Dokumen - Tips - Laporan Kasus RHD 5694a0416fbce
Dokumen - Tips - Laporan Kasus RHD 5694a0416fbce
Disusun oleh:
Putu Yos Mulyadi
NIM 14710039
Pembimbing
dr. Sugeng, Sp.PD
2) Pulmo
Aspectus Ventralis Aspectus Dorsalis
Ins Bentuk dada normal Bentuk dada normal
Simetris Simetris
Retraksi (-) Retraksi (-)
Gerak nafas tertinggal (-) Gerak nafas tertinggal (-)
Per Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Fremitus raba Fremitus raba
N N N N
N N N N
N N N N
Pal Sonor-Redup Sonor-Redup
S S S S
S S S S
S S S S
S R R S
S S R R R R S S
S R R S
BV BV BV BV
V V V V
V V V V
V V V V V V V V
V V V V
Wheezing Wheezing
- - - -
+ + + +
+ + + +
+ + + +
- - - - - - - -
- - - -
Rhonki Rhonki
- - - -
- - - -
- - - -
- - - -
- - - - - - - -
- - - -
d. Abdomen
1) Inspeksi : Cembung
2) Auskultasi : Bising usus (+) 10x/menit
3) Perkusi : Tympani-redup
4) Palpasi : Soepel, Nyeri tekan (-), Hepatomegali (-),
Splenomegali (-)
e. Ekstermitas
1) Superior : Akral hangat +/+, oedem -/-
2) Inferior : Akral hangat +/+, oedem +/+
HEMATOLOGI
FAAL HATI
GULA DARAH
FAAL GINJAL
2.5 Resume
Pasien mengeluhkan sesak nafas sejak 1 minggu yang lalu. sesak nafas
dirasakan saat aktifitas dan memberat saat malam hari. Sesak nafas memberat
sejak kemarin. Pasien juga mengeluh batuk, sejak 1 minggu yang lalu. Setiap
batuk sesak terasa semakin memberat. Pasien sudah mengalami penyakit jantung
sejak 3 bulan yang lalu. pasien mengkonsumsi obat batuk, sehabis minum obat
batuk, pasien merasa mual dan muntah. Keluhan disertai demam yang dirasakan
naik turun sejak 2 minggu yang lalu. Pasien sudah mengalami penyakit jantung
sejak 3 bulan yang lalu. Pasien masuk RS di Lumajang dan dikarenakan sesak
yang semakin memberat akhirnya dirujuk ke RSD dr. Soebandi. BAK (+) normal
dan BAB (+) normal.
Riwayat Penyakit Dahulu: penyakit jantung. Riwayat Pengobatan: obat
batuk. Riwayat Penyakit Keluarga (-). Riwayat alergi (-). Riwayat sosioekonomi
dan lingkungan cukup baik.
Keadaan umum lemah, komposmentis. Status gizi baik, IMT: normal.
Pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva anemis, takikardi, takipneu,
peningkatan suhu tubuh, terdapat suara bising jantung murmur, wheezing, dan
oedem pada ekstremitas bawah. Pemeriksaan Laboratorium: anemia, leukositosis,
gangguan faal hati dan gangguan faal ginjal. Pemeriksaan EKG terdapat sinus
takikardi dan pemeriksaan ekocardiography RHD MR Berat AR berat PR berat
dengan hipertensi arteri pulmonalis berat serta vegetasi di AML.
