Anda di halaman 1dari 21

MANUSIA

DAN AGAMA
Kesulitan mendefinisikan Agama:
1. Etnosentrisme; agama selalu diterima
dan dialami secara subyektif. Orang
sering mendefinisikan agama sesuai
dengan pengalamannya dan
penghayatannya pada agama yang
dianutnya.

2. Kompleksitas; definisi hanya


menangkap sebagian dari realitas
agama. Definisi adalah batasan; dan
agama sangat sulit dibatasi.
AGAMA: ETIMOLOGIS
 Agama - Sanskerta; kata dasar gam (pergi)  agama
(jalan); jalan yang harus ditempuh manusia sepanjang
hidupnya; atau jalan yang menghubungkan antara
sumber dan tujuan hidup manusia.
Pengertian “jalan” ciri hakiki banyak agama; Taoisme
dan Shinto (jalan). Buddhisme menyebutkan undang-
undang pokoknya dengan jalan; Yesus menyuruh
pengikutnya untuk mengikutinya jalannya; dalam Islam
thariqat, syari’ah, shirath (jalan).

 Religi (latin, relegere/relegare) “berhati-hati dan


berpegang pada norma-norma atau aturan-aturan
secara ketat”  keyakinan, nilai-nilai dan norma-norma
hidup yang harus dipegangi dan dijaga dengan penuh
perhatian, agar jangan sampai menyimpang dan lepas.
AGAMA: ETIMOLOGIS
 Din (Arab); agama, pembalasan, hukum, ketaatan,
ketundukan.
 Secara etimologis, kata yg terdiri dari d-y-n (dayn-
dyn): 2 pihak yg melakukan interaksi, dimana pihak
pertama mempunyai kedudukan yg lebih tinggi dari
pihak kedua.
 Din: hubungan antara makhluk dan Khalik yg
diwujudkan dlm bentuk sikap taat, tunduk, dan patuh
dlm beribadah kepada-Nya.
 Din: peraturan Ilahi yg mengantarkan orang yg berakal
sehat atas kehendak mereka sendiri menuju
kebahagiaan dunia akhirat (Abdullah Darraz)
AGAMA: TERMINOLOGIS

SUBSTANTIF Mukti Ali: “Kepercayaan kepada Tuhan


Apa yang Yang Maha Esa dan hukum-hukum yang
diyakini /
dipercayai oleh
diwahyukan kepada kepercayaan
individu atau utusan-utusan-Nya untuk kebahagiaan
umat dari
agamanya?
manusia di dunia dan di akhirat”.

Batson, Schoenrade, Ventis: “Apa saja


FUNGSIONAL
Apa peran yang kita lakukan sebagai individu
agama dalam dalam usaha kita mengatasi masalah-
kehidupan
personal dan masalah yang kita hadapi karena kita
masyarakat? sadar bahwa kita, dan yang lain seperti
kita, hidup dan bakal mati.”
PSIKOGRAFI AGAMA: Peta Keberagamaan
1. Dimensi Ideologis
Berkaitan dengan apa yang harus dipercayai; tauhid (Islam), Trinitas
yang Suci (Kristen), Ahuramazda (Zoroaster).
a. Kepercayaan yg menjadi dasar esensial suatu agama: Kepercayaan
kepada Nabi Muhammad Saw. (Islam), ketuhanan Kristus (Gereja
Katolik)
b. Kepercayaan yg berkaitan dengan tujuan Ilahi dalam penciptaan
manusia. Islam: beramal saleh (Qs. al-Mulk [67]:2). Yahudi: umat
pilihan Tuhan dgn misi menciptakan dunia yang lebih baik secara
moral-spiritual. Hindu: memperoleh keselamatan dgn mengikuti 3
jalan: Jalan Kerja, Jalan Pengetahuan, dan Jalan Pengabdian.
c. Kepercayaan yang berkaitan dengan cara terbaik untuk
melaksanakan tujuan Ilahi di atas. Islam: cara beramal saleh adlh
mengabdi kepada Allah dan berkhidmat kepada sesama manusia.
Budha: berbuat baik ialah menjalankan 8 yang Benar, spt bernapas yg
benar, bicara yg benar. Shinto: setia dan melaksanakan kewajiban
untuk keluarga dan nenek moyang
2. Dimensi Ritualistik
Berkaitan dengan dengan sejumpah perilaku khusus yang
ditetapkan oleh agama; tata cara ibadah, shalat dengan
menghadap kiblat beserta ruku’ dan sujud, berpuasa,
pembaptisan, pengakuan dosa, menjalankan ritus-ritus khusus
pada hari-hari suci.

