Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PARASITOLOGI

PEMERIKSAAN ENTAMOEBA COLI PADA FESES

Oleh :

Kelompok 8

Ni Komang Dwi Paryanti (P07134016 010)

Dwi Kartika Sari (P07134016 032)

Kadek Putri Dwi Cahyanti (P07134016 038)

Ni Made Dwi Adnyani (P07134016 041)

Ni Made Tik Dwi Manda Sari (P07134016 047)

Komang Feri Kharisma (P07134016 048)

Ade Nandani Widyastuti (P07134016 055)

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN

DENPASAR

2017
I. Judul

Pemeriksaan Entamoeba Coli Pada Feses

II. Tujuan
a. Tujuan Intuksional Umum
- Mahasiswa dapat memahami pemeriksaan Entamoeba Coli pada
feses.
b. Tujuan Intruksional Khusus
- Mahasiswa mampu mengetahui prosedur pemerikasaan Entamoeba
coli pada feses.
- Mahasiswa dapat melakukan identifikasi Entamoeba coli pada feses.

III. Metode
Sediaan basah dengan pewarnaan eosin

IV. Prinsip
Dengan penambahan zat eosin maka mikroorganisme dan unsur-
unsur lain dalam tinja tampak lebih jelas. Pemeriksaan dilakukan dibawah
mikroskop perbesaran lensa objektif 40x.

V. Dasar Teori

Insidensi ameobiasis di Indonesia cukup tinggi, data tahun 2011


menyebutkan angka dengan rentang 10-18%, jumlah ini merupakan kedua
terbanyak setelah mala ria untuk penyakit yang disebabkan oleh protozoa.
Entamoeba histolytica termasuk ke dalam genus Entamoeba Sp. yang terdiri
dari 6 spesies yang hi dup di lumen usus manusia. Spesies-spesies tersebut
antara lain Entamoeba histolytica, Entamoeba dispar, Entamoeba
moshkovskii, Entamoeba poleki, Entamoeba coli, dan Entamoeba
hartmanni. Entamoeba dispar dikelompokkan sebagai komensal parasit pada
sistem pencernaan manusia, Entamoeba hartmanni hidup di sedimen
anoxide, sedangkan Entamoeba histolytica dapat dikategorikan sebagai
pathogen (Yusnita et al., 2017).

Entamoeba coli adalah amoebae non patogen, tersebar luas di seluruh


dunia, dan merupakan parasit amuba paling umum pada manusia.
Kehadirannya di tinja manusia menunjukkan bahwa pasien telah menelan
makanan yang terkontaminasi tinja. Entamoeba coli menyerupai E.
histolytica. Dua spesies ini sering salah didiagnosis dan menyebabkan
pengobatan yang tidak perlu untuk parasit non-pathogenik. Morfolologi E.
coli sangat mirip dengan morfologi E. histolytica yaitu memiliki dua bentuk
utama dengan satu bentuk peralihan yaitu bentuk tropozoit, bentuk prekista
dan bentuk kista. Bentuk vegetatif (trofozoit) E. coli ukurannya sebesar 15-
50 μm serta mempunyai inti entamoeba. Endoplasma mempunyai vakuola,
mengandung bakteri dan lain-lain. Bentuk ini tidak dapat dibedakan dari E.
histolityca bentuk minuta. Dalam tinja ukuran kista sebesar 10-31 μm dan
biasanya berinti 2 dan 8. Yang berinti 2 mempunyai vakuola glikogen besar
serta memiliki benda khromatoid seperti jarum dengan ujung tajam (Yusnita
et al., 2017)

