Anda di halaman 1dari 5

3 TINGKATAN PUASA MENURUT IMAM AL-GHOZALI

Menurut Imam al-Ghazali dalam bukunya Ihya' Ulumiddin, tingkatan puasa diklasifikasi menjadi
tiga, yaitu puasa umum, puasa khusus, dan puasa khusus yang lebih khusus lagi.

Puasa umum adalah tingkatan yang paling rendah yaitu menahan dari makan, minum dan jima'.
Puasa khusus, di samping menahan yang tiga hal tadi juga memelihara seluruh anggota tubuh
dari perbuatan maksiat atau tercela. Sedangkan puasa khusus yang lebih khusus adalah puasa hati
dari segala kehendak hina dan segala pikiran duniawi serta mencegahnya memikirkan apa-apa
yang selain Allah.

Puasa level ketiga tadi adalah puasanya para nabi-nabi, shiddiqin, dan muqarrabin. Sedangkan
puasa level kedua adalah puasanya orang-orang salih - puasa tingkat ini yang seharusnya kita
tuju untuk mencapainya. Selanjutnya imam Al Ghazali menjelaskan enam hal untuk mencapai
kesempurnaan puasa tingkatan kedua itu.

Pertama, menahan pandangan dari segala hal yang dicela dan dimakruhkan serta dari tiap-tiap
yang membimbangkan dan melalaikan dari mengingat Allah. Rasulullah SAW bersabda: Barang
siapa meninggalkan pandangan karena takut kepada Allah, niscaya Allah menganugerahkan
padanya keimanan yang mendatangkan kemanisan dalam hatinya. Kedua, menjaga lidah dari
perkataan yang sia-sia, berdusta, mengumpat, berkata keji, dan mengharuskan berdiam diri,
menggunakan waktu untuk berzikir kepada Allah serta membaca Alquran.

''Dua perkara merusakkan puasa,'' sabda Rasulullah SAW, ''yaitu mengumpat dan berbohong.''
Ketiga, menjaga pendengaran dari mendengar kata-kata yang tidak baik, karena tiap-tiap yang
haram diucapkan maka haram pula mendengarnya. Rasulullah SAW menjelaskan: Yang
mengumpat dan yang mendengar, berserikat dalam dosa. Keempat, mencegah anggota-anggota
tubuh yang lain dari perbuatan dosa. Seperti mencegah tangan dan kaki dari berbuat maksiat dan
mungkar, mencegah perut dari memakan yang syubhat dan haram.

Kelima, tidak berlebih-lebihan dalam berbuka sampai perutnya penuh makanan. Orang yang
berbuka secara berlebihan tentu tidak akan dapat memetik manfaat dan hikmah puasa.
Bagaimana dia berusaha mengalahkan musuh Allah dan mengendalikan hawa nafsunya, jika saat
berbuka dia justru memanjakan nafsunya dengan makanan yang tak terhitung banyak dan
jenisnya.

Keenam, hatinya senantiasa diliputi perasaan cemas (khauf) dan harap (raja'), karena tidak
diketahui apakah puasanya diterima atau tidak oleh Allah. Rasa cemas diperlukan untuk
meningkatkan kualitas puasa yang telah dilakukan, sedangkan penuh harap berperan dalam
menumbuhkan optimisme.
PUASA MEMBENTUK AKHLAKUL KARIMAH

Ada 4 pengertian karim di dalam Al-Qur’an .

Karim di artikan dengan kata : “mulia” , sebagaimana disebut dalam surat Al-Haaqqah ayat 40 :

ُ ‫) ِإنَّهُ لَقَ ْو ُل َر‬


40(‫سو ٍل َك ِر ٍيم‬
Sesungguhnya Al Qur'an itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul
yang mulia

Karim diartikan dengan kata : “Menyenangkan”, sebagaimana disebut dalam surat Al-Waqi’ah
ayat 44 :

44(‫ار ٍد َو ََل َك ِر ٍيم‬


ِ َ‫) ََل ب‬
Tidak sejuk dan tidak menyenangkan.

