Edit Yun
Edit Yun
Oleh : Kelompok 4
1. Desak Kadek Yuniantari (17089014100)
2. Ni Made Sri Utari Dewi ( 17089014082)
3. Ni Putu Yuli Astari (17089014103)
2. Klasifikasi
Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:
1) Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir
2) Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir
Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi
perdarahan post partum :
1) Menghentikan perdarahan.
2) Mencegah timbulnya syok.
3) Mengganti darah yang hilang.
Frekuensi perdarahan post partum 4/5-15 % dari seluruh persalinan. Berdasarkan
penyebabnya.
1) Atoni uteri (50-60%).
2) Retensio plasenta (16-17%).
3) Sisa plasenta (23-24%).
4) Laserasi jalan lahir (4-5%).
5) Kelainan darah (0,5-0,8%).
3. Etiologi
Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:
1) Atonia Uteri
2) Retensi Plasenta
3) Sisa Plasenta dan selaput ketuban
a. Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta)
b. Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)
4) Trauma jalan lahir
a. Episiotomi yang lebar
b. Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan Rahim
c. Rupture uteri.
5) Penyakit darah
Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia
/hipofibrinogenemia.
Tanda yang sering dijumpai :
a. Perdarahan yang banyak.
b. Solusio plasenta.
c. Kematian janin yang lama dalam kandungan.
d. Pre eklampsia dan eklampsia.
e. Infeksi, hepatitis dan syok septik.
6) Hematoma
7) Inversi Uterus
8) Subinvolusi Uterus
4. Manifestasi Klinis
Gejala Klinis umum yang terjadic adalah kehilangan darah dalam jumlah
yang banyak (> 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus, pusing,
gelisah, letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rendah,
ekstremitas dingin, mual.
Gejala Klinis berdasarkan penyebab:
a. Atonia Uteri:
Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan
perdarahan segera setelah anak lahir (perarahan postpartum primer)
Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah,
denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-
lain).
b. Robekan jalan lahir
Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar mengalir segera
setelah bayi lahir, kontraksi uteru baik, plasenta baik.
Gejala yang kadang-kadang timbul: pucat, lemah, menggigil.
c. Retensio plasenta
Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit,
perdarahan segera, kontraksi uterus baik
Gejala yang kadang-kadang timbul: tali pusat putus akibat traksi
berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan
d.Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)
Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung
pembuluh darah ) tidak lengkap dan perdarahan segera
Gejala yang kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi
tinggi fundus tidak berkurang.
e. Inversio uterus
Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa,
tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan
nyeri sedikit atau berat. Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok
neurogenik dan pucat
5. Patofisiologi
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar
untuk meningkatkan sirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus
menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah-pembuluh
darah yang melebar tadi tidak menutup sempurna sehingga perdarahan terjadi
terus menerus. Trauma jalan lahir seperti epiostomi yang lebar, laserasi perineum,
dan rupture uteri juga menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh
darah, penyakit darah pada ibu; misalnya afibrinogemia atau hipofibrinogemia
karena tidak ada atau kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah
juga merupakan
penyebab dari perdarahan postpartum. Perdarahan yang sulit dihentikan bisa
mendorong pada keadaan shock hemoragik.
6. Pemeriksaan Penunjang
1) Golongan darah : menentukan Rh, ABO dan percocokan silang
2) Jumlah darah lengkap : menunjukkan penurunan Hb/Ht dan peningkatan
jumlah sel darah putuih (SDP). (Hb saat tidak hamil:12-16gr/dl, saat hamil: 10-
14gr/dl. Ht saat tidak hamil:37%-47%, saat hamil:32%-42%. Total SDP saat tidak
hamil 4.500-10.000/mm3. saat hamil 5.000-15.000)
3) Kultur uterus dan vagina : mengesampingkan infeksi pasca partum
4) Urinalisis : memastikan kerusakan kandung kemih
5) Profil koagulasi : peningkatan degradasi, kadar produk fibrin/produk split fibrin
(FDP/FSP), penurunan kadar fibrinogen : masa tromboplastin partial diaktivasi,
masa tromboplastin partial (APT/PTT), masa protrombin memanjang pada KID
7. Terapi
Dengan adanya perdarahan yang keluar pada kala III, bila tidak berkontraksi
dengan kuat, uterus harus diurut :
1) Pijat dengan lembut boggi uterus, sambil menyokong segmen uterus
bagian bawah untuk menstimulasi kontraksi dan kekuatan penggumpalan.
Waspada terhadap kekuatan pemijatan. Pemijatan yang kuat dapat
meletihkan uterus, mengakibatkan atonia uteri yang dapat menyebabkan
nyeri. Lakukan dengan lembut. Perdarahan yang signifikan dapat terjadi
karena penyebab lain selain atoni uteri.
2) Dorongan pada plasenta diupayakan dengan tekanan manual pada fundus
uteri. Bila perdarahan berlanjut pengeluaran plasenta secara manual harus
dilakukan.
3) Pantau tipe dan jumlah perdarahan serta konsistensi uterus yang menyertai
selama berlangsungnya hal tersebut. Waspada terhadap darah yang
berwarna merah dan uterus yang relaksasi yang berindikasi atoni uteri atau
fragmen plasenta yang tertahan. Perdarahan vagina berwarna merah terang
dan kontra indikasi uterus, mengindikasikan perdarahan akibat adanya
laserasi.