Di dalam endoplasma terdapat banyak vakuola makanan yang


mengandung bakteri dan sisa makanan, tapi tidak ada sel darah merah.
Tropozoit mengandung nukleus tunggal yang lebih besar dari nukleus E.
histolytica, yang relatif dengan membran nuklida tebal yang dilapisi oleh
butiran kromatin yang tidak beraturan. Kariosom eksentrik dan dikelilingi
oleh kapsul seperti halo yang terhubung ke membran nuklir oleh fibril tipis
dan ada butiran kromatin kecil yang berserakan pada fibril ini. Jenis nukleus
ini disebut coli-type nucleus. Bentuk kista bulat, lebih besar dari E.
histolytica, bila tidak matang, biasanya mengandung satu nukleus kemudian
saat menjadi dewasa, ia memiliki 8 atau 16 atau bahkan 32 nuklei. Dalam
sitoplasma kista imatur terdapat massa glikogen yang relatif besar dan tajam,
massa ini hilang setelah pematangan kista. Ada banyak badan kromatoidal,
benang atau serpihan dengan ujung runcing, biasanya ditemukan dalam
bundle (Zanaria, Hidayat, Muhsin, Safarianti, & Nurwahyuniati, 2016).

Diagnosis E. coli dilakukan dengan mengidentifikasi trofozoit atau


kista dalam sediaan salin atau yodium, Diagnosis E. coli Biasanya dilakukan
melalui pemeriksaan visual dari kista parasit melalui mikroskop cahaya,
metode baru dengan menggunakan teknik biologi molekular telah
dikembangkan. Keberadaan E. coli dianggap tidak berbahaya. Penyakit yang
ditimbulkan akibat infeksi entamoeba coli salah satunya adalah diare. Diare
terjadi jika seseorang mengeluarkan feses dalam bentuk yang encer. Jika
kotoran tersebut mengandung lendir dan darah, penderita telah mengalami
fase yang disebut disentri. Diare dapat terjadi dalam kadar yang ringan
maupun berat. Biasanya terjadi secara mendadak, bersifat akut, dan
berlangsung dalam waktu lama. Penyakit ini dapat disebabkan oleh berbagai
hal dan kadang diperlukan pengobatan khusus. Namun sebagian besar diare
dapat diobati sendiri di rumah, meskipun kita tidak yakin penyebab yang
menimbulkannya. Diare dibagi menjadi tiga tipe. Tipe-tipe tersebut adalah
diare noninflamatori (noninflammatory diarrhea), diare inflamatori
(inflammatory diarrhea), dan diare pada penyakit sistemik. Istilah lain untuk
diare noninflamatori adalah diare sekretori (secretory diarrhea) dan diare
encer (watery diarrhea). Sinonim diare inflamatori adalah diare berdarah
(bloody diarrhea) dan disenteri (dysentery) (Zanaria et al., 2016).

1. Diare Noninflamatori
Diare Noninflamatori melibatkan usus halus proksimal. Penyebab
Diare Noninflamatori adalah Norovirus, Rotavirus, Adenovirus Enterik,
Astrovirus, ETEC, EAggEC, Vibrio cholerae, Clostridium perfringens,
Bacillus cereus, Staphylococcus aureus, Giardia lamblia,
Cryptosporidium parvum, Isospora belli, Cyclospora cayetensis, dan
mikrosporidia.
2. Diare Inflamatori
Diare Inflamatori melibatkan usus besar. Mikroba yang
menyebabkan Diare Inflamatori bersifat invasif terhadap usus
(enteroinvasive microorganisms). Penyebab Diare Inflamatori adalah
Entamoeba histolytica, Shigella spp., EIEC, EHEC, Salmonella
enteridis, Campylobacter jejuni, Vibrio parahaemolyticus, dan
Clostridium difficile. Sampai saat ini, virus belum terbukti sebagai
penyebab Diare Inflamatori.

3. Diare Pada Penyakit Sistemik


Salah satu contoh Diare Pada Penyakit Sistemik adalah Demam
Enterik. Istilah lain untuk Demam Enterik adalah Demam Tifoid. Diare
Pada Penyakit Sistemik melibatkan usus halus distal. Penyebab Diare
Pada Penyakit Sistemik adalah Salmonella typhi, Slamonella non-typhi,
Yersinia enterocolitica, dan Campylobacter spp.. Virus dan parasit
belum terbukti secara empiris sebagai penyebab Diare Pada Penyakit
Sistemik.

