Anda di halaman 1dari 32

BAB 1

LANDASAN KONSEPTUAL KOMUNIKASI PEMBANGUNAN

A. MENYOAL EKSISITENSI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN


Beraangkat dari pandangan bahwa eksistensi komunikasi pembangunan
sebagai sebuah studi komperhensif dalam nenpercepat dan menuntaskan
permasalahan pembangunan, studi komunikasi pembangunan menjadi kajian
populer di negara Dunia Ketiga. Pada dimensi teoritis, studi ini di kembangkan
melalui kajian dan analisis mendalam yang di arahkan dalam upaya pencarian
konsep atau pembangunan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. Tahap
ini, selanjutnya akan menuntun jalan bagi munculnya kesadaran baru dengan
konsep-konsep yang bersifat korektif. Pada dimensi praktis, penelusuran di
arahkan pada pencarian strategi, teknik dan metode yang efektif dan
berhubungan dengan aspek-aspek operasionalisasi studi ini bagi masyarakat
dan negara. Pada tahap ini, kajian analisis di fokuskan pada penggunaan studi
komunikasi pembangunan dalam menyelesaikan permasalahan mendasae
nasyrakat dan negara.
Peran dan fungsi yang dimiliki oleh studi komunikasi yang di pergunakan
sebagai bentuk pendekatan antardisiplin untuk menjawab tantangan dan
tuntutan, sekaligus memberikan pengaruh yang menentukan bagi proses dan
tujuan pembangunan. Munculnya konsep ini di sambit positif oleh sebagian
besar Ilmuwan Komunikasi, termasuk ilmuwan sosial lainnya.
Secara konseptual, komunikasi pembangunan bersumber dari teori
komunikasi dan teoroi pembangunan yang saling menopang. Teori komunikasi
di gunakan unutuk menjabatani arus informasi ( ide, gagasan ) baru, dari
pemerintah kepada masyarakt atau sebaliknya. Melalui proses komunikasi
pesan-pesan pembanagaunan dapat diteruska dan di terima khalayak untuk
perubahan. Sementara teori pembangunan digunakan sebagai karaktersistik
bentuk perubahan yang diinginkan secara terarah, dan progresif, dari satu
kondisi ke kondisi yang lain, atau dari satu keadaan ke yang lebih baik. Pada
tataran ini konsep komunikasi pembangunan merupakan usaha pemilihan
strategi, dan model komunikasi yang memungkinkan terjadinya proses
perubahahan dalam rangka pembangunan. Tujuannya beruasaha
menyampaikan, mengkaji, dan menjelsakan tentang suatu isu, ide atau gagasan
aktual yang berkaitan dengan perusahaan, menuju pembangunan masyarakt.
Dalam ilmu komunikasi, konsep ini di anggap sebagai spesialisasi penerapan
teoritis dan praktis.
Berdasarka falsafahnya, studi komunikasi pembangunan diilhami oleh
usaha pembebasan dan pencerahan pembangunan dalam rangka meningkatkan
harkat, mertabat dan menanamkan jiwa kemandirian masyrakat.
Secara empiris, penerapan studi komunikasi pembangunan akan di serahkan
pada hal-hal yang berkenan dengan hakikat, tujuan dan manfaat ilmu tersebut
bagi masyarakat. Sebagai disiplin ilm, menyitir pendapat Richard L. Laningan
( dalam Effendy, 2003) dalam karyanya Communication Medels in Philosophy
Review and Commentary, komunikasi pembangunan di arahkan untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar metafisika. Epistemologi, dan
aksiologi. Terkait pula menelah pemahaman ( verstehen) penerapan studi ini
secara
fundamental, metodologis, sistematis, analisis dan kritis. Dengan kata lain,
suatu ilmu dapat di gunakan dan bermanfaat bagi umat manusia.
Walaupun menurut Nasution (2004), pada hakikatnya perbedaan
lahirlah pembangunan dan bukan komunikasi pembangunan hanya terletak
pada konteksnya, namun menurut penulis justru inilah yang menjadi persoalan.
Pehaman akan kenteks (komunikas) inilah yang mampu membantu tindakan
komunikasi kita. Secara luas, konteks di sini berarti semua faktor di luar orang-
orang yang berkomunikasi, baik itu fisik, psikologis, sodial, maupun waktu
Mulyana, 2000).
B. PERKEMBANGAN KONSEP DAN ISTILAH

1. Jurnalisme Pembangunan (Journalism Of Development)


Menurut Laent 1997 (dalam UNDP, 2001) para pelopor jurnalisme
membangun di Asia barkeyakinan bahwa untuk masuk ke jantung
permasalahan pembangunan, para jurnais harus memahami ekonomi. Dari
sinilah istilah jurnalisme pembangunan, dari institut pers yang di prakarsai
Juan Mercado, salah seorang direktur Philipne Press Institute. Tepatnya
ketika Press foundation Of Asia menyelenggarakan kursus latihan penulis
Ekonomi se- Asia yang pertama di Manila pada tahun 1968, yang
mencerminkan penakanan ganda dari jurnalisme pembangunan yaitu, :
a. Pembangunan ekonomi di Asia
b. Teknik penulisan yang jelas
Alhasil, jurnalisme pembangunan sendiri merupakan peliputan
pembangunan sebagai proses daripada sebagai peristiwa pembangunan
yang dimaksud. Penekanan dalam berita pembangunan bukan pada
kejadiaan di saat tertentu., melainkan pada apa yang berlangsung pada
periode tertentu tersebut tersampaikan, diterima dan di responds khalayak
sehinngga menghasilkan proses perubahan sosial dan ekonomi yang bersifat
berkesinambungan dan jangka panjang. Dalam jurnalesme pembangunan,
meliput berita harus bersifat kritis dan analisi yanng mengkahi,
mengevaluasi dan mmberikan ssesuatu dengan memperhatikan hal-hal,
sebagai berikut : pertama, memperhatikan revelansi atau proyek
pembangunan dengan kebutuhan nasioanal dan terutama kebutuhan lokal.
Kedua, memperhatikan perbedaan atau rencana program dan
implementasinya. Ketiga, memperhatika perbedaan dan dampak yang di
rasakan masyarakat. Jurnalisme pembangunan juga harus memperhatikan
kesenjangan perencanaan program dengan implementasi, dan melihat
perbedaan dampak terhadap masyarakat, seperti yang di klaim pemerintah
dengan yang diklaim masyarakat.
2. Komunikasi Penunjang Pembangunan
Komunikasi penunjang pembangunan (KPP) lahir dari birokrasi PBB
melalui proyek UNDP. KPP di rancang oleh Erskine Childers untuk
mununjang berbagai proyek pembangunan melalui program UNDP.
Dengan demikian, KPP bertitik tolak pada proyek-proyek pembangunan.
Berdasarkan asal-usul istilah, Menurut Gercelea (1982) komunikasi
penunjang pembangunan (Development Support Comunucation) di sebut
juga komunikasi penyulihan atau komunikasi pertanian, yaitu komunikasi
yang di tunjukan untuk menunjang pembangunan nasioanal dan lokal,
khususnya di negara-negara berkembang dalam ( UNDP, 2001). Secara
umum komunikasi penunjang pembngunan adalah suatau penggunaan yang
berencana sumber-sumber ( reseorces) informasi dan komuniaksi ( tenaga,
biaya, fasilitas, peralatan, dan media) oleh suatu organisasi untuk mencapai
tujuan.
3. Komunikasi pembangunan ( Development Comunication )

Konsep atau istilah komunikasi pembangunan ( development


comunication) merupakan komponen penting dalam proses program
pembangunan. Konsep ini pertama kali di perkenalkan oleh Lerner melalui
studinya yang berjudul The Passing Of Traditional Society ( tahun 1958)
dengan tabel communication and development. Konsep komunikasi
pembangunan tersebut memiliki ideologi sebagai berikut :
a. Esensi pembangunan adalah pemaksimalan penyediaan barang dan
jasa bagi masyarakat.
b. Dunia maju dan dunia berkembang di bedakan oleh barang dan jasa.
c. Cara cepat dan efektif yang membawa perubahan kesadaran
dilakukan melalui pengunaan teknologi yang berbasis komunikasi,
terutama radio. Radio dan tv mampu menciptakan citra baru,
mobilitas psikis, dan empati.
Sebagaimana yang telah di jelasakan, sebelum konsep komunikasi
pembangunan, telah di kenal luas konsep komunikasimpenunjang
pembangunan sebagai cikal bakalnya. Tehranian (dalam Naasution, 2002)
telah mengidentifikasikan tiga konteks historis yang perlu di pahami dalam
melikat posisi komuniaksi dalam pembangunan. Ketiga konteks historis itu
adalah :
1. Permaslahan Timut-Barat
2. Permasalahan Timur-Selatan
3. Permasalahan Pusat-Pinggiran
Melihat permasalahan komunikasi pembnagunan dalam ruang
lingkup yang lebih luas, melibatkab ideologi-ideologi dan teori-teori liberal
dan Marxix, gab kemiskinan dan culture yang ada dan muncul padpa toeri
pembangunan dapat di telusuri pada tiga aliran pemikiran yang berkembnag
saat itu, yakni :
a. Aliran pemikiran ekonomi klasikdan neoklasik yang menganggap
komuniaksi sebagai suatau prasarana (infrastructure) dalam proses
pembangunan.
b. Aliran pemikiran nonekonom yang memandang komunikasi sebagai
suatu faktor penting daru integral dalam proses perubahan sosial dan
modernisasi.
c. Aliran pemikiran ini didominasi oleh para peneliti terutama
psikologi sosial, yang memfokuskan penelitiannya pada sistem
mikro dan efek media.

