Anda di halaman 1dari 23

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hasil Penelitian Sebelumnya

Sungai adalah suatu sistem yang kompleks namum sungai

mempunyai karakteristik yang teratur. Pembangunan pada proyek

renaturalisasi sungai, banyak kegiatan yang mengalami perkembangan

teknologi dalam rekayasa keairan terutama pada program restorasi

sungai. Agus Maryono (2008) penelitian tentang karakteristik geometri dan

resistensi pulau di sungai, menemukan karakteristik geomenti pulau terkait

dengan koefisien resistensinya. Agus Maryono (2010) Karakteristik

resistensi kelompok pulau disungai, mengkaji tentang karakteristik

kelompok pulau di sungai dan hidrologinya dengan berbagai berbagai

variasi formasi kelompok, meliputi; pengaruh jarak antar pulau dan

keberadaan suatu pulau terhadap resistensi pulau lainya serta resistensi

kelompok pulau dengan berbagai susunan formasinya (overlap, parallel,

dan berselang seling).

John D. Fenton (2010) menghitung resistensi terhadap aliran pada

saluran terbuka, menunjukan bagaimana formula yang serupa diperoleh

dalam bentuk logaritma natural, dan menyederhanakan operasi lebih

lanjut seperti defrensasi harus dilakukan. Dengan prediksi dari bentuk

Gauckler-Manning-Strickler, dengan bentuk modifikasi untuk saluran

terbuka, memiliki keunggulan bahwa persamaan yang sederhana dan


7

istilah secara fisik lebih jelas, serta menggunakan koefisien berdimensi

lebih besar dengan menghubungkan dengan studi mekanika fluida lainya.

Yen Chie Ben, F. ASCE (2002) membahas perbedaan antara

momentum dan resistensi energi, antara titik, cross-sectional, dan

mencapai koefisien resistensi serta resistensi saluran komposit.

Steven Yochum (2009) mengkaji metode untuk memprediksi

koefisien perlawanan pada tinggi gradien sungai, ini sangat penting untuk

pemodelan hidrolik, restorasi sungai, analisis geomorfik, dan mengukur

karakteristik habitat ekologi.

Resistensi atau hambatan adalah kemampuan suatu benda untuk

menahan aliran arus karena gesekan permukaan, bentuk hambatan,

gelombang perlawanan dari distorsi permukaan bebas, dan resistansi

yang dikaitkan dengan percepatan lokal atau kegoyangan aliran yang juga

berarti mempunyai daya tahan terhadap aliran tinggi.

Agus Maryono (2010) mengkaji tentang karakteristik kelompok

pulau di sungai dengan berbagai berbagai variasi formasi kelompok,

meliputi; pengaruh jarak antar pulau, keberadaan suatu pulau terhadap

resistensi pulau lainya, dan resistensi kelompok pulau dengan berbagai

susunan formasinya (overlap, parallel, dan berselang seling). Kondisi

aliran yaitu angka Froude (Fr) dan kedalaman air relatif (y/h pulau)

mempunyai pengaruh signifikan terhadap perubahan koefesien resistensi

(CD) suatu pulau dan kelompok pulau. Nilai rata-rata perbandingan antara

P/l = 4,09; L/d = 2,5; L/p = 0,84 dan L/I = 3,01. Hal ini dapat diartikan
8

bahwa pulau mempunyai geometri dimana panjang rata-rata pulau adalah

empat kali lebarnya, pulau umumnya terletak di pertengahan sungai

sampai dengan seperempat lebar sungai, panjang pulau rata-rata

mendekati lebar sungai dan lebar sungai rata-rata sama dengan tiga kali

lebar pulau.