3. Dimensi Eksperensial
Berkaitan dengan perasaan keagamaan yang dialami oleh
penganut agama (religious experiences); kekhusyuan di
dalam shalat.
4. Dimensi Intelektual
Berkaitan dengan sejumlah informasi khusus yg harus
diketahui para pengikutnya; Ilmu fiqh (Islam), Perjanjian
Baru (Kristen)

5. Dimensi Konsekuensial
Menunjukkan akibat ajaran agama dalam perilaku umum,
yang tidak secara langsung dan secara khusus ditetapkan
agama (seperti dalam dimensi ritualistik)  efek ajaran
agama pada perilaku individu dalam kehidupannya sehari-
hari;
Martin Luther King Jr. berjuang untuk menentang
diskriminasi rasial di Amerika Selatan.; Jim Jones mendorong
hampir seribu pengikutnya untuk minum racun, juga atas
dasar agama
KEBUTUHAN MANUSIA KEPADA AGAMA

1. Beragama adalah fitrah manusia


Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada
agama (Allah), (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui
(QS. al-Rum: 30).
- Bukti Historis dan Antropologis: pada
masyararakat primitif sll muncul berbagai
keyakinan: dinamisme, animisme, dll
2. Kelemahan dan kekurangan manusia

Agama dalam bentuk apa pun tetap memenuhi kebutuhan


manusia yang paling ideal (Anselm Fuerbach)
KEBUTUHAN MANUSIA KEPADA AGAMA
Kebutuhan Dasar Manusia:
 Kebutuhan Material/fisik: bersifat alami, sama pada
semua orang, mendesak

 Kebutuhan Spiritual (kebutuhan akan Tuhan dan


agama): ada pada semua orang, dapat ditangguhkan.
Dan Kami menyeberangkan Bani Israil ke laut,
lalu mereka diikuti oleh Firaun dan bala
tentaranya, yang hendak menganiaya dan
menindas; sehingga ketika Firaun tenggelam ia
berkata: Saya beriman bahwa tidak ada tuhan
kecuali Tuhan yang diimani Bani Israil, dan saya
termasuk orang-orang Muslim (Qs. Yunus:90)
KLASIFIKASI AGAMA

Agama Budaya Agama Samawi


• Tumbuh dan berkembang • Turun dari langit
secara alami bersama (berasal dari Tuhan)
dengan sistem dan
lingkungan budaya
masyarakat (agama
alami).
• Produk penggunaan akal • Disampaikan melalui
dan budi daya manusia wahyu kepada Rasul
(agama akal) dalam untuk disampaikan
kehidupannya di muka kepada manusia
bumi (agama bumi/ (agama wahyu)
(ardli)
AGAMA DAN KESEHATAN

o Banyak penelitian yang menunjukkan efek


positif keagamaan terhadap kesehatan
mental dan kebahagiaan spiritual.
o A.E. Bergin melakukan meta-analisis pada
hasil-hasil penelitian tentang agama dan
kesehatan mental. Ia menyimpulkan bahwa
”jika religiusitas dikorelasikan dengan
ukuran kesehatan mental, dari 30 efek yang
ditemukan, sebanyak 47 % menunjukkan
hubungan positif, dan 30 % hubungan zero.
Jadi, 77 % dari hasil penelitian bertentangan
dengan teori efek negatif agama.
The Healing Power of Faith
1999, Harold G. Koenig, M.D.

