Anda di halaman 1dari 25

KONSEP DASAR TEORI LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN POST NATAL DENGAN KOMPLIKASI


PERDARAHAN DAN EKLAMSI

Oleh : Kelompok 4
1. Desak Kadek Yuniantari (17089014100)
2. Ni Made Sri Utari Dewi ( 17089014082)
3. Ni Putu Yuli Astari (17089014103)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG PROGRAM


STUDY S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2019

KONSEP DASAR TEORI PERDARAHAN POST NATAL


1. Defenisi
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24
jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan
post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam
setelah anak dan plasenta lahir.
Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml
dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi . HPP biasanya kehilangan darah
lebih dari 500 ml selama atau setelah kelahiran(Marylin E Dongoes, 2001).

2. Klasifikasi
Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:
1) Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir
2) Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir
Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi
perdarahan post partum :
1) Menghentikan perdarahan.
2) Mencegah timbulnya syok.
3) Mengganti darah yang hilang.
Frekuensi perdarahan post partum 4/5-15 % dari seluruh persalinan. Berdasarkan
penyebabnya.
1) Atoni uteri (50-60%).
2) Retensio plasenta (16-17%).
3) Sisa plasenta (23-24%).
4) Laserasi jalan lahir (4-5%).
5) Kelainan darah (0,5-0,8%).

3. Etiologi
Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:
1) Atonia Uteri
2) Retensi Plasenta
3) Sisa Plasenta dan selaput ketuban
a. Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta)
b. Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)
4) Trauma jalan lahir
a. Episiotomi yang lebar
b. Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan Rahim
c. Rupture uteri.
5) Penyakit darah
Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia
/hipofibrinogenemia.
Tanda yang sering dijumpai :
a. Perdarahan yang banyak.
b. Solusio plasenta.
c. Kematian janin yang lama dalam kandungan.
d. Pre eklampsia dan eklampsia.
e. Infeksi, hepatitis dan syok septik.
6) Hematoma
7) Inversi Uterus
8) Subinvolusi Uterus

4. Manifestasi Klinis
Gejala Klinis umum yang terjadic adalah kehilangan darah dalam jumlah
yang banyak (> 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus, pusing,
gelisah, letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rendah,
ekstremitas dingin, mual.
Gejala Klinis berdasarkan penyebab:
a. Atonia Uteri:
Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan
perdarahan segera setelah anak lahir (perarahan postpartum primer)
Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah,
denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-
lain).
b. Robekan jalan lahir
Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar mengalir segera
setelah bayi lahir, kontraksi uteru baik, plasenta baik.
Gejala yang kadang-kadang timbul: pucat, lemah, menggigil.
c. Retensio plasenta
Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit,
perdarahan segera, kontraksi uterus baik
Gejala yang kadang-kadang timbul: tali pusat putus akibat traksi
berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan
d.Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)
Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung
pembuluh darah ) tidak lengkap dan perdarahan segera
Gejala yang kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi
tinggi fundus tidak berkurang.
e. Inversio uterus
Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa,
tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan
nyeri sedikit atau berat. Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok
neurogenik dan pucat

5. Patofisiologi
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar
untuk meningkatkan sirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus
menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah-pembuluh
darah yang melebar tadi tidak menutup sempurna sehingga perdarahan terjadi
terus menerus. Trauma jalan lahir seperti epiostomi yang lebar, laserasi perineum,
dan rupture uteri juga menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh
darah, penyakit darah pada ibu; misalnya afibrinogemia atau hipofibrinogemia
karena tidak ada atau kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah
juga merupakan
penyebab dari perdarahan postpartum. Perdarahan yang sulit dihentikan bisa
mendorong pada keadaan shock hemoragik.

