Anda di halaman 1dari 42

STEP 3

1. Kenapa keluhan ini muncul ketika ia berada ditempat umum?

Gangguan Agorafobia

Agorafobia berasal dari bahasa Yunani yang berarti “takut kepada pasar” yang sugestif untuk
ketakutan berada di tempat-tempat terbuka dan ramai. Orang-orang dengan agoraphobia takut
untuk pergi berbelanja di tok0-toko yang penuh sesak; berjalan di jalan ramai; menyebrangi
jembatan; naik bus, kereta api, atau mobil; makan dirumah makan; atau keluar dari rumah.

 Gejala gangguan panic dengan Agorafobia

Klien mengalami tingkat ansietas atau takut tertinggi yang berlangsung 15 samapi 30 menit
disertai empat atau lebih gejala gangguan panic, selain itu ada gejala-gejala berikut :

 Takut terhadap tempat atau situasi yang individu yakin bahwa serangan panic atau
perilaku yang memalukan akan terjadi atau terhadap tempat atau situasi yang diyakini
tidak mungkin melarikan diri darinya.
 Menghindari tempat atau situasi tersebut, distress yang ekstrem
 Individu menyadari bahwa responnya ekstrem.
 Gejala Agorafobia tanpa Gangguan panic
 Sangat khawatir akan memperlihatkan perilaku seperti panic ketika berada
diluar rumah atau ketika berada di blok atau kota tempat tinggal, berada
bersama orang lain dilingkungan luar rumah.
 Menghindari situasi tersebut atau menoleransi hanya ketika merasa stress
dan takut.
 Individu menyadari bahwa responnya ekstrem.
 Gangguan Agorafobia

 Agorafobia berasal dari bahasa Yunani yang berarti “takut kepada pasar”

yang sugestif untuk ketakutan berada di tempat-tempat terbuka dan ramai.

Orang-orang dengan agoraphobia takut untuk pergi berbelanja di took-toko

yang penuh sesak; berjalan di jalan ramai; menyebrangi jembatan; naik bus,

kereta api, atau mobil; makan dirumah makan; atau keluar dari rumah.

 v Gejala gangguan panic dengan Agorafobia

 Klien mengalami tingkat ansietas atau takut tertinggi yang berlangsung 15

samapi 30 menit disertai empat atau lebih gejala gangguan panic, selain itu

ada gejala-gejala berikut :


 · Takut terhadap tempat atau situasi yang individu yakin bahwa

serangan panic atau perilaku yang memalukan akan terjadi atau terhadap

tempat atau situasi yang diyakini tidak mungkin melarikan diri darinya.

 · Menghindari tempat atau situasi tersebut, distress yang ekstrem

 · Individu menyadari bahwa responnya ekstrem.

 v Gejala Agorafobia tanpa Gangguan panic

 · Sangat khawatir akan memperlihatkan perilaku seperti panic ketika

berada diluar rumah atau ketika berada di blok atau kota tempat tinggal,

berada bersama orang lain dilingkungan luar rumah.

 · Menghindari situasi tersebut atau menoleransi hanya ketika merasa

stress dan takut.

 · Individu menyadari bahwa responnya ekstrem.

2. Kenapa pasien sering merasa khawatir cemas dan ketakutan?

Fisiologi Kecemasan

Reaksi takut dapat terjadi melalui perangsangan hipotalamus dan nuclei

amigdaloid. Sebaliknya amigdala dirusak, reaksi takut beserta manisfestasi otonom dan

endokrinnya tidak terjadi pada keadaan- keadaan normalnya menimbulkan reaksi dan

manisfestasi tersebut, terdapat banyak bukti bahwa nuclei amigdaloid bekerja menekan

memori- memori yang memutuskan rasa takut masuknya sensorik aferent yang

memicu respon takut terkondisi berjalan langsung dengan peningkatan aliran darah

bilateral ke berbagai bagian ujung anterior kedua sisi lobus temporalis. Sistem saraf

otonom yang mengendalikan berbagai otot dan kelenjar tubuh. Pada saat pikiran dijangkiti

rasa takut, sistem saraf otonom menyebabkan tubuh bereaksi secara mendalam,

jantung berdetak lebih keras, nadi dan nafas bergerak meningkat, biji mata membesar,
proses pencernaan dan yang berhubungan dengan usus berhenti, pembuluh darah

mengerut, tekanan darah meningkat, kelenjar adrenal melepas adrenalin ke dalam

darah. Akhirnya, darah di alirkan ke seluruh tubuh sehingga menjadi tegang dan

selanjunya mengakibatkan tidak bisa tidur (Ganong, 1998).

Jawab :
1) Faktor eksternal
a. Ancaman integritas fisik, meliputi ketidakmampuan
fisiologis atau gangguan terhadap terhadap kebutuhan dasar
(penyakit, trauma fisik, jenis pembedahan yang akan
dilakukan).
b. Ancaman sistem diri antara lain : ancaman terhadap
identitas diri, harga diri, dan hubungan interpersonal,
kehilangan serta perubahan status atau peran (Stuart and
Sundeen, 1998).

2) Faktor internal :
Menurut Stuart and Sundeen (1998) kemampuan individu
dalam merespon terhadap penyebab kecemasan ditemukan
oleh :
a. Potensi stressor
Stressor psikososial merupakan setiap keadaan atau
peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan
seseorang sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi
(Smeltzer&Bare, 2001).
b. Maturitas
Individu yang memiliki kematangan kepribadian lebih sukar
mengalami gangguan akibat kecemasan, karena individu
yang matur mempunyai daya adaptasi yang lebih besar
terhadap kecemasan (Hambly, 1995).
c. Pendidikan dan status ekonomi
Tingkat pendidikan dan status ekonomi yang rendah akan
menyebabkan orang tersebut mudah mengalami kecemasan.
Tingkat pendidikan seseorang atau individu akan
berpengaruh terhadap kemampuan berfikir, semakin tinggi
tingkat pendidikan akan semakin mudah berfikir rasional
dan menangkap informasi baru termasuk dalam
menguraikan masalah yang baru (Stuart&Sundeen, 1998).
d. Keadaan fisik
Seseorang yang akan mengalami gangguan fisik seperti
cidera, operasi akan mudah mengalami kelelahan fisik
sehingga lebih mudah mengalami kecemasan, di samping itu
orang yang mengalami kelelahan fisik mudah mengalami
kecemasan (Oswari, 1998).
e. Tipe kepribadian
Orang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami
gangguan akibat kecemasan daripada orang dengan
kepribadian B. Adapun ciri- ciri orang dengan kepribadian A
adalah tidak sabar, kompetitif, ambisius, ingin serba
sempurna, merasa diburu waktu, mudah gelisah, tidak dapat
tenang, mudah tersinggung, otot- otot mudah tegang.
Sedang orang dengan tipe kepribadian B mempunyai ciri-
ciri berlawanan dengan tipe kepribadian A. Karena tipe
keribadian B adalah orang yang penyabar, teliti, dan
rutinitas (Stuart&Sundeen, 1998).
f. Lingkungan dan situasi
Seseorang yang berada di lingkungan asing ternyata lebih
mudah mengalami kecemasan dibanding bila dia berada di
lingkungan yang biasa dia tempati (Hambly, 1995).
g. Umur
Seseorang yang mempunyai umur lebih muda ternyata lebih
mudah mengalami gangguan akibat kecemasan daripada
seseorang yang lebih tua, tetapi ada juga yang berpendapat
sebaliknya (Varcoralis, 2000).
h. Jenis kelamin
Gangguan panik merupakan suatu gangguan cemas yang
ditandai oleh kecemasan yang spontan dan episodik.
Gangguan ini lebih sering dialami oleh wanita daripada pria
(Varcoralis, 2000).

