Anda di halaman 1dari 10

Analisis SWOT Produk PT Kimia Farma

Filed under: Tugas — Tinggalkan komentar


Maret 12, 2010

Latar Belakang

Analisa SWOT adalah sebuah bentuk analisa situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif
(memberi gambaran). Analisa ini menempatkan situasi dan kondisi sebagai sebagai faktor
masukan, yang kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya masing-masing. Satu hal yang
harus diingat baik-baik oleh para pengguna analisa SWOT, bahwa analisa SWOT adalah semata-
mata sebuah alat analisa yang ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi atau
yang mungkin akan dihadapi oleh organisasi, dan bukan sebuah alat analisa ajaib yang mampu
memberikan jalan keluar yang cespleng bagi masalah-masalah yang dihadapi oleh organisasi.

Analisa ini terbagi atas empat komponen dasar yaitu :

1. Strength (S), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari organisasi atau
program pada saat ini.
2. Weakness , adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari organisasi
atau program pada saat ini.
3. Opportunity (O), adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar organisasi
dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi dimasa depan.
4. Threat (T), adalah situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi yang datang dari
luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi organisasi dimasa depan.

Jenis-Jenis Analisis SWOT

1. Model Kuantitatif

Sebuah asumsi dasar dari model ini adalah kondisi yang berpasangan antara S dan W, serta O
dan T. Kondisi berpasangan ini terjadi karena diasumsikan bahwa dalam setiap kekuatan selalu
ada kelemahan yang tersembunyi dan dari setiap kesempatan yang terbuka selalu ada ancaman
yang harus diwaspadai. Ini berarti setiap satu rumusan Strength (S), harus selalu memiliki satu
pasangan Weakness dan setiap satu rumusan Opportunity (O) harus memiliki satu pasangan
satu Threath (T).

Kemudian setelah masing-masing komponen dirumuskan dan dipasangkan, langkah selanjutnya


adalah melakukan proses penilaian. Penilaian dilakukan dengan cara memberikan skor pada
masing -masing subkomponen, dimana satu subkomponen dibandingkan dengan subkomponen
yang lain dalam komponen yang sama atau mengikuti lajur vertikal. Subkomponen yang lebih
menentukan dalam jalannya organisasi, diberikan skor yang lebih besar. Standar penilaian dibuat
berdasarkan kesepakatan bersama untuk mengurangi kadar subyektifitas penilaian.

2. Model Kualitatif
Urut-urutan dalam membuat Analisa SWOT kualitatif, tidak berbeda jauh dengan urut-urutan
model kuantitatif, perbedaan besar diantara keduanya adalah pada saat pembuatan subkomponen
dari masing-masing komponen. Apabila pada model kuantitatif setiap subkomponen S memiliki
pasangan subkomponen W, dan satu subkomponen O memiliki pasangan satu subkomponen T,
maka dalam model kualitatif hal ini tidak terjadi. Selain itu, SubKomponen pada masing-masing
komponen (S-W-O-T) adalah berdiri bebas dan tidak memiliki hubungan satu sama lain. Ini
berarti model kualitatif tidak dapat dibuatkan Diagram Cartesian, karena mungkin saja misalnya,
SubKomponen S ada sebanyak 10 buah, sementara subkomponen W hanya 6 buah.

Sebagai alat analisa, analisa SWOT berfungsi sebagai panduan pembuatan peta. Ketika telah
berhasil membuat peta, langkah tidak boleh berhenti karena peta tidak menunjukkan kemana
harus pergi, tetapi peta dapat menggambarkan banyak jalan yang dapat ditempuh jika ingin
mencapai tujuan tertentu. Peta baru akan berguna jika tujuan telah ditetapkan. Bagaimana
menetapkan tujuan adalah bahasan selanjutnya yaitu membangun visi-misi organisasi atau
program.