4 Istilah Lain Yang Relevan

a. Penyuluhan Pembangunan
Secara Harifah, penyuluhan bersumber dari kata suluh yang
berarti obor, dalam arti kita mampu memberi penerangan, dari
keadaan yang terang menjadi gelap. Penyuluhan merupakan jenis
khusus pendidikan pemecahan masalah yang beriontasi pada
tindakan, mengajarkan, mendemostrasikan, dan memotivasi
sesuatu.
b. Pengembangan Masyarakat
Istilah community development atau pengembangan
masyarakt sering di kaitkan dengan usaha memperbaiki kualita
hidup masyarakat melalui pengembangan dan pendayagunaan
sumber-sumber yang ada pada mereka yang menekankan pada
prinsip partisipasi sosial.

C. ASPEK TEORTIS YANG BERPENGARUH

1. Teori Evolusi
Teori lahir awal abad ke-19 sesudah revolusi industri dan revolusi
prancis, dua revolusi yang tidak sekedar menghancurkan tatanam lama,
tetapi juga membentuk acuan dasar abru dalam pembanngunan. Secara
garis besarnya, menurut A. Comte (1964), teori evolusi menggambarkan
perkembangan masyarakat sebagai berikut :
“ Teori evolusi menganggap bahwa perubahan sosial merupakan
gerakan searah seperti garris lurus. Masyarakat berkembang dari
masyrakat primitif menuju masyarakat maju. Teori evolusi membaurkan
antara pandangan subjektifnya tentang nilsi dan tujuan akhir perubahan
sosial. Perubahan menuju bentuk masyarakat medern merupakan
sesuatu yang tidak dapat di hindari” ( dalam Suwarsono So, 2000: 10)
2. Teori Fungsional
Teori fungsionalisme parsons sering di sebut sebagai konsrvatif
karena menganggap bahwa masyrakat akan selalu berada pada situasi
harmosis, stabil, seimbang dan mapan. Hal ini dapatdi lihat dari kajian
Daniel lerner, Marion levy, Neil Smelser, dan Gabriel Almond dan
akhirnya yang mengilhami praktik pembangunan di berbagai negara.
BAB 2
DIMENSI TOERETIS KOMUNIKASI DAN PERUBAHAN DALAM
PEMBANGUNAN

A. PENTINGNYA MEMAHAMI KOMUNIKASI


Memahami komunikasi ternyata bukanlah perkara sederhana. Banyak pakar
komunikasi memahami dan mendefinisikan komunikasi dari berbagai perspektif.
Berbagai pemaknaan tentang komunikasi hingga saat ini terus berlangsung dan
berkembang. Begitu pentingnya komunikasi dalam kehidupan kita sehingga kita
dapat berbuat tanpa komunikasi.kita bias mengenal,berinteraksi dengan orang lain
dan lingkungan sosial kita karena komunikasi.bahkan dengan komunikasi, kita basa
mengenal diri kita sendiri dan dunia. Tengok saja orang pelobi ulung atau
negosiator yang baik selalu memperhatikan aspek komunikasi sebagai sesuatu yang
penting dan utama dalam tindakannya. berbagai aspek menyangkut komunikasi
seperti: bentuk,jenis,fungsi,metode,teknik,dan tujuan,selalu menjadi pertimbangan
penting dalam melobi.
Sebagai ilustrasi, seorang kandidat oliti,tidak mendapatkan dukungan yang
cukup hanya karena dia gagal berkomunikasi dengan konstituensinya. Tanpa
kounikasi, sulit rasanya kita biasa melakukan keseimbangan,kesetaraan,dan
keharmonisan,yang di dambakan dalam kehidupan. Dalam ilmu
komunikasi,potensi komunikasi yang kita miliki secara jelas di gambakan oleh
Waltzlawick,Beavin dan jakson,we can not not communicate(kita tidak dapat
berkomunikasi)(Mulyana,2000). Berdasarkan pandangan ilustrasi tersebut,kita
sepakat bahwa komunikasi menempati posisi dan fungsi penting dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.sebuah survei yang di lakukan terhadap para manajer
personalia di 175 perusahaan besar di Amerika, menunjukan bahwa komunikasi
lisan dan tulisan menepati urutan pertama dan ke dua dari 24 kecakapan penting
yang berpengaruh pada kesuksesan bekerja (Harsey dan Kenneth dalam mulyana,
2000).
B. MENDEFINISIKAN KOMUNIKASI DAN PERUBAHAN
Saat ini terdapat sejumlah asumsi yang berkembangi tentang peranan
komunikasi bagi terjadinya suatu perubahan, baik pikiran,sikap, maupun tingkah
laku individu dan masyarakat.
Secara konseptual, keragaman pemahaman dan pengertian istilah
komunikasi berpengaruh pada penyusunan keangka rumusan dalam
mendefenisikan ilmu komunikasi sebagai sebuah konsep yang utuh dan
universal.sedangkan secara pragmatis, keragaman defenisi yang ada, membawa
konsekuensi pada penerapan dan pemanfaatan ilmu komunikasi sebagai ilmu yang
mampu menganalisis, menafsirkan,dan menjelaskan suatu fenomena sosial dalam
masyarakat, komunikasi sering kali dihadapkan dengan defenisi-defenisi yang
bertantangan dan berbeda-beda. Berbagai konsep, istilah atau penamaan yang
terkait dengan komunikasi digunakan secara berbeda oleh pakar komunikasi
seperti: bentuk, konteks, bidang, sifat,tatanan, tujuan, fungsi, hingga teknik atau
metode.
Beberapa pakar komunikasi seperti: C.Hovland, Janis dan Kelley, Frosdale,
Brent D.Ruben, dan Gerald R.Miller,secara umum sepakat mendefinisikan
komunikasi sebagai kegiatan mengirim(to transfer) dan memengaruhi (to persuade)
sebagai sebuah proses yang berlangsung secara utuh kepada individu,kelompok dan
organisasi melalui mekanisme tertentu(symbol, sinyal, ide, pengetahuan atau
keterampilan) dengan maksud mengubah dan memelihara system tertentu (tubs dan
moss,1996. Definisi mereka jelas menunjukan bahkan kegiatan komunikasi
merupakan usaha mengarahkan pesan-pesan yang sengaja dilakukan kepada phak
lain (manusia) untuk mendapatkan perubahan yang
diinginkan(pikiran,perasaan,dan tindakan). Lebih lengkapnya beberapa definisi itu
dapat dilihat sebagai berikut:
“Communication is the process by which an individual transmints
stimulus(usually verbal) to modify the behavioir of other individuals”. Komunikasi
adalah proses di mana individu mengirim stimulus(biasanya dalam bentuk verbal)
untuk mengubah tingkah laku orang lain (Hovland,Janis dan Kelly).
Komunikasi adalah suatu proses memberikan sinyal menurut aturan tertentu
sehingga dengan cara ini suatu system dapat didirikan ,dipelihara,dan
diubah(forsdale)
Komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu
penerima atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka(Everett
M. Rogers).

C. FUNGSI KOMUNIKASI BAGI PERUBAHAN


Berdasarkan hasil pengamatanya, para ahli menemukan fungsi-fungsi
komunikasi secara berbeda-beda. Misalnya, Thomas M. Scheidel menegaskan
bahwa kita berkomunikasi, terutama untuk mendukung identitas diri, membangun
kontak sosial, dan mempengaruhi orang lain (berpiki, berperilaku) sesuaiyang kita
inginkan. Sementara Rudolf F. ferderber mengemukakan bahwa komunikasi
mempunyai dua fungsi. Pertama, fungsi sosial, yakni untuk kesenangan,
menunjukan ikatan dengan orang lain,serta membangunan dan memelihara
hubungan. kedua , fungsi pengambilan keputusan, yakni memutuskan untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu pada saat tertentu.
William I. gorden mengemukakan pandangan yang mewakili dari beberapa
fungsi komunikasi yang di sebut sebelumnya. Gorden merumuskan empat fungsi
komunikasi, yakni komunikasi sosial, komunikasi eksperesif ,komunikasi ritual dan
komunikasi instrumental(Mulyana,2000). Fungsi pertama , komunikasi sosial
merupakan sarana aktualisasidiri,eksistensi,dan melepaskan ketegangan kita.
Secara implisit fungsi ini menjelaskan mengenai manajemen diri dan lingkungan
soial yang dapat kita lakukan.fungsi kedua komunikasi ekspresif biasanya di
lakukan untuk menunjukan keadaan atau mengungkapkan ekspresi suka atau tidak
suka terhadap sesuatu hal,baik langsung oleh seseorang maupun kelompok .fungsi
ketiga komunikasi ritual , pada dasarnya komunikasi ritual dimaksudkan untuk
memelihara kestabilan baik berupa ,norma, nilai, maupun adat istiadat tertentu
dalam masyarakat. Fungsi ke empat komunikasi instrumental , pada fungsi ini
komunikasi di pahami sebagai tindakan persuasive yang berhubungan dengan hal-
hal: memberitahu (to inform) membujuk(to persuade) menerangkan atau
menjelaskan (to explaint) bahkan membandingkan (to compare).