4) Berikan kompres es salama jam pertama setelah kelahiran pada ibu yang
beresiko mengalami hematoma vagina. Jika hematoma terbentuk, gunakan
rendam duduk setelah 12 jam.
5) Pertahankan pemberian cairan IV dan mulai cairan IV kedua dengan
ukuran jarum 18, untuk pemberian produk darah, jika diperlukan. Kirim
contoh darah untuk penentuan golongan dan pemeriksaan silang, jika
pemeriksaan ini belum dilakukan diruang persalinan.
6) Pemberian 20 unit oksitodin dalam 1000 ml larutan RL atau saline normal,
terbukti efektif bila diberikan infus intra vena + 10 ml/mnt bersama
dengan mengurut uterus secara efektif
7) Bila cara diatas tidak efektif, ergonovine 0,2 mg yang diberikan secara IV,
dapat merangsang uterus untuk berkontraksi dan berelaksasi dengan baik,
untuk mengatasi perdarahan dari tempat implantasi plasent
Insiden
Eklamsia lebih sering terjadi pada primigravidarum dari pada multipara
Patofisiologi
Prognosis
Koma lama
Nadi diatas 120
Suhu diatas 39 derajat celcius
Tensi diatas 200 mmHg
Lebih dari 10 serangan
Proteinuria 10 gram sehari atau lebih
Tidak adanya edema
(Gejala-gejala yang memberatkan Prognosa Oleh Eden)
1 Oedema paru dan apopleksi merupakan keadaan yang biasanya
mendahului kematian.
2 Jika deuresi lebih dari 800 cc dalam 24 jam atau 200 cc tiap 6 jam maka
prognosa agak membaik.
Pemeriksaan
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan
atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan
seperti sebelum hamil.Proses involusi terjadi karena adanya:
2. Perubahan Psikologi.
Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi dalam 3
tahap yaitu:
Periode Taking In.
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini terjadi
interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat
dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak memerlukan hal-hal yang
romantis, masing-masing saling memperhatikan bayinya dan menciptakan
hubungan yang baru.
3. INTERVENSI
Hari, Diagnosa Intervensi keperawatan Para
Tangg NOC NIC Rasional f
al,
Jam,
1.Kekuran Setelah 1.pertahankan 1. mencegah
gan dilakukan catatan intake terjadinya
volume tindakan dan output yang keadaan yang
cairan selama …x24 akurat. lebih parah
berhubung jam 2.monitor vital 2. mengetahui
an dengan diharapkan sign keadaan umum
penurunan kelebihan 3.kolaborasi pasien
jumlah volume cairan pemberian 3.mencegah
cairan berkurang cairan iv dehidrasi
intraselule dengan
r kriteria hasil :
1.tekanan
darah, nadi ,
suhu dalam
batas normal
2.tidak ada
tanda-tanda
dehidrasi
4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana
rencana keperawatan dilaksanakan: melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah
ditentukan pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan
aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien. Agar implementasi
perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya, pertama-tama harus
mengidentifikasi prioritas perawatan klien, kemudian bila perawatan telah
dilaksanakan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi
dan mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia perawatan kesehatan
lainnya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi dan merevisi
rencana perawatan dalam tahap proses keperawatan berikutnya.
5. Evaluasi
Tahap evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil
yangdiinginkan dan respon pasien terhadap dan keefektifan intervensi
keperawatan kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan. Tahap akhir
dari proses keperawatan kemudian mengganti rencana keperawatan jika
diperlukan. Tahap akhir dari proses keperawatan mengevaluasi kemampuan
pasien kearah pencapaian hasil.
Dengan menggunakan format SOAP S: Subjektif O: objektif A: analisa P :
Planning.
PERTANYAAN
Nim :17089014039
Saat perdarahan terjadi karena atonia rahim, maka petugas kesehatan akan
memijat rahim pasien guna menstimulasi kontraksi sehingga perdarahan dapat
berhenti. Selain itu, obat oksitosin juga bisa dilakukan untuk membantu
kontraksi rahim. Pemberian oksitosin dapat dimasukkan melalui dubur, infus,
atau disuntikkan langsung ke otot. Jika perdarahan primer disebabkan luka
robekan, maka dokter dapat memasukkan kasa atau balon yang kemudian
dikembangkan dalam rahim. Tujuan tindakan ini adalah menekan pembuluh
darah tempat terjadinya perdarahan sehingga darah dapat berhenti keluar. Atau
pembuluh darah yang robek dapat dijahit untuk menghentikan perdarahan.
Sementara untuk kasus jaringan plasenta yang masih tertinggal dalam rahim
(retensi plasenta), dokter dapat melakukan tindakan kuret untuk mengeluarkan
jaringan yang tertinggal tersebut.
2. Bagaimana penanganan yang tepat saat terjadi eklamsia pada ibu postpartum?
Baringkan pada satu sisi, tempat tidur arah kepala ditinggikan sedikit untuk
mengurangi kemungkinan aspirasi sekret, muntahan atau darah, bebaskan
jalan nafas. Pasang spatel lidah, untuk menghindari tergigitnya lidah. Fiksasi
untuk menghindari pasien jatuh dari tempat tidur.
Penanganan kejang :
1 Beri obat kejang (antikonvulsan).
2 Perlangkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, pengisap lender,
masker oksigen dan oksigen).
DAFTAR PUSTAKA