Menurut Frued dalam Stuart and Sundeen (1998), ada 2 tipe


kecemasan yaitu:
a. Kecemasan primer
Kejadian traumatik yang diawali saat bayi akibat adanya
stimuli tiba- tiba dan trauma pada saat kelahiran, kemudian
berlanjut dengan kemungkinan tidak tercapainya rasa puas
akibat kelaparan atau kehausan. Penyebab kecemasan
primer adalah ketegangan atau dorongan yang diakibatkan
oleh faktor internal.
b. Kecemasan sub sekunder
Sejalan dengan peningkatan ego dan usia. Frued melihat ada
jenis kecemasan lain akibat konflik emosi diantara 2 elemen
kepribadian yaitu id dan super ego. Freud menjelaskan bila
terjadi kecemasan maka posisi ego sebagai pengembang id
dan super ego berada pada kondisi bahaya.
Sedangkan menurut Rasmun (2004), kemampuan individu
dalam merespon kecemasan dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Antara lain:
1) Sifat stressor dapat berubah secara tiba- tiba atau
berangsur- angsur dan dapat mempengaruhi seseorang dalam
menanggapi kecemasan, tergantung mekanisme koping
seseorang.
2) Jumlah stressor yang bersamaan
Pada waktu yang sama terdapat sejumlah stressor yang harus
dihadapi bersama. Semakin banyak stressor yang dialami
seseorang, semakin besar dampaknya bagi fungsi tubuh sehingga
jika terjadi stressor yang kecil dapat mengakibatkan reaksi yang
berlebihan.
3) Lama stressor
Memanjangnya stressor dapat menyebabkan menurunnya
kemampuan individu mengatasi stres, karena individu telah
berada pada fase kelelahan, individu sudah kehabisan tenaga
untuk menghadapi stressor tersebut.
4) Pengalaman masa lalu
Pengalaman masa lalu individu dalam menghadapi kecemasan
dapat mempengaruhi individu ketika menghadapi stressor yang
sama karena karena individu memiliki kemampuan beradaptasi
atau mekanisme koping yang lebih baik, sehingga tingkat
kecemasan pun akan berbeda dan dapat menunjukkan tingkat
kecemasan yang lebih ringan.
5) Tingkat perkembangan
Tingkat perkembangan individu dapat membentuk kemampuan
adaptasi yang semakin baik terhadap stressor. Pada tiap tingkat
perkembangan terdapat sifat stressor yang berbeda sehingga
resiko terjadi stres dan kecemasan akan berbeda pula.

1. Apa saja gejala cemas?

Gx ketegangan motorik Gx hiperaktivitas otonom Kewasdaan berlebihan dan


penangkapan berkurang

1. kedutan otot / 5. nafas pendek / 14. menjadi peka /

gemetar terasa berat mudah ngilu.

2. otot tegang / kaku / 6. berdebar-debar 15. mudah


pegal /linu.
7. telapak tangan terkejut / kaget
3. tidak bisa diam
basah /dingin. 16. sulitkonsentrasi
4. mudah lelah
8. mulut kering 17. sukar tidur

9.pusingmelayang 18. mudah

10.mual, mencret, perut tersinggung.


tak enak.

11. muka panas /

menggigil

12. BAK sering

13.sukar menelan /Rasa


tersumbat.
 Teori psikologis
- Teori psikoanalitik
Freud menyatakan bahwa kecemasan sebagai sinyal, kecemasan
menyadarkan ego untuk mengambil tindakan defensif terhadap
tekanan dari dalam diri. misal dengan menggunakan mekanisme
represi, bila berhasil maka terjadi pemulihan keseimbangan psikologis
tanpa adanya gejala anxietas. Jika represi tidak berhasil sebagai suatu
pertahanan, maka dipakai mekanisme pertahanan yang lain misalnya
konvensi, regresi, ini menimbulkan gejala.
- Teori perilaku
teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu respon
yang dibiasakan terhadap stimuli lingkungan spesifik. Contoh :
seorang dapat belajar untuk memiliki respon kecemasan internal
dengan meniru respon kecemasan orang tuanya (MPJidentitas).
- Teori eksistensial
Konsep dan teori ini adalah, bahwa seseorang menjadi menyadari
adanya kehampaan yang menonjol di dalam dirinya. Perasaan ini
lebih mengganggu daripada penerimaan tentang kenyataan
kehilangan/ kematian seseorang yang tidak dapat dihindari.
Kecemasan adalah respon seseorang terhadap kehampaan eksistensi
tersebut.

 Teori biologis
- System saraf otonom
Stimulasi Sistem saraf otonom menyebabkan gejala tertentu 
kardiovaskuler, gastrointestinal, dan pernapasan. Manifestasi
kecemasan perifer tersebut tidak khusus terhadap kecemasan
maupun tidak selalu berhubungan dengan pengalaman kecemasan
subyektif.
- Neurotransmitter
 NE  agonis adrenergic beta (isoproterenol) dan antagonis
alfa 2 (co : yohimbin) mencetuskan serangan panic. Agonis alfa
2 (clonidin)  menurunkan gejala cemas
 Serotonin  antidepresan serotonergik (clomipramine) punya
efek terapetik gangguan obsesif kompulsif, busprione untuk
obat gangguan cemas, fonfluromine menyebabkan pelepasan
serotonin sehingga menyebabkan peningkatan kecemasan pd
pasien dgn gangguan kecemasan.
 GABA  dalam gangguan kecemasan didukung paling kuat
oleh manfaat benzodiazepine yang tidak dapat dipungkiri,
yang meningkatkan aktivitas GABA pd reseptor GABAa di dalam
pengobatan beberapa jenis gangguan kecemasan.
- Pencitraan otak
Contoh: pada gangguan anxietas didapati kelainan di korteks
frontalis, oksipital, temporalis. Pada gangguan panik didapati
kelainan pada girus para hipokampus.
- Penelitian genetic
Penelitian ini mendapatkan, hampir separuh dan semua pasien
dengan gangguan panik memiliki sekurangnya satu sanak saudara
yang juga menderita gangguan.
- Neuroanatomis
Tiga neurotrasmiter utama yang berhubungan dengan kecemasan
berdasarkan penelitian pada binatang dan respon terhadap terapi
obat yaitu : norepinefrin, serotonin dan gamma-aminobutyric acid.
Synopsis of Psychiatry Volume I, Kaplan and Sadock
Gejala Kecemasan
Penderita yang mengalami kecemasan biasanya memiliki gejala-gejala yang khas dan terbagi
dalam beberapa fase, yaitu :

a. Fase 1

Keadan fisik sebagaimana pada fase reaksi peringatan, maka tubuh mempersiapkan diri untuk
fight (berjuang), atau flight (lari secepat-cepatnya). Pada fase ini tubuh merasakan tidak enak
sebagai akibat dari peningkatan sekresi hormon adrenalin dan nor adrenalin.
Oleh karena itu, maka gejala adanya kecemasan dapat berupa rasa tegang di otot dan
kelelahan, terutama di otot-otot dada, leher dan punggung. Dalam persiapannya untuk
berjuang, menyebabkan otot akan menjadi lebih kaku dan akibatnya akan menimbulkan nyeri
dan spasme di otot dada, leher dan punggung. Ketegangan dari kelompok agonis dan
antagonis akan menimbulkan tremor dan gemetar yang dengan mudah dapat dilihat pada jari-
jari tangan (Wilkie, 1985). Pada fase ini kecemasan merupakan mekanisme peningkatan dari
sistem syaraf yang mengingatkan kita bahwa system syaraf fungsinya mulai gagal mengolah
informasi yang ada secara benar (Asdie, 1988).

