AFIKSASI DALAM ANTOLOGI PUISI BUKU LATIHAN TIDUR

KARYA JOKO PINURBO

Muh. Taufiq A. T.
Mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
(email : fikotuasikal@gmail.com)

ABSTRAK

Penulisan karya ilmiah berbahasa Indonesia yang mengkaji tentang proses morfologis terutama
afiksasi memang sudah sangat banyak dilakukan. Namun, hampir semua karya tersebut hanya
membahas afiksasi pada novel, karya ilmiah, cerpan bahkan lagu. Penelitian ini dilakukan
untuk meneliti afiksasi seperti karya-karya ilmiah yang telah disebutkan, namun objek
penelitiannya adalah antologi (kumpulan puisi). Antologi puisi yang akan menjadi objek
penelitian ini adalah Antologi Puisi Buku Latihan Tidur karya Joko Pinurbo.
Dalam penelitian ini, akan dijabarkan satu persatu contoh-contoh penggunaan afiksasi dalam
antologi puisi tersebut. Metode yang dipakai sama dengan metode penelitian yang telah dipakai
sebelum-sebelumnya, yakni mengumpulkan data, menganalisis data tersebut lalu kemudian
disajikan. Dikarenakan banyaknya puisi pada antologi puisi ini, maka yang akan disajikan
hanyalah penggalan-penggalan puisi yang diduga mengalami proses afiksasi.
Perlu dicatat bahwa penelitian ini juga mengkaji afiksasi dengan sudut pandang pemaknaan
yang denotatif (sebenarnya) bukan konotatif (kiasan).

Kata kunci : Karya Ilmiah, Afiksasi, Antologi Puisi, Penelitian

1. PENGANTAR jadian dan mempunyai dampak pada

1.1. Latar Belakang Masalah
Menurut Praptomo Baryadi (2011 :
25) proses morfologis adalah proses
pengubahan bentuk dasar menjadi kata
jadian. Sedangkan, menurut Ramlan
(2009 : 51) proses morfologis adalah
proses pembentukan kata-kata dari
satuan lain yang merupakan bentuk
dasarnya. Mengacu pada pengertian
tersebut maka bisa disimpulkan bahwa
proses morfologis berfungsi sebagai
pengubah bentuk dasar menjadi kata
kalimat, itu tergambar pada komponen
proses morfologis sebagai berikut :
“Bentuk Dasar » Proses Morfologis »
Kata Jadian » Dampak (Penggunaan
dalam Frasa). Secara umum, ada tujuh
proses morfologis, yakni :
 Pengimbuhan (Afiksasi)
 Pengulangan (Reduplikasi)
 Pemajemukan
 Modifikasi Internal
 Suplesi
 Pemendekan
 yang meneliti soal afiksasi dalam puisi
Seperti yang disebutkan di atas, atau bahkan dalam antologi puisi.
salah satu proses morfologis adalah
1.4. Landasan Teori
Afiksasi (Pengimbuhan). Afiksasi
Afiksasi disebut juga
merupakan satu proses paling umum
pengimbuhan. Verhaar (1979 : 60)
dalam bahasa, karena sangat sering
mengemukakan bahwa “afiksasi adalah
ditemukan (Parera, 1988 : 18).
penambahan dengan afiks”. Ramlan
Yang dikaji dan diidentifikasi
(1987:49) menyebut afiksasi sebagai
melalui penelitian ini adalah kekayaan
proses pembubuhan afiks. Menurutnya,
penggunaan afiksasi dalam Antologi
suatu satuan yang dilekati afiks disebut
Puisi berjudul Buku Latihan Tidur
bentuk dasar. Berdasarkan pengertian di
karya Joko Pinurbo. Pemilihan ini
atas, dapat disimpulkan bahwa afiksasi
berdasar pada fakta bahwa isi antologi
adalah proses penambahan afiks pada
puisi tersebut menampilkan kekayaan
bentuk dasar yang mampu mengubah
dalam sistem kebahasaan Indonesia.
makna dari bentuk dasar tersebut.