6. Pemeriksaan Penunjang
1) Golongan darah : menentukan Rh, ABO dan percocokan silang
2) Jumlah darah lengkap : menunjukkan penurunan Hb/Ht dan peningkatan
jumlah sel darah putuih (SDP). (Hb saat tidak hamil:12-16gr/dl, saat hamil: 10-
14gr/dl. Ht saat tidak hamil:37%-47%, saat hamil:32%-42%. Total SDP saat tidak
hamil 4.500-10.000/mm3. saat hamil 5.000-15.000)
3) Kultur uterus dan vagina : mengesampingkan infeksi pasca partum
4) Urinalisis : memastikan kerusakan kandung kemih
5) Profil koagulasi : peningkatan degradasi, kadar produk fibrin/produk split fibrin
(FDP/FSP), penurunan kadar fibrinogen : masa tromboplastin partial diaktivasi,
masa tromboplastin partial (APT/PTT), masa protrombin memanjang pada KID

7. Terapi
Dengan adanya perdarahan yang keluar pada kala III, bila tidak berkontraksi
dengan kuat, uterus harus diurut :
1) Pijat dengan lembut boggi uterus, sambil menyokong segmen uterus
bagian bawah untuk menstimulasi kontraksi dan kekuatan penggumpalan.
Waspada terhadap kekuatan pemijatan. Pemijatan yang kuat dapat
meletihkan uterus, mengakibatkan atonia uteri yang dapat menyebabkan
nyeri. Lakukan dengan lembut. Perdarahan yang signifikan dapat terjadi
karena penyebab lain selain atoni uteri.
2) Dorongan pada plasenta diupayakan dengan tekanan manual pada fundus
uteri. Bila perdarahan berlanjut pengeluaran plasenta secara manual harus
dilakukan.
3) Pantau tipe dan jumlah perdarahan serta konsistensi uterus yang menyertai
selama berlangsungnya hal tersebut. Waspada terhadap darah yang
berwarna merah dan uterus yang relaksasi yang berindikasi atoni uteri atau
fragmen plasenta yang tertahan. Perdarahan vagina berwarna merah terang
dan kontra indikasi uterus, mengindikasikan perdarahan akibat adanya
laserasi.
4) Berikan kompres es salama jam pertama setelah kelahiran pada ibu yang
beresiko mengalami hematoma vagina. Jika hematoma terbentuk, gunakan
rendam duduk setelah 12 jam.
5) Pertahankan pemberian cairan IV dan mulai cairan IV kedua dengan
ukuran jarum 18, untuk pemberian produk darah, jika diperlukan. Kirim
contoh darah untuk penentuan golongan dan pemeriksaan silang, jika
pemeriksaan ini belum dilakukan diruang persalinan.
6) Pemberian 20 unit oksitodin dalam 1000 ml larutan RL atau saline normal,
terbukti efektif bila diberikan infus intra vena + 10 ml/mnt bersama
dengan mengurut uterus secara efektif
7) Bila cara diatas tidak efektif, ergonovine 0,2 mg yang diberikan secara IV,
dapat merangsang uterus untuk berkontraksi dan berelaksasi dengan baik,
untuk mengatasi perdarahan dari tempat implantasi plasent

KONSEP DASAR TEORI EKLAMSI


Pengertian
Eklamsia adalah Penyakit akut dengan kejang dan coma pada wanita hamil dan
dalam nifas dengan hipertensi, oedema dan proteinuria.

Insiden
Eklamsia lebih sering terjadi pada primigravidarum dari pada multipara

Patofisiologi

Peredarah dinding rahim berkurang(ischaemia rahim)


|
|
v
Placenta atau decidua mengeluarkan zat-zat yang menyebabkan spasme
(ischaemia uteroplacenta) dan hipertensi
|
|
v
Eklamsia
|
|
v
Mata terpaku
Kepala dipalingkan ke satu sisi
Kejang-kejang halus terlihat pada muka
(Invasi)
|
|
V
Badan kaku
Kadang episthotonus
(Kontraksi/Kejang Tonis)
|
|
V
Kejang hilang timbul
Rahang membuka dan menutup
Mata membuka dan menutup
Otot-otot badan dan muka berkontraksi dan berelaksasi
Kejang kuat terjadi dan kadang lidah tergigit
Ludah berbuih bercampur darah keluar dari mulut
Mata merah, muka biru
(Konvulsi/KejangClonis)
-Tensi tinggisekitar 180/110 mmHg
-Nadi kuat berisi-keadaan buruk nadi menjadi kecildan cepat
Demam,Pernafasan cepat, sianosisProteinuria dan oedema
|
|
v
Coma
Amnesia retrigrad post koma

Prognosis
Koma lama
Nadi diatas 120
Suhu diatas 39 derajat celcius
Tensi diatas 200 mmHg
Lebih dari 10 serangan
Proteinuria 10 gram sehari atau lebih
Tidak adanya edema
(Gejala-gejala yang memberatkan Prognosa Oleh Eden)
1 Oedema paru dan apopleksi merupakan keadaan yang biasanya
mendahului kematian.
2 Jika deuresi lebih dari 800 cc dalam 24 jam atau 200 cc tiap 6 jam maka
prognosa agak membaik.