D. FAKTOR DETERMINAN KOMUNIKASI BAGI PERUBAHAN

1. Faktor internal komunikasi


Peran dan fungsi setiap unsur saling menguatkan sesuai situasi komunikasi.
Hal inilah yang kemudian diaanggap para ahli menjadi syarat proses komunikasi
yang efektif, baik komunikasi prpbadp (interpersonal). Meskipun terdapat unsur
tambahan dalam beberapa model yang lain, untuk sementara kelima unsur tersebut
masih dianggap dominan di lingkungan akademis.berdasarkan perspektif model
laswell,secara umum dapat dikemukakan factor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan komunikasi yang di lakukan bagi terjaidinya perubahan yakni:
 Kepercayaan dan daya tarik komunikasi
Komunikator(source) sebagai pihak yang berinisiatif menyampaikan
gagasan harus di landasi adanya kepercayaan (source credidibility) dan daya
tarik(source attractiveness) yang di maksud kepercayaan dalam diri
komunikator.,yaitu komuniikator memiliki keahlian (exspertise) sesuai bidangnya
sehingga pesan yang di komunikasikan memiliki daya penetrasi yang tinggi dalam
mendorong dan merangsangperubahan yang diinginkan.Larson 1992 mempertegas
hal ini,”semua bukti didunia menunjukan bahwa pesan yang di rancang dan di
sampaikan dengan sempurna tidak akan membawa perubahan perilaku jika
khalayak tidak mempercayai komunikator”sedangkan yang di maksud daya tarik
komunikator yaitu berhubungan dengan penampilan (performance) atau pesona
diri.dan kepercayaan diri komunikatorsehingga setiap pesan mampu di teruskan
dan di terima sesuai ciri-ciri komunikan (khalayak) .
 Pesan(message)
Pesan yang baik adalah pesan yang dapat di mengerti dan logis.proses
pengiriman pesan mempertimbangkan kondisi-kondisi komunikan(khalayak)
sehingga mampu membangkitkan tanggapan sesuai yang diinginkan. Wilbur
Schramm dalam bukunya the condition of success in communication
mengemukakan bahwa: (a). pesan harus menarik,logis dan layak di sampaikan .(b).
pesan harus menggunakan lambang-lambang yang mudah di pahami sesuai dengan
kerangka kemampuan pengetahuan dan pengalaman(fieldof experience dan frame
of reference) pihak penerima dan tidak berbelit-belit.(c). pesan harus
membangkitkan kebutuhan pribadi sekaligus cara memperoleh kebutuhan
tersebut.(d). pesan harus menyarankan jalan keluar(solusi) pemecahan masalah
dalam situasi kelompok (Effendy,2003).
 Saluran(channel)
Saluran komunikasi adalah wahana atau alat yang di gunakan sebagai media
perantara dalam berkomunikasi, baik bahasa, gambar, bunyi, maupun cahaya.
 Khalayak(audience)
Khalayak atau komunikasi adalah sarana komunikasi yang merupakan factor
kunci untuk mendapatkan efek perubaha yang kita inginkan.untuk
mempermudah teknik dan metode komunikasi perlu dilakukan identifikasi dan
orientasi sasaran yang di tuju.
 Efek(effect
Efek komunikasi adalah tujuan akhir komunikasi.komunikasi di anggap
berhasil atau efektif apabila pesan yang di teruskan dan di terima mampu
membuka cakrawala berpikir sehingga mampu memberi kesan baik atau cara
positif dalam setiap diri khalayak.
Secara teoritis, rogers memberikan kesimpulan atas peran komunikasi dalam
melakukan perubahan.
a. Meneliti dan mengidentifikasi peran yang cocok dan sesuai sehingga
efektif di sampaikan kepada khalayak luas atau terbatas (perorangan dan
kelompok)
b. Menginventarisasikan khalayak sasaran berupa kegiatan pencatatan atau
pengumpulan data awal untuk dapat merumuskanpesan-pesan yang
tepat.
c. Menyusun pesan-pesan secara logis denagn memperhitungkan factor
waktu (timing) momen, dan relvansi antara isi pesan dan dunia
simbolkhalayak yang diyakini dan di percaya.
2. Factor Eksternal : Pengaruh Sosial Dalam Komunikasi
Dalam sebuah system sosial, baik keluarga,kelompok atau organisasi maupun
masyarakat,factor-faktor seperti: nilai,norma,kepercayaan,keyakpnan,bahkan
mitos,selalu eksis dan secara inheren hidup, serta berkembang dalam kehidupan
sosial masyarakat. Suatu system sosial akan bertahan hidup temurun kepada
anggota kelompoknya sebagai sumber rujukan keyakinan dan kepecayaan bersama.
E. TAHAP PERUBAHANDALAM KOMUNIKASI
Pada komunikasi antarpribadi, proses komunikasi berlangsung secara tatap
muka. Sedangkan pada komunikasi kelompok , selain berlangsung secara tatap
muka, proses komunikasi juga mengikat mereka yang terlibat. Dan pada
komunikasi massa , poses komunikasi langsung satu arah (linier), selain memiliki
kemampuan melipat gandakan penyebaran pesan komunikasi, komunikasi massa
juga mempunyai daya memengaruhi (persuasi) khalayak dalam jumlah yang tak
terbatas, untuk ittu, Klaper(McQuail, 1987) membedakan jenis perubahan yang
mungkin tejadi dengan menggunakan media massa yakni:
1. Menyebabkan perubahan yang diinginkan.
2. Menyebabkan perubahan yang tidak diinginkan.
3. Menyebabkan perubahan kecil (bentuk dan intensitas)
4. Memperlancar perubahan (suka atau tidak)
5. Memperkuat apa yang ada.
6. Mencegah perubahan.
F. KOMUNIKASI DAN PERUBAHAN MASYARAKAT
Sebagaimana di sepakati biahwa funfgsi komuikasi beserta aspek yang
terkait dapat menimbulkan perubahan dalam diri individu, maka sesungguhnya
perubahan pun dapat terjadi di dalam masyarakat.peran komunikasi dalam
perubaha masyarakat dalah sebagai pengaruh,pengarah, dan pengendali perubahan
agar perubahan tersebut tetap bermanfaat dan berlangsung secara
teratur.Komunikasi tidak berlangsung dalam ruang hampa-sosial,tetapi dalam suatu
konteks dan kondisi tertentu sesuai dengan dinamikanya
Dengan demikian, hubungan perilaku komunikasi dan dinamika sosial
masyarakat adalah keniscayaan. Potensi komunikasi mempunyai peran kuncidalam
memperkuat,membentuk,dan mengubah masyarakat.perkembangan dunia yang di
dukung kemajuan teknologi informasi, dan transportasi,telah ikut memengaruhi
realitas perubahan sosial-budaya dalam berbagai bidang kehidupan merupakan
persoalan serius.apalagi fenomena komunikasi antar komunitas yang berbeda
budaya semakin dominan, bersamaan dengan beragamnya konsep diri,minat,
kepentingan, kebutuhan, dan gaya hidup, serta system kepercayaan, kelompok
rujukan, dan nilai yang berkembang.

G. RELEVANSI TEORI KOMMUNIKASI PADA PEMBANGUNAN


Teori merupakan seperangkat proporsi yang sistematis, metodis, logis, dan
factual untuk menjelaskan ,mengontrol dan meramalkan sesuatu.realtas yang
terdapat pada sebuah teori merumuskan pemahaman subjektif manusia berdasarkan
fakta empiris yang bersedai. Fakta yang merupakan kumpulan realitas objektif yang
telah diorganisasikan,dan saling berkaitan .
Teori atau model komunikasi yang ada, memungkinkan atau melakukan
suatu perubahan sebagai jembatan menuju pelaksanaan pembangunan.hal ini
penting mengingat banyak di kalanigan praktisi perencana pebangunan keliru atau
salah memahami dan menafsirkan sebuah realitas sosial yang ada dalam masyarakat
akibat kounikasi.