Sedangkan afiks adalah suatu bentuk
1.2. Manfaat Penelitian
linguistik yang di dalam suatu kata
Hasil penelitian ini berupa
merupakan unsur langsung yang bukan
kekayaan penggunaan afiksasi dalam
kata dan bukan pokok kata, yang
Antologi Puisi berujudul Buku Latihan
memiliki kesanggupan melekat pada
Tidur karya Joko Pinurbo. Hasil
bentuk-bentuk lain untuk membentuk
penelitian ini juga dapat membantu
kata atau pokok kata baru, misal kata
pembaca secara teoritis dalam
minuman terdiri dari dua unsur
memaknai isi puisi-puisi dalam
langsung, ialah minum, yang
Antologi Puisi tersebut.
merupakan bentuk bebas, dan –an yang
merupakan bentuk terikat. Maka
1.3. Tinjauan Pustaka
morfem –an diduga merupakan afiks
Telah terdapat karya tulis yang
membahas afiksasi dalam bahasa (Ramlan, 1965 : 31). Afiks sendiri dapat
Indonesia antara lain karya Risna Bella diidentifikasi masing-masing
Kurniada (2018), Tika Yuni Arsita, tergantung fungsinya ketika sudah
Nurlaksana Eko Rusminta dan terikat dengan bentuk dasarnya.
Muhammad Fuad (2014), serta Dari berbagai macam pendapat
Muhammad Riza Saputra (2017). Risna
tentang cara mengidentifikasi afiks,
Bella Kurniada (2018) telah membahas
Afiksasi pada Buku Kumpulan saya mengacu pada pendapat Ramlan
Dongeng Anak berjudul Si Kancil karya (2009 : 63) yang berpendapat bahwa
MB. Rahimsyah Ar. Tika Yuni Arsita, terdapat empat cara mengidentifikasi
Nurlaksana Eko Rusminta dan afiks yaitu sebagai berikut.
Muhammad Fuad (2014) mengkaji a. Prefiks
Afiks dalam Berita Utama Surat Kabar Prefiks atau awalan adalah afiks yang
Lampung Post, sementara Muhammad
ditempatkan di bagian muka suatu kata
Riza Saputra (2017) menganalisis
afiksasi dalam Album Raya Lagu Iwan dasar (Alwi, dkk., 2003: 31). Jenis-jenis
Fals. Dari karya-karya tulis tersebut, prefiks dalam bahasa Indonesia
tampak bahwa masih sedikit peneliti meliputi prefiks {meN-}, {ber-}, {di-},
 {ter-}, {peN-}, {pe-}, {se-}, {per-},
{ke-}, {maha-}, {para-}, {pra-} dan
{a-} (Ramlan, 2009 : 63).
b. Infiks
Infiks atau sisipan adalah afiks yang
diselipkan di tengah kata dasar (Alwi,
dkk., 2003: 31). Pembubuhan infiks
dalam pembentukan kata adalah dengan
menyisipkan infiks tersebut di antara
konsonan dan vokal pada suku pertama
kata dasar. Infiks yang terdapat dalam
bahasa Indonesia adalah {-el-}, {-er-},
dan {-em-} (Ramlan, 2009 : 63).
c. Sufiks
Sufiks adalah morfem terikat yang
ditempatkan di bagian belakang kata
(Alwi, dkk.. 2003: 31). Sufiks-sufiks
dalam bahasa Indonesia, yaitu sufiks {-
kan}, {-an}, {-i}, {-wan}, {-wati}, {-
is}, {-man}, {-da}, dan {-wi} (Ramlan,
2009 : 63).
d. Konfiks
Konfiks diimbuhkan secara
serentak atau bersamaan pada bentuk
dasar. Dalam bahasa Indonesia terdapat
beberapa konfiks, yang meliputi
konfiks {per-kan}, {per-i}, {ber-an},
{ke-an}, {pe(N)-an}, {per-an}, {se-
nya} dan {ke-i} (Ramlan, 2009 : 63).
1.5. Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan
menggunakan tiga tahap, yaitu
pengumpulan data, analisis data dan
penyajian data. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara simak, yaitu
menyimak tiap-tiap afiks dan afiksasi
pada objek penelitian. Adapun objek
dalam penelitian ini adalah Antologi
Puisi Buku Latihan Tidur karya Joko
Pinurbo. Setelah dikumpulkan, peneliti
menganalisis proses afiksasi di dalam
tiap-tiap puisi pada objek penelitian.