Ada beberapa cara pemeriksaan protozoa usus, yaitu (Supriatin, 2006). :


a. Pemeriksaan secara natif, larutan yang digunakan bisa NaCl, larutan
Eosin 2 % atau Iodium (pilih salah satu saja). Kegunaan pemeriksaan
natif dapat dilakukan dengan cepat, larutan eosin 2% digunakan untuk
melihat bentuk tropozoit usus. Larutan lugol digunakan untuk melihat
inti dan bentuk kista.
b. Modifikasi metode Mertiolat-Iod-Formalin (MIF). Metode ini baik
digunakan untuk mendiagnosia secara laboratorium adanya kista dan
tropozoit protozoa usus dan adanya telur cacing

Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia


melalui anus sebagai sisa dari proses pencernaan makanan di sepanjang
sistem saluran pencernaan (tractus digestifus). Pengertian tinja ini juga
mencakup seluruh bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia
termasuk karbon monoksida (CO2) yang dikeluarkan sebagai sisa dari
proses pernapasan, keringat, lendir dari ekskresi kelenjar, dan sebagainya.
Feses (tinja) juga merupakan hasil pemisahan dan terdiri dari : sisa – sisa
makanan; air; bakteri; zat warna empedu (Uliyah Musrifatul, 2008).

Ciri khas tinja yang mengandung amoeba (Uliyah Musrifatul, 2008) :


1. Makroskopis :
 Bersifat asam
 Bau busuk dan anyir/amis
 Berlendir tapi tidak begitu lengket
 Darah/tidak berdarah (darah mungkin didapat bersamaan dengan
tinja padat)
2. Mikroskopis :
 Terdapat bakteri yang cukup banyak
 Terdapat Entamoeba histolytica yang mengandung eritrosit
 Kadang - kadang ditemukan juga bentuk kista
 Leukosit jarang
 Eritrosit berkelompok tidak bercampur dengan tinja terdapat kristal
charcot-leyden
 Tidak tampak sel makrofag/sedikit sekali.

Syarat Pengumpulan Feses (Uliyah Musrifatul, 2008) :


 Tempat harus bersih, kedap, bebas dari urine, diperiksa 30 – 40 menit
sejak dikeluarkan. Bila pemeriksaan ditunda simpan pada almari es.
 Pasien dilarang menelan barium, bismuth dan minyak dalam 5 hari
sebelum pemeriksaan.
 Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan.
 Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher
 Pasien konstipasi
VI. Waktu Dan Tempat

Hari/Tanggal : Jumat, 2 Maret 2018

Waktu : 14.30-17.20 WITA

Tempat Praktikum : Praktikum parasitologi dilakukan di Laboratorium


Bakteriologi Jurusan Analis Kesehatan, Politeknik
Kesehatan Denpasar.

VII. Alat Dan Bahan


a. Alat : - Api bunchen
- Tusuk gigi
- Objek glass
- Cover glass
- Pipet tetes

b. Bahan : - Sampel feses


- Pewarna eosin 2 %
- Tissue

VIII. Prosedur Kerja


1. Digunakan APD dengan baik dan benar
2. Dipersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
3. Kaca objek difiksasi kemudian ditetesi 1 tetes eosin dengan pipet tetes
4. Diambil sampel feses di bagian tengah atau permukaan yang
mengandung darah/lendir dengan ujung tusuk gigi
5. Diratakan dengan menggunakan tusuk gigi hingga rata
6. Kemudian ditutup dengan cover glass kemudian diberi label pada objek
glass
7. Preparat diletakkan pada meja mikroskop, kemudian diamati pada
perbesaran objektif 10 x untuk melihat lapang pandang
8. Selanjutnya diamati dengan mikroskop pada perbesaran objektif 40x
9. Diamati preparat kemudian hasilnya dilaporkan
IX. Hasil Pengamatan

Sampel Probandus Usia Jenis Kelamin

Komang Fery Kharisma 20 tahun Laki - laki

Gambar keterangan

Preparat I (sampel Feses + Eosin) Berdasarkan hasil pengamatan yang


telah dilakukan pada preparat I
sampel feses yang telah diberi
pewarna eosin dengan perbesarann
10x dan 40x, didapatkan hasil
negatif atau tidak ditemukannya
entamoeba coli pada preparat.