2.7 Planning
2.8 Prognosis
Dubia ad malam
2.9 Follow up
2.2.2 Patofisiologi
Demam reumatik merupakan kelanjutan dari infeksi faring yang
disebabkan Streptokokus beta hemolitik grup A. Reaksi autoimun terhadap infeksi
Streptokokus secara hipotetif akan menyebabkan kerusakan jaringan atau
manifestasi demam reumatik, sebagai berikut (1) Streptokokus grup A akan
menyebabkan infeksi pada faring, (2) antigen Streptokokus akan menyebabkan
pembentukan antibodi pada hospes yang hiperimun, (3) antibodi akan bereaksi
dengan antigen Streptokokus, dan dengan jaringan hospes yang secara antigenik
sama seperti Streptokokus ( dengan kata lain antibodi tidak dapat membedakan
antara antigen Streptokokus dengan antigen jaringan jantung), (4) autoantibodi
tesebut bereaksi dengan jaringan hospes sehingga mengakibatkan kerusakan
jaringan. 5
Gambar 2.3 Patofisiologi penyakit jantung rematik
Adapun kerusakan jaringan ini akan menyebabkan peradangan pada
lapisan jantung khususnya mengenai endotel katup, yang mengakibatkan
pembengkakan daun katup dan erosi pinggir daun katup. Hal ini mengakibatkan
tidak sempurnanya daun katup mitral menutup pada saat sistolik sehingga
mengakibatkan penurunan suplai darah ke aorta dan aliran darah balik dari
ventrikel kiri ke atrium kiri, hal ini mengakibatkan penurunan curah sekuncup
ventrikel sehingga jantung berkompensasi dengan dilatasi ventrikel kiri,
peningkatan kontraksi miokardium, hipertrofi dinding ventrikel dan dinding
atrium sehingga terjadi penurunan kemampuan atrium kiri untuk memompa darah
hal ini mengakibatkan kongesti vena pulmonalis dan darah kembali ke paru-paru
mengakibatkan terjadi edema intertisial paru, hipertensi arteri pulmonalis,
hipertensi ventrikel kanan sehingga dapat mengakibatkan gagal jantung kanan.5,7
1. Insufisiensi mitral
Insufisiensi mitral merupakan akibat dari perubahan struktural yang
biasanya meliputi kehilangan beberapa komponen katup dan pemendekan serta
penebalan korda tendineae. Selama demam rematik akut dengan karditis berat,
gagal jantung disebabkan oleh kombinasi dari insufisiensi mitral yang
berpasangan dengan peradangan pada perikardium, miokardium, endokardium
dan epikardium. Oleh karena tingginya volume pengisian dan proses peradangan,
ventrikel kiri mengalami pembesaran. Atrium kiri berdilatasi saat darah yang
mengalami regurgitasi ke dalam atrium. Peningkatan tekanan atrium kiri
menyebabkan kongesti pulmonalis dan gejala gagal jantung kiri. 8,10
Perbaikan spontan biasanya terjadi sejalan dengan waktu, bahkan pada
pasien dengan insufisensi mitral yang keadaannya berat pada saat onset. Lebih
dari separuh pasien dengan insufisiensi mitral akut tidak lagi mempunyai murmur
mitral setelah 1 tahun. Pada pasien dengan insufisiensi mitral kronik yang berat,
tekanan arteri pulmonalis meningkat, ventrikel kanan dan atrium membesar, dan
berkembang menjadi gagal jantung kanan. Insufisiensi mitral berat dapat
berakibat gagal jantung yang dicetuskan oleh proses rematik yang progresif, onset
dari fibrilasi atrium, atau endokarditis infekstif. 8,9
2. Stenosis Mitral
Stenosis mitral pada penyakit jantung rematik disebabkan adanya fibrosis
pada cincin mitral, adhesi komisura, dan kontraktur dari katup, korda dan
muskulus papilaris. Stenosis mitral yang signifikan menyebabkan peningkatan
tekanan dan pembesaran serta hipertrofi atrium kiri, hipertensi vena pulmonalis,
peningkatan rersistensi vaskuler di paru, serta hipertensi pulmonal. Terjadi dilatasi
serta hipertrofi atrium dan ventrikel kanan yang kemudian diikuti gagal jantung
kanan.8
3. Insufisiensi Aorta
Pada insufisiensi aorta akibat proses rematik kronik dan sklerosis katup
aorta menyebabkan distorsi dan retraksi dari daun katup. Regurgitasi dari darah
menyebabkan volume overload dengan dilatasi dan hipertrofi ventrikel kiri.
Kombinasi insufisiensi mitral dengan insufisiensi aorta lebih sering terjadi
daripada insufisiensi aorta saja. Tekanan darah sistolik meningkat, sedangkan
tekanan diastolik semakin rendah. Pada insufisiensi aorta berat, jantung membesar
dengan apeks ventrikel kiri terangkat.Murmur timbul segera bersamaan dengan
bunyi jantung kedua dan berlanjut hingga akhir diastolik. Murmur tipe ejeksi
sistolik sering terdengar karena adanya peningkatan stroke volume. 8
a. Mitral stenosis
b. Insufisiensi Mitral
c. Stenosis Aorta
d. Insufisiensi Aorta
Pilihan untuk katup buatan ditentukan berdasarkan umur, kebutuhan,
kontra indikasi untuk koagulan, serta lamanya umur katup. Penderita dengan
katup jaringan, baik porsin atau miokardial mungkin tidak membutuhkan
penggunaan antikoagulan jangka panjang. Risiko operasi kurang lebih 2% pada
penderita insufisiensi kronik sedang dengan arteri koroner normal. Sedangkan
risiko operasi pada penderita insufisiensi berta dengan gagal jantung, dan pada
penderita penyakit arteri, bervariasi antara 4 sampai 10%. Penderita dengan katup
buatan mekanis harus mendapat terapi antikoagulan jangka panjang.5,7
2.2.5 Prognosis
Demam rematik tidak akan kambuh bila infeksi Streptokokus diatasi.