Yen Chie Ben, F.ASCE (2002) membahas perbedaan antara

momentum dan resistensi energi, antara titik, cross-sectional, dan

mencapai koefisien resistensi serta resistensi saluran komposit. Serta

membahas perbedaan antara momentum dan resistensi energi, antara

titik, cross-sectional, dan mencapai koefisien resistensi, serta resistensi

saluran komposit. Fenomena resistensi tertentu dapat dijelaskan dengan

hukum dalam dan luar teori lapisan batas. Masalah pendekatan linear-

pemisahan dibandingkan pendekatan nonlinier untuk resistensi saluran

aluvial juga dibahas. Ulasan ini menunjukkan perlunya penelitian lebih

lanjut yang luas pada subjek.

Steven Yochum (2009) mengkaji metode untuk memprediksi

koefisien perlawanan pada tinggi gradien sungai, untuk pemodelan

hidrolik, restorasi sungai, analisis geomorfik, dan mengukur karakteristik

habitat ekologi. berdasarkan penelitian di hutan experimental fraser,

Colorado. Nilai Manning n adalah jauh lebih tinggi daripada yang

disarankan oleh referensi sering dikutip, meskipun yang mirip dengan

yang diukur oleh peneliti lain pada jenis aliran yang sama.

B. Landasan Teori
9

1. Permasalahan bangunan di sungai

Sungai adalah suatu sistem yang sifatnya kompleks tetapi tidak tak

beraturan (complex but not complicated). Sistem yang komplek adalah

sistem yang terdiri dari banyak komponen, dimana komponen-komponen

tersebut saling berhubungan dan berpengaruh dalam suatu sistem yang

sinergis, mampu menghasilkan suatu sistem kerja dan produk yang

efesien. Sedang sistem yang complicated adalah sistem yang komponen-

komponennya yang bekerja secara sinergis, sehingga sistem tersebut

menghasilkan produk atau output yang tidak efesien. Kajian terhadap

tumbuhan dan bagunan di sisi tebing sungai, maka kompleksitas aliran air

sungai akan bertambah tinggi. Vegetasi dan bangunan-bangunan pada

tebing sungai akan menyebabkan terjadinya peredaman kecepatan

sekaligus memindahkan distribusi kecepatan ketengah sungai.

Peredaman kecepatan tersebut disebabkan oleh turbulensi yang

terjadi ketika aliran melewati vegetasi dan bangunan di pinggir sungai.

Sedangkan pergeseran distribusi disebabkan karena resistensi vegetasi

dan bangunan-bangunan pinggir sungai. Proses interaksi aliran ini

menyebabkan terbentuknya daerah transisi antara daerah sungai utama

dan daerah tepi sungai. Daerah transisi ini merupakan dearah dangan

turbulensi aliran yang komplek seperti Gambar 1. Agus Maryono (2007)

menjelaskan meander sungai jika ditinjau secara lokal akan

memperlihatakan bentuk yang tidak beraturan. Bentuk alur meander

dipengaruhi oleh kemiringan memanjang bentuk alam, jenis material dasar


10

sungai, dan vegetasi serta banguanan-bangunan di daerah yang

bersangkutan. Perubahan alur meander sungai ini menurut konsep

perkembagan ruang-waktu (room-time-scale development) akan dapat

menempuh waktu 500-1000 tahun.


11
12

Gambar 1. Pengaruh vegetasi terhadap distribusi kecepatan (Agus


Maryono, 2007: 4).

2. Alur sungai

Daerah Aliran Sungai disingkat DAS ialah air yang mengalir pada

suatu kawasan yang dibatasi oleh titik-titik tinggi di mana air tersebut

berasal dari air hujan yang jatuh dan terkumpul dalam sistem tersebut.

Guna dari DAS adalah menerima, menyimpan, dan mengalirkan air hujan

yang jatuh diatasnya melalui sungai. Alur sungai adalah sebuah ungkapan

yang artinya dasar sungai yang lekuk panjang serta memanjang. Jadi arti

alur sungai adalah dasar sungai yang lekuk panjang serta memanjang.