H. PENGGUNAAN TEORI PERSUASI KOMUNIKASI

1. Toeri-teori komuniksi antarpribadi


Definisi komunikasi antarpribadi menurut Joseph A.D evito dalam
bukunya, the interpersonal communication:
Proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau
sekelompok kecil orang dengan beberapa efek dan umpan balik (Devito, 1998).
a. Teori Disonasi Kognitif (Theory of Cognitive Dissonance)
Teori disonansi kognitif merupakan salah satu varian teori konsistensi
kognitif . istilah disonansi kognitif diambil dari teori yang dikemukakan oleh Leon
Festinger, yaitu ketidak sesuaian antar kognisi sebagai aspek sikap dan perilku yang
terjadi pada diri seseorang.
b. Teori pertukaran sosial
Teori ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi
dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharap sesuatu untuk
memenuhi kebutuhanya.
2. Teori-teori komunikasi kelompok
Kelompok adalah sekumpulan orang berinterasi yang mempunyai tujuan
bersama. Pengertian kelompok di tinjau dari pendekatan komunikasi dapat dilhat
dari definisi Robert. A Bales dalam bukunya, interaction process analysis, yakni:
“sejumlah orang terlibat dalam interaksi satu sama lain dalam satu
pertemuan yang bersifat tatap muka (face to face) dimana setiap anggota mendapat
kesan atau penglihatan antara satu sama lainnyaa yang cukup kentara sehingga baik
pada saat timbul pertanyaan sesudahnya, dia dapat memberikan tanggapan kepada
masing-masing sebagai perorangan” (Effendy, 2003).
a. Teori keseimbangan dari heider
Ruang lingkup teori keseimbangan (balance theory) dari haider adalah
mengenai hubungan-hubungan antarpribadi .teori ini berusaha menerangkan
bagaimana individu sebagai bagian dari struktur sosial (misalnya, sebagai suatu
kelompok) cenderung untuk menghubungkan satu sama lain.
b. Teori A-B-X dari Newcomb
Pendekatan newcomb terhadap komunikasi bersifat psikologis, berkaitan
dengan interaksi manusia yang cenderung kepada terbentuknya jaringan kelompok
. model dari newcomb dapat membantu ahli komunikasi kelompok dalam
menjelaskan dan memperkirakan tingkah laku kelompok yang beranggota 2 orang.
Teori ini memusatkan perhatian pada pola hubungan yang ada di antara 2 individu
dalam berinteraksi di antara mereka. System A-B-X dari Newcomb memperluas
teori hubungan antarpribadi dari haider sampai kepada interaksi yang terjadi di
antara anggota dari kelompok yang hanya terdiri dari 2 orang.
c. teori perbandingan Sosial dari Festinger
Teori atau pendekatan perbandingan sosial mengemukakan bahwa tindak
komunikasi dalam kelompok berlangsung karena adanya kebutuhan dari individu
untuk membandingkan sikap, pendapat, dan kemampuanya dengan individu lain.
d. Teori Sosiometris Moreno
Sosiometris merupakan sebuah konsepsi psikologi yang mengacu pada
suatu pendekatan metodologis dan teoretis terhadap kelompok. Teori ini berasumsi
bahwa individu-individu dalam kelompok yang merasa tertarik satu sama lain, akan
lebih banyak berkomunikasi, sebaliknya individu-individu yang saling menolak,
hanya sedikit atau kurang melaksanakan tindak komunikasi.
e. Teori Analisis Proses Interaksi dari Bales
Analisis proses interaksi dari bales adalah system keseimbangan (equilibrium).
Semua unsur komunikasi atau berada dalam keadaan seimbang. Terdapat jumlah
yang sama antara kategori tugas dan kategori sosio-emosional, dan kedua kategori
tersbut dibagi dalam unsur positif dan negatif yang sama, selain itu, penelitian bales
menunjukan bahwa kelompok yang terlibat dalam kegiatan komunikasi yang
berkaitan dengan tugas dan kebutuhan antarpribadi cenderung mempertahankan
keseimbangan mereka.
3 Teori-Teori Komunikasi Massa
Komunikasi massa (massa communication) adalah komunikasi yang
berlangsung dengan menggunakan media massa yang di kelola secara melembaga,
yang di tunjukan untuk sejumlah besar orang yang tak terbatas, anonim, dan
heterogen, (Mulyana,2000) pesan dalam komunikasi massa bersifat umum, cepat,
serentak, dan seketika (khusus media elektronik). pesan-pesan dalam bentuk
komunikasi lain seperti komuikasi antarpribadi, dan kelompok dapat di sampaikan
melalui media massa. Beberapa teori tersebut, yakni:
a. Teori kategori sosial (social cetegoris theory)
Teori ini dikemukakan Melfin De Fleur, yang merupakan pengembangan individu
dengan sumber informasi yang berda. Teori ini berasumsi bahwa terdapat
perkumpulan-perkumpulan, kebersamaan atau kategori-kategori sosial pada
masyarakat yang perilakunya sama ketika diterpa media massa. Kategori sosial
dapat dilihat dalam bentuk hob, profesi gaya hidup, dll.
b. Teori Pembelajaran Sosial (Social tearning theory)
Kendati pada awalnya menjadi bidang penelitian komuikasi massa yang
bertujuan untuk memahami efek terpaan media massa, kini teori ini diaplikasikan
pada perilaku konsumen. Berdasarkan hasil penelitian Albert Bandura, teori ini
menjeskan bahwa khalayak meniru apa yang mereka lihat di televisi, melalui suatu
proses observation learning (pembelajaran hasil pengamatan). Klaper menganggap
bahwa “ganjaran” dari karakter TV diterima khalayak sebagai perilaku antisosial,
termasuk menjadi toleran terhadap perilaku perampokan dan kriminalitas,
menggandrungi kehidupan glamor seperti di televise.
c. Teori Dependensi Media
Teori yang diperkenalkan Sandra Bell Rokeach dan Melvin De Flour,
merupakan loncatan besar dalam perkebangan efek media massa dalam masyarakat.
Kehadiranya yang begitu cepat memengaruhi ikatan sosial, nilai, atau kepercayaan
kita, baik secara individu, kelompok maupun masyarakat. Fenomena
ketergantungan ini, menyetir pendapat Marshall Mc Luhan, dalam bukunya,
Understanding Of Media: The Extensions Of Man (1964), media kini telah ikut
memengaruhi perubahan bentuk masyarakat. Media dianggap bentuk perluasan
kapasitas fisik dan psikis manusia. Media massa tidak hanya memenuhi kebutuhan
informasi atau hiburan, tetapi juga fantasi dan ilusi yang belum terpenuhi lewat
saluran komunikasi tradisional.
Kelahiran teori ini semakin mempertegas bangkitnya media massa
sebagai katrsis pemenuhan informasi masrakat modern. Teorj ketergantungan
media (Media Dependency Theory) pada dasarnya merupakan suatu pendekatan
struktur sosial yang berangkat dari gagasan mengenai sifat suatu masyarakat
modern (masyarakat massa), yang menganggap media massa sebagai sistem
informasi yang berperan penting dalam proses peralihan, pemeliharaan, perubahan,
dan konflik pada tataran masyarakat, kelompok, individu dalam aktivitas sosial.
d. Teori Difusi Inovasi
Teori difusi inovasi merupakan teori yang populer dikalangan pelaku
komunikasi pembangunan, banyak para perencana pelaku pembangunan di Negara-
negara berkembang memanfaatkan teori ini untuk meengaruhi masyarakat dalam
menerima ide-gagasan pembangunan. Tokohnya yang terkenal, Everett M. Rogers
(1998) mendefenisikan difusi sebagai proes dimana suatu inovasi dikomunikasikan
melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu di antara para anggota suatu
sistem sosial. Difusi adalah suatu komunikasi jenis khusus yang berkaitan dengan
penyabaran pesan-pesan sebagai ide baru. Sedangkan komunikasi didefenisikan
sebagai proses di mana para pelakunya menciptakan informasi dan saling bertukar
informasi untuk mencapai pengertian bersama.
BAB 3
PEMBANGUNAN PARADIGMA, PERMASALAHAN , DAN SOLUSINYA

A. PENGERTIAN PARADIGMA
Pengertian paradigma pertama kali diperkenalkan oleh Thomas
Kuhn untuk melihat perkembangan dan revolusi ilmu pengetahuan.
Selanjutnya, pengertian ini berkembang, seperti penelitian Patton bahwa :
Yang dimaksud paradigma dalam konteks ini adalah konstelasi
teori, nilai, dan tema pemikiran untuk memahami kondisi sejarah dan
keadilan sosial bagi kerangka konsepsi makna realitas sosial. Artinya,
paradigma merupakan dasar berpikir kita dalam melihat suatu realitas
sehingga mampu memengaruhi apa yang dipilih, dilihat dan diketahui.
Dominasi sebuah paradigm sangat menentukan pemilihan dan
pengunaan teori pendukungnya. Jadi, teori tersebut merupakan hasil sintesis
paradigma yang berhubungan dengan kekuatan dan kekuasan tertentu.
Istilah lain yang hampir sama dengan pengertian tersebut, yakni perspektif.
Demikian pula dengan paradigm pembangunan yang akan dibahas
kemudian pada bagian ini. Ritzer (1980) mengungkapkan bahwa
kemenangan suatu paradigma atas paradigma yang lain lebih disebabkan
karena pendukung paradigma tersebut memiliki kekuatan dan kekuasaan.

B. PENGERTIAN DAN DEFINISI PEMBANGUNAN

Berikut ini beberapa batasan dari para ahli yang dapat


menggambarkan bahwa pengertian pembangunan ternyata banyak diambil
dari sudut pandang yang berlainan, antara lain :
Inayatullah (1976), mendefenisikan pembangunan sebagai
perubahan menuju pola-pola masyarakat yang lebih baik dengan nilai-nilai
kemanusiaan yang memungkinkan suatu masyarakat mempunyai control
yang lebih besar terhadap lingkungan dan tujuan politiknya, juga
memungkinkan warganya memperoleh control yang lebih terhadap diri
mereka sendiri.
Seers (1977), mendefinisikan pembangunan sebagai suatu istilah
teknis, yang berarti membangkitkan masyarakat di Negara-negara sedang
berkembang dari kemiskinan , tingkat melek huruf (literacy rate) yang
rendah, pengangguran, ketidakadilan sosial.
Rogers dan Shoemaker (1971), mendefinisikan pembangunan
sebagai suatu jenis perubahan sosial, di mana ide-ide baru diperkenalkan
pada suatu sistem sosial untuk menghasilkan pendapatan per kapita dan
tingkat kehidupan yang lebih tinggi mellaui metode produksi yang lebih
modern dan organisasi sosial yang lebih baik.
Berger (1983), memandang modernisasi sebagai suatu rangkaian
fenomena historis yang jauh lebih spesifik, yang diasosiakan dengan
tumbuhya masyarakat-masyarakat industrial.
Rogers (1983), mendefinisikan pembangunan sebagai suatu proses
perubahan sosial dengan partisipatori yang luas dalam suatu masyarakat
untuk kemajuan sosial dan material (termasuk bertambah besarnya
keadilan, kebebasan dan kualitas lainnya yang dihargai) bagi mayoritas
rakyat melalui control yang lebih besar yang mereka peroleh terhadap
lingkungan mereka (Nasution, 2004).
Dissaynake (1984) mendefinisikan pembangunan sebagai proses
perubahan sosial yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup dari seluruh
atau mayoritas masyarakat tanpa merusak lingkungan alam dan cultural
tempat mereka berada dan berusaha melibatkan sebanyak mungkin anggota
masyarakat dalam usaha ini dan menjadikan mereka penentu dari tujuan
mereka sendiri.
Santos (1970) menyatakan ada 3 (tiga) bentuk ketergantungan yaitu
:
1. Ketergantungan kolonial
2. Ketergantungan industry
3. Ketergantungan teknologi-industri

C. PARADIGMA DAN TEORI AWAL PEMBANGUNAN

Paradigma awal pembangunan pada mulanya ban yak terinspirasi


oleh 3 teori bebas tentang perubahan sosial pada masyarakat yakni : teori
modernisasi, teori ketergantungan, dan teori nsistem dunia. Akhir tahun
1980-an, ketiga aliran bergerak saling melakukan sintesis. Singkatnya, sisi
pandang dari 3 (tiga) teori ini melihat kondisi tketerbelakangan dan
keterpurukan ekonomi akibat berbagai situasi.

