STEP 1
suatu gangguan mood dimana keadaan emosional pd diri seseorang menjadi tidak stabil
serta hilang kendali.
gang. mood dimana terjadi penurunan dan terjadi penurunan aktivitas.
depresi :
gangguan mood yang menempatkan emosinya sebagai mood utamanya. gejala klinis : depresi
mayor, distimik, bipolar, unipolar
STEP 2
STEP 3
F30.1 Hipomania
F31.1 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik
F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang
F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala
psikotik
F34.0 Siklotimia
F34.1 Distimia
EPISODE MANIK
Episode manik yaitu merupakan suatu periode peningkatan euforia yang tidak
realistis, sangat gelisah dan aktivitas yang berlebihan, yang ditandai dengan
perilaku yang tidak terorganisasi dan hendaya dalam penilaian.
Episode manik biasanya bertahan beberapa minggu hingga beberapa bulan,
umumnya lebih singkat durasinya dan berakhir secara lebih tiba-tiba daripada
episode depresi mayor.
Selama episode manik, mereka mengalami elevasi atau ekspansi mood yang
tiba-tiba dan merasakan kegembiraan, euforia atau optimisme yang tidak biasa.
Mereka tampak memiliki energi yang tidak terbatas dan menjadi sangat suka
bergaul, dan bisa sampai pada tahap menuntut dan memaksa terhadap orang
lain.
Perubahan moodnya terlalu berlebihan, misalnya menjadi sangat bergembira
hanya karena “Ini adalah hari Rabu!”.
Pada episode manik, seseorang menjadi sangat bersemangat sampai akan
memperolok orang lain dengan lelucon yang kadang keterlaluan.
Cara bicaranya menjadi sangat cepat, pikiran-pikiran dan pembicaraannya seering
melompat-lompat dari satu ide ke ide yang lain (rapid flight of ideas), sampai orang
lain kesulitan untuk menyelanya.
Mereka juga dapat menjadi sangat dermawan.
Tidak dapat duduk tenang atau tidur nyenyak. Jam tidurnya sangat sedikit. Tidur larut
malam dan bangun lebih pagi, tapi dengan energi yang tetap penuh dan tetap merasa
cukup istirahat. Bahkan bisa tidak tidur berhari-hari tanpa kelelahan.
Walau energinya berlebih, mereka tampak tidak dapat mengorganisasi tindakan
mereka secara konstruktif. Rasa girang mereka mengganggu kemampuannya untuk
bekerja dan untuk mempertahankan hubungan yang normal.
Memiliki perasaan self esteem yang tinggi berkisar dari over confidence hingga
kecenderungan waham kebesaran.
Mereka memiliki keyakinan yang tidak sejalan dengan kemampuannya, misalnya
mereka merasa sangat mampu menyelesaikan berbagai permasalahan dunia,
sementara latar belakang dan kemampuannya tidak mendukungnya.
Perhatian mereka mudahh dialihkan oleh stimulus-stimulus yang tidak relevan seperti
detak jam atau langkah sepatu orang.
Mereka cenderung mengambil banyak tugas, lebih dari yang mampu mereka tangani.
Memiliki resiko permasalahan yang tinggi, sebagai akibat dari misalnya kecerobohan
menyetir, petualangan seksual, atau menghambur-hamburkan uang.
Gangguan Bipolar I
Paling tidak mengalami satu episode manik secara penuh.
Di banyak kasus, individu mengalami perubahan mood
antara rasa girang dan depresi diselingi dengan periode
antara berupa mood normal.
Gangguan Bipolar II
Diasosiasikan dengan bentuk maniak yang lebih ringan.
Seseorang mengalami satu atau lebih episode-episode
depresi mayor dan paling tidak satu episode hipomanik
(episode yang lebih ringan dari manik).
Tidak pernah mengalami satu episode manik penuh.
MOOD AFEK
Kaplan menyatakan bahwa faktor penyebab depresi dapat secara buatan dibagi
menjadi faktor biologi, faktor genetik, dan faktor psikososial.
a. Faktor biologi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat kelainan pada amin biogenik,
seperti: 5 HIAA (5-Hidroksi indol asetic acid), HVA (Homovanilic acid), MPGH (5
methoxy-0-hydroksi phenil glikol), di dalam darah, urin dan cairan serebrospinal
pada pasien gangguan mood. Neurotransmiter yang terkait dengan patologi depresi
adalah serotonin dan epineprin. Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi,
dan pada pasien bunuh diri, beberapa pasien memiliki serotonin yang rendah. Pada
terapi despiran mendukung teori bahwa norepineprin berperan dalam patofisiologi
depresi (Kaplan, 2010). Selain itu aktivitas dopamin pada depresi adalah menurun.