Hasil penelitian lalu disajikan dalam
bentuk penguraian proses afiksasi yang
terdapat pada objek penelitian. Yang
harus dipertegas adalah dalam
penelitian ini peneliti menguraikan
setiap afiksasi dan pemaknaannya
dalam makna yang bersifat denotatif
(sebenarnya) bukan makna yang
bersifat konotatif (kiasan).
2. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
2.1. Antologi Puisi Buku Latihan Tidur
karya Joko Pinurbo
Buku kumpulan puisi kesembilan
Joko Pinurbo ini diterbitkan oleh PT.
Gramedia Pustaka Utama pada Juli
2018. Pada buku terbaru ini Joko
Pinurbo menyajikan puisi yang
dikombinasikan dengan hasil
penelitiannya terhadap kekayaan
bahasa Indonesia terutama pada
kosakatanya. Majalah Tempo
mengatakan, “Dalam buku kumpulan
puisinya yang kesembilan ini, Joko
Pinurbo memasuki sebuah tahapan baru
dalam kepenyairannya”. Buku yang
memuat 45 puisi baru Joko Pinurbo ini
bahkan menjadi Buku Puisi
Rekomendasi Tempo pada 2018.
2.2. Afiksasi pada Antologi Puisi Buku
Latihan Tidur karya Joko Pinurbo
2.2.1. Prefiks
 Me(N)-
Berfungsi sebagai pembentuk kata
verba transitif. Me(N)- bermakna,
◦ Perbuatan aktif.
◦ Menjadi seperti keadaan yang tersebut
pada pada bentuk dasar.
◦ Melakukan tindakan berhubungan
dengan apa yang tersebut pada bentuk
dasar.
◦ Menyatakan dalam keadaan.
 Contoh dalam antologi :
- Baris “menjadikan kau merasa aman”
pada puisi berjudul Kamus Kecil. Kata
merasa berasal dari prefiks me(N)-
dan bentuk dasar rasa yang bermakna
melakukan sesuatu yang berhubungan
dengan rasa.
- Baris “aku yang beku dapat mencair
dan mengalir kembali” pada puisi
berjudul Pada Suatu. Kata mencair
berasal dari prefiks me(N)- dan bentuk
dasar cair yang bermakna menjadi
cair.
- Baris “bahwa orang putus asa suka
memanggil asu” pada puisi berjudul
Dongeng Puisi. Kata memanggil
berasal dari prefiks me(N)- dan bentuk
dasar panggil yang merupakan
perbuatan aktif.
- Baris “begitu seterusnya sampai buku
latihan tidur mengantuk dan tak
sanggup berkata-kata lagi” pada puisi
berjudul Buku Latihan Tidur. Kata
mengantuk berasal dari prefiks
me(N)- dan bentuk dasar kantuk yang
bermakna menyatakan dalam keadaan
kantuk.
 Ber-
Berfungsi sebagai pembentuk kata
verba tak transitif. Ber- bermakna,
◦ Suatu perbuatan aktif.
◦ Dalam keadaan...
◦ Kumpulan yang terdiri dari....
◦ Memakai yang tersebut di bentuk
dasar.
◦ Mempunyai yang tersebut di bentuk
dasar.
Contoh dalam antologi :
- Baris “malam-malam ia suka bermain
kata bersama buku latihan tidur” pada
puisi berjudul Buku Latihan Tidur.
Kata bermain berasal dari prefiks ber-
dan bentuk dasar main yang bermakna
perbuatan aktif.
- Baris “kata-kata berdatangan dari
berbagai penjuru” pada puisi berjudul
Dongeng Puisi. Kata berbagai berasal
dari prefiks ber- dan bentuk dasar
bagai yang bermakna kumpulan yang
terdiri dari.
- Baris “sepi yang tak lagi berfungsi”
dalam puisi berjudul Ibu Kopi. Kata
berfungsi berasal dari prefiks ber- dan
bentuk dasar fungsi yang bermakna
mempunyai fungsi.
 Di-
Berfungsi membentuk kata kerja pasif.