b. Fase 2

Disamping gejala klinis seperti pada fase satu, seperti gelisah, ketegangan otot, gangguan
tidur dan keluhan perut, penderita juga mulai tidak bisa mengontrol emosinya dan tidak ada
motifasi diri (Wilkie, 1985).
Labilitas emosi dapat bermanifestasi mudah menangis tanpa sebab, yang beberapa saat
kemudian menjadi tertawa. Mudah menangis yang berkaitan dengan stres mudah diketahui.
Akan tetapi kadang-kadang dari cara tertawa yang agak keras dapat menunjukkan tanda
adanya gangguan kecemasan fase dua (Asdie, 1988). Kehilangan motivasi diri bisa terlihat
pada keadaan seperti seseorang yang menjatuhkan barang ke tanah, kemudian ia berdiam diri
saja beberapa lama dengan hanya melihat barang yang jatuh tanpa berbuat sesuatu (Asdie,
1988).

c. Fase 3

Keadaan kecemasan fase satu dan dua yang tidak teratasi sedangkan stresor tetap saja
berlanjut, penderita akan jatuh kedalam kecemasan fase tiga. Berbeda dengan gejala-gejala
yang terlihat pada fase satu dan dua yang mudah di identifikasi kaitannya dengan stres, gejala
kecemasan pada fase tiga umumnya berupa perubahan dalam tingkah laku dan umumnya
tidak mudah terlihat kaitannya dengan stres. Pada fase tiga ini dapat terlihat gejala seperti :
intoleransi dengan rangsang sensoris, kehilangan kemampuan toleransi terhadap sesuatu yang
sebelumnya telah mampu ia tolerir, gangguan reaksi terhadap sesuatu yang sepintas terlihat
sebagai gangguan kepribadian (Asdie, 1988).
 Faktor Presipitasi
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau
eksternal. Stressor pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2
katagori :
1. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi
ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya
kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup sehari- hari.
2. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat
membahayakan identitas, harga diri dan fungsi sosial yang
terintegrasi seseorang.
 Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi

merupakan faktor utama yang membuat klien berperilaku patologis atau

tidak. Bila individu sedang mengalami kecemasan ia mencoba menetralisasi,

mengingkari atau meniadakan kecemasan dengan mengembangkan pola

koping. Pada kecemasan ringan, mekanisme koping yang biasanya

digunakan adalah menangis, tidur, makan, tertawa, berkhayal, memaki,

merokok, olahraga, mengurangi kontak mata dengan orang lain, membatasi

diri pada orang lain (Suliswati, 2005).


 Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan panik

membutuhkan banyak energi. Menurut Suliswati (2005), mekanisme koping

yang dapat dilakukan ada dua jenis, yaitu :

 1. Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas.

Tujuan yang ingin dicapai dengan melakukan koping ini adalah individu

mencoba menghadapi kenyataan tuntutan stress dengan menilai secara

objektif ditujukan untuk mengatasi masalah, memulihkan konflik dan

memenuhi kebutuhan.

 a. Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi

hambatan pemenuhan kebutuhan.

 b. Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologik

untuk memindahkan seseorang dari sumber stress.

 c. Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang

mengoperasikan, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan

personal seseorang.

 2. Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Koping ini

tidak selalu sukses dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali

digunakan untuk melindungi diri, sehingga disebut mekanisme pertahanan

ego diri biasanya mekanisme ini tidak membantu untuk mengatasi masalah

secara realita.

3. Hubungan gejala dengan usia dan jenis kelamin pasien?


Faktor internal
Usia
- Seseorang yang mempunyai usia yang lebih muda ternyata lebih
mudah mengalami gangguan kaibat kecemasan daripada
seseorang yang lebih tua usianya
Jenis Kelamin
- Sering dialami wanita daripada pria
- Perempuan punya kecemasan lebih tinggi daripada laki-laki 
karena perempuan lebih peka emosinya , yang pada akhirnya peka
juga terhadap perasaan cemasnya. Perbedaan ini dipengaruhi oleh
factor kognitif
- Perempuan cenderung melihat hidup atau peristiwa yang
dialaminya dari segi detail, sedangkan laki-laki cara berpikirnya
cenderung global atau tidak detail
- Individu yang melihat lebih detail , akan juga lebih mudah
dirundung kecemasan karena informasi yang dimilki lebih banyak
dan akhirnya bisa benar2 menekan

Tipe kepribadian

- Orang yang punya kepribadian A lebih mudah mengalami ganguan


akibat kecemasan daripada orang dengan gangguan kepribadian
B. Aapun cirri-ciri dengan kepribadian A adalah tidak Sabar ,
kompetitif, ambisius, dan ingin serba sempurna.

Lingkungan dan situasi

Seseorang yang berada di lingkungan asing ternyata lebih mudah


mengalami kecemasan dibanding bila dia berada di lingkungan yang
biasa ia tempati
 3,8% wanita

 1,8% pada pria

 Sering muncul pada usia 20 tahun

 Dan jarang terjadi pada usia diatas 40 tahun

MEDICASTORE.COM

EPIDEMIOLOGI GANGGUAN CEMAS


1. Gangguan panik :
 Prevalensi 1,5-5% gangguan panik 3-5,6% serangan panik
 Wanita 2-3 kali lebih sering dibanding laki-laki
 Agorafobia 0,6-6% > ¾ penderita agoraphobia dengan
gangguan panik
 Comorbiditas: - 91% pasien gangguan panik dan 84% yang
dengan agoraphobia ada comorbid paling sedikit satu dari
gangguan berikut:
a. Gangguan depresi
b. Gangguan cemas (ansietas) lain
c. Gangguan kepribadian
d. Gangguan yang berkaitan dengan penggunaan zat/obat

2. Gangguan Cemas Menyeluruh:


 Prevalensi 3-8%
 Rasio wanita : pria = ( 2 : 1 )
 Usia datang ke klinik pada umur 20 th (sering)
 Paling sering 50-90% coexists (terjadi bersamaan dengan
gangguan fobia sosial, fobia spesifik, gangguan panik, depresi)

3. Obsesif konpulsi (OCD):


 Prevalensi pada populasi umum. 2-3%
 10% dari pasien berobat jalan pada klinik psikiatri
 Usia rata-rata onset pada 20 th
 Anak laki-laki lebih sering
 Penderita OCD disertai gangguan mental lain, 67% depresi
berat, 25 % social fobia

4. Kenapa keluhan badan sakit semua,kencang didaerah tengkuk dan


gemetar?
KETEGANGAN MOTORIK  kencang di daerah tengkuk dan gemetar

Gemetar / tremor
 Tremor dapat didefinisikan sebagai gerakan bergetar involunter dan
ritmis yang disebabkan oleh kontraksi otot berlawanan secara
bergantian yang sinkron dan irregular. Kualitas ritmis tersebut
membedakan tremor dari gerakan involunter lain.
 Dua kategori umum dari tremor ialah fisiologis (normal) dan
patologik (abnormal)

