Anda di halaman 1dari 37

HARDENABILITY

VURI AYU SETYOWATI, S.T., M.Sc


TEKNIK MESIN - ITATS
PRINSIP PERLAKUAN PANAS

910
Penormalan Pemanasan Pendinginan
T
e A3
m Acm A3
p
e Anil sempurna A1
r dan pengerasan
a T
t e
u A1 m
r 723 p
o
e
r
C a
t
u
r

Fe 0,8 C
Waktu
DEFINISI
• Hardenability adalah kemampuan baja dapat dikeraskan dengan
membentuk martensit.
• Biasanya dinyatakan dengan jarak suatu titik di bawah permukaan
dimana strukturnya terdiri dari 50% martensit.
• Kekerasan suatu titik pada benda dari baja, setelah dikeraskan
tergantung pada:
– Kekerasan martensitnya
– Banyaknya martensit yang terjadi
• Kekerasan martensit tergantung pada kadar karbon dalam
austenitnya
• Banyaknya martensit yang terjadi tergantung pada:
– Banyaknya austenit pada waktu pemanasan
– Laju pendinginan (relatif terhadap critical cooling rate)
TRANSFORMASI AUSTENIT KE MARTENSIT

Austenit Martensit

Teknik Mesin - ITATS Perlakuan Panas – Vuri Ayu Setyowati, S.T., M.Sc. 4
Hubungan antara kadar karbon, jumlah martensit
dan kekerasan

Teknik Mesin - ITATS Perlakuan Panas – Vuri Ayu Setyowati, S.T., M.Sc. 5
• Hardenability menunjukkan:
– Kekuatan pendinginan untuk melakukan pengerasan
(tinggi rendahnya CCR)
– Dalamnya (tebalnya) pengerasan
– Tebal/diameter benda yang seluruh penampangnya
dapat menjadi keras
• Hardenability diukur dengan:
– Grossmann hardenability test
– Jominy hardenability test

Teknik Mesin - ITATS Perlakuan Panas – Vuri Ayu Setyowati, S.T., M.Sc. 6
DISTRIBUSI KEKERASAN BATANG ф100 mm DARI
BEBERAPA JENIS BAJA

Teknik Mesin - ITATS Perlakuan Panas – Vuri Ayu Setyowati, S.T., M.Sc. 7
The depth of hardening depends on the following
factors:
1. Shape and size of the cross section
2. Hardenability of the material
3. Quenching conditions

Teknik Mesin - ITATS Perlakuan Panas – Vuri Ayu Setyowati, S.T., M.Sc. 8
DISTRIBUSI KEKERASAN BATANG BERBAGAI
DIAMETER SETELAH DICELUP MINYAK

Teknik Mesin - ITATS Perlakuan Panas – Vuri Ayu Setyowati, S.T., M.Sc. 9
The quenching intensity (severity) factor H

Teknik Mesin - ITATS Perlakuan Panas – Vuri Ayu Setyowati, S.T., M.Sc. 10
METODE PENENTUAN HARDENABILITY

Grossmann
Perhitungan
kekerasan berdasar
komposisi kimia
Metode Jominy
Berdasar Software :
The Minitech
Predictor
Pita Hardenability

Teknik Mesin - ITATS Perlakuan Panas – Vuri Ayu Setyowati, S.T., M.Sc. 11
I. Grossmann hardenability test

1. Dari baja yang akan diuji dibuat sejumlah batang uji


berbentuk batang silindrik berbagai diameter
2. Semua batang uji dikeraskan dengan cara yang sama
(temperatur pemanasan dan cara pendinginanya sama)
3. Dengan pengamatan strukturmikro atau pengukuran
kekerasan pda penampangnya dicari batang yang mana yg
mengalami pengerasan tepat sampai di sumbunya
4. Diameter batang tsb dinamakan diameter kritis (Do) dari
baja ybs, menunjukkan hardenabilitynya
5. Harga Diameter kritis Do tergantung pada cara
pendinginan, severity of quench H
H = f/K (in.-1) f = heat transfer factor
K = thermal conductivity
Teknik Mesin - ITATS Perlakuan Panas – Vuri Ayu Setyowati, S.T., M.Sc. 12
Grossmann hardenability test

6. Penulisan Diameter kritis harus menuliskan juga harga H-


nya
7. Diameter kritis ideal DI: diameter kritis untuk pendinginan
yang ideal (H = ∞)
8. Hubungan antara diameter kritis dengan diameter kritis
ideal dinyatakan pada grafik di belakang
9. Hardenability lebih tepat dinyatakan dengan diameter kritis
ideal karena tidak lagi perlu menyatakan untuk pendinginan
yang bagaimana (kekuatan pendinginannya sama, ideal)

