Gangguan Agorafobia
Agorafobia berasal dari bahasa Yunani yang berarti “takut kepada pasar” yang sugestif untuk
ketakutan berada di tempat-tempat terbuka dan ramai. Orang-orang dengan agoraphobia takut
untuk pergi berbelanja di tok0-toko yang penuh sesak; berjalan di jalan ramai; menyebrangi
jembatan; naik bus, kereta api, atau mobil; makan dirumah makan; atau keluar dari rumah.
Klien mengalami tingkat ansietas atau takut tertinggi yang berlangsung 15 samapi 30 menit
disertai empat atau lebih gejala gangguan panic, selain itu ada gejala-gejala berikut :
Takut terhadap tempat atau situasi yang individu yakin bahwa serangan panic atau
perilaku yang memalukan akan terjadi atau terhadap tempat atau situasi yang diyakini
tidak mungkin melarikan diri darinya.
Menghindari tempat atau situasi tersebut, distress yang ekstrem
Individu menyadari bahwa responnya ekstrem.
Gejala Agorafobia tanpa Gangguan panic
Sangat khawatir akan memperlihatkan perilaku seperti panic ketika berada
diluar rumah atau ketika berada di blok atau kota tempat tinggal, berada
bersama orang lain dilingkungan luar rumah.
Menghindari situasi tersebut atau menoleransi hanya ketika merasa stress
dan takut.
Individu menyadari bahwa responnya ekstrem.
Gangguan Agorafobia
Agorafobia berasal dari bahasa Yunani yang berarti “takut kepada pasar”
yang penuh sesak; berjalan di jalan ramai; menyebrangi jembatan; naik bus,
kereta api, atau mobil; makan dirumah makan; atau keluar dari rumah.
samapi 30 menit disertai empat atau lebih gejala gangguan panic, selain itu
serangan panic atau perilaku yang memalukan akan terjadi atau terhadap
tempat atau situasi yang diyakini tidak mungkin melarikan diri darinya.
berada diluar rumah atau ketika berada di blok atau kota tempat tinggal,
Fisiologi Kecemasan
amigdaloid. Sebaliknya amigdala dirusak, reaksi takut beserta manisfestasi otonom dan
endokrinnya tidak terjadi pada keadaan- keadaan normalnya menimbulkan reaksi dan
manisfestasi tersebut, terdapat banyak bukti bahwa nuclei amigdaloid bekerja menekan
memori- memori yang memutuskan rasa takut masuknya sensorik aferent yang
memicu respon takut terkondisi berjalan langsung dengan peningkatan aliran darah
bilateral ke berbagai bagian ujung anterior kedua sisi lobus temporalis. Sistem saraf
otonom yang mengendalikan berbagai otot dan kelenjar tubuh. Pada saat pikiran dijangkiti
rasa takut, sistem saraf otonom menyebabkan tubuh bereaksi secara mendalam,
jantung berdetak lebih keras, nadi dan nafas bergerak meningkat, biji mata membesar,
proses pencernaan dan yang berhubungan dengan usus berhenti, pembuluh darah
darah. Akhirnya, darah di alirkan ke seluruh tubuh sehingga menjadi tegang dan
Jawab :
1) Faktor eksternal
a. Ancaman integritas fisik, meliputi ketidakmampuan
fisiologis atau gangguan terhadap terhadap kebutuhan dasar
(penyakit, trauma fisik, jenis pembedahan yang akan
dilakukan).
b. Ancaman sistem diri antara lain : ancaman terhadap
identitas diri, harga diri, dan hubungan interpersonal,
kehilangan serta perubahan status atau peran (Stuart and
Sundeen, 1998).
2) Faktor internal :
Menurut Stuart and Sundeen (1998) kemampuan individu
dalam merespon terhadap penyebab kecemasan ditemukan
oleh :
a. Potensi stressor
Stressor psikososial merupakan setiap keadaan atau
peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan
seseorang sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi
(Smeltzer&Bare, 2001).
b. Maturitas
Individu yang memiliki kematangan kepribadian lebih sukar
mengalami gangguan akibat kecemasan, karena individu
yang matur mempunyai daya adaptasi yang lebih besar
terhadap kecemasan (Hambly, 1995).
c. Pendidikan dan status ekonomi
Tingkat pendidikan dan status ekonomi yang rendah akan
menyebabkan orang tersebut mudah mengalami kecemasan.