Tremor fisiologis
- merupakan fenomena normal, yang muncul pada semua grup otot
yang berkontraksi dan berlangsung selama keadaan bangun dan
bahkan pada fase-fase tidur tertentu. Pergerakan yang terjadi sangat
halus sehingga hampir tidak dapat dilihat oleh mata telanjang.
Umumnya deteksi dilakukan dengan menggunakan instrumen
khusus.
- Kisaran frekuensinya antara 8-13 Hz. Pada orang dewasa, frekuensi
dominan adalah 10 Hz dan kurang pada anak-anak dan orang tua.
- Beberapa hipotesis telah dikemukakan untuk menjelaskan tremor
fisiologi. Salah satu hipotesis tradisional menyebutkan bahwa tremor
merupakan refleksi vibrasi pasif jaringan tubuh yang dihasilkan oleh
aktivitas mekanik dari jantung (ballistocardiogram). Tentu saja itu
bukanlah penjelasan keseluruhan dari tremor fisiologis. Seperti yang
dikemukakan oleh Marsden, beberapa faktor tambahan (seperti input
spindle, sinyal yang tidak menyatu pada motor neuron, dan frekuensi
resonansi natural dan inersia otot dan struktur lain) mungkin
memegang peranan lebih besar.

Tremor abnormal
Tremor abnormsal tertentu (seperti variasi metabolik dari tremor
postural atau aksi, dan paling tidak satu tipe dari tremor familial)
disebut sebagai tremor fisiologis yang berlebihan (enhanced
physiologic tremor). 1
 Tremor abnormal atau patologik, seperti yang dimaksud jika
menggunakan kata ‘tremor’ dalam kondisi klinis, mempengaruhi grup
otot tertentu dan muncul hanya pada saat keadaan bangun. Grup
otot yang dipengaruhi ialah bagian distal anggota gerak (terutama jari
dan tangan), bagian proksimal anggota gerak (lebih jarang), kepala,
lidah, rahang, atau pita suara, dan batang tubuh (jarang).
 Frekuensi paling sering adalah 4-7 Hz, atau sekitar setengah dari
frekuensi tremor fisiologis. Pada orang yang terkena, frekuensi
tersebut terbagi rata pada semua bagian yang terkena. Dengan
menggunakan electromyography (EMG) dan alat perekam mekanik,
tremor abnormal dibagi berdasarkan frekuensinya, hubungan dengan
postur anggota gerak dan pergerakan volunter, pola aktivitas EMG
(synchronous or alternating) pada grup otot lawannya, dan respon
terhadap obat-obatan tertentu.1

Table 1. Kisaran frekuensi tremor pada berbagai keadaan.2


14-18 Hz Tremor ortostatik primer
7-12 Hz Tremor fisiologis atau fisiologis
4-12 Hz yang enhanced
4-10 Hz Tremor esensial
3-12 Hz Tremor psikogen
3-10 Hz Sindrom tremor distonik
3-10 Hz Tremor terkait tugas atau posisi
2-12 Hz Tremor Parkinson
2-12 Hz Tremor neuropatik
2-10 Hz Tremor yang diinduksi obat
2-5 Hz Multiple sklerosis
Tremor Holmes
Bain, 2002

Ropper, Allan H. dan Robert H. Brown. Adams and Victor’s Principles of


Neurology. Ed. Ke-8. USA: The McGraw-Hill Companies, 2005: 80-3.

Tengkuk tegang  otot

Otot memiliki tiga kemampuan khusus yaitu :


1. Kontraktibilitas : kemampuan untuk berkontraksi / memendek.
2. Ekstensibilitas : kemampuan untuk melakukan gerakan kebalikan dari
gerakan yang ditimbulkan saat kontraksi.
3. Elastisitas : kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula setelah
berkontraksi. Saat kembali pada ukuran semula otot disebut dalam keadaan
relaksasi.
Otot mempunyai 4 fungsi utama yaitu, kontraktilitas, eksitabilitas,
ekstensibilitas dan elastisitas.
1. Contractility (kontraktilitas) adalah kemampuan otot untuk memendek
dengan kekuatan tertentu. Ketika otot berkontraksi, hal tersebut
menyebabkan pergerakan struktur internal otot (filamen otot) dan akan
menngakibatkan tekanan pada organ dan pembuluh darah.
2. Excitability (eksitabilitas) adalah kemampuan otot untuk merespon
stimulus, dimana umumnya otot, khususnya otot rangka berkontraksi
sebagai akibat stimulasi oleh saraf. Otot polos dan jantung dapat
berkontraksi tanpa stimulus luar, tetapi keduanya juga berkontraksi akibat
stimulus saraf dan hormon.
3. Extensibility (ekstensibilitas) adalah dapat meregang pada panjang tertentu
dengan derajat tertentu.\
4. Elasticity (elastisitas) adalah kemampuan otot untuk kembali ke kondisi
semula setelah melakukan proses meregang
Sumber : MAKALAH ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA SISTEM OTOT Disusun
oleh : CHRISTIANI SIANTURI

5. Mengapa pasien mengeluh berdebar debar kepala pusing dan keringat


dingin(hiperaktivitas otonom)

Sistem saraf otonom


Stresor dapat menyebabkan pelepasan epinefrin dari adrenal melalui mekanisme
berikut ini: Ancaman dipersepsi oleh panca indera, diteruskan ke korteks serebri,
kemudian ke sistem limbik dan RAS (Reticular Activating System), lalu ke
hipotalamus dan hipofisis. Kemudian kelenjar adrenal mensekresikan katekolamin
dan terjadilah stimulasi saraf otonom. Hiperaktivitas sistem saraf otonom akan
mempengaruhi berbagai sistem organ dan menyebabkan gejala tertentu, misalnya:
kardiovaskuler (contohnya: takikardi), muskuler (contohnya: nyeri kepala),
gastrointestinal (contohnya: diare), dan pernafasan (contohnya: nafas cepat).

Tiga neurotransmiter utama yang berhubungan dengan kecemasan adalah


norepinefrin, serotonin, dan gamma-aminobutyric acid (GABA).

Norepinefrin

Pasien yang menderita gangguan kecemasan mungkin memiliki sistem


noradrenergik yang teregulasi secara buruk. Badan sel system noradrenergik
terutama berlokasi di lokus sereleus di pons rostral dan aksonnya keluar ke korteks
serebral, sistem limbik, batang otak, dan medula spinalis. Percobaan pada primata
menunjukkan bahwa stimulasi lokus sereleus menghasilkan suatu respon ketakutan
dan ablasi lokus sereleus menghambat kemampuan binatang untuk membentuk
respon ketakutan. Pada pasien dengan gangguan kecemasan, khususnya gangguan
panik, memiliki kadar metabolit noradrenergik yaitu 3-methoxy-4-
hydroxyphenylglycol (MHPG) yang meninggi dalam cairan serebrospinalis dan urin.

Serotonin
Badan sel pada sebagian besar neuron serotonergik berlokasi di nukleus raphe di
batang otak rostral dan berjalan ke korteks serebral, sistem limbik, dan hipotalamus.
Pemberian obat serotonergik pada binatang menyebabkan perilaku yang mengarah
pada kecemasan. Beberapa laporan menyatakan obat-obatan yang menyebabkan
pelepasan serotonin, menyebabkan peningkatan kecemasan pada pasien dengan
gangguan kecemasan.