Prognosis sangat baik bila karditis sembuh pada permulaan serangan akut demam
rematik. Selama 5 tahun pertama perjalanan penyakit demam rematik dan
penyakit jantung rematik tidak membaik bila bising organik katup tidak
menghilang. Prognosis memburuk bila gejala karditisnya lebih berat, dan ternyata
demam rematik akut dengan payah jantung akan sembuh 30% pada 5 tahun
pertama dan 40% setelah 10 tahun. Dari data penyembuhan ini akan bertambah
bila pengobatan pencegahan sekunder dilakukan secara baik.
Endokarditis Infektif
Definisi
Endokarditis dibagi menjadi dua, yaitu endokarditis infektif dan
endokarditis non infektif. Endokarditis infektif (EI) merupakan penyakit yang
disebabkan oleh infeksi mikroba pada endokardium jantung atau pada endotel
pembuluh darah besar, yang ditandai oleh adanya vegetasi. Sedangkan
endokarditis non infektif disebabkan oleh faktor thrombosis yang disertai dengan
vegetasi. Endokarditis non infektif biasanya sering didapatkan pada pasien
stadium akhir penyakit keganasan. Infeksi biasanya terjadi pada katup jantung,
namun dapat juga terjadi pada lokasi defek septal,atau korda tendineaatau
endokardium mural.
Patologi
Patologi katup asli dapat lokal (kardiak) mencakup valvular dan
perivalvular atau distal (nonkardiak) karena perlekatan vegetasi septic dengan
emboli, infeksi metastatik dan septikemia. Vegetasi biasanya melekat pada aspek
atrial katup atrioventrikular dan sisi ventricular katup semilunar, predominan pada
garis penutupan katup. Pada katup prostetik, lokasi infeksi adalah perivalvular dan
komplikasi yang biasa adalah periprosthetic leaks dan dehiscence, abses cincin
dan fistula, disrupsi sistem konduksi dan perikarditis purulenta. Pada katup
bioprotese, elemen yang bergerak berasal dari jaringan, mungkin menjadi lokasi
infeksi dan perforasi katup serta vegetasi.4
II. 7 Patofosiologi
8 Gejala Klinis
Sifat beragam dan epidemiologi yang berkembang dari infeksi
endokarditis memastikan penegakan diagnosis menjadi suatu tantangan.3 Riwayat
perjalanan penyakit infeksi endokarditis sangat bervariasi sesuai dengan
mikroorganisme penyebab dan ada atau tidak penyakit jantung sebelumnya.
Dengan demikian, infeksi endokarditis harus dicurigai pada beragam situasi klinis
yang sangat berbeda.
Infeksi endokarditis mungkin hadir sebagai penyakit akut dengan infeksi
progresif cepat, tetapi juga sebagai penyakit subakut atau kronis dengan demam
ringan dan gejala non-spesifik yang dapat membingungkan penilaian awal. Pasien
mungkin dating ke berbagai dokter spesialis yang mungkin mempertimbangkan
berbagai diagnosis alternatif termasuk infeksi kronis, rheumatologikal dan
penyakit autoimun, atau keganasan.
Pada infeksi endokarditis akut gejala timbul lebih berat dalam waktu
singkat. Pasien kelihatan sakit, biasanya anemis, kurus dan pucat. Demam tidak
spesifik merupakan gejala paling umum. Demam mungkin tidak ditemukan atau
minimal pada pasien usia lanjut atau pada gagal jantung kronik dan jarang pada
infeksi endokarditis katup asli yang disebabkan stafilokokus koagulase positif.