Hal tersebut tampak pada pengobatan yang menurunkan konsentrasi dopamin
seperti Respirin, dan penyakit dimana konsentrasi dopamin menurun seperti
parkinson, adalah disertai gejala depresi. Obat yang meningkatkan konsentrasi
dopamin, seperti tyrosin, amphetamine, dan bupropion, menurunkan gejala depresi
(Kaplan, 2010).
Disregulasi neuroendokrin.
c. Faktor Psikososial
Menurut Freud dalam teori psikodinamikanya, penyebab depresi adalah kehilangan
objek yang dicintai (Kaplan, 2010). Ada sejumlah faktor psikososial yang diprediksi
sebagai penyebab gangguan mental pada lanjut usia yang pada umumnya
berhubungan dengan kehilangan. Faktor psikososial tersebut adalah hilangnya
peranan sosial, hilangnya otonomi, kematian teman atau sanak saudara, penurunan
kesehatan, peningkatan isolasi diri, keterbatasan finansial, dan penurunan fungsi
kognitif (Kaplan, 2010) Sedangkan menurut Kane, faktor psikososial meliputi
penurunan percaya diri, kemampuan untuk mengadakan hubungan intim, penurunan
jaringan sosial, kesepian, perpisahan, kemiskinan dan penyakit fisik (Kane, 1999).
Faktor psikososial yang mempengaruhi depresi meliputi: peristiwa kehidupan dan
stressor lingkungan, kepribadian, psikodinamika, kegagalan yang berulang, teori
kognitif dan dukungan sosial (Kaplan, 2010).
Peristiwa kehidupan dan stresor lingkungan. Peristiwa kehidupan yang
menyebabkan stres, lebih sering mendahului episode pertama gangguan mood dari
episode selanjutnya. Para klinisi mempercayai bahwa peristiwa kehidupan
memegang peranan utama dalam depresi, klinisi lain menyatakan bahwa peristiwa
kehidupan hanya memiliki peranan terbatas dalam onset depresi. Stressor
lingkungan yang paling berhubungan dengan onset suatu episode depresi adalah
kehilangan pasangan (Kaplan, 2010). Stressor psikososial yang bersifat akut, seperti
kehilangan orang yang dicintai, atau stressor kronis misalnya kekurangan finansial
yang berlangsung lama, kesulitan hubungan interpersonal, ancaman keamanan
dapat menimbulkan depresi (hardywinoto, 1999).
Faktor kepribadian. Beberapa ciri kepribadian tertentu yang terdapat pada individu,
seperti kepribadian dependen, anankastik, histrionik, diduga mempunyai resiko
tinggi untuk terjadinya depresi. Sedangkan kepribadian antisosial dan paranoid
(kepribadian yang memakai proyeksi sebagai mekanisme defensif) mempunyai
resiko yang rendah (Kaplan, 2010).
Faktor psikodinamika. Berdasarkan teori psikodinamika Freud, dinyatakan bahwa
kehilangan objek yang dicintai dapat menimbulkan depresi (Kaplan, 2010). Dalam
upaya untuk mengerti depresi, Sigmud Freud sebagaimana dikutip Kaplan (2010)
mendalilkan suatu hubungan antara kehilangan objek dan melankolia. Ia
menyatakan bahwa kekerasan yang dilakukan pasien depresi diarahkan secara
internal karena identifikasi dengan objek yang hilang. Freud percaya bahwa
introjeksi mungkin merupakan cara satu-satunya bagi ego untuk melepaskan suatu
objek, ia membedakan melankolia atau depresi dari duka cita atas dasar bahwa
pasien terdepresi merasakan penurunan harga diri yang melanda dalam hubungan
dengan perasaan bersalah dan mencela diri sendiri, sedangkan orang yang
berkabung tidak demikian.
Kegagalan yang berulang. Dalam percobaan binatang yang dipapari kejutan listrik
yang tidak bisa dihindari, secara berulang-ulang, binatang akhirnya menyerah tidak
melakukan usaha lagi untuk menghindari. Disini terjadi proses belajar bahwa mereka
tidak berdaya. Pada manusia yang menderita depresi juga ditemukan
ketidakberdayaan yang mirip (Kaplan, 2010).