Karim diartikan dengan kata : “Indah” , sebagaimana disebut dalam surat Ad-Dukhon ayat 26 :

26(‫) َو ُز ُروعٍ َو َمقَ ٍام َك ِر ٍيم‬


dan kebun-kebun serta tempat-tempat yang indah-indah

Karim diartikan dengan kata: “Banyak”. Sebagaimana disebut dalam surat Al-Hadiid ayat 11 :

11(‫ضا ِعفَهُ لَهُ َولَهُ أَجْ ٌر َك ِري ٌم‬


َ ُ‫سنًا فَي‬ ً ‫َّللاَ قَ ْر‬
َ ‫ضا َح‬ َّ ‫ض‬ ُ ‫) َم ْن ذَا الَّذِي يُ ْق ِر‬
Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat-
gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak

Jadi, orang yang berakhlaqul karimah itu adalah orang yang hatinya mulia, hatinya bersih. Kalau
bicara menyenangkan, kalau berpenampilan nampak bersih dan indah, dan ia suka bersedekah
dan beribadah. Ini pengertian secara lughowi, secara bahasa.

Adapun pengerian secara istilahan atau defenitif adalah: “Hati dan prilaku seseorang sesuai
dengan ajaran Al-Qur’an”, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan
Muslim:

َ‫سلَّ َم َكانَ ْالقُ ْرآن‬


َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َّ ‫ي‬
َ ِ‫َّللا‬ ِِّ ‫فَإ ِ َّن ُخلُقَ نَ ِب‬
Sesungguhnya akhlak Rasulullah s.a.w ialah al-Quran.

Jadi, kalau kita ingin menjadi orang yang berakhlakul karimah, punya hati bersih, prilaku yang
menyenangkan, maka wajib mengamalkan Al-Qur’an, yang salah satu ajarannya adalah
ِّ ِ ‫علَ ْي ُك ُم‬
berpuasa. ‫الصيَا ُم‬ َ ِ‫ يَاأَي َها الَّذِينَ َءا َمنُوا ُكت‬, “hai orang-orang yang beriman diwajibkan bagi
َ ‫ب‬
kamu berpuasa”

Puasa itu menghasilkan 3 akhlakul karimah:

Akhlak Qolbiyyah
Ada pun Akhlak Qolbiyyah adalah; akhlak hati.

Puasa mendidik agar hati dipelihara. Puasa mengajarkan agar kita bisa menahan segala bentuk
hawa nafsu, menahan rasa sombong, iri hati,kikir, dendam dsb. Di bulan puasa kita dianjurkan
zikir sebanyak-banyaknya, bersedekah, dsb. Semuanya itu sangat berpengaruh kepada hati, agar
hati terpelihara dari kekotorannya. Dalam al-Quran disebutkan:

ُ ُ‫َّللاِ ت َْط َمئِن ْالقُل‬


28(‫وب‬ َّ ‫)الَّذِينَ َءا َمنُوا َوت َْط َمئِن قُلُوبُ ُه ْم بِ ِذ ْك ِر‬
َّ ‫َّللاِ أ َ ََل بِ ِذ ْك ِر‬
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah.
Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (Ar-Ra’du:28)

Dan bagi hati orang yang sombong dan berbuat sewenang wenang allah akan kunci mati

35(‫َّار‬ ِ ‫علَى ُك ِِّل قَ ْل‬


ٍ ‫ب ُمتَ َك ِب ٍِّر َجب‬ ْ ‫) َكذَ ِل َك َي‬
َّ ‫طبَ ُع‬
َ ُ‫َّللا‬
Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang. (Al-
Mu’min:35)

Kalau hati sudah dikunci mati oleh Allah maka prilaku orang tersebut berprilaku kotor. Fikiran
jahatnya selalu timbul, bagaimana cara mengkorupsi uang negara dengan baik, bagaimana cara
mencelakakan orang lain. Kalau berkata kasar tak berbudi; inilah yang disinyalir oleh rasulullah:

33 Diriwayatkan daripada Abi Mas'ud Uqbah bin Amru r.a katanya: Nabi s.a.w memberi isyarat
dengan tangan ke arah Yaman, seraya bersabda: Ingatlah, sesungguhnya iman ada di sana
sedangkan kekerasan dan kekasaran hati ada pada orang-orang yang bersuara keras

