepada responden berisikan 8 pertanyaan untuk

pemeriksaan tentang persalinan.

Penilaian pernyataan untuk kunjungan antenatal masing-masing adalah:

Ya : 1

Tidak : 2

Penilaian pertanyaan untuk persalinan masing-masing adalah:

Ya : 1

Tidak : 0

3.5 Prosedur Pengumpulan Data

Adapun prosedur pengumpulan data adalah sebagai berikut:

a) Membuat surat permohonan izin penelitian dari Stikes Aufa Royhan

Padangsidimpuan yang ditujukan kepada Kepala Puskesmas Pintu Padang.

b) Setelah mendapat persetujuan dari Kepala Desa Pintu Padang Kecamatan

Batang Angkola , peneliti meminta data ke Bidan Desa Pintu Padang untuk

dijadikan sebagai calon responden.

c) Meminta calon responden agar bersedia menjadi responden setelah

mengadakan pendekatan dan memberikan penjelasan tentang tujuan, manfaat,

dan prosedur penelitian. Responden yang bersedia selanjutnya diminta

menandatangani lembar informed concet.

d) Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya bila ada yang

belum jelas.
34

e) Setelah itu pertanyaan dalam kuesioner di jawab, maka peneliti mengumpulkan

data dan mengucapkan terimakasih kepada responden.

3.6 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefenisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi maupun pengukuran secara cermat terhadap penomena atau

objek. Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan

sebagai ukuran dalam suatu penelitian. (Hidayat, 2010).

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Skala Hasil Ukur


Operasional Ukur Ukur
1 Independent: 1. Ya
a. Kunjungan Pemeriksaan Observasi Ordinal 2.Tidak
antenatal ibu hamil
care antenatal care
K1 dan K4

2 Variabel Dependent: Ibu hamil Observasi Ordinal Ya : 1


Proses Persalinan yang Tidak :0
melakukan
persalinan di
Puskesmas

3.7 Pengolahan Data

Menurut Notoadmodjo (2012) data yang diambil, dikumpulkan dan diolah

melalui langkah sebagai berikut :


35

1. Editing

Setelah data terkumpul maka dilakukan editing atau pengutingan data

untuk memeriksa setiap lembar kuesioner yang telah diisi, lalu data

dikelompokan sesuai kriteria yang telah ditetapkan.

2. Koding

Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data, semua jawaban

atau data perlu disederhanakan yaitu memberi simbol-simbol tertentu

untuk setiap jawaban (pengkodean). Pengkodean dilakukan dengan

memberi nomor halaman, daftar pertanyaan, nomor pertanyaan nomor

variabel dan kode.

3. Entri

Yaitu kegiatan memasukkan data-data yang ada pada kuesioner

kedalam program komputer untuk pengambilan hasil dan kesimpulan.

4. Tabulating

Untuk mempermudah analisa data dan pengolahan data serta pengambilan

kesimpulan, data dimasukkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan

memberikan skor terhadap pernyataan yang diberikan kepada responden.

3.8 Analisa Data

Adapun analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Univariat

Analisa Univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi dan

frekuensi dari variabel independent dan dependent. Data disajikan dalam

bentuk tabel dan diinterpretasikan (Riyanto, 2011).


36

b. Bivariat

Analisa Bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel

independent (kunjungan antenatal) dengan variabel dependent (proses

persalinan), apakah variabel tersebut mempunyai hubungan yang

signifikan atau hanya hubungan secara kebetulan. Dalam analisis ini uji

statistik yang digunakan adalah Uji Chi Square, dalam penelitian

kesehatan uji signifikan dilakukan dengan menggunakan batas

kemaknaan (alpa) = 0,05 dan 95% confidence interval dengan kebetulan

bila :

 P value < 0,05 berarti Ho ditolak (P value < α). Uji statistik menunjukkan

adanya hubungan yang signifikan.

 P value ≥ 0,05 berari Ho gagal ditolak (P value ≥ α). Uji statistik

menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan (Riyanto, 2011).


37

DAFTAR PUSTAKA

Budiman & Riyanto, A. 2011. Kapita Selekta kuesioner: pengetahuan dan sikap
dalam penelitian kesehatan. Jakarta: Salemba medika.

Badan Pusat Statistik. 2012. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia,


Available at: www.datastatistik-indonesia.com. Diakses 22 Januari 2018.

Depkes RI dan UNFPA. 2012. Kesehatan reproduksi.Jakarta: dirjen binkesmas.

Depkes RI.2012 Pedoman Pelayanan Antenatal di Tingkat Pelayanan Dasar


Puskesmas. Jakarta: Pusdiknakes.

_________. 2012. Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta: DepKes RI.

_________.2012. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Depkes RI.

_________. 2012. Situasi upaya kesehatan. Diakses pada tanggal 25 Januari 2018
http://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/profil/profil_2012/bab 4.