Alur sungai dapat dilihat pada keterkaiatan antara bentuk alur dengan

kemiringan memanjang dasar sungai. Kemiringan memanjang merupakan

faktor utama yang menentukan bentuk alur sungai lurus, meander, dan

bercabang-cabang (braided). Pada kemiringan memanjang (S0) tinggi

(4%<S0<10%), maka sungai akan memiliki bentuk berupa alur relatif lurus.

Sedangkan sungai dengan kemiringan S 0 kurang dari 2% (S0<10%)

merupakan sungai yang bermeander dan sungai dengan kemiringan

antara 2-4% (2%< S0<4%) merupakan sungai dengan bentuk alur

bercabang dan braided.

Bentuk alur sungai seperti Gambar 2 merupakan bentuk

karakteristik yang berlaku diseluruh dunia dengan penyimpangan relatif

rendah. Alur sungai lurus secara terus-menerus tidak pernah dijumpai,

meskipun sungai tersebut di daerah dengan kemiringan dasar sungai


13

memanjang relatif terjal. Leopold et al.(1964), memberikan batasan bahwa

alur sungai akan selalu membelok pada panjang alur lurus maksimal 10

kali lebar sungainya.

Karakteristik sungai alamiah ini, jika diadakan perubahan melalui

intervensi teknik (anthropogenic), misalnya dari alur meander menjadi

lurus atau dari lurus menjadi meander, maka sungai akan selalu

bertendensi berubah ke bentuk alamiahnya semula. Jadi yang seharusnya

berbentuk meander meskipun diluruskan akan selalu cenderung

bermeander dan sebaliknya.

Konsekuensinya adalah bahwa diperlukan usaha ekstra dan terus-

menerus untuk pemeliharaan sungai yang telah diubah bentuknya agar

tetap sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Bentuk meander sungai tidak

berdiri sendiri, namun terkait dengan debit sungai bahkan fluktuasi debit

sungai. Keteraturan bentuk meander juga dapat digambarkan dengan

rumus hubungan antara debit sungai Q dengan panjang gelombang

meander ().
14

Gambar 2. Tipe alur sungai memanjang (Agus Maryono, 2007 : 9).

3. Abutmen

Abutment adalah bangunan bawah jembatan yang terletak pada kedua

ujung pilar–pilar jembatan, berfungsi sebagai pemikul seluruh beban hidup


15

(angin, kendaraan, dll) dan mati (beban gelagar, dll) pada jembatan. Breusers

dan Raudviki (1991) dalam Afiat Ridlotul Fitriana (2012) abutment

merupakan salah satu bagian konstruksi jembatan yang terletak

dipangkal jembatan. Tipe geometri abutmen bermacam-macam

diantaranya wing-wall abutment (WW), spill-through abutment (ST),

triangular-shaped abutmen, semi circuler-end abutment (SCE).

(a)(b)
Wing wall abutment. abutment.
Triangular-shaped

(c) Semi
(d) Spill
Circular
through
ended
abutment.
abutment.

Gambar 3. Macam-macam model abutmen (Breusers dan


Raudkivi, 1991) dalam Fitriana (2012).

4. Kecepatan Aliran Rata-rata

Debit aliran adalah jumlah air yang mengalir dalam satuan

volume per waktu. Debit adalah satuan besaran air yang keluar dari

Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan satuan adalah (m 3/dtk). Dalam

praktek, sering variasi kecepatan pada tampang lintang diabaikan, dan

kecepatan aliran dianggap seragam di setiap titik pada tampang lintang

yang besarnya sama dengan kecepatan rerata. Menurut Chow (1985)

kecepatan aliran rata-rata merupakan berbandingan antara debit aliran


16

yang melewati saluran (Q) dengan luas tampang basah saluran (A)

yang didefenisikan dalam persamaan 1.

Error: Reference source not found

(1)

dimana:

= Kecepatan aliran rata- V rata (m/dtk)

Y0 = Kedalaman aliran (m)

= Debit aliran (m3/dtk) Q

= Luas penampang aliran A (m2)

= Lebaran saluran (m) B

Pada persamaan 1 diatas digunakan pada saluran segi empat.