Pembahasan

Kimia Farma merupakan pioner dalam industri farmasi Indonesia. Cikal bakal perusahaan dapat
dirunut balik ke tahun 1917, ketika NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co., perusahaan
farmasi pertama di Hindia Timur, didirikan. Sejalan dengan kebijakan nasionalisasi eks
perusahaan-perusahaan Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan
farmasi menjadi PNF Bhinneka Kimia Farma. Selanjutnya pada tanggal 16 Agustus 1971 bentuk
hukumnya diubah menjadi Perseroan Terbatas, menjadi PT Kimia Farma (Persero). Sejak
tanggal 4 Juli 2001 Kimia Farma tercatat sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta dan
Bursa Efek Surabaya.

Berbekal tradisi industri yang panjang selama lebih dari 187 tahun dan nama yang identik
dengan mutu, hari ini Kimia Farma telah berkembang menjadi sebuah perusahaan pelayanan
kesehatan utama di Indonesia yang kian memainkan peranan penting dalam pengembangan dan
pembangunan bangsa dan masyarakat.

Terjadinya krisis ekonomi yang multidimensi berdampak pada meningkatnya harga obat-obatan
terutama harga obat paten/merek dagang, kondisi ini sekaligus berakibat pada tidak dapat
terpenuhinya kebutuhan kesehatan masyarakat yang tengah mengalami penurunan daya beli.
Guna menanggulangi kondisi tersebut dibutuhkan adanya peran serta industri farmasi khususnya
dalam memproduksi, mengembangkan dan memasyarakatkan obat-obatan yang harganya
terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat baik diwilayah perkotaan maupun pedesaan. Salah
satu bentuk peran serta industri farmasi yang tengah dilakukan adalah dengan memasarkan dan
memasyarakatkan obat generik.

Strength / kekuatan :

Kimia Farma merupakan perusahaan yang mengeluarkan produk-produk kesehatan untuk


masyarakat. Banyak produk-produk kimia farma yang menjadi inovator dengan mengembangkan
obat-obatan serta rumusan kimia baru baik dengan kemampuan sendiri ataupun melalui aliansi
strategis dengan mitra internasional. Serta banyak menghasilkan produk-produk baru yang
berbasis teknologi tinggi.

Obat generik merupakan salah satu produk farmasi yang kompetitif karena memiliki keunggulan
harga lebih murah 2 – 8 kali harga obat paten/merek dagang pertamanya dan memiliki kualitas
yang sama dengan obat merek dagang pertamanya.

Kebijakan memasyarakatkan dan memasarkan obat generik yang dilakukan oleh perusahaan juga
sejalan dengan meningkatnya jumlah permintaan konsumen akan obat secara keseluruhan yang
mencapai 9,93% per kapita, serta 92% potensi pasar bisnis industri farmasi di Indonesia masih
belum terpenuhi. Hal tersebut menjadi peluang bisnis yang kompetitif bagi 200 industri farmasi
yang ada di Indonesia termasuk PT. Kimia Farma Tbk. untuk lebih mengembangkan obat
generik sehingga mampu memiliki daya saing strategis dan dapat meningkatkan kemampu
labaan. Guna mengantisipasi persaingan bisnis yang kompetitif di pasar industri farmasi
khususnya dalam memasarkan maka pihak manajemen PT. Kimia Farma Tbk. harus
mengupayakan untuk menerapkan strategi bersaing.

Faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan oleh PT. Kimia Farma Tbk. dalam menghadapi
persaingan bisnis obat generik meliputi ; pengetahuan dan persepsi masyarakat terhadap kualitas
obat generik, faktor peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan serta faktor kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan, merupakan keseluruhan faktor yang menjadi dasar
pertimbangan dalam memasarkan obat generik.

Weakness / kelemahan :

Kinerja atribut/variabel obat generik sebagai berikut ; kinerja atribut kemasan dan variasi
(keragaman) obat generik memiliki penilaian yang negatif, sehingga pihak manajemen
perusahaan perlu menetapkan upaya/tindakan untuk lebih meningkatkan kemasan produk agar
lebih menarik perhatian dan meyakinkan konsumen serta menambah varian-varian baru agar
konsumen memiliki pilihan alternatif dalam mengkonsumsi obat generik.

Opportunity / peluang :

1. Besarnya penduduk Indonesia dan masih rendahnya konsumsi obat perkapita menyebabkan
pasar potensial yang bisa dikembangkan.