Hanya kotoran atau sisa – sisa


makanan

Preparat II (sampel Feses + Eosin) Berdasarkan hasil pengamatan yang


telah dilakukan pada preparat II
sampel feses yang telah diberi
pewarna eosin dengan perbesarann
10x dan 40x, didapatkan hasil
negatif atau tidak ditemukannya
entamoeba coli pada preparat.

Hanya kotoran atau sisa – sisa


makanan
VII. Pembahasan

Dalam pratikum pada hari Jumat,2 Maret 2018 yang bertempat pada
Laboratorium Parasitologi Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan
Denpasar dengan menggunakan sampel tinja manusia dengan bercirikan
teksturnya padat, memiliki warna kuning kecoklatan, dan memiliki bau khas
feses. Pratikum ini dilakukan dengan mengetahui adanya Entamoeba coli
dan menemukan jenis tropozoid yang terdapat pada sampel tersebut. Metode
yang digunakan pada pratikum yaitu metode sediaan basah dengan
pewarnaan eosin. Metode sediaan basah tersebut merupakan suatu cara
pengerjaan di pratikum yang tidak memerlukan waktu cukup lama, selain
tidak mahal dan bahan yang digunakan juga sering ditemukan. Dengan
pewarnaan menggunakan eosin maka pada sampel yang tercat yaitu
morfologi parasit pada sitoplasmanya yang berwarna merah bata jika dilihat
pada mikroskop dengan pembesaran10x dan 40x. Pada pratikum yang telah
dilakukan dengan mengidentifikasi secara mikroskopis tidak adanya
ditemukan adanya tropozoid dan entamoeba coli karena sampel yang
digunakan pasien yang tidak mengalami disentri sehingga hasil yang telah
didapat negatif pada pratikum yang telah dilakukan.

Amoebiasis adalah penyakit manusia dan hewan ditandai dengan


gastroenteritis dan dermatitis. Hal ini disebabkan oleh infeksi protozoa
parasit Entamoeba coli. Entamoeba coli merupakan spesies non-patogenik
Entamoeba yang sering ada sebagai parasit komensal di saluran pencernaan
manusia. Penyakit yang ditimbulkan dari terinfeksinya Entamoeba coli ini
adalah diare. Diare terjadi jika seseorang mengeluarkan feses dalam bentuk
yang encer. Jika kotoran tersebut mengandung lendir dan darah, penderita
telah mengalami fase yang disebut disentri. Diare dapat terjadi dalam kadar
yang ringan maupun berat.Biasanya terjadi secara mendadak, bersifat akut,
dan berlangsung dalam waktu lama. Penyakit ini dapat disebabkan oleh
berbagai hal dan kadang diperlukan pengobatan khusus. Namun sebagian
besar diare dapat diobati sendiri di rumah, meskipun kita tidak yakin
penyebab yang menimbulkannya. (Tangel & Tuda, Josep S.BPijoh, 2016)