Faktor kognitif. Adanya interpretasi yang keliru terhadap sesuatu, menyebabkan
distorsi pikiran menjadi negatif tentang pengalaman hidup, penilaian diri yang
negatif, pesimisme dan keputusasaan. Pandangan yang negatif tersebut
menyebabkan perasaan depresi (Kaplan, 2010)
5. perbedaan gangguan mood dengan afek?
Gngguan mood adalah
Suatu kelompok kondisi klinis yang ditandai oleh hilangnya perasaan
kendali dan pengalaman subjektif adanya penderitaan berat.
Dua gangguan mood utama adalah gangguan depresif berat dan
gangguan bipolar I
Sinopsis Psikiatri, Kaplan & Sadock ed. 7 jilid satu
Afek
Definisi:
ekspresi eksternal dari isi emosional saat itu
ekspresi emosi yang terlihat, mungkin tidak konsisten dengan
emosi yang dikatakan pasien.
Kaplan & Saddock, Harlock 1, Kaplan MD, Benjamin D, Saddock.” Sinopsis
Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis”.Gangguan Mood, bab 15.
Jilid I .Ed. VII, Jakarta. Binarupa Aksara, 1997.
6. mengapa pasien merasa sedih, kehilangan minat dan kegembiraan, dan kurang semangat
serta tidur terganggu?
Depresi itu sendiri bisa disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
FAKTOR BIOLOGIS
Beberapa bahan kimia di dalam otak dan tubuh memiliki peranan yang penting
dalam mengendalikan emosi kita. Dalam otak terdapat substansi biokimiawi yaitu
di otak. Jika neurotransmiter ini berada pada tingkat yang normal, otak akan bekerja
neurotransmiter ini berlebih dapat menjadi penyebab gangguan manik. Selain itu
pasien yang bunuh diri memiliki konsentrasi metabolit serotonin yang rendah di
menunjukkan aktivitas dopamin yang menurun pada depresi dan meningkat pada
mania. Obat yang menurunkan kadar dopamin seperti reserpine dan pada penyakit
yang mengalami penurunan dopamin seperti parkinson disertai juga dengan gejala
mesolimbik dan hipoaktivitas reseptor dopamin tipe 1 (D1) terjadi pada depresi.2
memperparah mania. Agen lain yang dapat memperburuk mania termasuk L-dopa,
yang berpengaruh pada reuptake dopamin dan serotonin. Calsium channel blocker
Neurotransmiter lain seperti GABA dan peptida neuroaktif seperti vasopresin dan
abnormal neuron yang mengandung amine biogenik. Secara teoritis, disregulasi pada
sumbu neuroendokrin seperti sumbu tiroid dan adrenal terlibat dalam gangguan
Suppression Test, 50% dari pasien yang menderita depresi memiliki respon yang
mengambarkan adanya regulasi tiroid yang abnormal pada pasien dengan gangguan
mood. Sepertiga dari pasien dengan gangguan depresif berat memiliki pelepasan
tirotropin yang tumpul. Penelitian terakhir melaporkan kira-kira 10% pasien dengan
dapat dideteksi.2
hormon pertumbuhan antara pasien depresi dengan orang normal. Penelitian juga
Gangguan tidur adalah gejala yang sering ditemukan pada pasien depresi.
