Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Umur beton
Kuat tekan beton bertambah sesuai dengan bertambahnya umur
beton tersebut. Kecepatan bertambah naiknya kekuatan beton
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor , antara lain :
Faktor air semen
Suhu perawatan
Jenis Semen
Menurut SII 0031-81 semen Portland dibagi menjadi lima jenis.
Masing-masing jenis mempunyai kelebihan dan kegunaan yang
berbeda tergantung pada kebutuhan konstruksi yang diinginkan.
Kelima jenis semen ini adalah :
2
Semen Jenis I: Semen ini digunakan untuk penggunaan
konstruksi secara umum, dimana dalam
pelaksanaanya struktur tersebut tidak
membutuhkan persyaratan khusus.
Semen Jenis II: Semen ini digunakan untuk beton yang tahan
terhadap sulfat dan mempunyai panas
hidrasi yang sedang.
Semen Jenis III : Semen ini digunakan untuk beton yang
membutuhkan kekuatan awal yang tinggi.
Jadi beton dari jenis semen ini cepat
mengeras.
Semen Jenis IV : Semen ini digunakan pada beton yang
memerlukan panas hidrasi yang rendah.
Biasanya digunakan untuk beton massa yang
membutuhkan panas hidrasi yang rendah.
Biasanya beton jenis semen ini lambat
mengeras.
Semen Jenis V : Semen ini digunakan untuk beton yang
sangat tahan terhadap sulfat. Biasanya
digunakan untuk beton yang berhibungan
langsung dengan air laut.
Jumlah Semen
Jumlah pemakain semen dalam adukan beton sangat
mempengaruhi kuat tekan betonnya. Karena hal ini sangat
3
berkaitan dengan nilai faktor air semen. Seperti kita ketahui
faktor air semen sangat tergantung pada jumlah semen yang
digunakan . Hal ini dapat kita lihat dari defenisi faktor air semen
yaitu :
Sifat Agregat
Kekuatan agregat tidak terlalu mempengaruhi kuat tekan beton,
karena pada umumnya kuat tekan agregat lebih tinggi dari kuat
tekan betonnya. Namun demikian bila dikehendaki kuat tekan
beton yang tinggi, diperlukan juga agregat yang kuat agar
kekuatan agregat tidak kurang dari kuat tekan beton yang
diinginkan.
Sifat agregat yang paling mempengaruhi kuat tekan beton
adalah : kekasaran permukaan dan ukuran maksimum
butirannya.
Kekasaran permukaan agregat ini berpengaruh terhadap bentuk
kurve tegangan regangan tekan beton dan terhadap kekuatan
tekan betonnya. Semakin kasar permukaan agregat semakin
bagus lekatan antara pasta dengan dengan agregat, sehingga
kuat tekan akan semakin tinggi, tetapi pelaksanaan
pekerjaannya akan semakin sulit.
4
Besar ukuran maksimum agregat mempengaruhi kuat tekan
betonnya. Pada pemakaian ukuran butir agregat maksimum
lebih besar, memrlukan jumlah pasta lebih sedikit, sehingga pori-
pori udara dalam beton berkurang, sehingga kuat tekan akan
lebih tinggi ( pori-pori udara hanya terdapat dalam pasta
semen). Tetapi ukuran butir agregat yang maksimum maka luas
permukaan akan menjadi lebih sempit sehingga lekatan antara
permukaan agregat dengan pasta semen akan semakin kurang
kuat. Lagi pula karena butirannya besar akan sangan
menghalangi susutan pastanya, sehingga akan timbul retakan-
retakan kecil di sekitar agregat akan lebih mudah terjadi.
5
Agregat yang dipakai terdiri dari agregat dengan berat jenis
yang berbeda-beda, dari 2,5 sampai 2,7, sehingga perlu
sedikit koreksi jika berat jenisnya tidak sama.
6
Perancangan adukan beton cara Inggris ini di Indonesia dikenal
dengan DOE (Departement Of Environment). Perancangan
dengan cara DOE ini dipakai standar perencanaan Departemen
Pekerjaan Umum di Indonesia, dan dimuat dalam buku standar
No. SK. SNI-T – 15 – 1990 – 03 . Dalam perencanaan ini
digunakan grafik dan tabel.
Cara DOE ini mempunyai kekurangan antara lain :
Jenis agregat yang ditetapkan sebagai batu pecah dan alami
saja tampaknya sulit, karena sering walaupun agregat alami
tetapi bentuk dan permukaannya tidak bulat atau halus.
Kekasaran permukaan butir merupakan hal yang sulit diukur,
dan ini berpengaruh terhadap jumlah air yang diperoleh.