2. Kecenderungan berkembangnya Sistem Penanganan Kesehatan yang wajar yang dapat


menyalurkan tenaga dokter termasuk dokter spesialis yang dibutuhkan.

Threat / ancaman :

1. Adanya kompetisi internal yang cukup keras. Sesuatu yang diistilahkannya “perang saudara”
terutama terjadi di jalur pemasaran. Lebih spesifik lagi, di produk-produk farmasi yang berada di
kategori yang sama.
2. Adanya krisis ekonomi telah membuat daya beli obat rakyat Indonesia menurun sehingga
mengancam kelangsungan hidup industri farmasi nasional terutama untuk pasar lokal.

3· Legal sistem belum dapat menanggulangi obat palsu secara efektif sehingga harga obat
menjadi lebih sulit dikontrol.

4· Semakin luasnya pasar yang ingin dicapai, yaitu menembus pasar internasional akan semakin
meningkat pula pesaing-pesaing bisnis farmasi.

ANALISIS SWOT PRODUK SANBE FARMA

A. Profil Perusahaan
PT Sanbe Farma didirikan pada tahun 1975 di Bandung oleh Jahja Santoso bersaudara. Lokasi
pabrik: Kp Cimuncang (Ds Utama Leuwigajah, Cimahi) dan kantornya berada di Jl Taman Sari
(Bandung). Nama Sanbe merupakan singkatan dari Santoso bersaudara (Jahja Santoso adalah
seorang apoteker lulusan ITB). Kegiatan utama yaitu memproduksi dan juga menjual obat-
obatan. Pada mulanya Sanbe memproduksi obat-obat etikal, th1985 Sanbe memproduksi juga
obat-obatan untuk hewan. Tahun 1992, Sanbe mulai memasuki pasar obat bebas (OTC) dengan
salah satu merk andalannya yaitu Sanaflu. Sekarang, Sanbe menduduki peringkat terbaik di
Indonesia.
PT Sanbe Farma Menjadi Perusahaan farmasi nomor 1 di Indonesia. Banyak maneuver yang
dilakukan oleh perusaahaan ini hingga menjadi leader obat. PT Sanbe Farma menduduki
peringkat tertinggi di antara perusahaan farmasi di Indonesia berdasarkan laporan IMS dengan
jumlah karyawan lebih dari 1500 orang. Empat di antara 15 produk etikal terbaik diproduksi oleh
Sanbe Farma. Keempat produk tersebut adalah Amoxsan (Amoxycillin), Cefat (Cefadroxil),
Claneksi (Co-AmoxyClav) and Baquinor (Ciprofloxacin). Delapan pabrik di Indonesia telah
menggunakan cGMP dengan standar Internasional dengan Sanbe salah satunya.

B. Latar belakang
Analisa SWOT adalah sebuah bentuk analisa situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif
(memberi gambaran). Analisa ini menempatkan situasi dan kondisi sebagai sebagai faktor
masukan, yang kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya masing-masing. Satu hal yang
harus diingat baik-baik oleh para pengguna analisa SWOT, bahwa analisa SWOT adalah semata-
mata sebuah alat analisa yang ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi atau
yang mungkin akan dihadapi oleh organisasi, dan bukan sebuah alat analisa ajaib yang mampu
memberikan jalan keluar yang cespleng bagi masalah-masalah yang dihadapi oleh organisasi.

Analisa ini terbagi atas empat komponen dasar yaitu :


1. Strength (S), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari organisasi atau
program pada saat ini.
2. Weakness (W), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari organisasi atau
program pada saat ini.
3. Opportunity (O), adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar organisasi dan
memberikan peluang berkembang bagi organisasi dimasa depan.
4. Threat (T), adalah situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi yang datang dari luar
organisasi dan dapat mengancam eksistensi organisasi dimasa depan.