Menurunnya kebutuhan tidur adalah gejala klasik dari mania. Penelitian telah
onset tidur, pemendekan latensi rapid eye movement (REM), peningkatan panjang
periode REM pertama dan tidur delta yang abnormal. Pada depresi terjadi regulasi
Penelitian melaporkan adanya kelainan imunologis pada pasien depresi dan pada
orang yang berdukacita karena kehilangan sanak saudara, pasangan atau teman
dekat. Kemungkinan proses patofisiologi yang melibatkan sistem imun menyebabkan
Pada pencitraan otak pasien dengan gangguan mood terdapat sekumpulan pasien
dengan gangguan bipolar I terutama pasien laki-laki memiliki ventrikel serebral yang
depresif berat. Pencitraan dengan MRI juga menyatakan bahwa pasien dengan
gangguan depresif berat memiliki nukleus kaudatus yang lebih kecil dan lobus
frontalis yang lebih kecil. Banyak literatur menjelaskan penurunan aliran darah pada
korteks serebral dan area korteks frontalis pada pasien depresi berat.2
ganglia basalis dan hipotalamus. Gangguan pada ganglia basalis dan sistem limbik
terutama pada hemisfer yang dominan dapat ditemukan bersamaan dengan gejala
nafsu makan dan perilaku seksual pada pasien dengan depresi. Postur yang
beberapa gejala depresi yang juga ditemukan pada penderita dengan gangguan
FAKTOR GENETIK
Seseorang yang memiliki keluarga dengan gangguan mood memiliki resiko lebih
besar menderita gangguan mood daripada masyarakat pada umumnya. Tidak semua
orang yang dalam keluarganya terdapat anggota keluarga yang menderita depresi
secara otomatis akan terkena depresi, namun diperlukan suatu kejadian atau
peristiwa yang dapat memicu terjadinya depresi. Pengaruh gen lebih besar pada
depresi berat dibandingkan depresi ringan dan lebih berpengaruh pada individu
muda dibanding individu yang lebih tua. Penelitian oleh Kendler (1992) dari
depresi sebesar 70% karena faktor genetik, 20% karena faktor lingkungan dan 10%
Pada penelitian keluarga ditemukan bahwa keluarga derajat pertama dari penderita
gangguan bipolar I dan 2 sampai 10 kali lebih besar untuk menderita gangguan
depresi berat dibanding kelompok kontrol. Keluarga derajat pertama pasien dengan
gangguan depresif berat kemungkinan 1,5 sampai 2,5 kali lebih besar untuk
menderita gangguan bipolar I dan 2 sampai 3 kali lebih besar untuk menderita
keluarga melebar. Contohnya, keluarga derajat kedua seperti sepupu lebih kecil
menderita gangguan mood. Sekitar 50% pasien dengan gangguan bipolar I memiliki
orang tua dengan gangguan mood terutama depresi. Jika orang tua menderita
25%. Jika kedua orang tua menderita gangguan bipolar I maka kemungkinan anaknya
Pada penelitian adopsi, anak biologis dari orang tua dengan gangguan mood tetap
beresiko terkena gangguan mood walaupun mereka telah dibesarkan oleh keluarga
angkat yang tidak menderita gangguan mood. Orang tua biologis dari anak adopsi
dengan gangguan mood mempunyai prevalensi gangguan mood yang sama dengan
orang tua dari anak dengan gangguan mood yang tidak diadopsi. Prevalensi
gangguan mood pada orang tua angkat sama dengan prevalensi pada populasi
umumnya.2
Pada penelitian saudara kembar, angka kejadian gangguan bipolar I pada kedua
saudara kembar monozigot adalah 33-90% dan untuk gangguan depresif berat,
angka kejadian pada kedua saudara kembar monozigot adalah 50%. Pada kembar
dizigot angkanya berkisar 5-25% untuk menderita gangguan bipolar I dan 10-25%
genetik telah dilaporkan pada kromosom 5, 11 dan X. Gen reseptor D 1 terletak pada
kromosom 5 dan gen untuk tiroksin hidroksilase yaitu enzim yang membatasi
Sekitar 25% dari kasus penyakit bipolar dalam keluarga terkait lokus dekat sentromer
pada kromosom 18 dan sekitar 20% terkait lokus pada kromosom 21q22.3. Tidak ada
penyebab tunggal untuk gangguan bipolar namun gangguan ini biasanya merupakan
hasil dari kombinasi faktor keluarga, biologis, psikologis dan faktor sosial.7
FAKTOR PSIKOSOSIAL
Telah lama diamati bahwa peristiwa kehidupan yang menyebabkan stress sering
Beberapa artikel menjelaskan hubungan antara fungsi keluarga dengan onset serta
perjalanan gangguan mood khususnya gangguan depresif berat. Ada bukti bahwa
individu yang kehilangan ibu saat masih muda memiliki resiko lebih besar terkena
depresi. Pada pola pengasuhan, orang tua yang menuntut dan kritis, menghargai
kesuksesan dan menolak semua kegagalan membuat anak mudah terserang depresi
di masa depan. Anak yang menderita penyiksaan fisik atau seksual membuat
tinggi rendahnya depresi yang dialami seseorang. Tipe kepribadian tertentu seperti
tinggi, mudah terpengaruh, pemalu, suka mengkritik diri sendiri, memiliki harga diri
yang rendah, hipersensitif, perfeksionis dan memusatkan perhatian pada diri sendiri
diarahkan secara internal karena identifikasi terhadap objek yang hilang. Menurut
Melanie Klein, siklus manik depresif merupakan pencerminan kegagalan pada masa
mereka memiliki objek cinta yang dihancurkan oleh mereka sendiri. Klein
orang lain, menyangkal adanya agresi atau destruktivitas terhadap orang lain dan
E Bibring memandang depresi sebagai suatu afek yang berasal dari ketegangan
dalam ego antara aspirasi seseorang dengan kenyataan yang ada. Pasien yang
terdepresi menyadari bahwa mereka tidak hidup dengan ideal sehingga mereka
merasa putus asa dan tidak berdaya. Menurut Heinz Kohut, orang yang terdepresi
merasakan suatu ketidaklengkapan dan putus asa kerena tidak menerima respon
yang diinginkan.2
Menurut teori kognitif, interpretasi yang keliru dalam menilai pengalaman hidup,
Teori neurobiologik
Teori biologik memfokuskan pada abnormalitas norepinefrin (NE) dan serotonin (5-
pasien depresi.