Tingkat pendidikan seseorang atau individu akan
berpengaruh terhadap kemampuan berfikir, semakin tinggi
tingkat pendidikan akan semakin mudah berfikir rasional
dan menangkap informasi baru termasuk dalam
menguraikan masalah yang baru (Stuart&Sundeen, 1998).
d. Keadaan fisik
Seseorang yang akan mengalami gangguan fisik seperti
cidera, operasi akan mudah mengalami kelelahan fisik
sehingga lebih mudah mengalami kecemasan, di samping itu
orang yang mengalami kelelahan fisik mudah mengalami
kecemasan (Oswari, 1998).
e. Tipe kepribadian
Orang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami
gangguan akibat kecemasan daripada orang dengan
kepribadian B. Adapun ciri- ciri orang dengan kepribadian A
adalah tidak sabar, kompetitif, ambisius, ingin serba
sempurna, merasa diburu waktu, mudah gelisah, tidak dapat
tenang, mudah tersinggung, otot- otot mudah tegang.
Sedang orang dengan tipe kepribadian B mempunyai ciri-
ciri berlawanan dengan tipe kepribadian A. Karena tipe
keribadian B adalah orang yang penyabar, teliti, dan
rutinitas (Stuart&Sundeen, 1998).
f. Lingkungan dan situasi
Seseorang yang berada di lingkungan asing ternyata lebih
mudah mengalami kecemasan dibanding bila dia berada di
lingkungan yang biasa dia tempati (Hambly, 1995).
g. Umur
Seseorang yang mempunyai umur lebih muda ternyata lebih
mudah mengalami gangguan akibat kecemasan daripada
seseorang yang lebih tua, tetapi ada juga yang berpendapat
sebaliknya (Varcoralis, 2000).
h. Jenis kelamin
Gangguan panik merupakan suatu gangguan cemas yang
ditandai oleh kecemasan yang spontan dan episodik.
Gangguan ini lebih sering dialami oleh wanita daripada pria
(Varcoralis, 2000).
menggigil
Teori biologis
- System saraf otonom
Stimulasi Sistem saraf otonom menyebabkan gejala tertentu
kardiovaskuler, gastrointestinal, dan pernapasan. Manifestasi
kecemasan perifer tersebut tidak khusus terhadap kecemasan
maupun tidak selalu berhubungan dengan pengalaman kecemasan
subyektif.
- Neurotransmitter
NE agonis adrenergic beta (isoproterenol) dan antagonis
alfa 2 (co : yohimbin) mencetuskan serangan panic. Agonis alfa
2 (clonidin) menurunkan gejala cemas
Serotonin antidepresan serotonergik (clomipramine) punya
efek terapetik gangguan obsesif kompulsif, busprione untuk
obat gangguan cemas, fonfluromine menyebabkan pelepasan
serotonin sehingga menyebabkan peningkatan kecemasan pd
pasien dgn gangguan kecemasan.
GABA dalam gangguan kecemasan didukung paling kuat
oleh manfaat benzodiazepine yang tidak dapat dipungkiri,
yang meningkatkan aktivitas GABA pd reseptor GABAa di dalam
pengobatan beberapa jenis gangguan kecemasan.
- Pencitraan otak
Contoh: pada gangguan anxietas didapati kelainan di korteks
frontalis, oksipital, temporalis. Pada gangguan panik didapati
kelainan pada girus para hipokampus.
- Penelitian genetic
Penelitian ini mendapatkan, hampir separuh dan semua pasien
dengan gangguan panik memiliki sekurangnya satu sanak saudara
yang juga menderita gangguan.
- Neuroanatomis
Tiga neurotrasmiter utama yang berhubungan dengan kecemasan
berdasarkan penelitian pada binatang dan respon terhadap terapi
obat yaitu : norepinefrin, serotonin dan gamma-aminobutyric acid.