Ditemukan murmur jantung pada 80-85% pasien infeksi endokarditis
katup asli, dan sering tidak terdengar. Pembesaran limpa ditemukan pada 15-50%
pasien dan lebih sering pada infeksi endokarditis subakut. Tanda karena kelainan
vaskuler seperti petekie, merupakan manifestasi perifer tersering, dapat ditemukan
pada konjungtiva palpebra, mukosa palatal, dan bukal, ektremitas dan tidak
spesifik pada infeksi endokarditis. Splinter atau subungual haemorrhage
merupakan gambaran merah gelap, linier atau jarang berupa flame shaped streak
pada dasar kuku atau jari, biasanya pada bagian proksimal. Osler nodes biasanya
berupa nodul subkutan kecil yang nyeri yang terdapat pada jari atau jarang pada
jari lebih proksimal dan menetap dalam beberapa jam atau hari, namun tidak
patognomonis untuk infeksi endokarditis. Janeway lesions berupa eritema kecil
atau makula hemoragis yang tidak nyeri pada tapak tangan atau kaki dan
merupakan akibat emboli septik. Roth spots, perdarahan retina oval dengan pusat
yang pucat, jarang ditemukan pada infeksi endokarditis. Gejala muskuloskeletal
sering ditemukan berupa artralgia, mialgia.
Infeksi endokarditis subakut setelah 2 minggu inkubasi, keluhan seperti
infeksi umum (demam tidak terlalu tinggi, sakit kepala, nafsu makan kurang,
lemas, berat badan turun).Timbulnya gejala komplikasi seperti gagal jantung,
gejala emboli pada organ, misalnya gejala neurologis, sakit dada, sakit perut kiri
atas, hematuria, tanda iskemia di ekstremitas.
Emboli septik merupakan sequellae klinis tersering infeksi endokarditis,
dapat terjadi sampai 40% pasien dan kejadiannya cenderung menurun selama
terapi antibiotik yang efektif. Gejala dan tanda neurologis terjadi pada 30-40%
pasien infeksi endokarditis dan dikaitkan dengan peningkatan mortalitas. Strok
emboli merupakan manifestasi klinis tersering. Manifestasi klinis lain yaitu
perdarahan intrakranial yang berasal dari ruptur aneurisma mikotik, ruptur arteri
karena arteritis septik, kejang dan ensefalopati.4
II. 9 Diagnosis
Diagnosi infeksi endokarditis ditegakkan berdasarkan anamnesis yang
cermat, pemeriksaan fisik yang teliti, pemeriksaan laboratorium antara lain: kultur
darah dan pemeriksaan penunjang ekokardiografi. Investigasi diagnosis harus
dilakukan jika pasien demam disertai satu atau lebih gejala kardinal; ada
predisposisi lesi jantung atau pola lingkungan, bakteremia, fenomena emboli dan
bukti proses endokard aktif, serta pasien dengan katup prostetik.4
Pada anamnesis, keluhan tersering yang muncul adalah demam (80-85%),
kemudian keluhan lainnya yang muncul seperti menggigil, sesak napas, batuk,
nyeri dada, mual, muntah, penurunan berat badan dan nyeri otot atau sendi. 4
Pada pemeriksaan fisik yang cukup penting adalah ditemukannya murmur
pada katup yang terlibat (80-85%). Murmur yang khas adalah blowing
holosistolik pada garis sternal kiri bawah dan terdengar lebih jelas saat inspirasi
(Rivello-Carvallo maneuver). Sedangkan infeksi endokarditis pada katup jantung
kiri, murmur ditemukan pada lebih dari 90%. Tanda infeksi endokarditis pada
pemeriksaan fisik yang lain adalah tanda-tanda kelainan pada kulit antara lain
fenomena emboli, splenomegali, clubbing, petekie, splinter haemorrhage, osler
node, janeway lesions, roth spots .
Pada pemeriksaan laboratorium sering didapatkan hemoglobin rendah,
lekositosis, laju endap darah (LED) meningkat, analisis urin menunjukkan
hematuria dengan proteinuria. Pemeriksaan kultur darah untuk kuman baik aerob
maupun anaerob.