C. Jenis-Jenis Analisis SWOT


1. Model Kuantitatif
Sebuah asumsi dasar dari model ini adalah kondisi yang berpasangan antara S dan W, serta O
dan T. Kondisi berpasangan ini terjadi karena diasumsikan bahwa dalam setiap kekuatan selalu
ada kelemahan yang tersembunyi dan dari setiap kesempatan yang terbuka selalu ada ancaman
yang harus diwaspadai. Ini berarti setiap satu rumusan Strength (S), harus selalu memiliki satu
pasangan Weakness (W) dan setiap satu rumusan Opportunity (O) harus memiliki satu pasangan
satu Threath (T).
Kemudian setelah masing-masing komponen dirumuskan dan dipasangkan, langkah selanjutnya
adalah melakukan proses penilaian. Penilaian dilakukan dengan cara memberikan skor pada
masing -masing subkomponen, dimana satu subkomponen dibandingkan dengan subkomponen
yang lain dalam komponen yang sama atau mengikuti lajur vertikal. Subkomponen yang lebih
menentukan dalam jalannya organisasi, diberikan skor yang lebih besar. Standar penilaian dibuat
berdasarkan kesepakatan bersama untuk mengurangi kadar subyektifitas penilaian.
2. Model Kualitatif
Urut-urutan dalam membuat Analisa SWOT kualitatif, tidak berbeda jauh dengan urut-urutan
model kuantitatif, perbedaan besar diantara keduanya adalah pada saat pembuatan subkomponen
dari masing-masing komponen. Apabila pada model kuantitatif setiap subkomponen S memiliki
pasangan subkomponen W, dan satu subkomponen O memiliki pasangan satu subkomponen T,
maka dalam model kualitatif hal ini tidak terjadi. Selain itu, SubKomponen pada masing-masing
komponen (S-W-O-T) adalah berdiri bebas dan tidak memiliki hubungan satu sama lain. Ini
berarti model kualitatif tidak dapat dibuatkan Diagram Cartesian, karena mungkin saja misalnya,
SubKomponen S ada sebanyak 10 buah, sementara subkomponen W hanya 6 buah.
Sebagai alat analisa, analisa SWOT berfungsi sebagai panduan pembuatan peta. Ketika telah
berhasil membuat peta, langkah tidak boleh berhenti karena peta tidak menunjukkan kemana
harus pergi, tetapi peta dapat menggambarkan banyak jalan yang dapat ditempuh jika ingin
mencapai tujuan tertentu. Peta baru akan berguna jika tujuan telah ditetapkan. Bagaimana
menetapkan tujuan adalah bahasan selanjutnya yaitu membangun visi-misi organisasi atau
program.

D. Analisis SWOT

1. Strength/Kekuatan
Pada bagian produksi, Sanbe merupakan pemimpin dalam penelitian bioavaibilitas dan
bioekivalen produk obat dengan menggunakan standard GCP dan GLP yang terbaru.
Laboratorium Sanbe telah terakreditasi oleh National Accredited Body (KAN) sehingga
memperoleh ISO/IEC 17025:2005, dan juga diakui oleh BPOM.
Sanbe juga menerima sertifikat Good Manufacturing Practice (GMP) dari Health Science
Authority (HSA) Singapura pada pabrik atau bangunan preparasi steril.
Sanbe berpedoman pada GMP yang meliputi semua rekomendasi dari World Health
Organization (WHO). Hal ini membuktikan bahwa pabrik pengolahan obat yang steril milik
Sanbe telah memenuhi Standard Uni Eropa A
Kualitas SDM:
• Memiliki lobi dan jaringan dokter yang kuat
• Memiliki pemimpin perusahaan yang ulet, tegas, dan jeli menangkap peluang pasar dan turun
tangan dalam semua kegiatan yang berlangsung dalam perusahaan.
• Karyawan merupakan orang-orang yang berkualitas. (Sdm karyawan didayagunakan efektif
dan efisien).
Memilik pabrik infus steril kemasan softbag yang canggih dan yang pertama di Indonesia, serta
memiliki keunggulan teknologi pembuatan infus yang pertama dan satu-satunya di Asia
Tenggara, yaitu sistem sterilisasi 121° C, selama 15 menit. Sehingga produk infus yang
dihasilkan oleh Sanbe berkualitas jauh lebih tinggi dibanding merek lainnyaDalam penjualan
untuk obat generik, meluncurkan produk generik yang tergolong lebih murah dibanding produk
perusahaan farmasi lainnya. Sanbe merajai pasar produk ethical sehingga dapat menekan biaya
promosi/iklan (tidak seperti produk OTC). Memiliki kekuatan dalam mengontrol distribusi obat-
obatannya. Ini terutama karena produk mereka didistribusikan oleh distributor tunggal, PT Bina
San Prima.