Synopsis of Psychiatry Volume I, Kaplan and Sadock
Gejala Kecemasan
Penderita yang mengalami kecemasan biasanya memiliki gejala-gejala yang khas dan terbagi
dalam beberapa fase, yaitu :
a. Fase 1
Keadan fisik sebagaimana pada fase reaksi peringatan, maka tubuh mempersiapkan diri untuk
fight (berjuang), atau flight (lari secepat-cepatnya). Pada fase ini tubuh merasakan tidak enak
sebagai akibat dari peningkatan sekresi hormon adrenalin dan nor adrenalin.
Oleh karena itu, maka gejala adanya kecemasan dapat berupa rasa tegang di otot dan
kelelahan, terutama di otot-otot dada, leher dan punggung. Dalam persiapannya untuk
berjuang, menyebabkan otot akan menjadi lebih kaku dan akibatnya akan menimbulkan nyeri
dan spasme di otot dada, leher dan punggung. Ketegangan dari kelompok agonis dan
antagonis akan menimbulkan tremor dan gemetar yang dengan mudah dapat dilihat pada jari-
jari tangan (Wilkie, 1985). Pada fase ini kecemasan merupakan mekanisme peningkatan dari
sistem syaraf yang mengingatkan kita bahwa system syaraf fungsinya mulai gagal mengolah
informasi yang ada secara benar (Asdie, 1988).
b. Fase 2
Disamping gejala klinis seperti pada fase satu, seperti gelisah, ketegangan otot, gangguan
tidur dan keluhan perut, penderita juga mulai tidak bisa mengontrol emosinya dan tidak ada
motifasi diri (Wilkie, 1985).
Labilitas emosi dapat bermanifestasi mudah menangis tanpa sebab, yang beberapa saat
kemudian menjadi tertawa. Mudah menangis yang berkaitan dengan stres mudah diketahui.
Akan tetapi kadang-kadang dari cara tertawa yang agak keras dapat menunjukkan tanda
adanya gangguan kecemasan fase dua (Asdie, 1988). Kehilangan motivasi diri bisa terlihat
pada keadaan seperti seseorang yang menjatuhkan barang ke tanah, kemudian ia berdiam diri
saja beberapa lama dengan hanya melihat barang yang jatuh tanpa berbuat sesuatu (Asdie,
1988).
c. Fase 3
Keadaan kecemasan fase satu dan dua yang tidak teratasi sedangkan stresor tetap saja
berlanjut, penderita akan jatuh kedalam kecemasan fase tiga. Berbeda dengan gejala-gejala
yang terlihat pada fase satu dan dua yang mudah di identifikasi kaitannya dengan stres, gejala
kecemasan pada fase tiga umumnya berupa perubahan dalam tingkah laku dan umumnya
tidak mudah terlihat kaitannya dengan stres. Pada fase tiga ini dapat terlihat gejala seperti :
intoleransi dengan rangsang sensoris, kehilangan kemampuan toleransi terhadap sesuatu yang
sebelumnya telah mampu ia tolerir, gangguan reaksi terhadap sesuatu yang sepintas terlihat
sebagai gangguan kepribadian (Asdie, 1988).
Faktor Presipitasi
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau
eksternal. Stressor pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2
katagori :
1. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi
ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya
kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup sehari- hari.
2. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat
membahayakan identitas, harga diri dan fungsi sosial yang
terintegrasi seseorang.
Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi
Tujuan yang ingin dicapai dengan melakukan koping ini adalah individu
memenuhi kebutuhan.
personal seseorang.
2. Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Koping ini
ego diri biasanya mekanisme ini tidak membantu untuk mengatasi masalah
secara realita.
Tipe kepribadian
MEDICASTORE.COM
Gemetar / tremor
Tremor dapat didefinisikan sebagai gerakan bergetar involunter dan
ritmis yang disebabkan oleh kontraksi otot berlawanan secara
bergantian yang sinkron dan irregular. Kualitas ritmis tersebut
membedakan tremor dari gerakan involunter lain.