5. Distribusi Kecepatan Aliran

Distribusi kecepatan aliran disebabkan oleh tekanan pada muka

air akibat adanya perbedaan fluida antara udara dan air dan juga

akibat gaya gesekan pada dinding saluran (dasar maupun tebing

saluran) maka kecepatan pada suatu potongan melintang tidak

seragam (Chow, 1985). Ketidak seragaman ini juga disebabkan oleh

bentuk tampang melintang saluran, kekasaran saluran, dan lokasi

saluran (saluran lurus atau pada belokan).

Selanjutnya Chow mengatakan bahwa kecepatan maksimum

umumnya terjadi pada jarak 0,05 y sampai 0,25 y airnya dihitung dari

permukaan air seperti ditunjukkan dalam gambar 4a. Namun pada

sungai yang sangat lebar dengan kedalaman dangkal (shallow),


17

kecepatan maximum terjadi pada permukaan air. Makin sempit

saluran kecepatan air maksimumnya makin dalam. Kekasaran dasar

saluran juga mempengaruhi distribusi kecepatan seperti ditunjukkan

pada gambar 4b.

‘(a) (b)

Gambar 4. Jarak kecepatan maksimum dan efek kekasaran dasar


saluran (Chow, 1985: 25).

Distribusi kecepatan tergantung banyak pada bentuk dan kekasaran

saluran. Kecepatan gesekan merupakan istilah penting dalam

perhitungan profil kecepatan, dan kekasaran bagian bawah ditentukan


18

juga dengan bantuan itu. Menurut Chow (1985) kecepatan gesekan

dapat didefinisikan sebagai

0 (2)
u*   gRS

6. Sifat aliran

Aliran diklasifikasikan berdasarkan perbandingan antara gaya

inersia dan gaya kekentalan menjadi tiga yaitu aliran laminer, aliran

transisi, dan aliran turbulen (French, 1985). Variabel yang dipakai

adalah bilangan Reynolds yang didefinisikan pada persamaan 3.

Error: Reference source not found (3)

dimana:
V = kecepatan rata–rata (m/dtk).
R = jari-jari hidraulik (m).
 = kekentalan kinematis (10-6m2/dtk).
Klasifikasi aliran berdasarkan bilangan Reynolds dapat

dibedakan menjadi tiga kategori seperti berikut:


1. Re < 500 aliran laminar.
2. 500 < Re < 12.500 aliran transisi.
3. Re > 12.500 aliran turbulen.

Apabila yang dipertimbangkan adalah besarnya perbandingan

antara gaya–gaya kelembaman dan gaya gravitasi maka aliran dapat

dibagi menjadi aliran subkritis, aliran kritis, dan aliran superkritis.

Parameter tidak berdimensi yang membedakan tipe aliran tersebut

adalah angka Froude (Fr) yaitu angka perbandingan antara gaya

kelembaman dan gaya gravitasi yang didefinisikan pada persamaan 4.

Error: Reference source not found

(4)
19

dimana:
V = kecepatan rata–rata penampang (m/dtk).
Yo = kedalamam aliran (m).
g = gaya grafitasi (m/dtk2).
Jika: Fr < 1 aliran subkritis.
Fr > 1 aliran superkritis.
Fr = 1 aliran kritis.
Umumnya aliran pada saluran terbuka mempunyai Re > 12.500

sehingga alirannya termasuk dalam kategori aliran turbulen

(French,1985 dalam Ratjaratman, 1987).

7. Resistensi terhadap aliran

Penelitian pada studi hidrolika saluran terbuka dengan batas

kaku, dimana koefesien kekasaran dapat diperlakukan sebagai

konstanta. Setelah koefisien kekasaran ditemukan, formula resistensi

dapat diterapkan secara langsung untuk perhitungan kecepatan,

kemiringan dan kedalaman.