2. Weakness/Kelemahan
PT. Sanbe Farma Belum mampu mengelola sumber daya manusia secara profesional à sistem
human resources atau people management belum kokoh. Menurut pandangan Jahja B Soenarjo,
CEO Direction Strategy Consulting : gaya Jahja Santoso dalam memimpin perusahaan masih
konvensional sehingga Sanbe belum menerapkan prinsip-prinsip manajemen secara profesional.
Jahja Santoso belum memberi kekuasaan secara penuh (masih setengah percaya pada putra dan
orang-orang kepercayaannya).

3. Opportunity/Peluang
a. Besarnya penduduk Indonesia dan masih rendahnya konsumsi obat per kapita.
b. Sanbe Farma memiliki international operations di 12 negara. Dengan demikian, kesempatan
Sanbe Farma untuk menjadi pemain global semakin terbuka lebar.
c. 12 Januari 2006, Sanbe Farma meresmikan pabrik infus steril kemasan softbag pertama di
Indonesia, bahkan di Asia Tenggara. Pasar infus saat ini masih lenggang pemain. Satu-satunya
saingan yang leading di bisnis ini hanyalah PT Otsuka Indonesia, sehingga kesempatan Sanbe
Farma untuk memasuki pasar infus masih sangat besar.
d. Dibukanya Santosa Bandung International Hospital. RS ini akan menjadi rumah sakit pertama
untuk pendistribusian Infus dan beberapa produk baru Sanbe Farma lainnya
Infus menyasar pasar menegah ke atas. Dengan semakin bertumbuh suburnya rumah sakit
mewah (Brawijaya Woman and Children Hospital, Siloam Geneagles, Medikaloka Health Care),
produk Sanbe Farma ini akan dengan mudah diserap olah pasar.

e. Sanbe Farma Mendirikan San-Clin-Eq, sebuah lembaga pengujian BA/BE, dengan peluang
pasar yang menjanjikan dan jumlah pemain yang masih lenggang, peluang San-Clin-Eq bersaing
di industri pengujian BA/BE masih sangat besar.
4. Treath/Ancaman

a. Persaingan pasar produk infus sangat ketat, karena pasar produk infus dikuasai oleh Otsuka.
Hal tersebut merupakan tantangan bagi sanbe untuk bisa merebut pasar infuse di Indonesia.
Sanbe harus menerapkan manajemen SDM yang professional sehingga dapat menjamin adanya
regenerasi yang akhirnya diharapkan tetap bisa mempertahankan sanbe sebagai perusahaan
farmasi no 1 di Indonesia.
b. Banyaknya medrep dari perusahaan farmasi lain yang kemampuannya tidak bisa diabaikan
sehingga sanbe perlu meningkatkan kembali kinerja personal selling (medical representative)
c. Menjamin bahwa produk me-too yang dipasarkan oleh Sanbe telah melewati uji BA/BE,
mengingat pada tahun 2008 semua produk me-too harus memenuhi syarat BA/BE dan tidak
hanya diberi logo atau dibubuhi merk dagang. Dengan demikian, sanbe bisa tetap bersaing
dengan originator (korporasi multinasional pemegang paten awal) maupun pesaing lokal. Masa
kini, sebagian masyarakat Indonesia mulai beralih menggunakan produk herbal. Oleh karena itu,
sanbe perlu melakukan inovasi produk dengan berusaha memproduksi obat-obat herbal.
d. Adanya krisis ekonomi telah membuat daya beli obat rakyat Indonesia menurun sehingga
mengancam kelangsungan hidup industri farmasi nasional terutama untuk pasar lokal.
e. Semakin luasnya pasar yang ingin dicapai, yaitu menembus pasar internasional akan semakin
meningkat pula pesaing-pesaing bisnis farmasi.