Di- bermakna,
◦ Melakukan suatu perbuatan yang
pasif.
Contoh dalam antologi :
Baris “saya dibesarkan oleh bahasa
Indonesia…” pada puisi berjudul
Kamus Kecil. Kata dibesarkan berasal
dari prefiks di- -kan dan bentuk dasar
besar yang bermakna perbuatan yang
pasif.
 Ter-
Berfungsi sebagai pembentuk kata kerja
pasif, kata kerja intransitif dan kata
sifat. Ter- bermakna,
◦ Aspek perfektif
◦ Ketidaksengajaan
◦ Ketiba-tibaan
◦ Kemungkinan ‘paling’
Contoh dalam antologi :
- Baris “ia curiga, jangan-jangan jawab
terbaik terselip” pada puisi berjudul
Di Hadapan Rahasiapa. Kata terbaik
berasal dari prefiks ter- dan bentuk
dasar baik yang bermakna aspek
perfektif atau sempurna.
- Baris “ia curiga, jangan-jangan jawab
terbaik terselip” pada puisi berjudul
Di Hadapan Rahasiapa. Kata terselip
 berasal dari prefiks ter- dan bentuk
dasar selip yang bermakna
ketidaksengajaan.
- Baris “pada suatu tidur bantal
terpental, guling terguling, dan di
ranjang runtuh doaku utuh” pada puisi
berjudul Pada Suatu. Kata terpental
berasal dari prefiks ter- dan bentuk
dasar pental yang bermakna ketiba-
tibaan.
- Baris “ia curiga, jangan-jangan jawab
terbaik terselip” pada puisi berjudul
Di Hadapan Rahasiapa. Kata terbaik
berasal dari prefiks ter- dan bentuk
dasar baik yang bermakna paling baik.
 Pe(N)-
Berfungsi sebagai pembentuk kata
nomina. Pe(N)- bermakna,
◦ ‘yang perkerjaannya melakukan
perbuatan yang tersebut pada bentuk
dasar’
◦ ‘alat yang dipakai untuk melakukan
perbuatan yang tersebut pada bentuk
dasar’
◦ ‘yang memiliki sifat tersebut’
◦ ‘yang menyebabkan adanya sifat
tersebut’
◦ ‘yang kerjaannya berhubungan
dengan benda yang tersebut’
Contoh dalam antologi :
- Baris “dan seorang penjual kopi”
pada puisi berjudul Ibu Kopi. Kata
penjual berasal dari prefiks pe(N) dan
bentuk dasar jual yang bermakna
melakukan perbuatan yang tersebut
pada bentuk dasar.
 Pe-
Berfungsi sebagai pembentuk nomina.
Pe- bermakna,
◦ ‘yang biasa / pekerjaannya / gemar
melakukan pekerjaan yang tersebut
pada bentuk dasar’
Contoh dalam antologi :
- Baris “selamat pulang, pejuang” pada
puisi berjudul Punggungmu. Kata
pejuang berasal dari prefiks pe- dan
bentuk dasar juang yang bermakna
gemar melakukan pekerjaan yang
tersebut pada bentuk dasar.
 Per-
Berfungsi sebagai pembentuk pokok
kata, dapat juga menjadi pembentuk
nomina. Per- bermakna,
◦ Membuat jadi lebih daripada yang
disebut’
◦ Membuat jadi apa yang tersebut’
◦ Membuat jadi atau menganggap
sebagai apa yang tersebut dalam kata
dasar.
Contoh dalam antologi :
- Baris “ia sopir yang periang…” pada
puisi yang berjudul Jendela Ibu. Kata
periang berasal dari prefiks per- dan
bentuk dasar riang yang bermakna
membuat jadi apa yang tersebut.
 Se-
Berfungsi sebagai pembentuk kata
nominal. Se- bermakna,
◦ ‘satu’
◦ ‘seluruh’
◦ ‘sama dengan’
◦ ‘setelah’
Contoh dalam antologi :
- Baris “sebelum aku tiba di ambang
ambungmu” pada puisi berjudul
Pulang. Kata sebelum berasal dari
prefiks se- dan bentuk dasar belum
yang bermakna sebelum.