Teknik Mesin - ITATS Perlakuan Panas – Vuri Ayu Setyowati, S.T., M.Sc. 13
• Pada pengujian grossman hardenability menggunakan
batang berbentuk silinder dari bermacam-macam
ukuran diameter. Kemudian baja tersebut dikeraskan
dengan pendinginan pada media tertentu. Diameter
yang tepat terdapat 50% martensit dinamakan
diameter kritis (Do)
• Kalau mau menunjukkan nilai Do harus disertakan nilai
H, sehingga tau diameter kritis tersebut yang diperoleh
dengan pendinginan media tertentu. Sedangan Do
dapat dikonversi menjadi diameter kritis ideal (DI) yang
menunjukkan bahwa logam yang dikeraskan dengan
berapapun nilai H nya.

Teknik Mesin - ITATS Perlakuan Panas – Vuri Ayu Setyowati, S.T., M.Sc. 14
Diagram yang menunjukkan hubungan
antara Do, Di, dan H

Teknik Mesin - ITATS Perlakuan Panas – Vuri Ayu Setyowati, S.T., M.Sc. 15
Diagram yang menunjukkan hubungan
antara Do, Di, dan H

Teknik Mesin - ITATS Perlakuan Panas – Vuri Ayu Setyowati, S.T., M.Sc. 16
SOAL

1. Tentukan diameter kritis batang, jika diameter kritis ideal


adalah 8 in, yang didinginkan menggunakan medium air
tanpa agitasi
2. Apabila seorang production engineer ingin membantuk
struktur martensit dengan diameter kritis ideal 1,7 in dan
diameter ideal 1,4 in. Medium apa yang harus digunakan
untuk mendinginkan batang dengan kondisi tersebut?
3. Tentukan diameter kritis ideal, jika diameter kritis batang
sebesar 8 in didinginkan cepat menggunakan medium
dengan nilai H sebesar 0,4

Teknik Mesin - ITATS Perlakuan Panas – Vuri Ayu Setyowati, S.T., M.Sc. 17
KURVA A : Hubungan antara Di, kadar karbon dan ukuran butir austenit
Teknik Mesin - ITATS Perlakuan Panas – Vuri Ayu Setyowati, S.T., M.Sc. 18
FAKTOR PENGALI UNTUK UNSUR PADUAN
(PERHITUNGAN HARDENABILITY) KURVA B

Teknik Mesin - ITATS Perlakuan Panas – Vuri Ayu Setyowati, S.T., M.Sc. 19
PERHITUNGAN HADENABILITY
“GROSSMANN”
• Data yang digunakan adalah komposisi baja yang meliputi :
Kadar Karbon = Lihat Kurva Hubungan antara Di, kadar
karbon dan ukuran butir austenit KURVA A
Elemen Paduan = Lihat Kurva FAKTOR PENGALI UNTUK
UNSUR PADUAN  KURVA B

Lakukan perhitungan dengan cara mencari faktor pengali


untuk masing-masing unsur paduan

Teknik Mesin - ITATS Perlakuan Panas – Vuri Ayu Setyowati, S.T., M.Sc. 20
PERHITUNGAN HADENABILITY
“GROSSMANN”
Contoh :
Suatu baja komposisi kimia C = 0,25%, Si = 0,3%, Mn = 0,7%, Cr = 1,1%, dan Mo
= 0,2% ukuran butir ASTM no 7. Tentukan diameter kristis ideal (DI)

Jawab :
- Cari faktor pengali (FP) untuk C di Kurva A
- Cari faktor pengali (FP) pengali untuk masing-masing unsur paduan di Kurva
B

Jadi DI = FP (C) x FP (Si = 0,3%) x FP (Mn = 0,7%) x FP (Cr = 1,1%) x FP (Mo =


0,2%)
DI = 0,17 x 1,2 x 3,3 x 3,4 x 1,6 = 3,7 in

Teknik Mesin - ITATS Perlakuan Panas – Vuri Ayu Setyowati, S.T., M.Sc. 21
II. Jominy hardenability test
1. Dari baja yang akan diuji hardenabilitynya
dibuat sebuah batang uji berbentuk silindrik
Ø 1" (25 mm) panjang 4" (100 mm)
2. Batang uji diaustenitisasi, kemudian dgn
cepat dikeluarkan dari dapur diletakkan pada
Jominy Apparatus, dimana batang uji akan
mendapat pendinginan hanya melalui ujung
3. Setelah dingin, sepanjang batang uji diukur
kekerasannya pada setiap 1/16".
4. Hasil pengukuran diplot → kurva Jominy
Pita
Hardenability
Teknik Mesin - ITATS Perlakuan Panas – Vuri Ayu Setyowati, S.T., M.Sc. 24
II. A. Perhitungan Hardenability Jominy
Metode : Field
Mengasumsikan bahwa
1. Kekerasan titik jominy pertama (1/16 “ dari ujung) dinamakan
Initial Hardness (IH), hanya tergantung pada kadar C (Kurva C)
2. Kekerasan pada titik Jominy selanjutnya, Distance Hardness
(DH), adalah fungsi dari Di, besarnya