Diagram proporsi agregat halus terhadap agregat total yang
dipakai, sulit mendapatkan hasil yang tepat.
Diagram hubungan antara faktor air semen dan kuat tekan
rata-rata silinder beton tidak sama untuk berbagai jenis
agregat yang dipakai untuk beton.
7
Pada pelaksanaan mencari proporsi campuran antara agregat
halus dan agregat kasar dengan cara menaburkan agregat
halus , kemudian diketuk perlahan-lahan. Pada
pelaksanaannya sering terjadi bahwa apabila mengetuknya
terlalu keras agregat kasar akan lari mengambang ke atas
dan agregat halus turun menyusup ke bawah sehingga tidak
jadi mengisi rongga-rongga sebagaimana diharapkan.
8
BAB II
DATA PERANCANGAN CAMPURAN BETON
9
10,00 -
4,80 125.00
2,40 587.00
1,20 958.00
0,60 1,125.00
0,30 657.00
0,15 425.00
Sisa 75.00
Jumlah 3,952.00
20 -
10 26,584.00
5 6,548.00
2,4 2,351.00
1,2 1,745.00
0,6 1,252.00
0,3 512.00
0,15 250.00
10
Sisa 15.00
Jumlah 39,257.00
BAB III
PERANCANGAN ADUKAN BETON
MENURUT STANDAR No. SK.SNI.T – 15 – 1990 -03
11
Sehingga diperoleh :
fcr’ = 22,5 + 12 = 34,5 Mpa.
12
Grafik 3 – 1 Grafik Hubungan Antara Kuat Tekan dan Faktor Air Semen
Untuk Benda Uji Silinder (diameter 150 mm, tinggi 300 mm)
13
silinder beton yang akan diperoleh jika dipakai faktor air semen
0,50. Jenis kerikil ataupun umur beton yang direncanakan,
maka dapat diperoleh kuat tekan beton seandainya dipakai fas
0,50.
Lihat Grafik 3-2. Lukislah titik A pada gambar grafik 3-2 dengan
nilai fas 0,50 (sebagai absis) dan kuat tekan beton yang
diperoleh dari tabel 3-1 (sebagai ordinat). Pada titik A tersebut
kemudian dibuat grafik baru yang bentuknya sama dengan 2
grafik yang sudah ada didekatnya. Selanjutnya ditarik garis
mendatar dari sumbu tegak di kiri pada kuat tekan rata-rata
yang dikehendaki sampai memotong grafik baru tersebut. Dari
titik potong itu kemudian ditarik garis ke bawah sampai
memotong sumbu mendatar dan dapatlah dibaca nilai faktor air
semen yang dicari.
Batu Pecah 19 27 37 45
III Alami 21 28 38 44
Batu Pecah 25 33 44 48
14
Faktor Air Semen
15
Dari pembacaan grafik tersebut di atas maka diperoleh nilai fas =
0,53
16
SO3 dlm SO3
Total SO3 campuran dalam
% air : tanah air tanah
=2:1
< 0,20 < 1,00 < 0,30 Tipe dengan atau Pozolan 0,50
(15 - 40 %)
0,20 - 1,00 - 0,30 - Tipe I tanpa Pozolan 0,50
0,50 1,90 1,20
Tipe dengan atau Pozolan 0,55
(15 - 40 %)
Atau semen portlan pozolan
Tipe II dan V 0,55
0,50 - 1,90 - 1,20 - Tipe dengan atau Pozolan 0,45
1,00 3,10 2,50 (15 - 40 %)
Atau semen portlan pozolan
Tipe II dan V 0,45
1,00 - 3,10 - 2,50 - Tipe II dan V 0,45
2,00 5,60 5,00
> 2,00 >5,60 > 5,00 Tipe II dan V,dan lapisan 0,45
pelindung
Dari ketiga tabel tersebut maka diperoleh bahwa nilai faktor air
semen maksimum adalah 0,60.