 Ke-
Berfungsi sebagai pembentuk kata
nominal dan pembentuk pokok kata.
Ke- bermakna,
◦ ‘terdiri dari jumlah yang disebutkan’
◦ ‘urutan’
Contoh dalam antologi :
 - Baris “langkah kedua: duduklah ◦ ‘dilakukan berulang-ulang
dengan tenang” pada puisi berjudul ◦ ‘memberi apa yang tersebut pada
Langkah-langkah Menulis Puisi. Kata bentuk dasar’
kedua berasal dari prefiks ke- dan ◦ Objeknya ‘menyatakan tempat’.
bentuk dasar dua yang bermakna ◦ Kausatif (membuat menjadi ....)
urutan. Contoh dalam antologi :
 Para- - Baris “janji cabuti rumput di makam
Memberikan makna banyak nenek” pada puisi Kapan Lagi. Kata
Contoh dalam antologi : cabuti berasal dari kata cabut dengan
Baris “para calon jenazah yang prefiks –i yang bermakna dilakukan
mulia…” pada puisi yang berjudul berulang-ulang.
Calon Jenazah. Prefiks para- di sini  -an
bermakna sebagai banyak. Berfungsi sebagai pembentuk kata
 Maha- nominal. –an bermakna :
Pada umumnya melekat pada kata yang ◦ Sesuatu yang berhubungan dengan
menyatakan sifat Allah. Karena sering perbuatan yang disebut pada kata
membahas Tuhan dengan konteks yang dasar.
sederhana maka Joko Pinurbo sama ◦ ‘alat untuk ....’
sekali tidak menyampaikan sifat Tuhan ◦ ‘tiap-tiap’
pada antologi kali ini. Oleh karena itu,
◦ ‘satuan yang terdiri dari ....’
prefiks maha- tidak ditemukan pada
◦ Menyatakan ‘beberapa’
antologi puisi ini.
◦ Menyatakan ‘sekitar’
2.2.2. Sufiks
Contoh dalam antologi :
 -kan
Baris “dan terhempas di rumputan”
Berfungsi membentuk pokok kata. –kan
berasal dari puisi yang berjudul
bermakna,
Keluarga Puisi. Kata rumputan berasal
 Membuat ... Melakukan perbuatan
dari bentuk dasar rumput dan prefiks –
yang tersebut pada bentuk dasar.
an yang bermakna menyatakan sekitar.
 Membuat ... Menjadi seperti yang
 -wan
tersebut pada bentuk dasar.
Sufiks –wan bertugas membentuk kata
 ‘menganggap seperti’ yang disebut
nominal.
pada kata dasar.
o ‘orang yang memiliki keahlian, dan
 ‘memasukkan ke...’ tempat yang
tugasnya berhubungan dengan ...’
tersebut.
o ‘orang memiliki sifat ...’ yang
Contoh dalam antologi :
disebutkan pada bentuk dasar.
- Baris “atau di sebuah hati yang belum
Tidak ditemukan afiksasi yang mempunyai
ia temukan” pada puisi Di Hadapan
sufiks –wan di dalamnya.
Rahasiapa. Kata temukan berasal dari
2.2.3. Konfiks
bentuk dasar temu dan prefiks –kan
 Ke-an
yang bermakna melakukan perbuatan
Berfungsi sebagai pembentuk kata
yang tersebut pada bentuk dasar.
nomina dan kata verba. Ke-an
 -i
bermakna,
Berfungsi sebagai pembentuk pokok
◦ ‘suatu abstraksi’, ‘hal tentang’
kata. -i bermakna,
 ◦ ‘hal yang berhubungan dengan
masalah’
◦ ‘dapat dikenai perbuatan ....’
◦ ‘dalam keadaan tertimpa ....’
◦ ‘tempat atau daerah’
Contoh dalam antologi :
Baris “ketika kalimat “Apakah
kebahagiaan itu?”” pada puisi berjudul
Apakah Kebahagiaan Itu?. Kata
kebahagiaan berasal dari konfiks ke-an
dan bentuk dasar bahagia yang
bermakna dalam keadaan tertimpa.