َ‫ب فِي ْالفَدَّادِين‬


ِ ‫ظ ْالقُلُو‬
َ َ‫َو ِغل‬

Akhlak Lisaniyyah

656 ْ ُ‫صا ِئ ًما َف ََل َي ْرف‬


‫ث َو ََل َيجْ َه ْل فَإ ِ ِن‬ َ ‫ص َب َح أ َ َحدُ ُك ْم َي ْو ًما‬
ْ َ ‫ ِإذَا أ‬: ‫ع ْنهُ قَا َل‬ َّ ‫ي‬
َ ُ‫َّللا‬ ِ ‫ِيث أ َ ِبي ُه َري َْرة َ َر‬
َ ‫ض‬ ُ ‫َحد‬
َ ‫* ْام ُرؤٌ شَات َ َمهُ أ َ ْو قَاتَلَهُ فَ ْل َيقُ ْل ِإ ِنِّي‬
َ ‫صا ِئ ٌم ِإ ِنِّي‬
‫صا ِئ ٌم‬
656 Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Apabila
seseorang daripada kamu sedang berpuasa pada suatu hari, janganlah bercakap tentang perkara
yang keji dan kotor. Apabila dia dicaci maki atau diajak berkelahi oleh seseorang, hendaklah dia
berkata: Sesungguhnya hari ini aku berpuasa, sesungguhnya hari ini aku berpuasa *

Akhlak ‘amaliyyah

Pada puasa kita melatih diri dengan berbagai amalan-amalan ibadah, seperti sholat tarawih, zikir,
I’tikaf dsb. Ini menunjukkan akhlak seorang hamba kepada khaiknya.

Jadi jelaslah bahwa berpuasa itu akan membentuk pribadi seseorang memiliki pribadi yang
berakhlakul karimah, karena puasa telah melatih hatinya menjadi bersih, lisannya dilatih untuk
tidak mengatakan perkataan yang dilarang dan hari-harinya terlatih beribadah kepada Allah swt.
Sehingga akhlaknya kepada dirinya, akhlaknya kepada orang lain, dan akhlaknya kepada Allah
swt akan terpelihara.

Sekali lagi kita sampaikan bahwa yang dimaksud orang yang berakhlakul karimah itu adalah
orang yang hatinya dan prilakunya sesuai dengan ajaran Al-Qur’an, yang salah satu ajarannya
adalah kewajiban menjalankan puasa Ramadhan. Kalau puasa itu dijalankan dengan sebenar-
benarnya, maka puasa itu pasti membentuk pribadi yang karim, tapi kalau puasa itu dijalankan
asal-asalan, maka bukan pribadi yang karim yang akan diperdapat , tapi pribadi yang karam.

Membangun Keikhlasan dengan Puasa Ramadhan.

Persoalan yang rumit membelit bangsa Indonesia, dari masalah keluarga sampai masalah negara,
mestinya bisa diselesaikan hanya dalam waktu satu bulan saja, bila semua orang Islam berhasil
mencapai tujuan dalam menjalankan ibadah puasa Ramadlan yakni bertaqwa [QS. Al-Baqarah
:183],

َ‫علَى الَّذِينَ ِم ْن قَ ْب ِل ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم تَتَّقُون‬ ِّ ِ ‫علَ ْي ُك ُم‬


َ ِ‫الصيَا ُم َك َما ُكت‬
َ ‫ب‬ َ ِ‫يَا أَي َها الَّذِينَ آ َمنُوا ُكت‬
َ ‫ب‬

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,

menjadi manusia yang paling mulia dalam pandangan Allah SWT. [QS Al-Hujurat : 13]

‫ع ِلي ٌم‬ َّ ‫َّللاِ أَتْقَا ُك ْم إِ َّن‬


َ َ‫َّللا‬ َّ َ‫ارفُوا إِ َّن أ َ ْك َر َم ُك ْم ِع ْند‬ ُ ‫اس إِنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن ذَ َك ٍر َوأ ُ ْنثَى َو َجعَ ْلنَا ُك ْم‬
َ َ‫شعُوبًا َوقَبَائِ َل ِلتَع‬ ُ َّ‫يَا أَي َها الن‬
‫ير‬ٌ ‫َخ ِب‬
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

Sayang sekali sudah 68 puasa Ramadlan dilalui bangsa ini sejak merdeka, namun status taqwa
itu masih jauh dari harapan. Hanya menjadi hiasan bibir belaka. Korupsi semakin menjadi-jadi.
Pengedar narkoba bergentayangan dimana-mana. Penyakit masyarakat merajalela. Money
politics, money laundering, human trafficking, aborsi, konflik horizontal belum bisa diatasi.