3 Sebaliknya oliguri dan uri merupakan gejala yang buruk.

4 Multipara usia diatas 35 keadaan waktu MRS mempengaruhi prognosa


lebih buruk.

Pemeriksaan
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan
atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan
seperti sebelum hamil.Proses involusi terjadi karena adanya:

Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh karena


adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang
sepuluh kali dan menjadi lima kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil akan
susut kembali mencapai keadaan semula. Penghancuran jaringan tersebut akan
diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu
mengalami beser kencing setelah melahirkan. Aktifitas otot-otot yaitu adanya
kontrasi dan retraksi dari otot-otot setelah anak lahir yang diperlukan untuk
menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan plasenta dan
berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna. Karena kontraksi
dan retraksi menyebabkan terganggunya peredaran darah uterus yang
mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang diperlukan sehingga ukuran
jaringan otot menjadi lebih kecil.
Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan atropi pada
jaringan otot uterus. Involusi pada alat kandungan meliputi:
Uterus
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi
dan retraksi otot-ototnya.Perubahan uterus setelah melahirkan dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.1 Tabel Perubahan Uterus Setelah melahirkan
Involusi

Berat Diameter Bekas Keadaan


TFU
Uterus Melekat Plasenta Cervix
Setelah Sepusat 1000 gr
12,5 cm Lembik
plasenta lahir
1 minggu Pertengahan pusat 500 gr
7,5 cm Dapat dilalui 2
symphisis
jari
2 minggu Tak teraba 350 gr
gr 5 cm
6 minggu Sebesar hamil 2 50
2,5 cm Dapat
minggu
dimasuki 1 jari
8 minggu Normal 30 gr

Sumber: Rustam muchtar, 1998.

Involusi tempat plasenta. Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung


banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas
implantasi plasenta tidak meninggalkan parut karena dilepaskan dari dasarnya
dengan pertumbuhan endometrium baru dibawah permukaan luka. Endometrium
ini tumbuh dari pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar pada dasar luka.(Sulaiman
S, 1983l: 121)
Perubahan pembuluh darah Rahim. Dalam kehamilan, uterus mempunyai
banyak pembuluh darah yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak
diperlukan lagi peredaran darah yang banyak maka arteri harus mengecil lagi
dalam masa nifas.
Perubahan pada cervix dan vagina. Beberapa hari setelah persalinan
ostium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari, pada akhir minggu pertama dapat
dilalui oleh 1 jari saja. Karena hiperplasi ini dan karena karena retraksi dari
cervix, robekan cervix jadi sembuh. Vagina yang sangat diregang waktu
persalinan, lambat laun mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post
partum ruggae mulai nampak kembali.
Rasa sakit yang disebut after pains ( meriang atau mules-mules)
disebabkan koktraksi rahim biasanya berlangsung 3 – 4 hari pasca persalinan.
Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu
analgesik.
Lochia
Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa
nifas. Lochia bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari darah menstruasi.
Lochia ini berbau anyir dalam keadaan normal, tetapi tidak busuk.
Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya yaitu lokia
rubra berwarna merah dan hitam terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut
lanugo, sisa mekonium, sisa darah dan keluar mulai hari pertama sampai hari
ketiga.
Lochia sanginolenta berwarna putih bercampur merah , mulai hari ketiga sampai
hari ketujuh.
Lochia serosa berwarna kekuningan dari hari ketujuh sampai hari keempat belas.
Lochia alba berwarna putih setelah hari keempat belas.(Manuaba, 1998: 193)
Dinding perut dan peritoneum.
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama, biasanya
akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan diafragma pelvis yang meregang
pada waktu partus setelah bayi lahir berangsur angsur mengecil dan pulih
kembali.Tidak jarang uterus jatuh ke belakang menjadi retrofleksi karena
ligamentum rotundum jadi kendor. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan
latihan-latihan pasca persalinan.
Sistim Kardiovasculer.
Selama kehamilan secara normal volume darah untuk mengakomodasi
penambahan aliran darah yang diperlukan oleh placenta dan pembuluh darah
uterus. Penurunan dari estrogen mengakibatkan diuresis yang menyebabkan
volume plasma menurun secara cepat pada kondisi normal. Keadaan ini terjadi
pada 24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran. Selama ini klien mengalami
sering kencing. Penurunan progesteron membantu mengurangi retensi cairan
sehubungan dengan penambahan vaskularisasi jaringan selama kehamilan.
Ginjal
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari volume darah dan
ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak dari aktifitas ini terjadi pada hari
pertama post partum.
Sistem Hormonal Oxytoxin.
Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi pada otot uterus
dan jaringan payudara. Selama kala tiga persalinan aksi oxytoxin menyebabkan
pelepasan plasenta. Setelah itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan kontraksi uterus,
memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta dan mencegah perdarahan. Pada
wanita yang memilih untuk menyusui bayinya, isapan bayi menstimulasi ekskresi
oxytoxin diamna keadaan ini membantu kelanjutan involusi uterus dan
pengeluaran susu. Setelah placenta lahir, sirkulasi HCG, estrogen, progesteron dan
hormon laktogen placenta menurun cepat, keadaan ini menyebabkan perubahan
fisiologis pada ibu nifas.
Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh glandula hipofise
anterior bereaksi pada alveolus payudara dan merangsang produksi susu. Pada
wanita yang menyusui kadar prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FSH di
ovarium ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin turun pada
hari ke 14 sampai 21 post partum dan penurunan ini mengakibatkan FSH disekresi
kelenjar hipofise anterior untuk bereaksi pada ovarium yang menyebabkan
pengeluaran estrogen dan progesteron dalam kadar normal, perkembangan normal
folikel de graaf, ovulasi dan menstruasi.( V Ruth B, 1996: 231)
Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu. Air
susu ibu ini merupakan makanan pokok , makanan yang terbaik dan bersifat
alamiah bagi bayi yang disediakan oleh ibu yamg baru saja melahirkan bayi akan
tersedia makanan bagi bayinya dan ibunya sendiri.
Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron merangsang pertumbuhan
kelenjar susu sedangkan progesteron merangsang pertumbuhan saluran kelenjar ,
kedua hormon ini mengerem LTH. Setelah plasenta lahir maka LTH dengan bebas
dapat merangsang laktasi.
Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang merangsang pengeluaran
air susu. Pengeluaran air susu adalah reflek yang ditimbulkan oleh rangsangan
penghisapan puting susu oleh bayi. Rangsang ini menuju ke hypofise dan
menghasilkan oxtocin yang menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya.
Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri. Ini
menandai permulaan sekresi air susu, dan kalau areola mammae dipijat, keluarlah
cairan puting dari puting susu.
Air susu ibu kurang lebih mengandung Protein 1-2 %, lemak 3-5 %, gula 6,5-8 %,
garam 0,1 – 0,2 %.
Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak badan.
Benyaknya air susu sangat tergantung pada banyaknya cairan serta makanan yang
dikonsumsi ibu. (Obstetri Fisiologi UNPAD, 1983: 318 )
Tanda-tanda vital.
Perubahan tanda-tanda vital pada massa nifas meliputi:
Tabel 2.2 Tabel perubahan Tanda-tanda Vital
Parameter Penemuan normal Penemuan abnormal
Tanda-tanda vital Tekanan darah <> Tekanan darah > 140 / 90
mmHg
Suhu tubuh <>0 C
Suhu > 380 C
Denyut nadi: 60-100 X / menit
Denyut nadi: > 100 X / menit

2. Perubahan Psikologi.
Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi dalam 3
tahap yaitu:
Periode Taking In.
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini terjadi
interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat
dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak memerlukan hal-hal yang
romantis, masing-masing saling memperhatikan bayinya dan menciptakan
hubungan yang baru.

Periode Taking Hold.


Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha
bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai
ketrampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu berkosentrasi pada
pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang air kecil atau buang air besar.

Periode Letting Go.


Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil tanggung
jawab terhadap bayi. Sedangkan stres emosional pada ibu nifas kadang-
kadang dikarenakan kekecewaan yang berkaitan dengan mudah tersinggung
dan terluka sehingga nafsu makan dan pola tidur terganggu. Manifestasi ini
disebut dengan post partum blues dimana terjadi pada hari ke 3-5 post partum.