Neurotransmiter dan sinapsis
Jaringan otak terdiri atas berjuta-juta sel otak yang disebut neuron. Sel ini terdiri atas
badan sel, ujung axon dan dendrit. Antara ujung sel neuron satu dengan yang lain
terdapat celah yang disebut celah sinaptik atau sinapsis. Satu neuron menerima
yang disebut neurotransmiter. Terjadi potensial aksi dalam membran sel neuron
(prasinaptik) ke celah sinaptik lalu ditangkap reseptor di membran sel dendrit dari
Subsensitivitas reseptor adalah bila terjadi sebaliknya. Bila reseptor di blok oleh obat
dan histamin. Dopamin, norepinefrin, dan epinefrin disintesis dari asam amino yang
(5-HT).
Selain kelompok amin biogenik, ada neurotransmiter lain dari asam amino.
Asam amino dikenal sebagai pembangun blok protein. Dua neurotransmiter utama
dari asam amino ini adalah gamma-aminobutyric acid (GABA) dan glutamate. GABA
adalah asam amino inhibitor (penghambat), sedang glutamate adalah asam amino
eksitator. Kadang cara sederhana untuk melihat kerja otak adalah dengan melihat
depresi. Teori ini diperkuat dengan ditemukannya obat antidepresan trisiklik dan
psikiatrik. Ada sekitar 14 reseptor serotonin, 5-HT1A dst yang terletak di lokasi yang
Serotonin berfungsi sebagai pengatur tidur, selera makan, dan libido. Sistem
ritmik sirkadian (siklus tidur-bangun, temperatur tubuh, dan fungsi axis HPA).
motorik yang terarah dan bertujuan. Serotonin menghambat perilaku agresif pada
alat pencitraan otak terdapat penurunan jumlah reseptor pos-sinap 5-HT1A dan 5-
HT2A pada pasien dengan depresi berat. Adanya gangguan serotonin dapat menjadi
pengobatan. Kadar serotonin rendah pada penderita depresi yang agresif dan bunuh
diri.
pasien depresi. Penurunan kadar triptofan juga dapat menurunkan mood pada
pasien depresi yang remisi dan individu yang mempunyai riwayat keluarga
menderita depresi. Memori, atensi, dan fungsi eksekutif juga dipengaruhi oleh
melalui serotonin. Ia dikaitkan dengan fungsi kognitif yang terjadi sekunder akibat
berkurangnya triptofan.
Penurunan serotonin pada depresi juga dilihat dari penelitian EEG tidur dan
HPA aksis. Hipofontalitas aliran darah otak dan penurunan metabolisme glukosa otak
Noradrenergik
ceruleus(LC) batang otak dan berproyeksi ke korteks serebri, sistem limbik, basal
terlibat dalam sensitisasi perilaku terhadap stressor dan pemanjangan aktivasi locus
Locus ceruleus juga tempat neuron-neuron yang berproyeksi ke medula adrenal dan
LC, fungsi vegetatif seperti makan dan tidur menurun. Persepsi terhadap stressor
ditangkap oleh korteks yang sesuai dan melalui talamus diteruskan ke LC,
meningkat pada perilaku yang mencari rasa senang dan perilaku yang bertujuan.