Gamma-aminobutyric acid (GABA)

Peranan GABA dalam gangguan kecemasan telah dibuktikan oleh manfaat


benzodiazepine sebagai salah satu obat beberapa jenis gangguan kecemasan.
Benzodiazepine yang bekerja meningkatkan aktivitas GABA pada reseptor GABAA
terbukti dapat mengatasi gejala gangguan kecemasan umum bahkan gangguan
panik. Beberapa pasien dengan gangguan kecemasan diduga memiliki fungsi
reseptor GABA yang abnormal.

 Sistem saraf tak sadar disebut juga saraf otonom adalah sistem saraf
yang bekerja tanpa diperintah oleh sistem saraf pusat dan terletak
khusus pada sumsum tulang belakang.
 Sistem saraf otonom neuron-neuron motorik yang mengatur kegiatan
organ-organ dalam (jantung, paru-paru, ginjal, kelenjar keringat, otot
polos sistem pencernaan, otot polos pembuluh darah)
 Respon sistem saraf otonom terhadap rasa takut dan ansietas 
aktivitas involunter pada tubuh yang termasuk dalam mekanisme
pertahanan diri.
 Serabut saraf simpatis “ mengaktifkan” tanda-tanda vital pada setiap
tanda bahaya untuk mempersiapkan pertahanan tubuh.
 Kelenjar adrenal melepas adrenalin (epinefrin), yang menyebabkan
tubuh mengambil lebih banyak oksigen, medilatasi pupil, dan
meningkatkan tekanan arteri serta frekuensi jantung sambil membuat
konstriksi pembuluh darah perifer dan memirau darah dari sistem
gastrointestinal dan reproduksi serta meningkatkan glikogenolisis
menjadi glukosa bebas guna menyokong jantung, otot, dan sistem
saraf pusat.
 Ketika bahaya telah berakhir, serabut saraf parasimpatis membalik
proses ini dan mengembalikan tubuh ke kondisi normal sampai tanda
ancaman berikutnya mengaktifkan kembali respons simpatis
(Videbeck, 2008).
 Ansietas menyebabkan respons kognitif, psikomotor, dan fisiologis
yang tidak nyaman, misalnya kesulitan berpikir logis, peningkatan
aktivitas motorik, agitasi, dan peningkatan tanda-tanda vital. Untuk
mengurangi perasaan tidak nyaman, individu mencoba mengurangi
tingkat ketidaknyaman tersebut dengan melakukan perilaku adaptif
yang baru atau mekanisme pertahanan. Perilaku adaptif dapat menjadi
hal yang positif dan membantu individu beradaptasi dan belajar,
misalnya : menggunakan teknik imajinasi untuk memfokuskan kembali
perhatian pada pemandangan yang indah, relaksasi tubuh secara
berurutan dari kepala sampai jari kaki, dan pernafasan yang lambat
dan teratur untuk mengurangi ketegangan otot dan tanda-tanda vital.
Respons negatif terhadap ansietas dapat menimbulkan perilaku
maladaptif, seperti sakit kepala akibat ketegangan, sindrom nyeri, dan
respons terkait stress yang menimbulkan efisiensi imun (Videbeck,
2008).

 individu menjadi cemas  menggunakan mekanisme pertahanan


mengurangi rasa cemas kendali terhadap situasi yang
menimbulkan stress. Kebanyakan mekanisme pertahanan timbul dari
alam bawah sadar sehingga individu tidak sadar menggunakannya.
Ketika pasien tidak dapat menjelaskan kecelakaan yang baru saja
dialaminya, pikirannya sedang menggunakan mekanisme represi
(melupakan peristiwa yang menakutkan secara tidak sadar).

 Beberapa individu menggunakan mekanisme pertahanan secara


berlebihan  menghambat pertumbuhan emosional, menyebabkan
buruknya keterampilan menyelesaikan masalah, dan menimbulkan
kesulitan menjalin hubungan.
Sumber : Videbeck, 2008_Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Dalam dekade terakhir, para peneliti otak telah memberikan lebih
banyak bukti bahwa gangguan kecemasan umum terkait dengan faktor
biologis.

Ada reseptor di otak yang menerima neurotransmiter asam


gamma-aminobutyric (GABA).
Ketika GABA ditransmisikan ke reseptor, neuron diperintahkan
untuk berhenti menembak.
Generalized Anxiety Disorder ( gangguan kecemasan) terjadi
ketika GABA tidak dapat mengikat secara akurat ke sel reseptor, atau
ketika ada terlalu sedikit reseptor GABA. Tanpa jumlah yang tepat dari
penerimaan GABA, neuron berlebihan akan, menyebabkan orang untuk
tidak menerima pesan cukup untuk "berhenti". Hasilnya adalah orang
itu terus-menerus tegang, menjadi terlalu cemas dan gelisah  akan
memicu peningkatan saraf simpatis yang akan menimbulkan berbagai
gejala yang telah disebutkan diatas.
Stefan Sibernagl and Florian Lang text and color atlas of
pathophysiology, EGC.2006

6. Jenis jenis cemas?

a. Menurut berdasarkan DSM IV


i. KECEMASAN NORMAL
Perasaan tersebut ditandai dengan rasa ketakutan yang difus,
tidak menyenangkan dan samar-samar, diawali dengan sebuah
sebab yang jelas. seringkali disertai gejala otonom seperti nyeri
kepala, berkeringat, palpitasi, kekakuan pada dada, dan gangguan
lambung ringan. Seseorang yg cemas mungkin juga merasa
gelisah. Kumpulan gejala tertentu yg ditemukan selama
kecemasan cenderung.
ii. KECEMASAN PATOLOGIS
Kecemasan yang didasari tanpa sebab yang jelas dan tidak
berpotensi untuk mengancam jiwanya. Mngkin disertai dengan
gejala otonom seperti kecemasan normal. Kecemasan yang
patologis adalah kecemasan yang berlebihan terhadap stimuli
internal atau eksternal, dan tidak berfungsi untuk menyelamatkan
keutuhan jiwanya.

 Kecemasan id atau impuls berhubungan dengan


ketidaknyamanan primitif dan difus dari seorang bayi jika
mereka merasa terlanda oleh kebutuhan dan stimuli dimana
keadaan tidak berdaya mereka tidak memungkinkan
pengendalian.
 Kecemasan perpisahan terjadi pada anak-anak yang agak besar
tapi masih dalam masa praoedipal, yang takut kehilangan cinta
atau bahkan ditelantarkan oleh orangtuanya jika mereka gagal
mengendalikan dan mengarahkan impulsnya sesuai dengan
standar dan kebutuhan orangtuanya.
 Kecemasan Kastrasi menandai anak oedipal, khususnya dalam
hubungan dengan impuls seksual anak yang sedang
berkembang, dicerminkan dalam kecemasan kastrasi dari
dewasa.
 Kecemasan Superego merupakan akibat langsung dari
perkembangan akhir superego yang menandai berlalunya
kompleks Oedipus dan datangnya periode latensi prapubertal.
Sedangkan berdasarkan sumber timbulnya kecemasan, Freud
(Dalam Calvin S. Hall, 1993) membedakan kecemasan menjadi 3
macam, yaitu :
a. Kecemasan Neurotik (Neurotic Anxiety), yaitu kecemasan yang
berhubungan erat dengan mekanisme pembelaan diri, dan juga
disebabkan oleh perasaan bersalah atau berdosa, konflik-konflik
emosional yang serius, frustasi, serta ketegangan-ketegangan
batin;
b. Kecemasan Moral (Anxiety of moral conscience/super ego), yaitu
rasa takut akan suara hati, di masa lampau pribadi pernah
melanggar norma moral dan bisa di hukum lagi, misalnya takut
untuk melakukan perbuatan yang melanggar ajaran agama;
c. Kecemasan Realistik (Realistic Anxiety), yaitu rasa takut akan
bahaya-bahaya nyata di dunia luar, misalnya takut pada ular
berbisa.