Perawatan Masa Nifas.


Setelah melahirkan, ibu membutuhkan perawatan yang intensif untuk
pemulihan kondisinya setelah proses persalinan yang melelahkan. Dimana
perawatan post partum meliputi.
1. Mobilisasi Dini.
Karena lelah sehabis melahirkan , ibu harus istirahat tidur telentang selama
8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring kekanan kekiri untuk
mencegah terjadinya trombosis dan trombo emboli. Pada hari kedua
diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan-jalan dan hari keempat atau kelima
sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas memiliki variasi tergantung
pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
Keuntungan dari mobilisasi dini adalah melancarkan pengeluaran lochia,
mengurangi infeksi purperium, mempercepat involusi alat kandungan,
melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan, meningkatkan
kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan
pengeluaran sisa metabolisme.( Manuaba, 1998: 193)
2. Rawat Gabung
Perawatan ibu dan bayi dalan satu ruangan bersama-sama sehingga ibulebih
banyak memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI sehingga
kelancaran pengeluaran ASI lebih terjamin.( Manuaba, 1998: 193)
3. Pemeriksaan Umum
Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain adalah
kesadaran penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan.
4. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus pada ibu nifas meliputi:
Fisik : tekanan darah, nadi dan suhu
Fundus uteri : tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
Payudara : puting susu, pembengkakan, pengeluaran ASI
Patrun lochia : Locia rubra, lochia sanginolenta, lochia serosa, lochia alba
Luka jahitan episiotomi : Apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-tanda
infeksi. ( Manuaba, 1998: 193)
5. Nasehat Yang Perlu diberikan saat pulang adalah:
Diit
Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada pemulihan
kesehatan ibu dan pengeluaran ASI. Makanan harus mengandung gizi
seimbang yaitu cukup kalori, protein, cairan, sayuran dan buah-buahan.
Pakaian
Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga payudara tidak
tertekan. Daerah perut tidak perlu diikat terlalu kencang karena tidak akan
mempengaruhi involusi. Pakaian dalam sebaiknya yang menyerap, sehingga
lochia tidak menimbulkan iritasi pada daerah sekitarnya. Kasa pembalut
sebaiknya dibuang setiap saat terasa penuh dengan lochia, saat buang air kecil
ataupun setiap buang air besar.
Perawatan vulva
Pada tiap klien masa nifas dilakukan perawatan vulva dengan tujuan untuk
mencegah terjadinya inveksi di daerah vulva, perineum maupun didalam
uterus. Perawatan vulva dilakukan pada pagi dan sore hari sebelum mandi,
sesudah buang air kemih atau buang air besar dan bila klien merasa tidak
nyaman karena lochia berbau atau ada keluhan rasa nyeri. Cara perawatan
vulva adalah cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan luka,
setelah BAK cebok ke arah depan dan setelah BAB cebok kearah belakang,
ganti pembalut stiap kali basah atau setelah BAB atau BAK , setiap kali cebok
memakai sabun dan luka bisa diberi betadin.
Miksi
Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8 jam post partum.
Kadang kadang wanita sulit kencing, karena spincter uretra mengalami
tekanan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus spincter ani selama
persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya
dilakukan kateterisasi. (Persis H, 1995: 288)
Defekasi
Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila belum terjadi
dapat mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan obat laksans per oral
atau perektal atau bila belum berhasil lakukan klisma.

B. Asuhan Keperawatan pada Ibu dengan Perdarahan Post Partum


1. Pengkajian
a. Data Biografi (nama, umur, alamat, pekerjaan, dll)
b. Riwayat Obstetri/Persalinan yang lalu
1) Gravida, partus, abortus.
2) Lamanya gestasi.
3) Riwayat persalinan : normal, sc, dengan bantuan.
4) Tipe anestesi dan penyulit.
5) Banyaknya perdarahan.
6) BB lahir bayi.
7) Komplikasi ibu selama kehamilan