 Pe(N)-an
Berfungsi sebagai pembentuk kata
nominal. Pe(N)-an bermakna,
◦ ‘Hal melakukan perbuatan ...’
◦ ‘cara melakukan perbuatan ...’
◦ ‘hasil perbuatan ...’
◦ ‘alat yang digunakan’ (khusus
penglihatan dan pendengaran)
◦ ‘tempat melakukan ....’ yang
ditunjukkan kata dasar.
Contoh dalam antologi :
Baris “yang keliru, nantilah jika
pekerjaan demo….” Pada puisi
berjudul Surat untuk Ibu. Kata
pekerjaan berasal dari konfiks pe(N)-
an dan bentuk dasar kerja yang
bermakna hal melakukan perbuatan.
 Per-an
Berfungsi sebagai pembentuk kata
nominal. Per-an bermakna,
◦ ‘perihal apa yang tersebut pada bentuk
dasar’
◦ ‘hal’ atau ‘hasil’
◦ ‘tempat’
◦ ‘daerah’
◦ ‘berbagai’
Contoh dalam antologi :
Baris “perjalanan nasib saya tak dapat
dilepakan” dalam puisi berjudul Yang.
kata perjalanan berasal dari konfiks
per-an dan bentuk dasar jalan yang
bermakna perihal apa yang tersebut
pada bentuk dasar.
 Ber-an
Berfungsi sebagai pembentuk kata
kerja. Ber-an bermakna,
◦ ‘perbuatan dilakukan oleh banyak
pelaku’
◦ ‘perbuatan dilakukan berulang-ulang’
◦ ‘saling’
Contoh dalam antologi :
Baris “kata-kata berjatuhan ke dalam
lubang” pada puisi berjudul Lubang
Kopi. Kata berjatuhan berasal dari
konfiks ber-an dan bentuk dasar jatuh
yang bermakna perbuatan dilakukan
berulang-ulang.
 Se-nya
Berfungsi sebagai pembentuk kata
keterangan dari kata sifat. Se-nya
bermakna,
◦ ‘tingkat paling tinggi yang dapat
dicapai’
Contoh dalam antologi :
Baris “sesungguhnya tubuhku pun kian
habis dimakan makanan” dalam puisi
berjudul Perjamuan Mutakhir. Kata
sesungguhnya berasal dari konfiks se-
nya dan bentuk dasar sungguh yang
bermakna sangat sungguh-sungguh
(tingkat paling tinggi).
2.2.4. Infiks
Infiks dalam afiksasi ada tiga yaitu
-el-, -er- dan -em-.
Contoh dalam antologi :
Baris “meredakan gemuruh
tubuhmu” pada puisi berjudul Kapan
Lagi. Kata gemuruh berasal dari
infiks -em- dan bentuk dasar guruh
yang bermakna banyak atau
besarnya guruh (goncangan) yang
terjadi.
3. SIMPULAN
Dari uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa di dalam Antologi
Puisi Buku Latihan Tidur karya Joko
Pinurbo sangat kaya dengan proses
morfologis terutama proses afiksasi. Itu
bisa terlihat dari adanya hampir semua
prefiks, infiks ataupun konfiks pada
penggalan-penggalan puisi pada buku
ini. Menurut saya, hal ini tak terlepas dari
ide awal Joko Pinurbo dalam membuat
antologi ini sendiri yangmana diketahui
bahwa ide awalnya memang untuk
memperkenalkan keunikan dan kekayaan
Bahasa Indonesia kepada generasi muda
pembaca puisi-puisinya.
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku

Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka.
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum.
Jakarta : Rineka Cipta
Parera, J. D. 1988. Morfologi. Jakarta : PT.
Gramedia
Ramlan, M. 1980. Morfologi : Suatu
Tinjauan Deskriptif (Cetakan ke-IV).
Yogyakarta : C.V. Karyono.
Ramlan, M. 2009. Morfologi : Suatu
Tinjauan Deskriptif (Cetakan ke-VI).
Yogyakarta : C.V. Karyono.
Tarigan, H. G. 1985. Pengajaran
Morfologi. Bandung : PT. Angkasa
Anggota IKAPI.
Verhaar, J.W.M. 1981. Pengantar
Linguistik, Cetakan ke-3. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.