Ada 2 tipe kecemasan yaitu kecemasan primer dan kecemasan

sekunder:

1) Kecemasan Primer

Kejadian traumatik yang diawali saat bayi akibat adanya stimulasi

tiba-tiba dan trauma pada saat persalinan, kemudian berlanjut

dengan kemungkinan tidak tercapainya rasa puas akibat kelaparan


atau kehausan.Penyebab kecemasan primer adalah keadaan

ketegangan atau dorongan yang diakibatkan oleh faktor eksternal.

2) Kecemasan Sekunder

Sejalan dengan peningkatan ego dan usia, frued melihat ada 2

jenis kecemasan lain akibat konflik emosi diantara dua elemen

kepribadian yaitu id dan superego. Frued menjelaskan bila terjadi

kecemasan maka posisi ego sebagai pengembang id dan superego

berada pada kondisi bahaya.

7. Bagaimana cara menilai cemas?


8. Apa klasifikasi tingkat cemas?
Ns Wahyu Ekowati MKep., Sp J UNSOED

9. Apa perbedaan cemas,phobia dan obsesif kompulsif dan panik?

a. Cemas  respon terhadap suatu ancaman yang


sumbernya tidak diketahui, internal, samar-samar atau
konfliktual (memiliki kualitas menyelamatkan hidup)
b. Rasa takut  respon dari suatu ancaman yang asalnya
diketahui, eksternal, jelas atau bahkan bersifat konflik.
c. Panic  tidak disertai dengan adanya stimulus
situasional yang dapat dikenali, spontan dan tidak
diperkirakan. terjadi anxietas berat (severe attack of
autonomic anxiety) selama 1 bulan, serangan disertai
(4 gejala/lebih) gejala spt palpitasi, sesak napas, nyeri
dada, rasa takut mati, gemetar, mual, takut menjadi
gila dll yang terjadi tiba2 dan mencapai puncaknya
dalam 10 menit (<20 menit).
(Kaplan & PPDGJ)

 KECEMASAN NORMAL ( DSM IV )


Perasaan tersebut ditandai dengan rasa ketakutan yang difus,
tidak menyenangkan dan samar-samar, diawali dengan sebuah
sebab yang jelas. seringkali disertai gejala otonom seperti nyeri
kepala, berkeringat, palpitasi, kekakuan pada dada, dan gangguan
lambung ringan. Seseorang yg cemas mungkin juga merasa
gelisah. Kumpulan gejala tertentu yg ditemukan selama
kecemasan cenderung.
 Cemas Normal suatu penyerta yang normal dari
pertumbuhan, dari perubahan, dari pengalaman sesuatu
yang baru dan belum dicoba, dan dari penemuan
identitasnya sendiri dan arti hidup.
Ex. anak masuk sekolah pertama kali
(Sinopsis Psikiatri, Kaplan & Sadock ed. 7 jilid dua)
 KECEMASAN PATOLOGIS (DSM IV)
Kecemasan yang didasari tanpa sebab yang jelas dan tidak
berpotensi untuk mengancam jiwanya. Mngkin disertai dengan
gejala otonom seperti kecemasan normal. Kecemasan yang
patologis adalah kecemasan yang berlebihan terhadap stimuli
internal atau eksternal, dan tidak berfungsi untuk menyelamatkan
keutuhan jiwanya.
 Cemas Patologis respon yang tidak sesuai terhadap
stimulus yang diberikan berdasarkan pada intensitas atau
durasinya.
- (Sinopsis Psikiatri, Kaplan & Sadock ed. 7 jilid dua)

Takut

Suatu respon dari suatu ancaman, yang asalnya sudah diketahui


lalu bersifat eksternal, tidak bersifat konfliktual, jelas dan sifatnya
akut (muncul saat bertemu dengan objek).

Fobia
- Adalaah kecemasan yang luar biasa , terus menerus dan tidak
realistis, sebagai respon terhadap keadaan eksternal tertentu
- Penderita biasanya menghindari keadaan-keadaan yang bisa
memicu terjadinya kecemasan atau menjalaninya dengan penuh
tekanan. Penderita menyadari bahwa kecemasan yang timbul
adalah berlebihan dan karena itu mereka sadar bahwa mereka
memiliki masalah.
- Perbedaan cemas, takut dan panik

Pembeda Cemas Takut Panik


Halusinasi - - +
Waham - - +
Keinginan - - +
Bunuh diri
Objek Belum bertemu Sudah bertemu Tidak bisa
menyebutkan
Gejala somatik + + +
Disorganisasi - - +

10. Perbedaan agorafobia dengan fobia sosial?

Gangguan Anxietas Fobik Gejala Khas/Mencolok


Agorafobia Anxietas yang timbul terbatas pada 2 dari situasi: banyak
orang/keramaian,tempat umum, bepergian keluar rumah
& bepergian sendiri.
Fobia Sosial Anxietas harus mendominasi atau terbatas pada situasi
sosial tertentu (outside the family circle)
Fobia Khas (Terisolasi) Anxietas harus mendominasi /terbatas pada adanya
objek /situasi fobik tertentu (highly spesific situation)

F40.0 Agorafobia

Pedoman diagnostik :

 Semua kriteria dibawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti :

o Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus


merupakan menifestasi primer dari anxietasnya dan bukan
sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atau
pikiran obsesif

o Anxietas yang timbul harus terbatas pada (terutama terjadi


dalam hubungan dengan) setidaknya dua dari situasi berikut :
banyak orang/keramaian, tempat umum, bepergian keluar
rumah, dan bepergian sendiri

o Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala


yang menonjol (penderita menjadi house bound)

F40.1 Fobia sosial

Pedoman diagnostik :
 Semua kriteria dibawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti :

o Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus


merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan
sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atau
pikiran obsesif

o Anxietas harus mendominasi atau terbatas pada situasi sosial


tertentu (outside the family circle)

o Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala


yang menonjol

Fobia social, suatu kategori fobia yang berbeda, individu menjadi sangat cemas sampai panic
atau tidak mampu ketika menghadapi situasi yang melibatkan banyak orang, misalnya
menghadiri acara social ssendirian, berinteraksi dengan lawan jenis atau orang yang belum
dikenal dan menyampaikan keluhan (DSM-IV-TR, 2000).

 Gejala fobia social :


o Rasa takut yang terus menerus dan tidak rasional dalam berbicara di depan
public atau acara-acara social lain.
o Rasa takut merendahkan diri sendiri di depan teman sebaya atau dalam situasi
ketika klien merasa orang lain akan menilai perilaku atau martabatnya.
o Respon ansietas berat sampai panic (3+ sampai 4+) ketika menghadapi situasi
social yang ditakuti
o Klien memahami bahwa rasa takutnya ekstrem dan berlebihan.
o Perilaku mengganggu hubungan interpersonal, performa kerja, atau aktivitas
hidup lainnya.