_________. 2013. Data dan Informasi Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Jakarta:
DepKes RI.

Hanafiah, D. 2010. Hubungan antara Persepsi dan Sikap Ibu Hamil tentang
Antenatal Care dengan Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan di Rumah
Bersalin Permata Bunda Sragen. Program Studi Kedokteran
Keluarga. Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Wiknjasostro, G.H. & Djoko W., 2015. Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YayasanBinaPustaka.

Uhu Suliha, P.S., Nugroho, H.S.W. &Usnawati, N. 2010. Efektifitas Pelatihan


Kelas Ibu Hamil untuk Meningkatkan Pengetahuan, Sikap, Keterampilan
dan Kunjungan Antenatal Care.

Shintha, K, 2010. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Bidan Tentang


Pelayanan ANC dengan Praktek Pemeriksaan Kehamilan Sesuai Standart
Minimal 7T di Puskesmas Kabupaten Sragen Tahun 2010.
Maternal Volume 3 edisi Oktober 2010.

Notoatmodjo, S .2012. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta.

Notoatmodjo, S, 2012. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Jakarta : Rineka


Cipta.
38

Notoatmodjo, S, 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Prawirohardjo, S. 2012 Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Mucthar, E.S.2010. Perbedaan Pelayanan Standar Minimal 7T pada Ibu Hami


Antara Bidan Puskesmas dan Bidan Desa di Kabupaten Tuban Tahun 2011.
Sain Med JURNAL KESEHATAN Vol. 3, No. 2, Desember 2011 ISSN
2085-3602

Fatbinan ,A.M. 2014. Hubungan Antenatal Care dengan Proses Persalinan di


Wilayah Puskesmas Deli Tua, Medan

Sarwani, Nurlaela, 2010. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Bidan Tentang


Pelayanan Antenatal Care (ANC) dengan Praktek Pemeriksaan
Kehamilan Sesuai Standart Minimal 7T di Puskesmas

Saifuddin, A.B. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Wiknjosastro. 2015. Pengetahuan Sikap Dan Perilaku Manusia. Yogyakarta:


Nuha Medika.

Woro Tri Hardjanti, Nursalam, 2010. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu
dan Dukungan Keluarga dengan Cakupan Pelayanan Antenatal di Wilayah
Kerja Puskesmas Buleleng I. Jurnal Magister Kedokteran Keluarga Vol 1,
No 1, 2013 (hal 67-79).

WHO (World Health Organization),2012 Angka Kematian Ibu ,SDKI, Survey


Demografi Kesehatan Indonesia.
39

Frequencie

Statistics

UMUR PENDIDIKAN PARITAS KUNJUNGANANC PROSESPERSALINAN

N Valid 30 30 30 30 30

Missing 0 0 0 0 0

Frequency Table

UMUR

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 20-30 9 30.0 30.0 30.0

31-40 14 46.7 46.7 76.7

41-50 7 23.3 23.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

PENDIDIKAN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SD 2 6.7 6.7 6.7

SMP 9 30.0 30.0 36.7

SMA 16 53.3 53.3 90.0

PT 3 10.0 10.0 100.0

Total 30 100.0 100.0


40

PARITAS

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid PRIMIGRAVIDA 8 26.7 26.7 26.7

MULTIGRAVIDA 22 73.3 73.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

KUNJUNGAN ANC

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid YA 19 63.3 63.3 63.3

TIDAK 11 36.7 36.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

PROSES PERSALINAN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid YA 17 56.7 56.7 56.7

TIDAK 13 43.3 43.3 100.0

Total 30 100.0 100.0


41

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

KUNJUNGAN ANC * 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%


PROSES PERSALINAN

KUNJUNGAN ANC * PROSES PERSALINAN Crosstabulation

PROSES PERSALINAN

YA TIDAK Total

KUNJUNGAN ANC YA Count 15 4 19

% of Total 50.0% 13.3% 63.3%

TIDAK Count 2 9 11

% of Total 6.7% 30.0% 36.7%

Total Count 17 13 30

% of Total 56.7% 43.3% 100.0%


42

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 10.476a 1 .001

Continuity Correctionb 8.147 1 .004

Likelihood Ratio 11.066 1 .001

Fisher's Exact Test .002 .002

Linear-by-Linear 10.127 1 .001


Association

N of Valid Cases 30

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.77.

b. Computed only for a 2x2 table


43

MASTER TABEL
HUBUNGAN KUNJUNGAN ANC DENGAN PROSES PERSALINAN DI
PUSKESMAS PINTU PADANG KECAMATAN BATANG ANGKOLA
TAHUN 2018