Dua kategori umum dari tremor ialah fisiologis (normal) dan
patologik (abnormal)
Tremor fisiologis
- merupakan fenomena normal, yang muncul pada semua grup otot
yang berkontraksi dan berlangsung selama keadaan bangun dan
bahkan pada fase-fase tidur tertentu. Pergerakan yang terjadi sangat
halus sehingga hampir tidak dapat dilihat oleh mata telanjang.
Umumnya deteksi dilakukan dengan menggunakan instrumen
khusus.
- Kisaran frekuensinya antara 8-13 Hz. Pada orang dewasa, frekuensi
dominan adalah 10 Hz dan kurang pada anak-anak dan orang tua.
- Beberapa hipotesis telah dikemukakan untuk menjelaskan tremor
fisiologi. Salah satu hipotesis tradisional menyebutkan bahwa tremor
merupakan refleksi vibrasi pasif jaringan tubuh yang dihasilkan oleh
aktivitas mekanik dari jantung (ballistocardiogram). Tentu saja itu
bukanlah penjelasan keseluruhan dari tremor fisiologis. Seperti yang
dikemukakan oleh Marsden, beberapa faktor tambahan (seperti input
spindle, sinyal yang tidak menyatu pada motor neuron, dan frekuensi
resonansi natural dan inersia otot dan struktur lain) mungkin
memegang peranan lebih besar.
Tremor abnormal
Tremor abnormsal tertentu (seperti variasi metabolik dari tremor
postural atau aksi, dan paling tidak satu tipe dari tremor familial)
disebut sebagai tremor fisiologis yang berlebihan (enhanced
physiologic tremor). 1
Tremor abnormal atau patologik, seperti yang dimaksud jika
menggunakan kata ‘tremor’ dalam kondisi klinis, mempengaruhi grup
otot tertentu dan muncul hanya pada saat keadaan bangun. Grup
otot yang dipengaruhi ialah bagian distal anggota gerak (terutama jari
dan tangan), bagian proksimal anggota gerak (lebih jarang), kepala,
lidah, rahang, atau pita suara, dan batang tubuh (jarang).
Frekuensi paling sering adalah 4-7 Hz, atau sekitar setengah dari
frekuensi tremor fisiologis. Pada orang yang terkena, frekuensi
tersebut terbagi rata pada semua bagian yang terkena. Dengan
menggunakan electromyography (EMG) dan alat perekam mekanik,
tremor abnormal dibagi berdasarkan frekuensinya, hubungan dengan
postur anggota gerak dan pergerakan volunter, pola aktivitas EMG
(synchronous or alternating) pada grup otot lawannya, dan respon
terhadap obat-obatan tertentu.1
Norepinefrin
Serotonin
Badan sel pada sebagian besar neuron serotonergik berlokasi di nukleus raphe di
batang otak rostral dan berjalan ke korteks serebral, sistem limbik, dan hipotalamus.
Pemberian obat serotonergik pada binatang menyebabkan perilaku yang mengarah
pada kecemasan. Beberapa laporan menyatakan obat-obatan yang menyebabkan
pelepasan serotonin, menyebabkan peningkatan kecemasan pada pasien dengan
gangguan kecemasan.
Sistem saraf tak sadar disebut juga saraf otonom adalah sistem saraf
yang bekerja tanpa diperintah oleh sistem saraf pusat dan terletak
khusus pada sumsum tulang belakang.
Sistem saraf otonom neuron-neuron motorik yang mengatur kegiatan
organ-organ dalam (jantung, paru-paru, ginjal, kelenjar keringat, otot
polos sistem pencernaan, otot polos pembuluh darah)
Respon sistem saraf otonom terhadap rasa takut dan ansietas
aktivitas involunter pada tubuh yang termasuk dalam mekanisme
pertahanan diri.
Serabut saraf simpatis “ mengaktifkan” tanda-tanda vital pada setiap
tanda bahaya untuk mempersiapkan pertahanan tubuh.