2. Gangguan Agorafobia

Agorafobia berasal dari bahasa Yunani yang berarti “takut kepada pasar” yang sugestif untuk
ketakutan berada di tempat-tempat terbuka dan ramai. Orang-orang dengan agoraphobia takut
untuk pergi berbelanja di tok0-toko yang penuh sesak; berjalan di jalan ramai; menyebrangi
jembatan; naik bus, kereta api, atau mobil; makan dirumah makan; atau keluar dari rumah.

 Gejala gangguan panic dengan Agorafobia

Klien mengalami tingkat ansietas atau takut tertinggi yang berlangsung 15 samapi 30 menit
disertai empat atau lebih gejala gangguan panic, selain itu ada gejala-gejala berikut :

o Takut terhadap tempat atau situasi yang individu yakin bahwa serangan panic
atau perilaku yang memalukan akan terjadi atau terhadap tempat atau situasi
yang diyakini tidak mungkin melarikan diri darinya.
o Menghindari tempat atau situasi tersebut, distress yang ekstrem
o Individu menyadari bahwa responnya ekstrem.
 Gejala Agorafobia tanpa Gangguan panic
o Sangat khawatir akan memperlihatkan perilaku seperti panic ketika berada
diluar rumah atau ketika berada di blok atau kota tempat tinggal, berada
bersama orang lain dilingkungan luar rumah.
o Menghindari situasi tersebut atau menoleransi hanya ketika merasa stress dan
takut.
o Individu menyadari bahwa responnya ekstrem.

11. Pemeriksaan fisik dan penunjang untuk mendiagnosa cemas?

12. Terapi

Menurut Hawari, (2008) penatalaksanaan asietas pada tahap pencegahaan

dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu

mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius.

Selengkpanya seperti pada uraian berikut :

a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :

1) Makan makan yang bergizi dan seimbang

2) Tidur yang cukup.

3) Cukup olahraga.

4) Tidak merokok.

5) Tidak meminum minuman keras.

b. Terapi psikofarmaka.

Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai

obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal

penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system).Terapi psikofarmaka

yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam,

clobazam, bromazepam,lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.

c. Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau

akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan.Untuk menghilangkan keluhan-keluhan

somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang

bersangkutan.

d. Psikoterapi

1) Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain : Psikoterapi

suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar pasien yang

bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta percaya diri.

2) Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai

bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.

3) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (re-

konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.

4) Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan

untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.

5) Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika

kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi

stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.

6) Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor

keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan

sebagai faktor pendukung.

e. Terapi psikoreligius

Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan

kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang

merupakan stressor psikososial.


Pengobatan yang paling efektif untuk pasien dengan kecemasan
menyeluruh adalah pengobatan yang mengkombinasikan psikoterapi
dan farmakoterapi. Pengobatan mungkin memerlukan cukup banyak
waktu bagi klinisi yang terlibat
1. Psikoterapi
Pendekatan psikoterapi untuk gangguan kecemasan menyeluruh
meliputi : 2,6
a) Terapi kognitif perilaku, terapi ini memiliki keunggulan jangka
panjang dan jangka pendek. Pendekatan kognitif secara langsung
menjawab distorsi kognitif pasien dan pendekatan perilaku menjawab
keluhan somatik secara langsung.
b) Terapi suportif, terapi yang menawarkan ketentraman dan
kenyamanan bagi pasien.
c) Terapi berorientasi tilikan, memusatkan untuk mengungkapkan
konflik bawah sadar dan mengenali keuatan ego pasien.
2. Farmakoterapi
Golongan benzodiazepine sebagai “drug of choice” dari semua obat
yang mempunyai efek anti-anxietas, disebabkan spesifitas, potensi dan
keamanannya. Spektrum klinis benzodiazepine meliputi efek
antianxietas, anti konvulsan, anti insomnia, premdikasi tindakan
operatif.
a. Diazepam : ” broadspektrum”
b. Nitrazepam : dosis anti-anxietas dan anti insomnia berdekatan lebih
efektif sebagai anti insomnia
c. Clobazam : ”psychomotor performance” paling kurang terpengaruh,
untuk pasien dewasa dan usia lanjut yang ingin tetap aktif
d. Lorazepam : ” short half life benzodiazepine ” , untuk pasien-pasien
dengan kelainan fungsi hati dan ginjal.
e. Alprazolam : efektif untuk anxietas antisipatorik ” onset of action lebih
cepat dan mempunyai komponen efek anti depresi.

13. DD
Gang.cemas

 Menurut PPDGJ
 F40 gangguan Anxietas fobik
 F40.0 argofobia
 F40.00 argofobia tanpa gangguan panik
 F40.01 argofobia dengan gangguan panik
 F40.1 fobia sosial
 F40.2 fobia khas (terisolasi)
 F40.8 gangguan anxietas fobik lainnya
 F40.9 gangguan anxietas fobik YTT
 F41 gangguan anxietas lainnya
 F41.0 gangguan panik (anxietas paroksismal episodik)
 F41.1 gangguan anxietas menyeluruh
 F41.2 gangguan campuran anxietas dan depresif
 F41.3 gangguan anxietas campuran lainnya
 F41.8 gangguan anxietas lainnya YDT
 F41.9 gangguan anxietas YTT
 F42 Ggn Obsesif-Kompulsif
 F43 Reaksi terhadap Stres Berat & Gangguan Penyesuaian
 F44 Ggn Disosiatif ( Konversi )
 F44.0 Amnesia Disosiatif
 F44.2 Stupor Disosiatif
 F44.3 Ggn Trans dan Kesurupan
 F44.7Ggn Disosiatif Campuran
 F45 gangguan somatoform
 F45.0 gangguan somatisasi
 F45.1 gangguan somatoform tak terinci
 F45.2 gangguan hipokondrik
 F45.3 disfungsi otonomik somatoform
 .30 jantung dan sistem kardiovaskuler
 .31 saluran pencernaan bagian atas
 .32 saluran pencernaan bagian bawah
 .33 sistem pernafasan
 .34 sistem genitourinaria
 .38 sistem atau organ lainnya
 F45.4 gangguan nyeri somatoform lainnya
 F45.8 gangguan somatoform lainnya
 F45.9 gangguan somatoform YTT
 F48 Ggn Neurotik Lainnya
 F48.0 Neurastenia
 F48.1 Sindroma Depersonalisasi - Derealisasi
GANGGUAN NEUROSIS , SOMATOFORM DA GANGGUAN TERKAIT STRESS