Yang menjadi pertanyaan adalah: “Mengapa puasa Ramadlan bangsa ini tidak menjadikan kita
bertaqwa?” Jawabnya, itu menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil saja yang berpuasa dengan
ikhlas mengharap ridla Allah semata.

Kita mempuasakan hati dengan mengosongkannya dari kepentingan duniawi dan setiap saat
menghadirkan Allah yang sangat kita cintai. Sedang sebagian besar yang lain hanya
mempuasakan perut di siang hari. Sedang di malam hari melakukan balas dendam dengan
berpesta pora makan minum sepuasnya.

Hadirnya Allah setiap saat dalam mempuasakan hati akan menumbuhkan kesadaran bahwa Allah
itu dekat, bahkan lebih dekat dari urat leher manusia. [QS Qaaf :16]

‫ب إِلَ ْي ِه ِم ْن َح ْب ِل ْال َو ِري ِد‬


ُ ‫سهُ َونَحْ ُن أ َ ْق َر‬
ُ ‫س بِ ِه نَ ْف‬ َ ‫َولَقَ ْد َخلَ ْقنَا اإل ْن‬
ُ ‫سانَ َونَ ْعلَ ُم َما ت ُ َو ْس ِو‬
dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh
hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya,

Kesadaran bahwa Allah itu dekat, bila diikuti dengan dzikir, doa, dan kethaatan kepada-Nya
akan meningkatkan kemesraan hubungan hamba dengan Tuhannya. Allah tidak akan tega
menolak doa hamba yang memiliki hubungan yang dekat, mesra, dan taat kepada-Nya.[QS Al-
Baqarah : 186]

ُ ‫ان فَ ْل َي ْست َِجيبُوا ِلي َو ْليُؤْ ِمنُوا ِبي لَ َعلَّ ُه ْم َي ْر‬


َ‫شدُون‬ ِ ‫ع‬ ُ ‫ع ِنِّي فَإ ِ ِنِّي قَ ِريبٌ أ ُ ِج‬
َ َ‫يب دَع َْوة َ الدَّاعِ ِإذَا د‬ َ ‫سأ َ َلكَ ِع َبادِي‬
َ ‫َو ِإذَا‬

dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya
aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon
kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka
beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.

Kedekatannya dengan Allah di satu sisi menjadikannya tidak pernah menyembunyikan sesuatu
dari Allah dan tidak pernah berbohong. Di sisi lain kedekatan itu menyebabkan tidak ada dinding
pembatas antara doanya dengan Allah.

Bahkan keinginan yang belum terucappun boleh jadi dikabulkan Allah. Kemesraan hubungannya
dengan Allah akan menjadikannya selalu rindu kepada-Nya. Dia merasa Allah selalu hadir
membersamainya dalam suka dan duka. Maka wajar bila Rasulullah SAW pernah memberitakan
bahwa orang beriman itu menakjubkan, karena semua urusannya baik baginya, bila mendapat
kebaikan dia bersyukur dan bila menerima mushibah dia shabar.

Sedang kethaatannya kepada Allah akan menjadikannya terbiasa beramal ikhlas karena Allah
semata. Dia beramal hanya karena Allah atau tidak beramal juga hanya karena Allah. Keikhlasan
yang tumbuh berkembang saat mempuasakan hati di siang hari akan dia bawa masuk ke malam
hari, sehingga menjauhkannya dari makan minum yang berlebihan di malam hari.

Keikhlasan yang dia jaga selama bulan Ramadlan akan dia bawa masuk ke bulan-bulan lainnya,
sehingga menjauhkannya dari perbuatan makshiyat sebelas bulan berikutnya, sebelum datang
Ramadlan lagi yang akan dia sambut dengan senang hati. Maka tidak mengherankan bila para
shahabat menyambut kedatangan bulan Ramadlan seperti datangnya tamu yang mereka nanti-
nantikan.

Saudaraku, telah banyak Ramadlan kita lalui, tapi tidak menjadikan kita bertaqwa. Ramadlan
yang tersisa untuk kita hanya tinggal sedikit. Maka marilah kita rombak orientasi puasa kita
dengan tidak lagi hanya mempuasakan perut, tapi benar-benar mempuasakan hati, agar hati kita
semakin dekat, semakin mesra dan semakin thaat kepada Allah. Hanya orang-orang seperti itulah
yang layak mendapatkan predikat taqwa, insya Allah

Anda mungkin juga menyukai