Anemia mungkin juga menjadi salah satu tanda-tanda klinis dalam


lanjutan kasus karena konsumsi dan kerusakan sel darah merah dengan
bentuk trophozoit dari amoeba. Sumber utama organisme ini juga air minum
yang terkontaminasi oleh kotoran manusia, atau pembawa manusia, dengan
penduduk miskin Kondisi sanitasi bisa, dengan penanganan makanan,
infeksi lainnya Infeksi adalah dengan menelannya Kista sangat resisten yang
turun ke usus besar. Infeksi protozoa ini , berasal dari usus besar yang
membutuhkan flora bakteri biasa Aerobacter aerogenes dan Escherichia coli
bersama dengan enzim trypsin dan pepsin untuk organisme untuk
menyerang epitel usus. Dengan penetrasi yang dalam, amoebae mungkin
masuk ke limfatik atau mesenterika venula dan menyerang jaringan lain dari
tubuh seperti hati. Di sini mereka terjebak, menghasilkan litik nekrosis dan
akhirnya kurangnya membran piogenik yang merupakan penyakit
pathognomonic. Kulit ulserasi akibat invasi amoeba juga bisa terjadi
Infeksi.(Wittnich, 1976)

Tingkat keparahan klinis berkisar antara bagian somatik kista di


bangku disentri fulminan Berpotensi fatal amoebiasis ekstraintestinal,
termasuk abses hati amoebic. Kehamilan, immuno kompromi, penggunaan
kortikosteroid, alkohol penyalahgunaan dan diabetes adalah faktor risiko
penyakit parah Transmisi bisa seksual atau terjadi melalui kontaminasi tinja
makanan dan air. Sebagian besar infeksi diperoleh di luar negeri di daerah
tropis dan daerah subtropis, meskipun kontak rumah tangga dari pasien
dengan infeksi ini, pria yang berhubungan seks dengan pria dan penduduk
juga beresiko.(Smolen, 2013)

VIII. Kesimpulan

Dari pratikum yang telah dilakuka pada hari Jumat, 3 Maret 2018 di
tempat laboratorium Parasitologi Jurusan Analis Kesehatan Politekik
Kesehatan Denpasar telah melakukan pemeriksaan parasit Entamoeba coli
dengan menggunakan sampel feses mahasiswa menggunakan metode basah
dengan pewarnaan eosin, telah melakukan pengamatan di bawah mikroskop
pada pembesaran 10x dan 40x hasil yang didapat yaitu negatif tidak
ditemukan trpozoid dan Entamoeba coli .
DAFTAR PUSTAKA

Smolen, J. (2013). Entamoeba histolytica, 185(12), 121576.


https://doi.org/10.1503/cmaj.121576

Supriatin. (2006). Diktat dan Petunjuk Praktikum Protozoologi Medik . Bandung :


Akademi Analis Kesehatan Bakti Asih , 56-57.

Tangel, F., & Tuda, Josep S.BPijoh, V. D. (2016). Infeksi parasit usus pada anak
sekolah dasar di pesisir pantai Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara.
Jurnal E-Biomedik, 4(1), 70–75.

Uliyah Musrifatul, A. A. (2008). Praktikum Keterampilan Dasar Praktek Klinik.


Jakarta : Salemba Medika.yWittnich, C. (1976). Case report, 17(10), 259–
263.

Yusnita, S. R. I., Sari, I., Hamda, M. E., Cahyadi, A. D. I. I., Utami, M.,
Ravichandran, M., & Raksanagara, A. (2017). Deteksi entamoeba sp. dan
telur cacing pada sumber air bersih di wilayah kumuh perkotaan di kota
bandung. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, (38).

Zanaria, T. M., Hidayat, R., Muhsin, Safarianti, & Nurwahyuniati. (2016).


PENUNTUN PRAKTIKUM PROTOZOA USUS. Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala.
LAMPIRAN GAMBAR

Dihidupkan api bunsen


untuk menfiksasi preparat diteteskan 1 tetes eosin diambil sampel feses
pada objek glass

diratakan sampel feses tutup objek glass yang


diatas eosin telah berisi sample dan preparat yang telah siap
eosin dengan cover glass diamati
LEMBAR PENGESAHAN

Denpasar, 8 Maret 2018

Kelompok 8

Mengetahui, Mengetahui,

I Wayan Merta, SKM., M.Si Nyoman Mastra, SKM., S.Pd.,M.Si

Mengetahui, Mengetahui,

I Nyoman Jirna, SKM.,M.Si Heri Setiyo Bekti, SST

Anda mungkin juga menyukai