Kultur darah yang positif merupakan kriteria diagnostik utama dan
memberikan petunjuk sensitivitas antimikroba. Beberapa peneliti
merekomendasikan kultur darah diambil paad saat suhu tubuh tinggi. Dianjurkan
pengambilan darah kultur 3 kali, sekurang-kurangnya dengan interval 1 jam, dan
tidak melalui jalur infus. Pemeriksaan kultur darah terdiri atas satu botol untuk
kuman aerob dan satu botol untuk kuman anaerob dan diencerkan sekurang
kurangnya 1;5 broth media. Minimal jumlah darah yang diambil 5 ml, lebih baik
10 ml pada orang dewasa. Jika kondisi pasien tidak akut, terapi antibiotika dapat
ditunda 2-4 hari.4
Ekokardiografi transtorakal dan transoesofageal (TTE / TEE) sekarang
sangat penting dalam menegakkan diagnosis, manajemen, dan tindak lanjut dari
infeksi endokarditis.70 Ekokardiografi harus dilakukan dengan segera, begitu
dicurigai adanya infeksi endokarditis. Deteksi ekokardiografi transtorakal (TTE)
pada pasien yang dicurigai infeksi endokarditis sekitar 50%. Pada katup asli
sekitar 20% TTE memperlihatkan kualitas suboptimal. Hanya 25% vegetasi
<5mm dapat diidentifikasi, persentase meningkat 70% pada vegetasi >6mm. Jika
bukti klinis ditemukan, ekokardiografi transesofageal (TEE) meningkatkan
sensitivitas kriteria Duke untuk diagnosis pasti infeksi endokarditis. Sensitivitas
TEE dilaporkan 88-100% dan spesifisitas 91-100%. Pada kasus yang dicurigai
terdapat komplikasi seperti pasien dengan katup prostetik dan kondisi tertentu
seperti penyakit paru obstruksi kronis, atau terdapat deformitas pada dinding dada,
ekokardiografi transesofageal lebih terpilih daripada trantorakal.4
Ekokardiografi dan kultur darah adalah landasan diagnosis infeksi
endokarditis. TTE harus dilakukan lebih dahulu, namun kedua TTE dan TEE pada
akhirnya harus dilakukan dalam sebagian besar kasus yang dicurigai atau pasti
infeksi endokarditis.
Kriteria Duke,3 berdasarkan gejala klinis, ekokardiografi, dan temuan
mikrobiologi memberikan sensitivitas tinggi dan spesifisitas 80% secara
keseluruhan untuk menegakkan diagnosis infeksi endokarditis. Panduan terakhir
mengenali peran Q-fever (penyakit zoonosis yang disebabkan oleh Coxiella
burnetii) prevalensi, peningkatan infeksi staphylococcal, dan penggunaan luas
TEE, dan kriteria Duke modifikasi sekarang direkomendasikan untuk klasifikasi
diagnostik.3
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kasus infeksi endokarditis biasanya berdasarkan terapi
empiris, sementara menunggu hasil kultur. Pemilihan antibiotika pada terapi
empiris ini dengan melihat kondisi pasien dalam keadaan akut atau subakut.
Faktor lain yang juga perlu dipertimbangkan adalah riwayat penggunaan
antibiotika sebelumnya, infeksi di organ lain dan resistensi obat. Sebaiknya
antibiotika yang diberikan pada terapi empiris berdasarkan pola kuamn serta
resistensi obat pada daerah tertentu yang evidence based.
Pada keadaan infeksi endokarditis akut, antibiotika yang dipilih haruslah
yang mempunyai spektrum luas yang dapat mencakup S. Aureus, Streptokokus
dan basil gram negatif. Sedangkan pada keadaan infeksi endokarditis subakut
regimen terapi yang dipilih harus dapat membasmi streptokokus termasuk
E.faecalis.
Terapi empiris ini biasanya hanya diperlukan beberapa hari sambil
menunggu hasil tes sensitivitas yang akan menentukan modifikasi terapi.
Untuk memudahkan dalam penatalaksanaan infeksi endokarditis, telah
dikeluarkan beberapa guidelines (pedoman) yaitu: American Heart Association
(AHA) dan European Society of Cardiology (ESC). Rekomendasi yang
dianjurkan kedua pedoman ini pada prinsipnya hampir sama. Penelitian
menunjukkan bahwa terapi kombinasi penisilin ditambah aminoglikosida
membasmi kuman lebih cepat daripada penisilin saja.
Regimen terapi yang pernah diteliti antara lain; seftriakson 1 x 2 gram IV
selama 4 minggu, diberikan pada kasus infeksi endokarditis karena Streptococcus.
Pemberian regimen ini cukup efektif dan aman, praktis karena pemberiannya satu
kali sehari, dan dapat diberikan sebagai terapi rawat jalan.
Beberapa penelitian lain juga melaporkan efektivitas regimen terapi oral;
siprofloksasin 2 x 750 mg dan rifampisin 2 x 300 mg selama 4 minggu dan dapat
diberikan pada pasien rawat jalan.
Regimen terapi vankomisin merupakan terapi pilihan pada kasu infeksi
endokarditis dengan methicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA),
walaupun demikian respon klinis yang lambat masih cukup sering ditemukan.
DAFTAR PUSTAKA