D. TEORI AWAL PEMBANGUNAN: DARI MODERNISASI


KETERGANTUNGAN MENYJU SATU DUNIA
Paradigma atau pemikiran awal mengenai pembangunan tersebut lahir
melalui teori-teori besar pembangunan yang berkembang pada saat itu,
yakni teori modernisasi, teori ketergantungan, dan teori sistem dunia.
1. Teori Modernisasi
Teori modernisasi lahir sekitar tahun 1950-an, yang ditandai
beberapa momentum penting, yaitu pertama, terjadinya revoluasi
intelektual disetiap Negara untuk melakukan respons terhadap perang dunia
ke II. Kedua, terjadinya perang dingin antara Negara komunis di bawah
pimpinan Negara sosialis dan Amerika serikat yang berideologi kapitalis.
2. Teori Ketergantungan
Kemunculan teori ketergantungan merupakan hasil analisi terhadap
teori modernisasi, sehingga teori ini terlahir sebagai kritikan sekaligus teori
ini terlahir sebagai kritikan sekaligus tandingan teori sebelumnya. Teori ini
didasari fakta lambatnya pembangunan yang memerlukan intervensi
eksternal bagi Negara-negara berkembang. Penjelasan teori ini merupakan
varian teori structural, sehingga teori ini berinduk Marxist, namun dalam
pakaian baru. Dengan kata lain, teori ini merupakan penggabungan antara
pandangan liberal dan sosialis.

3. Teori Sistem Dunia


Teori sistem dunia merupaka aliran pemikiran yang lahir paling
akhir yang menawarkan orientasi penafsiran baru terhadap bebagai
peristiwa penting di tahun 1970-an seperti industrialisasi Asia Timur, krisis
Negara sosialis, dan hadirnya gelombang baru kolonialisme.
Berdasarkan pandangan ketiga teori tersebut, kita bisa
menggambarkan cirri-ciri dari teori pembangunan sebagai berikut :
a. Pendekatan positif instrumental terutama menggunakan indicator
kuatitafi
b. Perspektif formal, dimana pembangunan dirumuskan secara
universal yang dapat dikombinaskan dengan model peranalan.
c. Budaya yang kebarat-baratan (etnosentris)
d. Berpaham endogenous atas eksogenous
e. Perspektif deterministic ekonomi, teknologis, dan budaya massa.

E. KRITIK PARADIGMA PEMBANGUNAN : KEMAJUAN ATAU


KEMUNDURAN
Pembangunan sebagai suatu ideology internasional bermula dari suatu
komunikasi, pidato presiden Truman kepada kongre AS, butir keempat
pidato itu disebut point iv itulah awal paradigm pembangunan (Lerner,
dalam Huntington, 2003).
Tulisan Lerner tersebut, jelas ditegaskan bahwa istilah pembangunan
merupakan suatu ideologi yang berawal dari proses komunikasi. Ideology
yang dimaksud, yakni sebuah paham atau aliran pemikiran yang
mengandung misi atau kepentingan tertentu, yang dimaknai sebagai
keseluruhan proses komunikasi. Artinya, melalui tindakan komunikasi yang
persuasive, bahkan indoktrinasi sekalipu, Negara-negara maju yang
notabene berpaham kapitalis berusaha membujuk dan memengaruhi Negara
tertentu (miskin dan terbelakang) mengikuti pandangan mereka.
F. PEMBANGUNAN : KONSEP YANG BELUM SELESAI
Dari beberapa rumusan itu, para ahli dan praktisi
pembangunanberangkat dengan perspektif yang berbeda-beda. Dalam batas
pemahaman secara konseptual maupun empiris terdapat kesulitan.
Zulkarimen Nasution (2004) berpendapat bahwa kesulitan falam
mendefinisikan pembangunan, bukan karena orang tidak paham persis apa
yang dimaksud dengan pembangunan, melainkan karena begitu banyaknya
aspek dan masalah yang diketahui. Sehingga hamper tidak mungkin untuk
menyatukan semuanya, menjadi suatu bentuk rumusan sederhana sebagai
suatu definisi yang komplit.
G. PEMBANGUNAN : PENYEBAB DAN AKIBATNYA
Dari beberapa alasan yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat
ditarik kesimpulan bahwa yang menjadi penyebab kegagalan paradigm awal
pembangunan, sebagai berikut :
1. Konsep pembangunan dimaknai hanya sebatas ideology tunggal yang
bersifat universal.
2. Pendekatan pembangunan yang digunakan, yatu pendekatan teori ekonomi-
plitik.
3. Terjadi penyimpangan peristilahan (semantic confusion) konsep
pembangunan yang digunakan.
4. Praktik pembangunan yang dilakukan belum berpihak kepada rakyat.
5. Agenda pembangunan lebih bernuansa pendekatan proyek ketimbang
pendekatan program.
Weaver dan Jameson (1978) mencatat bahwa pada tiap-tiap wilayah,
orang miskin yang beruntung sangat minim, dan keadaan yang buruk tersebut
semakin bertambah. Untuk rincinya, sebagai berikut :
1. Pengangguran
2. Ketidakadilan pendapatan
3. Kemiskinan

H. POTRET PEMBANGUNAN DI INDONESIA


Di Indonesia, hasil pembangunan itu belum memperlihat perkembangan
signifikan bagi kebutuhan rakyat banyak. Sejak order baru hingga era reformasi,
pergeseran pendekatan pembangunan yang menyebab permasalahan krusial
pembangunan belum mendapat perhatian serius dari pemerintah. Proses
pembangunan yang dilakukan lebih kuat diwarnai oleh perspektif politik dan
ekonomi dari pada perspektif sosial-budaya.
I. PERUBAHAN PARADIGMA PEMBANGUNAN
Sebuah pembangunan itu selalu diposisikan hanya terbatas pada faktor
ekonomis, tanpa dukungan faktor lain. Sungguh menjadi sesuatu yang logis
bila perubahan paradigm ini dilakukan berdasarkan fakta konkret du lapangan.
Berikut beberapa alasan logis yang dapat dikemukakan :
1. Jumlah penduduk miskin menurut data BPPS dan Depsos (2002), yaitu 35,7
juta jiwa (Suharto, 2005).
2. Pertumbuhan sebagai definisi pembangunan tidak mencapai status politik
atau kesetraan seperti yang diharapkan.
3. Pengangguran danketidakadilan yang muncul, serta tumbuh hampir
disemua aspek kehidupan di Negara dunia ketiga.
4. Kekuasaan dikonsentrasikan di antara elit karenanya mereka merasa
diuntungkan dengan adanya pertumbuhan.

J. PARADIGMA BARU PEMBANGUNAN: MODEL PEMBANGUNAN


YANG BERPUSAT PADA RAKYAT
Lebih jauh Korten dan Carner mengungkapkan pembangunan yang
berpusat pada rakyat sebagai berikut:
1. Penekanan pada dukungan pembangunan usaha-usaha swadaya kaum
miskin guna menangani kebutuhan mereka sendiri.
2. Kesadaran bahwa kendati sektor modern merupakan sumber utama
pertumbuhan ekonomi yangkonvensional
3. Kebutuhan akan adanya kemampuan kelembangaan yang baru dalam usaha
membangun kemampuan para penerima bantuan yang miskin.

K. MODEL PEMBANGUNAN YANG RELEVAN


Bersamaan dengan munculnya kesadaran para ilmuwan, pengamat, dan
pelaksana (praktisi) pembangunan mengenai model pembangunan mengenai
model pembangunan yang relevan, Jact Rothman (Suharto, 2005) menyusun
dan merumuskan 3 (tiga) model tersebut dalam praktik pembangunan pada
msyarakat, yakni :
1. Model Pengembangan Lokal (Locality Development Model)
Model ini berasumsi bahwa perubahan dalam msyarakat dapat dilakukan
dengan partisipasi aktif masyrakat lokal dimulai dengan pengembangan
potensi dan asset-aset loal (nilai sosial-budaya).
2. Model Perencaan Sosial (social Planning Model)
Model ini berangkat dari asumsi bahwa suatu perubahan memerlukan anlisis
teknis dan rasional, pencapaian tujuan yang baik perlu didukung oelh
perencanaan yang baik pula.
3. Model Aksi Sosial (Social Activity Model)
Strategi dasar model ini menganggap masyarakat terdiri dari kelompok-
kelompok dan golongan-golongan ataupun organisasi yang didasarkan pada
etnis, suku, profesi, keterampilan dan keahlian.

L. PERBANDINGAN MODEL PEMBANGUNAN


Model pembangunan tersebut meliputi :
1. Model pembangunan dengan indicator pertumbuhan ekonomi
(economic growth).
2. Model pembangunan kebutuhan dasar/kesejahteraan (basic needs) lahir
dari prakarsa Gunnar Myrdal.
3. Model pembangunan yang berpusat pada rakyat (people centered
development).
BAB 5
PENDEKATAN KOMUNIKASI DALAM PEMBANGUNAN

A. POTRET PARADIGMA KOMUNIKASI PEMBANGUNAN


Sejak awal tahun 50-an para sarjana dan praktisi pembangunan
percaya bahwa media massa dapat di gunakan dalam proses modernisasi
masyarakat. Begitu kuatnya pengaruh media massa saat ini, membuat
Daniel Lerner (1958) terdorong melakukan penelitian yang mendalam
tentang efek media massa dalam masyarakat.
Mengomentari potret paradigma komunikasi dalam pembangunan
dewasa ini, tentunya tidak akan lepas dari paradigm dominan pembangunan,
yang pemikirannya didasarkan pada teori modernisasi, teori ketergantungan
, dan teori system dunia. Namun , kenyataannya teori-teori tersebut
dianggap gagal dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan. Dengan menggunakan ketiga teori tersebut, paradigma
pembangunan di formulasikan dengan pendekatan dari atas ke bawah (top
down) , pusar-pinggiran atau dari Negara maju ke Negara miskin yang
cenderung satu arah (linier).
Pada tingkat ini, pembangunan di definisikan sebagai proses
perubahan yang dilakukan oleh sumber-sumber yang memiliki otoritas,
kekuasaan, dan dukungan finansial. Kondisi ini membawa konsekuensi
pada munculnya ketergantungan kepada sumber-sumber resmi
(pemerintah/Negara). Selain itu, model baru ini juga menciptakan pola
ketergantungan baru, dengan membuat lembaga-lembaga dunia, seperti :
World Bank, IMF, WTO, serta memajukan Trans National Corporations
(TNC). Hal inilah yang sekarang sedang berlangsung di sekitar kita (Dunia
Ketiga).
Hal lain yang berkaitan dengan pendekatan komunikasi dalam
pembangunan adalah pengaruh perspektif dramaturgis yang cenderung
manipulatif. Perspektif memandang dunia kehidupan sosial ibarat pentas
drama yang penuh peran, adegan, agen, dan tujuan yang manipulatif. Dalam
paradigma ini, komunikasi di lihat dari sebagai alat yang berfungsi
mengendalikan kebutuhan/kepentingan masyarakat di Negara berkembang
agar lebih modern.