Kelenjar adrenal melepas adrenalin (epinefrin), yang menyebabkan
tubuh mengambil lebih banyak oksigen, medilatasi pupil, dan
meningkatkan tekanan arteri serta frekuensi jantung sambil membuat
konstriksi pembuluh darah perifer dan memirau darah dari sistem
gastrointestinal dan reproduksi serta meningkatkan glikogenolisis
menjadi glukosa bebas guna menyokong jantung, otot, dan sistem
saraf pusat.
Ketika bahaya telah berakhir, serabut saraf parasimpatis membalik
proses ini dan mengembalikan tubuh ke kondisi normal sampai tanda
ancaman berikutnya mengaktifkan kembali respons simpatis
(Videbeck, 2008).
Ansietas menyebabkan respons kognitif, psikomotor, dan fisiologis
yang tidak nyaman, misalnya kesulitan berpikir logis, peningkatan
aktivitas motorik, agitasi, dan peningkatan tanda-tanda vital. Untuk
mengurangi perasaan tidak nyaman, individu mencoba mengurangi
tingkat ketidaknyaman tersebut dengan melakukan perilaku adaptif
yang baru atau mekanisme pertahanan. Perilaku adaptif dapat menjadi
hal yang positif dan membantu individu beradaptasi dan belajar,
misalnya : menggunakan teknik imajinasi untuk memfokuskan kembali
perhatian pada pemandangan yang indah, relaksasi tubuh secara
berurutan dari kepala sampai jari kaki, dan pernafasan yang lambat
dan teratur untuk mengurangi ketegangan otot dan tanda-tanda vital.
Respons negatif terhadap ansietas dapat menimbulkan perilaku
maladaptif, seperti sakit kepala akibat ketegangan, sindrom nyeri, dan
respons terkait stress yang menimbulkan efisiensi imun (Videbeck,
2008).
sekunder:
1) Kecemasan Primer
2) Kecemasan Sekunder
Takut
Fobia
- Adalaah kecemasan yang luar biasa , terus menerus dan tidak
realistis, sebagai respon terhadap keadaan eksternal tertentu
- Penderita biasanya menghindari keadaan-keadaan yang bisa
memicu terjadinya kecemasan atau menjalaninya dengan penuh
tekanan. Penderita menyadari bahwa kecemasan yang timbul
adalah berlebihan dan karena itu mereka sadar bahwa mereka
memiliki masalah.
- Perbedaan cemas, takut dan panik
F40.0 Agorafobia
Pedoman diagnostik :
Pedoman diagnostik :
Semua kriteria dibawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti :
Fobia social, suatu kategori fobia yang berbeda, individu menjadi sangat cemas sampai panic
atau tidak mampu ketika menghadapi situasi yang melibatkan banyak orang, misalnya
menghadiri acara social ssendirian, berinteraksi dengan lawan jenis atau orang yang belum
dikenal dan menyampaikan keluhan (DSM-IV-TR, 2000).
2. Gangguan Agorafobia
Agorafobia berasal dari bahasa Yunani yang berarti “takut kepada pasar” yang sugestif untuk
ketakutan berada di tempat-tempat terbuka dan ramai. Orang-orang dengan agoraphobia takut
untuk pergi berbelanja di tok0-toko yang penuh sesak; berjalan di jalan ramai; menyebrangi
jembatan; naik bus, kereta api, atau mobil; makan dirumah makan; atau keluar dari rumah.
Klien mengalami tingkat ansietas atau takut tertinggi yang berlangsung 15 samapi 30 menit
disertai empat atau lebih gejala gangguan panic, selain itu ada gejala-gejala berikut :
o Takut terhadap tempat atau situasi yang individu yakin bahwa serangan panic
atau perilaku yang memalukan akan terjadi atau terhadap tempat atau situasi
yang diyakini tidak mungkin melarikan diri darinya.
o Menghindari tempat atau situasi tersebut, distress yang ekstrem
o Individu menyadari bahwa responnya ekstrem.
Gejala Agorafobia tanpa Gangguan panic
o Sangat khawatir akan memperlihatkan perilaku seperti panic ketika berada
diluar rumah atau ketika berada di blok atau kota tempat tinggal, berada
bersama orang lain dilingkungan luar rumah.
o Menghindari situasi tersebut atau menoleransi hanya ketika merasa stress dan
takut.
o Individu menyadari bahwa responnya ekstrem.