Saleh Pallu (2012) menjelaskan dalam hidrolika fluvial, batas ini

bergerak, maka resistensi terhadap aliran atau koefesien kekasaran

bervariasi. Dalam kasus ini, formula resistensi tidak dapat diterapkan

secara langsung tanpa pengetahuan tentang bagaimana koefesien

resistensi akan berubah pada kondisi aliran sedimen yang berbeda.

Studi ini telah dilakukan oleh beberapa peneliti untuk menentukan

koefisien kekasaran pada aluvial dan hasilnya seringkali berbeda satu

sama lain. Sebagian besar dari studi ini telah dilakukan berdasarkan

pada data laboratorium yang terbatas. Dari hasilnya menunjukan

ketidak pastian mengenai penerapan dan akurasi hasil laboratorium

dengan kondisi lapangan. Kurangnya metode yang dapat diandalkan


20

dan konsisten untuk pridiksi variasi koefisien kekasaran membuat studi

hidrolika fluvial merupakan tugas yang sulit dan merupakan tantangan

bagi para peneliti.

Resistensi aliran menggambarkan pengaruh gesekan aliran karena

karakter saluran. Persamaan kekasaran digunakan untuk kuantifikasinya.

Besaran resistensi dapat digambarkan sebagai koefisien resistensi. Hambatan

aliran di saluran terbuka adalah konsep yang sangat rumit dan tidak ada

metode yang tepat untuk menentukan itu (Järvelä, 1998). Faktor-faktor yang

memiliki pengaruh terbesar pada koefisien kekasaran dijelaskan di bawah

ini. Perlu dicatat bahwa faktor ini sampai batas tertentu saling

tergantung (Chow, 1985).

a. Kekasaran permukaan diwakili oleh ukuran dan bentuk butir material

membentuk perimeter dibasahi dan menghasilkan efek perlambatan pada

aliran. Ketidak teraturan dasar juga memiliki pengaruh besar terhadap efek

perlambatan.

b. Vegetasi mengurangi kapasitas aliran saluran dan menghambat

aliran. Efek ini terutama tergantung pada tinggi permukaan, kepadatan,

distribusi, kekakuan, dan jenis vegetasi. Dampak perubahan musiman

terhadap pertumbuhan tanaman air, rumput, gulma, willow, dan pohon-

pohon di saluran atau di tepi saluran. Nilai faktor hambatan dapat

meningkat di musim pertumbuhan dan berkurang dalam musim aktif.


21

c. Ukuran saluran, bentuk dan ketidak teraturan mengacu pada variasi dalam

penampang saluran, bentuk, dan perimeter dibasahi sepanjang sumbu

longitudinal saluran.

d. Sedimentasi dan erosi dapat mengubah saluran baik ke bentuk biasa lebih

tidak teratur atau lebih. Efek tergantung pada material tanah, bentuk

saluran dan debit.

e. Hambatan seperti pohon tumbang, arus debris, batu, jembatan, dan log

kemacetan dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap hambatan

aliran.

f. Stage dan discharge biasanya mempengaruhi resistensi aliran sedemikian

juga ketika kenaikan koefisien kekasaran menurun. Namun, dalam kasus

debit air tinggi mencapai tepi sungai atau bantaran banjir. Maka efeknya

mungkin berlawanan daripada situasi biasanya.

g. Meander adalah sifat dari sistem sungai yang berkelok-kelok dan

berliku. Hal ini dapat disebut sebagai rasio panjang. Hambatan aliran

mungkin meningkat bila meander meningkat.

h. Es merupakan faktor penting yang mempengaruhi hambatan aliran

terutama di negara-negara Utara. Lapisan atau bongkahan es di sungai

dapat meningkatkan resistensi.

Salah satu faktor paling menonjol untuk penentuan hambatan aliran

adalah variasi bentuk, variasi kekasaran dan vegetasi. Berdasarkan faktor

individu dan pengaruhnya dimungkinkan untuk merepresentasikannya.


22

Masalahnya adalah menggabungkan faktor untuk satu nilai koefisien (Järvelä,

1998).