Farmasi di Cina, India, dan Indonesia


1. Farmasi Cina
Ilmu farmasi awalnya berkembang dari para tabib dan pengobatan tradisional yang
berkembang di Yunani, Timur Tengah, Asia kecil, Cina, dan Wilayah Asia lainnya. Mulanya
“ilmu pengobatan” dimiliki oleh orang tertentu secara turun-temurun dari keluarganya. Di
Negara Cina, para tabib mendapatkan ilmunya dari keluarga secara turun-temurun. Itu gambaran
dari “ilmu farmasi” kuno di Cina. (Dheelis, 2012).
Buku tentang bahan obat-obatan pertama kali ditulis di Cina sekitar 2735 SM. Para
pengguna awal Cina dikenal pada materi medica adalah Shennong Bencao Jing (Herb-Akar
Klasik Petani Divine), datang kembali keabad 1. Bahan-bahan tersebut dikumpulkan selama
dinasti Han dan dikaitkan dengan mitos Shennong. Literature sebelumnya termasuk daftar resep
untuk penyakit tertentu, dicontohkan oleh “Resep untuk 52 Penyakit” manuskrip, ditemukan di
makam Mawangdui, pada 168 SM.
Kefarmasian di Cina menurut legenda pertama kali dikembangkan oleh Shen Nung (sekitar
2000 SM). Seorang kepala suku yang telah mencari dan menginvestigasikan khasiat obat dari
ratusan herbal. Beliau diyakini mencobakan beberapa herbal tersebut terhadap dirinya sendiri,
serta menulis Pen T-Sao pertama, tulisan tentang herbal-herbal asli yang berisikan 365 jenis
obat-obatan. Sesuatu yang masih dipuja oleh orang Cina asli penghasil obat sebagai wujud
perlindungan Tuhan untuk mereka. Shen Nung secara menakjubkan menguji beberapa herbal,
kulit kayu, dan akar diperoleh dari ladang, rawa-rawa, dan hutan yang masih dikenal dalam
bidang kefarmasian hingga kini.
Menggunakan background “Pa Kua”, suatu simbol matematis dari penciptaan dari
penciptaan dan kehidupan. Tanaman-tanaman obat yang ditemukan oleh Shen Nung antara lain
podophyllum, rhubarb, ginseng, stramonium, kulit kayu, cinnamon, dan ma huang, atau disebut
juga ephedra. (Anonim, 2016).

2. Farmasi India
Pada kemerdekaan pada tahun 1947, India warisan sistem untuk profesi farmasi dari
penguasa Inggris yang terorganisir dan tidak ada pembatasan hukum atas praktik farmasi.
Konsep praktik farmasi tidak menyadari sampai setelah kemerdekaan diperoleh. Pada tahun
1948, Farmasi Act5 diberlakukan sebagai standar minimum pertama bangsa kualifikasi
pendidikan untuk praktik farmasi untuk mengatur praktek, pendidikan, dan profesi farmasi.
Saat ini, salah satu kebutuhan setidaknya diploma di apotek untuk praktek sebagai seorang
apoteker. Ketentuan UU diimplementasikan melalui Farmasi Dewan India (PCI) 0,6 Undang-
undang mengharuskan masing-masing negara untuk mendirikan dewan farmasi negara yang
bertanggung jawab untuk mengendalikan dan mendaftarkan apoteker di negara masing-masing.
Sepanjang makalah ini kata "institusi" telah digunakan untuk menggambarkan kedua perguruan
tinggi atau sekolah dan universitas. Bahasa Inggris adalah satu-satunya bahasa pengantar untuk
semua lembaga farmasi. (Basak, 2010).