B. KRITIK PENDEKATAN MEKANISTIK MEDIA MASSA


Proses yang bersifat mekanistik atau linier memiliki tiga asumsi
dasar : Pertama, ide, gagasan, atau inovasi pembangunan diteruskan dan
diteruskan dan dibagi secara sepihak. Kedua, populasi atau khalayak dalam
proses ini dibedakan menjadi peserta aktif dan pasif. Ketiga, penggunaan
teori peluru atau model jarum hipodermik sangat dominan dalam proses ini.
berdasarkan alasan ini proses komunikasi dimaknai sebagai proses yang
berpusat pada satu pihak.
Kecenderungan ini kemudian dimanfaatkan oleh studi difusi inovasi
dalam berbagai bentuk, termasuk komunikasi pembangunan. Media massa
dipandang sebagai sumber kekuatan utama dalam mengubah pikiran, sikap,
perilaku masyarakat. Tak terkecuali para agen pembaharuan dan
pembangunan menggunakanm potensi ini untuk melakukan perubahan-
perubahan pada isu-isu tertentu bagi pembangunan masyarakat. Media
massa cenderung didominasi oleh peran pemerintah sehinggan
memunculkan arus informasi yang satu arah an terpusat. Berdasarkan
fenomena ini, Juanillo (1993) dalam penelitian menyatakan bahwa media
massa lebih mempunyai efek yang menguntungkan masyarakat perkotaan
yang melek huruf, dan berpendapatan tinggi ketimbang masyarakat di desa.
Krippendorf menambahkan bahwa model komunikasi linier dalam
pembangunan memgasumsikan bahwa pemirsa di dunia ketiga pasif, lemah,
dan tidak mampu menahan pesan-pesan yang diterimanya dari media baru.
Hal ini terbukti dengan terjadi nya kegagalan dibeberapa Negara. Kritik
yang sama juga di lontorkan fungslesang, tentang fungsi media massa.

C. PENDEKATAN KOMUNIKASI PARTISIPATORIS


Konsep ini merupakan pendekatan baru dalam strategi komunkasi
pembangunan yang melihat unsur-unsur yang terlibat dalam proses
komunikasi (sumber-penerima) memiliki kesetaraan dalam posisi dan
peran. Mody (1991) dalam tulisannya mengatakan bahwa sejak tahun 1970-
an banyak studi komunikasi telah dilakukan terhadap pendekatan ini.
demikian juga Riley (1992) menyatakan bahwa sebagian besar pendekatan
komunikasi pembangunan memiliki karakteristik pada tekanan partisipasi
masyarakat di tingkat akar rumput.
Partisipasi menurut Paul memiliki empat tingkatkan yang dikutip
dalam Bracht dan Tsourus (1990), yaitu : (1) information sharing. Hal ini
merupakan tingkatan terendah partisipasi, di mana para agen membagi
informasi, dan memberi pemahaman terhadap informasi dan memfasilitasi
orang bertindak; (2) concultation. Hal ini merupakam tingkatan kedua
partisipan dimana orang mempunyai peluang untuk berbagi, bertanya,
menyimak, dan bertindak terhadap agen perubahan; (3) decision making.
Hal ini merupakan tingkatan ketiga, dimana tingkat ini orang mempunyai
peluang kesempatan untuk bermain dan berperan dalam menentukan desain
implementasi dalam melakukan perubahan sosial; (4) initiating action. Hal
ini merupakan tingkatan tertinggi dalam partisipasi, dimana pada tingkat ini
orang telah mengambil inisiatif dan memetuskan proses perubahan yang di
inginkan.
Pendekatan partisipatif tersebut berlandaskan semangat
kebersamaan (togetherness, communality) dalam mengartikulasikan dan
mempersepsikan sesuatu dalam pikiran, sikap dan tindakan, termasuk cara-
cara memecahkan masalah bersama. Konsepsi kebersamaan tersebut
menentukan tujuan proses komunikasi sehingga semua pihak yang terlibat
mempunyai kesempatan mempertukarkan dan merundingkan makna pesan
(exchange and negotiation of meaning) menuju keselarasan dan keserasian
makna bersama. Selain itu, pendekatan partisipatoris memfokuskan pada
penggalian dan pemanfaatan potensi media lokal (Indigenous media)
sebagai alat alternative penggunaan media komunikasi modern bagi
tumbuhnya partisipasi warga masyarakat setempat.
Dalam istilah Barnett Pearce (1986), strategi pembangunan tersebut
di lihat sebagai alternative perspektif komunkasi sebelumnya. Perspektif ini
melihat pembangunan sebagai konstruksi seperangkat relasi, peran, dan
pola-pola tindakan khusus , serta komunikasi sebagai proses di mana
konstruksi itu di bentuk. Rogers dan Adhikarya (1979) menyarankan untuk
memikirkan hal-hal yang tadi, termasuk kesengajan efek komunikasi
sehingga memudahkan menyusun strategi komukasi dengan prinsip-prinsip
, antara lain :
1. Penggunaan pesan secara khusus (tailored messages)
2. Pendekatan ceiling effect dengan mengomunikasikan pesan-pesan agar
khalayak dapat mengejar ketertinggalanya.
3. Pendekatan narrow casting atau melokalisasi penyampaian pesan bagi
khalayak.
4. Pemanfaatan saluran tradisional.
5. Pengenalan para pemimpin opini masyarakat.
6. Mengefektifkan peran agen-agen perubahan
7. Menciptakan mekanisme keikutsertaan khalayak.
BAB 6
IMPLIKASI TEKNOLOGI KOMUNIKASI DALAM PEMBANGUNAN

A. TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN DAMPAKNYA BAGI


PEMBANGUNAN
Ada beberapa dampak sosial yang di hasilkan dari pengembangan
teknologi komunikasi. Menurut Rogers (1986: 163) ada tiga dampak akibat
pengembangan teknologi komunkasi.
1. Desirable and undesirable impacts. The term desirable dan
undesirable is roughly equivalent to positive and negative in this
context
2. Direct dan indirect impacts.
3. Anticipated and unanticipated impact.
Secara teoritis menurut Parker dan Dunn (1972), teknologi
komunikasi dan informasi mempunyai dampak positif yang dapat
digunakan untuk keuntungan orang banyak dalam masyarkat, “potensi
tunggal paling besar dari penggunaan informasi adalah kesempatan
untuk mengurangi biaya unit pendidikan sampai titik di mana
masyarakat dapat memberikan akses yang sama dan terbuka bagi
kesempatan belajar untuk semua anggota masyarakat sepanjang hidup
mereka”.
Berikut ini beberapa dampak negarif dari globalisasi yang dibawa
oleh kemajuan teknologi komunikasi, antara lain :
1. Munculnya mitos perkampungan global.
2. Adanya kendali oleh pasar transnasional terhadap pasar lokal
sehingga menghasilkan sentralisasi pengambilan keputusan,
kehilangan otonomi budaya, dan kedaulatan nasional, serta
ketidakmampuan mereka untuk bersaing dengan teknologi
informasi yang diciptakan Negara maju.
3. Semakin munculnya sosial gap.
4. Meningkatnya jumlah pengangguran.
5. Kesenjangan informasi.
6. Overload of information.
John Naisbit menyebutkan pula lima hal yang harus diperhatikan
mengenai perubahan masyarkat industri menuju masyarakat
informasi. Pertama, masyarakat informasi merupakan suatu realitas
ekonomi. Kedua, inovasi di bidang komunikasi dan teknologi
kompter akan menambah langkah perubahan dalam penyebaran
informasi dan percepatan arus informasi. Ketiga,teknologi
komunikasi yang baru di terapkan dalam tugas industri yang lama.
Keempat, keinginan individu untuk mampu menulis dan membaca
lebih banyak. Kelima, keberhasilan dan kegagalan teknologi
komunikasi ditentukan oleh prinsip teknologi tinggi dan sentuhan
yang tinggi pula.
Menurut Alvin Toffler (1980) dalam bukunya the Third wave
(gelombang ketiga), memiliki tahap sejarah umat manusia yang
panjang, yakni :
1. Gelombang pertama antara tahun 800-1700 M di sebut
gelombang pembaruan.
2. Gelombang kedua mulai berimpit dengan revolusi industri.
3. Gelombang ketiga adalah peradaban yang di dukung oleh
kemajuan teknologi komunikasi, dan pengolahan data,
terbarukan,serta rekayasa luar,jaringan komunikasi, data dan
informasi.

B. BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


1. Masyarakat Indonesia merupakan masyarkat majemuk yang terdiri
dari beraneka ragam suku bangsa dengan latar belakang
kebudayaan, agama, dan sejarah yang berbeda.
2. Masyarakat majemuk ini sedang mengalami pergeseran system nilai
sebagai akibat pembangunan yang pada hakikatnya merupakan
proses pembaharuan di segala sector kehidupan.
3. Derasnya arus informasi dan komunikasi yang dibawa oleh media
massa memperlancar kontak-kontak antar kebudayaan.
4. Pertambahan penduduk menuntut pertambahan saran hidup, baik
dalam kuantitas, kualitas, ,mampu variasi.
Pada umumnya, saluran media massa lebih banyak digunakan untuk
komunikasi informative. Dengan saluran ini, komunikator
pembangunan berusaha untuk memperkenalkan dan memberikan
pengetahuan pesan-pesan pembangunan. Menurut susanto (1988)
bentuk-bentuk komunikasi melalui pertunjukkan rakyat tradisional
dimaksudkan untuk:
1. Memudahkan penerimaan pesan-pesan oleh masyarakat karena
disajikan dalam bentuk yang santai dan mudah dipahami bentuk
dan lambangnya.
2. Memancing komunikasi ke atas, yaitu pesan –pesan dari rakyat
langsung kepada pemerintah dalam bentuk yang dapat diterima
oleh pemerintah.
Di samping itu, wadah lain yang umumnya terdapat di pedesaan
yaitu, kelompencapir, wadah yang dapat menjembatani pesan-pesan
pembangunan dari media massa kepada masyarakat. Wadah ini
biasanya dipimpin oleh pemuka-pemuka masyarkat (opinion
leaders), yang biasanya memiliki ciri-ciri
1. Lebih tinggi pendidikan formalnya dibandingkan dengan
anggota masyarkat lain.
2. Lebih tinggi status sosialnya serta status ekonominya.
3. Lebih inovatif dalam menerima atau mengadopsi ide-ide
baru.
4. Lebih tinggi kemampuan medianya.
5. Lebih besar kemampuan berempatinya
6. Lebih besar partisipasi sosialnya.
7. Lebih cosmopolitan.
Sebagai alat untuk memerangi kemiskinan di abad 21, teknologi informasi
dan komunikasi dapat di gunakan untuk : pertama, sebagai masukan yang meresap
ke hampirl seluruh aktivitas manusia. Kedua, dapat memecahkan hambatan bagi
pembangunan manusia dalam tiga hal yakni: memecahkan hambatan pengetahuan,
memecahkan hambatan partisipasi, memecahkan hambatan ke peluang ekonomi.
BAB 7
IMPLEMENTASI KOMUNIAKSI PEMBANGUNAN

A. KOMUNIKASI PEMBANGUNANDAN PERENCANAAN


KOMUNIAKSI

Sebagai sebuah pendekatan dan srategi, komunikasi pembangunan


senantiasa memerlukan perencanaan komunikasi yang baik. Dengan
perencanaan komunikasi akan menentukan efektifitas keberhasilan
pembangunan.
Deangan demikian, kajian komunikasi pembangunan, khusunyan dalam
perencanan komunikasi, bukan hanya menyagkut bagaimana melakukan
transformasi ide dan pesan melalui penybarluasan informasi, melainkan
juga memerlukan analisis atas sifar sumber, pesan, saluran dan karakteristik
lapisan khalayak penerima ide baru (difusi-inofasi).
Akibat komplektisitas permaalah yang dihadap individu, masyarakat dan
pemerintah hubungannya dengan pembangunan, maka di anggap perlu
disusun suatu pola perencanaan komunikasi yang strategis, baik dan logis.
Berikut ini beberpa batasan perencanaan dan pengelolaan menurut para ahli:
1. Perencanaan adalah pemiiran rasional berdasarkn fakta-faka dan
atau pemikiran yang dekat (estikamte) sebagai persiapan untuk
melaksanakan tindakan-tindakan kemudian (Abdurachman, an
1973).
2. Perencanaan dan pengelolaan adalah kesuluruha proses pemikiran
dan penentuan secara matang menganai hal-hal yang akan
dikerjakan dimasa yang akan datang dalam rangka pencapaian yang
telah ditentukan ( Siagian, 1975).
3. Perencanaan adalah memilih dan menghubungkan fakta-fakta,
membuat serta menggunakan asumsi-asusmsi yang berkaitan degan
masa datang dengan mengambarkan dan merumuskan kegiatan-
kegiatan tertentu yang diyakini diperlukan untuk mencapai suatu
hasil tertentu (Terry, 1975).
4. Pengelolaan adalah proses dasar yang kita gunakan untuk memilih
tujuan-tujuan dan menguraikan bagaimana cara pencapaiannya serta
bagaimana menrapkan hal-hal yang ,enjadi perencanaan tersebut
(Stoner and Wankel, 1986 dalm Kusmiadi, 1995).
5. Perencanaan adalah pemilihan alternatif atau pengalokasian
berbagai sumberdaya yang tersedia (Soekarwati, 2000).
1. Tahapa Perencanaan Komunikasi
Perencanaan yang baik selalu memerlukan beberapa tahapan dalam
penerapannya sehingga dapat mencapai sasaran yang dituju. Tahapan
tersebut meliputi:
a. Pemilih komunikan. Komunikator harus mengenal komunikannya
dengan benar.
b. Penyusunan pesan. Dalam penyusuanan pesan dapat dilihat isi yang
akan disampaikan dengan mempertahankang sesuai dengaa etika yang
sesuai dengan norma-norma dan estetika.
c. saluran atau media yang tepat untuk Menyamapaikan pesan.
d. Frekuensi harus sesuai dengan intensitas yang diharapkan.
e. Waktu dan tempat, penemuan cara yang terbaik dan waktu serta lokasi
yang tepat ( Astrid S. Susanto, 1993).
Selanjutnya pada tingkat pelaksanaan, suatu perencanaan yang baik
selalu memperhatikan prinsip-perinsip perencanaan, sebagai berikut:
a. Prinsip keselarasan ( compatible ), di mana diharapkan dapat
menciptakan dan memlihara keselarasan dengan program-program
lainnya.
b. Prinsip kesesuaian degan kebutuhan (need), sasaran terutama menjawab
masalah need berdasarkan pada tahap-tahap kebutuhan dari Maslow
(Biologis, sosiologis, dan psikologis).
c. Prinsip pelaksanaan, suatu proses belajar mengajar yang efektivitasnya
depengaruhi oleh sifat, cirri, dan sasaran.
d. Prinsip keberhasilan dengan indicator yang terukur, bertujuan
mengembangkan sikap, pengetahuan serta kemampuan masyarakat.
2. Ciri-ciri Perencanaan Pembangunan
Ciri-ciri pembangunan menurut Tjokroamidjojo (1996) adalah sebgai
berikut:
a. Usaha yang di cermikan dalam rencana mencapai perkembangan socical
ekonomi yang tetap (steady social economy growth).
b. Usaha yang dicerminkan dalam rencana meningkatkan pendapata
perkapita.
c. Usaha yang dicerimkan dalam rencana mengadakan perubahan struktur
ekonomi yang mendorong peningkata struktur ekonomi agraris menuju
struktur industri.
d. Usaha yang dicerminkan dalam rencana mengadakan perluasan
kesempatan kerja.
e. Usaha yang dicerminkan dalam rencanakan mengadakan pemerataan
pembangunan yang meliputi: pemerataan pendapatan dan pembangunan
atara daerah.
f. Usaha ang dicerminkan dalam rencana mengadakan pembinaan
lembaga masyarakat yang lebih menunjang kegiatan pembangunan.
g. Usaha yang dicerminkan dalam rencana pembagunan secara bertahap
dengan berdasar kemampuan sendiri/nasional.
h. Usaha yang dicerminkan dalam rencana mejaga stabilitas ekonomi
secara terus menerus.
Perencanaan an penglolan komunikasi yang baik dalam
pembangunan, membutuhkan suatu pemahaman terhadapa unsur-unsur Yng
terkait. Secara umum, unsure-undure pokok yang termasuk dalam
perencanaan pembangunan sebagai berikut:
a. Adanya kebijaksanan dasar atau strategi dasar rencana pembangunan.
b. Adanya keangka rencana yang menunjukkan hubungan veriabel-
variabel pembangunan dan implikasinya.
c. Adanya perkiraan sumber-sumber pembangunan, terutama pembiayaan.
d. Adanya kebijkasanaan yang konsisten dan serasi, seperti kebijaksanaan
fiskal, moneter, angaran, harga, sektoral, dan pembanguanan daerah.
e. adanya program investasi yang dilakukan secara sektoral, seperti:
pertanian, industri, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain.
f. Adanya administri pemangunan yang mendekung perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan.
Rogers (1976) mengemukakan beberapa unsure pembangunan
dalam konsepsi baru, yakni: pertaama pemerataan penyebaran informasi.
Kedua, partisipasi masyarakat dala perencanaa, pengelolaan dan
pelaksanaan pembangunana biasanya diberengi dengan disentralisasi
kegiatan-kegiatan tertentu di daerah. Ketiga, berdiri diatas kaki sendiri dan
mandiri dalam pembangunan, dengan penekanan pada potensi sumber daya
setempat. Keempat, perpaduan antara system tradisoanal dan system
modern sehingga moderenisasi sebagai suatu sinkretisasi antara pemikiran
lama dan pemikiran baru, dengan pertimbngan yang berbeda-beda disetiap
daerah.
3. Proses dan Siklus Perencanaan Pembangunan
Proses perencanaan pembangunana adalah rangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk menyusun perencanaan pembangunan yang berlngsung
terus menerus dan saling berkaitan sehingga membentuk suatu siklus
perencanaan pembangunan. Untuk lebih lengkapnya, sebagai berikut:
a. Pengumpulan informasi untuk perencanaan (input untuk analisis dan
perumusan kebijaksanaan).
b. Pengalisisan keadaan dan idenfikasi masalah.
c. Penyusunan karangka makro perencanaan dan perkiraan sumber-
sumber pembangunan.
d. Kebijkasanaan dasar pembangunan.
e. Perencanaan sektoral, kebijkaanaan program, proyek, dan kegiatan lain.
f. Perencanaan regional (konsiderasi regional dalam perencanaan
sektoral).
g. Program kerja, program pembiayaan, prosedur pelaksanaan, penuangan
dalam perencanaan proek-proyek.
h. Pelaksanaan renana: 1) pelaksanaan program/proyek; 2) pelaksanaan
kegiatan pemabnguan lain; dan 3) badan-badan usaha.
i. Fungsi pengaturan pemeritah.
j. Kebihaksanaan-kebijaksanaan stabilisasi ( jangka pendek).
k. Komunikasi pendukung pembangunan.
l. Pengedalian pelaksanaan.
m. Pengawasan.
n. Tinjauan pelaksanaan.
o. Permalan( forecasting).
B. SASARAN PERUBAHAN BERORIENTASI KEPADA KHALAYAK
Perspektif difusi inovasi klasik, yang diusung paradigm dominan
pembangunan, memiliki perhatian pada proses komunikasi yang bersifat
linier, one-dimensial, dan one-way dalam proses ini, posisi ;ebih ditekankan
pada sumber komunikasi ketimbang penerima, yang biasanya mengarah
pada ketidakseimbangan dalam proses komunikasi, khusunya dalam
program-program pembangunan ( Rogers and Adhikarya, 1979).
Dengan menilai kebtuhan kelompok status ekonomi yang lebih
rendah, merumuskan pesan dan strategi komunikasi terhadap kebutuhan dan
kapasitas kelompok ini, menanggunalngi bias pro-li-teracy, dan
mengurangu jurang-jurang pemisah pengetahuan sebagai proses
pembangunan yang selayaknya.
Jika komunikasi dipahami sebagai proses prubahan dalam ragka
pembangunan, sejatinya perubahan tersebut harus berorientasi kepada
khalayak. Pada tahap ini, perubahan berlangsung baik dalam diri ( pikiran,
sikap dan tindakan ) khalayak, dalam ruang social yang lebih besar.
Suatu pesan yang selalu mempertimbsngkan kebutuhan khyalayak
yang menjadi sasrannya. Terdapat lima alasan yang dapat dikemukakan
mengenai hal tersebut, yaitu: (1) individu yang bersangkutan tidak du
memiliki keterampilan dan pengetahuan; (2) invidu yang bersangkutan
tidak memiliki peraltan atau bahan dalam penerapannya; (3) individu yang
bersangkutan tidak melihat manfaat yang segera; (4) individu yang
bersangkutan merasa lebih bermanfaat dengan mengunkan cara yang
berbeda; (5) individu yang bersangkutan mempersiapkan ide baru bukan
saja tidak bermanfaat, tetapi menjadi beban yang mahal dan tidak penting.
Untuk menghidari kelima hal tersebut dapat dilakukan perumusan,
penyusuanan pesan pembangunan secara cermat. Harmoko (1985)
mengemukakan pesan yang disampaikan kepada khalayak haruslah:
1. Pesannya harus hangat/actual dan cocok dengan kepentingan khalayak.
2. Pesannya harus mengguah hati khalayak sehingga gagasan dan perasaan
yang dismapikan oleh si pembawa pesan sudah seperti milik si penerima
pesan sendiri.
3. Pesannya harus menimbulkan dorongan bertindak bagi khalyak secara
spontan dan penuh kesan.
Sebagaiaman menurut Academy of Educational Development
(1985) kini sedang tumbuh suatu bibit unggul yang disebut strategi
komunikasi yang perinsip organiasinya terdiri dari tiga unsure, yaitu:
1. orientasi kepada khalyak.
2. Lapangan yang menjadi sasaran lapangan,
3. Suatu jaringan media terpadu.
Dalam pandangan ini, komunikasi bukan suatu saluran atau
penampung yang mekanistik kepada khalayak, melainkan saluran yang
timbal balik antar ilmuan, perencanaan, penyuluhan dan khalayak.
C. MEMBANGUN JARINGAN MEDIA KOMUNIKASI
Seperti yang direkomedasikan Academy of Educational
Development (1985) bahwa ektifitas komunikasi dibutuhkan sebuah
jaringan media. Melalui jaringan media, potensi jagkauan pesan kepada
khalyak mejadi sangat luas dan beragam.
Rogers dan Shoemaker (1987) mengtakan bahwa diantara saluran
komunikasi yang ada, saluran internasional masih memegang peranan
penting dibanding dengan media-media lainnya ( massa), terlebuh-lebih di
Negara yang belum maju dimana kurang tersedianya media massa yang
dapat menjangkau khalayak, terutama warga pedesaan, yang tingka buta
hurufnya tinggi.
Perkembangan disiplin komunikasi pembangunan berikut
penerapannya diberbagai bidang kehidupan merupakan hasil akumulasi
pengetahuan di bidang komunikasi, informasi, dan motovasi pemabangunan
sebagai hasil dari kolaborasi yang konkrit dari berbagai disiplin di bidang
keahlian.