DH  IH IH DH
 Kurva D

3. Harga (IH/DH), disebut faktor pembagi, DF


4. Ditabulasikan
Contoh :

• Baja AISI 4140 dengan komposisi C = 0,4%; Mn = 0,83%; Si =


0,31%; Ni = 1,07%; Cr = 0,99%; Mo = 1,52% dengan ukuran
butir austenit ASTM no 7.
Penyelesaian :
1. Cari nilai DI dari komposisi karbon dan unsur kimia
2. Tentukan kekerasan di titik awal  Kurva C
3. Tentukan nilai IH/DH berdasarkan posisinya
4. Tentukan kekerasan selanjutnya, membagi IH dengan
IH/DH
5. Tabulasikan
26
TABULASIKAN NILAI KEKERASAN

1.18 : 1.08 = 1.09 51.8 : 1.08 =


47.5

Teknik Mesin - ITATS Perlakuan Panas – Vuri Ayu Setyowati, S.T., M.Sc. 27
Kurva C Initial Hardness IH

Teknik Mesin - ITATS Perlakuan Panas – Vuri Ayu Setyowati, S.T., M.Sc. 28
Kurva D
Faktor Pembagi (IH/DH)

29
II. B. Perhitungan Hardenability Jominy
Metode : Just
1. Kekerasan utk Jarak Jominy 0 – 6 mm:
Jo = 60√C + 20 HRc ….( C < 0,6 %)
2. Kekerasan utk jarak Jominy 6 – 80 mm:
J6-80 = 95√C – 0,0028 s2√C + 20Cr + 38Mo + 14Mn + 6Ni +
6Si + 39V + 96P - 0,8K - 12√s + 0,9s – 13 HRc
J = Jominy hardness (HRc)
s = Jominy distance (mm)
K = ASTM grain size number
Symbol unsur = persentase unsur ybs
Berlaku untuk baja dengan komposisi:
C<0,6%; Cr<2%; Mn<2%; Ni<4%; Mo<0,5%; V<0,2%
Perhitungan Hardenability Jominy
Metode : Just
• Untuk Case Hardening Steel:
J6-40 = 74√C + 14Cr + 5,4Ni + 29Mo + 16Mn – 16,8√s +
1,386s + 7 HRc

• Untuk Hardening & Tempering Steel:


J6-40 = 102√C + 22Cr + 21 Mn + 7Ni + 33Mo – 15,47√s
+1,102s – 16 HRc

• Menggunakan persentase kandungan unsur


Pemakaian Hardenability
• Asumsi:
– Setiap titik Jominy mengalami pendinginan dengan laju
tertentu, besarnya sama untuk setiap titik Jominy pada
posisi yang sama pada batang Jominy lainnya.
– Baja dengan komposisi kimia yang sama yang mengalami
pemanasan dan pendinginan yang sama akan mempunyai
strukturmikro yang sama, sifatnya sama, kekerasannya
sama
– Suatu titik pada suatu benda yang diquench, yang
mengalami pendinginan yang sama dengan laju
pendinginan pada suatu titik Jominy akan mempunyai
kekerasan yang sama dengan kekerasn titik Jominy tsb
PEMAKAIAN KURVA HARDENABILITY
(Kesetaraan jarak jominy dengan jarak di suatu titik di bawah
permukaan

Teknik Mesin - ITATS Perlakuan Panas – Vuri Ayu Setyowati, S.T., M.Sc. 33
PEMAKAIAN KURVA HARDENABILITY
(Kesetaraan titik di bawah permukaan batang dengan H tertentu)

Teknik Mesin - ITATS Perlakuan Panas – Vuri Ayu Setyowati, S.T., M.Sc. 34
PEMAKAIAN KURVA HARDENABILITY
(Kesetaraan titik di bawah permukaan batang dengan H tertentu)

Teknik Mesin - ITATS Perlakuan Panas – Vuri Ayu Setyowati, S.T., M.Sc. 35
PEMAKAIAN KURVA HARDENABILITY
(Kesetaraan titik di bawah permukaan batang dengan H tertentu)

Teknik Mesin - ITATS Perlakuan Panas – Vuri Ayu Setyowati, S.T., M.Sc. 36
PEMAKAIAN KURVA HARDENABILITY
(Kesetaraan titik di sumbu batang dengan H tertentu)

Teknik Mesin - ITATS Perlakuan Panas – Vuri Ayu Setyowati, S.T., M.Sc. 37

Anda mungkin juga menyukai