3. Farmasi Indonesia
Farmasi sebagai profesi di Indonesia sebenarnya relatif masih muda dan baru dapat
berkembang secara berarti setelah masa kemerdekaan. Pada zaman penjajahan, baik pada masa
pemerintahan Hindia Belanda maupun masa pendudukan Jepang, kefarmasian di Indonesia
pertumbuhannya sangat lambat, dan profesi ini belum dikenal secara luas oleh masyarakat.
Sampai proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, para tenaga farmasi Indonesia pada
umumnya masih terdiri dari asisten apoteker dengan jumlah yang sangat sedikit.
Tenaga apoteker pada masa penjajahan umumnya berasal dari Denmark, Austria, Jerman
dan Belanda. Namun, semasa perang kemerdekaan, kefarmasian di Indonesia mencatat sejarah
yang sangat berarti, yakni dengan didirikannya Perguruan Tinggi Farmasi di Klaten pada tahun
1946 dan di Bandung tahun 1947. Lembaga Pendidikan Tinggi Farmasi yang didirikan pada
masa perang kemerdekaan ini mempunyai andil yang besar bagi perkembangan sejarah
kefarmasian pada masa-masa selanjutnya.
Dewasa ini kefarmasian di Indonesia telah tumbuh dan berkembang dalam dimensi yang
cukup luas dan mantap. Industri farmasi di Indonesia dengan dukungan teknologi yang cukup
luas dan mantap. Industri farmasi di Indonesia dengan dukungan teknologi yang cukup modern
telah mampu memproduksi obat dalam jumlah yang besar dengan jaringan distribusi yang cukup
luas. Sebagian besar, sekitar 90% kebutuhan obat nasional telah dapat dipenuhi oleh industri
farmasi dalam negeri
Demikian pula peranan profesi farmasi pelayanan kesehatan juga semakin berkembang dan
sejajar dengan profesi-profesi kesehatan lainnya Selintas Sejarah Kefarmasian Indonesia
1. Periode Zaman Penjajahan sampai Perang Kemerdekaan
Tonggak sejarah kefarmasian di Indonesia pada umumnya diawali dengan pendidikan
asistem apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda.
2. Periode Setelah Perang Kemerdekaan Sampai dengan Tahun 1958
Pada periode ini jumlah tenaga farmasi, terutama tenaga asisten apoteker mulai
bertambah jumlah yang relatif lebih besar. Pada tahun 1950 di Jakarta dibuka sekolah asisten
apoteker Negeri (Republik) yang pertama, dengan jangka waktu pendidikan selama dua tahun.
Lulusan angkatan pertama sekolah asisten apoteker ini tercatat sekitar 30 orang, sementara itu
jumlah apoteker juga mengalami peningkatan, baik yang berasal dari pendidikan di luar negeri
maupun lulusan dari dalam negeri.
3. Periode Tahun 1958 sampai dengan 1967
Pada periode ini meskipun untuk memproduksi obat telah banyak dirintis, dalam
kenyataannya industri-industri farmasi menghadapi hambatan dan kesulitan yang cukup berat,
antara lain kekurangan devisa dan terjadinya sistem penjatahan bahan baku obat sehingga
industri yang dapat bertahan hanyalah industri yang memperoleh bagian jatah atau mereka yang
mempunyai relasi dengan luar negeri.
Pada periode ini, terutama antara tahun 1960 – 1965, karena kesulitan devisa dan keadaan
ekonomi yang suram, industri farmasi dalam negeri hanya dapat berproduksi sekitar 30% dari
kapasitas produksinya. Oleh karena itu, penyediaan obat menjadi sangat terbatas dan sebagian
besar berasal dari impor. Sementara itu karena pengawasan belum dapat dilakukan dengan baik
banyak terjadi kasus bahan baku maupun obat jadi yang tidak memenuhi persyaratan standar.
(Nguyen, Tiffany, 2008).

DAFTAR PUSTAKA
1. Dheelis. 2012. Sejarah Farmasi. https://dheelis.wordpress.com/2012/04/30/sejarah-farmasi/.
(20 Oktober 2016).
2. Anonim. 2016. History of Pharmacy. https://en.wikipedia.org/wiki/History_of_pharmacy.
(20 Oktober 2016).
3. Basak, C.Subal. 2010. Pharmacy Education in India.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2879119/
(21 Oktober 2016).
4. Nguyen,Tiffany. 2008. Sejarah Kefarmasian Indonesia.
https://pharmacy07.wordpress.com/2008/09/20/sejarah-kefarmasian-indonesia/ (20 Oktober
2016).

Diposting oleh Farmasi A di 06.51


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Anda mungkin juga menyukai