D. KOMUNIKASI DAN DIVUSI - INOVASI


Setelah menetahui tahap perencanaan , orientasi perubahan, dan
saluran komunikasi, tahap selanjutnya melakukan proses difusi-inovasi.
Dalam prakteknya, komunkasi untuk inovasi dapat mengambil banyak
bentuk, bukan hanya dalam istilah pengunaan metode dan teknik, malinkan
juga menghubungkan dengan tujuan intervensi yang lebih luas yang saling
mengait.
Masuknya inovasi ketengah-tengah system social disebabkan
terjadinya komunikasi antar anggota suatu masyaakat, juga antara satu
masyarakat dan masyarakat lainnya. Dalam proses penyabrluasan inovasi
terdapat unusr-unsur utama, yaitu:
1. Adanya suatu inovasi.
2. Yang dikomunikasikan melalui saluran tertentu.
3. Dalam suatu waktu jangka tertentu.
4. Di antara para anggota suatu system social.
Bedasarkan uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa segala sesuatu,
baik dalam betuk ide, cara-cara, maupun objek yang dioperasikan oleh
seseorang sebagai sesuatu yang baru adalah suatu inovasi. Havalock (1973)
menyatakan bahwa inovasi sebagai segala perubahan yang diraakan sebagai
sesuatu yang baru oleh masyarakat yang mengalaminya.
Selain itu, perlu diperhatikan pula bahwa pengertian baru suatu
inovasi tidak harus sebagai penegtahuan yang baru, sebab jika suatu inovasi
telah diketahui oleh seseorang untuk jabgka waktu tertentu, tetapi individu
itu belum menetukan sikap menyukai atau tidak, ataupun menerima atau
menolak, baginya hal itu tetap merupakan inovasi.
Suatu inovasi biasanya terdiri dai dua komponen yaitu komponen
ide dan komponen objek (aspek material atau produk fisik dari ide).
Pandangan masyarakat terhadap penyebar luasan inovas memiliki lima
atribut yang menandai setiap gagasan atau cara baru, yaitu: (1) keuntungan
relative; (2) keserasian; (3) kerumitan; (4) dapat dicobakan; (5) terlihat.
Kelima atribut tersebut menetukan bagaimana tingkat penrimaan terhadap
suatu inovasi yang didifusikan ditengah-tengah masyarakat.
Rogers dan Schoemaker (1987) telah mngelompokkan masyarakat
bedasarkan penerimaam terhadap inovasi, yakni:
1. Inovator, yaitu merka yang pada dasarnya sudah menyenangi hal-hal
yang baru dan sering melakukan percobaan.
2. Penerima dini, yaitu orang-orang yang berpengaruh disekelilingnya dan
merupakan orang yang lebih maju dibandingkan dengan orang-orang
disekitarnya.
3. Mayoritas dini, yaitu orang-orang yang menerima suatu inovasi
selangkah lebih dahulu dari orang lain.
4. Mayoritas belakangan, yaitu orang-orang yang baru bersedia menerima
suatu inovasi apabila menurut penilaiannya semua orang
disekelilingnya sudah menerimannya.
5. Laggards, yaitu lapisan yang paling akhir dalam menerima suatu
inovasi.

Selanjutnya dalan penerimaan suatu inovai, biasanya seseorang


melalui sejumlah tahapan yang disebut tahapan yang disebut tahapan
putusan inovasi. Tahapannya sebagai berikut:
1. Tahapan pengtahuan, tahapan dimana seseorang sadar dan tahu adanya
inovasi.
2. Tahap bujukan, tahapan dimana seseorang sedang mempertimbangkan
atau sedang membentuk sikap terhadap inovasi yang telah diketahuinya.
3. Tahap putusan, tahpan di mana seseorang telah membuat putusan
menerima atau menolak inovas tersebut.
4. Tahap implementasi, tahapa dimana seseorang melaksanakan keputusan
yang trlah dibuatnya.
5. Tahap pemastian, tahapan di mana seseorang memastikan atau
mengkomfirmasikan putusan yang telah diambilnya itu.
Secara prgmatis, Quebral (1973) merumuskan komunikasi
pembangunan adalah komunikasi yang di lakukan untuk melaksankan
rencana pembangunan suatu Negara. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa komunikasi pembangunan merupakan suatu inovasi yang diterima
oleh masyarakat.
E. IMPLIKASI POLITIS PADA KOMUNIKASI INOVASI
Merujuk pada penekakanan definisi bahwa komunikasi inovasi
harus dipandang sebgai suatu intervensi yang dilakukan pemerintah, NGO
(nongvermment organization), perusahaan komersial untuk mencapai
perubahan.
Sebagai contoh, penggunaan teknologi baru telah memberikan
efesiensi yang besar terhadap proses produksi yag dilakukan oleh kelompok
tertentu. Perubahan teknologi didalam kelompoktersebut menghasilkan
komoditas yang sama, dengan harga yang relative sama. Akibat adopsi
inovasi telah memberika keuntungan yang berarti dibanding mereka yang
masih menggunakan teknologi sederhana, produksi melimpah, semenara
harga sulit diprediksi, dan turun jauh.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa intervensi komunikasi
itu selalu mempunyai implikasi moral dan implikasi politis. Kebijakan utuk
mengadopsi suatu inovasi harus dibayar mahal dengan akibat negative yang
ditimbulkannya. Bahkan secara tidak langsung, pangmbilan keputusan dan
kebijakan terhadapa inovasi juga akan rugi, yang berimbas pada runtuhnya
moral an etika politiknya.

Anda mungkin juga menyukai