Umur Pendidikan Paritas Proses Persalinan


Kunjungan
ANC

20-30 SMA PRIMIGRAVIDA TIDAK TIDAK

31-40 SMP MULTIGRAVIDA YA YA

31-40 SMP MULTIGRAVIDA TIDAK TIDAK

31-40 SMP MULTIGRAVIDA YA TIDAK

31-40 SD MULTIGRAVIDA TIDAK YA

31-40 SMA MULTIGRAVIDA YA YA

20-30 SMA PRIMIGRAVIDA TIDAK TIDAK

41-50 SMP MULTIGRAVIDA YA YA

31-40 SMP MULTIGRAVIDA TIDAK TIDAK

31-40 SMA MULTIGRAVIDA YA YA

41-50 SMA MULTIGRAVIDA TIDAK TIDAK

20-30 SMA PRIMIGRAVIDA YA YA

20-30 SMP PRIMIGRAVIDA TIDAK YA

31-40 SMA MULTIGRAVIDA TIDAK TIDAK

41-50 SMA MULTIGRAVIDA YA YA


44

31-40 SD MULTIGRAVIDA TIDAK TIDAK

41-50 SMA PRIMIGRAVIDA YA YA

41-50 SMA MULTIGRAVIDA YA YA

20-30 SMP PRIMIGRAVIDA YA YA

31-40 SMP MULTIGRAVIDA YA YA

20-30 SMP PRIMIGRAVIDA TIDAK TIDAK

31-40 SMA PRIMIGRAVIDA YA YA

31-40 PT MULTIGRAVIDA YA YA

31-40 SMA MULTIGRAVIDA YA TIDAK

20-30 SMA MULTIGRAVIDA YA YA

20-30 PT MULTIGRAVIDA YA TIDAK

41-50 SMA MULTIGRAVIDA YA YA

41-50 SMA MULTIGRAVIDA TIDAK TIDAK

20-30 SMA MULTIGRAVIDA YA YA

31-40 PT MULTIGRAVIDA YA TIDAK


45

OBSERVASI STANDAR PELAYANAN

No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8
1 MASNIARI v v v
2 KAMALIA v v v v v v v v
3 SINTA v v v v
4 SAHRONI v v v v v v v v
5 ANA v v
6 MAYA v v v v v v v
7 WARSI v v v v
8 SUKIAM v v v v v v v
9 NILDA v v v
10 RINA v v v v v v v v
11 MINTANA v v v
12 MURNI v v v v v v v
13 SALMI v v v
14 RIDA v v v
15 NURUL v v v v v v v v
16 MARINA v v v
17 SARIGANTI v v v v v v v
18 NURHAYANI v v v v v v v v
19 NURSAIDA v v v v v v
20 MASROHAYA v v v v v v v
21 MASITOH v v v
22 SATIA v v v v v v v v
23 YUSI v v v v v v v
24 RENI v v v v v v v v
25 ASMAWATI v v v v v v v
26 YOLANDA v v v v v v v
27 LELLI v v v v v v v
28 NAWARI v v v v
29 ELLI v v v v v v v v
30 IZMA v v v v v v v v
46

OBSERVASI PENELITIAN

HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DENGAN


PROSES PERSALINAN DI PUSKESMAS PINTU PADANG
KECAMATAN BATANG ANGKOLA KABUPATEN
TAPANULI SELATAN
TAHUN 2018

IDENTITAS RESPONDEN

Nama : Ny.

Alamat :

Umur :

Jaminan Kesehatan :

Riwayat Kehamilan :
1. G : P: O:
2. Hari pertama haid terakhir (HPHT) :
3. Hari taksiran persalinan (HTP) :
4. Lingkar lengan atas :
5. Jumlah anak hidup : Jumlah lahir mati :
6. Jarak kehamilan terakhir :
47

Dilak Tidak
Standar
No Definisi Cara Ukur ukan Dilak
Pelayanan
ukan
1 Ibu hamil Suatu keadaan dimana Observasi
terjadi pembuahan ovum
oleh spermatozoa yang
kemudian mengalami nidasi
pada uterus dan berkembang
sampai janin lahir, dimana
lamanya hamil normal 37-
32 minggu dihitung dari hari
pertama haid terakhir
2 Pelaksanaan Menimbang berat badan ibu Observasi
pelayanan “7T” hamil setiap kali kunjungan
Timbang berat
badan
3 Ukur tekanan Mengukur tekanan darah Observasi
darah ibu hamil setiap kali
kunjungan
4 Ukur tinggi Mengukur tinggi fundus Observasi
fundus uteri uteri untuk mengetahui usia
kehamilan setiap kali
kunjungan
5 Pemberian Memberikan imunisasi TT 2 Observasi
imunisasi kali selama hamil
(tetanus toksoid)
TT lengkap
6 Pemberian tablet Memberikan tablet Fe Observasi
zat besi minimal 90 tablet
minimum 90
tablet selama
kehamilan
7 Tes terhadap Memeriksa ibu hamil untuk Observasi
penyakit mengetahui kemungkinan
menular seksual adanya penyakit menular
seksual
8 Temu wicara Memberikan informasi Observasi
pada persiapan tentang keadaan
rujukan kehamilannya.
48

PROSES PERSALINAN DI PUSKESMAS


Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda contreng ( ) pada
pilihan jawaban yang anda anggap paling tepat, dengan pilihan jawaban sebagai
berikut :
No Pernyataan Pilihan Jawaban
Ya Tidak
1 Apakah Ibu akan melahirkan di Puskesmas

Anda mungkin juga menyukai