12. Terapi
dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu
3) Cukup olahraga.
4) Tidak merokok.
b. Terapi psikofarmaka.
yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam,
c. Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau
somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang
bersangkutan.
d. Psikoterapi
suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar pasien yang
bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta percaya diri.
keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan
e. Terapi psikoreligius
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang
13. DD
Gang.cemas
Menurut PPDGJ
F40 gangguan Anxietas fobik
F40.0 argofobia
F40.00 argofobia tanpa gangguan panik
F40.01 argofobia dengan gangguan panik
F40.1 fobia sosial
F40.2 fobia khas (terisolasi)
F40.8 gangguan anxietas fobik lainnya
F40.9 gangguan anxietas fobik YTT
F41 gangguan anxietas lainnya
F41.0 gangguan panik (anxietas paroksismal episodik)
F41.1 gangguan anxietas menyeluruh
F41.2 gangguan campuran anxietas dan depresif
F41.3 gangguan anxietas campuran lainnya
F41.8 gangguan anxietas lainnya YDT
F41.9 gangguan anxietas YTT
F42 Ggn Obsesif-Kompulsif
F43 Reaksi terhadap Stres Berat & Gangguan Penyesuaian
F44 Ggn Disosiatif ( Konversi )
F44.0 Amnesia Disosiatif
F44.2 Stupor Disosiatif
F44.3 Ggn Trans dan Kesurupan
F44.7Ggn Disosiatif Campuran
F45 gangguan somatoform
F45.0 gangguan somatisasi
F45.1 gangguan somatoform tak terinci
F45.2 gangguan hipokondrik
F45.3 disfungsi otonomik somatoform
.30 jantung dan sistem kardiovaskuler
.31 saluran pencernaan bagian atas
.32 saluran pencernaan bagian bawah
.33 sistem pernafasan
.34 sistem genitourinaria
.38 sistem atau organ lainnya
F45.4 gangguan nyeri somatoform lainnya
F45.8 gangguan somatoform lainnya
F45.9 gangguan somatoform YTT
F48 Ggn Neurotik Lainnya
F48.0 Neurastenia
F48.1 Sindroma Depersonalisasi - Derealisasi
GANGGUAN NEUROSIS , SOMATOFORM DA GANGGUAN TERKAIT STRESS
Penatalaksanaan
Farmakologis:
Benzodiazepine, penghambat MAOI, zat pemblok beta ( demam panggung)
Amat cemas ditambah klorazepam im atau iv
Non farmakologis ;
Terapi kognitif : mengintervensi kadar keyakinan yg salah
Mengontrol ketakutan : control nafas dalam
Agoraphobia tanpa riwayat Dicirikan oleh adanya agoraphobia dan gejala yang
gangguan panic menyerupai panic, tanpa serangan panic yang tidak diduga.
Fobia spesifik Dicirikan oleh kecemassan yang signifikan secra klinis, yang
dipicu oleh pengenalan terhadap objek atau situasi spesifik
yang menyebabkan takut, sering menimbulkan perilaku
menghindar.
Fobia social Dicirikan oleh kecemasan yang signifikan secara klinis, yang
dipicu oleh pengenalan terhadap jenis situasi social atau
penampilan social; sering menimbulkan perilaku
menghindar.
Gangguan obsesif-kompulsif
Dicirikan oleh obsesi yang menyebabkan kecemasan atau
distress yang khas dan /atau kompulsi (yang dilakukan untuk
menetralkan kecemasan)
Gangguan stress
pascatraumatik.
Dicirikan oleh pengalaman yang berulang tentang suatu
kejadian yang sangat traumatic, diiringi oleh gejala
peningkatan rangasangan dan dengan penghindaran stimulus
yang dikaitkan dengan trauma.
Gangguan stress akut Dicirikan oleh gejala yang sama dengan gangguan stress
pascatraumatic yang terjadi segraa, menyusul kejadian yang
sangat traumatic.