Orang-orang beragama dengan nilai spiritual tinggi


 punya KELUARGA yang lebih bahagia
 punya GAYA HIDUP yang lebih sehat
 dapat mengatasi stress
 melindungi dari dan menyembuhkan depresi
 hidup lebih lama dan lebih sehat
 melindungi orang dari kardiovaskular
 punya sistem imun yang lebih kuat
 lebih sedikit menggunakan
jasa rumah sakit
David Larson:
Hubungan Spiritualitas dengan Kesehatan
1. Meditasi mengurangi tingkat kolesterol serum
2. Kepercayaan agama mengurangi tingkat rasa sakit pada
pasien kanker;
3. Lebih banyak orang yang religius ketimbang yang tidak
religius selamat setelah pembedahan jantung;
4. Ada hubungan antara kehadiran di gereja secara
mingguan dengan tingkat penyakit jantung yang lebih
rendah dan emphysema;
5. Dalam penelitian yang melibatkan pasien
kardiak, yang didoakan mengalami lebih
sedikit kegagalan jantung, serangan
jantung, dan pneumonia
MODEL KEBERAGAMAAN

• KEBERAGAMAAN EKSTRINSIK:
MEMBAWA PENDERITAAN

• KEBERAGAMAAN INTRINSIK:
MEMBAWA KEBAHAGIAAN
Keberagamaan Ekstrinsik

Orang dengan orientasi keberagamaan


ekstrinsik menggunakan pandangan agamanya
untuk memperoleh rasa aman, ketentraman,
status sosial, atau dukungan sosial untuk
dirinya- agama bukan untuk agama itu sendiri,
agama berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
lain, agama semata-mata dijalankan untuk
dimanfaatkan (something to use not to live)

Allport and Ross, 1967:441


Keberagamaan Ekstrinsik

 Memandang agama sebagai sesuatu untuk


dimanfaatkan, dan bukan untuk kehidupan
(something to use but not to live).
 Agama digunakan untuk menunjang motif-motif
lain: kebutuhan akan status, rasa aman atau
harga diri.
 Melaksanakan bentuk-bentuk luar dari agama. Ia
puasa, salat, naik haji dan sebagainya tetapi tidak
di dalamnya.
 Menjadikan agama sebagai alat politis dan
ekonomis
Keberagamaan Intrinsik

 Memasukkan nilai-nilai agama ke dalam dirinya. Nilai


dan ajaran agama terhujam jauh ke dalam jiwa
penganutnya.
 Adanya internalisasi nilai spiritual keagamaan.
 Ibadah ritual bukan hanya praktik tanpa makna.
Semua ibadah itu memiliki pengaruh dalam sikapnya
sehari-hari.
 Agama adalah penghayatan batin kepada Tuhan.
Agama dipandang sebagai comprehensive
commitment dan driving integrating motive, yang
mengatur seluruh hidup seseorang.
 Agama diterima sebagai faktor pemadu (unifying
factor).
Keberagamaan Intrinsik
Alat Tujuan
 Berintegrasi • Spiritual
dengan kehidupan • Penyatuan
 Petunjuk kehidupan • Kasih sayang
 Diyakini sepenuh
• Itsaar
hati
(unselfish)
KEBERAGAMAAN INTRINSIK:
• Lebih sedikit dendam atau bermusuhan
• Lebih baik dalam penyesuaian
• Lebih senang menolong
• Lebih sedikit depresi
• Lebih bisa mengatasi musibah (Greater
coping efficacy)
• Lebih bahagia (Greater well-being)
• Lebih sehat secara mental (Better mental
status)
• Lebih dewasa (personal growth)
 Kehidupan modern ditandai dengan perkembangan dan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
 Kemajuan iptek pada satu sisi mampu menjadikan
kehidupannya makmur dan sejahtera secara meteriil.
Tetapi, pada sisi lain, manusia tidak mampu
menemukan dan merumuskan tujuan hidup yang pasti;
tidak mampu menemukan nilai-nilai universal yang
hakiki, yang mampu menjadi sumber kekuatan
pengendali dan pengontrol perkembangan iptek
modern.
 Dampak dari semua itu, (1) manusia merasa hidup
mandiri dan menolak pengaruh dan kontrol yang
berasal dari agama; (2) berkembangnya kehidupan
sosial budaya sekuler secara bebas  mengancam
kehidupan umat manusia.

Anda mungkin juga menyukai