8. Hubungan resistensi aliran dengan distribusi kecepatan

Studi hidrolika saluran terbuka, menurut Kodoatie, J. R. (2009)

menyatakan bahwa ada beberapa cara menyelesaikan masalah

resistensi aliran dengan mengasumsi bahwa pengaruh bentuk dasar

dan dinding saluran adalah nol. Hal ini diasumsi bahwa dasar saluran

sangat lebar dengan kaku dan datar. Darcy-Weisbach (f) dan

kekasaran butiran material ekivalen ks dalam tiga kategori, yaitu dasar

halus jika

0 < Error: Reference source not found < 5 (5)

di mana u* adalah kecepatan gesekan (m/dt), dan k adalah tinggi

kekasaran (m). Aliran kasar ketika kekasaran dasar begitu besar

sehingga menghasilkan pusaran pada bagian bawah (Liu, 2001).

Menurut Graf, W. H. dan Altinakar, M. S. (1998) aliran adalah hidrolik

kasar jika

Error: Reference source not found (6)

Dan aliran di wilayah transisi jika

5 < Error: Reference source not found (7)

9. Metode Perhitungan Koefesien Kekasaran


23

Koefisien kekasaran merupakan efek dari kekasaran saluran pada

kehilangan energi dalam air yang mengalir pada saluran. Dalam hal ini

memperkenalkan beberapa metode perhitungan yang umum dari

perhitungan koefisien kekasaran dan kehilangan energi.

a. Faktor perlawanan Chezy.


Menurut Chow (1985) Antoine Chezy mengembangkan rumus aliran

seragam pertama, formula Chezy. Hal ini biasanya didefinisikan

sebagai

V  C RS (8)

di mana C (-) adalah faktor hambatan aliran, yang disebut Chezy C,

dan S adalah nilai kemiringan garis energi. Untuk menentukan

berbagai faktor formula Chezy yang telah dikembangkan

(Chow,1985). Dengan faktor Chezy, yang dimungkinkan untuk

menentukan kehilangan energi

1 LV 2 (9)
Hf 
C2 R
di mana L adalah

panjang saluran (m) dan hf adalah kehilangan energi, dalam meter.

Chow (1985) memaparkan bahwa dengan menggunakan rumus

Chezy persamaan (9), dapat ditunjukkan bahwa untuk aliran hidrolik

halus tinggi kekasaran harus kurang dari kekasaran kritis dapat

ditulis

5C  (10)
kc 
g V
Jika tinggi kekasaran

lebih besar dari nilai kritis didefinisikan oleh persamaan (10), unsur-
24

unsur kekasaran akan memiliki pengaruh cukup besar pada aliran

dalam saluran. Oleh karena itu, permukaan pada daerah transisi

atau dasar kasar dapat dilihat perbandingannya pada persamaan

(5), (6), dan (7).

b. Faktor gesekan Darcy-Weisbach (f).

Menurut Chow (1985) kecepatan aliran rata-rata dapat dihitung dengan

menggunakan rumus Darcy-Weisbach

8gRS
V
f
(11)

dimana f adalah faktor gesekan (-).

Hubungan antara tinggi kekasaran dan faktor gesekan f, telah

dikembangkan oleh Colebrook-White. Persamaannya adalah semi-empiris

dan hanya berlaku untuk turbulen dan hidrolik halus, transisi, atau aliran

kasar. Hal ini dapat digambarkan sebagai

1  k bf 
 2log  
f  a f R 4Re f  (12)

dengan 12 <af <15 dan 0 <bf <6, didirikan untuk berbagai jenis

penampang, serta untuk berbagai jenis kekasaran. (Graf,

1998). af dan bf adalah konstanta untuk masing-masing aliran hidrolik

kasar dan halus. Oleh karena itu, jika alirannya hidrolik kasar konstan

untuk aliran hidrolik halus dapat diatur untuk menjadi bf = 0 dan

sebaliknya. Menurut Chow (1985) untuk aliran hidrolik kasar dapat

didefinisikan sebagai
25

1  R
 2log12,27 
f  k
(13)

sementara Graf, W. H. dan Altinakar, M. S. (1998) menggambarkan

persamaan untuk aliran hidrolik halus faktor gesekan dapat didefinisikan

sebagai

24 (14)
f 
Re
sementara French (1985) menggambarkan persamaan untuk

laminar dan aliran hidrolik halus

0,316
f 
Re0,25
(15)