Dari uraian di atas kita mendapatkan 3 nilai faktor air semen yaitu :
Fas 1 = 0,46
Fas 2 = 0,53
17
Fas 3 = 0,60
Maka yang dipakai untuk mendesain perancangan adukan beton
adalah nilai fas terendah yaitu : fas = 0,46
Maksim
Pemakaian Beton Minimum
um
Dinding, Plat Pondasi dan Pondasi
12,50 5,00
telapak bertulang
Fondasi telapak tak bertulang, koison
9,00 2,50
dan struktur di bawah tanah
Pelat, Balok, kolom dan dinding 15,00 7,50
Pengerasan Jalan 7,50 5,00
Pembetonan Masal 7,50 2,500
18
Dari data agregat kita mendapat bahwa agregat maksimum yang
dipakai adalah 20 mm
Dari tabel di atas, berdasarkan data yang adal yaitu : Agregat kasar
yang dipakai adalah Batu Pecah dengan diameter maksimum = 20
mm , dan nilai slump yang dipakai adalah = 10 cm , maka
kebutuhan air = 225 liter
fas = 0,46
19
225
WSemen kg 490 kg
0,46
20
Tabel 3- Kandungan semen minimum untuk beton yang
5.a berhubungan
Dengan air tanah yang mengandung
sulfat
Kandungan semen
Berhubungan minimum
Tipe Semen Ukuran maksimum agregat
dengan
(mm)
40 20
21
Air tawar Semua tipe I - V 280 300
Tipe I + Pozolan (15
– 40 %) 340 380
Air Payau
Atau S.P. Pozolan
Tipe II atau V 290 330
Air Laut Tipe II atau V 330 370
22
3.13 Perhitungan Gradasi Agregat halus
Berdasarkan data agregat yang ada maka pencampuran agregat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Dari pengayakan Pasir diperoleh hasil :
sebagai berikut
Lubang Berat Berat
Berat Tertinggal Berat Butir
Ayakan Tertinggal Tertinggal
Komulatif yang lewat
(mm) (gram) (%)
(%) (%)
100.0
10,00 - - -
0
96.8
4,80 125.00 3.16 3.16
4
81.9
2,40 587.00 14.85 18.02
8
57.7
1,20 958.00 24.24 42.26
4
29.2
0,60 1,125.00 28.47 70.72
8
12.6
0,30 657.00 16.62 87.35
5
1.9
0,15 425.00 10.75 98.10
0
Sisa 75.00 1.90
Jumlah 3,952.00 100.00 319.61
319,61
Nilai Modulus Halus butir Pasir = 3,20
100,00
20 - - - 100.00
23
5 6,548.00 16.68 84.40 15.60
634,00
Nilai Modulus Halus butir Batu Pecah = 6,34
100,00
100,00
Maka persen berat Batu Pecah adalah : x 100 % 65 %
153,07
48
42 44
42 43
40
35 36
34 35
30
27 28 28
23 23
20 21 21
16
14
12 11
9
5
5
3
2 2
0 01
0
0,15 0,30 0,60 1,20 2,40 5,00 10,0 20,0
Lubang Ayakan (mm)
25
rafik 3 – 3 Grafik Prosentase Agregat halus terhadap agregat
keseluruhan
untuk ukuran butir maksimum 20 mm
Berdasarkan data :
Agregat kasar maksimum = 20 cm
Nilai Slump = 10 cm
Faktor air semen = 0,46
Maka dipakai grafik 3-6 b. dan diperoleh prosentase berat agregat
halus terhadap agregat campuran sebesar = 35 %
27
Dari grafik tersebut kita dapatkan bahwa berat jenis beton
adalah = 2.413 kg/M3
28
WBtau pecah = WAC - WPasir = 1637 - 573 = 1.064 kg/M3
29
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
30
kg/m3
: 573
20 Kebutuhan agregat halus (dihitung)
kg/m3
: 1.064
21 Kebutuhan agregat kasar (dihitung)
kg/m3
Kesimpulan :
4.2 S a r a n
Dalam perhitungan di atas, agregat halus dan agregat kasar
dianggap dalam keadaan jenuh kering muka, sehngga di lapangan
yang ada pada umumnya keadaan agregat tidak jenuh kering muka,
maka harus dilakukan koreksi terhadap kebutuhan bahannya. Koreksi
harus dilakukan minimum satu kali perhari.
Hitungan koreksi dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
Ah A1 A A2
1) Air = A xB k xC
100 100
Ah A1
2) Agregat Halus = B xB
100
Ak A2
3) Agregat Kasar = C xC
100
dimana :
A = Jumlah Kebutuhan Air (liter/m3)
B = Jumlah Kebutuhan Agregat Halus (kg/m3)
C = Jumlah Kebutuhan Agregat Kasar (kg/m3)
31
Ah = Kadar air sesungguhnya dalam agregat halus (%)
Ak = Kadar air sesungguhnya dalam agregat kasar (%)
A1 = Kadar air pada agregat halus jenuh kering muka (%)
A2 = Kadar air pada agregat Kasar jenuh kering muka (%)
Makalah :
32
METODE PERANCANGAN CAMPURAN
BETON
Oleh
33