c. Riwayat Kesehatan Keluarga


Adakah keluarga yang menderita penyakit tertentu yang dapat
memperberat/menimbulkan komplikasi pada ibu hamil misal: penyakit
hipertensi, diabetes, TB paru, dll.
d. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Aktifitas/istirahat
- Kelelahan berlebihan
2) Sirkulasi
- Kehilangan darah  400-500 ml (kehilangan pervagina),  600-800
(kehilangan pada saat sc).
- Riwayat anemia kronis.
- Defek koagulasi congenital/insiden.
- Idiopatik trombositopenia purpura.
3) Integritas ego
- cemas, ketakutan, khawatir.
4) Seksualitas
- Persalinan lama atau diinduksi, mendadak/traumatic penggunaan
frosep anesthesia umum, terapi tokolitik (terapi obat untuk mengurangi
motilitas uterus).
- Kelahiran sulit atau manual dari plasenta.
- Kelahiran vagina setelah sesaria (VABC).
- Pemeriksaan plasenta setelah kelahiran menunjukan hilangnya
fragmen-fragmen plasenta, robekan/bukti terlilit pembuluh darah.
5) Penyuluhan /pembelajaran
- Haemoragi pasca partum sebelumnya
- Hipertensi diinduksi oleh kehamilan
- Uterin atau tumor servikal
- Grand multipara
- Menerima aspirin terus menerus/berlebihan

2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan jumlah
cairan intraseluler
2. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan,
Stasis cairan tubuh,
3. Nyeri berhubungan dengan trauma/ distensi jaringan.

3. INTERVENSI
Hari, Diagnosa Intervensi keperawatan Para
Tangg NOC NIC Rasional f
al,
Jam,
1.Kekuran Setelah 1.pertahankan 1. mencegah
gan dilakukan catatan intake terjadinya
volume tindakan dan output yang keadaan yang
cairan selama …x24 akurat. lebih parah
berhubung jam 2.monitor vital 2. mengetahui
an dengan diharapkan sign keadaan umum
penurunan kelebihan 3.kolaborasi pasien
jumlah volume cairan pemberian 3.mencegah
cairan berkurang cairan iv dehidrasi
intraselule dengan
r kriteria hasil :
1.tekanan
darah, nadi ,
suhu dalam
batas normal
2.tidak ada
tanda-tanda
dehidrasi

2. Resiko Setelah 1.monitor tanda 1.mengetahui


tinggi dilakukan dan gejala adanya tanda
terhadap tindakan infeksi infeksi
infeksi selama …x24 2.cuci tangan 2.mencegah
berhubung jam sebelum dan infeksi
an dengan diharapkan sesudah 3.mencegah
trauma Klien bebas tindakan terjadinya
jaringan, dari tanda dan 3.kolaborasi infeksi
Stasis gejala infeksi pemberian 4.mengetahui
cairan dengan antibiotic jika adanya tanda
tubuh kriteria hasil perlu infeksi
1.menunjukka 4.inspeksi kulit
n kemampuan dan membrane
untuk mukosa
mencegah terhadap
timbulnya kemerahan dan
infeksi panas.
2.menunjukka
n prilaku
hidup sehat.
3.jumlah
leukosit dalam
batas normal

3. Nyeri Setelah 1.kaji skala 1.mengetahui


berhubung dilakukan nyeri skala nyeri
an dengan tindakan 2.observasi pasien
trauma/ selama ….x24 reaksi nonverbal 2.mengetahui
distensi jam dari reaksi pasien
jaringan diharapkan ketidaknyamana secara
nyeri n nonverbal
berkurang 3.ajarkan tehnik 3.mengurangi
dengan relaksasi nafas nyeri
kriteria hasil dalam. 4.pemberian
1.nyeri 4. kolaborasi obat yang tepat
berkurang dari dengan dokter
skala 7 dalam
menjadi 5 (0- pemberian obat
10) penghilang nyeri
2.pasien
mampu
mengontrol
nyeri
3.mampu
mengenali
nyeri

4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana
rencana keperawatan dilaksanakan: melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah
ditentukan pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan
aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien. Agar implementasi
perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya, pertama-tama harus
mengidentifikasi prioritas perawatan klien, kemudian bila perawatan telah
dilaksanakan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi
dan mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia perawatan kesehatan
lainnya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi dan merevisi
rencana perawatan dalam tahap proses keperawatan berikutnya.