F40 GANGGUAN ANXIETAS FOBIK


Definisi
Suatu ketakutan yg irasional terhdap suatu situasi atau benda tertentu.
Etiologi
 Merupakan intoksikasi stimulansia (halusinogenika) dan jarang oleh karena sebab
organic seperti tumor otakk kecil atau serebrovaskuler
 Genetic
Klasifikasi
Menurut PPDGJ :
i. Agoraphobia
1. Tanpa gangguan panic
2. Dengan gangguan panik
ii. Fobia social
iii. Fobia khas
iv. Gangguan anxietas fobik lainnya
v. Gangguan anxietas fobik ytt
Tanda dan gejala
 Ada perilaku menghindar
 Gejala psikologis , perilaku yg timbul harus merupakan gejala primer
psikologis
Diagnosis
 Agoraphobia
Criteria diagnosis:
 Semua kriteria dibawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti :
 Gejala psikologik, perilaku atau otonomik yang timbul harus
merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari
gejala-gejala lain seperti misalnya waham atau pikiran obsesif
 Anxietas yang timbul harus terbatas pada (terutama terjadi dalam
hubngan dengan) setidaknya dua dari situasi berikut : banyak orang/
keramaian, tempat umum, bepergian keluar rumah, dan bepergian sendiri,
dan
 Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang
menonjol (penderita mejadi ”house bound”)
F40.00 = tanpa gangguan panik
F40.01 = Dengan gangguan panik
 Fobia social
Criteria diagnosis
Semua kriteria dibawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti :
 Gejala psikologik, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan
manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala
lain seperti misalnya waham atau pikiran obsesif
 Anxietas harus mendominasi atau terbatas pada situasi tertentu (outside
the family circle); dan
 Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang
menonjol (penderita mejadi ”house bound”)
Bila terlalu sulit membedakan antara fobia sosial dengan agorafobia, hendaknya
diutamakan diagnosis agorafobia (F40.0)
 Fobia Khas (Terisolasi)
Criteria diagnosis:
Semua kriteria dibawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti:
 Gejala psikologik, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan
manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-
gejala lain seperti misalnya waham atau pikiran obsesif
 Anxietas harus terbatas pada adanya objek atau situasi fobik tertentu
(highly spesific situations) dan
 Situasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarinya
Pada fobia khas ini umumnya tidak ada gejala psikiatrik lain, tidak seperti
halnya agorafobia dan fobia sosial

Gangguan Anxietas Fobik Gejala Khas/Mencolok


Agorafobia Anxietas yang timbul terbatas pada 2 dari situasi: banyak
orang/keramaian,tempat umum, bepergian keluar rumah
& bepergian sendiri.
Fobia Sosial Anxietas harus mendominasi atau terbatas pada situasi
sosial tertentu (outside the family circle)
Fobia Khas (Terisolasi) Anxietas harus mendominasi /terbatas pada adanya
objek /situasi fobik tertentu (highly spesific situation)

Penatalaksanaan
 Farmakologis:
Benzodiazepine, penghambat MAOI, zat pemblok beta ( demam panggung)
Amat cemas ditambah klorazepam im atau iv
 Non farmakologis ;
Terapi kognitif : mengintervensi kadar keyakinan yg salah
Mengontrol ketakutan : control nafas dalam

F41 GANGGUAN ANXIETAS LAINNYA


Klasifikasi
i. F41.0 Gangguan panic
ii. F41.1Gangguan cemas menyeluruh
iii. F41.2Gangguan campuran anxietas dan depresi
iv. F41.3Gangguan anxietas campuran lainnya
v. F41.8Gangguan anxietas lainnya
vi. F41.9Gagguan anxietas ytt

Gangguan Anxietas Fobik Gejala/Manfes


Gangguan Panic  Adanya beberapa kali serangan
anxietas berat dlm masa kira-kira 1
bulan;pd keadaan yg sebenarnya scr
objektif tdk membahayakan,tdk
terbatas pd situasi yg tlah
diketahui/diduga sebelumnya, dpt
terjadipula anxietas antisipatorik
(timbul setelah membayangkan
sesuatu yg menghawatirkan terjadi.
Gangguan Cemas Menyeluruh  Menunjukkan anxietas sbg gjala primer
yang berlangsung hamper tiap hari
untuk beberapa minggu-bulan yg tdk
terbatas/harus menonjol pd situasi
khusus saja
 Gjalanya biasanya mencakup
unsur2:kecemasan(kawatir nasip
buruk,sulit konsentrasi),ketegangan
motorik (gelisah,sakit
kepala,gemetaran,tdk dpt
santai),overaktivitas otonomik(kpla
trasa ringan,berkeringat,jntung
berdebar2,sesak nafas,mulut kering)
Gangguan Campuran Anxietas & Depresi Terdapat gjala2 anxietas maupun depresi
dimana masing2 tdk menunjukkan rangkaina
gjala yg cukup berat untuk menegakkan
diagnosis tersendiri
Gangguan Anxietas Campuran Lainnya Memenuhi criteria gangguan anxietas
menyeluruh dan juga menunjukkan cirri-ciri yg
menonjol dari kategori gangguan F40-F49 tp
tdk memenuhi kriterianya scr lengkap

Gangguan Kecemasan DSM IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder)

Gangguan Kecemasan Definisi

Serangan Panik Suatu periode yang mempunyai cirri tersendiri, rasa


kekuatiran, ketakutan atau terror yang besar, muncul tiba-
tiba, sering berhubungan dengan perasaan akan datangnya
malapetaka.

Agorafobia Kecemasan mengenai, atau penghindaran dari tempat atau


situasi yang dirasa sulit dighindari (atau memalukan), atau
saat tidak terdapatnya bantuan pada saat mengalami
serangan panic atau gejala yang menyerupai panic.
Gangguan panic tanpa Dikarakteristik oleh serangan panic yang tidak diduga yang
agoraphobia terjadi berulang dan agorafobia.

Agoraphobia tanpa riwayat Dicirikan oleh adanya agoraphobia dan gejala yang
gangguan panic menyerupai panic, tanpa serangan panic yang tidak diduga.

Fobia spesifik Dicirikan oleh kecemassan yang signifikan secra klinis, yang
dipicu oleh pengenalan terhadap objek atau situasi spesifik
yang menyebabkan takut, sering menimbulkan perilaku
menghindar.

Fobia social Dicirikan oleh kecemasan yang signifikan secara klinis, yang
dipicu oleh pengenalan terhadap jenis situasi social atau
penampilan social; sering menimbulkan perilaku
menghindar.

Gangguan obsesif-kompulsif
Dicirikan oleh obsesi yang menyebabkan kecemasan atau
distress yang khas dan /atau kompulsi (yang dilakukan untuk
menetralkan kecemasan)

Gangguan stress
pascatraumatik.
Dicirikan oleh pengalaman yang berulang tentang suatu
kejadian yang sangat traumatic, diiringi oleh gejala
peningkatan rangasangan dan dengan penghindaran stimulus
yang dikaitkan dengan trauma.
Gangguan stress akut Dicirikan oleh gejala yang sama dengan gangguan stress
pascatraumatic yang terjadi segraa, menyusul kejadian yang
sangat traumatic.

Gangguan kecemasan umum


Dicirikan oleh mengalami kecemasan dan kekhawatiran
yang berlebihan dan terus menerus selama minimal 6 bulan.

Gangguan kecemasan karena


kondisi medikasi umum.
Dicirikan oleh gejala kecemasan yang menonjol, yang
diduga meerupakan konsekuensi fisiologik langsung dari
kondisi medis umum.
Gangguan kecemasan karena
penggunaan zat. Dicirikan oleh gejala kecemasan yang menonjol, yang
diduga merupakan konsekuensi fisiologis langsung dari
penyalahgunaan obat-obatan, medikassi, atau pajanan
terhadap toksin.

Gangguan kecemasan tidak


spesifik. Meliputi memberikan kode pada gangguan yang disertai
kecemasan yang menonjol atau fobia penghindaraan yang
tidak memenuhi criteria untuk setiap gangguan kecemasan
spesifik (atau gejala kecemasan mengenai terdapatnya
informasi yang tidak adekuat atau kontradiksi)

Anda mungkin juga menyukai