Penurunan ini dapat menyebabkan anergia, anhedonia, dan penurunan libido pada
depresi.
mengalami defisiensi pada penderita depresi. Kadar MHPG yang keluar di urin
meningkat kadarnya pada penderita depresi yang di ECT (terapi kejang listrik).
Dopamin
motivasi, konsentrasi, memulai aktivitas yang bertujuan, terarah dan kompleks, serta
tugas-tugas fungsi eksekutif. Penurunan aktivitas dopamin pada sistem ini dikaitkan
dengan gangguan kognitif, motorik, dan anhedonia yang merupakan manifestasi
simptom depresi.
Neurotransmiter lain
serebri dan mempunyai hubungan timbal balik dengan sistem monoamin. Abnormal
kadar kolin (prekursor asetilkolin) terdapat di otak pasien depresi. Obat yang bersifat
agonis kolinergik dapat menyebabkan letargi, anergi, dan retardasi psikomotor pada
terdapat penurunan GABA. Stressor khronik dapat mengurangi kadar GABA dan
yang terdistribusi hampir di seluruh otak. Ada 5 reseptor glutamat, yaitu NMDA,
kainat, L-AP4, dan ACPD. Bila berlebihan, glutamat bisa menyebabkan neurotoksik.
tercatat dalam korteks serebri dan sistem limbik sebagai stresor atau emosi yang
mengganggu, bagian dari otak ini akan mengirim pesan ke tubuh. Tubuh
tidur, nafsu makan, fungsi ginjal, sistem imun, dan semua faktor penting kehidupan.
Sistem CRH merupakan sistem yang paling terpengaruh oleh stressor yang
Stressor pada awal masa perkembangan ini dapat menyebabkan perubahan yang
menetap pada sistem neurobiologik atau dapat membuat jejak pada sistem syaraf
terhadap stressor.
Keadaan ini menjadi dasar kerentanan seseorang terhadap depresi setelah dewasa.
Depresi dapat dicetuskan hanya oleh stressor yang derajatnya sangat ringan.
terhadap stressor psikososial pada wanita dengan depresi yang mempunyai riwayat
penyiksaan fisik dan seksual ketika masa anak lebih tinggi dibanding kontrol.
seseorang terhadap stressor. Kerentanan ini menyebabkan sekresi CRH sangat tinngi
bila orang tersebut menghadapi stressor. Sekresi tinggi CRH ini akan berpengaruh
kortisol menekan sekresi CRH sehingga pelepasan CRH semakin tinggi. Hal ini
stressor.
kadar kortisol berlangsung lama, kerusakan hipokampus dapat terjadi. Kerusakan ini
pada gangguan depresi mayor. Gangguan aksis HPA pada depresi dapat ditunjukkan
keadaan depresi, terjadi akibat tidak berfungsinya sistem otoregulasi atau fungsi
inhibisi umpan balik. Hal ini dapat diketahui dengan test DST (dexamethasone
supression test).
untuk komunikasi berbagai beagian di otak dan sistem syaraf. Senyawa neurokimiawi
ini, dikenal sebagai neurotransmiter, sangat esensial bagi semua fungsi otak. Sebagai
pembawa pesan, mereka datang dari satu tempat dan pergi ke tempat lain untuk
pada pasien mania. Norepinefrin meningkat kadarnya pada celah sinaptik, tapi
dengan serotonin normal. Dopamin juga meningkat kadarnya pada celah sinaptik,
yang menurunkan kadar dopamin bisa memperbaiki mania, seperti juga pada
skizofrenia.
Sumber :
Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan dan Sadock Sinopsis PsikiatriIlmu
858
non farmakologi ?
mania
- penampilan : lebih berwarna dari cara berpakaian, lebih ceria dari yang lain
- kontak mata : lebih kuat (menarik perhatian dari pemeriksa dan menggoda)
- bicara ; logorrhea
- mood : hipermania, euforia, elasi
- afek :kuat dan cenderung labil dan ada pergeseran. ( mudah senang, mudah tersinggung
yang berlebihan)
- isi pikiran : harga diri kuat (masih bisa disangkal)
- proses pikiran : flight of ideas
- sensorium : mudah terpecah konsentrasinya
- pemikiran abstrak : lebih bagus dibanding yang depresif
- tilikan : sangat terganggu, tidak menyadari kala dirinya sakit