5. Evaluasi
Tahap evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil
yangdiinginkan dan respon pasien terhadap dan keefektifan intervensi
keperawatan kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan. Tahap akhir
dari proses keperawatan kemudian mengganti rencana keperawatan jika
diperlukan. Tahap akhir dari proses keperawatan mengevaluasi kemampuan
pasien kearah pencapaian hasil.
Dengan menggunakan format SOAP S: Subjektif O: objektif A: analisa P :
Planning.

PERTANYAAN

Nama penanya :Luh Irmawati

Nim :17089014039

1. Apakah perdarahan post partum bisa dihentikan? Dengan cara apa?


Jawaban : Bisa, Langkah pertama yang dilakukan bila terjadi perdarahan
pasca persalinan adalah tindakan menyelamatkan nyawa, terutama bila terjadi
syok hipovolemik akibat perdarahan. Syok dapat membuat kerja organ tubuh
terhenti. Dokter dapat memberikan cairan infus atau transfusi darah untuk
mengganti darah yang hilang. Selanjutnya, petugas kesehatan akan berupaya
mengendalikan perdarahan berdasarkan penyebab perdarahan tersebut, setelah
kondisi pasien stabil.

Saat perdarahan terjadi karena atonia rahim, maka petugas kesehatan akan
memijat rahim pasien guna menstimulasi kontraksi sehingga perdarahan dapat
berhenti. Selain itu, obat oksitosin juga bisa dilakukan untuk membantu
kontraksi rahim. Pemberian oksitosin dapat dimasukkan melalui dubur, infus,
atau disuntikkan langsung ke otot. Jika perdarahan primer disebabkan luka
robekan, maka dokter dapat memasukkan kasa atau balon yang kemudian
dikembangkan dalam rahim. Tujuan tindakan ini adalah menekan pembuluh
darah tempat terjadinya perdarahan sehingga darah dapat berhenti keluar. Atau
pembuluh darah yang robek dapat dijahit untuk menghentikan perdarahan.
Sementara untuk kasus jaringan plasenta yang masih tertinggal dalam rahim
(retensi plasenta), dokter dapat melakukan tindakan kuret untuk mengeluarkan
jaringan yang tertinggal tersebut.

Jika perdarahan belum dapat dihentikan, dokter dapat melakukan tindakan


operasi. Dalam beberapa kasus, operasi emboli atau penyumbatan pembuluh
darah dapat dilakukan agar perdarahan berhenti. Jika diperlukan, mungkin
akan disarankan operasi pengangkatan rahim atau histerektomi, meski
tindakan ini jarang dilakukan. Sementara penanganan untuk kasus perdarahan
pascamelahirkan akibat infeksi, akan diberikan antibiotik.

Setelah perdarahan berhenti, pasien perlu dirawat di rumah sakit untuk


mendapat pemantauan penuh hingga kondisi dinyatakan benar-benar stabil.
Bila diperlukan, pasien akan dirawat di ruangan intensif. Pengamatan yang
dilakukan meliputi denyut nadi, tekanan darah, laju pernapasan, suhu badan,
jumlah urine yang keluar, dan pemeriksaan hitung darah lengkap. Pemantauan
tersebut tidak hanya dilakukan setelah perdarahan berhenti, namun sejak awal
secara berkala selama dokter berusaha menghentikan perdarahan.

2. Bagaimana penanganan yang tepat saat terjadi eklamsia pada ibu postpartum?

Jawaban : Jika pasien kejang (eklamsia)

Baringkan pada satu sisi, tempat tidur arah kepala ditinggikan sedikit untuk
mengurangi kemungkinan aspirasi sekret, muntahan atau darah, bebaskan
jalan nafas. Pasang spatel lidah, untuk menghindari tergigitnya lidah. Fiksasi
untuk menghindari pasien jatuh dari tempat tidur.
Penanganan kejang :
1 Beri obat kejang (antikonvulsan).
2 Perlangkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, pengisap lender,
masker oksigen dan oksigen).

3 Lindungi pasien dari kemungkinan trauma.

4 Aspirasi mulut dan tenggorokan.

5 Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi tradelenburg untuk mengurangi


risiko aspirasi.

6 Berikan O2 4-6 liter/menit.

DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis


dan NANDA.Mediaction.jogjakarta
Gloria dkk.2013.Nursing Interventions classification.elsevier global
rights.Indonesia
Sue Moorhead dkk.2013 Nursing outcomesclassification.mocomedia.Indonesia

Anda mungkin juga menyukai