Metode Darcy-Weisbach dianjurkan karena koefisien hambatan aliran

berdimensi. Dengan bantuan dari koefisien Darcy-Weisbach kehilangan

energi dapat dinyatakan sebagai

L V2
Hf  f
4R 2g
(16)

c. Koefesien kekasaran Manning (n).


Formula Manning merupakan yang paling banyak digunakan dari

semua formula aliran seragam untuk perhitungan aliran pada

saluran terbuka (Chow, 1985). Karena kesederhanaan bentuk dan

hasil yang memuaskan untuk aplikasi praktis. Persamaan umum

kecepatan rata-rata aliran pada saluran terbuka dengan memakai

koefisien Manning adalah:

1 2/3 1/2
V R S
n
(17)
26

Dalam sistem metrik (SI unit), kehilangan energi dapat digambarkan

dengan bantuan Manning n sebagai

LV 2 (18)
Hf  n 2
R 4/3
Dengan demikian, dari

persamaan (9), (16), dan (18) hubungan antara koefisien kekasaran

dapat dinyatakan sebagai

8gn 2 8 g
f   2
R1/3 C
(19)

Dari persamaan diatas menjelaskan bahwa koefisien

kekasaran merupakan efek dari kekasaran saluran pada kehilangan

energi dalam air yang mengalir pada saluran. Dalam hal ini

memperkenalkan beberapa metode perhitungan yang umum dari

perhitungan koefisien kekasaran dan kehilangan energi.

Dalam kasus ini, formula resistensi tidak dapat diterapkan

secara langsung tanpa pengetahuan tentang bagaimana koefesien

resistensi akan berubah pada kondisi aliran sedimen yang berbeda.

Studi ini telah dilakukan oleh beberapa peneliti untuk menentukan

koefisien kekasaran pada aluvial dan hasilnya seringkali berbeda

satu sama lain.

Chow (1985) menjelaskan bahwa resistensi aliran

menggambarkan pengaruh gesekan aliran karena karakter saluran.

Persamaan kekasaran digunakan untuk kuantifikasinya. Besaran


27

resistensi dapat digambarkan sebagai koefisien resistensi.

Hambatan aliran di saluran terbuka adalah konsep yang sangat

rumit dan tidak ada metode yang tepat untuk menentukan

itu. Faktor-faktor yang memiliki pengaruh terbesar pada koefisien

kekasaran dijelaskan di bawah ini. Perlu dicatat bahwa faktor ini

sampai batas tertentu saling tergantung.

C. Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka pikir merupakan langkah untuk mendukung proses

penelitian agar berjalan lebih terarah, seperti pada Gambar 5.

Identifikasi permasalahan

Besarnya resistensi aliran akibat adanya


bangunan seperti abutmen jembatan

Model abutmen :
Abutmen semicircular ended (MA1)
Abutemen semicircular (MA2)
Abutmen wing-wall (MA3)

Pengumpulan Data :
Data skunder : kajian pustaka, pemodelan abutmen, dan
karakteristik material dasar
Data primer : kecepatan (V), tinggi muka air (Yo), dan debit (Q)

tidak

Validasi
data

ya
Analisa Data

Besarnya hubungan model


Analisa distribusi kecepatan
abutmen yang berpengaruh
dengan model abutmen
terhadap resistensi aliran

Model abutmen yang efektif dalam


mengurangi resistensi aliran
28

Gambar 5. Kerangka pikir penelitian.

Anda mungkin juga menyukai